Anda di halaman 1dari 97

Ceramah

Jalsah Salanah
United Kingdom
2019
Hadiqatul Mahdi, 2-4 Agustus 2019

1
130 Tahun Ahmadiyah
Oleh : Tn. Rafiq Ahmad Hayat (Amir Jemaat Ahmadiyah, UK) –
Pent : Mln. Muzaffar Ahmad

Para tamu undangan, saudara, saudari, dan pemirsa MTA yang terhormat di seluruh penjuru dunia
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pada hari ini saya telah diberi kesempatan untuk menyampaikan beberapa tonggak dan
pencapaian terbesar dari Jamaah Muslim Ahmadiyah selama kurun waktu 130 tahun.
Ini adalah tugas yang mustahil mengingat sedikitnya waktu yang diberikan, tetapi saya akan
mencoba sebaik mungkin untuk menyoroti beberapa peristiwa penting selama periode ini.
Apa ukuran sebenarnya dari jema’at yang sukses? Penyair Libanon Kahlil Gibran
mendefinisikannya
seperti ini:
"Biarkan hari ini merangkul masa lalu dengan kenangan, dan masa depan dengan
penantian."
Memang seperti itulah bagaimana kita memandang kesuksesan dan kebaikan Jema’at. Kita
merangkul kenangan masa lalu, dan melihat ke masa depan dengan penuh penantian,
karena Jema’at kita memiliki elemen unik dan berharga yang saling menggantikan satu dengan
lainnya; dan semua itu didasari petunjuk ilahi. Nilai-nilai ini, ajaran-ajaran ini tidak ditemukan
pada siapapun selain dari pendiri Jema’at Muslim Ahmadiyah, Masih yang Dijanjikan, Hadhrat
Mirza Ghulam Ahmad (as). Beliau adalah seorang utusan Allah yang rendah hati, Almasih yang
telah lama ditunggu-tunggu, dan kedatangan metaforis Isa (as) yang kedua. Yang kedatangannya
telah dinubuwatkan oleh Nabi Muhammad (saw). Kedatangannya akan mengakhiri perang atas
nama agama, dan memperkenalkan Jihad melalui pena. Beliau menyatakan bahwa jihad
sejati adalah perjuangan internal untuk mereformasi diri sendiri di mata Allah.
Melalui bimbingan ilahi, beliau dapat mengungkapkan Bagaimana Hadhrat Isa (as) selamat
dari penyaliban dan melakukan perjalanan ke India untuk melanjutkan misinya di antara Suku-
suku Israel yang Hilang.
Melalui hal itu juga terungkap kepada Hd. Masih Mau’ud (as) untuk mencari makam Hadhrat
Isa (as) yang telah memimpin para sahabat beliau ke Kashmir, India di mana makam Hadhrat
Isa masih dapat dilihat sampai sekarang.
Bahkan sebelum pendakwaan beliau, Hd. Masih Mau’ud (as) terkenal sebagai cendekiawan
Muslim yang terpelajar dan sering terlibat dalam debat publik dan dialog dengan para
misionaris Kristen, revivalis Hindu dan sejumlah cendekiawan Muslim dalam membela ajaran
Islam yang benar. Salah satu yang paling terkenal adalah perang do’a antara Hd. Masih Mau’ud
(as)
dan Dr Alexander Dowie, setelah Dr Dowie mengklaim dirinya sebagai Elia III. Hadhrat Mirza
Ghulam Ahmad (as) menyatakan dalam dan American Journal bahwa :
“Jika orang yang berpura-pura menjadi Elia menunjukkan kesediaannya dengan cara langsung
atau tidak langsung untuk masuk dalam daftar yang menentang saya, dia akan
meninggalkan dunia di depan mata saya dengan kesedihan dan siksaan yang hebat. Dua
tanda ini untuk benua Eropa dan Amerika. "
Kematian tragis Dr. Dowie dari kelumpuhan akut yang dideritanya pada tahun 1907,
membuktikan tanpa keraguan bahwa Tangan Ilahi telah bergerak demi Almasih yang
dijanjikan dan Islam.
Pada 1869 Huzur (as) menghadiri diskusi publik dengan Maulvi Muhammad Hussain Batalvi,
seorang anggota komunitas Ah ley Hadits.
Ketika Huzur (as) mempertanyakan kepercayaan Tuan Batalvi pada poin teologis tertentu,
beliau menemukan jawabannya diberikan sesuai dengan ajaran Islam. Kemudian beliau menolak
untuk berdebat lebih lanjut.
Orang yang membawa Hd. Masih Mau’ud (as) untuk berdiskusi, sangat marah dan
menyatakan kekecewaannya karena hal ini terjadi. Namun, Huzur (as) menyatakan, “Apa pun
yang saya lakukan adalah mencari keridhoan Allah SWT. Saya tidak peduli jika ada yang
mengutuknya. "Allah SWT sangat senang sehingga turunlah nubuwatan berikut :
"Tuhan senang dengan sikapmu, Dia akan memberkatimu, begitu banyak sehingga Raja-raja
akan mencari berkat dari pakaian engkau.”
Ini adalah wahyu pertama yang diterima Hd. Masih Mau’ud (as) dari Allah. Bagi Huzur (as) ini
adalah wahyu yang agung terutama mengingat pada saat itu beliau menjalani kehidupan
yang sangat sederhana, beliau sering menghabiskan sebagian besar waktunya dalam berdo’a
dan sangat sedikit makan. Bahkan dicatat bahwa pada saat ayahanda beliau wafat , Huzur (as)
menjadi khawatir atas sumber penghasilan beliau. Kemudian Tuhan Yang Mahakuasa
menjamin beliau dengan wahyu berikut ini:
“Alaysa Allaho be-Kafen Abdahoo”
Apakah Allah tidak cukup bagi hamba-Nya?
Dan Allah SWT mengungkapkan tanda-tanda ini berulang kali dan silih berganti. masa depan
Huzur
(as)
dan Jema’at terselamatkan di bawah perlindungan-Nya.
(as)
Banyak peristiwa luar biasa yang terjadi sepanjang hidup Hd. Masih Mau’ud tetapi karena
keterbatasan waktu saya tidak dapat menguraikan semuanya.
Huzur (as) menghabiskan banyak waktu dalam doa dan merenung dan setelah bermunajat selama
40 hari dalam kesendirian di sebuah rumah di Hosiyarpur, Huzur (as) mengumumkan melalui
sebuah selebaran Hijau pada tanggal 20 Februari 1886 bahwa Allah telah mengungkapkan
berbagai tanda termasuk kedatangan Putra yang Dijanjikan, yang kemudian dikenal sebagai
Hadhrat Muslih Maud
(ra)
.
Hadhrat Hd. Masih Mau’ud (as) menerbitkan 91 buku sepanjang masa hidupn beliau dalam bahasa
Urdu, Arab dan Persia dan juga mendirikan Review of religion dan Majalah Al Hakam. Karya
terbesar beliau adalah Braheen e Ahmadiyah. Seri buku ini menguraikan sumber ilahiah Al-
Qur'an dan kebenaran Nabi Muhammad (saw).
Allah Yang Mahakuasa telah menunjukkan banyak tanda surgawi untuk mendukung Hd.
Masih Mau’ud (as). Salah satu tanda adalah munculnya wabah di provinsi Punjab. Pada tanggal 6
Februari 1898 Huzur (as) melihat dalam sebuah kasyaf para malaikat menanam pohon-pohon
hitam di berbagai tempat di Punjab; sebuah tanda tentang wabah.
Hd. Masih Mau’ud (as) mengumumkan bahwa semua pengikut sejatinya tidak perlu divaksinasi
karena mereka akan diselamatkan dan tidak akan dirugikan oleh penyakit mematikan ini.
Sesungguhnya Allah Yang Mahakuasa menyelamatkan Utusannya, keluarganya dan semua
pengikutnya yang setia sebagaimana telah dinubuwatkan dalam ilham berikut:
"Aku akan melindungi semua orang yang berada di dalam lingkungan rumah engkau".
Jema’at ini terus tumbuh dalam jumlah yang lebih besar dan itu tidak lama setelah
terbentuknya. Pada tanggal 23 Maret 1889, Jamaah Muslim Ahmadiyah didirikan. Hadhrat Mirza
Ghulam Ahmad, Masih Mau’ud (as) menerima ikrar empat puluh pengikut yang setia dalam
janji mereka pada 10 syarat Bai'at. Bai'at terjadi di rumah Hadhrat Sufi Ahmad Jan, di kota
Ludhiana.
Hadhrat Maulana Hakim Noor ud Din (ra) adalah orang pertama yang mengambil bai'at di
tangan berberkat Hd. Masih Mau’ud (as). Ini sebuah awal sederhana yang revolusioner menuju
babak baru dalam sejarah Islam.
Salah satu tanda munculnya Almasih yang Dijanjikan seperti yang dijelaskan oleh Nabi Karim (saw)
adalah bahwa ia akan dibangkitkan di dekat menara putih di sebelah timur Damaskus. Untuk
memenuhi nubuwatan ini, Hd. Masih Mau’ud (as) meletakkan batu fondasi dari Minaratul Masih
pada hari Jumat 13 Maret 1903.
Jema'at ini terus berkembang dimana para pengikut terus berdatangan untuk mencari jalan
pencerahan sejati. Kemudian, di bawah ilham Ilahi, Huzur (as) mengumumkan pada bulan Mei
1891 bahwa beliau adalah Mahdi yang Dijanjikan yang kedatangannya dinantikan oleh umat
Islam.
Huzur (as) bersabda: “Tanda-tanda yang nyata sejauh ini begitu banyak sehingga tidak ada
ruang yang tersisa bagi orang berpikiran jernih untuk menyangkal mereka. Semua tanda-tanda
duniawi dan surgawi tentang munculnya Masih yang Dijanjikan telah dimanifestasikan di
zaman saya. "
Menyusul pendakwaan beliau pada tahun 1891, Huzur (as) memutuskan untuk mengadakan
Jalsah Salanah pertama. Jalsah pertama diadakan dari tanggal 27-29 Desember di Masjid Aqsa
Qadian. Hanya 75 orang anggota yang menghadiri Jalsah. Jalsah Salanah terakhir yang
dihadiri oleh Hd. Masih Mau’ud (as) adalah pada tahun 1907, dihadiri dua ribu orang peserta,
kemenangan yang besar pada saat itu.
Hal ini berkaitan dengan wahyu yang diterbitkan Huzur (as) pada tahun 1889, yang
menyatakan: “Ribuan orang yang jujur akan bergabung dengan barisan-Nya. Dia sendiri akan
menjaga mereka dan membuat jema’at tumbuh, sedemikian rupa sehingga jumlah dan
kemajuannya akan memukau dunia. Jema’at akan menjadi mercusuar yang sangat tinggi
untuk menerangi keempat penjuru dunia. ”
Pada tanggal 27 April 1908 Huzur (as) melakukan perjalanan bersama keluarga beliau ke
Lahore. Beliau menyampaikan banyak pidato, bertemu banyak pejabat tinggi yang memiliki
kepercayaan berbeda-beda. Sebagai seorang Pangeran Perdamaian, beliau menyusun sebuah
buku yang berjudul Pesan Perdamaian pada tanggal 25 Mei yang menguraikan usulan beliau
untuk menyatukan umat Hindu & Muslim.
(as)
Pada tanggal 26 Mei setelah sakit dalam waktu yang singkat, Huzur menghembuskan
nafas terakhir dan bertemu dengan Sang Khalik.
Inna lillahe wa inna elahe rajeoon
Sesungguhnya kami berasal dari Allah dan Sesungguhnya kepada-Nya lah kami akan kembali.
Kata-kata terakhir yang terucap di bibir berberkat beliau adalah (Urdu):
Tuhan, Tuhanku yang baik
Hal ini memang sebuah kerugian yang besar bagi Jema’at. Kewafatan beliau menyebabkan
kesedihan yang luar biasa. Tetapi seperti yang difirmankan Allah SWT: Adalah kewajiban
kalian untuk melihat manifestasi kedua (kekhalifahan).
(ra)
Setelah wafatnya Almasih yang Dijanjikan, Hadhrat Maulana Hakeem Nooruddin secara
aklamasi diakui sebagai pengganti beliau pada tanggal 27 Mei 1908.
Terlepas dari kenyataan bahwa beliau adalah orang pertama yang menerima bai'at di
tangan Hadhrat Masih Mau'ud (as), Hadhrat Hakeem Nooruddin (ra) adalah orang yang sangat
terpelajar baik dalam bidang rohani maupun duniawi. Beliau juga seorang Hafiz dan pengetahuan
beliau mengenai Alquran dan Hadits dipuji di seluruh Punjab.
Pengkidmatan beliau di jalan Islam tidak ada bandingannya dalam sejarah Ahmadiyah. Hd.
Masih Mau’ud (as) telah memuji beliau dalam syair berbahasa Parsi yang merupakan kesaksian
yang indah dalam pengakuan atas dedikasi dan status beliau.
“Alangkah baiknya jika semua orang dari pengikutku adalah Nooruddin. Ini hanya mungkin
terjadi ketika hati seseorang disinari oleh cahaya kebenaran dan keyakinan yang
teguh. "
Selama Kekhalifahan beliau, dari tahun 1908 hingga 1914, Hadhrat Maulvi Noorudin (ra)
mendirikan berbagai lembaga Jema'at, termasuk keuangan, pendidikan, dan publikasi. Beliau
juga dengan penuh semangat menegakkan institusi Khilafat menghadapi segala rintangan.
Beberapa peristiwa terpenting dari masa kekhalifahan beliau diantaranya; yang pertama
adalah terjemahan Al-Qur'an berbahasa Inggris, pendirian Baitul Mal (keuangan), pembukaan
Madrasah Ahmadiyah, meletakkan fondasi Masjid Nur dan Ta'limul Islam High School serta
penerbitan pertama majalah Al Fadl dan lain sebagainya.
Hadhrat Khalifatul Masih I (ra) juga mendidik para Muballighin, yang akan menyebarkan dan
membawa pesan Ahmadiyah. Salah satu muballigh yang dikirimkan bernama Chaudhary Fateh
Mohammad Sial Sahib. Beliau dikirim ke Inggris dengan tujuan menyebarkan pesan Islam
Ahmadiyah. Inilah sebuah poin penting bagi sejarah kita dan akhirnya menggenapi
nubuwatan berikut:
Hd. Masih Mau’ud (as) menulis dalam Azala-e-Auham (Roohani Khazain, “Aku mungkin tidak
hadir secara fisik, tapi ajaran ku akan menyebar di antara orang-orang (di Barat) dan
sejumlah besar orang Inggris yang berpikiran benar akan terpesona oleh Kebenaran
Islam. "
Hadhrat Khalifatul Masih I (ra) tidak hanya meletakkan dasar khilafah dalam Jema'at
Ahmadiyah
tetapi beliau juga mengembangkan jema’at dalam upaya-upaya pertablighan.
Beliau hidup sebagai bayang-bayang Hd. Masih Mau’ud (as) dan apa yang beliau lakukan
telah membantu jema'at menemukan fondasinya. Beliau wafat pada 13 Maret 1914.
Jubah Khilafat kemudian diteruskan kepada Khalifah yang kedua, Hadhrat Mirza
Bashiruddin Mahmood Ahmad (ra), Putra yang dijanjikan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (as).
Beliau berusia 25 tahun pada saat itu.
Beliau dikenal sebagai Hadhrat Muslih Mau’ud, Putra yang Dijanjikan dan pembaharu
berdasarkan nubuwatan yang diberikan kepada Hd. Masih Mau’ud (as) bahwa beliau akan
dianugerahi seorang putra 'yang akan menjadi tanda Rahmat, Kekuasaan, Berkat dan
Kebaikan Allah, dan yang denganya pesan Islam dan Ahmadiyah akan dibawa sampai
ke ujung dunia. '
Sejak usia muda, beliau belajar terjemahan Al-Qur'an dan hadits dari Hadhrat Khalifatul Masih I
(ra)
. Beliau juga menyibukkan diri dalam mempelajari agama, sejarah, sastra, dan berbagai
mata pelajaran lainnya secara sendiri sehingga memenuhi nubuwatan :
"Dia akan sangat cerdas dan cakap serta akan memiliki hati yang lemah lembut dan
akan dipenuhi dengan pengetahuan duniawi dan rohani."
Pada tahun 1907, seorang malaikat mengajari beliau tafsir Surah Al Fatihah, bagian pertama dari
Al- Qur'an karim. Sejak saat itu beliau diberkati dengan pengetahuan yang tidak biasa mengenai
tafsir Alquran.
Pada 1914 beliau dianugerahi posisibebrberkat sebagai khalifah. Sebuah jema’at yang berjumlah
sekitar 2.000 Muslim Ahmadi mengambil bai'at di tangan beliau, dan sejak saat itu Jema’at
mulai tumbuh dengan sangat pesat. Prestasi Hadhrat Khalifatul Masih II (ra) sebagai Khalifah
selama kurun waktu 52 tahun terlalu banyak untuk disampaikan dalam waktu yang singkat
ini.
Salah satu pencapaian terpenting beliau adalah pendirian misi luar negeri di berbagai
negara di seluruh dunia termasuk Inggris dan AS. Beliau mendirikan Gerakan Tehrik-e-Jadid dan
Waqfe-e-Jadid untuk mendanai pekerjaan misi-misi jemaat dan Jami'ah Ahmadiyah untuk
mendidik para muballighin.
Hadhrat Muslih Mau’ud (ra) juga menciptakan badan administrasi Jema'at diantaranya, Ansarullah,
Khudamul Ahmadiyah, dan Lajna Imailliah.
(ra)
Pada bulan November 1914, Hadhrat Khalifatul Masih-II meminta para anggota Jema’at
untuk berkontribusi keuangan dalam penyelesaian Minaratul Masih. Sebagai hasilnya
pembangunan itu selesai pada bulan Desember 1916.
Hadhrat Khalifatul Masih II (ra) juga merupakan Khalifah pertama dari Masih Mau’ud (as) yang
melakukan perjalanan ke luar India dan menandai babak baru dalam Sejarah Ahmadiyah
khususnya bagi jemaat Inggris.
Hadhrat Muslih Mau'ud (ra) melakukan perjalanan ke Inggris untuk Konferensi Agama-Agama
Sedunia pada tahun 1924. Konferensi ini menghasilkan banyak pujian dari para peserta dan
sejumlah besar pemberitaan di media-media Inggris.
Selama kunjungan ini peristiwa bersejarah lain terjadi yaitu pendirian masjid pertama di Kota
London.
Pada tahun 1924, fondasi Masjid London pertama kali diletakkan oleh Hadhrat Khalifatul Masih II
(ra)
. Masjid ini menjadi landasan untuk banyak peristiwa-peristiwa bersejarah. Di masjid inilah
sang pendiri Pakistan, Muhammad Ali Jinnah, secara tidak resmi mengumumkan kembalinya ke
panggung politik India dengan berpidato di hadapan kumpulan besar mahasiswa Muslim
India yang hadir di sana pada saat Idul Adha.
Di bawah bimbingan Hadhrat Muslih Mau’ud (ra), imam Masjid London saat itu, Abdul Rahim
Dard Sahib, berbicara kepada Jinnah untuk sebagai dukungan kembalinya ia ke politik pada
bulan Maret 1933.
Begitu Pakistan dibentuk, Jema’at dihadapkan dengan tantangan lain; migrasi (perpindahan).
Selama pembagian sub benua India pada tahun 1947, ribuan anggota Jema’at harus bermigrasi
dari India ke Pakistan. Di bawah bimbingan Hadhrat Muslih Mau’ud (ra) sebuah pusat baru
didirikan bernama Rabwah.
Pada tanggal 20 September 1948, batu fondasi diletakkan untuk kota baru Rabwah, markas
jema’at internasional yang baru. Huzur pindah dari Lahore ke kediaman permanen beliau di
Rabwah pada tanggal 19 September 1949. Di bawah kepemimpinan dinamis Khalifatul
Masih, sebagian besar Jama'at dapat didirikan kembali di Rabwah dalam masa yang relatif
singkat.
Apabila kita melihat sepanjang sejarah kekhalifahan beliau, Hadhrat khalifatul Masih II (ra)
telah memenuhi nubuwatan yang diturunkan sehubungan dengan Anak yang Dijanjikan.
Menurut nubuwatan itu ia akan menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya oleh Allah
dengan cara yang terbaik dan akhirnya diangkat ke surga untuk berada dalam hadirat Allah
SWT.
Pada 9 November pukul 4.30 sore, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad, Khalifat al-Masih yang
Ketiga (Rehmullah) memimpin prosesi pemakaman. Hampir 50.000 orang jemaat bergabung
dalam prosesi pemakaman tersebut.
Demikianlah dimulai babak yang lain dalam sejarah Jema'at Ahmadiyah, masa khalifah
ketiga Hadhrat Mirza Nasir Ahmad (rh). Khalifah Hd. Masih Mau’ud (as) ini lahir pada 16
November 1909. Kelahiran beliau dinubuwatkan oleh Allah SWT dalam wahyu kepada Hd.
Masih Mau’ud (as) “Kami memberikan kabar gembira tentang seorang anak lelaki yang
akan menjadi cucumu.”
(rh)
Sebelum pengangkatan beliau sebagai Khalifah, Huzur memegang banyak posisi di dalam
Jema’at
termasuk Sadr Anjuman Ahmadiyah.
Selama kekhalifahan beliau, Hadhrat Khalifatul Masih III (rh) meluncurkan 2 Gerakan utama;
Gerakan Fadl-e-Umar foundation, mendanai kelanjutan proyek yang dimulai oleh ayahanda
beliau Hadhrat Muslih Mau’ud (ra) dan Gerakan Nusrat Jahan untuk mengatur upaya kemanusiaan
jangka panjang di Afrika Barat.
Komisaris Tinggi Gambia pada saat itu di Inggris berbicara tentang keberhasilan Gerakan Nusrat
Jehan, ia menyatakan: “Hari itu semakin dekat ketika seluruh negeri akan menerima
manfaat dari Gerakan ini dan akan beralih ke Ahmadiyah. Alhamdolillah! "
Adanya perkembangan menuai pujian yang luar biasa, tetapi sayangnya penentangan juga
semakin kuat. Pada tahun 1974, kerusuhan & demonstrasi meluap terhadap Jema’at di
seluruh Pakistan. Rumah-rumah milik para Ahmadi dirampok dan dirusak menjadi puing-
puing. Muncullah boikot
sosial terhadap para ahmadi. Mereka dipecat dari pekerjaan mereka tanpa alasan yang jelas,
dan beberapa bahkan menjadi syuhada.
Penganiayaan terhadap para Ahmadi mencapai puncaknya ketika Parlemen Pakistan
mengeluarkan amandemen pada tanggal 7 September 1974 yang menyatakan bahwa
Ahmadiyah adalah non- Muslim. Ini benar-benar merupakan ketidakadilan terhadap Jema’at.
Pada akhirnya hal itu menyebabkan perebutan kekuasaan Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto
oleh jenderal militer yang dipilihnya sendiri dalam suatu pemberontakan, dan ia kemudian
digantung pada 4 April 1979.
Di bawah kepemimpinan Hadhrat Khalifatul Masih Ketiga yang berpandangan jauh ke
depan, Jema’at tidak hanya selamat tetapi kemudian tumbuh subur karena rahmat Allah
SWT. Alhamdolillah.
Huzur (rh) Mendorong para pelajar untuk mengejar pendidikan tinggi dan mendirikan berbagai
lembaga pendidikan. Bangunan-bangunan administrasi termasuk Masjid Aqsa di Rabwah
dibangun di bawah bimbingan beliau. Pada saat meletakkan batu fondasi Masjid Basharat di
Spanyol, Huzur (rh) mengumumkan semboyan Ahmadiyah yang terkenal:
“Love for All hatred for None.”
"Cinta untuk Semua Tiada Kebencian untuk Siapapun."
Hadhrat Khalifatul Masih III (rh) menyampaikan Khotbah Jumat terakhir pada 21 Mei 1982 di
Rabwah, dan wafat pada malam 8 dan 9 Juni.
Pada tanggal 10 Juni Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV (rehmaullah)
memimpin prosesi pemakaman. Lebih dari 100.000 orang Ahmadi ambil bagian dalam prosesi
pemakaman.
Sekali lagi sebuah babak baru dibuka dalam sejarah kita. Saat itu di Rabwah, Huzur
(rehmaullah) terpilih sebagai Khalifah. Namun, peraturan anti-Ahmadiyah yang diberlakukan
pada tanggal 26 April 1984 oleh Jenderal Zia ul Haq, membuat Huzur (rh) tidak mungkin berfungsi
sebagai kepala komunitas bila tetap berada di negara tersebut. Maka setelah berkonsultasi,
Huzur memutuskan untuk segera meninggalkan Pakistan, dan mengambil penerbangan dari
Karachi ke London.
Jema’at Ahmadiyah Inggris harus sangat cepat menyesuaikan diri keadaan yang berubah. Tiba-
tiba menjadi pusat kekhalifahan, kegiatan Jema’at akan berkembang melampaui batas imajinasi
apa pun.
Ketika Hadhrat Khalifatul Masih Ar Rabi’ (rh) tiba, Jama'at kami masih sangat kecil dan tentu saja
dua sesi Jalsa Salana yang dilaksanakan pertama kali setelah kedatangan beliau diadakan
di Aula Mahmud, dan sesi terakhir di mana Huzur (rh) berbicara kepada Jama'ah di diadakan di
pusat jema’at di Surbiton, dengan sekitar 1.500 pria dan 1.500 wanita hadir.
Karena khilafah telah tiba tanpa jaringan yang mendukungnya, salah satu tugas pertama
