NIRM : 03.03.19.073
Semester : 4D / Penyuluhan Peternakan dan Kesrawan
Alamat : Sungailiat, Kabupaten Bangka, Kep. Bangka Belitung
(Srumbung, Magelang, Jawa Tengah)
Mata Kuliah : Produksi Ternak Potong Rumenansia Besar
Dosen Pengampu : Sunardi, S.Pt.,M.M.A
- PERTEMUAN 9 -
PERALATAN TERNAK SAPI POTONG
2. Tempat Minum
❖ Air harus tersedia sepanjang tahun. Oleh karena itu, sumber air menjadi sangat
penting (vital) diperhatikan dalam membangun kandang.
❖ Tempat air minum dapat berupa ember plastik atau wadah lain.
❖ Tempat minum ditempatkan dibagian pinggir tempat pakan atau dibagian lain dari
pen kandang
❖ Untuk peternakan yang sudah modern, tempat minum dibuat otomatis (niple
drinker).
❖ Dengan demikian, air tersedia setiap saat tanpa harus membersihkan dan
mengisi kembali tempat minum tersebut. Dalam pembangunan tempat minum
otomatis diperlukan menara air dan sistem instalasi air
4. Penerangan Kandang
❖ Lampu penerangan diperlukan untuk memudahkan pengontrolan ternak di
malam hari
❖ Adanya lampu penerangan memudahkan ternak melakukan aktifitasnya dimalam
hari, seperti makan, kawin, beranak
B. PERALATAN KANDANG
1. Ember
❖ Berfungsi menampung air diperlukan dalam pemberian minum ternak.
❖ Selain itu, ember dapat digunakan dalam pengangkutan pakan, khususnya pakan
konsentrat
❖ Besar kecilnya ember disesuaikan dengan kebutuhan
❖ Ember berkapasitas 5 liter cukup untuk kandang individu, sedangkan untuk
kandang kelompok diperlukan ember yang lebih besar (15-20 liter)
❖ Pada peternakan dengan sistem pemberian minum secara otomatis (nipple
drinker), tidak diperlukan ember
2. Alat Kesehatan
❖ Setiap peternakan harus dilengkapi dengan seperangkat alat-alat kesehatan,
seperti spuit dengan jarumnya (pemberian obat dan vitamin) dan termometer.
❖ Jika memungkinkan, disediakan satu set alat bedah untuk pembedahan abses
(bisul) atau melakukan nekropsi terhadap ternak yang mati.
3. Timbangan Ternak
❖ Untuk melakukan pencatatan terhadap kinerja ternak, diperlukan alat
pengukurnya, Salah satunya adalah timbangan.
❖ Timbangan ternak digunakan untuk mengukur berat badan saat lahir atau berat
badan pada saat-saat tertentu.
❖ Timbangan sangat penting diperlukan saat penjualan ternak yang harga jualnya
berdasarkan berat badan.
❖ Penjualan seperti ini sudah mulai berkembang dan merupakan cara penjualan
yang paling adil untuk kedua belah pihak penjual dan pembeli
4. Timbangan Pakan
❖ Pemberian pakan berlebih adalah pemborosan.
❖ Diperlukan timbangan pakan, khususnya dalam pemberian pakan konsentrat.
❖ Timbangan diperlukan juga dalam pembuatan pakan konsentrat yang terdiri dari
berbagai bahan pakan dengan proporsi tertentu.
6. Drencher
❖ Drencher adalah alat khusus digunakan dalam pemberian obat melalui mulut,
seperti obat cacing atau obat lainnya yang bentuk cair.
❖ Alat ini fungsinya dapat digantikan dengan menggunakan spuit.
9. Gunting Kuku
❖ Pemotongan kuku perlu dilakukan secara periodik menggunakan gunting khusus
pemotong kuku atau dapat juga digunakan gunting tanaman.
❖ Kuku yang panjang akan mengganggu pergerakan ternak dan bentuk kaki
10. Trocar
❖ Alat kesehatan yang digunakan untuk mengatasi bload (kembung) pada ternak
❖ Dengan trocar ini dapat dilakukan penusukan pada bagian perut sehingga gas
keluar dan kembung teratasi.
❖ Disarankan bagi yang ahli
2. Telepon
❖ Komunikasi melalui jaringan telepon sangat vital, terutama dalam hal pemasaran
hasil atau pemesanan sarana produksi.
3. Listrik
❖ listrik sangat diperlukan dalam usaha beternak kambing dan domba.
❖ Selain untuk penerangan, peralatan lain juga menggunakan listrik, seperti
refrigerator, freezer, dan chopper.
❖ Sumber listrik dapat dari PLN atau generator/genset.
- PERTEMUAN 10 -
SIKLUS BIRAHI SAPI POTONG
2. Estrus
❖ Fase untuk kopulasi
❖ Sapi yang birahi (fase estrus) ditandai dengan adanya kemerahan, kebengkakan
dan alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental dan bersih yang
menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan tingkah laku
homoseksual, suara bengah-bengah pada sapi tersebut.
❖ Jika dipalpasi perektal maka uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan
permukaan tidak rata, cervik relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel de graaf
yang membesar dan sudah matang.
3. METESTRUS
❖ Fase yg terjadi setelah fase estrus selesai
❖ Gejala berahi masih tampak tapi ♀ menolak ♂ utk kopulasi.
❖ Servik menutup, lendir menjadi kental berfungsi sebagai sumbat servik.
4. DIESTRUS
❖ Corpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran
reproduksi menjadi nyata.
❖ Endometrium lebih menebal
❖ Bila terjadi kebuntingan korpus luteum akan bertahan untuk mempertahankan
kebuntingan
❖ Jika tidak, maka korpus luteum mengalami regresi dan menghilang, maka mulai
terjadi perkembangan folikel- folikel primer, sekunder dan akhirnya kembali ke
fase proestrus
- PERTEMUAN 11 -
PAKAN SAPI POTONG
PAKAN
❖ Hijauan, konsentrat, tambahan pakankualitas, kuantitas, kontinuitas
❖ Bahan pakan dapat dikonsumsi, dicerna dan digunakan/dimanfaatkan oleh ternak
❖ Secara umum yang dikonsumsi tidak semua dapat digunakan dan dicerna oleh
ternak ruminansia
TANAMAN
❖ Membuat dan menyimpan energi kimiawi yang kemudian digunakan oleh ternak
untuk “maentenence” dan mensintesa jaringan tubuh
❖ Perlu di ingat bahwa tanaman dan ternak terdiri dari senyawa yang sama
❖ Dimana kebanyakan hewan ternak selepas sapih memperoleh pakan dari
❖ tanaman. Dalam hidupnya tanaman dapat menggunakan :
a) Sinar matahari
b) Co2
c) Air (H2O)
d) Garam mineral dari tanah
Dengan fotosintesa mensintesa zat pakan organik Digunakan sebagai energi dan
protein Membentuk Jernigan. Jadi : “Tanaman membuat dan menyimpan energi
Sedangkan ternak adalah sebagai
penggunnya”
2. Secara konvensional :
❖ Bahan pakan berserat sumber energi (carbonaceous roughages) PK rendah,
❖ SK tinggi, dan kebanyak berasal dari sisa tanaman pangan (jerami)
❖ Bahan pakan berserat sumber protein (proteinaceous roughages) ber-PK
❖ tinggi, ber-SK tinggi, dan berasal dari tanaman legume
❖ Bahan pakan konsentrat sumber energi (carbonaceous concentrates) Bahan
❖ pakan berenergi tinggi, berprotein rendah, berasal dari bebijian, dan hasil hasil
❖ ikutan industri pertanian
❖ Bahan pakan konsentrat sumber protein (proteinaceous concentrates)
❖ Berprotein tinggi, berasal dari tanaman, hewan, maupun ikan
❖ Bahan tambahan Dapat berupa nutrient maupun bukan
