Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Inovasi Proses, Vol 3. No.

1 (Maret, 2018) ISSN: 2338-6452

Dekafeinasi Biji Kopi Robusta melalui Proses Ekstraksi


dengan Pelarut Aquadest
(Variabel Jumlah Pelarut dan Kecepatan Pengaduk terhadap Kadar Kafein Terekstraksi)

Ronny Rezeki Tri Putra Purba, Ganjar Andaka


Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
ronnyprb@yahoo.co.id

INTISARI
Dekafeinasi kopi pada penelitian ini dilakukan dengan ekstraksi batch dan analisis jumlah
kafein yang terekstraksi dilakukan dengan metode iodometri.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jumlah pelarut dan kecepatan pengaduk
pada saat ekstraksi terhadap penurunan kadar kafein kopi robusta. Variasi jumlah pelarut yang dibuat
adalah 200 mL, 300 mL, 400 mL, 500 mL, dan 600 mL dan variasi kecepatan pengaduk adalah 100
rpm, 200 rpm, 300 rpm, 400 rpm, dan 500 rpm.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semakin besar jumlah pelarut maka jumlah
kafein terekstraksi juga semakin besar dan semakin besar kecepatan pengaduk jumlah kafein yang
terekstraksi juga semakin besar. Akan tetapi, peningkatan jumlah kafein terekstraksi pada variabel
kecepatan pengaduk tidak signifikan dibandingkan dengan peningkatan jumlah kafein terekstraksi
pada variabel jumlah pelarut. Adapun kadar kafein sebelum diekstraksi adalah 6641,202 mg.
Kata kunci: Kopi Robusta, Kafein, Dekafeinasi, Ekstraksi

o
PENDAHULUAN laut pada temperatur 21-24 C.
Kopi saat ini menjadi salah satu (www.wikipedia.org)
minuman paling populer di dunia yang Menurut Rahardjo (2012), konsumsi
dikonsumsi oleh berbagai kalangan kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies
masyarakat. Kopi mengandung kafein yang kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi
bermanfaat bagi tubuh manusia, namun robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah
terdapat batas maksimal untuk mengkonsumsi pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri
kafein. Konsumsi kafein melebihi batas baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah
maksimal, akan memberikan efek negatif bagi tanaman tersebut dikembangkan di luar
tubuh manusia. Sehingga, berbagai daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan
pengembangan penelitian terus dilakukan Arab, melalui para saudagar Arab.
sebagai upaya untuk meningkatkan mutu kopi Menurut Misra (2008), kafein
dengan kadar kafein tertentu agar aman merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung
dikonsumsi oleh manusia. Metode yang umum secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman
digunakan untuk menurunkan kadar kafein terutama teh (1-4,8%), kopi (1-1,5%), dan biji
adalah melalui proses ekstraksi dengan kola (2,7-3,6%). Kafein diproduksi secara
menggunakan solven dan ekstraksi superkritik komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman
dengan CO2. tertentu serta diproduksi secara sintetis.
Kopi adalah sejenis minuman yang Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk
berasal dari pengolahan dan ekstraksi biji memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein
tanaman kopi. Coffea merupakan marga juga digunakan sebagai penguat rasa atau
sejumlah tumbuhan berbentuk pohon yang bumbu pada berbagai industri makanan.
beberapa diantaranya menjadi bahan dasar Menurut Mumin (2006), kafein
pembuatan minuman penyegar kopi. Genus ini mempunyai sifat fisik sebagai berikut.
memiliki sekitar 100 spesies, namun dari 100 Rumus molekul : C8H10N4O2.
spesies tersebut hanya dua yang memiliki nilai Nama lain : 1,3,5-trimethylxanthine
perdagangan penting, yaitu Coffea Canephora Wujud : bubuk putih tidak berbau
(menghasilkan kopi robusta) dan Coffea Berat molekul : 194,19 g/mol
3
Arabica (menghasilkan kopi arabika). Kopi dari Densitas : 1,23 g/cm
o
spesies kopi arabika memiliki rasa yang kaya Titik leleh : 227-228 C (anhydrous), 234-
o
daripada kopi robusta. Kopi robusta 235 C (monohydrate)
o
merupakan turunan dari beberapa spesies kopi Titik didih : 178 C
terutama Coffea Canephora. Tumbuh baik
pada ketinggian 400-700 m dari permukaan
10
Jurnal Inovasi Proses, Vol 3. No. 1 (Maret, 2018) ISSN: 2338-6452

melebihi batas ini akan menyebabkan


kematian. Pada beberapa kasus yang
ditemukan, dengan hanya mengkonsumsi 6,5
gram kafein saja sudah dapat menyebabkan
kematian. Namun, ada juga orang yang tetap
hidup walaupun mengkonsumsi kafein
sebanyak 24 gram.
Dekafeinasi adalah suatu proses untuk
mengurangi kadar kafein dalam kopi, coklat,
Gambar 1. Rumus bangun kafein. teh, serta bahan-bahan lainnya yang juga
mengandung kafein. Salah satu cara yang
Kafein termetabolisme didalam hati digunakan untuk mengurangi kadar kafein
menjadi tiga metabolit utama yaitu tersebut adalah melalui proses ekstraksi.
paraxanthine (84%), theobromine (12%), dan Untuk mengurangi kadar kafein dapat
theophylline (4%). dilakukan dengan dua cara, yaitu metode
langsung (ekstraksi) dan proses CO2.
1. Metode langsung (ekstraksi)
Metode ini sering digunakan untuk
dekafeinasi biji kopi. Biji kopi di-steam
terlebih dahulu selama 30 menit
kemudian diekstraksi selama 10 jam
menggunakan solven. Setelah
dipisahkan dari solven, biji kopi di-steam
kembali untuk menghilangkan sisa
solven. Solven yang dapat digunakan
adalah benzena, diklorometana,
trikloroetana, dan kloroform. Namun
karena alasan keselamatan, dampak
lingkungan, harga dan rasa, maka
solven tersebut dapat digantikan dengan
Gambar 2. Rumus bangun senyawa metabolit bahan yang lebih tidak berbahaya
kafein. seperti etanol, etil asetat, dan trigliserida.
Sumber utama kafein dunia adalah biji 2. Proses CO2
kopi. Kandungan kafein pada kopi bervariasi, Secara teknis, proses ini dikenal sebagai
tergantung pada jenis biji kopi dan metode ekstraksi fluida superkritis. Ekstraksi
pembuatan yang digunakan. Secara umum, dilakukan menggunakan karbon dioksida
satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg superkritis pada tekanan 73-300 atm
(30 mL espresso varietas arabika) kafein, selama 10 jam. Setelah itu, tekanan
sampai dengan 100 mg kafein untuk satu diturunkan untuk menguapkan CO2, atau
cangkir (120 mL) kopi. Umumnya, kopi dark- CO2 superkritis tersebut dialirkan ke air
roast memiliki kadar kafein yang lebih rendah atau filter arang untuk menghilangkan
karena proses pemanggangan akan kafein. Proses ini memiliki keunggulan
mengurangi kandungan kafein pada biji yaitu dapat menghindari penggunaan
tersebut. Kopi varietas arabika umumnya solven yang berbahaya.
mengandung kadar kafein yang lebih sedikit (www.wikipedia.org)
daripada kopi varietas robusta. Menurut Perva (2006), ada beberapa
(www.wikipedia.org) faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi,
Menurut Petracci (2005), kandungan diantaranya:
kafein pada biji kopi berbeda-beda tergantung 1. Suhu
dari jenis kopi dan kondisi geografis dimana Kelarutan bahan yang diekstraksi dan
kopi tersebut ditanam. Kopi arabika difusivitas biasanya akan meningkat
mengandung kafein 0,4-2,4% dari total berat dengan meningkatnya suhu, sehingga
kering sedangkan kopi robusta mengandung diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada
kafein 1-2% dan 10,4% asam organik. beberapa kasus, batas atas untuk suhu
Menurut Nawrot (2001), kematian operasi ditentukan oleh beberapa faktor,
akibat mengkonsumsi kafein secara berlebihan salah satunya adalah perlunya
jarang terjadi, tetapi hanya ada pada beberapa menghindari reaksi samping yang tidak
kasus. Batas maksimal konsumsi kafein pada diinginkan.
manusia adalah 10 gram per orang dan jika
11
Jurnal Inovasi Proses, Vol 3. No. 1 (Maret, 2018) ISSN: 2338-6452

