Anda di halaman 1dari 2

Devra Anga Lesmana Putra

19333005

- Asal usul tanah kaili

Konon masyarakat Suku Kaili percaya bahwa mereka merupakan to manuru, yakni orang keturunan dari
kahyangan. Tak hanya itu, Suku Kaili juga memiliki ikatan kekeluargaan yang erat karena dijalin oleh tali
perkawinan antarkeluarga.

Suku Kaili merupakan salah satu suku yang mendiami wilayah Palu, Sulawesi Tengah. Selain dikenal
sebagai suku asli di wilayah tersebut, ada pula beberapa suku lainnya yang menetap di kawasan Palu.
Sebut saja Suku Bugis, Suku Minahasa, Suku Banjar, Suku Gorontalo, Suku Toraja, Suku Jawa dan Suku
Batak. Hanya saja secara jumlah, Suku Kaili lebih mendominasi dibandingkan suku-suku lainnya.

Tak banyak literatur atau catatan sejarah yang mengungkapkan asal-usul Suku Kalili. Ini hanya
diungkapkan melalui cerita rakyat yang tersebar di masyarakat secara lisan. Masyarakat Suku Kaili
mempercayai bahwa mereka merupakan to manuru atau orang yang turun dari kahyangan. Ada pula
pula yang menganggap mereka sebagai jelmaan dari bambu kuning atau volo mbulava, dan nebete ri
vatu bula, yakni jelmaan batu putih.

Pertama ialah maradika (raja). Maradika berasal dari keturunan to manuru atau orang yang menjelma
dari bambu kuning sebagai penjelmaan dari dewa. Kedua ialah to tua nu ngata atau lebih dikenal dengan
nama bangsawan. Para bangsawan ini merupakan penduduk yang masih keturunan maradika. Secara
sistem sosial, orang-orang keturunan bangsawan ini dapat diangkat sebagai punggava (menteri dalam
negeri), galari (menteri kehakiman), tadulako (menteri peperangan), pabicara (menteri penerangan) dan
sabandara (menteri perhubungan).

Strata sosial yang ketiga ialah to dea, yakni anggota yang tidak tergolong raja, bangsawan atau pun.
Dibandingkan keturunan maradika, to tua nu ngata dan batua, to dea merupakan penduduk mayoritas
dari suatu kelompok sosial. Adapun golongan batua ialah orang yang kalah perang, melanggar hukum
adat, miskin dan turunan budak.

Penyebaran Suku Kaili menurut sejarahnya bersumber dari kebiasaan Ada Nosibolai. Ada Nosibolai ialah
kebiasaan di kalangan para bangsawan yang menyebarkan turunannya melalui perkawinan
antarkeluarga. Itulah sebabnya, orang-orang Suku Kaili memiliki ikatan kekeluargaan yang erat karena
dijalin oleh tali perkawinan antarkeluarga. Dari asal-usul inilah kemudian masyarakat Suku Kaili
berkembang dengan sistem kawin mawin sesama dan akhirnya menyebar ke daerah yang lebih luas.
Konon manusia yang menjelma itu diangkat menjadi raja dan turunannya pun menjadi bangsawan.

- Dialeg bahasa kaili

Bahasa daerah Kaili yang memiliki penutur terbanyak di Sulawesi Tengah terbagi ke dalam beberapa
dialek berdasarkan subetnis Kaili.
"Tidak semua bahasa daerah merupakan kesatuan yang utuh sebab ada yang terbagi ke dalam beberapa
dialek. Gejala ini ditemukan dalam Bahasa Kaili," kata peneliti Bahasa Kaili, Sofyan Ing Huong dalam
Kongres Bahasa Kaili di Palu.

Sofyan mengatakan Bahasa Kaili terdiri atas dialek Ledo, Ija, Ado, Unde, Rai, Da’a, Tara, Kulavi Lindu dan
Tabaelia.Pembagian dialek ini berdasarkan pengelompokan Suku Kaili menjadi tujuh wilayah subetnis.

Dua dialek lainnya yakni Kulavi-Lindu dan Tavaelia masuk juga dalam kelompok bahasa Kaili meski
penuturnya bukan etnis Kaili. Menurut dia, beragamnya dialek Bahasa Kaili berpengaruh pada
pengajaran yang membutuhkan adanya dialek sebagai pengantar umum bagi semua penutur dialek Kaili
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai