Anda di halaman 1dari 21

DEC

31

MAKALAH PENGARUH ROKOK TERHADAP KESEHATAN


MULUT (JARINGAN PERIODONTAL)
MAKALAH
PENGARUH ROKOK TERHADAP JARINGAN
PERIODONTAL

Disusun oleh:
Diki Tri Bagus Dermawan
NIM. 10615118
Fakultas Kedokteran Gigi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
2016

KATA PENGANTAR
            Al hamdulillahi rabbil ‘alamin. Puja dan puji syukur kepada Allah SWT. yang
telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu dalam
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengaruh Rokok terhadap Penyakit
Periodontal”. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah “Karya Tulis Ilmiah” pada Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri.
            Selama penyusunan skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu, khususnya:
1.     Rektor Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata R.P Bambang Noerjanto, drg., MS,
Sp.RKG(K)
2.     Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri Sri
Basuki Kusumaningsih, drg., M.Kes
3.     Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Dr. Fillia D., drg., M.Kes
4.     Segenap dosen Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri
5.     Serta teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini bermanfaat.

Kediri, 26 November 2016

Diki Tri Bagus Dermawan

DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………. ii
Daftar Isi ..………………………………………………………………………. iii
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………….….. 1
1.1              Latar Belakang …………………………………………….….… 1
1.2              Rumusan Masalah …………………………………………….… 2
1.3              Tujuan …………………………………………………………… 2
1.4              Manfaat ………………………………………………………….. 3
Bab II Tinjauan Pustaka ………………………………………………………. 4
            2.1 Rokok ……………………………………………………………….. 4
            2.2 Jaringan Periodontal ………………………………………………… 7
            2.3 Penyakit Periodontal ……………………………...………………… 20
Bab III Konseptual Mapping ………………………………………...……….. 25
Bab IV Pembahasan …………………………………………..………………. 26
Bab V Penutup …………………………………………..…………………….. 28
5.1  Kesimpulan ……………………………………...………………….. 28
5.2  Saran ………………………………………………………………… 28
Daftar Pustaka …………………………………………………………………. 29

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Rokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gulungan tembakau (kira-kira
sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas). Merokok adalah membakar
tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan
pipa. Merokok menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Meskipun
telah terbukti dapat menyebabkan munculnya berbagai kondisi patologis, secara sistemik
maupun lokal dalam rongga mulut, tetapi kebiasaan merokok ini sangat sulit untuk
dihilangkan (Kusuma, 2010). Jumlah perokok di dunia mencapai lebih dari 1 milliar oramg
yang terdiri dari 800 juta pria dan 200 juta perempuan (Ericksen, 2012). Jumlah perokok usia
≥ 15 tahun sebanyak 34,2% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 34,7% pada tahun 2010
(DEPKES RI, 2007)
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mendukung dan mengelilingi gigi.
Periodontal berasal dari bahasa Latin Yunani, yaitu “perio” yang berarti sekitar dan “odont”
berarti gigi (Kumar, 2011) Jaringan periodontal terdiri dari mukosa alveoloar, gingiva,
sementum, ligament periodontal dan tulang alveolar. (Panagakos, 2011). penyakit periodontal
bertingkat dari inflamasi gingiva simple sampai serius, penyakit periodontal mengakibatkan
kerusakan major pada jaringan lunak dan tulang yang mendukung gigi. (U.S. Department Of
Health And Human Services, 2012) Pada kasus yang terburuk, gigi yang jaringan
periodontalnya terkena penyakit akan lepas). Penyakit pada jaringan periodontal yang
diderita manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa.
Menurut hasil survai kesehatan gigi dan mulut di Jatim tahun 1995, penyakit periodontal
terjadi pada 459 orang diantara 1000 penduduk . Di Asia dan Afrika prevalensi dan intensitas
penyakit periodontal terlihat lebih tinggi daripada di Eropa, Amerika dan Australia. Di
Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang masih merupakan
masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2008).
Rokok adalah salah satu permasalahan nasional bahkan telah menjadi permasalahan
internasional yang telah ada sejak revolusi industri. Rokok merupakan salah satupenyumbang
terbesar penyebab kematian yang sulit dicegah dalam masyarakat. Kandungan senyawa
penyusun rokok yang dapat mempengaruhi pemakai adalah golongan alkaloid yang bersifat
perangsang (stimulant), antara lain: nikotin, nikotirin, anabasin, myosmin. Kebiasaan
merokok yang bersifat adiktif dapat menyebabkan terbentuknya sifat egois dari para perokok,
hal ini dapat terlihat dari kebiasaan merokok didepan umum dan ditempat-tempat terbuka
(fasilitas umum). (Nururrahmah, 2014) Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara
sistemik, tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya kondisi patologis di rongga mulut. Gigi
dan jaringan lunak rongga mulut, merupakan bagian yang dapat mengalami kerusakan akibat
rokok. Penyakit periodontal, karies, kehilangan gigi, resesi gingiva, lesi prekanker, kanker
mulut, serta kegagalan implan, adalah kasus-kasus yang dapat timbul akibat kebiasaan
merokok. (Kusuma, 2010)
Plak, akumulasi kalkulus dan bakteri merupakan penyebab utama terjadinya penyakit
periodontal, sedangkan faktor predisposisinya yaitu merokok, stres, dan mengkonsumsi
alkohol. Merokok dapat menyebabkan kerusakan periodontal. merokok dapat mempengaruhi
antibodi dalam saliva (IgA) terhadap bakteri sehingga terjadi gangguan dalam menetralisir
bakteri di dalam mulut.( Ramadhani, dkk., 2014)
1.2  Rumusan Masalah
Apakah kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal
1.3  Tujuan
-          Untuk mengetahui pengertian jaringan periodontal
-          Untuk mengetahui bagian-bagian dari jaringan periodontal
-          Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan jaringan periodontal
-          Sebagai dasar penelitian lebih lanjut, mengenai hubungan kebiasaan merokok dengan
penyakit periodontal
1.4  Manfaat
a.       Umum
Untuk bahan acuan penelitian tentang pengaruh kebiasaan merokok dengan jaringan
periodontal
b.      Penulis
-       Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang jaringan periodontal dan pengaruh
kebiasaan merokok terhadap jaringan periodontal
-       Untuk memenuhi tugas mata kuliah Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Institut
Ilmu Kesehatan Bhakti WIyata Kediri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok
            2.1.1 Definisi
Rokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gulungan tembakau (kira-kira
sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas)
Mernurut Heryani (2014) rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus,
dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Merokok menjadi kebiasaan yang sangat
umum dan meluas di masyarakat. Meskipun telah terbukti dapat menyebabkan munculnya
berbagai kondisi patologis, secara sistemik maupun lokal dalam rongga mulut, tetapi
kebiasaan merokok ini sangat sulit untuk dihilangkan
2.1.2 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai berikut:
1. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia termasuk dalam spesies
Nicotiana tabacum (Santika, 2011).
2. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar. Bunga cengkeh dipetik
dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian
cengkeh ditimbang dan dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam campuran
tembakau untuk membuat rokok kretek (Anonim, 2013).
3. Saus Rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk menciptakan aroma
serta cita rasa tertentu. Saus ini yang menjadi pembeda antara setiap merek dan varian kretek
(Anonim, 2013).

