Anda di halaman 1dari 24

7.

2 PERTUMBUHAN FAKTOR PRODUKSI

Seiring berjalannya waktu, populasi suatu negara biasanya akan berkembang. Bersamaan dengan itu,
berkembang pula ukuran angkatan kerjanya. Begitu pula, dengan memanfaatkan sebagian dari sumber
dayanya untuk menghasilkan peralatan modal, negara meningkatkan persediaan modal. Modal merujuk
kepada peralatan buatan manusia yang digunakan dalam produksi, seperti mesin, pabrik, bangunan
perkantoran, transportasi, dan komunikasi, demikian pula dengan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kerja, semuanya yang dapat meningkatkan kemampuan suatu negara dalam

memproduksi barang dan jasa. Meski terdapat berbagai tipe tenaga kerja dan modal yang berbeda-
beda, untuk mudahnya, kita akan mengasumsikan semua unit tenaga kerja dan modal bersifat homogen
(yaitu identik) seperti yang kita lakukan dalam bab-bab sebelumnya. Cara ini menyisakan dua faktor
produksi saja-tenaga kerja (L) dan modal (K)-sehingga kita lebih mudah dalam menggunakan analisis
geometris sederhana. Dalam dunia nyata, tentu saja, juga terdapat sumber daya alam, dan sumber daya
alam tersebut bisa habis (misalnya mineral) atau bertambah jenisnya melalui penemuan

penemuan ataupun aplikasi baru.

Kita juga akan mengasumsikan bahwa negara mengalami pertumbuhan dalam dua macam komoditas
(komoditas X, yang padat L, dan komoditas Y yang padat K) dalam kondisi skala hasil konstan.

7.2A Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Akumulasi Modal dari waktu ke waktu

Peningkatan kontribusi tenaga kerja dan modal dari waktu ke waktu menyebabkan batas produksi
negara bergeser. Jenis dan tingkat pergeseran tergantung pada tingkat pertumbuhan L dan K. Jika L. dan
K tumbuh pada tingkat yang sama, batas produksi negara akan bergeser secara merata ke segala arah
dengan laju sebesar laju pertumbuhan faktor produksi. Akibatnya, kemiringan batas produksi lama dan
baru (sebelum dan sesudah pertumbuhan faktor produksi) akan sama pada setiap titik i mana mereka
dipotong oleh garis dari titik asal. Ini adalah kasus pertumbuhan yang seimbang (balanced growth)

Jika hanya bawaan Lyang tumbuh, output dari kedua komoditas tumbuh karena L digunakan dalam
produksi kedua komoditas dan L dapat digantikan K sampai batas tertentu dalam produksi kedua
komoditas Namun, output dari komoditas X (komoditas padat L) tumbuh lebih cepat dari output
komoditas Y (komoditas padat K). Sebaliknya, akan terjadi hanya jika bawaan K yang tumbuh. Jika L dan
K tumbuh pada tingkat yang berbeda, pergeseran garis batas produksi negara dapat ditentukan dengan
cara yang sama. Gambar 7.1 memperlihatkan berbagai jenis pertumbuhan faktor produksi hipotetis
Negara 1.

(Pertumbuhan faktor produksi dan bawaan faktor produksi dilebih-lebihkan untuk membuat ilustrasi
lebih jelas.) Penyajiannya juga sejalan untuk Negara 2 dan akan dibahas lagi di bagian akhir bab. Panel
kiri Gambar 7.1 memperlihatkan kasus pertumbuhan yang seimbang dengan asumsi bahwa jumlah L dan
K yang tersedia untuk Negara 1 berlipat ganda. Dengan skala hasil konstan, jumlah maksimum setiap
komoditas yang dapat dihasilkan Negara I juga berlipat ganda, dari 140X menjadi 280X atau dari 70Y
menjadi 140Y. Perhatikan bahwa bentuk garis batas produksi diperluas identik dengan bentuk garis
batas produksi sebelum pertumbuhan, sehingga kemiringan dua garis batas produksi, atau P/P, adalah
sama pada titik-titik B dan B, di mana mereka dipotong oleh garis dari titik asal.

130

70

570

60 40 20

50

140

130
260 280

140 150

275

GAMBAR 7.1. Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Modal dari Waktu ke Waktu Panel kiri menunjukkan

kasus pertumbuhan yang seimbang dengan penggandaan L dan K berdasarkan skala hasil konstan.
Kedua garis batas produksi memiliki bentuk identik dan kemiringan yang sama, atau P/P di sepanjang
setiap garis dari titik asal. Panel kanan menunjukkan kasus ketika hanya L atau K saja yang berlipat
ganda. Ketika hanya L yang berlipat ganda, output komoditas X (komoditas padat ) tumbuh secara
proporsional lebih dari output Y (tetapi kurang dari lipat dua). Demikian pula, ketika hanya Kyang
berlipat ganda, output dari Y tumbuh secara proporsional lebih dari X. tetapi kurang dari lipat dua (lihat
garis putus-putus batas produksi).

Panel kanan menunjukkan Negara 1 mengulangi batas produksi sebelum pertumbuhan (dengan nilai
perpotongan 140X dan 70Y) dan menunjukkan dua garis batas produksi tambahan-satu dengan
penggandaan L (garis solid) dan yang lainnya dengan penggandaan K (garis putus-putus). Ketika hanya L
yang berlipat ganda, batas produksi bergeser sepanjang sumbu X. mengukur komoditas padat L. Jika
yang berlipat ganda K saja, batas produksi bergeser sepanjang sumbu Y, mengukur komoditas padat K.
Perhatikan bahwa ketika hanya L yang berlipat ganda, output maksimum komoditas X tidak berlipat
ganda (yakni hanya naik dari 140X sampai 275X). Agar X menjadi berlipat ganda, balk maupun & harus
berlipat ganda. Demikian pula, ketika hanya K berlipat ganda, output maksimum komoditas Y kurang
dari lipat dua (dari 70Y h hingga 130Y).

Ketika kedua L dan K tumbuh pada tingkat yang sama dan memiliki skala hasil konstan dalam produksi
kedua komoditas, produktivitas, dan karenanya tingkat pengembalian L, dan seperti sebelumnya
sebelum pertumbuhan berlangsung. Jika tingkat ketergantungan (yaitu rasio tanggungan i berubah,
pendapatan riil per kapita dan kesejahteraan negara cenderung tetap tidak berubah. Jika I hanya
tumbuh (atau L tumbuh secara proporsional lebih dari K), K/L akan jatuh dan begitu juga produktivitas L.
outpur L. dan pendapatan per kapita riil . Jika, di sisi lain, hanya bawaan K yang tumbuh (atau h secara
proporsional lebih dari L). K/L akan meningkat dan begitu juga K tumbuh s produktivitas L. output L, dan
pendapatan per kapita riil.

7.2B Teorema Rybczynski

Teorema Rybczynski mendalilkan bahwa pada harga komoditas konstan, peningkatan kemampuan dari
salah satu faktor akan meningkatkan output dari komoditas yang padat dalam faktor itu dengan
proporsi yang lebih besar dan akan mengurangi output dari komoditas lainnya. Misalnya, jika hanya
yang tumbuh di Negara 1, output komoditas X (komoditas padat L) berkembang lebih dari proporsional,
sedangkan output komoditas Y (komoditas padat K) menurun di P, dan P, konstan.

Gambar 7.2 menunjukkan batas produksi Negara 1 sebelum dan setelah L saja yang berlipat ganda
(seperti dalam panel kanan Gambar 7.1). Dengan perdagangan tetapi sebelum pertumbuhan, Negara 1
memproduksi di titik B (yaitu 130X dan 20Y) pada P/P, P, 1. seperti dalam bab-bab sebelumnya. Setelah
hanya L yang berlipat ganda dan dengan P/P, tetap pada P, 1, Negara 1 akan berproduksi pada titik M di
batas produksi baru. Pada titik M, Negara 1 menghasilkan 270X,

80

70 60H

20

10

P1
M

270

50

130 Y

GAMBAR 7.2. Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Teorema Rybczynski. Dengan adanya perdagangan tapi
sebelum terjadi pertumbuhan, Negara 1 memproduksi di titik B (130X dan 20Y) pada P/P, = P,= 1, seperti
dalam bab-bab sebelumnya. Setelah hanya L yang berlipat ganda dan dengan PP, tetap pada P,1, Negara
1 memproduksi di titik M (270X dan 10Y) pada batas produksi baru yang lebih besar. Dengan demikian,
output dari X (komoditas padat L) diperbanyak, dan output dari Y (komoditas

padat K) menurun, sebagaimana didalilkan oleh teorema Rybczynski.

tetapi hanya 10Y. Dengan demikian, ourput dari komoditas X meningkat lebih dari dua kali lipat,
sedangkan outpur komoditas Y menurun (seperti yang diperkirakan oleh teorema Rybczynski).
Menggandakan L dan mentransfer beberapa L dan K dari produksi komoditas Y lebih dari dua kali lipat
output komoditas X.

Bukti grafis formal dari teorema Rybczynski akan disajikan dalam lampiran. Di sini akan diberikan bukti
intuitif tetapi masih memadai dari teorema ini Buktinya adalah sebagai berikut. Supaya harga komoditas
tetap konstan dengan adanya

pertumbuhan satu faktor produksi, harga faktor produksi (yaitu w dan r) juga harus tetap konstan
Namun, harga-harga faktor produksi akan tetap konstan hanya jika K/L dan produktivitas L dan K juga
tetap konstan dalam produksi kedua komoditas. Satu-satunya cara untuk sepenuhnya mendayagunakan
seluruh peningkatan L dan masih menjaga nilal K/L tidak berubah dalam produksi kedua komoditas
adalah dengan membuat outpur komoditas Y (komoditas padat K) menurun untuk memindahkan Kyang
cukup (dan sedikit 2) untuk menyerap semua peningkatan L dalam produksi komoditas X (komoditas
padat L). Dengan demikian, output dari komoditas naik, sedangkan output komoditas Y menurun pada
harga komoditas konstan. Bahkan, peningkatan output komoditas X meningkat dengan proporsi yang
lebih besar dibandingkan ekspansi jumlah tenaga kerja karena beberapa tenaga kerja dan modal juga
ditransfer dari produksi komoditas Y ke produksi komoditas X. Ini disebut efek pembesaran dan secara
lengkap dibuktikan dalam Bagian A7.1 di lampiran.

Untuk meringkas, kita dapat mengatakan bahwa untuk P, dan P, (dan karena itu PP.) tetap konstan, r
harus tetap konstan. Namun, r dapat tetap konstan hanya jika K/L tetap konstan dalam produksi kedua
komoditas. Satu-satunya cara untuk hal ini terjadi dan juga menyerap semua kenaikan L adalah untuk
mengurangi output Y. sehingga akan melepaskan K/L supaya digunakan a proporsi yang lebih besar
dalam produksi Y, dan menggabungkan Kyang dilepaskan dengan dengan p L tambahan pada K/L yang
lebih rendah yang digunakan dalam produksi X. Dengan demikian. output dari X naik dan Y turun.
Bahkan, output X meningkat dengan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan L.
Demikian pula, ketika hanya K yang meningkat, output dari Y meningkat lebih dari proporsional dan X
turun.

Jika salah satu faktor produksi tidak bergerak dalam suatu negara, hasilnya berbeda dan tergantung
pada apakah yang tumbuh itu adalah atau faktor yang berkembang atau tidak yang bersifat tidak
bergerak. Hal ini dibahas dalam Bagian A7.2 dari lampiran menggunakan model faktor produksi spesifik
yang diperkenalkan dalam lampiran Bab 5 (Bagian AS.4).

7.3 Kemajuan Teknis

Beberapa studi empiris telah menunjukkan bahwa sebagian besar peningkatan pendapatan per kapita
riil di negara-negara industri adalah karena kemajuan teknis dan sedikit dikarenakan akumulasi modal
Namun, analisis kemajuan teknis jauh lebih kompleks daripada analisis pertumbuhan faktor produksi
karena ada banyak definisi dan jenis kemajuan teknis, dan mereka dapat terjadi pada tingkat yang
berbeda dalam produksi salah satu atau kedua komoditas.

Untuk tujuan kita, definisi paling tepat dari kemajuan teknis adalah yang diajukan oleh John Hicks,
ekonom Inggris yang mendapat Hadiah Nobel pada 1972 di bidang ekonomi. Dalam Bagian 7.3A, kita
mendefinisikan berbagai jenis kemajuan teknis Hicks. Dalam Bagian 7.38, kita kemudian menguji
pengaruh berbagai jenis kemajuan teknis Hicks terhadap batas produksi suatu negara. Sepanjang
pembahasan, kita akan mengasumsikan bahwa skala hasil konstan berlaku sebelum dan sesudah
kemajuan teknis terjadi dan bahwa kemajuan teknis terjadi dengan cara sekali dan menyeluruh.

198

7.3A Kemajuan Teknis yang Bersifat Netral, Penghematan Tenaga Kerja, dan Penghematan Modal

Kemajuan teknis biasanya diklasifikasikan menjadi netral, hemat tenaga kerja, atau bemat Semua
kemajuan teknis (terlepas dari jenis) mengurangi jumlah tenaga kerja dan modal yang dibutuhkan untuk
menghasilkan setiap tingkat output tertentu. Berbagai jenis kemajuan tek Hicks menentukan bagaimana
hal tersebut bisa terjadi.

sehingga K/L. tetap sama setelah kemajuan teknis netral seperti sebelum pada berubah harga

faktor (w/r). Artinya, dengan tidak berubahnya w/r, tidak ada substitusi untuk K (atau sebalik

dalam produksi, sehingga K/L tetap tidak berubah. Yang terjadi adalah output yang diber

sekarang dapat diproduksi dengan L dan K yang lebih sedikit. Kemajuan teknis hemat tenaga kerja
meningkatkan produktivitas K lebih dari secar proporsional dengan produktivitas L. Akibatnya, K
menggantikan L dalam produksi dan Ka dalam kondisi wir konstan. Karena K lebih banyak digunakan per
unit L. jenis kemajuan tek ini disebut penghematan tenaga kerja. Perhatikan bahwa outpur yang
diberikan sekarang dap diproduksi dengan lebih sedikit dari unit L dan K tetapi dengan K/L yang lebih
tinggi

Kemajuan teknis hemat modal meningkatkan produktivitas L lebih dari proporsional produktivitas K.
Akibatnya, L menggantikan K dalam produksi dan L/K naik (K/L turun) pada kondisi wir konstan. Karena
Llebih banyak digunakan per unit K. jenis kemajuan teknis ini disebut penghematan modal. Perhatikan
bahwa outpur yang diberikan sekarang dapat diproduksi depo lebih sedikit unit L dan K tetapi dengan
L/K yang lebih tinggi (K/L yang lebih rendah).
Lampiran bab ini memberikan interpretasi grafis lebih lanjut dari definisi Hicks tentang kemajuan teknis,
memanfaatkan alat analisis yang lebih canggih.

7.3B Kemajuan Teknis dan Batas Produksi Suatu Negara

Seperti dalam kasus pertumbuhan faktor, semua jenis kemajuan teknis menyebabkan batas produksi
negara bergeser. Jenis dan tingkat pergeseran tergantung pada jenis dan tingkat kemajuan tek dalam
salah satu atau kedua komoditas. Di sini, kita hanya akan membahas kemajuan teknis netral Kemajuan
teknis nonnetral sangat kompleks dan hanya dapat ditangani secara matematis dala teks pascasarjana

Dengan tingkat kemajuan teknis netral yang sama dalam produksi kedua komoditar, bas produksi negara
akan bergeser secara merata ke segala arah dengan laju yang sama dimana kema teknis terjadi. Ini
memiliki efek yang sama terhadap batas produksi negara seiring pertumbu faktor produksi yang
seimbang. Dengan demikian, kemiringan batas produksi lama dan baru tersebut (sebelum dan setelah
terjadi kemajuan teknis) akan sama pada setiap perpotongan denga garis yang ditarik dari titik asal

Misalnya, produktivitas L dan K berlipat ganda dalam produksi komoditas X dan komodit Y di Negara I
dan skala hasil konstan berlaku dalam produksi kedua komoditas. Grafik untuk kemajuan teknis identik
dengan panel kiri Gambar 7.1, di mana pasokan dari L dan Ke berlipat ganda sehingga grafik tidak
disajikan lagi di sini.

Gambar 7.3 menunjukkan batas produksi Negara I sebelum kemajuan teknis dan se produktivitas L dan K
berlipat ganda dalam produksi komoditas X saja, atau dalam produks komoditas Y saja (batas produksi
dengan garis putus-putus), Ketika produktivitas L dan K berlipat ganda dalam produksi komoditas X saja,
output dari

berlipat ganda untuk setiap tingkat output komoditas Y. Misalnya, pada output yang tidak berubah dari
60%, output dari komoditas X naik dari 50X sebelum kemajuan teknis menjadi 100X sesudahnya

(titik A dan A, masing-masing, dalam gambar). Demikian pula, pada output yang tidak berubah dari 20Y,
output komoditas X meningkat dari 130X menjadi 260X (titik B dan B). Ketika semua sumber daya
Negara 1 digunakan dalam produksi komoditas X, output dari X juga berlipat ganda (dari 140X menjadi
280X). Perhatikan bahwa output dari komoditas Y tetap tidak berubah pada 70% jika semua sumber
daya negara digunakan dalam produksi komoditas Y tetapi kemajuan teknis hanya terjadi dalam
produksi komoditas X saja.

140

70

60

20

50

100

140

280 280

GAMBAR 7.3. Kemajuan Teknis Netral. Gambar ini menunjukkan batas produksi Negara 1 sebelum
kemajuan teknis dan setelah produktivitas L dan X berlipat ganda dalam produksi komoditas X saja, atau
dalam produksi komoditas Y saja (garis batas produksi yang putus-putus). Perhatikan bahwa jika Negara
1 menggunakan semua sumber dayanya dalam produksi komoditas di mana produktivitas dan K berlipat
ganda, output dari komoditas juga berlipat ganda. Di sisi lain, jika Negara 1 menggunakan semua sumber
dayanya dalam produksi komoditas di mana tidak ada kemajuan teknis, output dari komoditas tetap
tidak berubah.

Penalaran analog menjelaskan pergeseran batas produksi ketika produktivitas L dan Kberlipat ganda
hanya dalam produksi komoditas Y (garis batas produksi putus-putus pada Gambar 7.3). Para mahasiswa
harus hati-hati memeriksa perbedaan antara Gambar 7.3 dan panel kanan Gambar 7.1. Akhirnya, harus
ditekankan bahwa, dengan tidak adanya perdagangan, semua jenis kemajuan teknis cenderung
meningkatkan kesejahteraan negara. Alasannya adalah bahwa dengan batas produksi yang lebih tinggi
dan L dan jumlah penduduk yang sama, setiap warga negara bisa dibuat lebih baik setelah terjadi
pertumbuhan daripada sebelumnya melalui kebijakan redistribusi yang tepat. Pertanyaan tentang
pengaruh pertumbuhan perdagangan dan kesejahteraan akan dieksplorasi

dalam sisa bab ini. Studi Kasus 7-1 dan 7-2 membahas perubahan dari waktu ke waktu pada faktor
produksi bawaan relatif di berbagai negara dan wilayah.

7.4 Pertumbuhan dan Perdagangan: Kasus Negara Kecil

Kita sekarang akan memulai pembahasan mengenai dua bagian sebelumnya dan menganalisis pengaruh
pertumbuhan terhadap produksi, konsumsi, perdagangan, dan kesejahteraan ketika negara yang
dianalisis terlalu kecil untuk memengaruhi harga komoditas relatif di mana ia terlibat perdagangan
(sehingga nilai tukar negara tersebut tetap konstan). Dalam Bagian 7.4A. kita membahas pertumbuhan
secara umum dan mendefinisikan properdagangan, antiperdagangan, serta konsumsi dan produksi
netral. Dengan menggunakan definisi tersebut, kita menggambarkan efek dari satu jenis pertumbuhan
faktor produksi di Bagian 7.48 dan menganalisis pengaruh kemajuan teknis

202

Ekonomi Internasion

Bab 7 Pertumb
dalam Bagian 7.4C. Bagian 7.5 kemudian membahas kasus yang lebih realistis di mana suatu nega
mampu memengaruhi harga komoditas relatif dengan perdagangan.

7.4A Pengaruh Pertumbuhan terhadap Perdagangan

Kita telah melihat sejauh ini bahwa pertumbuhan faktor produksi dan kemajuan teknis punys pengaruh
dalam pergeseran batas produksi suatu negara. Apa yang terjadi dengan volume diimpor suatu negara
tumbuh dan pada pola konsumsi negara seiring pendapatan nasionale

Jika output dari komoditas ekspor negara itu tumbuh secara proporsional lebih dari output dari
komoditas yang diimpor pada kondisi harga komoditas relatif konstan, pertumbuhan cenderung sebagai
properdagangan (protrade). Jika tidak, maka disebut antiperdagangan (antitrade) atau metal (neutral).
Peningkatan output memiliki efek perdagangan netral jika itu mengarah ke tingkat yang sama dengan
peningkatan perdagangan. Di sisi lain, jika konsumsi suatu negara terhadap komoditas yang diimpor
meningkat secara proporsional lebih dari konsumsi komoditas yang diekspor negara yada harga konstan,
efek konsumsi cenderung mengarah ke ekspansi yang lebih besar dari proporsional perdagangan n dan
dikatakan properdagangan. Jika tidak, ekspansi konsumsi dikatakan antiperdagangan atau netral,

Dengan demikian, produksi dan konsumsi dapat dikatakan properdagangan (jika mereka menyebabkan
peningkatan lebih besar dari peningkatan proporsional dalam perdagangan pada harga komoditas relatif
konstan), antiperdagangan, atau netral. Produksi dikatakan properdagangan jika output dari komoditas
yang dapat diekspor negara itu meningkat secara proporsional lebih dari output komoditas yang
diimpornya. Konsumsi dikatakan properdagangan jika konsumsi negara terhadap komoditas yang
diimpor meningkat secara proporsional lebih dari konsumsi komoditas yang diekspor negara tersebut.

Apa yang sebenarnya terjadi pada volume perdagangan dalam proses pertumbuhan tergantung pada
hasil bersih dari efek produksi dan konsumsi. Jika kedua produksi dan konsumsi dikataka sebagai
properdagangan, volume perdagangan meningkat lebih cepat secara proporsional dari output. lika baik
produksi maupun konsumsi antiperdagangan, volume perdagangan meningkat proporsional kurang dari
output dan bahkan mungkin menurun. Jika produksi properdagangan dan konsumsi antiperdagangan
atau sebaliknya, apa yang terjadi pada volume perdagangan tergantung pada dari dua kekuatan yang
bertentangan. Dalam kondisi yang jarang terjadi di mana produksi dan konsumsi dikatakan netral,
perdagangan meningkat pada tingkat yang sama dengan output.
Karena pertumbuhan dapat dihasilkan dari berbagai jenis dan tingkat pertumbuhan faktor produksi dan
kemajuan teknis, serta produksi dan konsumsi dapat dikatakan sebagai properdaganga
antiperdagangan, atau netral, pengaruh pertumbuhan terhadap perdagangan dan kesejahteraan akan
bervariasi dari kasus ke kasus. Dengan demikian, pendekatan yang digunakan harus bersifat
pengklasifikasian (misalnya, dalam bentuk "jika hal ini terjadi, ini adalah hasilnya"). Sebagai hasilnya
yang bisa kita lakukan hanya memberikan beberapa contoh dan menunjukkan kekuatan yang haru
dianalisis untuk menentukan apa yang mungkin terjadi dalam situasi tertentu.

7.4B Ilustrasi Pertumbuhan Faktor Produksi, Perdagangan, dan Kesejahteraan

Panel atas Gambar 7.4 mereproduksi Gambar 7.2, yang menunjukkan bahwa L berlipat ganda di Negara
1 dan nilai tukar Negara 1 tidak berubah dengan pertumbuhan dan perdagangan Artiny sebelum
pertumbuhan, Negara 1 memproduksi pada titik B, memperdagangkan 60X untuk 601

203

pada P, 1. dan mencapai kurva indiferent (seperti dalam bab-bab sebelumnya), Ketika L berlipat ganda di
Negara 1, batas produkti bergeser ke arah kanan seperti yang dijelaskan dalam memproduksi pada titik
M, di mana batas produksi baru bersinggungan dengan P titik M, Negara 1 menghasilkan lebih dari dua
kali lebih banyak komoditas X dari pada tik 3, a komoditas Y berkurang, sebagaimana didalikan oleh
teorema Rybczynski. Pada P, P,- 1. Negara I memperdagangkan 150X untuk 150Y dan mengonsumsi di
titik Z pada kurva indiferen VII.

Karena output komoditas X (komoditas ekspor Negara 1) meningkat, sedangkan output komoditas Y
menurun, pertumbuhan output dikatakan properdagangan. Demikian pula, karena konsumsi komoditas
y (komoditas yang diimpor Negara 1) meningkat secara proporsional lebih dari konsumsi komoditas X
(yaitu titik Z adalah di sebelah kiri garis dari titik asal melalui titik E), pertumbuhan konsumsi juga

210

160
Pg=1

10

70

120 130

220

Negara 1

270

Pus Pant

150

60

150

GAMBAR 7.4. Pertumbuhan Faktor Produksi dan Perdagangan: Kasus Negara Kecil. Panel atas
menunjukkan bahwa setelah L berlipat ganda, Negara 1 memperdagangkan 150X untuk 150Y pada P
P1 dan mencapai kurva indiferen VII. Karena konsumsi kedua X dan Y meningkat seiring dengan
pertumbuhan, kedua komoditas merupakan barang normal. Karena L berlipat ganda tetapi konsumsi
kurang dari dua kali lipat (bandingkan titik Z dengan titik E), kesejahteraan sosial Negara 1 menurun.
Panel bawah menunjukkan bahwa dengan adanya perdagangan bebas sebelum pertumbuhan, Negara 1
memperdagangkan 60X untuk 60Y pada P/P, P,= 1. Dengan adanya perdagangan bebas setelah terjadi
pertumbuhan, Negara 1 memperdagangkan 150X untuk 150Y pada P/P, = P,= 1.

204

dikatakan properdagangan. Dengan produksi dan konsumsi yang bersifat properdagangan, volume
perdagangan meningkat secara proporsional lebih dari output komoditas X. Perhatikan bahwa dengan
pertumbuhan dan perdagangan, batas konsumsi Negara 1 dinyatakan oleh garis lurus P yang
bersinggungan dengan batas produksi yang baru pada titik M. Fakta bahwa

konsumsi kedua komoditas meningkat dengan adanya pertumbuhan dan perdagangan menandakan

kedua komoditas adalah barang normal (normal goods). Hanya jika komoditas Y merupakan barang
inferior (inferior goods), maka Negara 1 akan mengonsumsi Y dalam jumlah absolut lebih kecil (yaitu
pada sebelah kanan dan bawah titik E pada garis P). Demikian pula, Negara 1 akan mengonsumsi
komoditas dalam jumlah absolut yang lebih kecil (yaitu ke titik kiri dan atas ) hanya jika komoditas X
merupakan barang inferior. Panel bawah Gambar 7.4 menggunakan kurva penawaran ekspor untuk
menunjukkan

pertumbuhan perdagangan yang sama untuk Negara I pada nilai tukar yang konstan. Artinya, dengan
adanya perdagangan bebas sebelum terjadinya pertumbuhan, Negara 1 memperdagangkan 60Xuntak
60Y pada PJP, P, 1. Dengan adanya perdagangan bebas setelah terjadi pertumbuhan, Negara
memperdagangkan 150X untuk 150Y pada P/P, = P = P, 1. Garis lurus yang menunjukkan nilai tukar yang
konstan juga merupakan segmen garis lurus kurva penawaran ekspor negara 2 (atau seluruh dunia). Hal
ini karena Negara 1 sangat kecil, sehingga kurva penawaran ekspornya, sebelum dan setelah
pertumbuhan, memotong segmen garis lurus kurva penawaran ekspor negara 2 (negara-negara besar)
dan tukar tetap konstan.

Perhatikan bahwa Negara I dalam keadaan yang lebih buruk setelah terjadinya pertumbuhan karena
tenaga kerja (dan populasi) berlipat ganda sementara konsumsi total kurang dari dua kali lipat
(bandingkan titik Z dengan 120X dan 160Y setelah terjadi pertumbuhan dengan titik E dengan 70X dan
50Y sebelum terjadinya pertumbuhan). Dengan demikian, konsumsi dan kesejahteraan Negara I
merupakan "perwakilan" penurunan warga sebagai akibat dari jenis pertumbuhan ini. Yang mewakili
warga negara adalah mereka dengan selera yang identik dan pola konsumsi dari negara secara
keseluruhan tapi dengan jumlah yang diperkecil dari jumlah total warga di negara tersebut.

7.4C Kemajuan Teknis, Perdagangan, dan Kesejahteraan

Kita telah melihat dalam Bagian 7.38 bahwa kemajuan teknis netral pada tingkat yang sama dalam
produksi kedua komoditas mengarah ke ekspansi proporsional dalam output dari kedua komoditas pada
harga komoditas relatif yang konstan. Jika konsumsi setiap komoditas juga meningkat secara
proporsional di negara ini, volume perdagangan akan meningkat pada laju yang sama dengan nilai tukar
yang konstan. Artinya, ekspansi netral untuk produksi dan konsumsi mengarah ke tingkat yang sama
dengan ekspansi perdagangan. Dengan produksi yang bersifat netral dan konsumsi yang bersifat
properdagangan, volume perdagangan akan berkembang secara proporsional lebih dari produksi.
Dengan produksi netral dan konsumsi antiperdagangan, volume perdagangan akan secara proporsional
kurang dari produksi. Namun, terlepas dari apa yang terjadi pada volume perdagangan, kesejahteraan
populasi konstan serta nilai tukaran yang mewakili warga negara akan meningkat dengan L dan

Kemajuan teknis netral yang terjadi hanya dalam produksi komoditas yang dapat diekspor merupakan
properdagangan. Misalnya, jika kemajuan teknis netral terjadi hanya dalam produksi komoditas X di
Negara 1, batas produksi Negara 1 akan membesar hanya sepanjang sumbu X, seperti yang ditunju pada
Gambar 7.3. Pada nilai tukar konstan, output komoditas X Negara 1 akan meningkat bahkan lebih dari
pada yang diperlihatkan pada Gambar 7.4, sedangkan output komoditas Y menurun (sepert pada
Gambar 74). Negara 1 akan mencapai kurva indiferen yang lebih tinggi dari VII dan volume perdagangan
akan berkembang bahkan lebih dari pada Gambar 7.4. Yang terpenting adalah bahwa dengan populasi
dan angkatan kerja konstan, kesejahteraan yang mewakili warga negara sekarang meningkat (sebagai
lawan kasus di mana hanya L yang tumbuh di Gambar 74).

Di sisi lain, kemajuan teknis netral hanya dalam produksi komoditas Y (komoditas yang diimpor)
merupakan antiperdagangan, dan batas produksi Negara I akan membesar hanya sepanjang sumbu Y
(batas produksi yang berupa garis putus-putus pada Gambar 7.3). Jika nilai tukar, selera, dan populasi
juga tetap tidak berubah, volume perdagangan cenderung menurun, tetapi eningkatkan kesejahteraan
nasional. Hal ini mirip dengan pertumbuhan Khanya dalam Negara 1 dan akan dibahas di Bagian 7.5C.
Kasus di mana perubahan teknis netral terjadi pada tingkat yang berbeda dalam dua komoditas dapat
menyebabkan kenaikan atau penurunan volume perdagangan, tetapi selalu akan meningkatkan
kesejahteraan. Hal yang sama umumnya berlaku untuk kemajuan teknis nonnetral. Dengan demikian,
kemajuan teknis, tergantung pada jenis, dapat meningkatkan atau menurunkan perdagangan tapi selalu
akan meningkatkan kesejahteraan sosial di negara kecil. Studi Kasus 7-3 meneliti pertumbuhan
produktivitas tenaga kerja yang disebabkan akumulasi modal dan perubahan teknologi dalam kelompok
negara maju dan berkembang terpilih.

206

7.5 Pertumbuhan dan Perdagangan: Kasus Negara Besar

Kita sekarang akan mulai membahas Bagian 7.4 untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan terhadap
produksi, konsumsi, perdagangan, dan kesejahteraan negara yang cukup besar unt memengaruhi harga
komoditas relatif di mana ia terlibat perdagangan (sehingga nilai tukar negara tersebut mengalami
perubahan). Dalam Bagian 7.5A, kita menguji pengaruh pertumbuha terhadap nilai tukar dan
kesejahteraan suatu negara. Dalam Bagian 7.5B, kita membahas kasus di mana pertumbuhan, dengan
sendirinya, dapat meningkatkan kesejahteraan negara, tetapi menyebabkan nilai tukar memburuk
begitu banyak, sehingga membuat negara menjadi lebih buruk setelah terjadi pertumbuhan daripada
sebelumnya. Akhirnya, dalam Bagian 7.5C, kita meneliti kasus di mana pertumbuhan menyebabkan
peningkatan dalam hal perdagangan dan kesejahteraan suatu negara.

7.5A Pertumbuhan serta Nilai Tukar dan Kesejahteraan Suatu Negara

Jika pertumbuhan, terlepas dari sumber atau jenisnya, meningkatkan volume perdagangan negara pada
kondisi harga konstan, nilai tukar suatu negara akan cenderung memburuk. Di sisi lain, ja pertumbuhan
mengurangi volume perdagangan suatu negara pada kondisi harga konstan, nilai tukar suatu negara
akan cenderung membaik. Hal ini disebut sebagai efek nilai tukar (terms of trade effect) dari
pertumbuhan.

Pengaruh pertumbuhan terhadap kesejahteraan suatu negara tergantung pada selisih dari efek nilai
tukar dan efek kesejahteraan. Efek kesejahteraan (wealth effect) mengacu pada perubahan output per
tenaga kerja atau per orang sebagai hasil dari pertumbuhan. Efek kesejahteraan yang a sendirinya,
cenderung meningkatkan kesejahteraan negara. Jika tidak, kesejahteraan positif, dengan s negara
cenderung menurun atau tetap tidak berubah. Jika efek kesejahteraan adalah positif dan nilai tukar
suatu negara meningkat sebagai hasil dari pertumbuhan dan perdagangan, kesejahteraan negara pasti
akan n meningkat. Jika keduanya tidak meningkat, kesejahteraan negara pasti akan menurun. Jika efek
kesejahteraan dan efek nilai tukar bergerak dalam arah yang berlawanan, kesejahteraan negara dapat t
memburuk, meningkat, atau tetap tidak berubah tergantung pada kekuatan relatif dari dua kekuatan
yang bertentangan.

Misalnya, jika hanya L yang berlipat ganda di Negara 1, efek kekayaan, dengan sendirinya. cenderung
mengurangi kesejahteraan Negara 1 itu. Ini adalah kasus yang ditunjukkan pada Gambar 7.4. Selain itu,
karena jenis ini cenderung untuk meningkatkan pertumbuhan volume perdagangan Negara I pada P, P,
1, nilai tukar Negara 1 juga cenderung menurun. Dengan demikian, kesejahteraan Negara I akan
menurun dikarenakan kedua alasan tersebut. Kasus ini dilustrasikas dalam Gambar 7.5.

Gambar 7.5 identik dengan Gambar 7.4, kecuali bahwa sekarang Negara I dianggap cukup besar untuk
memengaruhi harga komoditas relatif. Dengan nilai tukar memburuk dari P = P,= 1 ke P 1/2 dengan
pertumbuhan dan perdagangan, Negara 1 memproduksi pada titik N, memperdagangkan 140X untuk
70Y dengan Negara 2, dan mengonsumsi pada titik T pada kurva indiferen IV (lihat panel atas). Karena
kesejahteraan Negara 1 menurun (yaitu efek kesejahteraan negatif), bahkan ketika itu terlalu kecil untuk
memengaruhi nilai tukar, dan sekarang nilai tukar mereka juga telah memburuk, kesejahteraan Negara 1
semakin menurun. Hal ini tercermin dalam kurva indiferen IV yang lebih rendah dari kurva indiferen VII.

GAMBAR 7.5. Pertumbuhan dan Perdagangan: Kasus Negara Besar. Gambar 7.5 identik dengan Gambar
7.4, kecuali bahwa sekarang Negara 1 dianggap cukup besar untuk memengaruhi nilai tukar. Dengan
nilai tukar memburuk dari PP,= 1 ke P = 1/2 dengan adanya pertumbuhan dan perdagangan, Negara 1
memproduksi pada titik N, memperdagangkan 140X untuk 70Y dengan Negara 2, dan mengonsumsi
pada titik T pada kurva indiferen IV (lihat bagian atas panel). Karena kurva indiferen IV lebih rendah dari
VII, kesejahteraan negara semakin menurun sekarang. Panel bawah menunjukkan dengan kurva
penawaran ekspor efek dari pertumbuhan jenis ini terhadap volume dan nilai tukar saat Negara 1 tidak
punya pengaruh terhadap nilai tukar dan ketika Negara 1 mempunyai pengaruh.

7.5B Pertumbuhan Immiserizing

Bahkan, walaupun efek kekayaan, dengan sendirinya, cenderung meningkatkan kesejahteraan negara,
nilai tukar mungkin memburuk sebegitu banyaknya sehingga menyebabkan penurunan dalam
kesejahteraan negara. Kasus ini disebut pertumbuhan immiserizing (immiserizing growth), pertama kali
diperkenalkan oleh Jagdish Bhagwati dan dillustrasikan dalam Gambar 7.6.

Gambar 7.6 merupakan reproduksi dari Gambar 7.3, batas produksi Negara 1 sebelum dan sesudah
terjadi kemajuan teknis yang bersifat netral menyebabkan produktivitas L dan K berlipat ganda dalam
produksi komoditas X saja. Efek kekayaan, dengan sendirinya, akan meningkatkan kesejahteraan Negara
1 dalam kondisi harga konstan karena output Negara 1 meningkat sementara

tenaga kerjanya (L) dan populasi tetap konstan. Namun, karena jenis kemajuan teknis ini cenderung
untuk meningkatkan volume perdagangan, nilai tukar Negara I cenderung memburuk. Dengan
penurunan drastis dalam nilai tukar, misalnya, dari P, ke P 1/5, Negara 1 akan berproduksi di titik G,
mengekspor 100X dan hanya mengimpor 20Y, dan mengonsumsi di titik G pada kurs indiferen II (yang
lebih rendah dari kurva indiferen III, yang dicapai Negara I dengan perdagangan bebas sebelum terjadi
pertumbuhan).

Pertumbuhan immiserizing lebih mungkin terjadi pada saat Negara 1: (a) pertumbuhan cenderung
meningkatkan secara substansial ekspor Negara 1 pada nilai tukar konstan; (b) Negara 1 begitu besar,
sehingga upaya untuk memperluas ekspor secara substansial akan menyebabkan kemerosotan dalam
hal perdagangannya; (c) elastisitas pendapatan negara 2 (atau seluruh dunia) memiliki permintaan
ekspor Negara I sangat rendah, sehingga nilai tukar Negara 1 akan memburuk secara substansial dan (d)
negara 1 begitu sangat tergantung pada perdagangan di mana penurunan substansial dalam nilai tukar
akan mengakibatkan penurunan kesejahteraan nasional.

50

Pe=

60 70

130 140 160

280

GAMBAR 7.6. Pertumbuhan Immiserizing. Gambar ini merupakan reproduksi dari Gambar 7.3, batas

produksi Negara 1 sebelum dan sesudah kemajuan teknis netral meningkatkan produktivitas L dan K
dalam produksi komoditas X saja. Dengan jenis kemajuan teknis ini, efek kekayaan, dengan sendirinya,
akan meningkatkan kesejahteraan negara 1. Namun, nilai tukar Negara 1 akan memburuk drastis dari P,
1 ke P=1/5, sehingga Negara 1 akan berproduksi di titik C, mengekspor 100X dan hanya mengimpor 20Y,
dan mengonsumsi di titik G pada kurva indiferen II (yang lebih rendah dari kurva indiferen II yang dicapai
Negara dengan perdagangan bebas sebelum terjadinya pertumbuhan).

Pertumbuhan immiserizing tidak lazim di dunia nyata. Ketika hal itu terjadi, itu lebih mungkin terjadi di
negara-negara berkembang daripada di negara-negara maju. Meskipun nilai tukar negara negara
berkembang tampaknya telah memburuk dari waktu ke waktu, peningkatan produksi memiliki nilai lebih
besar daripada penurunan ini, dan tampak dalam pendapatan per kapita rill dan kesejahteraan mereka
yang umumnya meningkat. Bahkan, pendapatan per kapita riil akan meningkat jauh lebih cepat jika
populasi penduduk negara-negara berkembang tidak tumbuh begitu pesat dalam beberapa dekade
terakhir. Pertanyaan-pertanyaan ini dan banyak lagi yang lain akan sepenuhnya dibahas dalam Bab 11,
yang berkaitan dengan perdagangan internasional pembangunan ekonomi.

7.5C Hlustrasi Pertumbuhan Bermanfaat dan Perdagangan

Kita sekarang akan membahas kasus di mana hanya K (faktor produksi yang langka di Negara 1) yang
berlipat ganda di Negara 1, sehingga efek kesejahteraan, dengan sendirinya, cenderung meningkatkan
kesejahteraan negara. Hasilnya akan sangat mirip dengan kemajuan teknis netral dalam produksi
komoditas Y saja (komoditas padat K) di Negara 1. Karena jenis ini cenderung mengurangi pertumbuhan

volume perdagangan dalam kondisi harga konstan, nilai tukar Negara 1 cenderung membaik Baik dari
sisi kesejahteraan maupun efek perdagangan menjadi menguntungkan, maka kesejahteraan negara 1
pasti membaik. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 7.7. Panel atas pada gambar tersebut menunjukkan
batas produksi Negara 1 sebelum dan setelah

terjadi pertumbuhan berlipat ganda hanya pada K (batas produksi putus-putus dari panel kanan Gambar
7.1). Pada harga komoditas relatif konstan P,-1. Negara 1 akan menghasilkan 110X dan 105Y (titik R di
panel atas), memperdagangkan 15X untuk ditukar dengan 15Y dengan Negara 2, dan mengonsumsi di
titik U pada kurva indiferen V. Dengan jumlah penduduk dan L yang tidak berubah, jenis pertumbuhan
ini akan meningkatkan kesejahteraan Negara 1.

Selain itu, karena ada penurunan volume perdagangan Negara 1 pada kondisi harga konstan (dari
perdagangan bebas tapi situasi sebelum pertumbuhan berada pada titik E), nilai tukar Negara 1
130 120 105 90 80H

95 110 130

100 120

Ps=2

Negara 1

Pg=2

Negara 1

70

150

P P1

Negara 2

50 40 30

20
10

10 20 30 40 50 60

GAMBAR 7.7. Pertumbuhan yang Meningkatkan Nilai tukar dan Kesejahteraan Negara 1. Jika K (faktor
langka di Negara 1) berlipat ganda di Negara 1, produksi akan berlangsung di titik R dengan nilai tukar
yang tidak berubah dimana P, P,= 1 (lihat panel atas). Negara 1 akan memperdagangkan 15X untuk 15Y
dengan Negara 2 dan mengonsumsi di titik U pada kurva indiferen V. Namun, jika Negara 1 merupakan
negara yang besar, nilai tukar mereka akan meningkat karena mereka bersedia untuk mengekspor lebih
sedikit X pada P, P, 1. Pada P, 2, Negara 1 memproduksi pada titik S, mempedagangkan 20X untuk 40Y
dengan Negara 2, dan mengonsumsi di titik W pada kurva indiferen . Kesejahteraan Negara 1 akan
meningkat karena kedua efek nilai tukar dan kesejahteraan yang menguntungkan. Panel bawah
menunjukkan dengan menggunakan kurva penawaran ekspor efek dari jenis pertumbuhan ini pada
volume dan nilai tukar saat Negara 1 tidak dan dapat memengaruhi nilai tukar. Bandingkan ini dengan
Gambar 7.5.

juga meningkat, dari P, = P, = 1 menjadi P, 2. Pada P, = 2, Negara I menghasilkan 120X dan 90 pada titik
S, memperdagangkan 20X untuk 40Y, dan mengonsumsi di titik W pada kurva indiferen VI. Dengan
demikian, kesejahteraan Negara I meningkat karena efek dari kesejahteraan dan nilai tukar.

Panel bawah Gambar 7.7 menunjukkan dengan menggunakan kurva penawaran ekspor efek dari jenis
pertumbuhan ini terhadap volume dan nilai tukar saat Negara 1 tidak dan dapat memengaruhi nilai
tukar. Pembaca harus hati-hati membandingkan Gambar 7.7, di mana efek kesejahteraan dan nilai tukar
yang menguntungkan (sehingga kesejahteraan negara 1 meningkat untuk kedua alasan tersebut),
dengan Gambar 7.5, di mana kedua efek kurang mendukung dan terjadi penurunan kesejahteraan di
Negara 1 dikarenakan kedua alasan. Studi Kasus 7-4 meneliti bagaimana pertumbuhan dan perdagangan
cenderung mengarah pada munculnya raksasa ekonomi baru di masa depan.

7.6 Pertumbuhan, Perubahan Selera, dan Perdagangan di Kedua Negara

Sampai sekarang, kita telah mengasumsikan bahwa pertumbuhan terjadi hanya pada Negara 1.
Akibatnya, hanya batas produksi dan kurva penawaran ekspor Negara 1 yang bergeser. Kita sekarang
memperluas analisis untuk menggabungkan pertumbuhan di kedua negara. Ketika ini terjadi, batas
produksi dan kurva penawaran ekspor kedua negara bergeser. Kita sekarang akan menggunakan kurva
penawaran ekspor untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan dan perubahan selera di kedua negara.

7.6A Pertumbuhan dan Perdagangan Kedua Negara

Gambar 7.8 menunjukkan efek pada volume dan nilai tukar dari berbagai jenis pertumbuhan di salah
satu atau kedua negara. Kita berasumsi bahwa kedua negara yang terlibat merupakan negara yang
besar. Kurva penawaran ekspor berlabel "1" dan "2" adalah kurva penawaran ekspor awal (sebelum
terjadi pertumbuhan) untuk masing-masing Negara 1 dan 2. Kurva penawaran ekspor "1" dan "2** dan
kurva penawaran ekspor "1" dan "2" adalah kurva penawaran ekspor masing-masing untuk Negara 1
dan Negara 2 dengan berbagai jenis pertumbuhan. Sebuah garis harga komoditas relatif tidak ditarik
melalui setiap titik ekuilibrium agar tidak mengacaukan gambar. Namun, nilai tukar Negara 1 (yaitu, P/P)
pada setiap titik ekuilibrium diperoleh dengan dibaginya jumlah komoditas Y oleh jumlah komoditas X
yang diperdagangkan pada saat itu. Nilai tukar Negara 2 pada titik ekuilibrium yang sama maka dari itu
hanyalah kebalikan atau timbal-balik dari nilai tukar Negara 1.

Dengan kurva penawaran ekspor awal 1 dan 2 sebelum adanya pertumbuhan, Negara 1
memperdagangkan 60X untuk 60Y dengan Negara 2 pada P, = 1 (lihat titik ekuilibrium E). Jika L berlipat
ganda di Negara 1 (seperti pada Gambar 7.5), kurva penawaran ekspornya berputar searah jarum jam
dari 1 ke 1 dan Negara 1 akan mengekspor 140X untuk ditukar dengan 70Y (titik E). Dalam hal ini, nilai
tukar Negara I menurun ke P.JP, 70Y/140X 1/2 dan nilai tukar di Negara 2 meningkat ke P/P = 2.

Jika pertumbuhan hanya terjadi di Negara 2 dan kurva penawaran ekspornya berputar berlawanan arah
dengan jarum jam dari 2 ke 2, kita mendapatkan titik ekuilibrium E,. Hal ini dihasilkan, misalnya, dari K
yang berlipat ganda (faktor produksi yang berlimpah) di Negara 2. Pada E, Negara 2 memperdagangkan
140Y untuk 70X dengan Negara 1, dengan demikian, nilai tukar Negara 2 turun menjadi P/P, 1/2, dan
nilai tukar Negara 1 meningkat ke P/P, = 2. Dengan pertumbuhan di kedua negara dan dengan kurva
penawaran ekspor 1 dan 2", kita mendapatkan titik ekuilibrium E, Volume perdagangan meningkat
hingga 140X untuk 140Y, tetapi nilal tukar tetap bernilai 1 di kedua negara.

Di sisi lain, jika K berlipat ganda di Negara I (seperti pada Gambar 7.7), kurva penawaran ekspornya akan
berputar berlawanan arah dengan jarum jam dari 1 ke 1' dan memberikan titik ekuilibrium E, Negara I
akan memperdagangkan 20X untuk 40Y dengan Negara 2, sehingga nilai tukar Negara 1 akan meningat
menjadi 2 dan nilai tukar Negara 2 menurun menjadi 1/2, Jika yang terjadi adalah sebaliknya, di mana
hanya tenaga kerja Negara 2 yang tumbuh sedemikian rupa,
GAMBAR 7.8. Pertumbuhan dan Perdagangan di Kedua Negara, Jika L (faktor produksi yang berlimpah di
Negara 1) berlipat ganda di Negara 1, kurva penawaran ekspornya berputar dari 1 ke 1", memberikan
keseimbangan E, dengan volume yang lebih besar, tetapi nilai tukar yang lebih rendah untuk Negara 1.
1. Jika K (faktor yang melimpah di Negara 2) meningkat di Negara 2 dan kurva penawaran ekspornya
berputar dari 2 ke 2*, ekuilibrium terjadi pada E, dengan volume yang lebih besar tetapi dengan nilai
tukar yang lebih rendah untuk Negara 2. Jika sebaliknya, K menjadi berlipat ganda di Negara 1, kurva
penawaran ekspornya berputar ke 1, dengan penurunan volume, tetapi terjadi peningkatan nilai tukar di
Negara 1. Jika L mengalami peningkatan di Negara 2 dan kurva penawaran ekspornya berputar ke 2,
ekuilibrium terjadi pada E, dengan penurunan volume, tetapi peningkatan nilai tukar Negara 2. Jika
kedua kurva penawaran ekspor bergeser ke 1'dan 2, volume perdagangan akan semakin turun (lihat E)
dan nilai tukar kedua negara tetap tidak berubah.

sehingga kurva penawaran ekspornya berputar searah jarum jam ke 2, kita mendapatkan titik
ekuilibrium di E, Hal ini dapat mengakibatkan, misalnya, berlipatgandanya L (faktor yang langka) Negara
2 Negara 2 kemudian akan memperdagangkan 20Y untuk 40X dengan Negara 1, dan nilai tukar Negara 2
akan meningkat menjadi 2, sementara nilai tukar Negara 1 akan turun menjadi 1/2. Jika pertumbuhan
terjadi di kedua negara sedemikian rupa, sehingga kurva penawaran ekspor 1 berputar ke 1 dan kurva
penawaran ekspor 2 berputar ke 2, volume perdagangan hanya akan menjadi 15X untuk 15Y dan nilai
tukar kedua negara akan tetap tidak berubah dari nilai 1 (lihat titik ekuilibrium E).

Dengan pertumbuhan yang seimbang, atau kemajuan teknis netral dalam produksi kedua komoditas di
kedua negara, kurva penawaran ekspor kedua negara akan bergeser dan bergerak lebih dekat ke sumbu
yang mengukur komoditas ekspor negara. Dalam hal ini, volume perdagangan akan meningkat dan nilai
tukar dapat tetap tidak berubah atau meningkat untuk satu negara dan memburuk untuk yang lain,
tergantung pada bentuk (yaitu kelengkungan) dari kurva penawaran ekspor masing-masing negara dan
pada derajat dimana setiap kurva penawaran ekspor berputar

7.6B Perubahan Selera dan Perdagangan di Kedua Negara Melalui waktu, tidak hanya ekonomi yang
tumbuh tapi selera nasional juga cenderung berubah.

Sebagaimana telah kita lihat, pertumbuhan memengaruhi kurva penawaran ekspor suatu negara

melalui efek di mana pertumbuhan memengaruhi batas produksi suatu negara. Demikian pula,
perubahan selera memengaruhi kurva penawaran ekspor suatu negara melalui efek di mana perubahan
selera memengaruhi kurva indiferen suatu negara.
Jika keinginan Negara 1 untuk komoditas Y (komoditas ekspor Negara 2) meningkat, Negara I akan
bersedia untuk menawarkan lebih banyak komoditas X (komoditas ekspor Negara 1) untuk setiap unit
komoditas Y yang diimpor. Cara lain untuk menyatakan ini adalah Negara 1 akan bersedia menerima
kurang dari komoditas Y untuk jumlah tertentu komoditas X yang diekspor. Hal ini akan menyebabkan
kurva penawaran ekspor Negara 1 memutar searah jarum jam, katakanlah dari 1 ke pada Gambar 7.8,
menyebabkan peningkatan volume perdagangan, tetapi penurunan dalam nilai

tukar Negara Negara 1. Di sisi lain, jika selera Negara 2 untuk komoditas X mengalami peningkatan,
kurva penawaran ekspornya akan memutar berlawanan arah dengan jarum jam, katakanlah dari 2 ke 2",
meningkatkan volume perdagangan, tetapi mengurangi nilai tukar Negara 2. Jika selera berubah dalam
arah yang berlawanan, kurva penawaran ekspor akan memutar ke arah yang berlawanan. Jika selera
berubah di kedua negara, kedua kurva penawaran ekspor akan berputar. Apa yang terjadi dengan
volume i tukar perdagangan dan nilai t negara, seperti dalam gantung pada jenis dan derajat perubahan
selera yang terjadi di setiap kasus

Untuk meringkas, kita dapat mengatakan bahwa dengan pertumbuhan dan/atau perubahan selera di
kedua negara, kurva penawaran ekspor kedua negara akan bergeser, mengubah volume dan/atau nilai
tukar kedua negara. Terlepas dari sumbernya, pergeseran kurva penawaran ekspor suatu negara
terhadap sumbu yang mengukur komoditas ekspor cenderung untuk meningkatkan perdagangan pada
kondisi harga konstan dan mengurangi nilai tukar suatu negara. Pergeseran berlawanan dari kurva
penawaran ekspor suatu negara cenderung mengurangi volume perdagangan pada kondisi harga
konstan dan meningkatkan nilai tukar suatu negara. Untuk pergeseran tertentu dalam kurva penawaran
eksparnya, nilai tukar suatu negara akan berubah semakin besar seiring semakin besar kelengkungan
kurva penawaran ekspor mitra dagang negara tersebut.

Studi Kasus 7-5 membahas perubahan keunggulan komparatif terungkap dari berbagai negara dan
region dari waktu ke waktu. Studi Kasus 7-6 kemudian membahas pertumbuhan output, perdagangan,
dan kesejahteraan kelompok G-7 yang terdiri atas negara-negara industri. (Pertumbuhan dan
perdagangan di negara-negara berkembang akan dibahas dalam Bab 11).

Anda mungkin juga menyukai