Anda di halaman 1dari 28

NERVUS III,IV, dan IV (NERVUS

OCULOMOTORIUS, TROCLEARIS, dan ABDUSEN)

Jacky Harianto Wijaya Wong


1361050260
Dokter Pembimbing:
Dr. Izati Rahmi, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD PASAR MINGGU
PERIODE 26 Februari- 31 Maret 2018
JAKARTA
2018
PENDAHULUAN
• Fungsi N.III, IV, dan VI saling berkaitan dan diperiksa bersama-sama.
Secara anatomis, otot mata dipersarafi oleh 3 saraf kranial, yaitu :

A. Nervus Occulomotorius (N. III)

B. Nervus Trochlearis (N. IV)

C. Nervus Abdusen (N. VI)


NERVUS OCULOMOTORIUS

Mempersarafi : Fungsi :
 m. levator palpebra • Gerak mata
 m. rectus medial • Kontriksi pupil
 m. rectus superior • Akomodasi
 m. rectus inferior • Membuka kelopak mata
 m. Obliquus inferior
Perjalanan Nervus III (Oculomotorius)
Parese N.III total
 Ptosis
Parese N.III total
Mata deviasi ke arah luar (tdk dpt adduksi)
 Diplopia
 Midriasis, refleks cahaya (-)
Perjalanan Nervus IV (Trochlearis)
Parese N.IV
 Diplopia
Perjalanan Nervus VI (Abducens)
Parese N.VI
 Mata deviasi ke arah dalam (tdk dpt abduksi)
 Diplopia
Refleks Cahaya Pupil
Otot-otot Mata

pergerakan

inervasi

OD
Baehr M., Frotscher M. Diagnosis Topik
Neurologi Duus. Edisi 4. ECG. 2007,
Jakarta. Hal : 126
Hukum Sherrington
Otot sinergik Otot antagonistik

m. rektus superior & m. m. rektus superior &


obliq inferior (elevasi) m. rektus inferior
Dekstroversi

Stimulasi: Inhibisi:
* m. rektus lateral D * m. rektus medial D
* m. rektus medial S * m. rektus lateral S
Hukum Hering
Agar gerak kedua mata ke arah yang sama, persyarafan otot-otot agonis harus
sama

RSR
RSR LSR
LSR
LIO RIO
RLR LLR
LMR RMR
RIR LIR
LSO LIR RSO
RIR
Kelumpuhan okulomotorius lengkap memberikan sindrom di bawah ini:
1. Ptosis: Kelopak mata jatuh kebawah akibat paralisis m.levator palpebrae superior .disini kelopak
mata bagian atas tidak dapat diangkat dan terbuka sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil
dari keadaan normal Pupil terfiksasi dan melebar akibat paralisis m.spinkter pupillae
dan tak ada kekuatan melawan aksi m.dilator pupilae (disuplai simpatis).

2. Strabismus eksterna: Mata tidak bisa melirik kelateral , ini terjadi akibat kerja m. Rectus lateralis dan
kebawah akibat kerja obliqus superior .

3. Pupil yang melebar, tak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi. Jika seluruh otot mengalami
paralisis secara akut, kerusakan biasanya terjadi di perifer, paralisis otot tunggal menandakan bahwa
kerusakan melibatkan nukleus okulomotorius.

4. Diplopia :Pengelihatan ganda.


Gangguan total pd N.oculomotorius, ditandai oleh :
1. M.levator palpebrae lumpuh → Ptosis kelopak mata terjatuh, mata
tertutup, dan tdk dpt dibuka.
2. Paralisis otot M.rectus superior, M.rectus internus, M.rectus inferior
dan M.oblikus inferior.
3. Kelumpuhan saraf parasimpatis → pupil lebar yg tdk bereaksi terhadap
cahaya dan konvergensi.
Parese N. Troklearis (N.IV)

Klasifikasi :
1. Sukar melihat ke bawah
2.Diplopia

Sebab :
Orbita, puncak orbita, sinus kavernosus
Nervus Occulomotorius mempunyai 2 nuclei, yaitu:
1. Nucleus Occulomotorius Principals
Letak :Pada bagian depan substantia grissea yang
mengelilingi aquaeductus cerebri, setinggi colliculus
superior.
Fungsi:Mensyarafi semua otot bola mata, kecuali
m.obliquus superior
( yang disyarafi NC.IV ) dan m.rectus lateralis ( yang
disyarafi NC.VI ). Mengirimkan serabut eferen somatic
yang jalan ke depan nucleus rubber dan muncul pada
dataran depan mesencephalon pada fossa
Menerima :
• Serabut aferen dari Tractus corticonuclearis dari kedua
hemisphaerum cerebri.
• Serabut aferen dari Traktus tectobulbaris di colliculus
superior, dari tempat mana dia juga menerima serabut
aferen dari cortex visualis.
• serabut aferen dari Fasciculus longitudinalis medialis
dimana dia akan berhubungan dengan Nuclei NC.IV, VI
dan VII.
NERVUS OCULOMOTORIUS
DAFTAR PUSTAKA
• Mardjono M, Sidharta P. Saraf otak dan patologinya. Dalam Neurologi klinis
dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2008. hal 114-49
• Misbach J. Neuro-opthamologi pemeriksaan klinis dan interpretasi. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 1999. hal 1-40
• Baehr M, Frotscher M. Duus’ topical diagnosis in neurology
anatomy·physiology·signs· symptoms 4th. New York: Thieme. 2005. p 137-
60
• Monkhouse S. Cranial nerves functional anatomy. Cambridge: Cambridge
University Press. 2006. P 121-7
• Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2006. hal 34-51.
• Juwono T. Pemeriksaan klinik neurologik dalam praktek. Jakarta: EGC. 1996.
hal 20-9

Anda mungkin juga menyukai