Majalah Macca Edisi 1 September 2021
Majalah Macca Edisi 1 September 2021
000
ISSN 2807 4308
Kurusumange’
A
Salam sehat selalu.
lhamdulillah, kita sewajarnya selalu bersyukur pada Allah,
Tuhan yang Maha Kuasa, sebab rahmat kesehatan senantiasa
dicurahkan, khususnya dalam menerbitkan Majalah Seni
Budaya MACCA ini. Saya kedepankan kata bersyukur dan kesehatan, sebab
saat majalah ini dipersiapkan, suasana Pandemi Covid-19 beserta varian
barunya, masih mengganas diberbagai kota dan daerah, termasuk di
Makassar yang memasuki PPKM Level-4.
Keberanian sahabat Goenawan Monoharto, M. Kiblat Said, Ahmadi
Haruna berserta kawan-kawan yang lain, untuk menerbitkan Majalah
Literasi, Seni, Budaya dan Pendidikan di tengah-tengah kondisi Seni
Budaya mengalami adaptasi baru seiring perubahan sosial karena Pandemi
Covid-19, saya sambut baik. Saya berikan dukungan sepenuhnya, sebab
penyajian berita, artikel dan berbagai bentuk materi muatan lainnya, akan
menjadi penyemangat bagi pemerhati hingga seniman dan budayawan
D
untuk merangkul sumber daya.
Di tengah kondisi inilah sekelompok seniman,
ari kota Wuhan, Tiongkok, Coronavirus
budayawan dan jurnalis di Sulawesi Selatan (Sulsel)
disease 2019 atau disebut juga COVID-19
menggagas lahirnya sebuah Majalah Seni, Budaya
muncul, menyebar ke berbagai
dan Literasi yang diberi nama MACCA (bahasa Bugis
belahan dunia, merenggut jutaan korban jiwa.
berarti pandai). MACCA adalah milik masyarakat yang
Sejak 11 Maret 2010, World Health Organization
berbudaya, media komunikasi, apresiasi, wadah berbagi
(WHO) menetapkannya sebagai pandemi karena
ilmu dan pengalaman, media dokumentatif serta media
penyebarannya cepat meluas.
untuk memenuhi kebutuhan pelaku seni, budaya dan
Begitu populernya kata Pandemi dalam
literasi dalam bentuk luring.
kehidupan masyarakat sehingga Badan Pengembangan
Majalan MACCA terbit setiap awal bulan, dulu
dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian
sejenisnya pernah terbit di era 1970-an dimotori Dewan
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menetapkan
Kesenian Makassar (DKM), bernama ESENSI. Majalah
‘pandemi’ sebagai Kata Tahun Ini (KTI) pada 2020 dan
kebudayaan ini hanya bisa terbit tiga edisi kemudian
menambah perbendaharaan kata dalam kamus.
mangkat. Sekitar 20 tahun kemudian terbit BKKNI
Pandemi bak hantu, pemerintah pusat dan
News yang diterbitkan oleh sejumlah seniman dibawah
daerah pun awalnya dibuat bingung, pohon, rumah,
lembaga BKKI Sulsel, sayang hanya bisa bertahan
kendaraan, jalanan disemprot cairan disinfektan
setahun dan juga ikut mati seiiring berhentinya dana
sterilisasi dan disinfeksi, seolah di situ ada mahluk yang
dari APBD Sulsel yang setop mengalir pada lembaga
melekat dan dikhawatirkan bertebaran kemana-mana.
kesenian tersebut.
Pandemi seolah mengubah peradaban,
Majalah MACCA diharapkan dapat tumbuh
kehidupan sosial bergeser, ekonomi krisis, kehidupan
mengikuti zaman, terbit rutin per awal bulan berjalan.
makin sulit, pekerja di rumahkan, bangku pendidikan
Mungkin dianggap mustahil disaat media online
ditinggal berdebu karena siswa belajar daring, protokol
menggempur. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
kesehatan bentukan pemerintah mengharuskan umat
sekitar 400 ribu media online di Indonesia, terdaftar
Islam shalat berjarak seperti sedang bermusuhan,
sekitar 40 ribu, jika dipresentasekan berarti hanya
aktifitas umat di gereja dan tempat ibadah lainnya
sekitar 10 persen. Luar biasa memang, semoga ini
pun dibatasi. Tempat makan dan pusat keramaian
bukan hoaks.
dirazia, masyarakat diminta rajin mencuci tangan,
Seorang seniman penggagas majalah ini
hingga ada warga yang menggerutu, ini pemerintah
mengIbaratkan Majalah MACCA seperti seekor nener,
kerjanya hanya menyuruh cuci tangan dan tidak pernah
dalam bahasa lokal disebut ikan Beseng-beseng kecil
mengajak makan.
dengan tubuh transparan dan penuh warna-warni
Ironisnya, pasangan yang mau menikah dan
di sebuah kolam atau danau besar yang kaya pakan,
terdeteksi positif covid-19 terpaksa harus akad nikah
berenang sendiri tanpa ada saingan. Di danau itu tentu
secara daring. Tak kalah aneh model salaman berubah
juga ada ikan besar, namun tak mau mengganggu
menggunakan siku atau kepalan tinju, jelas sangat
Beseng-beseng tersebut, dimakan pun tak asyik dan tak
bertolakbelakang dengan budaya. Tak sedikit orang
mengenyangkan, dia biarkan Beseng-beseng ini hidup
juga dicap angkuh lantaran tak saling mengenal akibat
dan tumbuh di habitatnya.
sebagian wajah tertutup masker, tak bermasker justru
Begitulah Majalah MACCA, diharap dapat
bermasalah.
berumur panjang sesuai dengan takdir dan kodratnya.
Lebih spesifik lagi, pandemi telah menyulap
Tentu saja tak lepas dari kemitraan dan kerja sama
panggung para seniman menjadi sepi, aktifitas tak
semua pihak, khususnya para simpatisan yang peduli
boleh berlangsung dengan kumpulan manusia,
atas kehadiran Majalah MACCA.
kreativitas yang sebelumnya menggebu-gebu
Selamat membaca. •
bak sudah dininabobokan keadaan, komunikasi
antarseniman pun berjarak, regenerasi tak menemukan
M. Kiblat Said
wadah, sementara pemerintah sebagai pembina seni
Sastra Sekretaris
SASTRA SABTU SORE RUANG PUBLIK SASTRA Voniasti Uba Ina Kleden
Yudhistira Sukatanya 29 Iklan dan Sirkulasi
Cerpen Dewi Ritayana
Kaki-Kaki Telanjang Tata Usaha
M. Amir Jaya 32 Yehezkiel Timpan
Esai
Redaksi menerima bantuan/hibah tulisan
Majalah Bobo dan Covid
ahmadi Haruna 38 dari penulis, kritikus seni dan siapa saja
yang berminat pada seni budaya, Literasi
dan Pendidikan. maksimal 1100 karakter,
Sastra Lisan
ditambah foto-foto penunjang.
Tafsir Kelong (Bagian 1)
Chaeruddin Hakim 39
KESENIAN TRADISIONAL
SULAWESI SELATAN
Kreativitas atau Apatis.
Berinovasi atau Mati?
Pandemi:
Mencari Visi Tradisi
Melintasi Generasi,
Memaknai Perubahan
Tari Pakarena
Model Nurlina Syahrir
Lokasi Stasiun Ikan Beba - Galesong - Takalar
Fotografer Goenawan Monoharto
Tahun 2021 (masa pandemi)
Ajiep Padindang
Pembina Sekolah Budaya Sulawesi Selatan, Pendiri
dan Pembina LAPAKKSS. Sedang menggagas
MUSEUM BUDAYA BUGIS. Mantan Anggota DPRD
Sulsel dan Kini Anggota DPD RI/MPR RI, periode
kedua, 2019 – 2024. Tinggal di Jakarta-Makassar.
K
atau mati?
utama, yakni sebelum masuknya agama-agama, tradisional sekitar abad XV - XVI, khususnya dan
terutama Agama Islam di Sulawesi Selatan yang dimulai sesungguhnya Kesenian Indonesia pada umumnya.
sekitar abad XVI atau XVII. Fase sebelum agama itu, Kesenian tradisional Bugis dan Makassar, sangat
Kesenian tradisional Sulawesi Selatan, bukan berarti dipengaruhi oleh Agama Islam, sebab memang ada
tidak mengandung nilai-nilai releigus sebab selalu bagian-bagian yang wajib menyesuaikan dengan syariat
dilandaskan kepada “Dewata Sewwae” (Tuhan yang Islam. Penyesuaian yang menyatu menjadi tradisi baru
Esa) atau pada kekuatan roh-roh leluhurnya. Dalam itu, secara awam sulit dikenali karena terjadi sinkritisme
pandangan animisme, Manusia Sulawesi Selatan itu secara mendalam.
tidak mati, melainkan hanya pindah alam dari alam
nyata ( dunia tengah) kealam tidak nyata ( dunia atas Bagaimana dengan Covid-19 di Sulsel?
atau bawa). Sebab dalam pandangan Budaya Sulawesi
Covid-19 beserta varian terbarunya, menyerang
Selatan, tatanan kehidupan terbagi tiga, yakni dunia
jiwa. Menusuk jantung. Hingga mempengaruhi prilaku
atas bagi dewa-dewa, roh-roh suci yang penolong,
dan sikap dalam kehidupan keseharian, hingga harus
sedang dunia tengah adalah wilayah kehidupan
dihadapi dengan Protokol Kesehatan yang populer
manusia (ale bola) dan dunia bawa, disebut sebagai
dengan 3 M kemudian menjadi 5 M, namun kunci
dunianya para binatang dan roh-roh jahat.
akhirnya pada peningkatan daya tahan tubuh (imun)
Tatanan sosial ketiga wilayah kehidupan dalam
menuju pembentukan ‘hard immunity’ yakni ketahanan
pandangan Budaya Sulawesi Selatan itu, berubah ketika
diri secara bersama dalam suatu komunitas hingga
agama-agama, khususnya Islam, diterima sebagai
lapisan masyarakat.
keyakinan bagi mayorita orang- orang Sulawesi
Kesenian tradisional seperti yang saya
Selatan. Masuknya agama di Bum,I Sulawesi Selatan,
gambarkan diatas, tentu ikut terkontaminasi,
sekaligus melahirkan fase kedua dalam dunia kesenian
terkooptasi bahkan menjadi ‘lok down’ karena
Mencari
Visi Tradisi
Halim HD
Net working. Tinggal di Solo.
K
epungan pandemi covid 19 selama dua Tindakan praxis bukan sekedar PPKM atau
tahun terakhir ini bukan hanya memberikan lock down dalam berbagai rentang waktu. Seperti
isyarat dan sinyal kepada kapasitas saya nyatakan bahwa memiliki ruang batin sebagai
kemanusian kita. Tapi lebih dari itu isyarat dan akar potensial dan aktual yang sangat kuat kaitannya
sinyal itu harus dibuktikan melalui tindakan praxis dengan sejarah tradisi dan religi.
yang menuju kepada wujud dari sikap kita dalam Berkaitan dengan akar tradisi dan religi ini kita
kehidupan sehari hari. akan menemukan ruang dan bahkan secara konkrit
Pandemi covid 19 yang mengepung diri kita dan tentang fakta kebijaksanaan yang memiliki kaitan kuat
telah menciptakan keterputusan relasi sosial secara dengan rasa hormat, respek, kepada ekosistem tradisi:
tatap muka membuat kita kian tergantung kepada lingkungan hidup.
media sosial. Resiko dari dampak media sosial ini Diakui atau tidak moderenis-me dalam satu abad
menciptakan eforia kondisi chaos, bermunculannya terakhir ini punya dampak yang sangat besar terhadap
silang sengkarut informasi tentang asal muasal covid kerusakan ekologis, dan pada sisi lain sistem produksi
19 dan cara mengatasinya. pangan juga berdampak kepada daya tahan tubuh, kita
Situasi dan kondisi chaos ini makin menciptakan makin tergantung kepada obat obatan kimiawi, dan
dampak yang luas secara sosial dan personal. Dampak industri medis sudah makin menjajah kehidupan kita
Permainan api rakyat Bone. (foto Goenawan Monoharto)
personal itulah yang makin terasa, hilangnya daya atas nama konsep kesehatan moderen.
meditatif dan reflektif, permenungan kian surut bahkan Mungkin kita harus kembali berpikir ulang
sirna dari percakapan di media sosial. Yang ada hanya secara lebih radikal tentang makna kehidupan tradisi
berupa informasi yang tergesa gesa dibaca tanpa ada dan religi, menapis dan menyingkirkan sikap dan
pertimbangan reflektif dan mendalam. praktek nostalgis yang cenderung escapism yang
Setiap masyarakat dan setiap orang pada bisa mengarah kepada arogansi dan megalomanian
dasarnya memiliki ruang terdalam, yang mempunyai yang berujung pada etnosentrisme yang menggusur
akar di dalam rentang kehidupannya: ruang batin, kapasitas kemanusiaan.
inner space. Dalam konteks itulah semestinya kita Mempertimbangkan dan memikirkan kembali
menggali kekedalaman pemikiran dan kapasitas tentang makna tradisi dan religi berarti kita harus
merasakan, bahwa pandemi covid 19 sebagai dampak menciptakan daya ulang kapasitas puasa: menolak
dari moderenisme dan dampak mobilitas sosial menjadi hewan pelahap apa saja. •
membutuhkan tindakan praxis.
S
Seni tradisi dalam bentuk hiburan di masyarakat
eni tradisi adalah nilai-nilai budaya yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial
terkandung di dalamnya. Secara budaya, setiap yang ada. Di zaman modernisasi saat ini, dan di masa
unsur seni tradisi itu memiliki makna yang pandemi yang mengharuskan kegiatan dilakukan
mendalam mengenai identitas budaya masyarakat yang dari rumah, maka budaya pun dapat dibawa ke
bernilai positif, menjadi norma, dan memberikan rasa media yang lebih luas, dan jangkauan penikmat lebih
tenang. Hal ini berkaitan dengan seni tradisi merupakan besar dan beragam. Hal ini juga dapat memberikan
bagian dari rangkaian kegiatan budaya yang menjadi dampak positif di masyarakat. Dunia dapat dengan
tradisi turun-temurun. mudah melihat seni tradisi yang ada di masyarakat
Mencermati kondisi pandemi covid-19 saat ini, dan mendapatkan informasi tentang budaya tersebut.
apakah budaya masyarakat berkenaan dengan seni tradisi Dengan demikian, informasi budaya akan cepat
masih tetap eksis ditengah-tengah aturan social distancing tersebar, dan dikenal oleh orang lain. Selain itu, dengan
dan larangan berkumpul. Seni tradisi berkenaan dengan persebaran informasi budaya, maka dengan sendirinya
adat-istiadat menunjukkan sebuah tradisi itu hadir sebagai menjaga budaya itu tetap eksis di masyarakat dan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat patut untuk dilestarikan. Demikian strategi budaya
pendukungnya karena merupakan bagian dari sebuah untuk menyebarkan nilai-nilai seni budaya kepada
ritual, bagian dari aktivitas budaya masyarakat, dan masyarakat umum.
sebagai sarana hiburan. Ketika hal tersebut dibatasi, maka Krisis dapat diubah menjadi optimis, panik
dapat mempengaruhi kondisi masyarakat pendukung dapat diubah menjadi ketenangan, pandemi dapat
tradisi yang ada. diubah menjadi kreativitas tanpa batas. Dengan
Seni tradisi berkenaan dengan seni pertunjukan demikian, ketahanan budaya dalam berbagai
tradisional misalnya, memiliki fungsi menghibur terpaan dapat diatasi dengan daya dan upaya
masyarakat dari serangkaian ritual yang sudah bersama sehingga identitas masyarakat pendukung
dilaksanakan. Ketika salah satu rangkaian tidak selesai kebudayaan tersebut tetap dapat eksis dari waktu ke
waktu, dari generasi ke generasi. •
di Masa Pandemi?
kelompok etnik dikutip dari Indonesia.go.id,
berdasarkan sensus BPS tahun 2010. Adapun,
tepatnya ada 1.340 suku bangsa. Rata-
rata setiap suku memiliki seni tradisi lebih dari satu,
sehingga dapat dibayangkan berapa ribu seni tradisi Baghawan Kinayungan
yang meliputi seni tari, musik, drama dan ragam hias / Pengamat Seni. Tinggal di Makassar
seni rupa di Indonesia ini, dari Sabang sampau Merauke,
dari Miangas sampai Rote. Dari ribu-an seni tradisi
tersebut, dalam perjalanan kehidupannya mengalami
perubahan baik perkembangan maupun kepunahan dapat melestarikan bahkan mengembangkan seni
sesuai kondisi dan situasi masyarakat pendukungnya. tradisi baik dalam konsep maupun pola penyajiannya.
Perubahan pola pikir (mindset) sepertinya memang
Harus diingat bahwa seni tradisi (kebudayaan)
harus dilakukan agar dapat survive, karena perubahan
itu tidak bersifat statis, ia selalu berubah. Tanpa adanya
pola pikir tersebut seseorang dapat menentukan suatu
pengaruh dari kebudayaan lain atau asing pun seni
sikap, pandangan hingga masa depannya. Seperti halnya
tradisi akan berubah dengan berjalannya waktu. Bila
ivent-ivent dan pola garap seni tradisi saat pandemi
tidak dari luar, akan ada pendukung / pemilik seni
dikarenakan harus mengikut protokol kesehatan,
budaya itu sendiri yang akan mencipta variasi-variasi
maka terjadi perubahan besar yaitu dari panggung
baru baik dalam bentuk maupun fungsinya, yang
konvensional (penonton hadir secara langsung di
akhirnya akan menjadi milik bersama dan dikemudian
tempat) menjadi panggung media sosial (reality maya).
hari akan menjadi bagian dari seni budayanya (proses
transformasi). Dapat juga terjadi karena beberapa aspek Sistem presentasi dalam jaringan (daring) seakan
dalam lingkungan tersebut mengalami perubahan secara menjadi keharusan dalam segala acara, demikian
alami dan pada akhirnya akan membuat seni tradisi pula acara-acara seni tradisi. Banyak festival maupun
tersebut secara lambat laun menyesuaikan diri dengan pementasan yang diselenggarakan secara virtual baik
perubahan yang terjadi (Proses Evolusi). Jauh sebelum tingkat regional, nasional bahkan internasional. Pola
pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia (Dunia) seni pergelaran secara virtual justru dapat digelar dan
tradisi sudah banyak mengalami kepunahan (“kematian”) dinikmati dari berbagai daerah atau negara dimana
atau tetap hidup tetapi berubah pola penyajiannya. penyaji dan penonton seni berasal selama ada fasilitas
Sebagai contoh seni tobong atau panggung Kethoprak computer dan internet. Penyajian seni tradisi secara
dan Wayang Wong (Jawa Tengah), ludruk (Jawa Timur), virtual tentu saja sangat berbeda dibandingkan dengan
Pelipur Lara (Melayu), Sinrilik (Sulawesi Selatan), Tari seni tersebut digelar dan dihadiri penonton secara
pergaulan, maupun seni tradisi di Kerajaan yang langsung (live). Efuoria maupun emosi penyaji dan
berfungsi sebagai upacara banyak yang telah berubah penonton juga sangat berbeda. Komunikasi timbal
menjadi seni hiburan dan komersial. balik antar penonton, pertunjukan dengan penonton
maupun pemain dengan pemain di area pertunjukan itu
Mensikapi perubahan jaman yang terbilang
adalah romantika seni massa yang kemungkinan besar
amat sangat cepat, masyarakat dari berbagai lapisan
tidak didapatkan untuk penyajian seni secara virtual.
profesi, demikian pula para pendukung dan kreator seni
Wabah penyakit Covid-19 dan perkembangan teknologi
tradisi dituntut dan harus menyesuaikan diri dengan
memang tidak dapat dibendung, sehingga diperlukan
kondisi yang terjadi. Perubahan kehidupan dari pola pikir
kearifan bagi para pendukung, pemilik seni tradisi dan
agraris menjadi industrial dengan tekhnologi (internet)
pemangku kebijakan (pemerintah dan lembaga seni
membuat gamang sebagian masyarakat (biasa disebut
tradisi), karena pola pelestarian dan penyajian seni tradisi
gaptek). Selagi sebagian masyarakat modern sedang
harus bersinergi dengan teknologi.
menyesuaikan dengan keadaan, dunia dikejutkan
dengan wabah Covid-19 yang meluluh lantakan Mengatasi wabah penyakit memang harus
kehidupan manusia abad ini. Di balik kehancuran sendi- menjadi prioritas tetapi tidak boleh lengah, karena
sendi kehidupan masyarakat karena penyakit menular kelengahan akan berdampak pada kematian yang lebih
yang merajalela justru tumbuh kembang inovasi dengan besar yaitu kematian sendi-sendi kehidupan sosial
memanfaatkan tekhnologi media informasi untuk tetap budaya. •
A
Apalagi kebutuhan akselerasinya sudah semakin
pa kabar Seniman Tradisi hari ini? berubah dengan kehadiran teknologi informasi dalam
Pertanyaan sederhana yang terkadang peta dunia hiburan dan menjadi trend melalui sosial
sekaligus acap menjadi judul dalam media (sosmed).
berbagai kesempatan agenda diskusi online daring Harapannya, Trans Digital yang kian tak
itu. Tentunya, perlu kita cermati dan sikapi kembali di terbendung, juga harus berjalan bersama menuju ke
tengah situasi dan kondisi pandemi hari ini. Transformasi Generation atau Trans Generation sebagai
Tak terasa, jika sudah lebih dari setahun cara untuk semakin menyiapkan generasi muda seni
pandemi ini kita lewati bersama. Satu-persatu, para yang lebih siap dalam beradaptasi mengikuti era
seniman-seniwati kita dengar mulai berguguran jaman-nya. Persiapan Transmisi dan Transformasi ini,
sebagai imbas dari pandemi ini. Meski, berbagai upaya hendaknya juga harus kita dikawal sesuai dengan
dan usaha juga tak kurang untuk dilakukan demi kearifan lokal yang kita miliki. Agar para Pelaku Seni
menjaga eksistensi dan juga semangat agar tetap bisa Tradisi sebagai garda depan kebudayaan kita bisa terus
berkesenian dengan gaya dan cara kita masing-masing. hidup lestari dan berkembang bersama.