2. Ukuran partikel menghasilkan suatu produk kopi rendah kafein


Semakin kecil ukuran partikel, semakin dengan pelarut aquades dengan pengaruh
besar luas bidang kontak antara padatan suhu dan waktu ekstraksi terhadap penurunan
dan solven, serta semakin pendek jalur kadar kafein serta bagaimana kondisi optimum
difusinya, yang menjadikan laju transfer terhadap penurunan kadar kafein.
massa semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
3. Faktor solven menghasilkan suatu produk kopi rendah
Kafein biasanya diisolasi dengan kafein. Secara spesifik, bertujuan untuk
ekstraksi menggunakan solven organik, mengetahui pengaruh suhu dan waktu operasi
dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, serta memperoleh kondisi optimum terhadap
waktu, pH, dan rasio komposisi solven penurunan kadar kafein.
dengan bahan) dapat mempengaruhi Manfaat dari penelitian ini merupakan
efisiensi ekstraksi kafein. upaya untuk mengolah biji kopi robusta
Menurut Petunjuk Praktikum Kimia dengan kadar kafein yang rendah sehingga
Analisis IST AKPRIND Yogyakarta (2010), aman dikonsumsi oleh masyarakat.
analisis kadar kafein dalam kopi dapat
dilakukan dengan Iodometri. Iodometri adalah METODE PENELITIAN
titrasi iodium yang ada dalam larutan atau 1. Bahan Penelitian
iodium hasil reaksi suatu iodide dengan Bahan yang digunakan adalah biji kopi
oksidator. Dengan beberapa oksidator dalam robusta, H2SO4 4N, pelarut aquades, Na2S2O3,
suasana asam atau netral, iodide akan KIO3, amilum 1%, H2SO4 1%, iodium 0,1 N dan
dioksidasi dan berbentuk iodium bebas. Iodium KI 10%.
ini kemudian dititrasi dengan reduktor.
Reduktor yang biasanya digunakan adalah 2. Alat Penelitian
natrium thiosulfate. Larutan iodium dalam air Alat yang digunakan adalah ayakan
yang mengandung iodide berwarna kuning (60 mesh), oven, seperangkat alat ekstraksi,
sampai coklat, tergantung kadarnya. gelas ukur, buret, labu ukur, gelas beaker,
1 tetes 0,1 N iodide dalam 100 mL air pipet ukur, pipet volum, pipet tetes dan
mengakibatkan larutan berwarna kuning erlenmeyer.
gading, karena itu iodium dapat berlaku
sebagai indikator sendiri, tetapi karena mata 3. Prosedur Penelitian
kurang bisa menangkap perubahan warnanya, Adapun untuk tahapan penelitian ini
maka dipakai amilum sebagai indikator. sebagai berikut:
Amilum dapat bereaksi dengan iodium dalam a. Dekafeinasi biji kopi robusta, meliputi
lingkungan iodide dan membentuk warna biru proses persiapan bahan baku
dari komplek iod amilum. Larutan standart (pengeringan biji kopi) dan proses
thiosulfate yang digunakan harus ekstraksi dengan pelarut aquades,
distandarisasi dahulu, untuk itu diperlukan b. Pengujian produk untuk analisa hasil.
KIO3. Pada proses persiapan bahan baku,
dilakukan pengeringan biji kopi yang akan
- - + -
Reaksi : ClO3 + 6I + 6H Cl + digunakan. Tujuan dari pengeringan ini adalah
3I2 + 3H2O untuk mengurangi kadar air dalam biji kopi
sekaligus untuk mengawetkan. Selain
Kafein merupakan alkaloida yang pengeringan bahan, juga dilakukan
diturunkan dari purin. Nama lain kafeina penggilingan bahan dengan maksud
adalah 1,3,7-trimotil xantina. Kafeina terdapat memperbesar bidang kontak dengan pelarut.
dalam biji kopi (0,5%) dan dalam teh (2-4%). Setelah itu dilakukan proses ekstraksi dengan
Kafeina mempunyai efek psikologis sebagai cara menimbang sampel yang telah digiling
stimulant. Ikatan rangkap dalam kafein dapat halus dan lolos ayakan 60 mesh sebanyak 20
diadisi iod. Untuk mengetahui kadar atau gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu
konsentrasi kafein maka larutan yang leher tiga. Setelah itu ditambahkan aquades
mengandung kafein ditambah iod yang telah sebanyak 500 mL. Peralatan ekstraksi
diketahui volume dan kosentrasinya. dirangkai, kemudian dilakukan ekstraksi sesuai
Selanjutnya kelebihan iod setelah terjadi reaksi dengan variabel-variabel yang telah
adisi dititrasi dengan larutan natrium ditentukan. Setelah ekstraksi selesai, filtrat
thiosulfate. Dengan demikian iod yang teradisi sampel diambil untuk kemudian dihitung kadar
oleh kafein dapat diketahui. kafein yang terambil. Hasil ekstraksi yaitu
Adapun batasan masalah dalam kadar kafein yang terambil dianalisis dengan
penelitian ini yaitu bagaimana cara untuk metode Iodometri.
12
Jurnal Inovasi Proses, Vol 3. No. 1 (Maret, 2018) ISSN: 2338-6452