yang dilakukan oleh Khalifatul Masih adalah melatih pemuda Inggris mengenai nizam
Jema’at agar mereka dapat menjadi khaddim yang efektif dari Hadhrat Khalifatul Masih.
Akhirnya Masjid Fazl terasa terlalu kecil (untuk setiap kegiatan jemaat). Oleh karena itu atas
instruksi Huzur, sebuah lahan seluas 25 hektar dibeli di daerah Tilford dekat Farnham,
sekitar 35 mil dari London.
Berdasarkan mimpi yang dilihat oleh Osman Chou Sahib, Huzur memutuskan untuk memberi
nama itu ‘ISLAMABAD’, lahan tersebut segera menjadi sarana pusat kegiatan.
Jalsa Salana kedua setelah kedatangan Hadhrat Khalifatul Masih dilaksanakan di Islamabad.
Pada tahun 1985, beliau mengumumkan Gerakan baru WAQFENAU dan beliau mendesak para
orang tua untuk mewaqafkan anak-anak mereka yang belum lahir untuk pengkhidmatan Islam.
Gerakan ini, seperti semua Gerakan yang diumumkan oleh para khalifah, menjadi sangat sukses.
Para orang tua dari seluruh dunia berjanji waqaf untuk anak-anak mereka yang belum lahir.
Kami melihat banyak perkembangan besar selama periode ini termasuk pembentukan siaran
MTA (Muslim Television Ahmadiyah).
Televisi Muslim Ahmadiyah (MTA) memiliki sejarah yang mencengangkan dan panjang yang
dimulai pada tahun 1989. Pembentukan channel ini merupakan penggenapan dari wahyu
Hadhrat Masih Mau’ud (as): "Aku akan sampaikan tabligh engkau ke seluruh pelosok dunia."
Siaran perdana tampil pada 24 Maret 1989, ketika itu pertama kali siaran langsung khutbah jum’at
huzur dilakukan melalui saluran telepon ke Mauritius dan Jerman.
Pada 7 Januari 1994 MTA telah mulai menyiarkan transmisi secara harian; kemudian pada 1
April 1996 MTA mulai mengudara selama 24 jam sehari.
(atba)
Selain itu di bawah bimbingan Khalifatul Masih Al Khamis beberapa layanan baru telah
diluncurkan termasuk MTA Al Arabiya, Dan MTA Afrika.
MTA juga sekarang tersedia di Youtube dan Twitter dan berbagai aplikasi serta perangkat
android.
Sebagai ahli homeopati yang diakui, Hadhrat Khalifatul Masih Ar Rabi’ (rh) menganggap
pengobatan homeopati sangat cocok untuk negara-negara miskin dan kurang berkembang.
Beliau mulai memberikan pelajaran tentang Homeopati melalui MTA; Sebagai hasilnya, ribuan
orang mendapat manfaat dan masih mendapat manfaat dari perawatan gratis ini.
Gerakan kemanusiaan lainnya adalah mendirikan badan amal independen yang disebut
Humanity First. Ini adalah organisasi yang dimaksudkan untuk membantu umat manusia,
terlepas dari ras, agama atau etnis apapun. Kehadirannya di seluruh dunia sangat dirasakan
melalui program-program bantuan bencana.
Perkembangan Jema’at yang pesat segera menuntut tempat yang lebih besar baik untuk ibadah
dan
fasilitas administrasi.
Atas instruksi Huzur sebuah lahan yang tepat dibeli pada bulan Maret 1996.
Dinamakan Baitul Futuh (Rumah Kemenangan) Huzur meluncurkan perjanjian untuk
mengumpulkan dana pembangunan sebuah masjid besar, dan pekerjaan itu dimulai dengan
sungguh-sungguh ketika Huzur meletakkan batu fondasinya pada tahun 1999.
Bai'at International pertama juga terjadi di bawah bimbingan Hahdrat Khalifatul Masih Ar
Rabi’ (rehmaullah) pada tahun 1993, sekitar 200.000 orang secara bersamaan menerima
Ahmadiyah melalui transmisi satelit. Hari ini di tangan Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis ((atba))
jutaan orang dari seluruh dunia menerima bai'at di tangan Huzur.
Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV (rh), menyampaikan Khotbah Jumat terakhir beliau
di Masjid London pada 18 April 2003 dan pada malam yang sama, menghadiri Majlis Irfan yang
meriah (sesi Tanya Jawab). Majlis-e-Irfan itu adalah kesempatan terakhir bagi Jema’at
Inggris untuk menghabiskan waktu bersama Huzur tercinta karena pada tanggal 19 April
2003 pukul 9:30 pagi beliau wafat di kediaman beliau di London.
Saat-saat di dan sekitar Masjid Fazal, untuk selamanya, akan terukir dalam ingatan kita. Di mana
di dalam kompleks Masjid dan semua jalan di sekitar masjid pada saat itu dipenuhi dengan
orang- orang. Semua menunggu dengan ketakutan besar untuk pemilihan Khalifatul Masih
berikutnya.
Pada 22 April 2003, Sahibzada Mirza Masroor Ahmad (atba) terpilih sebagai Khalifah Kelima Hd.
Masih mau’ud (as). Ini menandai peristiwa yang menggembirakan bagi Jema’at Inggris ketika
Sejarah terjadi di hadapan mereka. Jutaan orang menonton MTA untuk menyaksikan acara
tersebut. Air mata kegembiraan dan kelegaan tercurah saat Huzur (atba) berbicara kepada
Jema’at yang mendesak mereka untuk fokus pada doa dalam babak baru Sejarah ini.
"Saya hanya punya satu permintaan ke Jema’at saat ini, mohon berikan perhatian yang
besar
pada doa, berdoa, berdoa, silakan berdoa, silakan berdoa."
Salah satu tugas pertama beliau sebagai Khalifatul Masih adalah peresmian masjid Baitul Futuh
pada 3 Oktober 2003. Sejak saat itu, ratusan masjid di seluruh dunia telah dibangun dan
prosesnya terus berlanjut. Banyak lagi masjid yang akan dibangun, InsyaAllah, di masa yang
akan datang.
Masjid Baitul Futuh juga menjadi tempat untuk konferensi perdamaian tahunan Jema’at
Inggris, yang diprakarsai oleh Huzur (atba). Acara ini membuat para pemimpin politik dan
agama bersatu di bawah bimbingan Huzur untuk mencari solusi perdamaian bagi dunia kita.
Tidak mengherankan bahwa lahan seluas 30 hektar segera terbukti tidak memadai untuk
keperluan Jema’at. Oleh karena itu, dengan restu Huzur, sebuah peternakan seluas 208
hektar diperoleh. Huzur memberinya nama Hadeeqatul Mahdi, Taman Mahdi. Sejak saat itu
semua penyelenggaraan Jalsah Salanah Inggris diadakan di sini.
Mengikuti instruksi Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis (atba), Jami’ahh Ahmadiyah
Internasional didirikan di Colliers Wood London, yang diresmikan oleh Huzur Aqdas pada
Oktober 2005. Dan sekali lagi dengan sangat cepat, ini juga menjadi terlalu kecil untuk
kebutuhan mahasiswa kami yang semakin meningkat. . Tempat baru telah dicari; dan pada
2012, sebuah lahan baru dibeli di Heselmere, Surrey. Kampus Jami’ah Ahmadiyah seluas 31
hektar memiliki fasilitas tempat tinggal dan belajar serta lapangan bermain sendiri dan
kemungkinan ekspansi jika diperlukan.
Seabad Khilafat jatuh pada tanggal 27 Mei 2008. Seratus tahun berkah Khilafat dirayakan
dengan ucapan syukur yang sederhana.
Jalsa Seabad Khilafat, seperti yang mungkin diingat oleh Anda sekalian yang hadir di sini,
dilaksanakan di Excel Centre di Docklands, London. Saat yang paling menyentuh adalah
memperbarui janji kesetiaan di tangan Hadhrat Ameerul Momeneen di mana para Ahmadi
dari seluruh dunia bergabung melalui MTA
Ada acara khusus untuk merayakan seabad jema’at di Queen Elizabeth Hall yang dihadiri oleh
tamu- tamu terhormat termasuk Anggota Parlemen, pejabat senior dan tamu undangan
lainnya. Huzur pada pertemuan ini berbicara menyoroti sejarah Jema’at dan ajaran Islam
yang sebenarnya.
Selama masa Khilafat e Khamsa yang penuh berkah ini, Huzur (atba) tidak membiarkan kejadian
apa pun berlalu tanpa berbicara mengenai ajaran Islam tentang perdamaian dan persatuan
di setiap tempat - Di Gedung Parlemen, di Uni Eropa dan di Capitol Hill di Washington. Kata-kata
dan tindakan beliau benar-benar membenarkan gelar beliau sebagai Man of Peace (Manusia
Perdamaian).
Huzur memiliki keprihatinan besar tentang keadaan hubungan internasional dan atas dasar ini
beliau menulis surat kepada berbagai pemimpin dunia termasuk Paus Benediktus, Presiden
Israel, Iran, Amerika Serikat, Rusia, Prancis, dan lain sebagainya.
Meskipun penganiayaan keji yang terus-menerus diterima oleh kaum Muslim Ahmadi di berbagai
negara mayoritas Muslim, Huzur secara tegas melarang segala bentuk kekerasan.
Tahun 2010 menandai periode yang sangat gelap dalam sejarah Jema’at; pada 28 Mei 2010,
teroris anti-Ahmadiyah menyerang dua masjid milik Jamaah Muslim Ahmadiyah di Lahore.
86 Muslim Ahmadi mati syahid saat melaksanakan shalat Jumat, sementara puluhan lainnya
terluka. Jema’at secara global berduka atas serangan yang mengerikan ini.
Selama khotbah Jumat yang disampaikan segera setelah itu, Huzur Aqdas (atba) berbicara tentang
bagaimana beliau secara pribadi menelepon keluarga para syuhada untuk mengucapkan
belasungkawa. Beliau bersabda: "Allah berfirman‘ Dan jangan katakan orang-orang yang
terbunuh di jalan Allah bahwa mereka sudah mati; bahkan mereka hidup; hanya kalian
yang tidak melihatnya. '(Al baqarah : 155). Mereka menunjukkan kepada dunia bahwa
meskipun mereka telah memperoleh keridhoan dari Allah, mereka juga telah menjadi
sumber yang akan menumbuhkan keimanan. ”
Terlepas dari sifat biadab dari serangan ini, Huzur menginstruksikan Muslim Ahmadi di seluruh
dunia untuk merespon hanya melalui doa dan sarana yang sepenuhnya damai. Semoga Allah
SWT terus memberkati keluarga mereka yang terkena dampak dan memberikan semua syuhada
status yang tinggi di surga, Ameen
Selain itu baru-baru ini mungkin salah satu tonggak yang paling penting telah kita saksikan, dan
itu adalah perpindahan Markaz Pusat Jema'at dari London ke Islamabad, Tilford.
Momen bersejarah ini terjadi pada hari Senin, 15 April 2019, segera setelah shalat Ashar di
Masjid Fazl, London, ketika Huzur berangkat dan menuju Islamabad. Pada 17 Mei 2019,
peresmian Masjid Mubarak, Islamabad berlangsung. Kemudian pada tanggal 29 Juni 2019, Resepsi
bersejarah diadakan untuk menandai pembukaan Markas Pusat Internasional Baru Jema’at.
Dalam khotbah Jumat pertama di masjid Mubarak, Huzur bersabda: “Semoga Allah SWT
menjadikan masjid ini sebagai cerminan Masjid Mubarak di Qadian, semoga hal ini
menarik karunia Tuhan, dan semoga diberkati dengan segala macam cara.”
Dari awal yang sederhana ketika empat puluh pengikut yang setia menerima bai'at di tangan
Hadhrat Hd. Masih Mau’ud (as) di Ludhiana hingga Jutaan Muslim Ahmadi yang mengambil bai’at
di tangan Khalifatul Masih Al Khamis (atba) Jema’at terus berkembang semakin kuat dan akan
terus berlanjut. Semoga Allah SWT memberkati dan melindungi Khalifatul Masih kita dan
menyatukan Jema’at di bawah perlindungan Allah SWT dan terus menganugerahi kita semua
kesuksesan di dunia ini dan di akhirat. Jazakallah sekali lagi saya ucapkan, Allah memberkati
kalian semua.
Cara Rasulullah saw Memberikan Nasehat
Oleh : Mln. Fazal ur Rahman Nasir (Qaid Tarbiyat Majelis Ansharullah, UK)

Pent: Mln. Ataul Ghalib Yudi Hadiana

Allah Ta’ala telah mengutus Hadhrat Aqdas Muhammad Musthafa Saw sebagai
rahmat untuk perbaikan seluruh dunia. Allah Ta’ala telah mengutus beliau agar akhlak
yang luhur dapat diajarkan kepada orang-orang yang telah rusak sejak berabad-abad
lamanya, agar jarak pemisah antara Sang Khaliq dengan makhluk-Nya dapat
dihilangkan. Beliau mengajarkan bagaimana cara memperoleh kecintaan dari Rabb,
Sang Khaliq dan Malik, serta bagaimana cara untuk menunaikan hak-hak makhluk-
Nya.

Allah Ta’ala memerintahkan beliau :

Teruslah berikan nasehat,


karena nasehat itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.

Kewajiban untuk terus-menerus memberikan nasehat degan rasa simpati, kasih sayang,
kehangatan, dan kecintaan yang telah beliau tunaikan itu, disebutkan dalam Quran Karim
demikian:

Boleh jadi engkau akan membinasakan dirimu, karena mereka tidka mau
beriman

Imam kita tercinta, Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis aba, di dalam khutbah-khutbah
dan pidato-pidatonya, sering menyampaikan mengenai peristiwa para sahabat bernasib
baik yang mendapatkan karunia langsung dari nasehat-nasehat Rasulullah saw.

Dalam sebuah kesempatan beliau bersabda:

“Cara beliau memberikan nasehat pun sungguh menajkubkan. Allah Ta’ala


memerintahkan beliau untuk memperlakukan orang-orang yang beriman kepada beliau
dengan kelembutan dan kasih sayang. Oleh karena itu, dalam menasehati keluarga
dekat beliau dan juga anak- anak, beliau saw memperlakukan mereka dengan
kelembutan dan kasih sayang. Demikian pula kepada orang lain dari kalangan umat
beliau dan juga kepada para sahabat ra.
Beliau senantiasa memperhatikan perintah ini,
“Tugas engkau adalah memberikan nasehat, teruslah berikan nasehat dengan halus.
Seperti
itulah hendaknya contoh dari seorang guru yang paling tinggi.”

Beliau telah menampilkan contoh untuk kita, bahwa jika kita ingin menegakkan standar
yang tinggi untuk perbaikan dalam masyarakat, maka perbaikan itu hendaklah dimulai
dari rumah kita sendiri, dengan begitu akan nampak pengaruhnya. Allah Ta’ala juga
memerintahkan untuk menjaga diri kita dan juga keluarga kita dari api neraka, dan
untuk berjalan serta mengajak orang lain melangkah di atas jalan-jalan yang membawa
kepada qurub Allah Ta’ala serta jalan-jalan yang dapat menghasilkan akhlak yang
luhur.

Oleh karena itu beliau saw senantiasa memberikan tarbiyat dan mengingatkan
anggota keluarga beliau bahkan mengenai hal-hal yang kecil sekalipun, dan itu
beliau lakukan dengan penuh kesabaran, dan semangat.

Hadhrat Anas bin Malik ra meriwayatkan bahwa selama 6 bulan lamanya, ketika Nabi
Karim saw pergi untuk shalat subuh dan lewat di depan pintu Hadhrat Fatimah ra, beliau
bersabda, “Wahai Ahli bait, waktu shalat telah tiba!” Kemudian beliau menilawatkan

ayat :
Wahai Ahli bait, Allah hendak menghilangkan segala macam kotoran dari kalian dan
ingin mensucikan kalian dengan sepenuh kesucian.

(Tirmidzi, Kitabut Tafsir, Bab wamin Surotil Ahzab)

Dalam satu hadis lain disebutkan mengenai cara beliau memberikan nasehat, dari
situ dapatlah diketahui bagaimana corak dan karakter dari nasehat beliau.

Hadhrat Ali ra meriwayatkan,


“Suatu kali Nabi Karim saw datang ke rumah kami di waktu malam. Beliau
membangunkan saya dan Fatimah untuk shalat tahajud. Kemudian beliau saw kembali
ke rumah beliau dan mendirikan nawafil sampai beberapa lama. Waktu itu beliau tidak
merasakan tanda-tanda bahwa kami akan bangun, maka beliau datang untuk kedua
kalinya kemudian membangunkan kami seraya bersabda, ‘Bangun, dirikanlah shalat!’
Saya bangun sambil menggosok mata dan berkata, ‘Demi Tuhan, kami hanya dapat
mendirikan shalat yang ditetapkan untuk kami. Jiwa kami berada dalam genggaman
Tuhan, ketika Dia berkehendak, Dia dapat mengambilnya.’ Rasul Karim saw
kembali, beliau memukulkan tangan beliau pada paha beliau dengan keheranan dan
mengulang kalimat yang saya ucapkan, yakni kami tidak dapat mendirikan shalat selain
yang telah ditetapkan atas kami. Kemudian beliau menilawatkan ayat ini:

tetapi dalam segala sesuatu manusia yang paling banyak membantah

(Musnad Ahad bin Hambal, Jilid 1, hal. 91, Cetakan Beirut)


Beliau bisa saja membentak ataupun memarahi, tetapi beliau justru memberikan nasehat
dengan begitu halus. Beliau juga memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa
beliau akan terus memberikan nasehat, akan terus memberi tahu, dan akan terus
menyeru. Beliau mengatakan bahwa tugas beliau adalah memberikan nasehat dan apa
yang mereka katakan itu adalah keliru. Kebiasaan manusia yang banyak membantah
adalah tidak baik. Alih-alih membantah, hendaklah berusaha untuk mengamalkan
perintah-perintah Allah.”
(Khutbah Jum’at, 19 Agustus 2005)

Beliau memberikan tarbiyat kepada istri-istri dan anak-anak beliau di rumah, serta
anak- anak dan para pemuda yang seringkali keluar-masuk rumah beliau seperti;
Hadhrat Ali, Hadhrat Zaid, Hadhat Hasan, Husein, Usamah, Anas, Abdullah bin Umar,
Abdulllah bin Abbas dan yang lainnya, dengan penuh kasih sayang, kecintaan dan doa,
sehingga hal itu menjadi menara cahaya bagi keturunan di masa mendatang.

Selama beliau memberikan talim dan tarbiyat, beliau tidak pernah memukul siapa pun,
tidak pula memarahi seorangpun di rumah. Secara khusus beliau telah menciptakan
atmosfir dalam hal penghormatan kepada kaum perempuan dan dalam talim tarbiyat
sedemikian rupa sehingga hanya dalam beberapa tahun saja kaum perempuan
memperoleh penghormatan dalam masyarakat Arab dan beberapa sahabat beliau yang
ternama biasa meminta saran dari istri-istri mereka untuk memecahkan beberapa
masalah perselisihan.

Merupaan buah dari sifat baik dan ketinggian akhlak beliau, sehingga istri-istri beliau
menerima rumah dan kehidupan sederhana beliau dan menolak segala macam
hadiah berupa perhiasan dan kekayaan duniawi. Oleh karena itu rumah beliau
merupakan gambaran nyata dari sabda beliau:

Yakni setinggi dan sebesar apapun jabatan serta kedudukan seseorang, yang paling baik
adalah ia yang baik terhadap keluarganya, dan dalam berlaku baik terhadap keluarga,
cara yang aku amalkan adalah yang cara yang terbaik dari antara kalian.

Tatacara hidup, cara berprilaku, dan cara bertutur kata Hadhrat Aqdas Muhammad
Rasulullah saw adalah seperti apa yang Allah Ta’ala firmankan:

Dan sesungguhnya, engkau benar-benar memiliki akhlak yang agung

Merupakan buah dari ketinggian akhlak dan doa-doa yang beliau panjatkan dengan
penuh kepiluan, serta nasehat mendalam penuh rasa simpati, yang terus-menerus beliau
berikan, sehingga di dalam hati orang-orang, di di rumah-rumah, dan dalam lingkungan
masyarakat Islam pada umumnya telah timbul perubahan-perubahan suci secara
terus-menerus.
Dalam keelokan sifat beliau terdapat daya tarik dan terkandung nur yang sanggup
menaklukkan hati. Para sahabat ridhwanallah menuturkan bahwa beliau saw merupakan
orang yang penuh rasa simpati, lemah lembut, dan berpembawaan halus. Beliau
memperlakukan setiap muslim dengan kasih sayang. Beliau senantiasa bersabda bahwa
menerapkan kelembutan akan membuat persoalan menjadi elok, sesdangkan
permasalahan yang darinya unsur kelembutan dihilangkan, permasalahan itu menjadi
buruk.

Seorang sahabat menceritakan,


“Suatu kali, dalam sebuah peperangan, kaki saya menginjak kaki beliau karena
berdesakan. Sepatu saya kasar, beliau sangat kesakitan. Sambil mengatakan,
‘Bismillah, kamu telah melukai kakiku,’ beliau mendorong kaki saya ke belakang
dengan cambuk beliau. Saya sangat menyesal karena peristiwa itu. Sepanjang malam
saya merasa gelisah. Keesokan harinya, seseorang menyebut nama saya dan berseru
bahwa Hudhur saw memanggil saya. Saya datang menghadap beliau dengan sangat
gugup. Mungkin saya akan mendapat hukuman. Tetapi dengan penuh kasih sayang
beliau bersabda, ‘Aku telah mendorong kakimu dengan cambukku, aku sangat
menyesalinya, ambilah kambing-kambing ini sebagai hadiah, dan janganlah perkara itu
disimpan dalam hati.’”

(Musnad Ad-Darimi, Bab fii sakhooin nabiyyi saw, jilid 1, hal. 32, dengan ref,
Hadiqatush shalihiin, hal. 57)

Mendengar kemashuran akhlak luhur beliau, orang-orang dari tempat-tempat yang jauh,
khususnya kelompok para pemuda datang dan tinggal di Madinah untuk beberapa
hari. Mereka mendirikan shalat bersama beliau dan mempelajari Quran Karim serta
ilmu dan hikmah. Mereka semua menerangkan hal yang sama bahwa beliau adalah
orang yang memberikan tarbiyat dengan sangat lembut, halus dan penuh kasih
sayang. Dalam perkataan beliau terdapat daya pengaruh sehingga untuk
mendapatkan kecintaan, keridhaan, dan doa beliau, para sahabat senantaiasa
bersemangat dan antusias untuk mengamalkan setiap sabda beliau dan berlomba satu
sama lain dalam mendirikan shalat dan memunaikan puasa.

Terkadang Rasulullah saw pun terpaksa harus menasehati mereka dengan sabda,
“Ambilah jalan tengah, tubuh kalian memiliki hak atas kalian, mata kalian memiliki hak
atas kalian, istri dan keluarga kalian juga memiliki hak atas kalian, tamu yang datang
ke rumah kalian pun memiliki hak atas kalian.”
(Sahih Bukhari, Kitabun Nikah, bab Az Zaujuka ‘alaia haqqun)

Setiap hari sahabat beliau senantiasa mencari tahu bagaimana beliau bangun dalam
kegelapan malam dan berdoa kepada Tuhannya. Karena ada hubungan kekeluargaan,
Hadhrat Ibnu Abbas ra pada waktu kecil terkadang datang dan tidur di rumah beliau
demi melihat bagaimana beliau bangun pada waktu malam untuk mendirikan shalat
tahajud.
Tilawat Quran karim beliau pada waktu subuh, secara khusus merupakan sunnah
beliau yang menarik hati sehingga para sahabat sangat mencintai amalan ini.
Karena itu pula sebagian sahabat melantunkan syair ini:

Di antara kami ada Rasul Allah yang membaca kitab-


Nya saat terbit fajar pertama pada waktu pagi

Dia menunjukkan kepada kami jalan lurus setelah


kebutaan Maka hati kami yakin bahwa apa-apa yang dikatakannya
adalah benar

Ia melalui sebagian besar waktu malam dengan terpisah dari tempat


tidurnya Sedangkan bagi orang musyrik, sangatlah berat meninggalkan
tempat tidurnya

(Sahih Buhari, Kitabus Shalat, Bab Tahajud)

Berdoa di hadapan Allah Ta’ala dalam waktu yang lama di kesunyian malam
merupakan salah satu bagian sunnah beliau yang semenjak awal merupakan bagian tak
terpisahkan dalam kehidupan beliau. Oleh karena itu pula, terdapat perintah Allah Ta’ala
kepada beliau:

Sesungguhnya, bangun di waktu malam untuk shalat


adalah lebih kuat untuk menguasai diri dan lebih ampuh
berbicara

Dalam menyinggung berkenaan dengan keinginan beliau saw untuk melihat akhlaq luhur
dari istri-istri, anak-anak dan para sahabat beliau, Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis
aba dalam satu kesempatan bersabda:

Hadhrat Aisyah ra meriwayatkan,


“Saya bercanda kepada Rasulullah saw, seraya mengisyaratkan pendeknya tinggi badan
Hadhrat Shofiah ra, ‘Wahai Rasulullah! Shofiyah itu begini dan begitu.’ (mengatakan
bahwa Hadhrat Shofiyah itu pendek). Atas hal itu Rasulullah saw bersabda, ‘Ini
merupakan sebuah kalimat yang jika dicampurkan dengan air laut, niscaya akan
mengubah rasanya.’”
(Sunan Abi Daud, Kitaabul Adab, Bab fil Ghibah)

Rasulullah saw menasehati Hadhrat Aisyah dengan halus bahwa orang-orang yang
memiliki hubungan dekat dengan beliau saw hendaklah memiliki standar akhlak yang
sangat tinggi.
Pada umumnya, jika suatu perkataan diucapkan sebagai candaan, meskipun
mengandung ejekan di dalamnya, perkataan itu akan dianggap sebagai hal biasa, tetapi
hal ini pun telah beliau saw peringatkan. Karena apbila candaan yang diucapkan oleh
Hadhrat Aisyah
terdengar oleh Hadhrat Shofiah, maka bagi Hadhrat Shofiah hal itu akan menjadi
perkara yang serius.

Beliaupun telah menunjukkan ketidaksukaan beliau terhadap ejekan. Beliau


mengingatkan Hadhrat Aisyah dengan cara yang sangat bijak, bahwa apa yang
dianggapnya sebagai candaan itu sebenarnya merupakan suatu perkara serius yang
karenanya dapat timbul keributan.

Beliau saw pun menasehatkan bahwa standar akhlak orang-orang yang dekat dengan
beliau hendaklah sangat tinggi sehingga jangan pernah sedikitpun mengeluarkan kata-
kata yang karenanya dapat timbul perselisihan apa pun. Setelah memberikan contoh,
beliau bersabda bahwa walaupun nampak sesbagai perkara kecil, perkara itu dapat
membawa sebegitu besar kekotoran ke dalam diri kita, sehingga apabila kotoran itu
dimasukkan ke dalam air laut yang tiada bertepi sekalipun, kotoran tersebut akan dapat
merusak rasanya. Jadi, inilah akhlak luhur dan cara-cara elok yang dengan cara itu
beliau saw memberikan nasehat.

Kemudian (Huzur) bersabda:


Salah satu di antara akhlak-akhlak luhur adalah berkata benar dan menegakkan
kejujuran serta membenci kedustaan. Ini pun merupaan perkara yang teramat
penting guna penegakkan tauhid Allah Ta’ala. Allah Ta’ala menyebutkan perihal
menghindari syirik dan berkata dusta pada satu tempat yang sama. Oleh karena itu
beliau saw biasa mengajarkan berkata jujur sebagai pelajaran pertama pada anak-
anak. Beliau juga senantiasa mengatakan kepada para orang tua untuk mengajarkan
kejujuran kepada anak-anaknya. Demikian pula setiap orang yang baru masuk Islam
senantiasa diajarkan agar mereka menerapkan kejujuran dan senantiasa berkata
benar.

Berkenaan dengan seberapa jauh Belau saw memikirkan bagaimana untuk menegakkan
kejujuran dan menanamkannya dalam diri anak-anak, dapat diketahui dari sebuah
riwayat:

Abdullah bin Amir ra meriwayatkan,


“Suatu kali Rasulullah saw datang ke rumah kami. Saat itu saya masih anak-anak.
Saya hendak pergi untuk bermain, ibu saya berkata, ‘Abdullah, kemari! Saya akan
memberikan kamu sesuatu.’ Rasulullah saw bersabda, ‘Kamu mau memberikan sesuatu
kepadanya?’ Ibu saya menjawab, ‘Ya, saya akan memberinya kurma.’ Beliau saw
bersabda, ‘Jika kamu mengatakan hal itu dengan tidak benar-benar berniat dan
hanya untuk memanggil anak semata, maka kamu berdosa karena telah berkata
dusta.’
(Musnad Ahmad bin Hambal, hadits Abdullah bin Amir ra, Jilid 3, Hal. 447, Cetakan
Beirut)

Nasehat Rasulullah saw dalam usia anak masih kecil seperti dalam peristiwa di atas,
begitu membekas dalam benak anak-anak. Oleh karena itu, anak-anak yang tumbuh
dalam lingkungan dan nasehat-nasehat serupa itu, mungkinkah dia bisa berkata
dusta dalam kehidupannya? Anak-anak yang mendapatkan tarbiyat serupa itulah yang
akan menjadi orang-orang yang memperlihatkan kejujuran kepada dunia.

Beliau saw senantiasa menahan diri dengan penuh semangat dan jika ada orang yang
tidak disukai datang kepada beliau saw, beliau saw tidak pernah memperlakukannya
dengan akhlak yang buruk. Jika ada suatu perbuatan yang keliru, beliau biasa menahan
diri dengan cara-cara yang sangat elok. Terkadang datang orang-orang badwi, orang-
orang kampung,
yang melakukan kekeliruan dan para sahabat menjadi sangat marah. Tetapi beliau
saw memberikan nasehat dengan cara yang sangat elok dan tidak pernah marah.

Disebutkan dalam sebuah riwayat, Hadhrat Abu Hurairah ra menuturkan bahwa suatu
kali seorang badwi masuk ke masjid, dan dia buang air kecil disitu. Orang-orang
menyergapnya. Hudhur saw melarang orang-orang itu dan bersabda, “Lepaskan dia,
siramlah tempat di mana ia buang air. Kalian diciptakan untuk kemudahan orang-
orang bukan untuk mempersulit.” (Bukhari, Kitabul Wudhu,)

Dalam satu riwayat lain disebutan bahwa setelah itu orang badwi tersebut selalu
menceritakan akhlak luhur Rasulullah saw tersebut, dan mengatakan, “Bapak dan Ibuku
berkorban demi Rasulullah saw, beliau saw telah menasehati saya dengan penuh
kecintaan. Tidak memaki saya. Tidak memarahi saya, tidak memukul saya, bahkan
menasehati saya dengan halus.”

Oleh karena itu, perhatikanlah, bagaimana seorang yang tidak berpendidikan sekalipun,
telah berubah semata-mata karena nasehat yang dilakukan dengan penuh cinta
kasih.

Kemudian terkait tetangga, beliau saw bersabda, “Berbuat baik kepada tetangga
merupakan akhlak yang sangat mulia, karena Jibril as senantiasa menekankan kepada
saya untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai terpikir oleh saya bahwa
tetangga itu seolah menempati kedudukan sebagai ahli waris.”

Kemudian berkenaan dengan ketaatan kepada pemerintah, beliau saw senantiasa


memberikan penekanan dan bersabda, “Taat kepada pemerintah merupakan kewajiban
kalian dan merupakan tuntutan akhklak mulia serta tuntutan seorang warga negara
yang baik. Hendaklah taat kepada atasan. Jika seorang budak Habsyi ditetapkan
sebagai amir kalian, ditetapkan sebagai pimpinan kalian, maka taatilah ia.”

Berkenaan dengan pentingnya mencintai negara yang kita tinggal di dalamnya,


beliau bersabda, “Cinta tanah air adalah sebagian dari iman.”

Oleh karena itu, Ketika ketaatan kepada pimpinan dan kecintaan pada negara
merupakan tuntutan akhlak, maka hendaklah kita ingat bahwa perkara-perakara ini
merupakan bagian dari iman. Oleh karena itu, di negara manapun seorang muslim
tinggal hendaklah ia tinggal dengan damai dan tentram seraya mentaati aturan-aturan
negaranya.

Kemudian kepada para atasan, beliau saw memberitahukan seperti apa gambaran
akhlak tertinggi bagi mereka, “Akhlak tinggi kalian baru akan terwujud manakala
kalian menganggap diri kalian sebagai khadim (pelayan) kaum dan menggunakan
semua fasilitas- fasilitas kalian untuk mengkhidmati kaum. Alih-alih memperoleh
keuntungan-keuntungan pribadi kalian hendaklah kalian memberikan perhatian ke
arah pengkhidmatan kepada orang-orang, barulah kalian dapat dikatakan sebagai
atasan dan pimpinan yang baik.” (Khutbah Jum’at, 19 Agustus 2005)

Beliau juga memberikan nasehat-nasehat untuk menegakkan perdamaian internasional.


