Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN B-16

KELOMPOK:

SUSANA SURYA SUKUT

ELISA SULISTIA FITRI

ASRI FATONAH

HARTIN I. K NADI

DIANA HARDIYANTI

RINI WAHYUNI MOHAMAD

BAMBANG SETIAWAN

ANNISA QURNIAWATI

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan sosial ekonomi yang begitu cepat dan situasi social politik Indonesia yang
tidak menentu menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan dan
kejahatan, kondisi ini dapat meningkatkan angka kejadian gangguan mental dalam
kehidupan manusia, saat ini terjadi peningkatan sekitar 20% (Antal otong, 1994). Aspek
lingkungan adalah salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari manusia, oleh karena
itu perlu mendapatkan perhatian khusus untuk menjaga dan memelihara kesehatan
manusia.
Pasien dengan gangguan mental sering kali mendapat isolasi social, diasingkan dari
lingkungan, terbuang dari keluarga dan bahkan sampai mendapat perlakuan fisik yang
kuran manusiawi sehingga pentingnya terapi lingkungan pada pasien dapat membantu
secara psikologi pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bloom yang menyatakan
bahwa 60% factor yang menentukan status kesehatan seseorang adalah kondisi
lingkungannya.
Lingkungan sendiri dapat memberikan dampak baik secara fisik dan psikologis pada
seseorang. Kondisi lingkungan rumah sakit yang asing dan pengalaman yang tidak
menyenangkan berpengaruh besar terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan gangguan
fisik dan gangguan mental. Lingkungan tersebut juga berpengaruh terhadap keberhasilan
proses perawatan di rumah sakit yang nantinya akan menentukan keberhasilan perawatan
dan pengobatan.
Lingkungan merupakan kondisi yang sangat berpengaruh besar terhadap proses
penyembuhan terutama dengan gangguan jiwa. Terapi lingkungan adalah suatu tindakan
penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsure yang ada di
lingkungan dan berpengaruh terhadap proses penyumbuhan pasien. Dalam
pelaksanaannya, terapi ini perlu melibatkan kerja sama dengan tim yang terdiri dari
berbagai ahli di bidangnya masing-masing dengan maksud untuk mengoptimalkan proses
penyembuhan pasien. Tim tersebut terdiri atas dokter ahli jiwa, perawat jiwa, ahli sanitasi
lingkungan, pekerja social dan petugas kesehatan lainnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membekali pasien kemampuan untuk kembali kemasyarakat dan dapat menjalankan
kehidupan fisik dan sosial seoptimal mungkin.
2. Tujuan Khusus
 Pengertian terapi lingkungan
 Karakteristik Terapi Lingkungan
 Model Terapi Lingkungan
 Peran Perawat dalam Terapi Lingkungan
 Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan
 Indikasi
 Prosedur terapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian terapi lingkungan


Terapi lingkungan berasal dari bahasa Prancis yang artinya perencanaan ilmiah dari
lingkungan dengan tujuan yang bersifat terapeutik atau kegiatan yang mendukung
kesembuhan. Pengertian lainnya adalah tindakan dengan memanipulasi dan memodifikasi
unsur yang sudah ada pada lingkungan yang sangat berpengaruh positif pada fisik dan
psikis seseorang dan dapat mendukung proses penyembuhan pada pasien.
Milleu therapy is defined as the purposeful use of the environment for therapeutic
purposes. every interaction with the patient is seen as having potentially beneficial
outcomes in promoting optimal functioning. (Wilson, 1992).
Milieu is characterized by an equitable distribution of power in that individuals
constructively influence their own treatment. There are open communication, structured
client’s developmental needs. The focus is on action and solving problem in everyday
experience. Aspect of the milieu include therapeutic relationship, the ward environment,
and rules and limits (Clinton, Nelson, 1996).
Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa
melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap
penyembuhan pasien ganguan jiwa.