❖ patologi penyakit,
❖ cara penularannya,
❖ cara masuk, atau keluarnya penyakit dan faktor keter-paparan atau
kepekaannya Penyakit menular
❖ Tidak menular
ANTHRAKS
Gejala :
❖ Akut, hewan mati tanpa diikuti gejala klinis. Kadang disertai adanya
perdarahan yang keluar melalui lubang hidung dan anus
❖ Gejala umum, pembengkakan daerah leher, dada, lambung dan alat
kelamin luar
❖ Gejala lain, panas tinggi, kesulitan bernafas, sempoyongan, lemah dan
kematian cepat
❖ Di daerah enzootik, apabila hewan mati tanpa gejala harus dicurigai
terhadap anthrax dan tidak boleh dilakukan bedah bangkai . Preparat ulas
darah dapat diambil dari darah yang keluar melalui lubang hidung atau
anus untuk pemeriksaan lebih lanjut
Diagnosis :
❖ Pemeriksan mikroskopis langsung
❖ Kultur bakteri
❖ Uji biologis
❖ Uji serologis (Ascoli, ELISA)
❖ DD: Clostridiosis, Pasteurellosis, Leptospirosis, Keracunan
SURA
❖ Trypanosomiasis; Penyakit mubeng
❖ Penyebab : Trypanosoma evansi
❖ Pertama kali di Indonesia 1897 di Semarang (Sebelumnya Banten, Tegal,
Cirebon, Pulau Roti). Tahun 1957, diseluruh Indonesia kecuali Bali, Sumba,
Flores, Maluku, Papua.
❖ 1974 Maluku dan Papua Masih bebas.
❖ Kerugian Rp. 13.956.066.627/ tahun (1978).
❖ Penyakit bersifat akut, kroni
❖ Hewan rentan : semua hewan berdarah panas,kecuali burung.
❖ Fatal pada kuda, keledai, sapi, kerbau, rusa, onta, llama, anjing dan kucing.
Mortalitas 80 % (Sapi, kerbau)
❖ Kronis pada babi domba dan kambing.
❖ Masa inkubasi 3 – 14 hari.
❖ Transmisi : Tabanus, Chrysops, Stomoxys, Haematopota, Lyperosia, dan
Haematobia.
Gejala :
Diagnosis :
❖ Prinsip : terapi kuratif pada penderita, terapi profilaksis pada hewan peka,
mencegah gigitan vector
❖ Suramin
❖ Prothridium
❖ Diminazene aceturate
❖ Melarsomine chlorhydrate
❖ Ternak sakit diasingkan terhindar dari gigitan vektor
❖ Pencegahan dengan pemberantasan vektor
❖ Pengendalian sesuai pedoman PHM
PARATUBERCOLOSIS
❖ Johne’s disease;
❖ Penyebab : Mycobacterium avium subspesiesparatuberculosisi (MAP)
❖ Kronis contagius granulomatus enteritis disertai diare persisten, kurus
progresif, lemah, mati.
❖ Menyerang semua ruminansia, juga omnivora dan karnivora (llama, kelinci liar,
rubah, musang, babi dan primata)
Gejala :
Gejala :
Diagnosis :
Gejala :
❖ Salivasi
❖ Demam (40-41 °C) □ Berbaring
❖ Malas bergerak
❖ Kesukaran menelan
BRUCELLOSIS
❖ Di Indonesia masuk dalam daftar penyakit menular yang harus dicegah dan
diberantas sejak tahun1959
❖ Penyebabnya adalah bakteri Brucella abortus
❖ Kuman Brucella dapat dibebaskan / keluar melalui air susu, urin, dan feses.
❖ Di suhu lingkungan kurang dari 25°C, kuman dapat tahan hidup sampai tiga
bulan.
❖ Kuman dapat tahan hidup pada bahan-bahan olahan dari hasil ternak.
Penularan :
❖ Melalui air atau pakan yang tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar
dari Rahim yang menderita infeksi.
❖ Pejantan dapat menularkan juga melalui sperma.
Gejala :
Gejala :
Gejala
Diagnosis
Gejala :
Diagnosis :
❖ Temuan patologis-anatomis dari otak, sumsum tulang belakan bagian leher.
❖ DD : radang otak dan selaputnya, rabies, penyakit mubeng (surra).
JEMBRANA
❖ Rama Dewa; Jembrana like Disease
❖ Penyakit menular akut pada sapi Bali (dan turunan, rambon)
❖ Dikenal mulai tahun 1964 di Jembrana, Bali. Gianyar, Klungkung, Badung,
Tabanan, Buleleng(wabah besar). Lampung, Sumatera Barat, JawaTimur (1993)
❖ Penyakit infekius, non kontagius
❖ Penyebab: Rickettsia (1978); Bovine lentivirus (1995)
Gejala
❖ Demam tinggi (39 – 40 °C). Suhu>40 °C beberapa hari kemudian turun hingga
sub normal
❖ Pembesaran kelenjar limfe
❖ Diare profus hemoragi, erosi mukosa mulut
❖ Abortus
❖ Keringat darah; perdarahan pada mata; mukosa hiperemik, hemoragik, anemis
Diagnosis
❖ Nekropsi; Histopatologi
❖ Sampel: limpa, kelenjar limfe, hepar, renal, adrenal, darah
❖ Ulas darah: Giemza (kecoklatan), Machiavello (merah)
❖ DD: MCF, Rinderpest, Piroplasmosis, SE
❖ Terapi
❖ Tidak memberikan hasil
❖ Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
❖ Pencegahan: belum ada vaksin
❖ Pengendalian: isolasi dan kubur dalam, pemusnahan vektor
ORF
❖ Penyakit yang sering dilaporkan menyerang ternak kambing dan Domba di
Indonesia adalah penyakit Ecthyma Contagiosa atau yang biasa disebut Orf
❖ Diketahui juga bahwa penyakit orf pada kambing dapat menular ke manusia
(zoonosis) lewat luka abrasi, atau saat memerah susu, atau karena kelalaian
pada saat melakukan vaksinasi
❖ Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Van Der Laan tahun 1914 pada
kambing di Medan, Sumatra Utara, Kemudian Bubberman dan Kraneveld (1931)
melaporkan kejadian penyakit tersebut di Bandung, Jawa Barat. Penyebaran
penyakit Orf juga terjadi di daerah Jawa, Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Bali
dan Papua. Menurut data lain yang menyebutkan bahwa sebanyak 20 provinsi
sebagai daerah tertular sampai tahun 1988 (Adjid, 1992)
Penyebab :
❖ Disebabkan oleh virus parapox dari family poxviridae dan termasuk dalam
genus parapox virus (Fauquet dan Mayo, 1991; Fenner dkk., 1998)
❖ Virus ini sangat tahan terhadap kondisi lingkungan, di padang penggembalaan
dan mampu hingga tahunan, tahan terhadap pemanasan 50oC selama 30 menit
dan juga tahan terhadap pembekuan dan pencairan tetapi tidak tahan terhadap
kloroform
Gejala
❖ Masa inkubasi berlangsung selama 2 – 3 hari
❖ Mula-mula terbentuk papula, vesikula atau pustule pada daerah sekitar mulut
❖ Vesikula hanya terlihat selama beberapa jam saja, kemudian pecah/ Isi vesikula
ini berwarna putih kekuningan
❖ Kira-kira pada hari ke 10 terbentuk keropeng tebal dan berwarna keabu-abuan
❖ Bila lesi di mulut luas, maka hewan sulit makan dan menjadi kurus
❖ Terjadi peradangan pada kulit sekitar mulut, kelopak mata, alat genital, ambing
pada hewan yang sedang menyusui dan medial kaki, pada tempat yang jarang
ditumbuhi bulu
Diagnosa
❖ Dilakukan berdasarkan gejala klinis yang ditemukan
❖ Jumlah penderita yang biasanya lebih dari seekor dalam satu kelompok hewan
sehingga memperkuat dugaan adanya Orf
❖ Pada domba dan kambing, lesi yang terlihat cukup spesifik, dapat didiagnosa
secara klinik tanpa bantuan laboratorium
❖ DD: dermatitis, eczema facialis, virus cacar (sheeppox) serta tumor pada kulit
serta bluetongue.