Jagat Seni Pertunjukan Tradisi, kini tak lagi Hal ini, tak hanya berlaku bagi para pelaku
bersinar. Dampak pandemi yang kian meluas, dan penggiat seni tradisi semata. Jagat seni kreasi
membuat berbagai aturan mulai diperketat disana- bahkan seni kontemporer juga mau tak mau harus
sini oleh pemerintah. Sebagai imbasnya, ruang atau mampu beradaptasi untuk bisa berkolaborasi bahkan
kantong-kantong budaya pun mulai surut dan dunia berelaborasi bersama untuk dapat memberi arti dan
panggung sebagai arena atau gelanggang tempat makna baru. Itu bila mau tetap eksis dan tidak tergilas
berekspresi sekaligus media apresiasi itu pun ikut oleh tuntunan jaman yang serba online.
redup dan akhirnya tenggelam. Sejauh ini, latar belakang Seni Pertunjukan
Ada pandangan yang mengatakan, Seni itu Tradisi yang umumnya lebih Komunal - Kolektif itu
adalah sebuah karya yang harus bisa dilihat dan sangat memungkinkan untuk menciptakan apa yang
dirasakan secara langsung menggunakan Raga, hari ini, akrab disebut Seni Kolaborasi - Kolektif yang
Rasa dan Pikir kita sebagai manusia. Lantas, apa dan juga melibatkan keterlibatan lintas seni - multidisipliner
bagaimana tantangannya hari ini bagi para pelaku dan dalam membangun ruang jejaring baru melalui jagat
penggiat seni di era Pandemi Covid-19? Seni Pertunjukan Virtual. Meski untuk mencapai ke titik
Pengurus MKKS SLTP, SD, TK. Guru dan Staf UPT SMA Negeri 4
Makassar Makassar
Ketua beserta Pengurus IKAPI Daerah Sulsel Ketua beserta Pengurus IKAPI Kota
Makassar
Goenawan Monoharto
Ketua Drs. H. M. Jurlan Saho As
Ketua
Mono Goenawan
Direktur A.Tenri Ampa
Kepala Dinas
Asis Nojeng
Pengajar di Unismuh Makassar.
Suku Makassar
Tinggal di Makassar
M
elangsungkan pernikahan merupakan hal yang teramat perempuan belum mengetahui
penting bagi masyarakat. hal ini dianjurkan oleh agama maksud kedatangan tamunya. Salah
juga dipertegas oleh aturan adat. Namun, acap kali, dalam satu cara untuk mengungkapkan
pelaksanaannya, terkadang sering terjadi pembauran antara aturan agama maksudnya ialah dengan
dan adat istiadat. Bahkan, prosesi adat acapkali dituding menyimpang dari menggunakan paruntukkana sebuah
ajaran agama. Namun, dalam tulisan ini belum menjabarkan hal-hal yang ungkapan yang mengandung
dianggap menyimpang dari sudut pandang agama. Pada kesempatan lain unsur sastra di dalamnya, seperti
akan dibahas. ungkapan yang disampaikan oleh
pihak laki-laki. Misalnya; Lompona
anne rappona untia, erokku
Di Sulawesi Selatan, dan dihimpun dari berbagai
ampalessoki anakna (Sungguh
khususnya masyarakat suku sumber, berikut ini akan dipaparkan
besar buah pohong pisang ini, saya
Makassar, sebelum melangsungkan tahap-tahap sebelum pernikahan
hendak memindahkan anaknya),
pernikahan ada beberapa beserta ungkapan yang digunakan
pohon pisang bermakna rumah,
rangkaian yang harus dilewati. dalam bahasa Makassar.
sehingga isi atau anak dari pohon
Bukan hanya sekadar prosesi atau Tahapan sebelum pernikahan;
pisang tersebut ingin dipindahkan.
ritual adat, ungkapan-ungkapan
Ungkapan yang dilontarkan oleh
yang penuh dengan makna juga Accinik Rorong
pihak laki-laki juga akan dibalas
akan kita jumpai pada rangkaian (Penjajakan)
oleh pihak perempuan. Berikut
prosesi sebelum melangsungkan
Pada tahap ini pihak laki- contoh ungkapan balasan dari
pernikahan.
laki melakukan penjajakan dengan pihak perempuan; “Iye, sallomintu
Dikutip dari halaman
penuh rahasia sehingga pihak erok nipalessok, mingka tenanaji
Facebook Makassar Internasional
nakke paklamungangku (iya betul,
sudah lama pisang tersebut ingin
dipindahkan hanya saja saya belum
punya lahan).
Makna dari jawaban tersebut
merupakan lampu hijau bagi
perwakilan laki-laki yang datang
ke pihak perempuan. Tahap ini
merupakan langkah yang paling
awal sebelum mengutarakan
maksud yang sesungguhnya.
Appabattu Kana
(Melamar)
Literature on Screen
“Sawerigading
na Pindakati”
Ancoe Amar
Pengajar tetap di IKJ. Tinggal di Depok
K
isah ini tentang Saweri-gading dalam tradisi Saat Pindakati hamil, ia menderita sakit yang
Toraja. Sebuah kisah “perkawinan historis sangat parah dan tidak dapat diobati, dan berujung pada
dan genealogis” antara tradisi Toraja dan wafatnya Pindakati. Sawerigading yang sangat berduka
tradisi Luwu (baca: Bugis). Di sekitar bukit Kandora – tetap memeluk isterinya itu di dalam pangkuannya
Mengkendek, yang masih memegang teguh tradisi sambil meratap dan menyumpahi orang-orang yang
dan adat-istiadat, masih dirawat sebuah kisah turun tak sanggup mengobati kekasihnya itu. Tujuh hari tujuh
temurun, yang dalam bahasa setempat disebut: malam Sawerigading tenggelam dalam dukanya yang
“Tomaqadaq Sawerigading”. Kisah tentang pertemuan dalam. Hingga datanglah seorang ahli adat (Tominaa)
Sawerigading dengan permaisuri pertamanya: Pindakati. memberinya nasehat agar Sawerigading rela melepaskan
Diawali dengan dipisahkannya Sawerigading kecintaannya. Tominaa memberi keyakinan bahwa bila
dengan saudari “kem-bar emas”-nya bernama seseorang yang kita cintai menemui ajal, sesungguhnya
Tandiabeng. Adat istiadat menetapkan bagi mereka yang pergi tidaklah jauh. Jaraknya, ibarat sehelai daun yang
dilahirkan kembar lelaki dan perempuan, tabu untuk menjadi dinding penyekat antara alam dunia dan alam
tinggal serumah. Sawerigading kemudian menetap di arwah.
dalam istana bersama kedua orang tuanya. Sedang, “Bila kita merasa rindu kepadanya, kitab boleh
Tandiabeng dibawa pergi dan menjalani hidup dengan pergi bertemu dengan mereka di alam Puya,” ujar
ibu surinya. sang Tominaa. Itu membuat Sawerigading akhirnya
Sawerigading yang kemudian tumbuh mengupacarakan dan melepas jenazah Pindakati
dewasa dan memiliki kebiasaan bepergian. Ia gemar menuju alam selanjutnya: Puya.
bertualang. Hal inilah yang membuat orang tuanya Kisah folklore legenda Saweri-gading di Kandora
mengawinkannya dengan sepupu- sekalinya bernama ini kemudian berlanjut pada kembalinya Sawerigading
Pindakati. Setelah memperisitri Pindakati, Sawerigading ke Tanah Luwu. Jejalin kisah mempertemukannya
tinggal bersama isterinya di Biduk, sebuah kawasan dengan Tandiabeng, sang saudari kembar yang
lereng di sebelah timur gunung Latimojong. paras wajah dan serta perawakannya mengingatkan
Keluarga Tana Luwu), Adrial Rumengan (Ketua Tallu Dihantar dengan hymne “Passomba Tedong”.
Lembangna: Makale, Sangalla’ Mengkendek), dan Pada bagian kedua, berisi riwayat singkat lahirnya
Victor Senabua (Ketua Masyarakat Adat Kesu’). Puang Sawerigading, yang harus dijauhkan dengan
Termasuk upaya “berdialog” –dengan tujuan saudara kandungnya Tandiabeng karena adat leluhur
memperoleh pemerkayaan-- dengan referensi prosa sebagai pedoman. Bagian ini menceritakan bagaimana
lirik terkait folklore tersebut, karya Prof. Cornelis Puang Sawerigading menikah dengan Puang Pindakati,
Salombe. yang kemudian hamil lalu sakit hingga meninggal.
Dramaturgi sebagai teknik penyusunan karya Bagian kedua ini ditutup dengan upacara kematian
dramatik digunakan dalam meramu sastra lisan Puang Pindakati untuk melepasnya ke alam Puya.
“Sawerigading na Pindakati”. Referensi utama pada kisah Bagian ketiga berisi kepulangan Sawerigading
lisan yang diceritakan pada gelaran “Merok Sawerigading” ke tanah Luwu, dan pertemuannya dengan saudari
oleh seorang Tominaa bernama Nek Sando, termasuk kembarnya yang belum pernah dijumpainya sejak
–sekali lagi—, prosa lirik karya almarhum Prof. Cornelis lahir, Tandiabeng. Puang Sawerigading yang melihat
Salombe yang berjumlah 470 bait, yang dirumuskan paras dan sosok dalam diri Tandiabeng, membuat
terlebih dulu dalam penyusunan elemen maupun seluruh duka citanya atas kehilangan Pindakati seolah
struktur yang terbagi atas lima bagian/babak kisah tutur. menguap. Lalu berlanjut pada jalinan kisah pertemuan
Bagian pertama, berupa ucapan doa memohon Puang Sawerigading dengan Lisudaiq putri Datu
berkat, rasa syukur, tentang cerita masa lampau yang Cina. Bagian ini ditutup dengan perkawinan Puang
menjadi teladan, pegangan hidup turun-temurun, yaitu Sawerigading dan Lisudaiq hingga ia mengandung.
riwayat Puang Sawerigading. Persembahan seekor Dalam bagian keempat yang inti kisahnya
kerbau hitam (tedong Samarra) yang putih pada ujung tentang keberangkatan Puang Sawerigading ke dunia
ekor dan kuku kaki belakangnya. Terdapat tari “Maq- Puya menjumpai Puang Pindakati. Setelah sekian lama
gelluq”, “Maq-dandan”, “Manimbong”, dan “Maq-bugiq”. bermukim di alam arwah, kisah tiba pada saat Puang
Sutradara Sawerigading na Pindakati Ancoe Amar Staff produksi Sawerigading na Pindakati di desa Rongkong Luwu Utara,
memberi pengarahan pada Sabilul dramaturgist, salah satu lokasi pengambilan gambar. (Foto: Agus Linting)
sebelum shoting. (Foto: Agus Linting)
Nurlina Syahrir menari Pakarena di hutan kars - Rammang-Rammang Maros. (Foto: Goenawan Monoharto)
Merawat
Sumanga’na Pakarena
Satu
Benarkah Pakarena menjadi entitas yang begitu fleksibel
ketika dirujuk sebagai landasan konsep karya-karya baru pada
saat ini juga masa datang?
Apa yang menarik dalam ketubuhan Pakarena?
Seperti apa sesungguhnya gerak ketubuhan dalam
Pakarena?
Nurlina Syahrir
Anrong Guru (Maestro) Pakarena Benarkah ketubuhan dalam Pakarena merefleksikan
Dosen Jurusan Seni Tari Fakultas Seni semangat dari dua karakter pembentuknya (laut-gunung),
dan Design, di Pasca Sarjana UNM.
nampak kokoh mengakar ke tanah, membumi dan terus
Tinggal di Makassar.
memberi kehidupan, sekaligus bergelora dengan berbagai
macam halangan dan rintangan yang mesti dijinakkan dengan
pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan seperti itukah
roh dan nafas geraknya?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus mendesak sikap kesabaran, kesetiaan, kejujuran, ketangguhan,
dalam benak saya ketika setuju untuk berkolaborasi keluwesan sekaligus kedamaian.
dengan seniman foto berpengalaman Goenawan Pemahaman saya atas Pakarena tidak lagi
Monoharto menampilkan karya Refocusing Pakarena merujuk pada sekadar tataran pengenalan bentuk dan
Choreography in Collaboration. penguasan teknik, tetapi bagaimana saya bisa bergerak,
berkreasi, berinovasi guna menjelajah ke dimensi lain
Dua dalam berbagai penciptaan karya. Itu menjadi upaya
Memanfaatkan bertahun-tahun pengalaman utama saya dalam membangun penguatan pada nilai-
saya mengelaborasi Pakarena, belajar dan berdiskusi nilai sosial, kultural hingga ranah kesehatan phisik dan
secara formal dan informal dari sejumlah empu yang mental dalam diri dan ketubuhan saya berdasarkan
mumpuni seperti Mak Coppong, Mak Cida, Munasih entitas Pakarena yang telah saya serap. Dengan
Nadjamuddin, Daeng Manda, Elis Patasik, Andi Ummu demikian dapat dikatakan bahwa saya coba merekatkan
Tunru, Sirajudin Daeng Bantang, Andi Abubakar spirit Pakarena dalam diri dan ketubuhan saya agar
Hamid, pemusik Daeng Mile, dan Daeng Serang pantang menyerah, kokoh tak bergeming hanya karena
Dakko, Basri Baharuddin Sila, Hamrin Samad, juga gempuran tantangan dan kritik sambil menyikapi
kolaborasi saya bersama seniman Indonesia; Suprapto semuanya dengan keluwesan sambil menampilkan
Suryo Darmo, BRA Gusti Murtiyah, Rusinih (Solo), wajah manis humanis.
