Anda di halaman 1dari 23

Nama : Alicca Sanchiviola Rahmadani Sandra

NIRM : 03.03.19.073
Semester : 4D / Penyuluhan Peternakan dan Kesrawan
Alamat : Sungailiat, Kabupaten Bangka, Kep. Bangka Belitung
(Srumbung, Magelang, Jawa Tengah)
Mata Kuliah : Produksi Ternak Potong Rumenansia Besar
Dosen Pengampu : Sunardi, S.Pt.,M.M.A

- PERTEMUAN 9 -
PERALATAN TERNAK SAPI POTONG

A. PERLENGKAPAN KANDANG SAPI POTONG


1. Tempat Pakan
❖ Palungan adalah tempat pakan dan minum ternak sapi potong yang terletak di
depan ternak dengan bahan dari beton ataupun kayu.
❖ Ukuran palungan ini biasanya mengikuti panjang kandang sapi potong.
❖ Lebar palungan 50cm, tinggi bagian luar 60cm, serta bagian dalam 40 cm.

2. Tempat Minum
❖ Air harus tersedia sepanjang tahun. Oleh karena itu, sumber air menjadi sangat
penting (vital) diperhatikan dalam membangun kandang.
❖ Tempat air minum dapat berupa ember plastik atau wadah lain.
❖ Tempat minum ditempatkan dibagian pinggir tempat pakan atau dibagian lain dari
pen kandang
❖ Untuk peternakan yang sudah modern, tempat minum dibuat otomatis (niple
drinker).
❖ Dengan demikian, air tersedia setiap saat tanpa harus membersihkan dan
mengisi kembali tempat minum tersebut. Dalam pembangunan tempat minum
otomatis diperlukan menara air dan sistem instalasi air

3. Tempat Penyimpanan/Gudang Pakan


❖ Gudang sangat diperlukan untuk menyimpan pakan, khususnya pakan
konsentrat.
❖ Tujuannya agar pakan tidak cepat rusak karena tercemar kotoran ternak, terkena
air hujan, dan bahan lain.
❖ Bangunan/ruangan gudang dapat menyatu atau terpisah dari bangunan
kandang. Luas bangunan gudang disesuaikan dengan besaran skala usaha yang
diperlukan.

4. Penerangan Kandang
❖ Lampu penerangan diperlukan untuk memudahkan pengontrolan ternak di
malam hari
❖ Adanya lampu penerangan memudahkan ternak melakukan aktifitasnya dimalam
hari, seperti makan, kawin, beranak

5. Saluran Pembuangan Kotoran


❖ Saluran pembuangan kotoran dibuat untuk memudahkan pembuangan kotoran,
berupa urine
❖ Saluran ini menghubungkan kolong kandang yang dibuat miring dengan tempat
penampungan ktoran cair

B. PERALATAN KANDANG
1. Ember
❖ Berfungsi menampung air diperlukan dalam pemberian minum ternak.
❖ Selain itu, ember dapat digunakan dalam pengangkutan pakan, khususnya pakan
konsentrat
❖ Besar kecilnya ember disesuaikan dengan kebutuhan
❖ Ember berkapasitas 5 liter cukup untuk kandang individu, sedangkan untuk
kandang kelompok diperlukan ember yang lebih besar (15-20 liter)
❖ Pada peternakan dengan sistem pemberian minum secara otomatis (nipple
drinker), tidak diperlukan ember

2. Alat Kesehatan
❖ Setiap peternakan harus dilengkapi dengan seperangkat alat-alat kesehatan,
seperti spuit dengan jarumnya (pemberian obat dan vitamin) dan termometer.
❖ Jika memungkinkan, disediakan satu set alat bedah untuk pembedahan abses
(bisul) atau melakukan nekropsi terhadap ternak yang mati.
3. Timbangan Ternak
❖ Untuk melakukan pencatatan terhadap kinerja ternak, diperlukan alat
pengukurnya, Salah satunya adalah timbangan.
❖ Timbangan ternak digunakan untuk mengukur berat badan saat lahir atau berat
badan pada saat-saat tertentu.
❖ Timbangan sangat penting diperlukan saat penjualan ternak yang harga jualnya
berdasarkan berat badan.
❖ Penjualan seperti ini sudah mulai berkembang dan merupakan cara penjualan
yang paling adil untuk kedua belah pihak penjual dan pembeli

4. Timbangan Pakan
❖ Pemberian pakan berlebih adalah pemborosan.
❖ Diperlukan timbangan pakan, khususnya dalam pemberian pakan konsentrat.
❖ Timbangan diperlukan juga dalam pembuatan pakan konsentrat yang terdiri dari
berbagai bahan pakan dengan proporsi tertentu.

5. Mesin Pemotong Rumput


❖ Pemberian rumput budi daya, seperti rumput raja dan gajah sebaiknya dipotong
untuk meningkatkan efisiensi konsumsinya.
❖ Pencacahan rumput dengan ukuran 3-5 cm.
❖ Pemotongan dapat dilakukan secara manual menggunakan pisau/parang.
❖ Pemeliharaan ternak dalam jumlah besar, pemakaian mesin pemotong rumput
akan membantu mempercepat dan kelancaran kegiatan di kandang

6. Drencher
❖ Drencher adalah alat khusus digunakan dalam pemberian obat melalui mulut,
seperti obat cacing atau obat lainnya yang bentuk cair.
❖ Alat ini fungsinya dapat digantikan dengan menggunakan spuit.

7. Mesin Pencampur Bahan Konsentrat (Mixer)


❖ Mesin mixer diperlukan untuk mencampur beberapa bahan pakan dalam
pembuatan pakan konsentrat.
❖ Pencampuran dapat juga dilakukan secara manual, tetapi hasil campurannya
mungkin kurang merata, terutama dalam mencampur bahan pakan yang
jumlahnya sedikit, seperti mineral dan vitamin.
❖ Jika pakan konsentrat diperoleh dari pabrik, mixer sudah tentu tidak diperlukan

8. Peralatan Kebersihan Kandang


Alat-alat seperti sapu, sekop, dan cangkul diperlukan dalam menjaga kebersihan
kandang dan lingkungannya.

9. Gunting Kuku
❖ Pemotongan kuku perlu dilakukan secara periodik menggunakan gunting khusus
pemotong kuku atau dapat juga digunakan gunting tanaman.
❖ Kuku yang panjang akan mengganggu pergerakan ternak dan bentuk kaki

10. Trocar
❖ Alat kesehatan yang digunakan untuk mengatasi bload (kembung) pada ternak
❖ Dengan trocar ini dapat dilakukan penusukan pada bagian perut sehingga gas
keluar dan kembung teratasi.
❖ Disarankan bagi yang ahli

11. Aplikator Ear Tag


❖ Ear tag adalah nomor atau kode yang terbuat dari plastik keras dan dipasang
dengan teknik permanen sehingga tidak bisa dilepaskan atau dicopot kecuali
dengan merusaknya.
❖ Pemasangan eartag biasanya dipasang didaun telinga
supayamudahdilihatdanmudahdipasangkarena bagian daun telinga lunak.
❖ Alat untuk pemasangan ear tag disebut aplikator ear tag

12. Alat Branding Atau Tatto Ternak


❖ Alat identifikasi ternak dengan memberi cap secara permanen

FASILITAS PENDUKUNG LAINNYA


1. Alat transportasi
❖ Mobil dan sepeda motor merupakan alat transportasi yang diperlukan dalam
mendukung mobilitas petugas dalam mengelola ternaknya.
❖ Pengangkutan pakan dan ternak diperlukan kendaraan roda empat. Namun,
kebutuhan alat transportasi tersebut sangat tergantung pada skala usaha.
❖ Hal ini perlu dianalisis dengan baik karena akan berpengaruh terhadap investasi
dan cash flow perusahaan.

2. Telepon
❖ Komunikasi melalui jaringan telepon sangat vital, terutama dalam hal pemasaran
hasil atau pemesanan sarana produksi.

3. Listrik
❖ listrik sangat diperlukan dalam usaha beternak kambing dan domba.
❖ Selain untuk penerangan, peralatan lain juga menggunakan listrik, seperti
refrigerator, freezer, dan chopper.
❖ Sumber listrik dapat dari PLN atau generator/genset.
- PERTEMUAN 10 -
SIKLUS BIRAHI SAPI POTONG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PUBERTAS


1. Keturunan
2. Lingkungan :
❖ MUSIM
Musim kemarau dan musim dingin di daerah tropis berbeda dengan musim hujan
terhadap pubertas sapi
❖ SUHU
Panas→pubertas lebih lambat
Daerah sedang→pubertas lebih cepat
❖ PAKAN
Pakan yg kualitas dan kuantitas cukup, mempercepat pubertas,
kurang→pubertas lambat.