2.1.3 Kandungan
Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang dibakar,
akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Rokok menghasilkan suatu pembakaran yang tidak
sempurna yang dapat diendapkan dalam tubuh ketika dihisap. Secara umum komponen rokok
dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat
atau partikel (8%). (Aditama, 1995)
Komponen gas asap rokok terdiri dari Karbonmonoksida, Karbondioksida, Hidrogen
sianida, Amoniak, oksida dari Nitrogen dan senyawa Hidrokarbon. Partikel rokok terdiri dari
tar, nikotin, benzantraccne, benzopiren, fenol, cadmium, indol, karbarzol dan kresol. Zat-zat
ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen). Nikotin merupakan
komponen yang paling banyak dijumpai di dalam rokok. (Aditama, 1995)
Tar, nikotin, dan karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling
berbahaya dalam asap rokok. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke
rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk
endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran napas, dan paru-paru. Komponen tar
mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. (Aditama,
1997)
Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah sebagai
berikut:
1. Nikotin
Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar lebih cepat dan
bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat dan kontraksi jantung meningkat sehingga
menimbulkan tekanan darah meningkat
2. Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru,
mengandung bahan-bahan karsinogen.
3. Karbon monoksida (CO)
Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan kendaraan. CO
menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa oleh sel-sel darah merah. CO juga dapat
merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding
pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.
Selain itu sebatang rokok mengandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun yang
berbahaya untuk tubuh dimana 43 diantaranya bersifat karsinogenik (Aditama, 2013).
Sukendro (2007) menyatakan asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan
bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker. Rokok juga dapat menyebabkan iritasi pada
mata, hidung, tenggorokan, menstimulasi kambuhnya penyakit asma, kanker paru, gangguan
pernapasan, dan batuk yang menghasilkan dahak (Istiqomah, 2003). Bahkan di Amerika,
rokok dapat menyebabkan kematian lebih dari 400.000 orang, namun demikian setiap hari
lebih dari 3000 anak dan remaja menjadi perokok (Surani, 2011).
2.1.4 Kasus Merokok
Beberapa hasil survey di Indonesia, seperti RISKESDAS, GYTS dan GATS
menunjukkan besarnya masalah konsumsi rokok bagi kesehatan masyarakat. RISKESDAS
merupakan survey nasional kesehatan berbasis populasi yang dilakukan secara rutin setiap
tiga tahun di Indonesia. GYTS adalah survey berbasis sekolah untuk masalah merokok pada
anak sekolah usia 13 – 15 tahun dan masyarakat sekolah yang telah dilakukan di beberapa
Negara termasuk di Indonesia. Survey mengenai konsumsi rokok yang terkini adalah GATS
2011 yang dapat menggambarkan secara lebih tajam besarnya masalah rokok pada orang
dewasa (15 tahun ke atas). Survei-survei besar tersebut di atas menggambarkan besarnya
masalah rokok dan dampaknya bagi kesehatan di Indonesia.
Data pertanian, industri dan cukai rokok di dapatkan dari beberapa sumber dari
Kementrian terkait di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Prevalensi (RISKESDAS 2007)
65.6% Laki-laki merokok (tertinggi di Sulawesi Tenggara: 74.2%); 5.2% Perempuan
merokok (tertinggi di NTT: 9.2%); 37.3% Remaja laki-laki (15 – 19 th) merokok; 1.6%
Remaja perempuan (15 – 19 th)merokok; 3.5% Anak laki-laki usia 10 – 14 th) merokok;
0.5% Anak Perempuan (10 – 14 th) merokok
2. Prevalensi (RISKESDAS 2011)
 67% laki-laki merokok; 2.7% perempuan merokok; 80.4% dari populasi yang merokok saat
ini menghisap rokok kretek saja; 1.7% populasi mengkonsumsi tembakau kunyah (L: 1.5%,
P:2%)
3. Prevalensi merokok pada anak sekolah usia 13 -1 5 tahun (GYTS 2009) 30.4% Anak sekolah
pernah merokok (L:57.8%, P:6.4%) 20.3% Anak sekolah adalah perokok aktif (L: 41%, P:
3.5%)
(Kusmuwardani, 2013)

2.2 Jaringan Periodontal


2.2.1        Definisi
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mendukung dan mengelilingi gigi. Periodontal
berasal dari b ahasa Latin Yunani, yaitu “perio” yang berarti sekitar dan “odont” berarti gigi.
(Kumar, 2011)
Jaringan periodontal terdiri dari mukosa alveoloar, gingiva, sementum, ligament
periodontal dan tulang alveolar. (Panagakos, 2011)