Beliu bersabda, “Ketika datang seorang yang terhormat dari suatu kaum, maka
hendaklah kalian memuliakannya.” (Jaami’ul masanid wa as sunan, jilid 8 hal. 353,
Darul Fikr, Beirut 1994)
Beliaus saw mashur sebagai orang yang tidak pernah menyusahkan utusan suatu kaum,
dengan cara apa pun. (Sahih Bukhari, Kitabul Maghozi, Bab Qotlu Hamzah)

Bahkan pada hari-hari terakhir kehidupan beliau, beliau menekankan, “Jika datang
kepada kalian utusan dari suatu kaum maka hendaklah kalian memberikannya hadiah
sebagaimana aku biasa memberikannya.” (Sahih Bukhari, Bab Ikhrajul Yahud min
Jazirotil ‘Arab)

Beliau saw telah melakukan perbaikan dalam kaum yang ribuan mil jauhnya dari
peradaban dan kebudayaan serta bangga akan kejahilan. Dimana tidak ada sekolah
ataupun madrasah. Beliau telah mengajarkan di rumah beliau dengan penuh kasih
sayang dan kecintaan mulai dari cara bangkit, duduk, tidur, bangun, bercengkrama dan
adab menuntut ilmu dan semua adab pemerintahan negara, kaum dan dunia. Orang-
orang yang berasal dari kampung- kampung kecil yang sederhana di Mekah dan
Madinah, yang mendapatkan tarbiyat dari beliau, mereka telah mengubah masyarakat
bertabiat jahil dan dzalim yang tinggal di Iran, Romawi, Mesir, Syiria dan di sekitar
sungai Tigris dan Eufrat, dan mengalirkan kepada mereka mata air ilmu dan irfan,
yang sampai berabad-abad kemudian terus menunjukkan sirothol mustaqiim kepada
semua umat manusia. Murid-murid beliau telah mengubah keilmuan dan peradaban
serta agama di bagian timur dan barat dunia. Bahkan sungguh benar jika dikatakan
bahwa dewasa ini pun untuk memulihkan kesucian hubungan kekerabatan di antara
manusia, untuk menciptakan rasa cinta dan kasih sayang di antara berbagai lapisan
masyarakat, di dunia ini tidak ada panduan lagi selain ajaran dan uswah (suri
tauladan) beliau saw. Falsafah Eropa tidak dapat menghubungkan keluarga-keluarga
yang telah terputus, tidak pula adat dan kebiasaan timur dapat menegakkan kedamaian
di rumah-rumah. Tidak pula universitas-universitas kenamaan di dunia ini memiliki
silabus yang dapat mengajarkan kepada keturunan di masa mendatang keterampilan
cinta kasih satu sama lain antara ibu dan bapak, saudara laki-laki dan saudara
perempuan.

Nasehat-nasehat beliau nampak diamalkan dalam masyarakat layaknya hukum-hukum


ilmu pengetahuan. Seperti sabda beliau, “Surga berada di bawah telapak kaki ibu” dan
“Bapak adalah pintu surga”. Jika ibu dan bapak bangun pada waktu malam dan terus
menerus berdoa dengan penuh ratapan untuk anak-anaknya, maka doa-doa mereka
akan membawa sebuah revolusi besar dalam kehidupan anak-anak. Inilah khazanah
(kekayaan) yang paling berharga dan terpelihara, yang terus dikumpulkan di langit
oleh ibu dan bapak dalam bentuk doa. Yang kemudian pada waktunya akan terus
memberikan manfaat bagi anak- anak. Kemudian beliau bersabda

Yakni perlakukanlah anak-anak dengan hormat. Sambil memberikan tarbiyat kepada


mereka, perhatikanlah juga kehormatan diri mereka. Jika dalam tarbiyat anak,
kehormatan diri mereka tidak diperhatikan, maka perkataan sebaik apapun, nasehat
seindah apapun, akan menjadi pendorong mereka pada lubang kebinasaan, dan
mereka akan mulai melarikan diri dari para pemberi tarbiyat.

Kemudian beliau bersabda, budayakanlah salam, berikanlah makan kepada orang yang
lapar dan hapuskanlah kelaparan—yang merupakan akar dari berbagai kejahatan—
dari masyarakat, berlaku baiklah kepada karib kerabat. Beliau bersabda:
Dan bangunlah pada waktu malam untuk mendirikan shalat pada saat orang-orang
sedang tidur. Maka kalian akan masuk surga dengan selamat. Ini merupakan
nasehat yang bisa menjadikan setiap rumah dan setiap kaum berada dalam buaian
kedamaian. Sabda-sabda beliau yang walaupun nampaknya kecil, jika terus terdengar
secara berulang-ulang dengan cinta dan kasih sayang semenjak kanak-kanak, maka
ketenangan yang untuk mencarinya, anak-anak, orang dewasa, laki-laki dan
perempuan keluar dari rumah dan hilir mudik ke jalan-jalan, gang-gang, dan klub-klub,
ketenangan itu akan tersedia bagi mereka di rumah.

Beliau juga menanamkan hal ini di dalam umat beliau, yakni Allah Ta’ala sangat
menyukai jika kalian mengatakan sesuatu yang kalian lakukan. nasehat yang beliau
berikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang baik, beliau sendiri mengamalkan itu dengan
teramat eloknya. Sebagaimana dalam hal ibadah dan doa-doa, langkah beliau paling
depan, seperti itu pulalah dalam pekerjaan-pekerjaan yang lain pun beliau paling
depan. Jika terasa ada bahaya mengancam Madinah, maka beliaulah yang paling
pertama keluar menunggang kuda seorang diri melakukan langkah-langkah penjagaan.
Pada waktu pembangunan masjid nabawi dan saat penggalian parit ketika perang
Ahzab, beliau bersama-sama dengan semua orang terus melakukan waqar e amal
sehingga tubuh beberkat beliau pun penuh dengan debu, meskipun dalam kondisi
umum beliau memberikan nasehat :

Kebersihan merupakan bagian dari iman dan beliau sedemikian rupa menjaganya
sehingga sahabat menerangkan bahwa dari keringat beiau pun tercium aroma wangi dan
beliau tidak memakan makanan yang karenanya mulut menjadi bau. (Syamail e Nabi
saw)

Terkadang beliau duduk bersama para sahabat dengan sangat akrabnya dan beliau
mengajarkan suatu perkara dengan cara mengajukan pertanyaan. Suatu kali beliau
bertanya, “Pohon apakah yang sangat identik dengan sorang mukmin? Yang
buahnya, bijinya, daunnya, dan batangnya bermanfaat, setiap bagiannya bermanfaat?”
Kemudian berliau menjawab sendiri bahwa pohon itu adalah kurma. Seperti itu
jugalah hendaknya seorang muslim yang beriman dapat menjadi wujud yang
bermanfaat bagi umat manusia.

Terkadang beliau mengajarkan jalan-jalan kebaikan dengan meberikan contoh-contoh.


Beliau bersabda, “Permisalan seroang sahabat yang baik adalah serperti penjual minyak
wangi. Jika kalian pergi kepadanya maka kalian bisa membeli minyak wangi darinya,
kalaupun tidak kalian biisa mendapatkan dengan gratis. Dan sahabat yang buruk
adalah seperti pandai besi. Jika kalian pergi kepadanya maka pakaian kalian akan
terbakar atau kesehatan kalian akan terganggu karena bau asapnya.”

Begitu pula beliau bersabda, “Shalat 5 waktu seperti sungai yang mangalir di depan
rumah seseorang, kemudian ia mandi di sungai itu 5 kali sehari. Apakah akan ada
kotoran tersisa pada tubuh orang itu?” Jadi, dengan shalat 5 kali manusia akan
bersih dan suci dari setiap jenis kotoran dzahir dan batin.

Beliau senantiasa mengingatkan mengenai shalat 5 waktu sepanjang kehidupan beliau,


baik dengan perkataan maupun dengan amalan, sampai-sampai pada hari-hari terakhir
beliau, ketika berjalan pun sudah susah, beliau meletakkan tangan pada pundak dua
orang sahabat dan kaki terseret di atas tanah, namun beliau tetap pergi ke masjid untuk
shalat berjamaah. Ini pun merupakan satu cara memberikan nasehat dalam hal
penegakkan shalat berjamaah. Dan sabda beliau yang berbunyi, “Qurrotu ‘aini fii ash-
sholat (penyejuk mataku ada dalam
shalat)”. Untuk gejolak suci beliau ini pun Allah Ta’ala pun telah memberikan demikian
rupa ganjaran kepada beliau. Pada detik-detik akhir kehidupan beliau, ketika beliau
sudah tidak mungkin keluar untuk mendirikan shalat berjamaah, beliau
menyingkapkan kain gorden rumah beliau dan melihat ke arah masjid, dan nampaklah
para sahabat beliau saw sedang sibuk untuk shalat, dengan begitu Allah Ta’ala telah
membuat mata beliau menjadi sejuk.

Berkat peringatan yang terus-menerus diberikan dengan kecintaan oleh Hadhrat


Masih Mau’ud dan para khulafa beliau mengenai Hadhrat Aqdas Muhammad
Mustafa saw dan riwayat hidup beliau yang suci, pada hari ini setiap Ahmadi
berkeinginan agar ketika mereka meniggalkan dunia ini, anak-anaknya bisa disiplin
dalam hal shalat lima waktu. Setiap ibu dan bapak berharap, dan mereka berdoa
kepada Allah Ta’ala untuk keturunan di masa mendatang:

Ketakwaan inilah yang aku ingin lihat dari semua (anak


keturunan) Ketika tiba waktu kembaliku (wafat)

Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud as bersabda:


“Ketika kita melihat dengan pandangan yang adil, maka di antara seluruh silsilah
kenabian kita hanya mengenal sesorang nabi yang tingkat kemurahan hatinya tertinggi
dan nabi yang hidup serta nabi yang sangat dikasihi Tuhan, dialah yang merupakan
penghulu para nabi, kebanggaan para rasul, pemimpin para mursalin, yang namanya
Muhammad Musthafa dan Ahmad Mujtaba saw. Yang dengan berjalan 10 hari di bawah
naungannya, manusia akan mendapatkan cahaya yang tidak pernah dapat ditemukan
1000 tahun sebelumnya. (Siraj e Munir, Ruhani Khazain, Jilid 12, hal. 82).

Kemudian bersabda:

Jika kalian ingin selamat dari hijab-hijab nafsu, jika kalian ingin mendapat kedamaian
dari hasrat-hasrat jiwa yang menjadi penyebab berbagai macam kesedihan dan kepiluan
serta musibah, maka bergabunglah kalian di antara para pecinta Muhammad Musthafa
saw. Dan milikilah uswah Muhammad Rasulullah saw untuk perbaikan diri serta tarbiyat
anak-anak. Penuhilah rumah kalian dengan doa-doa yang dipanjatkan dengan penuh
ratapan. Teruslah tanamkan dalam hati dan telinga anak-anak, sabda-sabda beliau saw
yang penuh hikmat serta nasehat-nasehat beliau seraya mengirimkan shalawat dan doa
pada waktu tidur dan bangun dengan penuh cinta dan kasih. Yang dengan itu, nasehat-
nasehat akan ada ruhnya dan keberkatan-keberkatan akan turun dari langit. Karena
rahmat beliau meliputi juga zaman sekarang ini.

Kepada Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud as berulang kali turun ilham ini:

Setiap berkat adalah dari Muhammad saw dan karena perantaraan beliau
Sarana-sarana untuk Meraih Qurub Ilahi
Oleh : Mln. Ataul Mujib Rasheed (Naib Amir UK dan Imam Mesjid
London) Pent : Mln. Ataul Ghalib Yudi Hadiana

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku, maka


katakanlah bahwa Aku ini dekat. (QS. Al-Baqarah : 187)

Para pendengar yang mulia!


