Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

Nama : Andi Muh Baiturrahman

Nis : 205053

Kelas : IX. B

Soal

1. Apa yang ingin kamu ketahui tentang suku terasing di Indonesia ini ?
2. Faktor Sosial budaya apa yang terjadi pada suku terasing ini ?
Jawab :
1. Bagaimanakah Sejarah dari Suku Korowai

Sejarah Suku Korowai

Sumber: topsimages.com

Banyak diantara kita yang mungkin belum mengetahui sejarah serta asal
usul Suku Korowai di Indonesia. Maklum saja, sebagai salah satu suku yang
mendiami pedalaman Papua, keberadaannya memang tidak mudah ditemukan.
Namun bila ditelusuri lebih dalam, suku ini memiliki sejarah yang panjang, mulai
dari saat ditemukan hingga hari ini. Suku korowai teridentifikasi sekitar 30 hingga
35 tahun yang lalu. Sebelumnya, suku Korowai menempati pedalaman Papua
tanpa pernah berkomunikasi dengan dunia luar. Menempati kawasan yang
terletak kurang lebih 150 km dari Laut Arafura, suku ini bertahan hidup dengan
cara berburu berbagai macam hewan di hutan. Hingga kemudian pada tahun 1975
– 1978, tim misionaris dari Belanda yang dipimpin oleh Johannes Veldhuizen
menemukan suku ini, kemudian mulai mengadakan penginjilan di daerah
tersebut.

Sejak saat itu, para misionaris menjelajahi seluruh tanah Suku Korowai
dan bahkan mempromosikan suku ini hingga ke luar negeri. Mereka bahkan
membangun gereja, sekolah serta sebuah klinik. Mereka juga yang memprakarsai
film dokumenter tentang salah satu suku papua ini dan pada akhirnya pemerintah
Indonesia menyadari keberadaan Suku Korowai. Pada tahun 1990, ketika para
misionaris meninggalkan suku tersebut, masyarakat Korowai mulai menerima
bantuan dari pemerintah dan terlibat dari proyek-proyek kehutanan yang
diprakarsai oleh perusahaan asing.

2. Faktor sosial budaya Suku Korowai


a) Rumah adat dan bahasa

Rumah pohon Suku korowai, Papua


Sumber: rimbakita.com

Suku Korowai memiliki beberapa adat serta tradisi yang cukup unik, salah
satunya yaitu membangun rumah pohon. Bukan rumah pohon yang hanya
didirikan beberapa meter dari permukaan tanah, namun suku ini membangun
rumah setinggi hingga puluhan meter di atas pohon. Karena bertempat tinggal di
atas pohon, julukan manusia pohon seringkali disematkan untuk orang-orang
Korowai. Bukan tanpa alasan, hal tersebut mereka lakukan untuk melindungi diri
dari serangan hewan buas dan risiko banjir.

Pembuatan rumah pohon dikerjakan oleh orang-orang Korowai dengan


seksama. Mulai dari memilih bahan, serta menentukan lantai dan pohon yang
akan digunakan sebagai penopang utama. Umumnya suku ini memilih pohon
yang besar dan kokoh sebagai tiang utama rumah. Kemudian dindingnya terbuat
dari kulit pohon sagu. Lantai rumah menggunakan cabang pohon, sedangkan atap
rumah berasal dari dedaunan hutan. Selain itu, rumah orang Korowai juga dibuat
dari pilinan tali rotan dan dilengkapi oleh tangga yang menjulang hingga ke dasar
tanah.

Selain keunikan berupa rumah di atas pohon, Suku Korowai juga memiliki
bahasa percakapan sehari-hari berupa bahasa Awyu-Dumut yang biasa digunakan
sebagai bahasa komunikasi oleh kebanyakan suku di Papua Tenggara. Mereka
juga mengenal pesta sagu yang dilakukan sebagai perayaan peristiwa tertentu
seperti kelahiran bayi ataupun pernikahan. Dalam pesta ini, umumnya orang
Korowai menyembelih babi sebagai hidangan dan pertanda bahwa ada peristiwa
besar yang patut dirayakan.

b) Hukum adat (Kanibal)

