KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas telah tersusunnya Laporan Pendahuluan
Kajian LP2B (LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN) Kabupaten Empat
Lawang Tahun Anggaran 2018 ini.
Laporan ini disusun sebagai laporan awal kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
(LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN) yang ditugaskan oleh Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Empat Lawang.
Laporan ini berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, tinjauan teoritis,
pemahaman terhadap KAK tinjauan kebijakan, metodologi, dan rencana kerja.
Dalam laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diperlukan
masukan demi kelancaran kegiatan tersebut.
LAPORAN PENDAHULUAN -i
KAJIAN LP2B (LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN)
KABUPATEN EMPAT LAWANG
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi
BAB I - PENDAHULUAN....................................................................................... 26
1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................. 26
1.2. TUJUAN DAN SASARAN.......................................................................... 27
1.3. RUANG LINGKUP................................................................................... 28
1.4. WAKTU PELAKSANAAN .......................................................................... 28
1.5. LAPORAN.............................................................................................. 28
BAB II – PEMAHAMAN DAN TANGGAPAN KAK.......................................................30
2.1. PEMAHAMAN UMUM ..............................................................................30
2.2. TANGGAPAN TUJUAN DAN SASARAN...................................................... 31
2.3. TANGGAPAN BATAS LINGKUP PERENCANAAN ........................................32
2.4. KETENTUAN TENAGA AHLI ....................................................................33
2.5. PELAPORAN .......................................................................................... 33
BAB III – GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN EMPAT LAWANG .................... 34
DAFTAR TABEL
LAPORAN PENDAHULUAN -v
KAJIAN LP2B (LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN)
KABUPATEN EMPAT LAWANG
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 4 Prosentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012 ............ 62
Gambar 4. 5 Grafik Laju Pertumbuhan Dan Laju Inflasi PDRB Tahun 2012 ...... 63
Gambar 4. 6 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Empat Lawang ...................... 69
Gambar 4. 7 Peta Rencana Kawasan Perkotaan Kab. Empat Lawang ............. 70
BAB I - PENDAHULUAN
b) Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan LP2B adalah
tersedianya data spasial luas dan lokasi lahan pertanian LP2B
sebagai sentra produksi pertanian secara berkelanjutan di
Kabupaten Empat Lawang
1.5. LAPORAN
Jenis-jenis laporan yang harus diserahkan dalam pelaksanaan
pekerjaan oleh Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa adalah :
a) Laporan Pendahluan antara lain memuat rencana kerja,
metologi pendekatan, struktur organisasi pelaksana, dan
kertelibatan tenaga ahli. Laporan Pendahuluan diserahkan ke
2.5. PELAPORAN
Apa yang diatur dalam Term Of Reference sudah jelas, dan kami
memahami sepenuhnya bahwa langkah pengendalian akan
dilakukan dengan sistem pelaporan. dan untuk pengendalian
pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan laporan berkala
berdasarkan tahapan kegiatan. Sementara pengendalian mutu akan
dilakukan dalam bentuk laporan pendahuluan dan laporan akhir.
Kondisi ini dapat kami pahami sebagai suatu langkah yang lazim
dilakukan dalam kegiatan perencanaan dan kajian. Dari uraian di
atas, dapat ditambahkan bahwa secara umum Term Of Reefrence
sudah dapat kami pahami, dan dapat kami mengerti. Kalau memang
ada yang berubah dari ketentuan dalam Term Of Reference itu
karena kami ingin mengembangkanya sesuai dengan karakter dan
ciri khas kami yang terus berinovasi dan tak mau berhenti, tetapi
tentunya kami tak akan lepas dari kaidah-kaidah dasar yang sudah
baku dan sudah ditetapkan sebelumnya.
Sangat
Datar Curam Ketinggi
Bergelombang Curam
No Kecamatan 0-3% 12-40% an
3-12% (Km2) >40%
(Km2) (Km2) Dpl (m)
(Km2)
1 Muara Pinang 97.03 48.51 38.81 9.70 300-2500
2 Lintang Kanan 132.28 66.13 51.91 13.22 50-2500
Di balik potensi Kabupaten Empat Lawang sebagai pintu gerbang bagi Provinsi
Sumatera Selatan, ternyata fungsi tersebut terkadang terkendala oleh kondisi
topografi dan fisiografis yang kurang representatif untuk dijadikan sebagai
kawasan terbangun, selain karena adanya zonasi di wilayah-wilayah tertentu
dari Kabupaten Empat Lawang yang ditetapkan untuk menjadi kawasan
lindung. Kabupaten Empat Lawang sebagian besar bergelombang atau
berbukit. Daerah yang bergelombang yaitu Tebing Tinggi dan Ulu Musi. Dengan
keadaan topografi yang bergelombang sehingga sebagian wilayahnya sebagai
lahan konservasi.