2.2.2        Ligamen periodontal
1.      Definisi dan fungsi ligamen periodontal
Ligamen periodontal Adalah suatu ikatan, yang menghubungkan dua buah tulang. Akar gigi
berhubungan dengan soketnya pada tulang alveolar melalui struktur jaringan ikat yang
disebut sebagai ligamen. Jaringan ini berlanjut pada gingiva dan berhubungan dengan ruang
sumsum meneruskan jaringan vaskuler pada tulang. (Manson, 1993).
2.      Struktur Ligamen periodontal
Terdiri atas serabut jaringan ikat berkolagen yang merupakan Principal
Fiber tersusun dalam bentuk bundel-bundel dan mengikuti jalan berombakdengan
penampakan longitudinal. Bagian ujung dari Principal Fiber yang masuk ke dalam
sementum dan tulang akan berakhir sebagai Sharpey Fiber. Serat-serat fiber ini terdiri dari
serat-serat tersendiri yang berlanjut menjadi jaringan beranastomase antara gigi dan tulang.
(Fermin AC, George WB, 2002).
Serabut-serabut fiber dari ligamen periodontal tersusun atas enam kelompok yang
berkembang secara terangkai pada perkembangan akar yaitu : transeptal fiber
group, alveolar crest group, horizontal fiber group, oblique fiber group, apical fiber
group daninterradikuler fiber group.
Bundel-bundel serabut kolagen masing-masing dibuat sebagai bahan utamanya adalah
kolagen tipe I 80% dengan sedikit jumlah kolagen tipe III 20%. Masing-masing serabut
kolagen kembali disusun oleh bundel-bundel tersendiri dari molekul-molekul kolagen yang
disekresi oleh fibroblast sebagai prokolagen alpha-helikal. Fibroblas yang membentuk
kolagen pada bundel-bundel kolagen akan terus menyebar dan membentuk kembali bendel-
bundel serabut kolagen, yang kemudian mensekresikan dengan kolagen baru dan meresorbsi
kolagen yang lebih tua, sehingga membentuk jaringan kerja yang kontinus dari serabut-
serabut antara sementum dan tulang.(Rose, et al, 2004)

3.      Elemen terpenting dari ligamen periodontal adalah principal fibers (serabut-serabut dasar).


Menurut Phinney and Halstead (2003), enam grup dari prinsipal fibers yaitu:
a.       Alveolar crest, berfungsi untuk menahan gaya rotasi dan tilting
b.      Horizontal, berfungsi dengan cara yang kebanyakan sama dengan alveolar crest
c.       Oblique, merupakan fibers grup yang sangat banyak. Fungsinya adalah untuk menahan
gaya intrusif yang mendorong gigi ke dalam
d.      Apikal, berfungsi untuk menahan gaya yang  mencoba untuk menarik gigi keluar, dan
juga gaya rotasi
e.       Interradicular, berfungsi untuk menahan gaya rotasi dan memegang gigi pada kontak
interproksimal
f.    Interdental (transeptal), berfungsi untuk menahan gaya rotasi dan memegang gigi di
daerah kontak interproksimal

4.      Fungsi ligamen periodontal


Menurut Willmann (2007), fungsi ligamen periodontal meliputi
fungsi suportive, formative, resorptive, sensory and nutritive
a.    Fungsi suportive
Fungsi suportive ligamen periodontal antara lain
       1). Melekatkan tulang ke soket gigi
2)   Menangguhkan gigi dalam soketnya, memisahkannya dari dinding soket, sehingga akar tidak
bertabrakan dengan tulang ketika mastikasi
b.   Fungsi formative
Ligamen periodontal mengandung sementoblas yang memproduksi sementum sepanjang
kehidupan gigi, semenata osteoblas mempertahankan tulang dari soket gigi
c.    Fungsi resorptive
Dalam merespon tekanan yang berat, sel dari ligamen periodontal dapat memproduksi resorbsi
tulang dengan cepat dan kadang-kadang meresorpsi sementum
d.   Fungsi sensory
Ligamen periodontal disuplai dengan serabut saraf yang mengirimkan tekanan taktil dan
sensanyi nyeri
e.    Fungsi nutritive
Ligamen periodontal disuplai oleh pembuluh darah yang menyediakan nutrien untuk sementum
dan tulang. (Muller, 1980)
5.      Saraf dan suplai darah ligamen periodontal
Ligamen mempunyai anyaman pembuluh darah yang sangat banyak didapat dari arteri
apikal dan pembuluh yang berpenetrasi pada tulang alveolar. Terdapat anastomosis dalam
jumlah besar dengan pembuluh darah gingiva. Bundel saraf  dari trigeminus berjalan bersama
pembuluh darah dari apeks dan melintasi tulang alveolar untuk mensuplai ligamen dengan
reseptor tactile, tekanan dan rasa sakit. Saraf tampaknya berakhir sebagai ujung saraf bebas
atau struktur berbentuk kumparan yang berhubungan dengan aktifitas proprioseptif yang
terpusat untuk mengontrol sistem mastikasi pada saat menelan, mengunyah dan berbicara
(Manson, 1993).
a.       Saraf
Saraf ditemukan pada ligamen melewati foramen pada tulang alveolar. Saraf ini merupakan
cabang dari divisi saraf kedua dan ketiga dari saraf kranial kelima (saraf trigeminus). Saraf
ini mengikuti jalur yang sama dengan pembuluh darah.
b.      Pembuluh darah
Suplai darah utama dari ligamen periodontal adalah dari arteri alveolaris superior dan
inferior. Anastomosis arterivenous utama terjadi dalam ligamen. Pembuluh darah berasal
dari:
1.    Cabang dari pembuluh darah apikal, yaitu pembuluh darah yang mensuplai pulpa
2.    Cabang dari pembuluh darah intra-alveolar, berjalan horizontal dan menembus tulang
alveolar untuk masuk ke dalam ligamen periodontal
3.    Cabang dari pembuluh darah gingiva (Chandra, 2004).