FASE SIKLUS BIRAHI


1. Proestrus
❖ Fase persiapan
❖ Terlihat perubahan tingkah laku, gelisah memperdengarkan suara-suara yang
tdk biasa kita dengar
❖ Alat kelamin betina meperlihatkan terjadi peningkatan peredaran darah
❖ Ovarium terjadi pertumbuhan folikel-folikel Degraaf
❖ Servic mulai merileks kelenjar lendir dilumen servix mulai memproduksi lendir

2. Estrus
❖ Fase untuk kopulasi
❖ Sapi yang birahi (fase estrus) ditandai dengan adanya kemerahan, kebengkakan
dan alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental dan bersih yang
menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan tingkah laku
homoseksual, suara bengah-bengah pada sapi tersebut.
❖ Jika dipalpasi perektal maka uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan
permukaan tidak rata, cervik relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel de graaf
yang membesar dan sudah matang.
3. METESTRUS
❖ Fase yg terjadi setelah fase estrus selesai
❖ Gejala berahi masih tampak tapi ♀ menolak ♂ utk kopulasi.
❖ Servik menutup, lendir menjadi kental berfungsi sebagai sumbat servik.

4. DIESTRUS
❖ Corpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran
reproduksi menjadi nyata.
❖ Endometrium lebih menebal
❖ Bila terjadi kebuntingan korpus luteum akan bertahan untuk mempertahankan
kebuntingan
❖ Jika tidak, maka korpus luteum mengalami regresi dan menghilang, maka mulai
terjadi perkembangan folikel- folikel primer, sekunder dan akhirnya kembali ke
fase proestrus
- PERTEMUAN 11 -
PAKAN SAPI POTONG

PAKAN
❖ Hijauan, konsentrat, tambahan pakankualitas, kuantitas, kontinuitas
❖ Bahan pakan dapat dikonsumsi, dicerna dan digunakan/dimanfaatkan oleh ternak
❖ Secara umum yang dikonsumsi tidak semua dapat digunakan dan dicerna oleh
ternak ruminansia

TANAMAN
❖ Membuat dan menyimpan energi kimiawi yang kemudian digunakan oleh ternak
untuk “maentenence” dan mensintesa jaringan tubuh
❖ Perlu di ingat bahwa tanaman dan ternak terdiri dari senyawa yang sama
❖ Dimana kebanyakan hewan ternak selepas sapih memperoleh pakan dari
❖ tanaman. Dalam hidupnya tanaman dapat menggunakan :
a) Sinar matahari
b) Co2
c) Air (H2O)
d) Garam mineral dari tanah
Dengan fotosintesa mensintesa zat pakan organik Digunakan sebagai energi dan
protein Membentuk Jernigan. Jadi : “Tanaman membuat dan menyimpan energi
Sedangkan ternak adalah sebagai
penggunnya”

PAKAN TERNAK SAPI POTONG

1. Berdasarkan sifat karakteristik fisik, kimia, dan kebiasaan penggunaannya secara


Internasional:
❖ Hijauan Kering (hay) Jerami (roughages) SK > 18%, mengandung dinding sel
❖ atau NDF (neutral detergent fiber) > 35%
❖ Pastura/Padangan/Pangonan dan Hijauan Segar Rumput, legumen, dan
❖ ramban
❖ Silase Berasal dari hijauan, bukan dari ikan, bebijian, dan umbi
❖ Bahan pakan sumber energi Mengikut sertakan semua bahan pakan dng
❖ kandungan SK < 18% dan DS <35%, dan protein kasar < 20%
❖ Bahan pakan sumber protein Mengandung PK ≥ 20%
❖ Sumber mineral
❖ Sumber vitamin
❖ Bahan tambahan

2. Secara konvensional :
❖ Bahan pakan berserat sumber energi (carbonaceous roughages) PK rendah,
❖ SK tinggi, dan kebanyak berasal dari sisa tanaman pangan (jerami)
❖ Bahan pakan berserat sumber protein (proteinaceous roughages) ber-PK
❖ tinggi, ber-SK tinggi, dan berasal dari tanaman legume
❖ Bahan pakan konsentrat sumber energi (carbonaceous concentrates) Bahan
❖ pakan berenergi tinggi, berprotein rendah, berasal dari bebijian, dan hasil hasil
❖ ikutan industri pertanian
❖ Bahan pakan konsentrat sumber protein (proteinaceous concentrates)
❖ Berprotein tinggi, berasal dari tanaman, hewan, maupun ikan
❖ Bahan tambahan Dapat berupa nutrient maupun bukan

3. Berdasarkan tingkat kecepatan degradasi dalam rumen :


❖ Bahan pakan sumber energi
❖ Terdegradasi lambat
❖ Bahan pakan sumber energi terdegradasi cepat
❖ Bahan pakan sumber protein terdegradasi lambat
❖ Bahan pakan sumber protein terdegradasi cepat

4. Bahan pakan berserat berdasarkan umur pemotongan :


❖ Hijauan pakan (forages) Hijauan pakan yg dipotong menjelang berbunga
❖ Jerami Bahan pakan berserat dari tanaman yg dipotong setelah berbunga atau
setelah bijinya dipanen

5. Bahan pakan berserat berdasarkan deskripsinya :


❖ Hay Hijauan/jerami yang sengaja dikerimgkan, jerami kering
❖ Hijauan bahan pakan segar
❖ Hijauan yg diberikan dalam keadaan segar (as feed)
❖ Silase Hijauan pakan segar (kadar air 65%) yg difermentasi dalam keadaan
anaerob
❖ Haylage Dibuat dari hijauan bahan pakan dgn kadar air rendah (40-50%)

MENENTUKAN KEBUTUHAN PAKAN


Seekor Sapi dengan bobot badan 300 kg. Standart kebutuhan BK 3% dari bobot badan.
Pakan yang diberikan 50% rumput dan 50% konsentrat. Pakan yang harus diberikan
dalam bentuk segarnya (as feed) :
3% BK 3% X 300 kg BB = 9 kg (BK)
Rumput : 50% X 9 kg => 4,5 kg X 100/20
= 22,5 kg rumput

Konsentrat : 50% X 9 kg => 4,5 kg x 80/100 = 3,6 kg Konsentrat


Jadi pakan yang harus diberikan adalah :
Konsentrat : 3,6 kg/ekor/hari dan
Rumput : 22,5 kg/ekor/hari
- PERTEMUAN 12 -
PENYAKIT MENULAR PADA TERNAK
Penyakit adlh suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi
tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak normal (Thomas Timmreck)
penyusunan ke dalam kelompok tertentu berdasarkan hubungan antara kelompok
dengan sifat-sifat yang dimiliki.

❖ berdasarkan agen penyebabnya,

❖ patologi penyakit,

❖ organ yang terserang,


❖ cara pengobatannya,

❖ cara penularannya,
❖ cara masuk, atau keluarnya penyakit dan faktor keter-paparan atau
kepekaannya Penyakit menular

❖ Tidak menular
ANTHRAKS

❖ Splenic fever, charbon, milztbrand, wool Sorter’s disease


❖ Anthrax merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang pada
semua hewan berdarah panas
❖ Penyebab: Bacillus anthracis . Spora, tahan hidup di dalam tanah selama
bertahun – tahun
❖ Transmisi: spora (PO), tidak kontak antar hewan
❖ Kerugian mencapai Rp. 2 milyar/tahun (1980)
❖ Zoonosis

❖ Di Indonesia, pertama Teluk betung (1884)


❖ Di Indonesia pernah dilaporkan hampir di seluruh Nusa Tenggara termasuk
Bali. Jawa dan Madura juga pernah dilaporkan pada daerah Jakarta,
Purwakarta, Bogor, Periangan, Banten, Cirebon, Tegal, Pekalongan,
Surakarta, Banyumas, Boyolali, Sragen, Madiun dan Bojonegoro. Selain itu
juga Jambi, Palembang, Padang, Bengkulu, Bukittinggi, Sibolga dan Medan
serta Sulawesi seperti daerah Sulawesi Selatan, Menado, Donggala danPalu
❖ Enzootik sekitar Jatim: Sragen, Boyolali (2012)
❖ Blitar, Desember 2014

Gejala :
❖ Akut, hewan mati tanpa diikuti gejala klinis. Kadang disertai adanya
perdarahan yang keluar melalui lubang hidung dan anus
❖ Gejala umum, pembengkakan daerah leher, dada, lambung dan alat
kelamin luar
❖ Gejala lain, panas tinggi, kesulitan bernafas, sempoyongan, lemah dan
kematian cepat
❖ Di daerah enzootik, apabila hewan mati tanpa gejala harus dicurigai
terhadap anthrax dan tidak boleh dilakukan bedah bangkai . Preparat ulas
darah dapat diambil dari darah yang keluar melalui lubang hidung atau
anus untuk pemeriksaan lebih lanjut

Diagnosis :
❖ Pemeriksan mikroskopis langsung
❖ Kultur bakteri
❖ Uji biologis
❖ Uji serologis (Ascoli, ELISA)
❖ DD: Clostridiosis, Pasteurellosis, Leptospirosis, Keracunan

Terapi, pengendalian dan pencegahan :


❖ Injeksi antiserum dengan dosis kuratif 100-150 ml,
❖ Injeksi antibiotika, atau kemoterapi
❖ Vaksinasi
❖ Semua karkas dari hewan yang mati karena anthrax atau yang dicurigai
anthrax harus dikubur sedalam 2 meter dilapisi penutup gamping (kapur) dan
daerah tersebut dipagar. Semua material terinfeksi harus dibakar dan semua
hewan rentan dijauhkan dari daerah terinfeksi.
❖ Laporkan pada dokter hewan berwenang, dinas peternakan atau dinas terkait

SURA
❖ Trypanosomiasis; Penyakit mubeng
❖ Penyebab : Trypanosoma evansi
❖ Pertama kali di Indonesia 1897 di Semarang (Sebelumnya Banten, Tegal,
Cirebon, Pulau Roti). Tahun 1957, diseluruh Indonesia kecuali Bali, Sumba,
Flores, Maluku, Papua.
❖ 1974 Maluku dan Papua Masih bebas.
❖ Kerugian Rp. 13.956.066.627/ tahun (1978).
❖ Penyakit bersifat akut, kroni
❖ Hewan rentan : semua hewan berdarah panas,kecuali burung.
❖ Fatal pada kuda, keledai, sapi, kerbau, rusa, onta, llama, anjing dan kucing.
Mortalitas 80 % (Sapi, kerbau)
❖ Kronis pada babi domba dan kambing.
❖ Masa inkubasi 3 – 14 hari.
❖ Transmisi : Tabanus, Chrysops, Stomoxys, Haematopota, Lyperosia, dan
Haematobia.

Gejala :

❖ Akut : kematian 4 hari – 6 minggu


❖ Pembesaran kelenjar limpa dan limpa, kemudian kelenjar limpa dan limpa
mengecil (lymphoid exhaustion).
❖ Gejala khas : Anemia Hemolitik
❖ Gejala syarafi : kejang, berputar-putar,sempoyongan,
❖ Infeksi kronis menyebabkan gagal jantung (CHF) dan kematian
❖ Hipertrofi sel plasma dan hipergammaglobulinaemia
❖ Emasiasi, abortus, infertilitas, premature birth, dan orchitis (menurunkan
fertilitas).

Diagnosis :

❖ Pemeriksaan mikroskopis langsung


❖ Hemtokrit, buffy coat (85 trypanosoma /ml)
❖ Uji biologis
❖ ELISA, PCR
❖ DD: SE, Babesiosis, Anaplasmosis, MCF, Theleriosis, Anthrax, Keracunan (Ficus
saxophilia)

Terapi, Pengendalian dan Pencegahan

❖ Prinsip : terapi kuratif pada penderita, terapi profilaksis pada hewan peka,
mencegah gigitan vector
❖ Suramin
❖ Prothridium
❖ Diminazene aceturate
❖ Melarsomine chlorhydrate
❖ Ternak sakit diasingkan terhindar dari gigitan vektor
❖ Pencegahan dengan pemberantasan vektor
❖ Pengendalian sesuai pedoman PHM
PARATUBERCOLOSIS
❖ Johne’s disease;
❖ Penyebab : Mycobacterium avium subspesiesparatuberculosisi (MAP)
❖ Kronis contagius granulomatus enteritis disertai diare persisten, kurus
progresif, lemah, mati.
❖ Menyerang semua ruminansia, juga omnivora dan karnivora (llama, kelinci liar,
rubah, musang, babi dan primata)

Gejala :

❖ Stadium 1, suklinis, silent


❖ Stadium 2, penyebaran subklinis (tampak sehat, menyebarkan MAP melalui
fese, kontaminasi lingkungan)
❖ Stadium 3, klinis (diare encer, busuk, kurus, produksi susu turun)
❖ Stadium 4, stadium akhir (emasiasi, bottle jaw, fatal)

Gejala :

❖ Sapi alert, suhu normal, nafsu makan normal


❖ Sapi : diare konstan, kadang intermiten. Kambing, domba, ruminansia lain :
diare tidak tampak. Pada rusa dan elk, perjalanan penyakit sangat cepat.
❖ Diare tidak bercampur mukus atau darah, tanpa tenesmus. Diare progresif.
❖ Kurus dengan cepat, warna bulu/kulit memudar, edema bagian ventral.
❖ Penebalan dinding intestinal, pembesaran kelenjar limfe.

Diagnosis :

❖ Klinis : MAP pada mikroskopis, kultur, PCR


❖ Subklinis : serologis, MAP pada kultur
❖ Tidak ada terapi yang memuaskan
❖ Sanitasi lingkungan. Hindari terhadap kontaminasi feses.
❖ Tempat kelahiran bersih dari feses dan segera pisahkan dari Induk. Bisa juga
transmisi intrauteri.
❖ Penderita positif : potong paksa
❖ Pengendalian setidaknya 5 tahun
❖ Zoonosis, chron disease
❖ Penyakit Ngorok,Septicemia Hemorrhagica, Hemorrhagic Septicemia, Barbone.
❖ Bentuk khusus dari Pasteurelosis
❖ Disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida.

Gejala :

❖ Salivasi
❖ Demam (40-41 °C) □ Berbaring
❖ Malas bergerak
❖ Kesukaran menelan

Terapi dan Pengendalian

❖ Karena cepatnya jalan penyakit SE pengobatan yang memberikan hasil baik


sukar diperoleh.
❖ Pencegahan dengan cara vaksinasi.

BRUCELLOSIS

❖ Di Indonesia masuk dalam daftar penyakit menular yang harus dicegah dan
diberantas sejak tahun1959
❖ Penyebabnya adalah bakteri Brucella abortus
❖ Kuman Brucella dapat dibebaskan / keluar melalui air susu, urin, dan feses.
❖ Di suhu lingkungan kurang dari 25°C, kuman dapat tahan hidup sampai tiga
bulan.
❖ Kuman dapat tahan hidup pada bahan-bahan olahan dari hasil ternak.

Penularan :

❖ Melalui air atau pakan yang tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar
dari Rahim yang menderita infeksi.
❖ Pejantan dapat menularkan juga melalui sperma.

Gejala :

❖ Abortus pada kebuntingan muda (5-6 bulan)


❖ DD : leptospirosis

Pengendalian dan Pemberantasan :


❖ Dengan prinsip test and slaughter (uji dan potong)
❖ Vaksinasi.
- PERTEMUAN 13 -
PENYAKIT MULUT DAN KUKU
Aphtae epizooticae (AE); Foot and Mouth Disease (FMD)
Penyakit ini yang sangat menular pada hewan yang berkuku genap
Penyebab: virus Aphtae
❖ Virus ini labil, antigenitas cepat dan mudah berobah
❖ Ada 7 tipe yaitu O, A, C, SAT1, SAT2, SAT3 dan ASIA1
❖ terdiri 11 subtipe; A terdiri 23 subtipe; C terdiri 2 subtipe; SAT1 terdiri 7 subtipe;
SAT2 terdiri 3 subtipe; SAT3 terdiri 4 subtipe dan ASIA1 terdiri 3 subtipe
❖ Tipe virus PMK di Indonesia adalah tipe O dengan subtipe O11
❖ Di Indonesia pertama kali ditemukan di Malang 1887
❖ Kemudian meluas ke Bangil, Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, Probolinggo,
Jember, Bondowoso, Besuki dan Banyuwangi. Setelah itu terjadi di hampir
seluruh daerah di Indonesia, kecuali beberapa daerah seperti NTT, NTB,
Maluku dan Papua.
❖ Indonesia dinyatakan bebas dari PMK pada tahun 1988
❖ Kerugian yang diakibatkan PMK ditaksir Rp 9,2 milyar pertahun (1981)

Gejala :

❖ Masa inkubasi 1 - 14 hari


❖ Virus PMK dengan konsentrasi tinggi pada epitel lepuh dan cairan di dalamnya,
konsentrasi lebih rendah ada di dalam darah, organ tubuh, sekresi dan eksresi.
❖ Suhu tinggi 41 °C (demam), anoreksia, bulu kusam, bagian dalam mulut
mengalami radang.
❖ Ditemukan lepuh pada gusi, lidah, langit-langit atau pangkal lidah. Kadang juga
ditemukan lepuh di konjungtiva. Lepuh tersebut segera pecah dan menjadi
ulser, sehingga hewan merasa sakit untuk mengunyah, menelan dan air liur
tampak menetes.
❖ Lepuh juga ditemukan di sekitar kuku dan sekitar batas kuku atas dan
mengakibatkan kepincangan. Teracak lepas. Lepuh dan ulser juga bisa terjadi
pada ambing dan puting.

Gejala

❖ Transmisi: kontak dengan penderita, sekresi, ekskresinya atau hasil hewani


seperti susu, semen, daging. Bahan-bahan seperti pakan, kantong pakan, alas
kandang dan lain-lain yang tercemar dapat menjadi sumber penularan termasuk
juga kendaraan, pakaian dan hewan yang tidak rentan seperti kuda, rodensia,
ayam, burung dapat memindahkan virus secara mekanis.
LESI MULUT & KUKU

Diagnosis

❖ Segera didiagnosis (berkaitan dengan kepentingan pengendalian penyakit)


❖ Spesimen lepuh kaki dan mulut harus diambil dan kulit lepuh yang utuh
merupakan spesimen terbaik. Kirimkan dalam buffer gliserin 50%
❖ Terapi, Pengendalian dan Pencegahan
❖ Tidak ada pengobatan yang efektif untuk mengatasi penyakit ini. Penyakit ini
adalah penyakit strategis
❖ Segera laporkan pada dokter hewan berwenang atau dinas peternakan
❖ Pengendalian penyakit: Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian

SAPI GILA, MAD COW


❖ Sapi gila, Mad Cow
❖ Tahun 1982 diketahui penyebab penyakit BSE adalah prion (proteinaceous
infectious particles).
❖ Prion merupakan agen pathogen yang unik, tidak memiliki komponen asam
nukleat dan hal tersebut membedakan agen ini dengan virus, bakteri, fungi dan
agen pathogen lainnya.

Gejala :

❖ Inkubasi memerlukan waktu panjang. 2,5 – 8 tahun.


❖ Ketakutan
❖ Curiga terhadap hewan sekitarnya. □ Tremor pada seluruh tubuh
❖ Kehilangan koordinasi
❖ Ambruk
❖ Mati

Diagnosis :
❖ Temuan patologis-anatomis dari otak, sumsum tulang belakan bagian leher.
❖ DD : radang otak dan selaputnya, rabies, penyakit mubeng (surra).

JEMBRANA
❖ Rama Dewa; Jembrana like Disease
❖ Penyakit menular akut pada sapi Bali (dan turunan, rambon)
❖ Dikenal mulai tahun 1964 di Jembrana, Bali. Gianyar, Klungkung, Badung,
Tabanan, Buleleng(wabah besar). Lampung, Sumatera Barat, JawaTimur (1993)
❖ Penyakit infekius, non kontagius
❖ Penyebab: Rickettsia (1978); Bovine lentivirus (1995)

Gejala
❖ Demam tinggi (39 – 40 °C). Suhu>40 °C beberapa hari kemudian turun hingga
sub normal
❖ Pembesaran kelenjar limfe
❖ Diare profus hemoragi, erosi mukosa mulut
❖ Abortus
❖ Keringat darah; perdarahan pada mata; mukosa hiperemik, hemoragik, anemis

Diagnosis
❖ Nekropsi; Histopatologi
❖ Sampel: limpa, kelenjar limfe, hepar, renal, adrenal, darah
❖ Ulas darah: Giemza (kecoklatan), Machiavello (merah)
❖ DD: MCF, Rinderpest, Piroplasmosis, SE
❖ Terapi
❖ Tidak memberikan hasil
❖ Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
❖ Pencegahan: belum ada vaksin
❖ Pengendalian: isolasi dan kubur dalam, pemusnahan vektor

ORF
❖ Penyakit yang sering dilaporkan menyerang ternak kambing dan Domba di
Indonesia adalah penyakit Ecthyma Contagiosa atau yang biasa disebut Orf
❖ Diketahui juga bahwa penyakit orf pada kambing dapat menular ke manusia
(zoonosis) lewat luka abrasi, atau saat memerah susu, atau karena kelalaian
pada saat melakukan vaksinasi
❖ Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Van Der Laan tahun 1914 pada
kambing di Medan, Sumatra Utara, Kemudian Bubberman dan Kraneveld (1931)
melaporkan kejadian penyakit tersebut di Bandung, Jawa Barat. Penyebaran
penyakit Orf juga terjadi di daerah Jawa, Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Bali
dan Papua. Menurut data lain yang menyebutkan bahwa sebanyak 20 provinsi
sebagai daerah tertular sampai tahun 1988 (Adjid, 1992)
Penyebab :
❖ Disebabkan oleh virus parapox dari family poxviridae dan termasuk dalam
genus parapox virus (Fauquet dan Mayo, 1991; Fenner dkk., 1998)
❖ Virus ini sangat tahan terhadap kondisi lingkungan, di padang penggembalaan
dan mampu hingga tahunan, tahan terhadap pemanasan 50oC selama 30 menit
dan juga tahan terhadap pembekuan dan pencairan tetapi tidak tahan terhadap
kloroform

Gejala
❖ Masa inkubasi berlangsung selama 2 – 3 hari
❖ Mula-mula terbentuk papula, vesikula atau pustule pada daerah sekitar mulut
❖ Vesikula hanya terlihat selama beberapa jam saja, kemudian pecah/ Isi vesikula
ini berwarna putih kekuningan
❖ Kira-kira pada hari ke 10 terbentuk keropeng tebal dan berwarna keabu-abuan
❖ Bila lesi di mulut luas, maka hewan sulit makan dan menjadi kurus
❖ Terjadi peradangan pada kulit sekitar mulut, kelopak mata, alat genital, ambing
pada hewan yang sedang menyusui dan medial kaki, pada tempat yang jarang
ditumbuhi bulu

Diagnosa
❖ Dilakukan berdasarkan gejala klinis yang ditemukan
❖ Jumlah penderita yang biasanya lebih dari seekor dalam satu kelompok hewan
sehingga memperkuat dugaan adanya Orf
❖ Pada domba dan kambing, lesi yang terlihat cukup spesifik, dapat didiagnosa
secara klinik tanpa bantuan laboratorium
❖ DD: dermatitis, eczema facialis, virus cacar (sheeppox) serta tumor pada kulit
serta bluetongue.

Penularan
❖ Ternak terinfeksi ke ternak yang sehat melalui kontak langsung
❖ hewan yang peka mengkonsumsi pakan yang tercemar oleh keropeng bungkul
orf
❖ kejadian orf cenderung meningkat pada musim hujan dibandingkan dengan
musim kemarau
❖ Kelembaban udara yang tinggi dan kondisi stress juga dilaporkan sebagai
pemicu timbulnya penyakit orf pada ternak
❖ Penularan pada manusia juga terjadi melalui kontak dengan hewan yang sakit
atau bahan- bahan yang tercemar oleh penyakit ini

Pencegahan
❖ dapat dilakukan dengan pemberian autovaksin pada daerah-daerah enzootic
❖ Vaksin ini dibuat dari keropeng kulit yang menderita, dibuat tepung halus dan
disuspensikan menjadi 1 % dalam 50 % gliserin
❖ Vaksinasi pada hewan muda dilakukan berupa pencacaran kulit, diadakan pada
kulit di daerah sebelah dalam paha, sedangkan pada hewan dewasa dilakukan
disekitar leher, beberapa minggu sebelum masa penyusuan
❖ Anak domba biasanya divaksinasi pada umur 1 bulan dan divaksinasi ulang
pada umur 2 – 3 bulan agar memperoleh kekebalan yang maksimal
❖ Reaksi timbul 7 hari setelah vaksinasi dan kekebalan berlangsung selama 8 – 28
bulan
❖ Karena penyebabnya adalah virus, maka tidak ada obat yang efektif terhadap
penyakit Orf
❖ Pengobatan yang dilakukan secara simptomatis hanya untuk mencegah infeksi
sekunder oleh bakteri dan myasis oleh larva
❖ Cara lain yang lebih sederhana adalah pengerokan keropeng sampai terkelupas
dan sedikit berdarah selanjutnya setelah itu dioleskan yodium tincture 3%
setelah sebelumnya lesi Orf digosok dengan tampon sampai terkelupas.

SCABIES
❖ Scabies atau kudis adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
kambing yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varian hominis
❖ Penyakit scabies ini juga mudah menular dari manusia ke manusia , dari hewan
ke manusia dan sebaliknya
❖ Kambing scabies yang tidak diobati bisa mengalami kematian dalam tiga bulan.
❖ Selain kerugian ekonomis tersebut, penyakit ini juga sangat merugikan karena
bersifat zoonosis yaitu penyakit ternak yang mampu menyerang manusia

Gejala
❖ Ciri khas dari scabies adalah gatal-gatal hebat
❖ Daerah yang terinfeksi akan mengalami iritasi yang hebat sehingga hewan akan
menggaruk, akibatnya kulit menjadi terkelupas dan menyebabkan kulit luka dan
leccet-lecet
Gejala lain yang ditunjukkan kambing adalah kambing menggesek-gesekan
daerah yang gatal ke tiang kandang atau ke pohon-pohon, menggaruk- garuk dan
menggigit kulitnya secara terus-menerus

❖ Hewan akan menjadi kurus dan jika tidak segera diobati maka akan
mengakibatkan kematian
❖ Gejala rusaknya kulit biasanya ditemukan di sela-sela kuku kaki, pergelangan
tangan, siku, ketiak, di sekitar ambing, dan bagian bawah anus
❖ Pada kambing yang terinfeksi akan terlihat lesu, tida mempunyai nafsu makan,
kulit nampak menebal, turgor kulit jelek, bulu rontok, gatal-gatal, hyperemy
pada selaput lendir mulut, terdapat lepuh pada mukosa mulut dan terjadi
conjungtivitas
Pencegahan
❖ Memelihara sanitasi kandang dan lingkungan hewan. Hewan harus ditempatkan
di kandang yang bersih dan cukup dengan cahaya matahari sehingga tidak
lembab, karena keadaan yang kotor dan lembab akan memudahkan
penyebaran penyakit dan menyebabkan jumlah populasi tungau meningkat
❖ Pemberian pakan dan minum yang cukup serta perawatan kesehatan dengan
tujuan agar ternak memiliki daya tahan tuduh yang baik
❖ Karantina kambing baru dan kambing yang terkena scabies

Pengobatan
❖Pengobatan dapat dilakukan dengan injeksi (suntik) Ivermectin.

Anda mungkin juga menyukai