3.2.3.JENIS TANAH
Jenis tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuknya. Faktor-
faktor tersebut adalah batuan induk, topografi, umur, iklim dan
vegetasi/biologi. Akibat pengaruh tersebut tanah terus berproses
sehingga terbentuk berbagai jenis tanah. Adapun keadaan jenis
tanah di Kabupaten Empat Lawang yang termasuk wilayah di
Sumatera Selatan terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Litosol, tanah litosol dianggap tanah yang paling muda, sehingga
bahan induknya seringkali dangkal atau tampak di atas
permukaan tanah sebagai bahan yang padu sehingga mudah
terkena erosi. Oleh karena itu, jenis tanah ini sebaiknya
diusahakan untuk hutan. Jenis tanah ini mempunyai tekstur
halus, struktur lemah, konsistensi gembur, kandungan N,P,K
(kesuburan) sedang, keasaman tanah pH = 4,5 – 5,5. Jenis tanah
ini tersebar di pinggiran pegunungan terjal pada Patahan di
sepanjang Bukit Barisan.
3.2.4.HIDROLOGI
Wilayah Kabupaten Empat Lawang mempunyai sumber-sumber air
yang melimpah dan dikelilingi oleh alur anak dan cabang Sungai
Musi yang merupakan sungai terbesar di Kabupaten Empat Lawang.
Beberapa sungai yang relatif besar adalah Sungai Air Lintang, Sungai
Musi, Sungai Air Keruh dan Sungai Air Saling. Sungai-sungai di
Kabupaten Empat Lawang ini airnya pada umumnya tampak keruh
dan membawa bahan endapan lempung (suspended materials). Hal
ini disebabkan salah satunya oleh aktivitas penebangan pohon-
pohon (hutan) yang tak terkendali, sehingga terjadi erosi yang
intensif di daerah hulu. Erosi di daerah hulu akan selalu diikuti oleh
sedimentasi di sepanjang aliran sungai. Akibat dari pendangkalan
aliran sungai, maka pola aliran sungai sering berpindah-pindah
tempat.
3.2.5.GEOLOGI
Jenis struktur yang umum dijumpai di cekungan Sumatera Bagian
Selatan terdiri dari lipatan, sesar dan kekar. Struktur lipatan
memperlihatkan orientasi barat laut – tenggara melibatkan sukuen
batuan berumur Oligosen-Plistosen. Sedangkan sesar yang ada
merupakan sesar normal dan sesar naik. Secara geologi dengan
kondisi tersebut, Kabupaten Empat Lawang memiliki bentang alam
dataran tinggi dengan sedikit daerah rendah di bagian utara timur.
Topografi yang relatif berbukit dan bergelombang membentuk
sebagian besar wilayah Kabupaten Empat Lawang merupakan
perbukitan.
Lawang adalah masih kopi. Pada tahun 2012, produksi kopi sebesar
25.270 ton. Proporsi luas hutan terhadap luas daerah administrasi
Kabupaten Empat Lawang sebesar 39,34 %. Pemanfaatan hutan
secara proporsional untuk aktivitas lain sebagai upaya memacu
pertumbuhan perekonomian Kabupaten Empat Lawang. Masih
besarnya jumlah hutan menunjukkan bahwa wilayah Kabupaten
Empat Lawang belum banyak berkembang, sehingga perlu
perencanaan yang matang untuk pengembangan wilayah Kabupaten
Empat Lawang ke depan.
Rumah
Perk dan Hutan
Persa Lad Hutan Kola
No Kecamatan Tegal ebun Banguna Negar
wahan ang Rakyat m
an n a
Lainnya
Muara 500 628 5018 377 55 405 10581
1 1275
Pinang
Lintang 103 - 6566 2100 14 111 14444
2 1942
Kanan
3 Pendopo 1600 4445 296 4241 3670 43 219 12022
Pendopo - - - - - - -
4 -
Barat
Pasemah 55 252 12083 45 48 342 1272
5 2895
Air Keruh 4
6 Ulu Musi 1137 75 86 99 175 - - -
Sikap 675 280 685 100 - - -
7 1523
Dalam
3.2.7.KONDISI KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Kabupaten Empat Lawang mengalami
peningkatan setiap tahun. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk
tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Empat Lawang sebesar
226.934 jiwa, kemudian pada Proyeksi Penduduk tahun 2012
meningkat menjadi sebesar 230.159 jiwa, atau meningkat rata-rata
sebesar 1,42 persen per tahunnya. Jumlah penduduk Kabupaten
Empat Lawang pada tahun 2012 tercatat sebesar 230.159 jiwa
dengan jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tebing
Tinggi dan Kecamatan Pendopo masing-masing berjumlah 44.754
jiwa dan 36.328 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil berada
di Kecamatan Talang Padang yaitu hanya sebesar 12.090 jiwa
dengan kepadatan sebesar 5,25 jiwa/ km2. Jumlah penduduk yang
cukup besar di Kecamatan Pendopo dan Kecamatan Tebing Tinggi
dapat dimengerti terjadi karena peran kedua wilayah ini sebagai
pusat pemerintahan dan perdagangan serta jasa daerah Kabupaten
Empat Lawang.
Jumlah Pertumbuhan
Jumlah Kepadatan
Penduduk Penduduk
No Kecamatan Penduduk (Jiwa/
2012 per tahun (%)
2011 Km²)
Jiwa % 2011-2012
1 Muara Pinang 30028 30460 13,23 157,23 1,44
2 Lintang Kanan 24439 24757 10,76 93,58 1,30
3 Pendopo 35814 36328 15,78 188,36 1,44
4 Pendopo Barat 13006 13172 5,72 138,36 1,28
Pasemah Air 8,86 1,48
5 20092
Keruh 20389 93,57
6 Ulu Musi 17923 18154 7,89 55,07 1,29
7 Sikap Dalam 16469 16712 7,26 72,42 1,48
8 Talang Padang 11914 12090 5,25 85,80 1,48
9 Tebing Tinggi 44126 44754 19,44 123,31 1,42
10 Saling 13123 13343 5,80 58,52 1,68
Jumlah 226934 230159 100 102,00 1,42
Jumlah Rata-rata
Jumlah
No Kecamatan Rumah Anggota Rumah
KK
Tangga Tangga
1 Muara Pinang 6802 4,48 9485
2 Lintang Kanan 5296 4,61 7341
3 Pendopo 7714 4,64 11311
4 Pendopo Barat 2853 4,55 3957
Pasemah Air 4,15 6963
5
Keruh 4844
6 Ulu Musi 4767 3,75 5564
7 Sikap Dalam 4400 3,74 6063
8 Talang Padang 2643 4,51 4437
9 Tebing Tinggi 10111 4,36 15460
10 Saling 3020 4,36 5041
Jumlah 53100 4,33 75622
Gambar 4. 2 Grafik Laju Pertumbuhan Dan Laju Inflasi PDRB Tahun 2012
(BPS Kabupaten Empat Lawang, 2013)
3.2.9.KONDISI PERMUKIMAN
Kondisi eksisting permukiman di Kabupaten Empat Lawang
menunjukkan bahwa kawasan permukiman padat mengelompok di
pusat kota dengan densitas yang lebih tinggi dibanding dengan
kawasan permukiman di pinggiran kota (hinterland). Pemusatan
kawasan permukiman mengikuti pola aktivitas yang berjalan di
dalamnya, dimana permukiman perkotaan di Kabupaten Empat
Lawang mempunyai ciri khas dimana pusat permukiman bertumbuh
di sepanjang jalan lintas Sumatera (utara-selatan) dan terpusat di
wilayah Kecamatan Tebing Tinggi dan Kecamatan Pendopo. Jarak
diantara dua pusat kawasan pemukiman tersebut cukup jauh
dengan pemisah berupa bentang lahan dengan penutup lahan
eksisting berupa lahan pertanian dan perkebunan.
Gambar 4. 5 Peta Sebaran dan Tipologi Kawasan Permukiman Kab. Empat Lawang
(RTRW Kabupaten Empat Lawang 2012-2032)
Kecamatan Lebar
No Keadaan Panjang Jalan
yang Dilalui Jalan
a. Jalan Negara Tebing Tinggi 32,48 6,00
Muara Pinang 14,93 5,00
Pendopo 36,00 4,50
b. Jalan Provinsi
Talang Padang 22,30 4,50
Ulu Musi 38,33 4,50
Kecamatan Lebar
No Keadaan Panjang Jalan
yang Dilalui Jalan
Tebing Tinggi 17,04 5,00
Jumlah 128,62 23,50
Tebing Tinggi 242,03 2,52
Talang Padang 143,19 2,42
Pendopo 159,65 2,94
Muara Pinang 96,31 2,37
Lintang Kanan 67,97 2,41
Jalan
Ulu Musi 57,66 1,84
c. Kabupaten
Sikap Dalam 233,75 2,80
Pasemah Air 3,10
Keruh 104,64
Pendopo Barat 41,64 1,50
Saling 59,46 2,58
Jumlah 1206,32 24,48
Jumlah / Total 1367,42 53,98
Jumlah
No Kecamatan Panjang Jembatan
Jembatan
1 Muara Pinang 16 477,20
2 Lintang Kanan 23 339,70
3 Pendopo 19 570,40
4 Pendopo Barat - -
5 Pasemah Air Keruh 16 185,70
6 Ulu Musi 39 1707,30
7 Sikap Dalam - -
Jumlah
No Kecamatan Panjang Jembatan
Jembatan
8 Talang Padang 11 365,10
9 Tebing Tinggi 49 1217,80
10 Saling - -
Jumlah 173 4863,20
Dari data yang ada Permasalahan dimana Kontribusi terbesar dari sektor ini
menujukkan bahwa di Kabupaten Empat Lawang kegiatan pertanian masih
merupakan aktivitas ekonomi dominan dari sebagian besar masyarakat
meskipun sumbangan yang diberikan oleh sektor ini terus menerus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun ini disebabkan terjadinya
penurunan produksi tananan bahan makanan maupun perkebunan serta
jauhnya jarak daerah ke kota sehingga mereka menjual hasil pertanian ke
Kabupaten tetangga.
B. ARAH KEBIJAKAN
1) Arah kebijakan untuk mendukung terwujudnya misi satu, yaitu
Meningkatkan Layanan Akses Infrastruktur adalah:
Membangun infrastruktur dasar yang tepat guna dan sesuai SPM;
Prioritas pendanaan bagi pembangunan dan pemelliharaan
infrastruktur dasar;
Meningkatkan peran pemerintah,swasta dan masyarakat dalam
pemeliharaan infrastruktur dasar;
Prioritas pendanaan bagi Pembangunan infrastruktur sanitasi;
Meningkatkan peran pemerintah,swasta dan masyarakat dalam
pemeliharaan infrastruktur sanitasi;
Sinkronisasi program daerah dan pusat;
Alokasi pendanaan;
Meningkatkan perolehan dana - dana stimulan;
Meningkatkan peran pemerintah,swasta dan masyarakat dalam
pemeliharaan infrastruktur wilayah;
Sinkronisasi pembangunan antar wilayah dan antar sektor yang
berpedoman pada RTRW;
Meningkatkan peran seluruh sektor dalam pengendalian
pemanfaatan ruang;
Penegakan Hukum bagi pelanggaran pemanfaatan ruang;
daerah;
Meningkatkan pelayanan adminitrasi kepegawaian yang transparan,
cepat, tepat dan akuntabel;
Menyediakan regulasi bagi pengembangan manajemen
kepegawaian dan pengembangan pola karir;
Mengefektifkan penyelenggaraan diklat dan pengiriman tugas
belajar;
Meningkatkan nasionalisme aparatur;
Meningkatkan jiwa enterpreneurship SDM aparatur;
Melaksanakan perencanaan penganggaran belanja berbasis kinerja;
Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi
dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah;
Melaksanakan intensifikasi pendapatan asli daerah;
Meningkatkan kualitas kebijakan pengembangan pendapatan
daerah;
Mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah;
Menerapkan pelayanan prima pada pelayanan administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil;
Fasilitasi layanan dibidang pertanahan;
Peningkatan kapasitas daerah dalam penanganan pengaduan
masyarakat;
Peningkatan kesigapan pemerintah daerah dalam penanganan
bencana kebakaran;
Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui pelayanan sosial
kemasyarakatan;
Peningkatan layanan masyarakat berbasis wilayah kecamatan;
Menjaga keseimbangan
cadangan pangan Melakukan rehabilitasi
untuk kelestarian lahan
Meningkatkan pembangunan
sarana prasarana sektor -sektor Pemenuhan kebutuhan
potensial sarana prasarana
sektor potensial
Meningkatkan Kapasitas
Meningkatkan peran penyuluh
dan kinerja penyuluh
Meningkatkan produktivitas
IKM,ekonomi kreatif dan UMKM
Regulasi yang
mendukung iklim usaha
Mengoptimalkan
Meningkatkan sosialisasi sosialisasi
perkoperasian perkoperasian
2.2 Meningkatkan 2.2.1 Berkembangnya investasi daerah
pengembangan Meningkatkan
investasi keamanan,kenyamanan
daerah Menciptakan iklim yang kondusif bagi investor
bagi peningkatan investasi
Pembangunan akses
peluang investasi
dengan mengacu pada
Meningkatkan peluang -peluang RTRW
investasi
Mempublikasikan
potensi dan kondisi
Meningkatkan promosi daerah daerah
Meningkatkan kinerja
Meningkatkan ketepatan dan pelayanan perijinan
kecepatan layanan perijinan
2.3 Membuka 2.3.1 Berkurangnya tingkat pengangguran
akses lapangan Membuka akses
kerja/usaha lapangan kerja melalui
program - program
pemerintah
Membuka lapangan kerja
Memberikan
pembekalan
ketrampilan/kompetensi
Meningkatkan ketrampilan dan pencari kerja
kompetensi pencari kerja
Menanamkan
enterprenuership pada
Memberikan stimulan mengenai masyarakat
wirausaha bagi pencari kerja
melalui program pemerintah
2.4 Membuka 2.4.1 Tumbuhnya sektor pariwisata Mengekploitasi tempat - tempat Menciptakan iklim yang
akses wisata potensial kondusif bagi
pariwisata pengembangan
pariwisata daerah
Membangun sarana
Meningkatkan sarana prasarana prasarana penunjang
pendukung pariwisata ditempat -tempat
wisata
Meningkatkan peran
Meningkatkan promosi pemerintah daerah dan
pariwisata daerah stakeholder dalam
promosi paiwisata
A. AGENDA PEMBANGUNAN
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Empat Lawang
5 (Lima) agenda utama pembangunan Tahun 2013-2018 sebagai berikut:
Pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan;
Pemantapan dan pengembangan pembangunan infrastruktur Strategis;
Percepatan pertumbuhan ekonomi daerah;
Peningkatan kesejahteraan sosial dan pengembangan pariwisata;
Perwujudan Kabupaten Emass.
Urusan Pertanian:
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani;
Urusan kehutanan
Program rehabilitasi hutan dan lahan;
Program perencanaan dan pengembangan Hutan.
Capaian Kinerja
Program
Indikator Kinerja Bidang
Sasaran Strategi Arah Kebijakan Kondisi Kondisi Pembangunan SKPD
(outcome) Urusan
Awal Akhir Daerah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Terpenuhinya Meningkatakan Peningkatan Besaran konsumsi Program Peningkatan
kebutuhan pokok produktivitas produktivitas sektor masyarakat terhadap Kesejahteraan Petani
(pangan) sektor -sektor potensial melalui pangan (SPM)
masyarakat potensial revitalisasi sektor -
sektor potensial
88% 100% Pertanian BP2KP
potensial
Penanganan Daerah
rawan pangan (SPM)
30% 100% BP2KP
Penumbuhan
Kelompok Tani 26% 62% BP2KP
Frekuensi penyuluhan
16 32
per bulan BP2KP
kali/bulan kali/bln
Prosentase petani
yang menerapkan
teknologi (HAND Program Peningkatan
TRACTOR) 215 230 Pertanian DP3
Produksi hasil Pertanian
DUKU 2.327
2.297 ha
ha
Produktivitas Program
perikanan Pengembangan Kelautan
Budidaya Perikanan dan DP3
Perikanan
Isu Strategis; seperti yang telah dijelaskan mengenai isu-isu strategis yang
berkembang di Kabupaten Empat Lawang menghasilkan masukan dengan
diperoleh kata kunci untuk merumuskan tujuan penataan ruang yaitu :
1. Berbasis Agro
2. Konservasi
3. Potensi Pariwisata
4. Potensi Sungai
5. Posisi strategis
6. Mitigasi bencana
Dengan pertimbangan dan fakta ruang yang ada, maka RTRW Kabupaten
Empat Lawang disusun dengan tujuan dasar agar tercipta wilayah yang
aman, nyaman, produktif serta berkelanjutan.
Strategi
1. Pengembangan kota-kota kecil harus dikaitkan dengan pelayanan
dan pengembangan perdesaan di sekitarnya, dengan kota-kota kecil
lainnya yang secara spasial berdekatan, dan dengan kota besar pada
tingkatan di atasnya
2. Penguatan hubungan desa-kota untuk menciptakan keterkaitan
(linkages) yang saling menguntungkan dan sinergis
3. Pengembangan kota-kota kecil di dalam mendorong perkembangan
perekonomian perdesaan diarahkan pada kegiatan usaha ekonomi
yang menimbulkan dampak berganda (added velues)
Strategi
Menetapkan kawasan hutan lindung, suaka alam dan kawasan
konservasi alam di Kabupaten Empat Lawang yang akan di konservasi
dan diproteksi melalui peraturan lebih lanjut, diantaranya:
Merekonstruksi batas-batas kawasan hutan baik kawasan konservasi
maupun kawasan hutan produksi
Kebijakan
Pengembangan kawasan lindung untuk direhabilitasi/ reboisasi
kawasan hutan lindung dan suaka alam yang mengalami kerusakan,
mencegah meluasnya kerusakan di kawasan lindung
Strategi
1. Pengembalian fungsi kawasan lindung dan suaka alam yang telah
terganggu oleh kegiatan budidaya secara bertahap untuk dapat
memelihara keseimbangan alam di Kabupaten Empat Lawang
2. Penghentian penebangan hutan lindung dan suaka alam secara liar
3. Penghentian pembukaan lahan hutan lindung dan suaka alam untuk
dimanfaatkan sebagai ladang, kebun, maupun untuk permukiman
4. Pembatasan pemberian ijin perusahaan untuk memanfaatkan hutan
secara berlebihan
5. Pemberian sanksi hukuman kepada yang melanggar/melakukan
pembukaan hutan, penebangan dan pengerusakan hutan secara liar;
Kebijakan
Pengembangan kawasan budidaya untuk Pengembangan sektor
pertanian
Strategi
1. Program intensifikasi pada lahan-lahan produktif;
2. Menyediakan prasarana dan sarana pendukung pertanian (saprotan
dan alsintan)
3. Mendukung persediaan akan informasi yang berbasis teknologi
terhadap kegiatan pertanian
Strategi
1. Menetapkan kawasan strategis kabupaten dengan fungsi
pertumbuhan ekonomi meliputi kawasan agropolitan, kawasan
pariwisata, kawasan jasa perdagangan, kawasan pertambangan, akses
jalan poros dan “Kota Baru”;
2. Menciptakan forward and backward linkage pada kawasan
agrowisata yang dapat menimbulkan efek pengganda (multiplier
effect) dengan sektor- sektor lainnya seperti wisata dan industri;
3. Mewujudkan tourisme linkages yang atraktif dan menarik dengan
potensi alam, budaya, dan sejarah yang berpotensi meningkatkan
pendapatan daerah. Menciptakan iklim investasi yang kondusif;
4. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung kawasan;
5. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya pada kawasan
pertambanagan yang ada di KecamatanTebing Tinggi dan Kecamatan
Ulu Musi agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi
kawasan;
6. Mengintensifkan promosi peluang investasi;
7. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi.
Tabel 4. 7 Arahan Zonasi Dalam RTRW Kabupaten Empat Lawang Tahun 2010 – 2030
Rencana Pola Ruang
Kawasan Budidaya
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan Budidaya Non Pertanian
berfungsi Lindung
Kawasan Lindung
a) Hutan Lindung I I X X X X X X X X X X X
1
b) Hutan Bakau I I X X X X X X X X X X X
c) Sempadan Pantai Sungai dan Mata
I I X X X X X X X X X X X
Air
Ketentuan :
I = Penggunaan lahan atau kategori penggunaan lahan diizinkan sesuai dengan rencana pemanfaatan
T = Penggunaan lahan dizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat berupa
B = Penggunaan lahan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk penggunaan-penggunaan yang
memiliki potensi dampak penting terhadap kawasan sekitarnya/wilayah yang lebih luas.
Observasi Langsung
Observasi bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting guna lahan dan
budidaya tanaman pangan di Kabupaten Empat Lawang dan data yang dihasilkan
berupa data kualitatif. Hal-hal yang diobservasi adalah lokasi, jenis
penggunaan lahan pertanian, kondisi dan permasalahan guna lahan
pertanian.
Wawancara
D. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan dalam pekerjaan Penetapan Dan Penyusunan
Draft Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) Kabupaten Empat Lawang
adalah:
Jumlah penduduk dan jumlah KK Kabupaten Empat Lawang
Studi literatur maupun peraturan yang terkait, seperti RTRW Kabupaten
Data eksisting guna lahan dan budidaya pertanian tanaman pangan yang
berasal dari data Dinas Pertanian Kabupaten Empat Lawang.
Data pendukung budidaya tanaman pangan.
Data neraca tata guna lahan dari BPN Kabupaten Empat Lawang
Data interpretasi citra satelit untuk guna lahan pertanian.
Khusus untuk interpretasi citra satelit diuraikan lebih detail sebagai berikut:
Koreksi geometrik
Geometrik merupakan posisi geografis yang berhubungan dengan distribusi
keruangan (spatial distribution). Geometrik memuat informasi data yang
mengacu bumi (geo-referenced data), baik posisi (system koordinat lintang
dan bujur) maupun informasi yang terkandung di dalamnya. Koreksi
geometrik adalah transformasi citra hasil penginderaan jauh sehingga citra
tersebut mempunyai sifat-sifat peta dalam bentuk, skala dan proyeksi.
Transforamasi geometrik yang paling mendasar adalah penempatan kembali
posisi pixel sedemikian rupa, sehingga pada citra digital yang tertransformasi
dapat dilihat gambaran objek dipermukaan bumi yang terekam sensor.
Pengubahan bentuk kerangka liputan dari bujur sangkar menjadi jajaran
genjang merupakan hasil transformasi ini. Tahap ini diterapkan pada citra
digital mentah (langsung hasil perekaman satelit), dan merupakan koreksi
kesalahan geometric sistematik.
Koreksi geometrik yang biasa dilakukan adalah koreksi geometrik sistematik dan
koreksi geometrik presisi. Masing-masing sebagai berikut:
Koreksi geometrik sistematik melakukan koreksi geometrik dengan
menggunakan informasi karakteristik sensor yaitu orientasi internal
(internal orientation) berisi informasi panjang focus system optiknya
dan koordinat titik utama (primary point) dalam bidang citra (image
space) sedangkan distorsi lensa dan difraksi atmosfer dianggap kecil pada
sensor inderaja satelit, serta orientasi eksternal (external orientation)
berisi koordinat titik utama pada bidang bumi (ground space) serta tiga
sudut relative antara bidang citra dan bidang bumi.
Koreksi geometrik presisi pada dasarnya adalah meningkatkan ketelitian
geometrik dengan menggunakan titik kendali/kontrol tanah atau biasa
disebut GCP (Ground Control Point). GCP dimaksud adalah titik yang
diketahui
Koordinatnya secara tepat dan dapat terlihat pada citra inderaja satelit
seperti perempatan jalan, perpotongan jalan dengan sungai dan lain-lain.
Penajaman Citra
Penajaman citra dapat didefinisikan sebagai pemilihan manipulasi kontras
kenampakan suatu citra sehingga informasi tersebut dapat lebih mudah
diinterpretasikan untuk suatu tujuan tertentu. Sebagai contoh seperti di bawah
ini terlihat kabur karena adanya hamburan (scaterring) dari cahaya matahari
oleh pengaruh atmosfer yang terekam sensor satelit. Efek ini juga dapat
menurunkan kekontrasan citra. Dapat dikatakan bahwa suatu metode
penajaman citra tidak dapat digunakan untuk berbagai macam kepentingan
atau suatu teknik penajaman hanya cocok untuk interpretasi tertentu, sebagai
contoh penajaman citra untuk daerah perairan dapat berbeda dengan model
penajaman obyek yang ada di daratan. Namun demikian ada beberapa
ketentuan umum yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan panajaman
citra, meskipun apabila ditinjau kembali ke definisi di atas ada pembedaan yang
sangat subyektif sifatnya. Dalam hal ini kita dapat membedakan beberapa
teknik penajaman citra, seperti di bawah ini:
Penajaman kontras, yaitu teknik modifikasi citra yang digunakan untuk
mengubah nilai spektral citra asli menjadi citra baru, sehingga
kekontrasan antar obyek menjadi lebih tinggi (kontras).
Komposit warna (Color Composit), yaitu Setiap saluran (band) pada citra
satelit memiliki keunggulan dalam menonjolkan fenomena tertentu pada
permukaan lahan. Citra Komposit merupakan citra baru hasil
penggabungan beberapa saluran yang di tampilkan secara serentak pada
layer monitor. Modifikasi warna dan masukan saluran (band) yang
digunakan dapat membantu dalam penyajian fenomena permukaan bumi
yang lebih interpretative.
Penapisan (filtering), yaitu teknik penonjolan sekaligus menghilang-kan
variasi spectral tertentu, sehingga menghasilkan citra baru yang ekspresif
dalam menonjolkan pola-pola tertentu, seperti kelurusan atau planimetris
obyek dan pengelompokan obyek.
Rona/Warna
Rona merupakan tingkat kehitaman atau tingkat kegelapan obyek pada
citra/foto, rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya,
dengan mata biasa rona dapat dibedakan menjadi 5 tingkatan putih,
kelabu-putih, kelabu, kelabu hitam dan hitam.
Warna merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan meng-gunakan
spectrum sempit, lebih sempit dari spectrum tampak, contohnya warna atap
rumah adalah coklat, warna jalan adalah abu-abu terang, dsb.
Bentuk
Merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali
berdasarkan bentuknya saja, contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk;
Bangunan Gedung: berbentuk I, L, U, tajuk pohon: berbentuk tak beraturan,
Lapangan bola: berbentuk per-segi panjang, dsb.
Ukuran
Atribut obyek yang berupa panjang (sungai dan jalan), luas (lahan), volume,
ukuran ini merupakan fungsi skala. Misalnya ukuran rumah berbeda dengan
ukuran perkantoran, biasanya rumah berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan bangunan perkantoran.
Tekstur
Frekuensi perubahan rona pada citra/ foto atau pengulangan rona pada
kelompok objek, misalnya: permukiman atau hutan tekstur dinyatakan
dengan kasar, belukar tekstur kasar dan tanaman padi atau permukaan air
tekstur halus.
Pola
Susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek
bentukan manusia dan bagi beberapa objek bentukan alamiah, contoh; pola
teratur (tanaman perkebunan.Permukiman transmigrasi), pola tidak
teratur: tanaman di hutan, jalan berpola teratur dan lurus berbeda dengan
sungai yang berpola tidak teratur atau perumahan (dibangun oleh
pengembang) berpola lebih teratur jika dibandingkan dengan perumahan
diperkampungan.
Bayangan
Merupakan kunci pengenalan objek yang penting untuk beberpa jenis objek,
misalnya, untuk membedakan antara pabrik dan pergudangan, dimana
pabrik dapat terlihat adanya bayangan cerobong asap sedangkan gudang tidak
ada.
Situs
Menjelaskan letak objek terhadap objek lain disekitarnya, contoh pohon kopi
di tanah miring, pohon nipah di daerah payau, sekolah dekat lapangan olahraga,
pemukiman dapat memanjang di sekitar jalan utama.
Assosiasi
Diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lain.
Sehingga asosiasi ini dapat dikenali 2 objek atau lebih secara langsung. Contohnya
stasiun KA, terdapat jalur rel KA.
Konvergensi Bukti
Yaitu penggunaan beberapa unsure interpretasi citra sehingga lingkupnya
menjadi semakin menyempit kearah satu kesimpulan tertentu. Contoh:
TUmbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon
palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain seperti situsnya di tanah becek dan
berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.
4) Menentukan skala prioritas LP2B, yakni penentuan LP2B utama dan LP2B
cadangan.
Hasil survei peminatan LP2B ini menjadi salah satu dasar utama penetapan LP2B,
karena faktor petani dan kepemilikan lahan sawah sangat kuat dalam
menentukan keberlanjutan budidaya tanaman pangan.
Perda LP2B
Kabupate Empat Lawang
a) Laporan Pendahuluan
Mencakup pemahaman terhadap maksud, tujuan, sasaran, ruang lingkup
dalam pekerjaan survey dan kompilasi data
Tatakala dan diskripsi singkat pelaksanaan pekerjaan dan tahapannya, serta
Personil yang akan dilibatkan dalam pekerjaan ini.
c) Laporan Akhir
Merupakan Penyempurnaan draft laporan akhir yang telah diseminarkan pada
pengguna jasa dan instansi terkait. Laporan akhir berisi:
Draft Penetapan LP2B
Album Peta LP2B
Draft Peraturan Penetapan LP2B
E. Tenaga Ahli
Team Leader (Ahli Pertanian)
Harus memiliki jenjang pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan
Pertanian lulusan perguruan tinggi negeri atau yang telah disamakan.
Memiliki pengalaman 2 tahun.
Mampu memimpin dan mengkoordinir seluruh anggota tim kerja dalam
pelaksana pekerjaan selama 3 bulan, sampai pekerjaan dinyatakan
selesai. Kandidat yang di usulkan diutamakan memiliki pengalaman dan
pernah terlibat langsung pekerjan perencanaan sejenis pada posisi yang
sama.
Ahli GIS
Harus memiliki jenjang pendidikan Sarjana (S-1) Teknik Geodesi/
Geografi/ lnformatika/ Planologi (perencanaan wilayah/kota).
Kandidat diutamakan memiliki pengalaman dan pernah terlibat langsung
pekerjan perencanaan sejenis pada posisi yang sama selama 2 tahunn
Memiliki keahlian di bidangnya yang masih berlaku di dukung surat
referensi dari pengguna jasa sebelumnya. Pengalaman lain yang
diharapkan adalah telah mengikuti pelatihan tenaga ahli konsultansi
bidang ke PU –an dari LPJK.
Ahli Hukum
Harus memiliki jenjang pendidikan Sarjana teknik Strata Satu (S1)
Jurusan Ilmu Hukum lulusan perguruan tinggi negeri atau yang telah
disamakan.
F. Tenaga Pendukung
Asisten Ahli Perencanaan Wilayah/Planologi
Assisten ahli yang disyaratkan adalah Sarjana (S-1) Perencanaan Wilayah
dan Kota.
Asisten Ahli GIS.
Assisten ahli yang disyaratkan adalah Sarjana (S-1) TeknikGeodesi.
Surveyor
Harus memiliki jenjang pendidikan S1/D3 Jurusan Teknik
Lingkungan/Ilmu lingkungan/kesehatan lingkungan dari perguruan tinggi
negeri atau yang telah disamakan.
Operator Computer
Harus memiliki jenjang pendidikan D3 Jurusan Arsitektur/sipil dari
perguruan tinggi negeri atau yang telah disamakan.
Administrasi dan Keuangan
Harus memiliki jenjang pendidikan S1 atau D3 Jurusan Administrasi dari
perguruan tinggi negeri atau yang telah disamakan.
1 KEGIATAN PERSIAPAN
6 KEGIATAN PELAPORAN
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Akhir