Tabel 1. Pengaruh suhu ekstraksi terhadap


kadar kafein
V Kafein terambil
T N
o Na2S2O3 dalam 20 g kopi/
( C) Na2S2O3
(mL) 500 mL pelarut (mg)
27 0.0833 19.9 415.075
40 0.0888 18.5 433.105
55 0.0888 18.4 443.872
65 0.0888 18 486.94
75 0.0888 17.2 573.076
Gambar 3. Rangkaian alat ekstraksi 100 0.0888 16.5 648.445
4. Variabel yang Diteliti Tabel 2. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap
Dalam penelitian ini dilakukan variabel kadar kafein
suhu dan waktu ekstraksi. Kafein terambil
a. Variabel suhu ekstraksi V
t N dalam 20 g kopi/
b. Proses ekstraksi dilakukan pada waktu Na2S2O3
(men) Na2S2O3 500 mL pelarut
tetap selama 30 menit dan tekanan tetap (mL)
(mg)
1 atm dengan variasi suhu ekstraksi
yaitu pada 27, 40, 55, 65, 75, dan 10 0.0833 19.3 475.675
o
100 C.
c. Variabel lama waktu ekstraksi 30 0.0833 19.2 485.776
d. Proses ekstraksi dilakukan pada suhu
o
tetap 60 C dan tekanan tetap 1 atm 60 0.0888 17.9 497.707
dengan variasi lama waktu ekstraksi
90 0.0833 19 505.976
yaitu 10, 30, 60, 90, dan 120 menit.
120 0.0888 17.7 519.241
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan baku berupa bubuk kopi robusta Dari hasil penelitian dekafeinasi biji kopi
dengan ukuran 60 mesh, dilakukan analisis robusta melalui proses ekstraksi dengan
bahan baku yaitu kadar kafein dan kadar air pelarut aquades didapatkan kondisi optimum
o
secara kuantitatif untuk mengetahui yakni pada suhu ekstraksi 100 C dengan
kandungan kafein dan air mula-mula sebelum kafein yang terambil dalam 20 gram kopi/ 500
ekstraksi. Hasil analisis menunjukkan bahwa mL pelarut sebesar 648,445 mg sedangkan
bubuk kopi robusta sebelum ekstraksi waktu ekstraksi yang optimum yaitu pada 120
mempunyai kandungan kafein dalam 20 gram menit dengan kafein yang terambil dalam 20
kopi sebesar 6641,202 mg dengan kadar air g kopi/ 500 mL pelarut sebesar 519,241 mg,
sebesar 2,584%. dengan kadar awal kafein sebelum ekstraksi
Pembuatan kopi rendah kafein sebesar 6641,202 mg.
menggunakan bahan baku berupa bubuk kopi 1. Pengaruh Suhu Ekstraksi terhadap
robusta diekstraksi dengan variasi suhu dan Kadar Kafein
waktu ekstraksi. Penelitian dilakukan dengan Dari tabel 1 di atas, dapat dibuat grafik
berat bahan baku untuk masing-masing hubungan suhu ekstraksi dengan kafein yang
sampel sebanyak 20 gram dan penambahan terambil sebagai berikut:
pelarut aquades dengan volume 500 mL pada
labu leher tiga.
Kemudian dilakukan analisa hasil melalui
pengambilan 20 mL volum filtrat untuk
dianalisis, untuk mengetahui kadar kafein yang
terambil dari proses ekstraksi dan mengetahui
bagaimana pengaruh suhu dan waktu
ekstraksi terhadap penurunan kadar kafein.
Analisa hasil dekafeinasi biji kopi robusta
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
13
Jurnal Inovasi Proses, Vol 3. No. 1 (Maret, 2018) ISSN: 2338-6452

padatan. Dengan semakin tingginya difusivitas


aquades dan renggangnya molekul dalam
padatan bubuk kopi maka aquades akan lebih
mudah untuk menembus padatan bubuk kopi
sehingga kafein yang terdapat dalam padatan
terekstrak. Oleh karena itu, semakin tinggi
suhu kafein terekstrak semakin banyak.
2. Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap
Kadar Kafein

Gambar 4. Grafik hubungan suhu ekstraksi Dari Tabel 2 diperoleh grafik hubungan
dengan kafein yang terambil dalam 20 g kopi/ waktu ekstraksi terhadap kadar kafein yang
500 mL pelarut. terambil, ditunjukkan pada Gambar 3.
Berdasarkan gambar 4, semakin tinggi
suhu ekstraksi maka kafein yang terambil
dalam 20 g kopi/ 500 mL pelarut semakin
tinggi. Grafik menunjukkan bahwa pada suhu
100°C terdapat pengambilan kafein yang
paling besar yaitu 648,445 mg dari kandungan
kafein awal sebelum ekstraksi sebesar
6641,202 mg. Hal ini disebabkan semakin
tinggi suhu maka kerapatan massa baik
aquades sebagai solven maupun padatan
bubuk kopi semakin renggang sehingga
memiliki ruang kosong antar molekul yang Gambar 3. Grafik hubungan waktu ekstraksi
lebih besar. terhadap kafein yang terambil dalam 20 g kopi/
Menurut Brown (1950), leaching atau 500 mL pelarut.
ekstraksi padat cair adalah proses Melihat hasil penelitian pada gambar
perpindahan solut dari padatan ke pelarut 3, menunjukkan bahwa semakin lama waktu
karena adanya driving force berupa perbedaan ekstraksi maka kafein yang terambil dalam 20
konsentrasi solut dan kelarutan solut antara g kopi/ 500 mL pelarut semakin tinggi. Grafik
padatan dengan pelarut. Interaksi diantara zat menunjukkan bahwa pada 120 menit terdapat
terlarut dari suatu padatan ini sangat pengambilan kafein yang paling besar yaitu
berpengaruh pada proses ekstraksi. Pada 519,241 mg dari kandungan kafein awal
proses ini, kafein yang terperangkap dalam sebelum ekstraksi sebesar 6641,202 mg. Hal
padatan bubuk kopi bergerak melalui pori-pori ini disebabkan karena semakin lama waktu
padatan karena proses fisika maupun kimia ekstraksi maka semakin lama kontak solute
yakni dalam mekanisme pelarutan dan dengan pelarut, sehingga kafein yang
desorpsi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terekstraksi semakin banyak.
keberhasilan dalam ekstraksi padat cair Menurut Jurnal Pangan dan
diantaranya adalah persiapan bahan padatan, Agroindustri Universitas Brawijaya (2015),
suhu operasi, metode dan tahap operasi, suhu dan lama waktu ekstraksi merupakan
perbandingan feed terhadap solven, dan jenis faktor – faktor yang mempengaruhi laju
pelarut. ekstraksi. Pada proses ekstraksi, laju ekstraksi
Menurut jurnal Hongkong Chemistry akan meningkat seiring dengan naiknya suhu
Olympiad for Secondary School (2013), pada ekstraksi. Selain itu, lama kontak solute
ekstraksi pelarut didasarkan terutama pada dengan pelarut akan meningkatkan kelarutan
perbedaan kelarutan kafein dalam pelarut yang material yang akan diekstrak sehingga
berbeda, kafein sedikit larut dalam air pada kecepatan ekstraksi juga meningkat.
suhu kamar, tetapi sangat larut dalam air
o KESIMPULAN
mendidih (100 C). Oleh karena itu kafein dapat
o Dari hasil penelitian dapat
terekstrak lebih besar pada 100 C.
Menurut Foust (1959), untuk solven disimpulkan:
aquades yang bersifat cair semakin tinggi suhu 1. Kadar kafein dalam biji kopi robusta
akan menurunkan viskositasnya sehingga dapat diturunkan melalui proses
difusivitas akan naik. Sedangkan untuk ekstraksi dengan pelarut aquades.
padatan bubuk kopi, semakin tinggi suhu akan 2. Hasil penelitian menunjukkan semakin
memperlebar jarak antar molekul dalam tinggi suhu dan waktu operasi akan

14
Jurnal Inovasi Proses, Vol 3. No. 1 (Maret, 2018) ISSN: 2338-6452

meningkatkan jumlah kafein yang sinensis) Granules, International


terekstrak. Journal of Green Pharmacy : 47-51.
3. Penambahan suhu yang optimum Mokhtar, H and N. Ahmed, 2000, Tea
dengan pengambilan kafein 648,445 mg polyphenols: Prevention of cancer and
dari kadar awal sebelum ekstraksi optimizing health, Am. J. Clin. Nutr.,
6641,202 mg berada pada suhu Suppl., 71 : 16985-17028.
o
ekstraksi 100 C. Mumin A, Kazi F A, Zainal A, Zakir H, 2006,
4. Waktu ekstraksi yang optimum dengan Determination and Characterization of
pengambilan kafein 519,241 mg dari Caffeine in Tea, Coffee, and Soft Drink
kadar awal sebelum ekstraksi 6641,202 by Solid Phase Extraction and High
mg berada pada waktu ekstraksi 120 Performance Luquid Chromatography
menit. (SPE – HPLC), Malaysian Journal of
Chemistry, 8: 45-51.
SARAN Perry R H, Dow W G, 1997, Liquid-Liquid
Dari kesimpulan yang telah dipaparkan Extraction Operations and Equipment,
maka dapat disarankan bahwa: Perry’s Chemical Engineers’
1. Perlu dilakukan penelitian untuk Handbook, 7th ed., Mc Graw-Hill, New
ekstraksi pada suhu yang lebih lama York, 15:9-16.
o
(diatas 100 C) dan waktu yang lebih Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
lama (lebih dari 2 jam) terhadap (Indonesian Coffee and Cocoa
pengambilan kadar kafein. Research Institute atau ICCRI).
2. Analisa kadar kafein dapat digunakan http://iccri.net/pengolahan-kopi/
metode yang lain (HPLC dan TLC) Diakses pada 1 April 2014 pukul 18.48
3. Penelitian dapat dilakukan atau WIB
dikembangkan dengan metode dan Petracco, Marino J., 2005, Our Everyday Cup
variabel yang berbeda. of Coffee: The Chemistry Behind Its
Magic. Chemical, Education. 82 (8),
DAFTAR PUSTAKA page 1161.
Aak,1980,Budidaya Tanaman Kopi,Yayasan Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Jurusan
Kanisius Yogyakarta. teknik kimia IST AKPRIND
Christian Alliance S C Chan Memorial College, Yogyakarta, 2010.
2013, Chemical Test for caffeine, Rahadjo, Pudji, 2012, Panduan Budidaya dan
Hong Kong Chemistry Olympiad for Pengolahan Kopi Arabika dan
Secondary School. www.hkasme.org Robusta, Penebar Swadaya, Jakarta
Diakses pada 20 Maret 2015 pukul id.
12.19 WIB Sianturi, G, 2001, Kafein dan Minuman
Mohamad Anang, Nurwantoro, 2004, Diktat Kesehatan, www.gizi.net Diakses pada
kuliah Analisis Pangan, Teknologi 20 Maret 2014 pukul 13.30 WIB.
Hasil ternak Universitas diponegoro Widyotomo,H.K. Purwadaria, dan Atjeng M.
Semarang. Syarief, 2011, Pengembangan Model
Kim W J, J D Kim, S G Oh, 2006, Supercritical Matematik Laju Penurunan Kafein
Carbon Dioxide Extraction of Caffeine dalam Biji Kopi dengan Metode
from Korean Green Te, Separation Pelindian, Pelita Perkebunan, Volume
Science and Technology. 42:3229- 27, Nomor 2, Edisi Agustus 2011.
3242. Widyotomo, S, dkk, 2009, Karakteristik Proses
Lee K J, Sang H L, 2008, Extraction Behavior Dekafeinasi Kopi Robusta dalam
of Caffeine and EGCG from Green and Reaktor Kolom Tunggal dengan
Black Tea, Biotechnology and Pelarut Etil Asetat, Pelita Perkebunan,
Bioprocess Engineering. 13: 646-649. 25, 101-125.
Nugraha T M, Nurkholis, 2010, Pembuatan Wilson I.D, dkk, 2000, Encyclopedia of
Teh Rendah Kafein melalui Proses Separation Science Academic Press.
Ekstraksi dengan Pelarut Etil Asetat, 118-119.
Universitas Diponegoro Semarang. Winarno, F G, 1990, Bahan Tambahan
Diakses pada 27 Maret 2014 pukul Makanan, Bogor : Pusat Antar
13.00 WIB. Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Misra H, D. Mehta, B.K. Mehta, M. Soni, D.C. Pertanian Bogor
Jain, 2008, Study of Extraction and http:// ik.pom.go.id/…/waspadai-keracunan-
HPTLC – UV Method for Estimation of kafein/ Diakses pada 9 Juli 2014 pukul
Caffeine in Marketed Tea (Camellia 16.40 WIB
15

Anda mungkin juga menyukai