B. Karakteristik Terapi Lingkungan


Agar tujuan yang kita harapkan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal dan sesuai
harapan maka diperlukan lingkungan bersifat terapeutik untuk mendorong terjadinya
proses penyembuhan. Lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik, antara lain:
1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkan
2. Pasien merasa nyaman dan senang atau tidak merasa takut dengan lingkungan
3. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi
4. Lingkungan rumah sakit yang bersih
5. Menciptakan lingkungan yang aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls pasien
6. Personal dari lingkungan rumah sakit menghargai pasien sebagai individu yang
memiliki hak, dan kebutuhan serta menerima perilaku pasien sebagai respons adanya
stress
7. Lingkungan yang dapat mengurangi larangan dan memberikan kesempatan pada
pasien menentukan pilihan dan membentuk perilaku baru

C. Model Terapi Lingkungan


1. Model Terapi Moral. Model ini dikenal oleh masyarakat dan biasanya dilakukan
dengan pendekatan moral/agama yang menekankan dengan dosa dan kelemahan
individu.
2. Model Terapi Sosial. Model ini menggunakan konsep dari program terapi komunitas,
dimana adiksi terhadap obat-obatan dianggap sebagai fenomena penyimpangan sosial.
3. Model Terapi Psikologis. Model ini menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah
emosi yang tidak berfungsi selayaknya karenya adanya konflik menyebabkan pecandu
memakai obat pilihannya untuk meringankan beban psikologis.
4. Model Terapi Budaya. Model ini menyatakan perilaku adiksi obat merupakan hasil
sosialisasi seumur hidup dalam lingkungan sosial tertentu.

D. Peran Perawat dalam Terapi Lingkungan


1. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
2. Menyelenggarakan proses sosialisasi.
3. Sebagai teknis perawatan.
4. Sebagai leader atau pengelola.

E. Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan


Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan adalah :
1. Terapi rekreasi
Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, bertujuan
agar pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan juga
mengembangkan kemampuan hubungan social. Di dalam ruang perawatan yang
bertugas sebagai pemimpin terapi adalah perawat, dimana perawat harus
menyesuaikan kegiatan dengan tingkat umur pasien. Contohnya, kegiatan yang
banyak mengeluarkan seperti bulu tangkis, berenang, basket, dan lain-lain diberikan
kepada pasien dengan tingkatan umur remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak
banyak mengeluarkan tenaga seperti bermain catur, karambol, kartu, dan sebagainya
dapat diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur dewasa (orangtua).
2. Terapi kreasi seni
Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama dengan orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus disesuaikan dengan bakat dan minat,
beberapa diantaranya adalah :
a. Dance therapy/menari;
Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan tubuh
dengan tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan pasien.
b. Terapi music
Suatu terapi yang dilakukan melalui music dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan kepada para pasien dalam mengekspresikan perasaannya seperti
kesepian, sedih, dan bahagia.
c. Terapi menggambar/melukis
Terapi menggambar/melukis dapat memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Selain itu terapi
ini juga dapat membantu menurunkan keteganggan dan pasien dapat memusatkan
pikiran pada kegiatan.
d. Literatur/biblio therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan merupakan
cara untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai dengan norma yang ada.
Kegiatan dalam terapi ini dapat berupa membaca seperti novel, buku-buku,
majalah, dan kemudian bahan bacaan didiskusikan bersama oleh para pasien.
3. Pet therapy
Pet therapy bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu melakukan
hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya mereka merasa kesepian, dan
menyendiri. Terapi menggunakan sarana binatang yang dapat memberikan respon
menyenangkan kepada pasien dan sering kali digunakan pada pasien anak dengan
autistic.
4. Plant therapy
Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan membantu pasien
membina hubungan yang baik antar pribadi yang satu dengan yang lain. Objek yang
digunakan dalam terapi ini adalah tanaman/tumbuhan.

F. Indikasi
Terapi lingkungan biasanya dilakukan pada pasien-pasien dengan :
1. Pasien rendah diri( low self esteem), depresi (depression), dan bunuh diri ( suicide).
2. Pasien dengan amuk

G. Prosedur terapi
1. Pasien rendah diri( low self esteem), depresi (depression), dan bunuh diri ( suicide)
a. Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
 Ruangan aman dan nyaman
 Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri
atau orang lain.
 Alat-alat medis, juga obat-obatan serta jenis cairan medis di lemari pastikan
dalam keadaan terkunci
 Ruangan yang dipakai harus dilantai 1 dan ruangan tersebut mudah di pantau
oleh petugas kesehatan
 Ruangan harus ditata agar menarik dengan cara menenmpelkan gambar-
gambar yang cerah dan gambar-gambar yang meningkatkan gairah hidup
pasien
 Warna dinding harus cerah
 Harus adanya bacaan ringan, lucu dan memotivasi hidup.
 Memutar music yang ceria, televise dan film komedi
 Menyiapkan lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi pasien

b. Syarat lingkungan social adaalah sebagai berikut :


 Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas atau perawat menyapa
pasien sesering mungkin.
 Petugas memberikan penjelasan setiap akan dilakukannya kgiatan
keperawatan atau tindakan medis lainnya
 Menerima pasien apa adannya dan tidak boleh mengejek atau merendahkan
pasien.
 Meningkatkan harga diri pasien
 Membantu melakukan penilaian dan berusaha meningkatkan hubungan social
secara bertahap
 Membantu pasien dalam melakukan interaksi dengan keluargannya.
 Mengikutsertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan dan tidak
boleh membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangan.
2. Pasien dengan amuk
a. Syarat lingkungan fisik sebagai berikut :
 Ruangan yang aman, nyaman dan cukup mendapatkan pencahayaan
 Menempatkan satu pasien dalam satu kamar, bila sekamar lebih dari satu
orang jangan di gabung antara yang lemah dan kuat.
 Terdapatnya jendela yang beruji dengan pintu dari besi terkunci
 Adanya kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol pengikatan dan
pengasingan secara aman, serta protocol cara pelepasan pengikatan.

b. Syarat lingkungan psikososial adalah sebagai berikut :


 Komunikasi terapeutik, sikap yang bersahabat disertai perasaan empati
 Observasi pasien paling sedikit tiap 15 menit
 Jelaskan tujuan dilakukannya pengikatan atau pengekangan secara berulang-
ulang
 Penuhi kebutuhan fisik dari pasien
 Libatkan peran keluarga
 Pasien merasa aman dan pasien tidak merasa takut
 Dilakukan di lingkungan rumah sakit atau bangsal yang bersih
 Tingkah laku harus dikomunikasikan dengan jelas dengan tujuan untuk
mempertahankan atau mengubah tingkah laku pasien
 Tata ruangan agar menarik dan gambar yang cerah kan meningkatkan gairah
terhadap pasien.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPILAN
1. Diharapkan dapat membantu pasien untuk mengembangkan rasa harga diri.
2. Kemampuan pasien untuk berhubungan dengan orang lain mengalami
perkembangan.
3. Pasien mulai mempercayai orang lain disekitarnya.
4. Pasien dapat mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat dan mencapai
perubahan kesehatan kesehatan yang positif.

B. SARAN
1. Agar petugas harus mendorong pasien dalam menyerap pengetahuan dan
informasi dari apa yang dikerjakannya.
2. Petugas diharapkan agar selalu memberi kritik yang konstruktif terhadap cara
kerja pasien dan pola pikir pasien untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengatasi masalah.
3. Petugas diharapkan senantiasa memberikan reward positif atas upaya pasien
untuk terbuka dan berani dalam mengikuti terapi lingkungan.
4. Petugas harus dapat menciptakan sebuah suasana yang aman dengan
menujukkan sikap penerimaan pada pasien, sehingga dapat memberi ruang
kepada petugas untuk memotivasi pasien mencoba sesuatu yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Nasir & Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori. Salemba Medika. Jakarta

Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa & Psikiatri. edisi 2. EGC. Jakarta

Townsend, Mary C. 2010. Diagnosis Keperawatan Psikiatri. EGC. Jakarta

Videbeck,Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai