Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. saya
ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam
pembuatan makalah ini. terutama guru bidang studi yang telah memberi tugas untuk
membuat makalah ini sehingga saya dapat mengetahui tentang Emas..
Saya harapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca guna melengkapi
sumber yang ada. dan saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
maka dari itu saya mohon kritik dan sarannya dari pembaca agar kedepan saya bisa
membuat yang lebih baik.
daftar isi

kata pengantar………………………….

daftar isi………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang……………………….
B.Tujuan

BAB 2 PENDAHALUAN
A.Emas………………………………….
B,Mineral pembawa emas…………….
C.Sifat fisik emas………………………
D.Metode penambangan emas………
E.Pengolahan emas…………………...

BAB 3 PENUTUP
A.Penutup……………………………….
B,Kesimpulan ………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang cukup luas dan memiliki sumber daya alam
yang berlimpah. Hal itu didasarkan pada letak Indonesia yang berada tepat digaris
yang dilalui khatulistiwa sehingga menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dan
hal itu juga berpengaruh terhadap suburnya alam di negeri ini. Begitu pula secara
geologis Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng yang memungkinkan
munculnya deretan gunung api yang secara otomatis akan mendukung
pertumbuhan tanaman dan kaya akan barang tambang galian.
Kaitannya dengan barang tambang galian (emas, perak dan tembaga) atau
yang sumber daya mineral lainnya tentunya hal itu bukan hal yang tabu. Sebab,
sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa sumber daya mineral ini memiliki
peran yang cukup penting bagi kehidupan manusia sebab dalam hidupnya manusia
tidak pernah lepas dari sumber daya tersebut. Oleh karena itu, dengan semua
kecakapan yang dimiliki serta dengan semakin majunya IPTEK maka manusia
sudah sepatutnya untuk melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan nilai guna
sehingga bisa lebih bermanfaat.
Dan dalam pengelolaannya, tentu harus memperhatikan keseimbangan antara
produksi dan proteksi artinya dalam pemanfaatannya manusia harus mampu
memperthatikan pelestarian. Akan tetapi, yang lebih penting dari itu semua kita
harus tetap mengedepankan prinsip sustainable development yaitu prinsip dimana
apa yang kita nikmati sekarang harus juga mampu untuk dinikmati oleh generasi
yang akan datang.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk melengkapi tugas mata kuliah metalurgi umum
2.      Untuk memberikan pembaca informasi mengenai cara penambangan dan
pengolahan bahan galian emas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Emas
Emas adalah logam yang berwarna kekuningan, yang namanya diambil dari
bahasa inggris kuno Geolu yang artinya kuning, symbol kimianya Au dari bahasa
latin Aurum. Berat jenisnya 19,32 g/cm3, titik bekunya 10640C dan titik didihnya
30810C. Sifatnya lembut dan lunak sehingga mudah dibentuk. Hingga sekarang
emas masih menjadi pilihan utama usaha pertambangan logam, terlebih karena
harga logamnya yang saat ini melonjak drastis higga mencapai lebih dari
US$700/oz. Metode pengolahan emaspun telah jauh berkembang, mulai dari
amalgamasi hingga bioleaching. Emas juga telah dikenal selama ribuan tahun
sebelum kita lahir.
Mineralogy dari batuan (bijih) emas yang dimiliki harus diketahui sebelum
menentukan teknologi pengolahan yang akan diterapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlehan emas dalam pengolahan emas
adalah:
1. Mineral-mineral pembawa emas
2. Ukuran butiran mineral emas
3. Mineral-mineral induk
4. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk

2.1.1 Mineral-mineral pembawa emas


Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa ditemukan di alam.
Mineral emas yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah
electrum. Mineral-mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka.
Mineral-mineral pembawa emas antara lain: Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag),
kuproaurid Au,Cu), porpesit (Au, Pd), rodit (Au, Rh), emas iridium (Au, Ir), platinum
(Au, Pd), emas bismutan Au, Bi), amlgam (Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit
(AuCu3), roskovit (Cu, Pd)3Au2, kalaveit (AuTe2) krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit
(Au, Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2) mutamanit (Ag, Au)Te, silvanit (Au, Ag)Te4,
kostovit (AuCuTe4), nagyagit (Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit (Ag3AuSb2),
aurostibnit (AuSb2), fisceserit (Ag3AuSe3)
Emas urai pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya
mengandung perak yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang
mengandung sedikit tembaga atau besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi
dari kuning emas, kuning muda sampai keperak-perakan sampai berwarna merah
orange. Berat jenis emas urai bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai 15,6
bergantung pada kandungan peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan
peraknya sebesr 9% dan bila beat jenisnya 16,9 kandungan peraknya 13,2%.
Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang mengandung perak diatas
18%. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka warna elektrum bevariasi
dari kuning pucat sampai warna perak kekuningan. Selanjutnya berat jenis elektrum
bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila kandungan emas dan perak berbanding 1:1 berarti
kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila perbandingannya 21/2:1 berarti
kandungan peraknya 18%.
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk
batuan. Bila ada sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas
biasanya berasosiasi denagn sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang paling
biasa untuk em,as. Emas ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum
dalam berbagai bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas dalam bijih
dan karakteristik lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan
kalkopirit. Mineral sulfida berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.
Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan
oksida besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material
berkarbon serta pasir dan krikil (endapan plaser).
2.1.2 Sifat Fisik Emas (Au)
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung
pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa
emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan
tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral
non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang,
antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya
kandungan perak di dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak
dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis
menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua
yaitu endapan primer dan endapan plaser
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di
Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

2.2 Metode penambangan emas


Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih
emas (ekstraksi). Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas yang layak
untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25
g/ton (25 ppm).
Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas dikatagorikan menjadi dua
yaitu :

1. Endapan primer / Cebakan Primer

Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat
di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk
dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal.

2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder

Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena
proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing
rocks, Lucas, 1985). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan
endapan letakan ( placer ).

Metode penambangan emas sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan


emas primer atau sekunder yang dapat mempengaruhi cara pengelolaan lingkungan
yang akan dilakukan untuk meminimalisir dampak kegiatan penambangan tersebut.
Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang terbuka ( open pit )
maupun tambang bawah tanah ( underground minning ). Sementara cebakan
emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka.

Cebakan Primer
Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan
proses pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan
pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya
dilakukan dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering /
coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ). Penambangan dengan sistem
tambang bawah tanah (underground), dengan membuat lubang bukaan mendatar
berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai
akses masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan dengan menggunakan
peralatan sederhana ( seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong ) dan dilakukan
secara selectif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang berkadar
rendah maupun yang berkadar tinggi.

Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses peremukan batuan atau


penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk
tipe penambangan sekunder umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi atau
amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus.
Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik
penambangan antara lain :

1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution
pada batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi
pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan )
dan sulit diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.

Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang


umum diterapkan adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode
Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development works ) dan arah
penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran
lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran cebakan bijih di tempat itu
dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.Cara penambangan ini umumnya
tanpa penyangga yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa alat-alat
mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di berbagai daerah
operasi tambang rakyat di Indonesia, seperti di Ciguha,Pongkor-Bogor;
GunungPeti,Cisolok-Sukabumi;  Gunung Subang,Tanggeung-Cianjur; Cikajang-
Garut; Cikidang,Cikotok-Lebak; Cineam-Tasikmalaya; Kokap-Kulonprogo; Selogiri-
Wonogiri; Punung-Pacitan; Tatelu-Menado; BatuGelas,RataTotok-Minahasa; Bajuin-
TanahLaut; Perenggean-PalangkaRaya; Ketenong-Lebong;  dan lain-lain. 
Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan
langsung menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila
cebakan bijih tersebut tidak homogen, kadang-kadang terpaksa ditinggalkan pillar
yang tak teratur dari bagian-bagian yang miskin.