Nungki Kusumastuty, Wiwiek Sipala (Jakarta), Ni Sekar
Riani (Bali), Diana Buttler (US), begitu pula dengan Tiga
Chaeruddin Hakim- sang ahli kelong (Makassar) Proses-proses penjelajahan untuk pembentukan
ditambah upaya saya menyelesaikan studi di bidang atmosfir baru dalam ketubuhan saya itu tentu belum
terkait, itu menjadi modal utama saya untuk coba cukup selesai sampai di sini, pada karya ini. Tubuh
menjawab pertanyaan di atas. saya sendiri masih perlu menunjukkan adanya totalitas
Bagi saya dalam tubuh Pakarena terjadi untuk berkembang dan menyatu ke dalam jiwa dan
pertemuan dan sinergitas antara ruang domestik raga Pakarena. Masih banyak yang perlu saya endapkan
dan ruang publik. Inilah yang merupakan bentuk lagi dari kontemplasi hidup dan berkreasi saya yang
interaksi yang kemudian menghasilkan suatu konsep diupayakan tanpa henti mengelaborasi Pakarena
keseimbangan nan harmonis dalam tubuh Pakarena hingga kini.
sehingga ia menjadi nampak sangat humanis, artistik, Pesan saya kepada diri sendiri juga pada semua,
eksotis tanpa harus cerewet bercerita dalam setiap tetaplah berkarya tanpa meninggalkan sumanga’na ~
geraknya. Tubuh Pakarena yang memiliki pancaran spirit ~ taksu “Tari Pakarena”. •
P
Patung - Patung di Kota Makassar
SENI KOTA
agi-pagi benar, udara
sejuk di anjungan Losari.
Masih sepi. Angin laut
TAK GETAR
hampir tidak bertiup namun
terasa sangat segar. Dari anjungan
bagian Selatan hanya dua orang
perempuan setengah baya, petugas
kebersihan menyapu halamannya.
Tiga atau empat orang gadis sedikit Goenawan Monoharto
“genit” ber-tiktok di depan patung Jurnalis. Seniman. Tinggal di Makassar.
dada warna putih lecet. beberapa
pahlawan di Sulawesi Selatan.
Hampir tiga puluh patung pada masa Walikota Makassar berapa pembuatannya dan siapa
dada berjejer, tak heran bila ketika masih Walikota Ilham Arief yang membuat tidak diketahui.
pendapat bijak mengatakan, Sirajuddin, kemudian dilanjutkan Sehingga banyak masyarakat
bangsa yang besar adalah oleh Walikota Makassar Danny bertanya-tanya apakah pembuatan
bangsa yang menghargai. Yakni Pomanto terpilih yang seorang patung dada itu cetakan atau
mengenang para pahlawan dengan arsitek, ahli tata ruang . bukan? Apakah dibuat oleh
membuatkan patung dada-bukan Melihat satu persatu patung seniman patung yang di ada
dadaisme. Apakah wajahnya secara pahlawan tersebut, tandanya Makassar atau hanya tukang. Tak
anatomi katakanlah mirip atau hanya nama pahlawan misalnya jelas, tidak terdeteksi datanya.
tidak, itu bukan soal. Andi Pangerang Petta Rani dengan Di antara patung dada di
Menurut cerita, Anjungan tahun kelahiran dan wafatnya. Data anjugan Loasari ada patung tiga
Losari digagas dan dikerjakan bersambung tidak ada lagi, tahun sosok tokoh dunia, masing-masing
Seonggok batu
seperti bongkahan
tembok runtuhan.
yang digolek di
anjungan Losari,
apakah ini juga seni
kota, memperindah
lingkungan??
(foto: Goenawan
Monoharto)
A
Karenanya tak heran jika para seniman dan
pegiat kesenian mencari ruang-ruang baru, ruang
pa yang sedang terjadi di ruang berkesenian
alternatif untuk menyiasati agar kreativitas mereka
kota Makassar? Pertanyaan itu seperti
tidak mati hanya karena pemerintahnya salah urus
berjendela dan akan membuka cakrawala
fasilitas yang tersedia untuk layanan masyarakat.
sejumlah kenyataan dan impian.
Nyaris dua tahun di keliling gempuran pandemi
Bagaimana kabar keberadaan Gedung kesenian
Covid-19 dan sulitnya memanfaatkan fasilitas
Gedung Kesenian Societeit de Harmoni yang dulu pernah
kesenian milik pemerintah, ternyata daya hidup
sangat ramai berfungsi sebagai ruang publik kegiatan
berkesenian para seniman tak mati-mati, kreativitas
kesenian, masihkah membanggakan masyarakat Sulawesi
para pegiat kesenian tetap nyala dan bernyali. Salah
Selatan?
satu siasat mereka yakni dengan memanfaatkan ruang
Bagaimana pula dengan fungsi panggung terbuka
publik Taman Baca Lontaraq di plaza Masjid Ashabul
dan area plaza Fort Rotterdam- Benteng Ujungpandang
Jannah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi
yang pernah menjadi ajang pertunjukan karya berkualitas
Selatan (DPK ) Jalan Sultan Alauddin Kilometer
dunia I Lagaligo dengan sutradara Robert Wilson,
7 Makassar. Di taman nan asri ini ada panggung
beberapa kali menghadirkan pegiat sastra dalam dan
berlevel seluas 7 X 5 meter yang secara berkala mulai
luar negeri saat penyelenggaraan kegiatan Makassar
dimanfaatkan untuk pelaksanaan obrolan santai
International Writers Festival (MIWF), berkali-kali menjadi
sambil baca sastra dengan label Sastra Sabtu Sore (S
venue Festival Teater antar Grup se Sulawesi Selatan,
3)
Parade budaya?
Acara yang dijadwalkan menjadi agenda rutin
Banyak lagi rentetan pertanyaan senada tentang
ini, terlaksana berkat kerja sama DPK Sulsel, Lembaga
ruang-ruang publik sarana pertunjukan kesenian milik
Pengembangan Kesenian dan Kebudayaan Sulsel
pemerintah provinsi di kota Makassar, kini sepi, hanya
(LAPAKKSS), dan Komunitas Puisi (KoPi) Makassar.
menyisakan setumpuk kegundahan. Ditinggalkan para
Rusdin Tompo salah seorang penggagas dari
seniman dan pegiatnya karena ruang-ruang publik itu
KoPi Makassar, mengatakan ide mengadakan Sastra
diketahui salah urus. Jadi ruang-ruang yang mati dari
Sabtu Sore ini tercetus di sela-sela peringatan 75
aktivitas berkesenian.
Kemudian bincang buku dipandu oleh Rusdin Penyair Muh Amir Jaya, mengakui puisi-puisi
Tompo -penulis buku dan penggiat literasi dengan dalam buku Failia, 90 persen soal rasa. Diakuinya
narasumber Dr. Asis Nojeng akademisi Unismuh bahwa hanya sedikit perempuan di Sulsel yang
Makassar dan Damar I Manakku, penyair yang juga dikenal sebagai penyair. Sehingga, kita perlu
cerpenis. bersyukur jika dikarunia kemampuan menulis,
khususnya puisi.
Asis Nojeng mengatakan, dalam menulis puisi kita
diberi pilihan, apakah akan taat pada konvensi atau mau Puisi-puisi karya Failia, dinilai sudah dewasa
berinovasi. Hal itu juga tampak pada puisi-puisi Agus K. melebihi usianya yang baru 22 tahun. “Ada 60-an
Saputra, yang dinilai tidak merujuk pada pakem tertentu. puisi yang dibuat selama kurun waktu 3 tahun itu
sudah luar biasa,”puji Amir. Lelaki kelahiran Tanaberu,
Damar I Manakku memberi apresiasi pada penulis
Kepulauan Selayar itu, mengajak Failia melakukan hal-
yang tetap berkarya di luar profesinya sebagai pegawai
hal baru sebelum menulis puisi. Seperti melakukan
BUMN. “Ada kenyamanan ketika kita membaca puisi-
salat, setelah itu menulis puisi.
puisi Agus. Puisi-puisinya tidak membuat pusing yang
membacanya,” kata Damar. Andi Ruhban, pembina Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Seni di Poltekkes menilai Failia
Dilain hari, pada Sastra Sabtu Sore, 26 Juni 2021
memang punya minat yang tinggi pada sastra.
ditahbiskan bahwa “Ini langka, ada lagi satu perempuan
penyair lahir di Sulsel. Penyair baru, Nur Failia Majid yang Apakah Sastra Sabtu Sore masih akan terus
masih mahasiswa dan semoga akan terus berproses,” menampakkan lukisan keindahan panorama sastra
papar Anil Hukma, menanggap karya sang penyair muda di Makassar? Tergantung pada daya juang para
usia yang terhimpun dalam buku “Serpihan Tak Tersisa”. pegiatnya. Maka yang bukan penyair pun silakan
Buku terbitan Rayhan Intermedia, 2020 itu, turut dibahas terlibat, menunjang daya juang di medan sastra,
oleh penyair Muhammad Amir Jaya, dengan moderator mengasah karsa estetika, mempercantik diksi serta
Rusdin Tompo. visi artistik, tapi jangan sekali pun abai pada cita rasa
beretika di ruang publik. •
Failia mengungkapkan, kebanyakan puisi dalam
A
tahun di ujung pasar. Boleh dikata
ku penasaran. Sangat menjadi celah, sehingga, sekali separuh hidupnya dilakoninya
penasaran. Setiap mele- lagi, kaki-kaki telanjang itu tampak dengan menjual coto. Cukup laris.
wati warung coto itu, nyata. Sangat nyata. Ada kaki yang Banyak pelanggannya dari berbagai
aku selalu melihat deretan kaki- putih bersih, dan ada kaki putih tempat. Bukan saja pengunjung
kaki telanjang. Padahal warung berbulu. Ada kaki agak hitam tapi pasar, tetapi juga dari pejabat-
itu tertutup. Buktinya, ada tulisan bersih, dan ada kaki agak hitam pejabat penting dan anggota
spidol berwarna hitam yang ditulis dan berbulu. Selain itu, ada kaki- dewan. Warungnya itu cukup
di atas karton yang berukuran kaki yang dililit celana Levis ketat, dikenal di kota ini. Kalau orang
30x20 cm, dan digantung di pintu dan juga ada kaki yang setengah menyebut coto pasar, maka pasti
warung. Bunyinya: Warung Tutup! telanjang karena ada sarung yang yang dimaksud adalah warung Coto
Namun mengapa kaki-kaki melingkarinya. Dg Gassing,
telanjang itu tampak nyata? Karena Siapa mereka? Entah! Kepala Lelaki yang selalu berpakaian
kain penutup warung Coto tersebut dan tubuhnya terlindungi kain rapi itu memiliki tiga istri, dan
tak sampai menjuntai ke lantai. berwana hijau tua yang penuh hidup dalam satu rumah. Umurnya
Ada sekitar tiga puluh centimeter daki. Barangkali karena kain yang sudah mencapai 70 tahun. Tetapi
AJARI HATI
P
ercepatan kemajuan terdengar, “ Alhamdulillah, seluruh
sebuah lembaga, terutama tahapan PPDB telah berakhir
bidang pendidikan dengan normal” jelas Mantan
yang begitu Komplex dengan kepsek SMA 6 Makassar.
H. Syafruddin, S.Pd., M.Pd, SMA 4
permasalahan sangat ditentukan Kembali soal wajah sekolah
oleh kreativitas,dan akselerasi yang akhir akhir pihak pemerintah saya gulirkan juga demikian,
seorang kepala sekolahnya. dalam hal ini, Dinas pendidikan semua sendi saya dekati dengan
Setidaknya ini yang dialami SMA Provinsi Sulsel banyak memberikan hati dan ketulusan, menurut saya
negeri 4 Makassar, dibawa komando apresiasi atas kerjanya dalam sangat efektif dan inilah hasilnya”
H. Syafruddin, M.S.Pd. M.Pd, SMA melakukan penataan menurut tandas mantan Wakasek SMA tiga
4 mulai terpoles dan kini telah putra Kota Kalong ini, tidak ada Makassar.
nampak identitasnya sebagai yang luar biasa, tidak ada resep Wajah SMA 4, hari ini
lembaga sekolah menengah yang khusus, ini kerja bareng-pergerakan memang pantas kita berikan
pantas direkeng. seribu jari dari seluruh guru dan acungan jempol, begitu segar ketika
SMA 4, yang berlokasi staf Administrasi sekolah, katanya memasuki area l sekolah - demikian
dibilangan utara dan satu satunya sambil tersenyum. pula soal aura dinding kelas nampak
sekolah menengah yang diapit dua “Di SMA 6 juga saya bekerja bersih dengan kombinasi warna
kecamatan padat penduduk, hingga demikian, malaj lebih sulit rasanya setiap ruang sangat artistik. Kurang
dalam setiap tahun penerimaan penataannya karena arealnya sangat percaya, silahkan kunjungi.
siswa baru, diperlukan aproch luas sedang rumputnya saat baru Meski demikian H. Syarifuddin,
yang tidak biasa, tisak normal agar saya tiba setinggi manusia,tapi diakhir perbincangan tetap
masyarakat yang tidak tertampung karena kordinasi dengan komunikasi mengakui, apa yang nampak hari
dapat menerima kenyataan hingga yang apik, akhirnya menjadi sekolah ini disekolah yang dipimpinnya
goncang gancing yang sering yang begitu segar.Nah, sekarang merupakan kerja sinambungan
mengemuka akan PPDB tidak di SMA 4, pola komunikasi yang dari kepsek terdahulu. • (Ahmadi
Haruna).
di Rumah Saja sangat jauh dari yang pernak kira saksikan di tiga tahun
yang lalu dimana warga masyarakat dengan sepontan
M
melaksanakan kegiatan dengan spontan di wilayah
enghadapi situasi saat ini, paling tidak masing-masing, berbagai lomba telah mewarnai
ada dua kata yang tepat untuk dihayati dirgahayu dan inilah yang dirindukan oleh segenap
secara bersama “ikhlas dan Sabar” ikhlas warga kita.
menerima dari segala ujian yang diturunkan Sang Pembatasan kegiatan dan sikap ini, menjadi
Pencipta dan Sabar menjalani kondisi yang telah salah satu tantangan, satu pihak ‘ rindu’ akan kebiasaan
mengubah berbagai kebiasaan dalam hidup sehari- melakukan pesta penyambutan disisi lain ada aturan dari
sehari.Jika keduanya ini bisa di maklumi tentunya pemerintah untuk disiplin mengikuti protokol kesehatan
segalanya teratasi dan tidak perlu cemas dalam dengan berbagai istilah agar terhindar dari paparan
setiap harinya yang bukan mustahil justru menjadi penyakit yang telah menelan korban berjuta yakni
pemicu diri kita diserang berbagai penyakit,tidak Corona.
terkecuali terpapar dengan covid 19.
Para pekerja seni, terkhusus para penyair dan
Pada peringatan Hari ulang tahun tanah pecinta memberikan tanggapan berupa catatan
air kita tahun ini bahkan untul kali kedua telah maupun karya sastra berupa puisi, isinya rasa
dilaksanakan dengan merayakan kegiatan yang keprihatinan, edukasi dan sedikit terselip protes akan
berbagai kebijakan yang diambil pemerintah dalam
mengatasi pandemi.
Sejumlah karya penyair baik yang domisili Jakarta,
seperti Taufik Ismail, Aspar Paturusi dan penyair domisili
di Sulsel, seperti Yudistira Sukatanya, Syahrir patahkaki,
Ahmadi Haruna, pada muara puisinya yang ingin
disampaikan bermateri akan hilangnya “ ruh “ teriakan
merdeka di situasi pandemi, artinya Pekik Merdeka Di
rumah saja lebih aman untuk mensiasati kondisi agar
tidak terjangkiti dari penyebaran penyakit yang telah
membumi dan mematikan ini. •Ahmadi Haruna).
P
ada suatu hari di planet korona, berkumpul Gejala virus ini biasanya muncul setelah 10 hari
semua penduduk. Raja Corona berdiri ditengah mendekati dalam tubuh. Istilahnya masa Inkubasi.Jadi
lapangan. “ Rakyatku para Virus, saat ini kita bisa virus ini sudah Ada dalam tubuh nanun belum
bisa membuat ketakutan. tetlihat gejalanya.
Lihatlah, ini adalah tentara virus corona dengan Menjengkelkan, virus ini bisa menyebar dengan
senjata yang lebih canggih. “Horee” teriak seluruh rakyat. mudah lewat udara dan cairan. Coba lihat mana ada
Sementara di planet bumi berkumpul juga orang tempat tidak punya udara. Jadi virus ini bukan saja dapat
mendengar pidato raja corona. Betulkah viruscorona akan berpindah dari RT ke RT tapi juga antara negara. Lalu
menyerang manusia di bumi? Acara televisi kemudian bagaimana dengan Cairan. Orang yang terserang pilek
beralih ke China, Hongkong dan Singapura. Wouw, dan batuk, biasanya kalau batuk mengeluarkan butiran
ternyata banyak manusia terserang SARS atau Sindrom cairan nah ini dengan tidak sengaja kita bisa hirup atau
pernapasan akut parah. Ribuan orang yang terserang terhirup.
penyakit ini dan puluhan yang meninggal dunia. para ahli Mulanya virus ini hanya berada di propinsi
menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah viruscorona. Guangdong Cina di tahun 2002. Namun mudahnya
Jadi ucapan raja Corona, benar bukan cuma pura-pura. penyebarannya sekarang sudah ada di beberapa negara.
Bagaimana ini? Manusia pun jadi panik.
Apa yang Harus Dilakukan?
Apakah Itu Virus Corona ?
Tenang tenang. Tidak usah panik Karena virus ini
Virus corona adalah virus yang menyebabkan tidak visa bertahan lama dibawa sinar matahari.virus ini
penyakit pernafasan, juga batuk dan filek dan virus ini juga tidak bisa bertahan hidup ditempat yang kering,
mudah mutasi dan perubahan Gen. Apabila ia berada dia hanya mampu bertahan tiga jam.Meski kita harus
dalam tubuh manusia bersama virus lain.Mereka sering waspada. Caranya kita harus menjaga fisik agar tetap
bertukar-tukar gen hingga terbentuklah virus lain. hidup sehat.Sebab dengan hidup sehat virus ini tidak
Nah, virus yang dimaksud raja Corona adalah virus dapat berkembang biak.
corona yang dulunya hanya mengganggu pernapasan Semoga para ahli cepat mendapatkan
namun karena mengalami mutasi gen hingga memiliki penangkalnya.Tapi meski ada penangkalnya tetap kita
kekuatan menyiksa manusia dengan mengalami demam harus hidup sehat Siapa tahu virus lain di planet berniat
diatas 38 derajat C, nyeri otot dada dan dapat membuat juga menyerang bumi. Ayo kita hidup sehat. •
paru-paru mengeras.
N
aisbit dalam Ambo Enre (1991: 1-2), mengenai bagaimana seseorang harus membawa diri
mengungkapkan bahwa keperluan agar ia dapat diterima sebagai anggota mayarakat.
akan pengungkapan, penerapan, dan Sedangkan yang dimaksudkan dengan nilai-nilai,
pemantapan nilai-nilai luhur budaya bangsa pada ialah sesuatu yang sangat dihargai serta diyakini
akhir-akhir ini, terasa kian mendesak, tidak hanya akan kebenarannya. Sebagai akibatnya, tentu sangat
karena menurut kenyataan, ia semakin tercecer ke diharapkan pula perwujudannya dalam kehidupan sehari-
belakang dan sering terlupakan, melainkan juga karena hari, melebihi hal-hal lainnya. Nilai menyangkut masalah
munculnya gaya hidup global yang semakin meluas seleksi dan preferensi di antara banyak pilihan yang lain.
pada penghujung abad ke–20 ini. Kesusastraan sebagai bagian hidup masyarakat,
Wajar jika semakin homogen gaya hidup khususnya kesusastraan tradisional (baca sastra kelong
manusia semakin teguh pula ia menggenggam nilai- Makassar), merupakan salah satu bentuk pengungkapan
nilai yang lebih dalam, seperti agama, bahasa, seni, nilai-nilai kesenian tradisional yang diharapkan dapat
dan kesusastraan. Pada saat dunia luar semakin menjadikan manusia semakin menjadi manusia.
menjadi serupa, sewajarnyalah jika manusia semakin Kesuastraan dalam kaitannya dengan tata
menghargai pula tradisi yang bersemi dari dalam, yang nilai kehidupan, merupakan sebuah fenomena sosial,
tentu saja kebudayaan dasarlah yang akan menjadi keduanya saling melengkapi dalam kedirian mereka
salah satu sumbernya. sebagai sesuatu yang eksistensial. Sebagai bentuk
Ambo Enre menguraikan, pembicaraan seni, pelahiran sastra bersumber dari kehidupan yang
mengenai kebudayaan dalam hubungannya dengan bertata-nilai. Pada gilirannya yang lain, sastra akan
nilai-nilai, penekanannya terutama diletakkan memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata-nilai. Hal
pada unsur-unsur materialistiknya sesuai dengan ini terjadi karena setiap cipta seni yang dibuat dengan
idenya yang menojol, yang dalam satu lingkungan kesungguhan dan mengandung keterikatan yang kuat
masyarakat dipelihara dan diperlakukan sebagai dengan kehidupan, karena manusia sebagai pelahir cipta
suatu kebajikan, berupa ketentuan tentang cara tersebut adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Sastra
berprilaku dan menetapkan sesuatu yang ideal sebagai produk kehidupan, mengandung nilai-nilai sosial,