Anda di halaman 1dari 2

Nama : Cut Syihrul Maya Rifka

NIM : 1810102010066
Kelas : Psikologi Komunikasi / 03

Dampak Psikologi Anak yang Diadopsi oleh Pasangan Sejenis

Peran orang tua di dalam kehidupan Si Kecil merupakan faktor penting dalam
membantu menyiapkan mental anak menghadapi dunia luar saat sudah dewasa nanti. Tidak
hanya cinta dan kasih sayang, orang tua pun harus memastikan Si Kecil hidup di dalam
lingkungan yang aman dan nyaman. Masa anak-anak merupakan masa yang penting yang
perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa
masa anak usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi
kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda
dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir
selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti
untuk belajar.
Psikolog Alfa Restu Mardhika mengatakan, homoseksual merupakan kelainan
orientasi seksual yang bisa diterapi kalau yang bersangkutan ingin sembuh. Sebaliknya, jika
seorang homoseksual tetap ingin menjadi gay, maka sebaiknya pasangan homoseksual tak
mengadopsi anak, "Anak yang diadopsi oleh pasangan homoseksual akan kebingungan dalam
mempelajari peran. Misalnya anak yang diadopsi perempuan, ia akan sulit mengindentifikasi
sikap sebagai perempuan karena tak ada ibu, sebagai perempuan yang memberi contoh
memakai rok," katanya. Perkembangan bayi itu belajar dari ayah dan ibu. Misalnya anak
perempuan memakai rok meniru ibunya. Kalau sudah menginjak usia sekolah, terang Alfa,
anak yang diadposi oleh pasangan homoseksual akan rentan terkena perundungan (bullying)
dari teman-temannya yang membicarakan soal ayahnya. Jika anak itu bisa mengeluarkan
emosi dengan marah-marah mungkin tak masalah, "Hal yang berbahaya kalau anak tersebut
memendam emosi. Makanya pasangan homoseksual sebaiknya tak mengadopsi anak sebab
anak akan mengalami gangguan emosi," ujarnya. Tak hanya itu, dia mengungkapkan, anak
laki-laki yang diadopsi oleh pasangan homoseksual, ada kemungkinan ia pun akan menjadi
gay. Karena anak itu belajar dari kedua orangtuanya.
Di Indonesia sendiri, kita mengetahui bahwa kebanyakan populasi masyarakat
ditempati oleh para pemeluk agama Islam. Kita pasti sering mendengar perdebatan tetang hal
ini, satu yang menarik perhatian kita disini bahwa di Indonesia itu sendiri, terdapat hukum
yag melarang untuk mengadopsi anak oleh pasangan sejenis. Adopsi atau pengangkatan anak
adalah perbuatan hukum yang dilegalkan. Kalau ada warga negara asing yang hendak
mengadopsi anak Indonesia. Undang-Undang Perlindungan Anak Tahun 2002 dan Surat
Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2005 menetapkan adopsi anak oleh WNA hanya
dapat dibenarkan sebgai upaya terkahir ( ultimatum remedium ). Namun, peraturan
perundang-undangan lain juga memuat aturan tegas. Terakhir, pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.
Sakah satu aturan tegas yang dimuat PP ini adalah larangan adopsi anak bagi pasangan
sejenis. Jadi, di Indonesia sendiri dipersulit tentang pegadopsian anak oleh pasangan sesama
jenis, berbeda dengan negara asing lainnya. Misalnya The American of Pediatrics (AAP)
mengumumkan dukunganya untuk pernikahan sesama jenis serta hak asuh penuh dan hak
adopsi untuk pasangan sesama jenis.

Anda mungkin juga menyukai