Sumber: georgesteinmetz.com
Banyak dari masyarakat dunia yang beranggapan bahwa Suku Korowai
memakan daging manusia. Ternyata, setelah ditelusuri lebih jauh oleh beberapa
relawan asing, suku ini tidak mengonsumsi daging manusia untuk makanan
sehari-hari. Lebih tepatnya, orang korowai melakukan ritual memakan daging
manusia yang melanggar aturan mereka, misalnya tukang sihir atau biasa disebut
dengan khuakhua. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kanibalisme ini
sebenarnya merupakan bagian dari hukum adat Suku Korowai bagi orang yang
terbukti melakukan perbuatan terlarang atau hukuman untuk yang melakukan
kejahatan. Akan tetapi, saat ini sifat kanibal orang-orang Korowai makin jarang
terjadi dan ditinggalkan, terutama setelah sebagian warga suku mendapatkan
penginjilan dan memberi diri untuk di baptis.

c) Konflik Suku Korowai

Sumber: Serambinews.com

Kehidupan masyarakat Korowai bukannya tanpa konflik. Ada beberapa


konflik eksternal maupun internal yang terjadi selama beberapa tahun terakhir.
Salah satu contoh konflik eksternal terjadi akibat eksploitasi yang dilakukan oleh
beberapa pihak dari luar Suku Korowai. Contohnya, pada tahun 1990 setelah para
misionaris meninggalkan suku tersebut, beberapa orang mulai mengeksploitasi
daerah tersebut untuk memburu pohon gaharu. Kayu dari pohon gaharu memiliki
nilai yang sangat mahal, sehingga muncul perdagangan besar-besaran di wilayah
tersebut yang mengundang banyak orang asing masuk ke lingkungan Suku
Korowai. Ramainya populasi pendatang menyebabkan adanya prostitusi
di kawasan hutan liar di daerah Suku Korowai, sehingga penyakit AIDS sempat
berkembang pesat saat itu. Ketika perdagangan gaharu menurun di tahun 1999,
maka endemik penyakit tersebut juga makin menurun.
Selain itu, juga terjadi konflik internal atau antar penduduk yang muncul
apabila terdapat perzinahan atau penganiayaan. Umumnya jika ada wanita yang
dianiaya dalam satu keluarga, maka keluarga wanita tersebut akan menuntut
balas. Demikian halnya jika ada yang berzinah atau berlaku serong. Kedua belah
pihak yang kedapatan berzinah harus saling bertukar barang untuk menghindari
hukum adat. Meski konflik tersebut berusaha diselesaikan secara baik-baik, tetap
saja dapat memicu kemarahan antar klan. Akibatnya, saat konflik memuncak akan
perseteruan dan bahkan bisa berujung pada pembunuhan.

Tidak hanya itu saja, masih ada beberapa konflik lain yang terjadi pada
Suku Korowai. Pemerintah sendiri mencatat bahwa angka kematian di suku ini
masih cukup tinggi. Maklum saja, karena lokasinya yang jauh dari perkotaan,
menyebabkan tindakan medis di rumah sakit yang ada tidak memungkinkan untuk
menyelamatkan kondisi kritis pasiennya. Belum lagi dari segi pendidikan,
ekonomi, hingga akses transportasi dan penyediaan sarana air bersih maupun
listrik. Pemerintah menyadari bahwa perjalanan membangun suku ini masih
cukup panjang. Tidak akan semudah membalik telapak tangan. Tentunya
dibutuhkan komitmen yang tinggi dari pihak pemerintah untuk memastikan
kesejahteraan suku tersebut tercukupi.

Hingga saat ini hal tersebut masih menjadi beban dari pemerintahan yang
ada sekarang. Tercatat masyarakat Korowai masih belum memiliki infrastruktur
yang memadai seperti layaknya kota-kota lain di Papua. Sehingga program
pembangunan di tengah Suku Korowai masih terus diupayakan hingga sekarang.
Itulah sekilas kisah tentang Suku Korowai di Papua Selatan, Indonesia. Mulai dari
sejarah serta asal-usulnya, hingga tradisi serta konflik yang sempat dan tengah
terjadi di dalam suku tersebut. Sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia,
tentunya besar harapan agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan
masyarakat Korowai. Agar masyarakat Korowai dapat merasakan kehidupan
yang jauh lebih baik dan jauh lebih maju. Terutama dalam melestarikan adat
budaya sebagai bagian dari keanekaragaman di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai