PELUANG
KELOMPOK 4
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-Nya kami
diberi kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Matematika.Makalah yang berjudul Peluang merupakan aplikasi dari kami. Selain untuk
memenuhi tugas tersebut juga untuk memberikan pengetahuan tentang Peluang.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun
menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajari Peluang.Dalam makalah ini kami
menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan
dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun
menjadi referensi kita dalam mengenal dan mempelajaari tentang peluang.dalam makalah ini
kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna
perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Demikiah semoga makaalah ini dapaat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para
pembaca pada umumnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peluang merupakan salah satu materi matematika yang ada di sekolah,materi
ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, seperti memprediksi kesukseran
dalam bidang ekonomi dan sosial, meminimalisir kerugian, serta dapat digunakan
untuk memperkirakan cuaca di kota-kota. Hitung peluang mula-mula dikenal pada
abad ke-17 yang bermula dari permainan sebuah dadu yang dilempar. Peluang
(kemungkinan, probability) dari permukaan dadu yang tampak ketika dilempar,
diamati dan dihitung, perhitungan sejenis ini berkembang cukup pesat menjadi teori
peluang yang banyak pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berpergian
kita sering mempertanyakan apakah terjadi hujan hari ini. Dalam berdagang kita
selalu berfikir tentang kemungkinan untuk mengambil keuntungan. Masih banyak
contoh lagi yang berkaitan dengan peluang (Fauzan,2019).
Ada tiga lingkungan dalam proses pengambilan keputusan yang telah
dijadikan dalil, yakni: pasti, ketidakpastian, dan risiko. Risiko adalah suatu keadaan
dimana nilai-nilai peluang dapat diberikan kepada setiap hasil atau peristiwa. Sampai
seberapa jauh keputusan diambil dalam suatu risiko, tergantung pada siapa yang akan
mengambil keputusan tersebut, apakah para pegiat pendidikan, pebisnis, industriawan,
atau tingkatan menajerial dalam suatu organisasi. Akan tetapi, meskipun keputusan
semacam ini boleh dibilang langka, namun tetap perlu menjadi bahan pertimbangan.
Sebagai contoh industri asuransi tetap mempercayai nilai-nilai peluang yang diambil
dari data aktuaria. Kesalahan yang dilakukan organisasi tertentu dalam menggunakan
nilai-nilai peluang untuk membuat keputusan, dapat berakibat fatal bagi organisasi
tersebut. Dalam kasus lain, masalah yang dihadapi oleh para manajer dalam
mengambil keputusan adalah bagaimana menggunakan nilai-nilai peluang dalam
situasi yang sebenarnya dan bagaimana menarik simpulan dari hasil yang didasarkan
pada teori peluang.
3
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah kali ini yaitu yang
berjudul tentang peluang, yaitu sebagai berikut :
1. Apa pengertian Peluang ?
2. Menjelaskan konsep-konsep dalam peluang dan dapat menyelesaikan masalah
tentang peluang.
4
BAB 11
PEMBAHASAN
5
Permainan pertama mengenai peluang yang dapat dipahami dengan baik
adalah yang berasal dari Mesopotamia. Salah satu kota penting di Mesopotamia saat
itu adalah Ur. Saat melakukan penggalian di awal abad 20, para arkeolog menemukan
sebuah permainan papan yang tertimbun dengan pemakainya. Permainan papan
dengan pahatan yang bagus tersebut sudah berusia sekitar 4500 tahun. Permainan ini
dapat diphami dengan baik krena catatan kuno mengenainya juga diperoleh dari
penggalian. Permainan ini dinamakan Permainan dari 20 Persegi. Pemainnya terdiri
dari dua orang. Masing-masing percaya pada sebuah kombinasi keberuntungan dan
sebuah strategi kecil untuk menang. Pada bagian keberuntungan, dilambungkan
sebuah dadu untuk menentukan berapa banyak persegi untuk setiap pemain agar
dapat menggerakkan bagiannya. Keterampilan yang harus dimiliki adalah memilih
bagian yang harus digerakkan.
6
terhadap semua peristiwa untuk seluruh kasus nampaknya tidak mungkin. Oleh
karena itu, pada umumnya dasar pendugaan dilakukan hanya terhadap sebagian
peristiwa saja dan juga sebagian kasus saja. Dengan demikian dimungkinkan terdapat
ketidaktelitian dalam melakukan pendugaan tersebut. Proporsi besarnya ketepatan
pendugaan tersebut disebut sebagai peluang (Dalle,dkk 2018).
Peluang merupakan bagian matematika yang membahas pengukuran tingkat
keyakinan orang akan muncul atau tidak munculnya suatu kejadian atau peristiwa.
Oleh karena itu, untuk mendiskusikan dimulai dengan suatu pengamatan tersebut
dinamakan suatu percobaan. Hasil dari suatu percobaan dinamakan hasil (outcomes)
atau titik sampel. Peluang disebut juga probabilitas yang berarti ilmu kemungkinan.
Teori peluang adalah cabang matematika yang bersangkutan dengan peluang,
analisis fenomena acak. Obyek utama teori peluang adalah variabel acak, proses
stokastik, dan kejadian: abstraksi matematis non-deterministik peristiwa atau
kuantitas terukur yang dapat berupa kejadian tunggal atau berkembang dari waktu ke
waktu dalam mode tampaknya acak. Jika koin individu melemparkan atau gulungan
dadu dianggap peristiwa acak, maka jika berkali-kali mengulangi urutan kejadian
acak akan menunjukkan pola-pola tertentu, yang dapat dipelajari dan diprediksi. Dua
hasil matematis representatif menggambarkan pola tersebut adalah hukum bilangan
besar dan teorema limit pusat.Sebagai dasar matematika untuk statistik, teori peluang
adalah penting untuk kegiatan manusia banyak yang melibatkan analisis kuantitatif
set besar data. Metode teori peluang juga berlaku untuk deskripsi sistem yang
kompleks diberikan pengetahuan hanya sebagian dari negara mereka, seperti
dalam mekanika statistik. Sebuah penemuan besar fisika abad kedua puluh adalah
sifat peluang fenomena fisik pada skala atom, dijelaskan dalam mekanika kuantum
(Anggoro,2015)
Peluang semata-mata adalah suatu cara untuk menyatakan kesempatan
terjadinya suatu peristiwa. Secara kualitatif peluang dapat dinyatakan dalam bentuk
kata sifat untuk menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu keadaan seperti “baik”,
“lemah”, “kuat”, “miskin”, “sedikit” dan lain sebagainya. Secara kuantitatif, peluang
dinyatakan sebagai nilai-nilai numeris baik dalam bentuk pecahan maupun desimal
antara 0 dan 1. Peluang sama dengan 0 berarti sebuah peristiwa tidak bisa terjadi
sedangkan peluang sama dengan 1 berarti peristiwa tersebut pasti terjadi.
7
2.3 Pengertian Peluang Menurut Para Ahli
8
jumlah 5 ada 1 dari 11 peristiwa, tidak berarti bahwa peluangnya adalah 1/11.
Mengapa demikian? Karena dalam hal ini tidak mempertimbangkan bagaimana
berbagai peristiwa bisa dihasilkan. Perhatikan Tabel yang merupakan matriks dari
semua kombinasi peristiwa yang mungkin terjadi dalam pelemparan dua buah
dadu. Berdasarkan Tabel 2.1 nampak bahwa ada 36 kombinasi yang mungkin.
Peristiwa jumlah 5 adalah hasil dari kombinasi 4 peristiwa. Berarti peluang
munculnya jumlah 5 pada pelemparan dua buah dadu adalah 4/36.
Tabel 2.1 Empat Cara Munculnya Jumlah 5 dari Pelemparan Dua Dadu
Berdasarkan ilustrasi contoh tersebut, dapat didefiniskan bahwa peluang logis
dari sebuah peristiwa adalah rasio antara jumlah peristiwa yang bisa terjadi dengan
jumlah semua hasil yang bisa terjadi, dimana hasil ini dapat diturunkan dari sebuah
eksperimen
2. Peluang Empiris
Banyak kasus di mana para manajer atau pimpinan organisasi kurang
mengikuti pola-pola peluang seperti yang dijelaskan di atas. Kemungkinan besar
hal ini disebabkan tidak dipahaminya apa sebenarnya peluang itu. Untuk kasus
seperti ini, yang lebih cocok untuk diacu adalah peluang yang didasarkan pada
data pengamatan atau data empiris. Misalnya dalam memproduksi sebanyak
10.000 unit integrated circuit (IC) merek tertentu, diperoleh 25 unit diantaranya
cacat (bengkok). Berdasarkan hasil ini maka dapat dikatakan bahwa peluang IC
yang cacat adalah 25/10.000 = 0,0025. Nilai ini juga merupakan peluang
terambilnya secara acak 1 unit IC yang cacat. Demikian pula rata-rata persentase
barang cacat dalam suatu batch diperkirakan sebesar 0,0025. Jika ada pesanan
9
sebanyak 2.000 unit IC dari perusahaan ini, maka ada harapan 0,0025.(2000) = 5
unit IC yang cacat.