Judul ceramah saya hari ini adalah : “Sarana-Sarana untuk Meraih Qurub Ilahi”

Judul yang terdiri dari empat kata ini mengandung lautan ilmu dan makrifat yang
tidak bertepi. Keyakinan terhadap Dzat dan Tauhid Allah Ta’ala merupakan sebuah titik
sentral dalam kehidupan seorang mukmin, dan kecintaan kepada Allah Ta’ala adalah
nutrisi rohani bagi seorang mukmin, yang tanpa itu bahkan kehidupan hakiki tidak
dapat terbayangkan. Selaras dengan wujud Allah Ta’ala yang warooul warro dan tiada
terbatas, demikian halnya kecintaan Allah Ta’ala dan jalan-jalan qurub-Nya pun
sebegitu luasnya sehingga tidak mungkin untuk kita menghitungnya. Betapa indahnya
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:

Alangkah menakjubkannya penampakan kuasa-Mu, menawan di setiap


arah Ke arah manapun kami memandang, di sana terdapat penampakan
wajah-Mu

Pemahaman Hakiki Tuhan Rabbul ‘aalamiin dan sekelumit jalan untuk meraih Qurub-
Nya ini lah yang menjadi topik ceramah saya pada hari ini.

Berbagai Sarana dan Jalan untuk Meraih Qurub Ilahi

Para pendengar yang mulia!


Dzat Allah Ta’ala adalah tidak terbatas, dan sifat-sifat-Nya pun amatlah banyak
sehingga tidak mungkin kita dapat menghitungnya. Demikian pula jalan-jalan untuk
meraih qurub Ilahi, begitu beragam dan luasnya sehingga tidak mungkin tercakup
keseluruhannya dalam waktu yang singkat ini.
Kita banyak mendapati bahasan mengenai perkara ini dalam Quran Majid, hadis-
hadis nabi, sabda-sabda Hadhrat Masih Mau’ud as dan para khalifah beliau. Dari luasnya
samudra marifat ini, saya hanya akan mengemukakan beberapa tetesnya saja di
hadapan Anda.

Qurub Ilahi—Berdasarkan Sabda-Sabda Hadhrat Masih Mau’ud as

Tuan-tuan!
Seraya menjelaskan dengan terperinci mengenai tema mendasar dan halus terkait
qurub Ilahi, Sang Imam Zaman, Hadhrat Masih Mau’ud as, telah menerangkan juga
perihal keutamaannya. Sebagai tabaruk, saya akan mengemukakan beberapa sabda
beliau yang syarat dengan marifat. Mohon disimak dengan penuh perhatian. Beliau
bersabda:
 “Allah Ta’ala tidaklah dapat tertipu. Dia menjadikan sebagai muqarab-Nya (orang-
orang yang dekat dengan-Nya), mereka yang selalu berenang secara alami
dalam lautan
kecintaan-Nya ibarat ikan, dan menjadi kepunyaan-Nya lalu tetap dalam kondisi
itu, serta manjadi fana dalam ketaatan kepada-Nya.” (Sat Bacan, Ruhani Khazain jilid
10, hal. 210)
 “Seluruh ketenteraman manusia terdapat dalam Qurub (kedekatan) dan Mahabat
(kecintaan) Allah Ta’ala.”(Lecture Lahore, Ruhani Khazain jilid 20, hal. 158)
 “Perkara penting yang dihasilkan oleh doa adalah Qurub Ilahi.” (Malfuzat jilid 4,
hal. 45,
Edisi 2003, Cetakan Rabwah)
 “Pertolongan dan dukungan Allah Ta’ala adalah tanda sangat gemilang dari
seorang Muqarrab (orang yang dekat) dengan Allah Ta’ala.” (Malfuzat jilid 4, hal.
106, Edisi 2003, Cetakan Rabwah)
 “Kemuliaan manusia ada di dalamnya, dan inilah kekayaan dan nikmat besar,
yakni mendapatkan qurub Allah Ta’ala.” (Malfuzat jilid 4, hal. 106, edisi 2003,
cetakan Rabwah)

Syarat Mendasar untuk Meraih Qurub Ilahi – Kecintaan pada Rasul

Dari segi kedekatan dengan Allah Ta’ala, pada daur akhir kita ini, kedudukan tinggi
dan maqom yang telah Allah Ta’ala anugerahkan kepada Hadhrat Aqdas Masih
Mau’ud as sungguh tidak ada tara dan bandingannya. Beliau sendiri bersabda
bahwa beliau memperoleh kedudukan qurub Ilahi ini karena mengikuti Hadhrat
Khatamun Nabiyyiin Muhammad Musthafa saw dan karena kecintaan kepada
beliau saw. Dalam menyinggung mengenai kasyaf di masa-masa permulaan,
beliau bersabda:

“Aku melihat di dalam mimpi bahwa orang-orang kesana kemari mencari seorang
muhyi (yang menghidupkan), kemudian seseorang datang ke hadapan hamba yang
lemah ini dan dengan isyarat ia mengatakan :

Ini adalah orang yang mencintai Rasulullah”

Kemudian beliau menulis:


“Maksud dari perkataan tersebut ialah, syarat paling utama untuk meraih kedudukan
ini adalah kecintaan kepada Rasul, maka hal itu terbukti di dalam diri orang itu.”
(Barahin Ahmadiyah, Ruhani Khazain jilid 1, hal. 598)

Seluruh kehidupan beliau menjadi saksi atas kedudukan tinggi dan martabat qurub
Ilahi yang telah Allah Ta’ala anugerahkan kepada beliau sebagai hasil dari kecintaan
kepada Rasul Maqbul saw. Seraya menerangkan mengenai kondisi qurub Ilahi itu,
beliau berseru kepada Allah Ta’ala:

“Dunia mengatakan, ‘engkau kafir!,’ namun apakah aku dapat menemukan yang lebih
Menawan dari pada-Mu? Seandainya ada, maka aku akan meninggalkan-Mu demi
dia. Tetapi aku telah menyaksikan bahwa ketika orang-orang menjadi lalai akibat
dunia, ketika kawan-kawan dan musuh-musuhku bahkan tidak mengentahui apa
kabar keadaanku, saat itu Engkau membangunkanku dan dengan penuh cinta kasih
berkata, ‘Janganlah bersedih, Aku bersamamu, datanglah kemari wahai sahabat-Ku!’
dengan adanya ihsan-Mu ini, bagaimana mungkin aku akan meninggalkan-Mu. Tidak!
Sekali-kali tidak.” (Badar, 11 Januari 1912, hal. 6)
Betapa ini merupakan maqom qurub yang sangat tinggi, yang telah
dianugerahkan kepada beliau sebagai hasil dari kecintaan kepada Rasul!

Wahai Sang Penguji, ujilah juga resep ini

Ketaatan kepada Rasulullah saw

Para pendengar yang mulia!


Puncak qurub Ilahi ini nampak dalam kehidupan Rasul suci saw. Beliau saw telah
melemparkan kerikil penuh debu ke arah musuh pada saat perang Badar, maka
seraya menisbahkan tindakan Rasulullah saw itu kepada Dzat-Nya sendiri, Allah
Ta’ala berfirman:

Kemudian ketika beliau saw meletakkan tangan beliau di atas tangan para
sahabat,
maka Allah Ta’ala pun seraya menetapkan itu sebagai tindakan-Nya berfirman:

Sarana yang pasti dan meyakinkan guna meraih kecintaan Allah Ta’ala dan
qurub- Nya adalah mengikuti wujud suci yang telah meraih kedudukan qurub yang
paling tinggi dan paling banyak mencintai Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah
menetapkan wujud ini sebagai uswah hasanah dan contoh yang layak diikuti.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman dengan penuh kecintaan, ‘Wahai kekasihku!
Umumkanlah oleh engkau kepada para pencahari di seluruh dunia yang
menghendaki qurub Ilahi:

Yakni, jika kalian mendakwakan diri sebagai pencinta sejati Allah Ta’ala, maka
buktikanlah pendakwaan itu dengan kalian mengikuti aku dan berjalanlah pada
jalan yang karena melalui jalan tersebut aku telah mendapatkan kekayaan ini.
Dan dengan perintah Allah Ta’ala aku meyakinkan kalian bahwa Tuhanku yang
Menawan pun akan mencintai kalian, dan sebagai keberkatan karena berjalan di
atas jalan ketaatan kepadaku, kalianpun akan mendapat limpahan berkat-berkat
qurub Ilahi!

Wujud yang merepresentasikan ketaatan, yakni para sahabat yang mulia, telah
mendapatkan derajat-derajat tinggi keruhanian setelah melewati pintu ketaatan
kepada Rasulullah saw ini, dan mereka telah mendapatkan harta qurub Ilahi, dan
Allah Sang Pemilik Kegagahan telah memperdengarkan kabar gembira di sepanjang
kehidupan mereka, yakni:

Allah Ta’ala ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-
Nya. (QS. At-Taubah : 9)

Sarana yang Meyakinkan untuk Meraih Qurub Ilahi—Dzikir Ilahi


Untuk mendapatkan Qurub Ilahi dan kecintaan Allah Ta’ala, tahap yang paling
pertama adalah diperolehnya Irfan Ilahi (pengenalan Ilahi). Irfan (pengenalan) mengenai
suatu benda dapat diperoleh dengan dua cara. Yakni dengan pemahaman yang benar
mengenai husn (kejuwitaan) dan ihsan (kebaikan) dari pada benda itu. Dan inilah
nikmat yang untuk
meraihnya, mewiridkan sifat-sifat Allah Ta’ala dan memenuhi setiap detik dengan Dzikir
Ilahi merupakan keharusan. Allah Ta’ala berfirman:

Yakni, wahai para pencahari qurub Ilahi! Teruslah kalian mengingat-Ku, sebagai hasilnya
Aku pun akan mengingat kalian dan Aku akan mencurahkan kepada kalian nikmat
Qurub-Ku.

Dzikir Ilahi merupakan sarana yang meyakinkan guna meraih qurub Ilahi. Ketika
menyinggung mengenai orang-orang beriman, Allah Ta’ala menyatakan dalam Quran
Majid:

Yakni, mukmin hakiki dan orang yang mendapatkan qurub Ilahi adalah ia yang dalam
setiap keadaan, baik ketika berdiri, ketika duduk, ataupun ketika berbaring, dalam setiap
kondisi, senantiasa mengingat Allah Ta’ala.

Dalam menekankan mengenai Dzikir Ilahi, Allah Ta’ala berfirman di tempat lain:

Yakni, wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah, jangan pernah harta kekayaan
kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah, karena lalai dari
mengingat Allah benar-benar merupakan perkara yang menimbulkan kerugian, dan
orang yang demikan adalah mahrum (luput) dari nikmat qurub Ilahi.

Betapa indahnya Hadhrat Muslih Mau’ud ra bersabda seraya menyinggung mengenai


keutamaan dan perlunya dzikir Ilahi:

Biasakanlah juga berdzikir, karena tidaklah mungkin


di dalam hati terdapat kecintaan dan kasih tetapi namanya tidak disebut di mulut

Berdoa untuk Meraih Qurub Ilahi


Untuk meraih Qurub Ilahi diperlukan mujahadah dan kegigihan yang berkesinambungan.
Perkara yang sebenarnya adalah, tidak mungkin kita mendapatkan Allah Ta’ala
tanpa pertolongan-Nya. Selama Allah Ta’ala sendiri tidak memegang tangan manusia,
tidaklah mungkin tujuan itu dapat diraih. Hadhrat Masih Mau’ud as menerangkan
bahwa sarana untuk itu adalah doa. Beliau bersabda:

Inilah caranya wahai orang-orang yang kucinta, yakni mohonlah qurub (kedekatan)-Nya
Carilah tangan-Nya, bakarlah semua tali (yang lain)

Sarana Meraih Qurub Ilahi—Quran Majid


Hadirin! Salah satu sarana pasti di antara resep-resep manjur untuk meraih qurub
Ilahi adalah Quran Majid. Ini adalah kitab suci yang dari awal sampai akhir mengandung
Kalam Allah Ta’ala. Di dalamnya terdapat pengaruh-pengaruh suci yang dapat
membawa para Salik menuju singgasana Ilahi, dan siapa pun yang mendapatkan karunia
dari kitab petunjuk ini, maka dia mendapatkan limpahan harta qurub Ilahi. Sungai
karunia Quran Majid terus mengalir dan sekarang pun ini merupakan sarana utama dan
mujarab untuk meraih qurub Ilahi.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Merupakan pengalaman dari ratusan ribu orang suci bahwa dengan mengikuti Quran
Syarif…terjalin sebuah hubungan yang menakjubkan dengan Maula Karim….dan suatu
kelezatan mahabat (kecintaan) Ilahi yang diperoleh dari perjumpaan dengan-Nya,
akan ditanamkan di dalam hati mereka.” (Surma Casym Arya, Ruhani Khazain Jilid 2,
halaman 31, catatan kaki)

Kemudian beliau bersabda:


“Quran telah membuka jalan-jalan keselamatan hakiki dan sempurna….bacalah oleh
kalian Quran dengan perenungan (tadabur) dan cintailah ia dengan sangat, suatu
kecintaan yang tidak pernah kalian berikan kepada yang lain…sumber seluruh
keberhasilan dan keselamatan kalian adalah Quran.” (Kisyti Nuh, Ruhani Khazain
jilid 19, hal. 26-27)

Suatu kali turun ilham kepada Hadhrat Masih Ma’ud as:

Yakni, segala macam kebaikan terdapat di dalam Al-Quran.

menilawatkan kitab suci ini setiap hari pada waktu subuh memberikan kecemerlangan
pada pikiran manusia. Quran Majid adalah panduan amal bagi setiap orang beriman,
yang tanpanya, qurub Ilahi pun tidak mungkin terbayangkan.

