Anda di halaman 1dari 4

Tria, dkk Analisis Kafein

Kimia FMIPA Unmul

ANALISIS KAFEIN DALAM KOPI ROBUSTA (TORAJA) DAN KOPI ARABIKA (JAWA)
DENGAN VARIASI SIKLUS PADA SOKLETASI

Tria Annisa Rizky1.*, Chairul Saleh2 dan Alimuddin3

Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mulawarman


Jalan Barong Tongkok No. 4 Kampus Gunung Kelua Samarinda, 75123.
Email: Triaannisa92@gmail.com

ABSTRACT

The research about analysis of caffeine content on coffee Robusta (Toraja) and coffee Arabika
(Jawa) with cycle variations using spectrophotometer UV has been done. Coffee extract obtained through
soxhletation with ethanol 96 % and variation cycles used is 3, 6, 9, 12 and 15, tested with spectrophotometer
UV at a wavelength of 272 nm. The result of this research was obtained the caffeine content in coffee
Robusta (Toraja) for 3, 6, 9, 12, 15 cycles consecutive is 1.439 mg/L, 2.158 mg/L, 2.695 mg/L, 2.887 mg/L
and 3.700 mg/L. The caffeine content obtained coffee Arabika (Jawa) for 3, 6, 9, 12, 15 cycles consecutive is
0.474 mg/L, 0.478 mg/L, 1.056 mg/L, 1.540 mg/L and 1.926 mg/L respectively.

Keywords: Coffee Robusta, Coffee Arabika, Ethanol 96 %, Soxhletation, Caffeine, Spectrophotometer UV

polos terutama otot polos bronkus dan stimulus


A. PENDAHULUAN
otot jantung. Efek samping dari penggunaan
Perkembangan sektor pertanian di
kafein secara berlebihan (overdosis) dapat
Indonesia sangat dirasakan manfaatnya lewat
menyebabkan gugup, gelisah, insomnia, muak dan
hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai
kejang[3].
selama ini. Hal ini tidak dapat dipungkiri
Salah satu metode ekstraksi senyawa dari
mengingat Indonesia memiliki modal kekayaan
suatu bahan ialah dengan sokletasi. Metode
sumber daya alam yang sangat besar sehingga
ekstraksi sokletasi ialah ekstraksi menggunakan
memberikan peluang bagi perkembangan usaha-
pelarut yang umumnya dilakukan dengan alat
usaha pertanian. Salah satunya adalah tanaman
khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
perkebunan khususnya tanaman kopi sebagai
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
salah satu komoditi perkebunan yang banyak
pendingin libik[2]. Metode ekstraksi sokletasi
dibudidayakan oleh petani dan perusahaan
mempunyai banyak keuntungan dibandingkan
swasta[8].
dengan metode ekstraksi lainnya. Metode
Kopi adalah minuman yang digemari
ekstraksi cara panas atau sokletasi merupakan
banyak orang, baik pria maupun wanita. Semua
metode ekstraksi terbaik untuk memperoleh hasil
orang di dunia ini tidak ada yang tidak
ekstrak yang banyak dan juga pelarut yang
mengetahui kopi. Kopi adalah sejenis minuman
digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan), waktu
yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi
yang digunakan lebih cepat serta sampel dapat
biji tanaman kopi. Di samping rasa dan
diekstraksi secara sempurna karena dilakukan
aromannya yang menarik, kopi juga dipercaya
berulang-ulang[4].
dapat menurunkan resiko terkenan penyakit
Dari tahun ke tahun kopi menjadi
kanker, diabetes, batu empedu dan penyakit
hidangan yang sangat digemari oleh masyarakat.
jantung. Kopi dikenal dengan minuman yang
Hal ini terlihat dari banyaknya kedai kopi dan cafe
memiliki kandungan kafein yang berkadar tinggi
[6] yang menyajikan berbagai jenis kopi sebagai
.
menu hidangan yang ditawarkan sehingga banyak
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid
masyarakat yang berbondong-bondong datang
yang banyak terdapat di daun teh (Camellia
hanya untuk merasakan nikmatnya kopi yang
sinensis), biji kopi (Coffea arabica) dan biji coklat
ditawarkan. Namun konsumsi kafein di dalam
(Theobroma cacao). Kafein memiliki efek
kopi secara berlebihan dapat menimbulkan
farmakologis yang bermanfaat secara klinis
dampak negatif bagi kesehatan. Oleh karena itu
seperti menstimulasi susunan saraf, relaksasi otot
Penulis melakukan penelitian untuk mengetahui
Kimia FMIPA Unmul 41
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 1 November 2015 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

berapa besar kadar kafein yang terkandung di kafein dengan konsentrasi 0, 3, 6, 9, 12, 15 dan 18
dalam kopi. Penelitian ini dilakukan dengan ppm.
mengekstraksi kopi dengan metode sokletasi dan
kadar kafein dalam kopi dapat diukur secara 2.5. Penentuan Panjang Gelombang
spektrofotometri sehingga dapat dilihat apakah Maksimum
kadar kafein yang terkandung masih di bawah Serbuk kafein ditimbang sebanyak 0.1
ambang batas yang ditentukan atau tidak menurut gram. Dilarutkan dengan etanol dalam labu takar
SNI 01-7152-2006 dimana yaitu 150 mg/hari dan 100 mL hingga tanda tera lalu dihomogenkan.
50 mg/sajian. Besarnya absorbansi yang diperoleh dari larutan
diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang
B. METODOLOGI PENELITIAN gelombang 200-300 nm.
2.1. Alat dan Bahan
2.6. Penetapan Kadar Kafein
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
Sebanyak 0.1 gram ekstrak kopi dengan
ini yaitu, alat penggiling kopi, gelas beaker,
variasi siklus 6, 9, 12 dan 15 masing-masing
spatula, batang pengaduk, pipet volum, labu ukur
ditimbang dan dilarutkan dalam 100 mL etanol.
100 mL, gelas ukur 100 mL, wadah ekstrak,
Masing-masing variasi dibaca serapan sinar
corong kaca, neraca analitik, bulp pipet, pipet
(absorbansi) dengan spektrofotometer UV pada
tetes, seperangkat alat soklet BUCHI B-811,
panjang gelombang maksimum dengan blanko
spektrofotometer UV.
serapan aquades. Kemudian dihitung kadar kafein
Bahan-bahan yang digunakan dalam
masing-masing sampel dengan persamaan rumus
penelitian ini adalah kafein, sampel biji kopi
regresi yang telah didapat.
Robusta (Toraja), sampel biji kopi Arabika
(Jawa), aquadest, etanol 96 %, kertas saring,
tissue dan kertas label.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.2. Ekstraksi Sampel Hasil perhitungan kadar kafein pada
Seperangkat alat sokletasi dinyalakan, sampel kopi Robusta (Toraja) dan kopi Arabika
kemudian sampel kopi yang sudah dibungkus (Jawa) pada siklus 3, 6, 9, 12 dan 15 yang
menggunakan kertas saring dimasukkan ke dalam ditunjukkan oleh Tabel.
tabung pada rangkaian alat soklet, masukkan
pelarut etanol 96 % sebanyak 150 mL ke dalam Tabel 1 Hasil perhitungan kadar kafein kopi
labu soklet. Lakukan sokletasi dengan suhu 78 C Robusta (Toraja) dan kopi Arabika (Jawa)
sampai proses ekstraksi pada alat selesai. Kadar Kafein (mg/L)
Kemudian di lakukan proses pemisahan antara Siklus Kopi Robusta Kopi Arabika
etanol dengan ekstrak dimana ekstrak yang (Toraja) (Jawa)
dihasilkan diangin-anginkan sampai pelarut etanol 3 1.439 0.474
habis menguap. 6 2.158 0.478
9 2.695 1.056
2.3. Pembuatan Larutan Baku Kafein 1000 12 2.887 1.540
ppm
15 3.700 1.926
Serbuk kafein ditimbang sebanyak 0,1
gram, dilarutkan dengan etanol di dalam labu
3.1. Pengukuran Larutan Standar
takar 100 mL, kemudian diencerkan sampai tanda
Menggunakan Spektrofotometer UV
tera lalu dihomogenkan.
Pada proses pengukuran spektrofotometer
UV dilakukan pembuatan larutan standar terlebih
2.4. Pembuatan Larutan Kerja
dahulu, larutan standar merupakan larutan yang
Larutan kerja kafein dibuat dengan
tidak mengandung analat untuk dianalisis[1].
mengencerkan larutan baku 100 ppm. Sebanyak 0
Larutan standar digunakan sebagai kontrol dalam
mL, 3 mL, 6 mL, 9 mL, 12 mL dan 18 mL larutan
suatu percobaan sebagai nilai 100 % transmitans.
baku 100 ppm masing-masing dimasukkan ke
Dari larutan satndar ini dapat digunakan salah
dalam labu ukur 100 mL kemudian diencerkan
satunya untuk menentukan panjang gelombang
dengan etanol sampai tanda tera dan
maksimum untuk mempermudah mengatur range
dihomogenkan sehingga diperoleh larutan kerja
panjang gelombang yang akan digunakan, selain
itu penentuan panjang gelombang maksimum
42 Kimia FMIPA Unmul
Tria, dkk Analisis Kafein
Kimia FMIPA Unmul

dilakukan untuk mengetahui absorpsi mencapai etanol 96 %. Pengenceran yang berulang ini
maksimum sehingga meningkatkan proses dilakukan agar pada saat pengukuran
absorpsi larutan terhadap sinar[7]. Pada menggunakan spektrofotometer UV absorbansi
penelitian[5] mendapatkan panjang gelombang yang didapatkan tidak terlalu tinggi sehingga
maksimum kafein sebesar 275 nm, oleh karena itu dapat terbaca pada spektrofotometer UV.
pada pengukuran panjang gelombang maksimum Pengukuran spektofotometri UV sampel
dipilih rentang 200 hingga 300 nm. Sehingga hasil kopi Robusta (Toraja) didapatkan absorbansi dan
penentuan panjang gelombang yang diperoleh konsentrasi pada masing-masing siklusnya. Pada
oleh alat adalah pada panjang gelombang 272 nm siklus ke 3 didapatkan absorbansi sebesar 0.673
yang selanjutnya dapat digunakan untuk dan konsentrasi sebesar 13.773 mg/L, pada siklus
pengukuran larutan standar. Pengukuran larutan ke 6 didapatkan absorbansi sebesar 0.684 dan
standart akan menghasilkan kurva standar yang konsentrasi sebesar 13.987 mg/L, pada siklus ke 9
merupakan standar dari sampel tertentu yang didapatkan absorbansi sebesar 0.690 dan
digunakan sebagai pedoman ataupun acuan untuk konsentrasi sebesar 14.105 mg/L, pada siklus ke
sampel tersebut pada percobaan. Pembuatan kurva 12 didapatkan absorbansi sebesar 0.695 dan
standar bertujuan untuk mengetahui hubungan konsentrasi sebesar 14.221 mg/L, pada siklus ke
antara konsentrasi larutan dengan nilai 15 didapatkan absorbansi sebesar 0.700 dan
absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat konsentrasi sebesar 14.313 mg/L.
diketahui. Berikut hasil grafik pengukuran larutan Pengukuran spektofotometri UV sampel
standar yang didapatkan: kopi Arabika (Jawa) didapatkan absorbansi dan
0,9
konsentrasi pada masing-masing siklusnya. Pada
0,8
y = 0.046x - 0.010
siklus ke 3 didapatkan absorbansi sebesar 0.615
0,7
R² = 0.999 dan konsentrasi sebesar 13.664 mg/L, pada siklus
0,6
Absorbance

0,5 ke 6 didapatkan absorbansi sebesar 0.621 dan


0,4 konsentrasi sebesar 13.780 mg/L, pada siklus ke 9
0,3
0,2
didapatkan absorbansi sebesar 0.678 dan
0,1 konsentrasi sebesar 15.056 mg/L, pada siklus ke
0 12 didapatkan absorbansi sebesar 0.700 dan
-0,1
0 5 10
mg/L
15 20 konsentrasi sebesar 15.529 mg/L, pada siklus ke
15 didapatkan absorbansi sebesar 0.704 dan
Gambar 1. kurva standart kafein konsentrasi sebesar 15.615 mg/L.
Dari hasil absorbansi dan konsentrasi
yang didapatkan pada jenis kopi Robusta (Toraja)
Grafik tersebut diperoleh nilai persamaan
dan kopi Arabika (Jawa) menunjukkan bahwa
garis y = 0.046x – 0.010. Persamaan garis tersebut nilai absorbansi dan konsentrasinya meningkat
digunakan untuk menghitung kadar kafein dalam berdasarkan banyaknya siklus pada proses
kopi. Dari persamaan garis tersebut y menyatakan ekstraksi sokletasi. Pada uji sampel masing-
absorbansi, sedangkan x menyatakan konsentrasi. masing diambil sebanyak 0.1 gram tetapi hasil
absorbansi dan konsentrasi yang didapat semakin
3.2. Pengukuran sampel menggunakan meningkat, hal ini terjadi kareana banyaknya
spektrofotometer UV ekstrak yang didapat setiap siklus berbeda-beda,
semakin banyak ekstrak maka semakin meningkat
Ekstrak masing-masing kopi yang pula nilai absorbansi dan konsentrasinya.
dihasilkan diambil sebanyak 0.1 gram diencerkan 3.3. Perhitungan kadar kafein
menggunakan etanol 96 % ke dalam labu takar Setelah diperoleh konsentrasi pembacaan
sebanyak 100 mL hal ini dilakukan agar sampel sampel, kemudian dilakukan perhitungan
mendapatkan perlakuan yang sama seperti larutan konsentrasi sebenarnya terhadap kadar kafein
standarnya, kemudian larutan induk sampel yang terdapat dalam sampel. Berdasarkan hasil
diencerkan dengan cara diambil sebanyak 10 mL perhitungan yang telah dilakukan diperoleh kadar
dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan kafein dengan rumus sebagai berikut
diencerkan dengan larutan etanol 96 %.
Selanjutnya dilakukan pengenceran kedua dengan
cara yang sama yaitu diambil 10 mL larutan
pengenceran pertama dimasukkan ke dalam labu Kadar kafein yang terkandung dalam kopi
takar 100 mL dan diencerkan dengan larutan Robusta (Toraja) pada siklus ke 3 sebesar 1.439
Kimia FMIPA Unmul 43
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 1 November 2015 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

mg/L, pada siklus ke 6 kadar kafein sebesar 2.158 Sedangkan pada hasil perhitungan kadar
mg/L, pada siklus ke 9 kadar kafein sebesar 2.695 kafein yang terkandung dalam kopi Arabika
mg/L, pada siklus ke 12 kadar kafein sebesar (Jawa) yang telah dilakukan diperoleh pada siklus
2.887 mg/L, dan pada siklus ke 15 kadar kafein ke 3 sebesar 0.474 mg/L, pada siklus ke 6 kadar
sebesar 3.700 mg/L. kafein sebesar 0.478 mg/L, pada siklus ke 9 kadar
kafein sebesar 1.056 mg/L, pada siklus ke 12
4
kadar kafein sebesar 1.540 mg/L, dan pada siklus
ke 15 kadar kafein sebesar 1.926 mg/L.
3,5
3
D. Kesimpulan
Kadar (mg/L)

2,5
2 Semakin bertambah siklus maka semakin
1,5 banyak ekstrak yang dihasilkan dan terdapat
1 perbedaan kandungan kafein pada kopi Robusta
Robus
0,5 ta (Toraja) dan kopi Arabika (Jawa) dimana
0
kandungan kefein kopi Robusta (Toraja) lebih
3 6 9 12 15
Siklus (X) besar daripada kopi Arabika (Jawa).
Gambar 2. Kadar kafein kopi Robusta (Toraja)
dan kopi Arabika (Jawa)

DAFTAR PUSTAKA
1. Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC
2. Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Diktorat
Jendral POM-Depkes RI.
3. FKUI, Farmakologi Fakultas Kedokteran UI. 2002. Farmakologi dan Terapi Edisi ke empat. Jakarta:
Gaya Baru.
4. Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar Piperin
Buah Cabe Jawa. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
5. Maramis, R, K., Citraningtyas G., Wehantouw F. 2013. Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk Di Kota
Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Manado: UNSRAT Vol.2 No.04.
6. Muhibatul. 2014. Analisis Kandungan Kafein Pada Kopi. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, IAIN
7. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
8. Sairdama, S. 2013. Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika dan Margin Pemasaran Di Distrik
Kabupatan Dogiyai. Papua. Volume 2 No 2.

44 Kimia FMIPA Unmul

Anda mungkin juga menyukai