Diterbitkan oleh:
Health Professional Education Quality (HPEQ) Project
Cetakan Pertama, 2013
MENGENAL SISTEM PENJAMINAN
MUTU PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iii
Daftar Isi vii
Referensi 69
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Illustrasi
Ilustrasi 1 13
Ilustrasi 2 28
Ilustrasi 3 44
S
ekarang saatnya bagi seluruh pengandil dan pengambil
kebijakan dalam sistem pendidikan maupun pelayanan
kesehatan untuk berubah dan berbenah diri menjadikan
mutu sebagai kebutuhan (quality first) serta mengambil mutu
sebagai cara hidup dan menempatkannya sebagai bentuk
tanggung jawab sosial. Hal tersebut merupakan perubahan
dari cara berpikir dan bertindak yang sektoral kepada budaya
kerja sama lintas profesi. Hanya itu cara untuk merebut kembali
kepercayaan masyarakat Indonesia akan pelayanan kesehatan
yang lebih baik di tanah air.
M
utu adalah suatu konsep yang tidak mudah didefinisikan.
Setiap definisi dari mutu akan menghasilkan suatu
konsekuensi yang berbeda berkaitan dengan standar
dan indikator yang akan dipakai. Setidaknya, sampai saat ini
pengertian mutu dalam pendidikan tinggi berkisar antara
empat kutub yang geraknya sirkuler tanpa henti, seperti yang
dijelaskan Dirk van Damme dalam salah satu dokumen UNESCO
tentang akreditasi pendidikan tinggi. Keempat kutub tersebut
yaitu excellence standards, fitness for purpose, basic standard, dan
consumer satisfaction, seperti terlihat dari gambar di bawah ini.
ini bisa dilihat dari status akreditasi dan hasil uji kompetensi
lulusan yang sudah pernah dilakukan. Profil mutu perguruan
tinggi dan lulusan tenaga kesehatan Indonesia belum sesuai
standar minimal yang telah ditetapkan. Dalam konteks ini,
penataan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi kesehatan
menjadi sesuatu hal yang sangat mendesak untuk dibuat dan
diimplementasikan secara konsisten
T
iga tahun sebelum Undang-Undang Dikti yang secara
tegas memberi ruang pada peran serta masyarakat dalam
upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi, LAM-PTKes
telah mulai dirintis. Perintisannya didorong oleh kebutuhan akan
suatu model atau instrumen akreditasi yang bisa menjawab
kebutuhan akreditasi pendidikan tinggi kesehatan yang sangat
spesifik. Di luar itu, amanah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, memberi ruang bagi
peran serta publik untuk melakukan akreditasi secara mandiri
selain yang dilakukan oleh BAN-PT.
1
IDI (Ikatan Dokter Indonesia); PDGI (Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia); IBI
(Ikatan Bidan Indonesia); PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia); PERSAGI
(Persatuan Ahli Gizi Indonesia); IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia);
IAI (Ikatan Apoteker Indonesia).
2
AIPKI (Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia); AFDOKGI (Asosiasi
Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia); AIPKIND (Asosiasi Institusi Pendidikan
Kebidanan Indonesia); AIPNI (Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia); AIPGI
(Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia); AIPTKMI (Asosiasi Institusi Pendidikan
Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia); APTFI (Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi
Indonesia).
t Pengembangan
PDPT kesehatan
yang menjadi
warehouse data
yang valid untuk
mengisi instru-
men
t Prinsip resource
sharing untuk
penggunaan
data dasar dan
asesor akreditasi
t Masa berlaku
akreditasi 5-7
tahun
K
etersediaan layanan kesehatan yang berkualitas adalah
kebutuhan yang sangat mendesak sebagai bentuk
akuntabilitas sosial dan perlindungan negara terhadap
masyarakat. Salah satu faktor yang menentukan kualitas
pelayanan itu adalah kompetensi tenaga kesehatan. Saat
ini ketimpangan kompetensi atau kualitas tenaga kesehatan
terjadi karena beragamnya jenis dan kualitas sistem pendidikan
tinggi kesehatan. Selain itu penjaminan pemenuhan standar
kompetensi profesi kesehatan melalui uji kompetensi yang
sudah dimulai oleh profesi kedokteran dan kedokteran gigi sejak
2007 belum diikuti oleh profesi lain.
Uji Kompetensi
t Penyusunan
blue print sesuai
standar kompe-
tensi masing-
masing profesi
dan dibutuhkan
aliansi strategis
antarmasyarakat
profesi untuk
menyepakati
blue print yang
disusun oleh
panel expert.
t Penyusunan
dan penerapan
pedoman pelak-
sanaan uji yang
berstandar na-
sional, termasuk
pengelolaan
bank soal yang
kredibel
t Divisi R & D
pada LPUK yang
updated dengan
perkembangan
metode as-
sessment, serta
menguatkan
kapasitas juri
yang terstandar
t Berasal dari
peserta uji kom-
petensi (untuk
retaker) *dalam
pembahasan
P
ada 5 April 2013 tim penyusun buku saku menemui
Sekretaris Eksekutif Proyek HPEQ, Dr. dr. Arsitawati Puji
Raharjo, MAHM di kantor HPEQ, Gedung Victoria, Blok M,
Jakarta Selatan. Ibu Arsita, sapaan wanita yang juga seorang
dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas
Airlangga ini, menyediakan waktunya untuk menjawab beberapa
pertanyaan dalam sebuah wawancara singkat dengan kami.
Beliau berbagi refleksi terkait upaya penataan sistem pendidikan
tinggi kesehatan yang berujung pada penguatan mutu institusi
dan lulusan dari pendidikan tinggi kesehatan yang tengah
dilakukannya melalui program-program HPEQ. Lebih spesifiknya,
merefleksikan filosofi dasar dari pendirian Lembaga Akreditasi
Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM PTKes) dan Lembaga
Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK).
yaitu self evaluation. Tapi kan itu ilustrasi untuk indvidu, jika
kita bicara sekelompok massa maka indikatornya lain. Pada
prinsipnya ada sistem penjaminan mutu internal di dalam setiap
prodi yang harusnya dikerjakan.
Kalau kita buat sekolah dan kita sendiri yang menilai sekolah itu
bagus atau tidak, rasanya akan sulit untuk bersikap adil. Pada
kasus ini misalnya, pemerintah yang buat prodi, mengeluarkan
izin, dan membiayainya, lalu pemerintah juga yang menilai,
tentu akan malu rasanya bila harus bilang prodi tersebut tidak
bagus. Poinnya adalah untuk menghindari konflik kepentingan.
saya sudah memutuskan diri saya seperti ini, maka saya punya
dua tugas dalam kehidupan saya, mutu dan regenerasi. Kalau
saya sudah memilih Pak Puji Raharjo jadi suami saya, tugas saya
tinggal dua, menjaga mutu dan regenerasi anakku. Begitu juga
dengan profesi. Jika saya memilih jadi dokter, maka saya harus
jadi dokter yang bermutu dan melakukan pewarisan nilai-nilai
mutu kedokteran pada generasi berikutnya. Untuk menjalankan
tugas itu, profesional perlu mendapat tempat mencurahkan
atensi, pikiran dan kerjanya.
ini kita perlu itu. Apalagi ini berkaitan dengan sebuah profesi
seperti kesehatan, yang setiap hari dihadapkan pada tanggung
jawab hidup dan mati pasien. Dalam pengertian inilah saya
melihat uji kompetensi sebagai bagian dari social accountability
profesi kesehatan pada masyarakat.
Jika kita andaikan mendirikan LAM dan LPUK itu seperti halnya
menanam sebuah pohon. Tadinya saya mengharapkan tahun
2009 dalam benak saya, saya sudah bisa punya pohon. Tapi
pelan-pelan setelah saya memahami betul, ternyata lahan yang
saya kerjakan bawahnya keropos. Ini persis dengan kejadian
ketika saya membangun rumah beberapa tahun lalu. Di atas
sebuah petak tanah di pekarangan rumah, saya menanam
pohon. Namun pohon yang saya tanam selalu mati. Lalu saya
minta seseorang menggali tanah tersebut. Ternyata di dalamnya
banyak sekali rongsokan sisa pembangunan rumah. Sehingga
tidak heran saya selalu gagal menanam pohon. Pada akhirnya,
saya dan keluarga harus mengeluarkan ongkos yang besar untuk
Saya tidak ingin visi dan misi HPEQ hanya berumur sepanjang
umur proyek. Saya ingin punya produk yang sustainable. Sebab,
ini bukan soal saya, ini soal regenerasi sebagai tanggung jawab
sejarah profesi. Tidak masalah peranan saya sampai titik ini, yang
penting saya sudah menyiapkan lahan yang tepat dan pupuk
yang bagus untuk menumbuhkan LAM dan LPUK. Saya percaya
Tuhan akan berikan tugas pada orang lain untuk menjalankannya.
Apa yang penting bagi saya saat ini adalah memberikan nilai
pada setiap keputusan kita.
REFERENSI
Frank J, Chen L, Bhuta ZA, et al. 2010. Health Professionals for a New
Century, Transforming Education to Strengthen Health Systems
in an Interdependent World. The Lancet (online), Volume
376, Issue 9756, hal 1923-1958, http://www.thelancet.com/
journals/lancet/article/PIIS0140-6736(10)618545/fulltext?_
eventId=login