2.3 Proses pengolahan emas


Teknologi mengolah emas sendiri dikenal beberapa metode ekstraksi
diantaranya : grafitasi, aglomerasi, flotasi, cyanidasi, amalgamasi, elektrolitik, dll.
Namun dibandingkan dengan metode lainnya, mengolah emas dengan metode
amalgamasi (merkuri) relatif lebih mudah diterapkan dan tidak memerlukan investasi
besar. Disini akan disampaikan beberapa proses pengolahan emas dengan
beberapa metode :
1.      Pengolahan Emas dengan Sistem Perendaman
a. Bahan :
Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
b.Formula Kimia :
1.NaCn = 40 kg
2.H2O2 = 5 liter
3.Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg
4.Ag NO3 =100 gram
5.Epox Cl = 1 liter
6.Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7.Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8.H2O (air) = 20.000 liter

c.Proses Perendaman
• Perlakuan di Bak I (Bak Kimia)
1. NaCn dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada PH 7
2. Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan PH 11-12
3. Tambahkan H2O2, Ag NO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada PH 11-12

• Perlakuan di Bak II (Bak Lumpur)


1. Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton dimasukkan
ke dalam bak
2. Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan ditumpahkan/ dimasukkan ke
Bak II
untuk merendam lumpur ore selama 48 jam
3. Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan selama 24
jam,dijaga pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk menaikkannya ditambah costic
soda secukupnya.
4. Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I dengan
melalui Bak Penyadapan/ Penangkapan yang diisi dengan Zinc dass/ zinc koil untuk
mengikat/ menangkap logam Au dan Ag (emas dan perak) dari larutan air kaya.
5. Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur seperti pasir
selama 5 – 10 hari.
6. Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke
dalam wadah untuk diperas dengan kain famatex.
7. Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan 200 ml
H2SO4 dan 3 liter air panas.
8. Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion.

2. Pengolahan Emas Secara Sianida


a.       Cara dan Langkah Kerja
1.      Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga
menjadi tepung (mesh + 200).
2.      Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3 dari
bahan).
3.      Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian
tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
4.      Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga pH
larutan (10 – 11) dengan (T = 85 derajat).
5.      Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga
(t= 48h), kemudian di saring.
6.      Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode
1).
7.      Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).
8.      Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t
=30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T =80 – 90 derajat).
9.      Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan
Soda.(NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90 – 100o).
10.  Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan
Soda 3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110 – 120 derajat).
11.  Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T = 110 –
120o) selama (t = 1.45j).
12.  Lakukan proses Cooling.
13.  Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50) selama
(t = 3.5j).
b.      Proses Pemurnian (Dari Bullion)
Dapat dilakukan dengan beberpa metode yaitu :
1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian
tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak
larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan
larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan
Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak
akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah
lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja
masingmasing.
3.      Pengolahan Emas Amalgamasi
Amalgamasi Merkury atau sistem penarikan emas dengan merkury adalah
sistem penarikan yang dipakai hampir 99% para penambang emas skala kecil baik
resmi ataupun illegal di Indonesia.
Adapun langkah sederhananya sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan
konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan
emas tersingkap.

2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri ( amalgamasi )


dilakukan selama + 1 jam
3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam basah
kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk
pemisahan merkuri dengan amalgam.
4. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian
dilakukan kegiatan pemerasan ( squeezing ) dengan menggunakan kain parasut
untuk memisahkan merkuri dari amalgam ( filtrasi ). Merkuri yang diperoleh dapat
dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam
amalgan tergantung padaseberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam
dengan pemerasan manual akan mengandung 60 – 70 % emas, dan amalgam yang
disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari 80 %.
5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang
tertinggal berupa alloy emas.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dalam menentukan kadar emas yang terdapat dalam berbagai mineral yang
ada pada lapisan bumi dapat dilakukan dengan berbagai teknologi yang
berkompetensi dalam menghasilkan butiran emas yang dapat dijadikan bahan baku
untuk pembuatan aksesoris, lapisan logam, filament dan sebagai katalis untuk
berbagai reaksi kimia.
Ekstraksi butiran emas dapat dilakukan dengan teknologi amalgamasi dan
teknologi sianidasi yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kedua
metode tersebut dapat diandalkan untuk menghasilkan emas dalam kuantitas yang
tinggi. sedangkan efek dari teknologi pengolahan bijih emas dengan kedua metode
tersebut, dapat menghasilkan limbah-limbah yang bersifat toksik yang dapat
membahayakan lingkungan sekitarnya.
MAKALAH BAHASA INDONESIA

SUMBER DAYA EMAS


Nama kelompok:

1.muhamad sadam

2.bayu ilham nugroho

3.arif cahyo dwi prayoga

Anda mungkin juga menyukai