Anda di halaman 1dari 9

MODUL KETRAMPILAN KLINIK

BLOK 7.5

PERESEPAN KACA MATA

Tim Penyusun

dr. Wahid Heru Widodo, Sp.M


dr. Teguh Anamani, Sp.M
Dr. dr.Muhammad Rifky Setyanto, Sp.M (K), MSi.Med.
dr. Yulia Fitriani, Sp.M.
dr. Prima Sugesty Nurlaila, Sp.M.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2019
1. Pemeriksaan Visus koreksi

Tujuan : mengetahui status koreksi visus pasien


Syarat : a. pasien kooperatif
b. visus > 1/60
Indikasi : a. visus kurang dari 6/6
b. visus 6/6 dengan kecurigaan hipermetropia fakultatif
Alat : Kartu Snellen, kartu jeager, trial frame, set lensa coba, kipas
astigamat/astigmat dial , pinhole, occluder.

Pemeriksaan visus koreksi yang akan dilakukan adalah pemeriksaan secara


subjektif dengan menggunakan metode trial and error. Pemeriksaan dilakukan secara
monokular dilanjutkan pemeriksaan binokular. Sebelum melakukan koreksi, terlebih
dahulu menentukan jarak pupil kedua mata.

Trial frame

Ukur jarak pupil (PD/Pupil Distance) kedua mata untuk mengukur jarak frame
kanan dan kiri pada trial frame yang akan dipasangkan dan kaca mata nantinya.
Tentukan jarak pupil mata kanan dan kiri dengan meletakkan penggaris di depan kedua
mata, kemudian mengarahkan senter di tengah kedua mata pasien kurang lebih 30 cm
di depan pasien. Pasien diminta melihat jauh, untuk menentukan PD jauh dan pasien
diminta melihat dekat (melihat senter) untuk menentukan PD dekat. Perhatikan reflek
cahaya pada kedua kornea mata, kemudian ukur jarak antara kedua reflek tersebut
dalam mm maka didapatkan jarak pupil untuk penglihatan dekat. Perbedaan rata-rata
antara PD jauh dan dekat adalah 2-4 mm.

set lensa coba occluder pinhole

Kipas astigmat

Kartu Snellen

Langkah-langkah koreksi subjektif dengan metode trial and error:

a. Langkah pertama, dilakukan pemeriksaan visus dasar terlebih dahulu secara


monokuler dimulai dari mata kanan.
Contoh: visus dasar pada mata kanan adalah 6/24.
b. Lakukan pemeriksaan pinhole untuk mengetahui adanya kelainan refraksi. Pasien
melihat huruf pada kartu snellen melalui celah dengan diameter 1 mm atau 3 mm
untuk memanjangkan depth of field dan menghilangkan aberasi sferis, sehingga
dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan refraksi. Apabila terjadi kenaikan
visus menandakan adanya kelainan refraksi.
Contoh : visus dasar 6/24 pinhole menjadi 6/9.
c. Lakukan leading. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menambahkan lensa sferis
+0,25 D atau +0,50 D, jika:
- Huruf pada kartu Snellen terlihat lebih kabur, berarti kelainan refraksi berupa
myopia. Kemudian dilakukan koerksi dengan metode trial and error dengan
mecobakan lensa sferis mulai dari -0,25 D atau -0,50 D dinaikan bertahap
hingga hingga mencapai koreksi terbaik yaitu 6/6. Pada pasien myopia koreksi
diberikan lensa sferis negatif terkecil yang memberikan tajam penglihatan
terbaik (6/6).
Contoh:
6/24  S -0.50  6/18
S -1,00  6/9
S -1,50  6/6 (koreksi yang diberikan)
S- 1,75  6/6
- Huruf pada kartu Snellen terlihat lebih jelas, berarti kelainan refraksi berupa
hypermetropia/hyperopia. Kemudian dilakukan koerksi dengan metode trial
and error dengan mecobakan lensa sferis mulai dari +0,25 D atau +0,50 D dan
dinaikan bertahap hingga mencapai koreksi terbaik yaitu 6/6. Pada pasien
hypermetropia/hyperopia koreksi diberikan lensa sferis positif terbesar yang
memberikan tajam penglihatan terbaik (6/6).
6/24  S +0.50  6/18
S +1,00  6/9
S +1,50  6/6
S +1,75 6/6 (koreksi yang diberikan)
- Jika sudah didapatkan koreksi maksimal 6/6 untuk memastikan fokus jatuh
tepat di fovea dilakukan pemeriksaan duke elder dengan cara menambahkan
lensa S +0.25 jika pandangan kabur maka fokus sudah tepat jatuh di fovea.
Tetapi jika pasien melihat huruf Snellen menjadi lebih jelas atau sama, berarti
mengalami overkoreksi myopia atau underkoreksi hypermetropia. Cara lain
adalah menggunakan duo chrome test yaitu pasien diminta melihat kartu
Snellen dengan background warna merah dan hijau. Jika pasien melihat tulisan
sama jelas pada kedua background warna merah hijau tersebut, maka titik fokus
sudah tepat di fovea, tetapi jika pasien melihat tulisan pada backgroaund warna
merah lebih jelas, maka ditambahkan S-0,25. Jika pasien melihat tulisan pada
backgroaund warna hijau lebih jelas maka ditambahkan S+0,25. Pemeriksaan
dilakukan secara monokuler.
- Jika sudah tepat di fovea maka hasil koreksi terbaik didapatkan 6/6 E (emetrop).
d. Apabila koreksi maksimal masih belum mencapai baris 6/6, dilakukan pemeriksaan
pin hole (ke-2). Apabila visus tetap sama / no better correction (NBC) maka ada
kelainan lain selain kelainan refraksi. Jika visus maju dengan pemeriksaan pinhole
ada kemungkinan terdapat astigmatisme. Gejala astigmatisme dapat berupa
penglihatan yang membayang atau double (diplopia monokuler).
Langkah-langkah koreksi astigmat menggunakan teknik astigmat dial (AAO,
2018):
- Setelah didapatkan koreksi sferis maksimum, diberikan fogging lens berupa
lensa sferis + sebesar 1/3-1/2 dari power lensa sferis.
Contoh: S-1,50  6/12 fogging lens S +0.50 atau S + 0.75.
- Koreksi aksis dengan cara melihat kipas astigmat, garis yang terlihat paling
tajam atau paling tebal merupakan garis meridian astigmatisme, kemudian
pasang lensa astigmat terkecil apabila menggunakan lensa C+ maka dipasang
sejajar dengan meridian, apabila menggunakan lensa C- maka dipasang tegak
lurus dengan garis meridian.
Contoh : pada kipas astigmat garis yang paling jelas/tebal terlihat pada meridian
180 0, jika menggunakan lensa C-0.25 maka lensa tersebut dipasang tegak lurus
sehingga didapatkan aksis lensa 900 (C-0,25 aksis 900). Jika menggunakan lensa
C+ 0.25 maka lensa dipasang sejajar dengan meridian yaitu 1800, sehingga
aksis lensa C+ yaitu 1800 (C+0,25 aksis 1800).
Setelah didapatkan aksis lensa silindris, dilanjutkan dengan koreksi power
dengan tetap melihat kipas astigmat. Power ditambah perlahan hingga garis
pada kipas astigmat terlihat sama jelas dan sama tebal.
- Koreksi astigmat sebaiknya menggunakan C- terlebih dahulu karena jika
menggunakan C+ maka harus dilakukan transposisi terlebih dahulu, yaitu
mengubah C+ menjadi C-.
- Setelah didapatkan aksis dan power lensa silinder, kembali ke kartu Snellen
dengan menambahkan lensa fogging, jika belum mencapai 6/6 maka dilakukan
penambahan lensa sferis hingga mencapai koreksi terbaik 6/6.
- Pastikan kembali apakah fokus jatuh di fovea dengan melakukan pemeriksaan
duke elder atau duo chrome test, sehingga visus koreksi menjadi 6/6 E.
e. Lakukan pemeriksaan visus dekat :

 
Kartu jeager

Berbeda dengan pada saat pemeriksaan penglihatan jauh dengan cara


monokuler. Cara pemberian lensa koreksi langsung diberikan bersamaan pada
kedua mata (binokuler) setelah koreksi untuk penglihatan jauhnya diperoleh, lensa
ditempatkan pada trial frame berhimpitan dengan lensa trail untuk koreksi jauh
(bila ada). Kemudian pasien diminta melihat kartu Jaeger sesuai dengan umur,
jarak kerja yang dibutuhkan atau kebiasaan pasien (jarak dekat yaitu 30 cm).
Normalnya penderita dapat membaca hingga baris jaeger 2 (J2). Hasil power yang
diperoleh manjadi power dari lensa Addtion yang akan dibuat menjadi kacamata
- Tambahkan addisi pada koreksi kedua mata sesuai dengan usianya
 40 th : add S+1,00D
 45 th : add S+1,50D
 50 th : add S+2,00D
 55 th : add S+2,50D
 > 60 th : add S+3,00D
 

2. BALANCE TEST
Supaya yakin, bahwa koreksi yang telah dilakukan pada tiap-tiap mata sudah
tepat, dapat dilakukan “red – green balance test”. Pemeriksaan ini dilakukan secara
binokuler.
a. Pada mata yang emmetrop yang memandang warna merah dan hijau yang
letaknya pada jarak 6 meter atau lebih, sinar-sinar merah akan dibias
dibelakang retina sedangkan sinar hijau sama jauhnya didepan retina. (pada
spektrum pelangi, warna merah dibias lebih lemah dari warna hijau). Mata
yang emmetrop tersebut akan melihat warna merah dan hijau sama jelas.
b. Pasien menggunakan lensa hasil visus koreksi jauh yang terbaik di kedua
mata, kemudian diminta berjalan, ditanyakan apakah lantai tampak rata atau
tidak

3. Penyusunan resep kaca mata


Pada resep kaca mata, minimal yang harus dicantumkan adalah:
 tempat dan tanggal penulisan resep
 resep untuk kacamata melihat jauh/dekat
 mata kanan atau mata kiri
 gambar/busur aksis untuk lensa silindris
 bila untuk melihat jauh, maka tulislah ukuran sferis pada barisan paling atas
 bila untuk melihat dekat, tulislah ukuran dibawah baris ukuran untuk
melihat jauh
 bila memerlukan lensa silindris, tulis ukuran sferis, beserta aksisnya
 jarak kedua pupil untuk melihat jauh dan dekat
 kepada/pro (nama penderita)
 umur penderita
 tanda tangan
Contoh blanko kacamata :
Skenario klinik:
Pasien laki-laki 45 th datang ke klinik dengan keluhan pandangan kabur sejak 1
tahun yang lalu.
Tugas :
1. lakukan anamnesis pada pasien berdasarkan keluhan tersebut.
2. Lakukan pemeriksaan fisik mata.
3. Sebutkan diagnosis kerja dan 2 diferensial diagnosis.
4. Tuliskan resep kacamata untuk pasien tersebut.
5. Berikan edukasi pada pasien tersebut.

Nama pasien : Tn. X


Usia : 45 tahun
Pekerjaan : guru

Riwayat penyakit sekarang (history of present illness)


- Keluhan utama : pandangan kabur saat melihat jauh dan dekat
- Lokasi pada kedua mata
- Onset sejak 1 tahun yang lalu
- Kualitas dan kuantitas: Keluhan menetap dan terus menerus, sangat
mengganggu
- Keluhan lain : mata merah (-), nyeri (-), nrocos (-), secret (-), pusing (+)
- Hal yang memperberat (-)
- Hal yang mengurangi keluhan (-)
- Riwayat pengobatan sekarang (-)
Riwayat penyakit dahulu:
- Riwayat menggunakan kacamata (+) :
 Memakai kacamata sejak SMA
 Kacamata terakhir sudah 3 tahun yang lalu, ukuran kacamata lupa
- Riwayat sakit sistemik DM (-) HT (-)
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat menggunakan kacamata dalam keluarga (+)
Riwayat kebiasaan sosial
- Tidak ada

Pemeriksaan mata
Pemeriksaan OD OS
Visus dasar 6/ 18 6/9
Visus koreksi S – 0.25  6/15 S – 0.25  6/7.5
S – 0.50  6/12 S – 0,50  6/6
S – 0.75  6/9 S – 0,75  6/6
S – 1.00  6/6 S – 1.00  6/7.5
S -1,25  6/7.5
Visus binokuler S – 1.00 S – 0.75

PD jauh / dekat : 64/62


Addisi S + 1.50
Pemeriksaan lain : segmen anterior tenang, FR + cemerlang, FC dbn

Diagnosis kerja : ODS myopia ringan


ODS presbyopia
Diferensial diagnosis : ODS astigmatisme, ODS hypermetropia
Tatalaksana : kacamata
OD : S-1.00 OS: S – 0,75
Addisi S+1.50
Edukasi : rules 20-20, melihat dekat 20 menit istirahat (lihat jauh) 20
detik, membaca jarak 30 cm dengan pencahayaan yang baik.

REVIEWER : dr. Prima Sugesty Nurlaila, Sp.M.

Anda mungkin juga menyukai