2.2.3        Tulang alveolar
Prosesus alveolaris adalah bagian dari tulang rahang yang menopang gigi-geligi.
Prosesus alveolaris tidak terlihat pada keadaan anodonsia. Tulang dari prosesus alveolaris
tidak berbeda dengan tulang pada bagian tubuh lainnya (Manson, 1993).
Tulang alveolar terdiri atas tulang spons diantara dua lapis tulang kortikal. Lempeng
kortikal luar adalah lanjutan korteks mandibula atau maksila. Lempeng kortikal dalam
bersebelahan dengan membran periodontal gigi yang disebut lamina dura. Tulang alveolar
mengelilingi akar untuk membentuk sakunya. Pembuluh darah dan saraf ke gigi menembus
tulang alveolar ke foramen apikal untuk memasuki rongga pulpa. Tulang alveolar cukup labil
dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini.
Setelah hilangnya gigi permanen atau setelah periodontitis dapat terjadi resorpsi nyata dari
tulang alveolar (Bloom and Fawcett, 2002).

1.    Stuktur tulang alveolar


Tulang alveolar tersusun atas alveolar bone proper dan supporting bone. Alveolar bone
proper adalah tulang yang melapisi soket. Dalam istilah radiologi disebut lamina
dura. Supporting bone meliputi compact cortical plates dan spongy bone (Avery et all,
2002).

a.    Alveolar bone proper


Alveolar bone proper adalah lapisan tipis tulang yang mengelilingi akar gigi dan
memberikan perlekatan pada pada prinsipal fibers dari ligamen periodontal. Alveolar bone
proper membentuk lapisan dalam soket.
b.   Supporting alveolar bone
Supporting alveolar bone adalah tulang yang mengelilingi alveolar bone proper  dan
memberikan dukungan pada soket. Supporting alveolar bone terdiri dari dua bagian yaitu:
1.         Cortical plates yang terdiri dari compact bone dan membentuk outer dan inner
plates dari tulang alveolar
2.         Spongy bone yang mengisi area diantara plates dan alveolar bone proper. Spongy
bone juga disebut trabecular bone atau cancellous bone  (Bathla, 2012).
2.2.4        Ginggiva
Gingiva adalah bagian mukosa mulut yang tersusun dari jaringan ikat fibrosa, yang
ditutupi epitel dan menutupi processus alveolar rahang dan mengelilingi leher
gigi. Gingiva adalah bahasa yang digunakan secara umum dalam bidang kedokteran gigi.
Sedangkan gusi adalah bahasa yang digunakan masyarakat secara luas (Newman, 2002).
Mukosa mulut terdiri atas 3 bagian yaitu :
1.   Mukosa mastikator atau pengunyahan yang meliputi gingiva dan mukosa yang meliputi
palatum.
2.   Mukosa specialized yang meliputi dorsum dari lidah.
3.   Mukosa oral meliputi daerah rongga mulut lainnya (Itjingningsih,1991).

Gingival secara anatomis dibagi atas :


1.  Free gingiva
Yaitu tepi atau pinggir gingiva yang mengelilingi gigi. Bagian ini berbatasan dengan attached
gingiva atau suatu lekukan dangkal yang disebut free gingival groove. Lebar gingival kurang
lebih 1 mm, dapat dilakukan dengan alat periodontal probe dan permukaan gigi. Bagian ini
juga merupakan salah satu dinding jaringan lunak dari sulcus gingiva. (Willmann, D. 2007)
2.  Attached gingiva
Attached gingiva tidak terpisah dengan marginal gingiva. Padat, lenting, (resilient), melekat
erat keperiosteal tulang alveolar. Sampai meluas ke mukosa alveolar yang longgar dengan
mudah bergerak dibatasi oleh muko gingival junction. Attached gingiva melekat erat ke
periosteum tulang alveolar. Lebarnya kurang lebih 1-9 mm. Pada bagian palatal maksila
gingiva ini berlanjut terus dengan mukosa palatum sedangkan pada bagian lingual mandibula
berakhir di perbatasannya dengan mukosa oral sampai membran mukosa dasar mulut. (Louis
FR, 2004)
3.  Interdental gingiva
Mengisi embrasus gingival, yaitu ruang proximal, di bawah daerah kontak gigi. Interdental
gingiva pada gigi bagian anterior berbentuk piramida, dan bagian posterior berbentuk seperti
lembah. (Willmann, D. 2007)