Peluang empiris atau ada pula yang menyebutnya sebagai peluang objektif,
hanya bisa diperoleh melalui percobaan atau eksperimen yang dilakukan secara
berulang-ulang, dalam kondisi yang sama dan diharapkan dalam jumlah yang
besar. Dari eksperimen ini akan dihasilkan informasi berupa frekuensi relatif yang
sangat berguna, khususnya untuk keperluan perbaikan sebuah sistem. Misalnya
dalam proses pengemasan susu, ingin diketahui berapa persen kemasan yang
berisikan lebih dari 150 ml. Dari proses pengisian yang cukup lama, maka bisa
dibuat distribusi frekuensi volume susu yang terisi ke dalam kotak atau susu yang
tercecer pada setiap pengisian. Dari sini maka akan akan diperoleh informasi yang
sangat berguna untuk melakukan penyesuaian terhadap sistem kerja mesin
pengisisusu tersebut. Meski konsep peluang ini sama seperti peluang logis, akan
tetapi peluang empiris lebih mudah dimengerti dan dipahami.
Berdasarkan ilustrasi contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi peluang
empiris (atau peluang objektif) adalah jika sebuah eksperimen dilakukan sebanyak
N kali dan sebuah peritiwa A terjadi sebanyak n(A) kali dari N pengulangan ini,
maka peluang terjadinya peristiwa A dinyatakan sebagai proporsi terjadinya
peristiwa A ini. Secara matematik, peluang empiris dapat ditulis:
𝑛 (𝐴)
𝑃 (𝐴 ) =
𝑁
3. Peluang Subjektif
Masalah yang umum dihadapi oleh seorang manajer atau pimpinan organisasi
adalah ketika dia tidak mampu memprediksi proses sebuah peristiwa ditambah
lagi dengan tidak tersedianya data yang memadai. Untuk memecahkan masalah
seperti ini biasanya seorang manajer atau pimpinan organisasi akan memberikan
nilai peluang tertentu kepada peristiwa tersebut yang didasarkan pada faktor-
faktor kualitatif, pengalaman dengan situasi yang serupa atau bahkan intuisi.
Peluang subjektif muncul ketika seorang pengambil keputusan dihadapkan oleh
pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab berdasarkan peluang empiris atau
frekuensi empiris.
Misalnya berapa peluang penjualan barang X bulan depan akan melebihi
50.000 unit jika dilakukan perubahan kemasan? Sudah barang tentu eksperimen
tentang pengaruh perubahan kemasan terhadap volume penjualan dengan
10
pengulangan yang sangat besar jarang dilakukan bahkan tidak pernah dilakukan.
Meski menggunakan data penjualan bulanan bukan sesuatu yang mustahil, akan
tetapi tidaklah efisien jika perusahaan selalu merubah kemasan setiap bulannya
hanya untuk meningkatkan volume penjualan. Oleh karena itu, biasanya seorang
manajer atau pimpinan organisasi menggunakan intuisi atau perasaannya dalam
menentukan nilai peluang ini. Jadi tidaklah heran jika seorang manajer atau
pimpinan organisasi menyatakan peluang terjualnya barang X melebihi 50.000
unit pada bulan depan adalah 0,40.
Peluang subjektif dapat didefinisikan adalah sebuah bilangan antara 0 dan 1
yang digunakan seseorang untuk menyatakan perasaan ketidakpastian tentang
terjadinya peristiwa tertentu. Peluang 0 berarti seseorang merasa bahwa peristiwa
tersebut tidak mungkin terjadi, sedangkan peluang 1 berarti bahwa seseorang
yakin bahwa peristiwa tersebut pasti terjadi. Definisi ini jelas merupakan
pandangan subjektif atau pribadi tentang peluang. Meski peluang subjektif tidak
didasarkan pada suatu eksperimen ilmiah, namun penggunaannya tetap bisa
dipertanggungjawabkan. Dalam menentukan nilai peluang ini, seorang pengambil
keputusan tetap menggunakan prinsip-prinsip logis yang didasarkan pada
pengalaman yang diperolehnya.
Seorang pengambil keputusan sudah mengetahui secara nyata, apa faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusannya, sehingga dia bisa memprediksi apa
kira-kira yang bakal terjadi dari keputusan yang diambilnya. Hal yang masih
menjadi pertanyaan adalah apakah peluang subjektif dapat digunakan untuk
keperluan analisis statistika selanjutnya? Kelompok statistika objektif menolak
penggunaan peluang subjektif ini. Bab ini tudak bertujuan untuk membahas
perdebatan ini, kecuali bahwa penggunaan peluang subjektif tampak sesuai dalam
pengambilan, khususnya keputusan bisnis. Berbeda halnya dengan penelitian
kimia, pertanian, farmasi, kedokteran atau ilmu eksakta lainnya yang memang
harus menggunakan peluang objektif sebagai dasar analisisnya. Sampai saat ini
pengambilan keputusan berdasarkan peluang subjektif masih dibilang sebagai
salah satu tehnik manajerial yang baik.
11
2.5 Pengertian Peristiwa Dalam Teori Peluang
Istilah peristiwa yang lazim sehari-hari berbeda makna jika membahas tentang
teori peluang. Biasanya orang berpikir bahwa peristiwa adalah suatu kejadian
layaknya peristiwa seperti sejarah, gejala-gejala fisik, dan pesta. Dalam statistika,
pengertian ini diperluas dengan memasukkan unsur-unsur kesempatan atau peluang
atas terjadinya suatu peristiwa yang didasarkan pada hasil sebuah percobaan atau
eksperimen yang dilakukan secara berulang-ulang. Sebagai contoh peristiwa
terambilnya kartu As dari setumpuk kartu bridge, jumlah cairan yang disaring dari
mesin pengisi, jumlah kendaraan niaga yang melalui jalan protokol, jumlah barang
yang cacat dalam satu lot, dan karakteristik lainnya yang secara umum tidak dapat
disebutkan sebagai peristiwa.
Untuk keperluan penentuan peluang ada gunanya untuk membagi peristiwa ke
dalam dua jenis peristiwa, yakni peristiwa sederhana dan peristiwa majemuk.
Peristiwa sederhana tidak dapat dibagi lebih lanjut lagi ke dalam komponen-
komponen peristiwa, sedangkan peristiwa majemuk selalu memiliki dua atau lebih
komponen peristiwa sederhana. Peristiwa Kartu Sekop secara definisi adalah
peristiwa sederhana, karena hanya ada satu jenis kartu sekop dalam setumpuk kartu
bridge. Akan tetapi peristiwa As Sekop dapat dianggap sebagai peristiwa majemuk,
karena kartunya haruslah berisikan keduanya yakni kartu As dan kartu Sekop. Namun
definisi ini tergantung dari pandangan si pelaku percobaan. Bisa saja seseorang
mengatakan bahwa As Sekop sebagai suatu peristiwa sederhana, jika dia
mengganggap hal ini sebagai suatu kesatuan. Pembagian jenis peristiwa ini
dimaksudkan untuk kemudahan dalam mempelajari teori peluang selanjutnya.
Contoh penggunaan terori peluang misalnya mengundi dengan suatu mata
uang logam atau sebuah dadu, membaca temperatur udara pada tiap hari dari
termometer, menghitung banyaknya barang rusak yang dihasilkan tiap hari oleh mesin
penghasil barang tertentu, dan mencatat banyaknya orang yang melewati sebuah
jembatan penyeberangan untuk setiap jam, merupakan eksperimen yang dapat
diulang-ulang. Berdasarkan seperti contoh-contoh tersebut, untuk semua hasil yang
mungkin terjadi dapat dicatat. Segala bagian yang mungkin diperoleh dari pencatatan
tersebut disebut peristiwa.
Misalnya mencatat hasil eksperimen mengambil mata uang logam lima ratus
rupiah. Uang logam lima ratus rupiah terdiri dari dua muka, yaitu satu muka
bergambar burung garuda diberi simbol G dan satu muka bergambar bunga melati
12
diberi simbol M. Kemungkinan yang diperoleh dari melempar satu kali uang logam
tersebut ke atas adalah muka G atau muka M. Bila satu kali uang logam tersebut ke
atas adalah muka G atau muka M. Bila muncul G maka muka M tidak tidak muncul,
dan sebaliknya bila yang muncul M maka G tidak muncul.
Untuk peristiwa sederhana, peluang dapat diturunkan baik secara logis, melalui
pengamatan empiris maupun secara subjektif Ketiga bentuk peluang ini mempunyai implikasi
yang penting bagi para manajer atau pimpinan organisasi, khususnya dalam proses
pengambilan keputusan
13
Contoh lain misalnya berapa peluang munculnya angka ganjil pada
pelemparan 1 buah dadu? Jawabnya adalah P = (1, 2, 3, 4, 5, 6) di mana N = 6.
Seandainya A = peristiwa munculnya angka ganjil, maka:
𝐴 = (1,2,3) → 𝑛(𝐴) = 3
𝑛(𝐴) 3 1
𝑃 (𝐴 ) = = =
𝑁 6 2
E E
14
notasi himpunan AB) adalah jumlah dari peluang tiap peristiwa tersebut. Secara
matematis aturan ini dituliskan:
Deskripsi Peris n
Verbal tiwa
Amerika dan Belanda A1 = (ABC, 3
selalu terpilih China ABD, ABE) A2 = 3
dan Ekuador selalu (ACE, BCE, 1
terpilih Belanda, CDE) A3 =
China, dan Denmark (BCD)
terpilih
15
b. Peristiwa Saling Inklusif
Jika dua peristiwa memiliki titik yang sama atau terdapat irisan antara kedua
peristiwa, maka hubungan kedua peristiwa ini disebut saling inklusif.
Hubungan inklusif sebenarnya adalah perluasan dari hubungan eksklusif.
Dalam peristiwa ini berlaku hubungan: A atau B atau keduanya. Secara
matematis hubungan ini dirumuskan:
P(A atau B atau keduanya) = P(A B) P(A) P(B) P(A B)
A A B
B
Contoh Soal
Mengacu pada percobaan pelemparan dua buah dadu seperti yang
disajikan dalam Tabel 2.1, berapa peluang munculnya jumlah 7 atau angka
2 pada dadu pertama atau keduanya?
Jawab: Misal E = peristiwa munculnya jumlah 7 dan F = peristiwa
munculnya angka 2 pada dadu pertama. Dari Tabel 2.1 dapat ditentukan:
E = {(1,6), (2,5), (3,4), (4,3), (5,2), (6,1)}, di mana n = 6
F = {(2,1), (2,2), (2,3), (2,4), (2,5), (2,6)}, di mana n = 6
Perhatikan bahwa dari kedua peristiwa di atas ada 1 titik yang sama di
dalamnya, yakni (2,5). Hal ini berarti bahwa P(EF)= 1/36. Sehingga
dengan menggunakan Rumus akan diperoleh
6 6 1 11
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = 𝑃 (𝐴 ) + 𝑃 (𝐵 ) − 𝑃 ( 𝐴 ∩ 𝐵 ) = + − =
36 36 36 36
16
c. Peristiwa Bersyarat
Lazimnya peneliti berhubungan dengan peluang dari sebagian ruang
sampel. Peneliti jarang bekerja dalam ruang lingkup populasi. Peluang seorang
konsumen yang dipilih secara acak dari populasi masyarakat berpenghasilan
tinggi, tidak sama dengan peluang seorang berpenghasilan tinggi yang dipilih
secara acak dari populasi konsumen. Peluang seorang konsumen yang
menyukai produk A yang dipilih secara acak dari suatu komunitas, akan
berbeda dengan peluang terpilihnya seorang pemakai produk A dari komunitas
lainnya. Hal ini adalah beberapa contoh bagaimana peneliti harus memilah
suatu peristiwa yang ada dalam suatu populasi ke dalam subpopulasi. Dalam
teori peluang hal semacam ini penting untuk diketahui, karena peluang dalam
sebagian ruang sampel bisa berbeda dengan peluang pada ruang sampel secara
keseluruhan.
Sub populasi didefinisikan secara khusus dalam populasi ini dan
peluang- peluang yang berhubungan dengan setiap peristiwa dalam
subpopulasi dikenal dengan nama peluang bersyarat. Peluang bersyarat
banyak digunakan dalam dunia bisnis dan ekonomi. Untuk mempermudah
pemahaman tentang peluang bersyarat ini, berikut ini contoh peluang
bersyarat. Sebuah perusahaan membuka lowongan kerja untuk mengisi
pekerjaan sekretaris perusahaan. Ada 100 orang pelamar yang terdiri atas
berpengalaman lebih dari tiga tahun dan kurang dari tiga tahun serta dengan
status menikah dan tidak menikah. Secara rinci jumlahnya diberikan dalam
Tabel
17
lebih tiga tahun dan M = peristiwa pelamar yang dipilih statusnya menikah.
