Sektor 19
Annida Misyika Fairuzia (1702570/2017)
Asyifa Lulu Q (1704345/2017)
Aulia Ishfa Hani F (1705708/2017)
Dewi Amelia (
Elis Yohana Fazria (
Ibus Bustami (1704634/2017)
Isma Inayah Nurfaujiah (1705450/2017)
Lily Ulyatul Amaliyah (1702126/2017)
Nanda Zaidah (1703907/2017)
Nurul Aini Azkiyyah (1700393/2017)
Sabdasih Septi Utami (1704992/2017)
Tia Nadilah (1703486/2017)
Tiara Derawati (1700059/2017)(
Sejarah Suku Kaili
Orang Kaili pada masa lalu mengenal beberapa lapisan sosial, seperti
golongan raja dan turunannya (madika),
golongan bangsawan (to guru nukapa),
golongan orang kebanyakan (to dea),
golongan budak (batua).
Selain itu mereka juga memandang tinggi golongan sosial berdasarkan
keberanian (katamang galaia), keahlian (kavalia), kekayaan (kasugia), kedudukan
(kadudua) dan usia (tetua).
Pola perkampungan suku bangsa Kaili terdapat tiga pola pemukiman adat, yakni
Ngapa (pola permukiman mengelompokan padat), Boya (pengelompokan
komunitas kecil menyebar), dan Sampoa (tempat berlabuhan). Dalam sistem
kekerabatan suku Kaili bersifat bilineaal, artinya keturunan baik dari pihak laki-
laki maupun perempuan
3. Ultimatum
Sistem Pendidikan
Kedua :
Suku Kaili mengenal lebih dari 20 bahasa yang masih hidup dan dipergunakan dalam
percakapan sehari-hari. Namun, suku Kaili tetap memilki lingua franca ( bahasa
pemersatu), mereka menyebutnya sebagai bahasa Ledo yang artinya Tidak. Bahasa
Ledo ini dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan bahasa-bahasa Kaili lainnya.
Bahasa Ledo yang asli (belum dipengaruhi bahasa para pendatang) masih ditemukan di
sekitar Raranggonau dan Tompu. Sementara, bahasa Ledo yang dipakai di daerah kota
Palu, Biromaru, dan sekitarnya sudah terasimilasi dan terkontaminasi dengan beberapa
bahasa para pendatang terutama bahasa Bugis dan bahasa Melayu.
Bahasa-bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, yaitu bahasa
Tara (Talise, Lasoani, Kavatuna dan Parigi), bahasa Rai (Tavaili sampai ke Tompe), bahasa
Doi (Pantoloan dan Kayumalue); bahasa Unde (Ganti, Banawa, Loli, Dalaka, Limboro,
Tovale dan Kabonga), bahasa Ado (Sibalaya, Sibovi, Pandere) bahasa Edo (Pakuli, Tuva),
bahasa Ija (Bora, Vatunonju), bahasa Daa (Jonooge), bahasa Moma (Kulavi), dan
bahasa Baree (Tojo, Unauna dan Poso). Semua kata dasar bahasa tersebut berarti
tidak.