Gingiva terdiri atas lapisan epitel berupa epitel skuama berlapis dan jaringan ikat yang
disebut lamina propria.
1.      Epitel gingiva
Fungsi epitel gingiva untuk melindungi struktur  yang berada dibawahnya, serta
memungkinkan terjadinya perubahan selektif dengan lingkungan  oral.  Perubahan tersebut
dimungkinkan oleh adanya  proses proliferasi dan diferensiasi. Epitel gingiva disatukan ke
jaringan ikat oleh  lamina basal. Lamina basal terdiri atas lamina lusida dan lamina densa.
Hemidesmosom dari sel-sel epitel basal mengikat lamina lusida.  Komposisi utama dari
lamina lusida adalah laminin glikoprotein, sedangkan lamina densa adalah berupa kolagen
tipe IV.  Lamina basal berhubungan dengan fibril-fibril jaringan ikat dengan bantuan fibril-
fibril pen-jangkar (anchoring fibrils). (Louis FR, 2004)
Terdapat 3 epitel pada gingiva yaitu :
a.       Epitel oral
Yaitu epitel skuama berlapis yang berkeratin (keratin-ized) atau berparakeratin
(parakeratinized) yang membalut permukaan vestibular dan oral gingiva. Epitel ini meluas
dari batas mukogingival ke krista tepi gingiva (crest gingival margin), kecuali pada per-
mukaan palatal dimana epitel ini menyatu dengan epitel palatum.
Lamina basal yang menyatukan epitel gingiva ke jaringan ikat gingiva bersifat permeabel
terhadap  cairan, namun dapat menjadi penghalang bagi bahan partikel tertentu. (Mullaly,
2004)
b.      Epitel sulkular
Epitel ini mendindingi sulkus gingiva dan menghadap ke  permukaan gigi tanpa melekat
padanya dan merupakan epitel skuama berlapis yang tipis, tidak berkeratin, tanpa rete
peg dan perluasan-nya mulai dari batas koronal epitel penyatu sam-pai ke krista tepi gingiva
Epitel ini penting sekali artinya karena bertindak sebagai membran semipermeabel yang
dapat dirembesi oleh produk bakteri masuk ke gingiva, dan oleh cairan gingiva yang keluar
ke sulkus gingiva. (Fedi, 2004)
c.       Epitel penyatu
Membentuk perlekatan antara gingiva dengan permukaan gigi berupa epitel skuama berlapis
tidak berkeratin. Pada usia muda epitel penyatu terdiri atas 3 - 4 lapis, namun dengan
bertambahnya usia lapisan epitelnya bertambah menjadi 10 - 20 lapis. Epitel ini melekat ke
permukaan gigi dengan bantuan lamina basal. panjangnya bervariasi antara 0,25 - 1,35 mm
merentang dari dasar sulkus gingiva sampai  ± 1,0 mm koronal dari batas semento-enamel
pada gigi yang belum mengalami resesi. Bila gigi telah mengalami resesi, epitel
penyatu  berada pada sementum. Perlekatannya ke permukaan gigi diperkuat pula oleh serat-
serat gingiva yang mendukung gingiva diperkuat pula oleh serat-serat gingiva yang
mendukung gingiva bebas ke permukaan gigi, oleh sebab itu, epitel penyatu dan serat-
serat gingiva dianggap sebagai suatu unit fungsional yang dinamakan unit dento-gingival.
(Mullaly, 2004)
2.      Jaringan ikat gingiva
Terdiri atas dua lapisan:
a.        Lapisan papilari (papillary layer) yang berada langsung dibawah epitel, yang terdiri atas:
proyeksi papilari (papillary projection)  diselang-selingi oleh rete peg epitel
b.        Lapisan retikular (reticular layer) yang ber-lanjut ke periosteum tulang alveolar. Substansi
dasar jaringan ikat gingiva mengisi ruang antara serat-serat dan sel-sel, amorf, dan
mengandung banyak air. (Fedi, 2004)
2.2.5        Sementum
Sementum merupakan struktur terkalsifikasi (avaskuler mesenchymal) yang menutupi
permukaan luar anatomis akar, yang terdiri atas matriks terkalsifikasi yang mengandung
serabut kolagen. Sementum menutupi dentin akar gigi mulai dari bagian korona akar sampai
ujung bawahnya. Komposisi sementum terdiri atas: komponen organic 50-55 %, komponen
anorganik 45-50 %, dan air 1%.
Gambar 10. sementum
Sementum berasal dari sel mesenkimal folikel gigi yang berkembang menjadi
sementoblas. Sementoblas menimbun suatu matriks, disebut sementoid yang mengalami
pertambahan pengapuran dan menghasilkan dua jenis sementum  aseluler dan seluler
(Grossman, 1995).
Gambar 10. Sementum 2
Tipe Sementum:
1.      Sementum Aseluler
Secara kronologis sementum aseluler pertama-tama ditimbun pada dentin
membentuk pertemuan sementum-dentin, dan biasanya menutupi sepertiga servikal
dan sepertiga tengah akar.  Sementum aseluler tidak mengandung sel, terbentuk
sebelum gigi mencapai oclusal plane (erupsi), ketebalannya sekitar 30-230 µm.
Serabut sharpey membentuk sebagian besar struktur aseluler sementum. Selain itu
juga, mengandung fibril-fibril kolagen yang terkalsifikasi yang tersusun beraturan
atau parallel terhadap permukaan. (Roberson, 2002)

Gambar 11. Sementum aseluler tampak radiologi


2.      Sementum Seluler
Sementum seluler biasanya ditumpuk pada sementum aseluler pada sepertiga
apikal akar dan bergantian dengan lapisan sementum aseluler. Sementum seluler
ditumpuk pada kecepatan yang lebih besar daripada sementum aeluler dan dengan
demikian menjebak sementoblas di dalam matriks. Sel-sel yang terjebak ini disebut
sementosit. Sementosit terletak pada kripta sementum dan dikenal sebagai lacuna
Sementum seluler banyak ditemukan di daerah apikal dan bifurkasi akar gigi.
Lebih sedikit terkalsifikasi daripada tipe aseluler, serabut sharpey porsinya sedikit,
dan terpisah dari serabut lain yang tersusun parallel pada permukaan akar, lebih
tebal dari aseluler sementum (Grossman, 1995).

2.3     Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal adalah infeksi kronik serius yaitu rusaknya apparatus
pendukung gigi termasuk gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. Penyakit
periodontal ini diinisiasi oleh local akumulasi bakteri. Penyakit periodontal termasuk
gingivitis dan periodontitis, yang dapat membuat satu atau banyak gigi menjadi lepas. (Genco
and William, 2010)
Gingivitis adalah penyakit yang mengakibatkan inflamasi pada gingiva sehingga
menyebabkan hilangnya perlekatan dari jaringan ikat gigi. Periodontitis didefinisikan akibat
adanya inflamasi gingiva karena adanya detachment dari serabut-serabut kolagen dari
semnetum, epitelium jaringan ikat berpindah tempat secara apical dan hilangnya tulang
pendukung gigi yang dapat dideteksi secara radiografi. (Genco and William, 2010) Gingivitis
yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut
periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang
kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan
pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku (poket)
yang akan bertambah dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang
rusak. (Anonim, 2010)
Tanda-tanda gingivitis: gusi sakit, bengkak, memerah, terjadi perdarahan ketika
menyikat gigi dan flossing, bernanah, rasa yang tidak enak di mulut, receding gums, toot
sensitivity. (Anonim, 2014)
2.3.1     Klasifikasi
Klasifikasi dari penyakit periodontal secara umum terbagi menjadi tiga tipe yaitu:
1.      Gingivitis
2.      Periodontitis kronik
3.      Aggressive periodontitis
4.      Periodontitis akibat manifestasi dari penyakit sistemik
5.      Nekrosis penyakit periodontal
6.      Abses dari periodontium
7.      Periodontitis yang diasosiasi dengan lesi endodontic
8.      Perkembangan kelainan kondisi (Genco and William, 2010)
2.3.2 Faktor
         Faktor lokal adalah plak bakteri gigi, yang menyebabkan terjadinya gingivitis kronis
sedangkan faktor sistemik adalah gingivitis yang disebakan oleh karena peyakit sistemik.
Gingivitis merupakan tahapan awal terjadinya suatu peradangan jaringan pendukung gigi
(periodontitis) dan terjadi karena efek jangka panjang dari penumpukan plak. Gingivitis
kronis merupakan suatu kondisi yang umum. Jika di obati, maka prognosis gingivitis adalah
baik, namun jika tidak di obati maka gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis.
Gingivitis kronis merupakan suatu penyakit gusi yang timbul secara perlahan-lahan dalam
waktu yang lama. Penderita gingivitis jarang merasakan nyeri atau sakit sehingga hal ini
menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat perhatian. Rasa sakit merupakan
salah satu symptom yang membedakan antara gingivitis kronis dengan gingivitis akut.
(Lebukan, 2013)
Faktor utama yang me nyebabkan penyakit periodontal adalah sebagai berikut:
1). Plak
Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri
atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler jika seseorang
melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Faktor lokal yang sering disebut sebagai faktor
etiologi dalam penyakit periodontal, antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, materi
alba, dan debris makanan. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah plak gigi.
Semua faktor lokal tersebut diakibatkan karena kurangnya memelihara kebersihan gigi dan
mulut.
2). Kalkulus
Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi. Kalkulus merupakan plak terkalsifikasi. Jenis kalkulus di
klasifikasikan sebagai supragingiva dan subgingiva berdasarkan relasinya dengan gingival
margin. Kalkulus supragingiva ialah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota gigi
mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini berwarna putih kekuning-
kuningan atau bahkan kecoklat-coklatan. Konsistensi kalkulus ini seperti batu tanah liat dan
mudah dilepaskan dari permukaan gigi dengan skeler. Pembentukan kalkulus tidak hanya
dipengaruhi oleh jumlah plak di dalam mulut,tetapi juga dipengaruhi oleh saliva. Saliva dari
kelenjar saliva mengalir melalui permukaan fasial molar atas melalui ductus
Stensen sedangakn orifisium ductus Wharton’s dan ductus Bhartolin  kosong pada permukaan
lingual insisivus bawah dari masing-masing kelenjar submaxillar dan sublingual.
Kalkulus subgingival adalah kalkulus yang berada dibawah batas gingival margin,
biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat pada waktu pemeriksaan. Untuk
menentukan lokasi dan perluasannya harus dilakukan probing dengan eksplorer, biasanya
padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman, konsistensinya seperti
kepala korek api dan melekat erat ke permukaan gigi.
3). Faktor Genetik
Telah banyak diketahui bahwa kerentanan terhadap penyakit periodontal berbeda
antara kelompok ras atau etnis tertentu misalnya di Amerika, orang Afrika-Amerika memiliki
lebih banyak penyakit periodontal daripada orang ras Kaukasian meskipun perbedaan ini bisa
disebabkan dari faktor lingkungan, namun hal ini bisa disebabkan perbedaan susunan genetik
dari ras atau etnis tertentu. Proses terjadinya periodontitis berhubungan didalam satu
keluarga. Dasar dari persamaan ini baik karena memiliki lingkungan atau gen yang sama atau
keduanya telah diteliti dalam beberapa penelitian. Dan didapatkan kesimpulan bahwa selain
pada susunan genetik yang sama, persamaan dalam keluarga disebabkan karena adat dan
lingkungan yang sama.
4). Usia
Dari beberapa penelitian yang dilakukan, mengenai perbandingan perkembangan
gingivitis antara orang dewasa dan orang tua menunjukkan perkembangan gingivitis lebih
cepat pada kelompok orang tua (65-80 tahun) menunjukkan terjadi penyusutan jaringan ikat,
terjadi peningkatan aliran gingival crevicular fluid (GCF) dan terjadi peningkatan gingival
indeks.
Seiring dengan pertambahan usia, gigi geligi menjadi memanjang hal ini
menunjukkan bahwa usia dipastikan berhubungan dengan hilangnya perlekatan pada jaringan
ikat. Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada gigi geligi yang memanjang sangat
berpotensi mengalami kerusakan. Kerusakan ini meliputi periodontitis, trauma mekanik yang
kronis yang disebabkan cara menyikat gigi, dan kerusakan dari faktor iatrogenik yang
disebabkan oleh restorasi yang kurang baik atau perawatan scalling and root planing yang
berulang-ulang.

Selain faktor utama yang menyebabkan penyakit periodontal, ada juga penyakit
predisposisi. Faktor predisposisi adalah faktor yang mengarah kepada keadaan khusus. Faktor
predisposisi penyakit periodontal adalah merokok. Rongga mulut adalah bagian yang sangat
mudah terpapar efek rokok, karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil
pembakaran rokok yang utama.Komponen toksik dalam rokok dapat mengiritasi jaringan
lunak rongga mulut, dan menyebabkan terjadinya infeksi mukosa, dry socket, memperlambat
penyembuhan luka,  memperlemah kemampuan fagositosis, menekan proliferasi osteoblas,
serta dapat mengurangi asupan aliran darah ke gingiva. (Kusuma, 2010)

 Merokok dapat menyebabkan kerusakan periodontal. merokok dapat mempengaruhi


antibodi dalam saliva (IgA) terhadap bakteri sehingga terjadi gangguan dalam menetralisir
bakteri di dalam mulut. Panas yang ditimbulkan dari pembakaran rokok dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi dan sekresi saliva. Kandungan yang terdapat di dalam rokok
mengandung toksik yang berbahaya yang mengganggu kesehatan. (Ramadhani, dkk., 2014)
Merokok juga menyebabkan penurunan antibodi dalam saliva, yang berguna untuk
menetralisir bakteri dalam rongga mulut, sehingga terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan
tubuh. Potensial reduksi-oksidasi (Eh) pada regio gingiva dan rongga mulut menurun akibat
merokok. Hal tersebut berpengaruh terhadap peningkatan jumlah bakteri anaerob dalam
rongga mulut.19,20 Penurunan fungsi antibodi saliva, disertai dengan meningkatnya jumlah
bakteri anaerob rongga mulut, menimbulkan rongga mulut rentan terserang infeksi. Acute
Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) merupakan salah satu lesi yang muncul akibat
infeksi bakteri anaerob. (Kusuma, 2010)
Kerusakan jaringan periodontal akibat merokok, diawali dengan terjadinya akumulasi
plak pada gigi dan gingiva. Tar yang mengendap pada gigi, selain menimbulkan masalah
secara estetik, juga menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar, sehingga mudah dilekati
plak. Akumulasi plak pada margin gingiva, diperparah dengan kondisi kebersihan mulut yang
kurang baik, menyebabkan terjadinya gingivitis. Gingivitis yang tidak dirawat, dapat
berlanjut menjadi periodontitis akibat dari invasi kronis bakteri plak dibawah margin gingiva.
Peningkatan vaskularisasi, diikuti dengan akumulasi sel-sel inflamasi kronis, menyebabkan
hilangnya kolagen pada jaringan ikat gingiva yang terpapar. Hilangnya perlekatan gingiva
dengan gigi, menyebabkan terjadinya resesi gingiva, yang berakibat pada resiko karies akar.
Kehilangan tulang alveolar serta kehilangan gigi merupakan kondisi paling parah dari
periodontitis (Kusuma, 2010)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadhani, dkk (2014) dapat
disimpulkan bahwa prevalensi penyakit periodontal pada perokok di lingkungan batalyon
infanteri 621/Manuntung Barabai, Hulu Sungai Tengah paling banyak mengalami gingivitis
yakni 60% (27 orang), kemudian diikuti periodontitis yakni 4,4% (2 orang), sedangkan yang
tidak mengalami penyakit periodontal yakni 35,6% (16 orang). Berdasarkan kelompok umur,
pada golongan usia 20-30 tahun yang tidak mengalami penyakit periodontal atau normal
yakni 35,6% (16 orang), gingivitis sebanyak 46,7% (21 orang) dan tidak ada yang mengalami
periodontitis atau 0 %. Pada golongan usia 30-40 tahun kondisi periodontal normal adalah
0% atau tidak ada, gingivitis sebanyak 13,3% (6 orang) dan periodontitis sebanyak 4,4% (2
orang).

BAB IV
PEMBAHASAN

Jaringan periodontal adalah jaringan yang mendukung dan mengelilingi gigi.


Periodontal berasal dari bahasa Latin Yunani, yaitu “perio” yang berarti sekitar dan “odont”
berarti gigi. (Kumar, 2011) Jaringan periodontal terdiri dari mukosa alveoloar, gingiva,
sementum, ligament periodontal dan tulang alveolar. (Panagakos, 2011)
Rokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gulungan tembakau (kira-kira
sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas). Merokok adalah membakar
tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan
pipa.
Penyakit periodontal adalah infeksi kronik serius yaitu rusaknya apparatus pendukung
gigi termasuk gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. Penyakit periodontal ini
diinisiasi oleh local akumulasi bakteri. Penyakit periodontal termasuk gingivitis dan
periodontitis, yang dapat membuat satu atau banyak gigi menjadi lepas. (Genco and William,
2010)
Merokok dapat menyebabkan kerusakan periodontal. merokok dapat mempengaruhi
antibodi dalam saliva (IgA) terhadap bakteri sehingga terjadi gangguan dalam menetralisir
bakteri di dalam mulut. Panas yang ditimbulkan dari pembakaran rokok dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi dan sekresi saliva. Kandungan yang terdapat di dalam rokok
mengandung toksik yang berbahaya yang mengganggu kesehatan. (Ramadhani, dkk., 2014)
Kerusakan jaringan periodontal akibat merokok, diawali dengan terjadinya akumulasi
plak pada gigi dan gingiva. Tar yang mengendap pada gigi, selain menimbulkan masalah
secara estetik, juga menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar, sehingga mudah dilekati
plak. Akumulasi plak pada margin gingiva, diperparah dengan kondisi kebersihan mulut yang
kurang baik, menyebabkan terjadinya gingivitis. Gingivitis yang tidak dirawat, dapat
berlanjut menjadi periodontitis akibat dari invasi kronis bakteri plak dibawah margin gingiva.
Peningkatan vaskularisasi, diikuti dengan akumulasi sel-sel inflamasi kronis, menyebabkan
hilangnya kolagen pada jaringan ikat gingiva yang terpapar. Hilangnya perlekatan gingiva
dengan gigi, menyebabkan terjadinya resesi gingiva, yang berakibat pada resiko karies akar.
Kehilangan tulang alveolar serta kehilangan gigi merupakan kondisi paling parah dari
periodontitis (Kusuma, 2010)

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan      
Rokok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gulungan tembakau (kira-kira
sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas). Merokok adalah membakar
tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan
pipa (Kusuma, 2010). Jaringan periodontal adalah jaringan yang mendukung dan
mengelilingi gigi. Periodontal berasal dari bahasa Latin Yunani, yaitu “perio” yang berarti
sekitar dan “odont” berarti gigi. (Kumar, 2011) Jaringan periodontal terdiri dari mukosa
alveoloar, gingiva, sementum, ligament periodontal dan tulang alveolar. (Panagakos, 2011)
Merokok dapat menyebabkan kerusakan periodontal. merokok dapat mempengaruhi
antibodi dalam saliva (IgA) terhadap bakteri sehingga terjadi gangguan dalam menetralisir
bakteri di dalam mulut. Panas yang ditimbulkan dari pembakaran rokok dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi dan sekresi saliva. Kandungan yang terdapat di dalam rokok
mengandung toksik yang berbahaya yang mengganggu kesehatan. (Ramadhani, dkk., 2014)
5.2 Saran
Merokok dapat menyebabkan  berbagai penyakit termasuk salah satunya adalah
menyebabkan penyakit periodontal, oleh karena itu sebaiknya perokok untuk menghentikan
kebiasaan ini dan bagi yang bukan perokok untuk menghindari kebiaasan merokok. Dan
sebaiknya pengetahuan tentang bahaya merokok diajarkan kepada seluruh masyarakat sejak
dini.
DAFTAR PUSTAKA

Genco, Robert J., William, Ray C.. 2010 Periodontal Disease and Overall Health: A Clinician’s
Guide. Pennsylvania: Colgate-Palmolive Company
Kusuma, Andina Rizkia Putri. 2010. “Pengaruh Merokok Terhadap Kesehatan
Gigi Dan Rongga Mulut”. Majalah Sultan Agung. Semarang: UNISULA
 Kusumawardani, Nunik. 2013. Masalah Rokok di Indonesia. Jakarta: TCSC-IAKMI
Lebukan, Beatrix Jaica. 2013. “Faktor- Faktor Penyebab Penyakit Periodontal (Studi Kasus
Masyarakat Pesisir Pantai Kecamatan Bacukiki Barat Kota Pare – Pare)”. Skrisipsi
UNHAS. Makassar: UNHAS
Manson JD, Eley BM. 1993. Buku Ajar Periodontiti. Jakarta: Hipokrates
Panagakos, Fotinos., Davies, Robin M., 2011. Gingival Diseases – Their Aetiology, Prevention And
Treatment. Rijeka: InTech
Rose, Louis F., et al. 2004. Periodontitics Medicine, Surgery and implants. Missouri: Elsevier
Phinney DJ and Halstead JH. 2003. Dental Assisting: A Comprehensive Approach. Cengange
Learning. P:100
Newman, Michael G et al. 2012. Carranza’s Clinical Periodontology 11th ed. Missouri: Elsevier Inc. 

Diposting 31st December 2016 oleh diki


 

Tambahkan komentar

Dikibagus

 Klasik
 

 Kartu Lipat
 
 Majalah
 

 Mozaik
 

 Bilah Sisi
 

 Cuplikan
 

 Kronologis
terjemah Fathul Qarib disertai dalil dan penjelasan
TERJEMAH

FATHUL QARIB AL MUJIIB

Disertai dengan Dalil dan Penjelasan Pada Sebagian Pembahasan

PENGARANG:

ABU ‘ABDILLAH MUHAMMAD BIN QASIM AL GHAZI ASY SYAFI’I

OLEH:

DIKI TRI BAGUS DERMAWAN

Perkumpulan Pelajar Islam Hafsal

Malang, Jawa Timur

E-mail: hafdatussalamah@gmail.com facebook: hafdha


bab Kalam
Vidio ini menjelaskan pembahasan tentang kalam

sangat diharapkan pembetulannya, jika ada kesalahan.


bab kalam
‫باب الكالم‬

‫ لَفظ‬   :  ‫كَاَل م‬ ‫( ُشرُوْ ط‬suara mengandung sebagian huruf hijaiyyah)

‫( ُم َر َّكب‬tersusun dari 2 kalimat atau lebih)

‫( ُمفِيد‬dapat dimengerti, sehingga dapat bermanfaat bagi pendengar)

‫ َوضع‬ (memiliki tujuan)

Kalam menurut bahasa adalah penjelasan yang berfaedah, baik itu berupa tulis
isim isyarah
Isim Isyarah,
‫‪Isim isyarah adalah isim yang berfungsi sebagai penunjuk bagi sesuatu yang ditentukan.‬‬
‫‪Misalnya apel ini, ini adalah isim isyarah yang menunjukkan sesuatu yaitu apel, apel yang‬‬
‫‪mana? Yaitu apel yang ditunjuk, itulah yang dimaksud dengan sesuatu yang ditentukan.‬‬
‫)‪muratal juz 'amma (al 'alaq‬‬
‫‪ini adalah vidio animasi muratal juz 'amma dengan qari'nya Ahmad Saud.‬‬
‫‪1‬‬
‫‪ringkasan bulughul maram dan ibanatul ahkam‬‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي ْالبَحْ ِر هُ َو الطَّهُو ُر َما ُؤهُ ْال ِحلُّ َم ْيتَتُهُ أَ ْخ َر َجهُ اأْل َرْ بَ َعةُ َوابْنُ أَبِي‬ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر ِ‬
‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل ‪ :‬قَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ َ‬
‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ص َّح َحهُ ابْنُ خ َز ْي َمة َوالترْ ِم ِذيُّ َو َر َواهُ َمالِ ٌ‬
‫ك َوال‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫َش ْيبَة‪َ  ‬واللفظ لهُ َو َ‬
‫‪macam macam air yang bisa digunakan bersuci‬‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫اعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‪ ،‬بسم هللا الرحمن الرحيم‪ ،‬الحمدهلل رب العالمين الذي فضل بني ادم بالعلم و العمل على جمع العالم والحول‬
‫والقوة اال باهلل وال علم لنا اال ما علمنا هللا والصالة والسالم على سيد الثقلين سيد المرسلين‪  ‬سيد االنبياء محمد ابن عبد هللا الذي جعله هللا‬
‫‪Fadlilah atau keutamaan ilmu‬‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫اعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‪ ،‬بسم هللا الرحمن الرحيم‪ ،‬الحمدهلل رب العالمين الذي فضل بني ادم بالعلم و العمل على جمع العالم والحول‬
‫‪.‬والقوة اال باهلل‪  ‬والصالة والسالم على سيد الثقلين سيد المرسلين‪  ‬سيد االنبياء محمد ابن عبد هللا الذي جعله هللا ختم االنبياء وال نبي بعده‬
‫‪1‬‬
‫‪hukum air laut‬‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫اعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‪ ،‬بسم هللا الرحمن الرحيم‪ ،‬الحمدهلل رب العالمين الذي فضل بني ادم بالعلم و العمل على جمع العالم والحول‬
‫‪.‬والقوة اال باهلل‪  ‬والصالة والسالم على سيد الثقلين سيد المرسلين‪  ‬سيد االنبياء محمد ابن عبد هللا الذي جعله هللا ختم االنبياء وال نبي بعده‬

‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪‬‬
‫‪Memuat‬‬
‫‪Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.‬‬

Anda mungkin juga menyukai