Berdasarkan Tabel 2.3 maka dapat dihitung:
Jumlah titik dalam ruang sampel P = 100
P(E) = 36/100 = 0,36
P(M) = 30/100 = 0,30
P(EM) = 12/100 = 0,12
Anggaplah karena ada sesuatu hal maka pelamar dibatasi pada
pendaftar yang statusnya telah menikah. Selanjutnya perusahaan ingin
mengetahui peluang terpilihnya pelamar dengan pengalaman lebih dari tiga
tahun dari pembatasan tersebut. Dalam notasi peluang bersyarat, peluang yang
demikian dituliskan sebagai P(E | M) atau peluang terjadinya E bersyarat M.
Dengan membatasi pelamar yang hanya menikah, hal ini berarti ruang sampel
atau populasi telah berubah menjadi ruang sampel yang lebih kecil atau
menjadi subpopulasi.Subpopulasi yang dipilih dalam hal ini adalah pelamar
yang menikah atau M. Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa subpopulasi
M ini memiliki titik sampel 30. Disini telah terjadi pengurangan jumlah titik
sampel dari 100 menjadi 30 Dengan mengganggap setiap pelamar masih
memiliki peluang yang sama, maka peluang terpilihnya pelamar yang
memiliki pengalaman lebih dari 3 tahun dengan syarat telah menikah adalah:
P(E | M) = 12/30 = 0,40
Dari hasil ini terlihat bahwa 12 adalah titik sampel irisan antara E dan
M populasi (EM), sedangkan 30 adalah titik sampel subpopulasi atau ruang
sampel untuk syarat M dengan peluang P(M) Apabila hasil ini dituliskan
dalam notasi peluang, maka diperoleh bentuk:
𝑃(𝐸 ∩ 𝑀)
𝑃( 𝐸 ∣ 𝑀 ) =
𝑃(𝑀)
Peluang bersyarat juga bisa dihitung dari pendekatan subpopulasi.
Perhatikan subpopulasi pelamar yang telah menikah. Jumlah peluang yang ada
pada subpopulasi tetap harus memenuhi aturan peluang yakni sama dengan
satu, yakni dari: P(M) = 12/30 + 18/30 = 1.Perhatikan bahwa P(E M) pada
ruang sampel awal adalah 12/100 = 0,12; akan tetapi setelah menjadi
subpopulasi P(EM) menjadi 12/30 = 0,40. Sedangkan peluang terpilihnya
pelamar menikah P(M) pada ruang sampel awal adalah 30/100 = 0,30;
sekarang menjadi 18/30 = 0,60. Mengapa menjadi 18 bukannya 30? Karena
18
yang 12 ada pada ruang sampel irisan (EM). Dengan demikian P(E | M)
berdasarkan subpopulasi adalah: P(E | M) = 0,40/1,00 = 0,40.
Jadi hasil perhitungan peluang bersyarat, baik dengan menggunakan
ruang sampel asli maupun pendekatan subpopulasi, akan memberikan hasil
yang sama.Peluang bersyarat untuk kedua keadaan yang dijelaskan di atas, secara
visual dapat diilustrasikan seperti pada Gambar
M
E EM
0,1
0,24 0,1 8
0,4
6
(A)
EM M
0,40 0,60
(B)
Gambar Peluang Bersyarat dalam Ruang Sampel Asli (a) dan
Subpopulasi (b)
Berdasarkan contoh yang dipaparkan di atas, maka definisi peluang
bersyarat dapat didefinisikan jika A dan B adalah dua peristiwa dalam ruang
sample S, maka peluang terjadinya A bersyarat B adalah:
𝑷(𝑨∩𝑩) 𝑷(𝑩∩𝑨)
𝑷( 𝑨 ∣ 𝑩 ) = : 𝑷(𝑩) ≠ 𝟎 atau 𝑷( 𝑨 ∣ 𝑩 ) = : 𝑷(𝑨) ≠ 𝟎
𝑷(𝑩) 𝑷(𝑨)
Contoh Soal
Survai dilakukan oleh MarketPlus Kota Hastina terhadap 700
responden untuk mengetahui selera konsumen terhadap sabun yang diberi
aroma dan tidak beraroma, menghasilkan data seperti yang ditampilkan
19
pada Tabel Angka dalam kurung adalah frekuensi relatif atau peluang.
Berapakah peluang terpilihnya seseorang yang dipilih secara acak tidak
menyukai sabun beraroma dengan syarat dia adalah seorang pria?
d. Peristiwa Bebas
Pengertian bebas di sini sebenarnya bukanlah bebas dalam pengertian
umum, akan tetapi bebas secara statistik. Meski pengertian bebas secara umum
hampir sama dengan bebas secara statistik, akan tetapi pada dasarnya
keduanya tidak identik. Peristiwa A dikatakan bebas dari peristiwa B jika
salah satu peristiwa tidak dipengaruhi oleh peristiwa lainnya. Sebagai contoh
jika seseorang mengambil kartu dari setumpuk kartu bridge secara berurutan
di mana setiap pengambilan kartu selalu dikembalikan lagi, maka semua hasil
dari peristiwa ini dikatakan bebas antara yang satu dengan lainnya.
Peluang terambilnya kartu As pada setiap pengambilan akan selalu
4/52. Jika pengambilan kartu tidak dengan pengembalian, maka hasil yang
diperoleh akan bersifat tidak bebas atau saling tergantung. Peluang
terambilnya kartu As pada pengambilan pertama adalah 4/52, pengambilan
kedua 3/51, pengambilan ketiga 2/50, dan seterusnya. Dua peristiwa yang
20
saling bebas dinyatakan dalam hubungan A dan B atau secara notasi himpunan
A B adalah perkalian antara kedua peluang tersebut. Secara simbolik:
P(A dan B) = P(A B) P(A).P(B)
Konsekuensi rumus ini terhadap rumus peluang bersyarat adalah:
P(AB) = P(A) dan P(BA) = P(B)
Untuk k buah peristiwa yang saling bebas maka Rumus dapat diperluas
menjadi: P(A1 A2… Ak)= P(A1).P(A2)…P(Ak). Guna menggambarkan
peristiwa bebas ini, dapat dilihat dalam Diagram Venn yang diilustrasikan
pada Gambar
Menurut Rabia (2017) ruang sampel adalah himpunan dari semua hasil yang
mungkin pada suatu percobaan/kejadian.
21
Jika dua buah koin dilemparkan sekaligus, maka akan ada yang menjadi
koin pertama dan koin kedua.
Misalkan koin pertama muncul angka (A) dan koin kedua muncul gambar
(G), maka kejadian dari pelemparan tersebut adalah (A, G). Semua hasil yang
mungkin terjadi dari percobaan tersebut adalah (A, G), (G, A), (A, A), dan
(G, G). Dengan demikian, diperoleh:
Ruang sampel : {(A, G), (G, A), (A, A), (G, G)}
Titik sampel : (A, G), (G, A), (A, A), dan (G, G)
Kejadian : {(A, G)}, {(G, A)}, {(A, A)}, atau {(G, G)}
22
Jika sebuah koin dan sebuah dadu berisi 6 dilemparkan, maka
kemungkinan kejadiannya adalah munculnya angka (A) atau gambar (G)
pada koin dan salah satu mata dadu pada dadu. Misalkan sebuah koin
dianggap bagian pertama dan sebuah dadu bersisi 6 bagian kedua, maka
diperoleh:
Ruang sampel:
S = {(A, 1), (A, 2), (A, 3), (A, 4), (A, 5), (A, 6), (G, 1), (G, 2), (G, 3), (G, 4),
(G, 5), (G, 6)}
Jika dua dadu dilemparkan sekaligus, maka pada masing-masing dadu akan
ada 6 kemungkinan kejadian yang muncul, yaitu mata dadu 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Jika
kita susun dalam sebuah tabel, maka didapatkan hasil berikut:
23
Ruang sampel:
S = {(1,1), (1,2), (1,3), (1,4),(1,5) (1,6), (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6), (3,1) (3,2)
(3,3) (3,4) (3,5) (3,6), (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6), (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5)
(5,6) (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)}
24
Jika r = n, Maka P (n,n) = n! (ingat 0!=1)
Contoh untuk menghitung banyaknya cara menyusun urutan dua huruf dari huruf-
huruf a, b, c adalah sebagai berikut
Soal 1.
3 orang anak akan duduk bersama di sebuah bangku yang panjang. Ada berapakah
cara mereka duduk bersama pada bangku tersebut?
Jawaban:
Ketiga anak akan duduk bersama, maka dipakai rumus permutasi P(3,3)
P(3,3) = 3 = 2x2x1 = 6
Maka ketiga anak tersebut bisa duduk bersama dengan 6 cara
Soal 2.
Ada berapa cara menyusun dua huruf dari sebuah kata “HIDUP”?
Jawaban:
Cara menyusun 2 huruf dari 5 huruf, maka dipakai permutasi P(5,2)
25
P(5,2) = (5!)/(5-2) =(5x4x3!)/(3)! = 5×4 =20
Maka cara menyusun dua huruf dari sebuah kata HIDUP adalah 20 cara
2.9 Kombinasi
Menurut Abdillah (2020) kombinasi ialah banyaknya cara memilih anggota pada
jumlah tertentu dari dari anggota-anggota suatu himpunan. Atau dengan kalimat lain
kombinasi yaitu banyaknya cara membuat himpunan bagian dengan jumlah anggota
tertentu dari anggota-anggota suatu himpunan.
Permasalahan yang selalu muncul berupa soal cerita dan dituntut agar bisa
membedakan masalah tersebut termasuk kedalam permutasi ataupun kombinasi.
Hingga, tak terjadi kesalahan dalam menggunakan rumus untuk menyelesaikan
masalah dalam hal tersebut. Berikut merupakan contoh perbedaan permutasi dan
kombinasi.
Susunan panitia yang terdiri atas ketua, sekretaris, wakil ketua dan bendahara akan
dibentuk untuk mensukseskan suebuah acara. Susunan panitia tersebut akan dipilih
dari 10 orang yang terpilih berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Berapakah
banyaknya susunan panitia yang bisa dibentuk?
Penjelasan:
susunan urutan menjadi sebuah bagian yang perlu diperhatikan. Kedudukan ketua
untuk orang pertama tentu akan berbeda dengan ketua yang ditempati pada orang ke
tiga. Begitu juga dengan kududukan untuk posisi yang lainnya.
26
Enam buah buku akan dipilih dari lima buku materi Matematika, tiga buku materi
Fisika, dan empat buah buku materi Kimia untuk disumbangkan ke sekolah anak
jalanan.
Berapakah banyaknya cara yang bisa dilakukan untuk memilih enam buku tersebut?
Penjelasan:
pemilihan buku pada urutan pertama dan kedua misalnya yaitu buku Matematika
pertama dan pada buku Matematika ke dua, keduanya merupakan buku materi
Matematika. Hingga, urutan tidak terlalu dipehatikan. Pada intinya, rumus permutasi
dipakai untuk permasalahan yang memperhatikan urutan. Sedangkan kombinasi
dipakai untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak memperhatikan urutan.
27
BAB 111
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari makalah Statistika
Pendidikan tentang peluang yaitu, sebagai berikut :
1. Di dalam makalah ini kita dapat mempelajari matematika tentang peluang.
Pada bab peluang, materinya meliputi kaidah pencacahan, permutasi,
kombinasi, ekspansi binominal, ruang sampel, peluang, frekuensi harapan,
komplemen dan kejadian majemuk
2. Peluang merupakan bagian matematika yang membahas pengukuran
tingkat keyakinan orang akan muncul atau tidak munculnya suatu kejadian
atau peristiwa. Ruang sampel adalah himpunan semua hasil/kejadian yang
mungkin terjadi dan dilambangkan dengan S. Di dalam peluang dikenal
ruang sampel dan titik sampel. Permutasi adalah susunan unsur-unsur yang
berbeda dalam urutan tertentu. Kombinasi adalah susunan unsur-unsur
dengan tidak memperhatikan urutannya.
3.2 Saran
Dalam peluang yang memiliki pengertian himpunan kemungkinan
hasil dari suatu percobaan. Pastinya perhitungan matematika dengan
menggunakan peluang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari
dimana kita sering dihadapkan pada suatu pertanyaan yang tidak diketahui
jawabannya tetapi harus dijawab mungkin atau tidak mungkin. Saran kami
peluang itu tidak harus digunakan dalam kegiatan sehari-hari karena
perhitungan menggunakan peluang cukup rumit. Dan sebagian besar disekitar
kita juga ada yang tidak bisa menghitung. Jadi dalam mengetahui sesuatu hal
bukan hanya bisa menggunakan perhitungan peluang saja tetapi bisa juga
dengan praktik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro.2015. Sejarah Teori Peluang dan Statistika.Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung : Indonesia.
https://www.ruangguru.com/blog/materi-peluang-percobaan-ruang-sampel-dan-titik
Indonesia.
29