Penularan
❖ Ternak terinfeksi ke ternak yang sehat melalui kontak langsung
❖ hewan yang peka mengkonsumsi pakan yang tercemar oleh keropeng bungkul
orf
❖ kejadian orf cenderung meningkat pada musim hujan dibandingkan dengan
musim kemarau
❖ Kelembaban udara yang tinggi dan kondisi stress juga dilaporkan sebagai
pemicu timbulnya penyakit orf pada ternak
❖ Penularan pada manusia juga terjadi melalui kontak dengan hewan yang sakit
atau bahan- bahan yang tercemar oleh penyakit ini
Pencegahan
❖ dapat dilakukan dengan pemberian autovaksin pada daerah-daerah enzootic
❖ Vaksin ini dibuat dari keropeng kulit yang menderita, dibuat tepung halus dan
disuspensikan menjadi 1 % dalam 50 % gliserin
❖ Vaksinasi pada hewan muda dilakukan berupa pencacaran kulit, diadakan pada
kulit di daerah sebelah dalam paha, sedangkan pada hewan dewasa dilakukan
disekitar leher, beberapa minggu sebelum masa penyusuan
❖ Anak domba biasanya divaksinasi pada umur 1 bulan dan divaksinasi ulang
pada umur 2 – 3 bulan agar memperoleh kekebalan yang maksimal
❖ Reaksi timbul 7 hari setelah vaksinasi dan kekebalan berlangsung selama 8 – 28
bulan
❖ Karena penyebabnya adalah virus, maka tidak ada obat yang efektif terhadap
penyakit Orf
❖ Pengobatan yang dilakukan secara simptomatis hanya untuk mencegah infeksi
sekunder oleh bakteri dan myasis oleh larva
❖ Cara lain yang lebih sederhana adalah pengerokan keropeng sampai terkelupas
dan sedikit berdarah selanjutnya setelah itu dioleskan yodium tincture 3%
setelah sebelumnya lesi Orf digosok dengan tampon sampai terkelupas.
SCABIES
❖ Scabies atau kudis adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
kambing yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varian hominis
❖ Penyakit scabies ini juga mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan
ke manusia dan sebaliknya
❖ Kambing scabies yang tidak diobati bisa mengalami kematian dalam tiga bulan.
❖ Selain kerugian ekonomis tersebut, penyakit ini juga sangat merugikan karena
bersifat zoonosis yaitu penyakit ternak yang mampu menyerang manusia
Gejala
❖ Ciri khas dari scabies adalah gatal-gatal hebat
❖ Daerah yang terinfeksi akan mengalami iritasi yang hebat sehingga hewan akan
menggaruk, akibatnya kulit menjadi terkelupas dan menyebabkan kulit luka dan
leccet-lecet
Gejala lain yang ditunjukkan kambing adalah kambing menggesek-gesekan
daerah yang gatal ke tiang kandang atau ke pohon-pohon, menggaruk- garuk dan
menggigit kulitnya secara terus-menerus
❖ Hewan akan menjadi kurus dan jika tidak segera diobati maka akan
mengakibatkan kematian
❖ Gejala rusaknya kulit biasanya ditemukan di sela-sela kuku kaki, pergelangan
tangan, siku, ketiak, di sekitar ambing, dan bagian bawah anus
❖ Pada kambing yang terinfeksi akan terlihat lesu, tida mempunyai nafsu makan,
kulit nampak menebal, turgor kulit jelek, bulu rontok, gatal-gatal, hyperemy
pada selaput lendir mulut, terdapat lepuh pada mukosa mulut dan terjadi
conjungtivitas
Pencegahan
❖ Memelihara sanitasi kandang dan lingkungan hewan. Hewan harus ditempatkan
di kandang yang bersih dan cukup dengan cahaya matahari sehingga tidak
lembab, karena keadaan yang kotor dan lembab akan memudahkan
penyebaran penyakit dan menyebabkan jumlah populasi tungau meningkat
❖ Pemberian pakan dan minum yang cukup serta perawatan kesehatan dengan
tujuan agar ternak memiliki daya tahan tuduh yang baik
❖ Karantina kambing baru dan kambing yang terkena scabies
Pengobatan
❖Pengobatan dapat dilakukan dengan injeksi (suntik) Ivermectin.