Nasehat Hadhrat Masih Mau’ud as berikut ini perlu untuk selalu diingat:

“Janganlah meninggalkan Quran Majid seperti benda yang dilupakan, karena di


dalamnya lah terdapat kehidupan kalian. Barang siapa yang memuliakan Al-Quran,
dia akan mendapatkan kemuliaan di langit.” (Kisyti Nuh, Ruhani Khazain Jilid 19,
hal. 13)

Doa untuk Meraih Qurub Ilahi


Salah satu sarana yang teramat penting dan mendasar untuk meraih kecintaan Allah
Ta’ala dan qurubnya adalah berdoa untuk mendapatkan kecintaan Ilahi, yang merupakan
akar dari segala kesuksesan. Keberhasilan semua sarana lainnya pun bergantung pada doa
ini. Alhasil, merupakan kewajiban setiap mukmin untuk memanjatkan doa dengan
cara seperti yang dilakukan oleh junjunan tercinta kita, sang kekasih Allah,
Muhammad saw. Terbukti dari hadis-hadis bahwa junjunan kita Muhammad Arabi saw
biasa berdoa dengan cara seperti ini:

Wahai Tuhan kami, anugerahilah kami kecintaan Engkau

Wahai Tuhan, tanamkanlah juga di dalam hatiku kecintaan orang-orang yang mencintai
Engkau

Dan tanamkanlah juga di dalam hatiku kecintaan pada akhlak luhur, pengorbanan-
pengorbanan dan kebaikan-kebaikan yang dengannya dapat tercipta kecntaan Engkau.
Dan wahai Tuhanku, ciptakanlah di dalam hatiku kecintaan pada-Mu melebihi
kecintaan orang-orang pada air dingin disaat musim panas yang
ekstrim

Inilah doa yang biasa dipanjatkan oleh Rasul karim saw dan dengan mendawamkannya
akan menciptakan kecintaan Allah Ta’ala di dalam kalbu manusia. (Ta’aluq billah jilid 23,
hal. 218- 219)

Dan dengan membiasakan doa itu harta qurub Ilahi akan diperoleh.

Sarana Pokok untuk Meraih Qurub Ilahi—Shalat 5 Waktu, Shalat Tahajud dan
Nawafil

Para pendengar yang mulia!


Tangga dan salah satu sarana pasti guna meraih qurub Ilahi adalah menunaikan
ibadah- ibadah sesuai dengan perintah Allah dan Rasul, urutan teratas di antara ibadah-
ibadah itu adalah penunaian shalat lima waktu secara dawam. Rasul Maqbul saw
bersabda:

Penyejuk mata saya terdapat dalah shalat.


Beliau saw bersabda:

Sesungguhnya shalat adalah tiang penyangga agama Islam

Beliau juga bersabda bahwa yang akan dihisab pertama kali pada hari kiamat
adalah penegakkan shalat. Dalam memberikan penekanan mengenai itu, Hadhrat Masih
Mau’ud as pun bersabda:

“Barang siapa yang tidak melazimkan shalat lima waktu, ia bukan dari jemaatku.”

(Kisyti Nuh, Ruhani Khazain jilid 19, hal.

19) Kemudian beliau bersabda:

“Shalat adalah sesuatu yang tidak ada sarana lebih baik darinya untuk meraih qurub Allah
Ta’ala. Ia adalah kunci untuk meraih qurub [Ilahi].” (Malfuzat jilid 2, hal. 347-348)

Kemudian beliau bersabda:

“Manusia tidak akan pernah meraih qurub Allah Ta’ala, selama ia tidak menegakkan
shalat.”
(Malfuzat jilid 2, hal.346)

Pemimpin kita yang tercinta, Hadhrat Khalifatul Masih Al-Khamis ayyadahullahu


ta’ala binasrihil ‘aziz sejak hari pertama kekhilafatan beliau sedemikian rupa berkali-
kali menekankan terkait iqomatish sholat (penegakkan shalat). Saya sampaikan salah
satu sabda beliau yang harus kita perhatikan, kita dengar, dan kita ingat. Beliau
bersabda:

“Setiap insan yang ingin menjadi hamba ahli ibadah kepada Allah Ta’ala, yang ingin
meraih qurub-Nya, hendaklah ia menyucikan dirinya sendiri dan keturunannya. Jika ia
ingin selamat dari serangan-serangan syaitan, maka hanya ada satu cara untuk itu,
yakni berikanlah perhatian kepada ibadah, dan untuk itu, perkara yang paling
penting adalah shalat berjamaah.”

(Khutbaat e Masroor jilid awal, hal.

24) Tuan-tuan sekalian!

Bersamaan dengan mewajibkan shalat lima waktu, sebagai langkah selanjutnya,


penunaian shalat tahajud pun sangat penting untuk meraih qurub Ilahi. Shalat
tahajud memiliki keutamaan luar biasa dalam perjalanan ruhani untuk meraih qurub
Ilahi. Allah Ta’ala berfirman di dalam Quran Majid, “Wahai orang-orang yang
beriman, tunaikanlah juga oleh kalian shalat tahajud pada sebagian waktu malam.
Sangat boleh jadi Tuhan kalian akan menempatkan kalian pada maqom yang terpuji.”
(QS. Bani Israil : 80)

Tahap selanjutnya dalam perjalanan ibadah itu adalah nawafil. Keutamaan


nawafil menjadi jelas karena Rasulullah saw bersabda bahwa bagi orang yang mencari
qurub Ilahi, , tujuan itu menjadi mudah dengan menunaikan nawafil. Lafaz dalam
hadis nabi adalah sebagai berikut:

“Yang akan dihisab pertama kali dari dari para hamba (Allah) pada hari kiamat
adalah shalat….jika di dalam fardhunya terdapat kekurangan, maka Allah akan
berfirman, ‘Lihatlah, apakah hamba-hamba-Ku menunaikan nawafil juga? Jika nawafil
dikerjakan, maka kekurangan dalam fardhu akan disempurnakan dengan nawafil
tersebut.” (Tirmidzi, Kitabush Shalat)

Satu Sarana lain untuk Meraih Qurub Ilahi—Syarat-Syarat Baiat

Bahasan mengenai sarana-sarana untuk meraih qurub Ilahi masih berlanjut. Saya
ingin mengemukakan bahwa 10 syarat baiat yang telah ditetapkan oleh Hadhrat Masih
Mau’ud as pun sesungguhnya merupakan 10 tangga untuk meraih qurub Ilahi.

Pada permulaan Khilafat Khamisah, Hadhrat Amirul Muminin Khalifatul Masih Al


Khamis ayyadahullahu ta’ala binasrihil ‘aziz telah memulai rangkaian khutbah mengenai
10 syarat baiat. Rangkaian khutbah itu telah diterbitkan dalam bentuk buku. Khutbah-
khutbah itu memiliki kedudukan sebagai panduan tetap bagi seorang mukmin Ahmadi
yang mencari qurub Ilahi. Buku yang menggugah keimanan ini menjelaskan mengenai
cara untuk meraih qurub Ilahi, menyadarkan orang-orang yang lalai, menjadikan para
Ahmadi sebagai muslim sejati yang beramal, dan mempermudah tahapan-tahapan untuk
meraih qurub Ilahi. Buku ini merupakan buku yang tidak ada bandingannya dalam hal
mengingatkan kita terkait 10 syarat baiat. Hendaknya buku ini selalu kita telaah.

Beragam Sarana untuk Meraih Qurub Ilahi

 Menelaah buku-buku karya Hadhrat Masih Mau’ud as pun merupakan sarana yang
pasti dan meyakinkan untuk meraih qurub Ilahi. Hadhrat Masih Mau’ud as telah
menerangkan poin marifat ini, yakni buku-buku yang telah ditulis oleh seseorang
yang kepadanya para malaikat turun, maka kepada orang-orang yang membacanya
pun malaikan akan turun, dan dengan begitu ia mendapati buah manis qurub Ilahi.
 Salah satu sarana lain untuk meraih qurub Ilahi adalah berziarah ke tempat-tempat
suci yang ditempati oleh orang-orang yang dekat dengan Allah Ta’ala. Dari segi
ini, contoh
tempat-tempat itu adalah Mekah almukaromah, Madinah Munawaroh, Qadian
Darul Amaan, Rabwah Darul Hijrat dan setiap tempat yang ditempati oleh
khailfah yang ditetapkan Allah Ta’ala.

Dengan berziarah sesuai dengan kemampuan ke tempat-tempat suci tersebut, dan


pergi ke sana kemudian berdoa dengan penuh kerendahan hati, serta
memperbanyak shalawat, maka hati manusia mendapatkan pencerahan dan kondisi
keimanan yang dapat memberikan kemuliaan dengan nikmat qurub Ilahi.

Salah Satu Jalan untuk Meraih Qurub Ilahi—Berlaku Baik terhadap Makhluk
Tuhan

Tuan-tuan! Tertera dalam hadis nabi:

Seluruh makhluk adalah keluarga Allah. Allah sangat menyukai orang yang berlaku
baik terhadap makhluk-Nya. Selain manusia, burung dan binatang pun termasuk di
dalamnya. Tertera dalam hadis bahwa seorang perempuan Bani Israil yang tuna susila
melihat seekor anjing kehausan yang sedang berputar-putar di sekitar sumur.
Perempuan tersebut turun ke sumur itu dan memenuhi sepatunya dengan air lalu
memberi minum anjing yang sedang kehausan itu. Atas kebaikannya itu, Allah
Ta’ala telah mengampuninya.

Sejauh berkenaan dengan simpati kepada manusia. Memperlakukan setiap insan


dengan perlakuan baik tanpa membeda-bedakan seorangpun merupakan jalan kebaikan
yang dapat menyebabkan manusia dikaruniai kecintaan dan qurub Allah Ta’ala. Tertera
dalam hadis qudsi bahwa pada hari kiamat Allah Ta’ala akan mengatakan kepada
sebagian hamba, “Ketika Aku lapar, engkau telah memberiku makan! Ketika Aku
haus, engkau telah memberiku minum dan ketika Aku sakit, engkau telah
menjengukku.” Hamba-hamba itu akan berkata, “Wahai Tuhan, kapankah Engkau
merasakan lapar, sehingga kami memberi Engkau makan? kapankah Engkau kehausan,
sehingga kami memberi Engkau minum? Kapankah Engkau tidak berpakaianan
sehingga kami memberikan Engkau pakaian? Kapan Engkau pernah sakit, sehingga
kami menjenguk Engkau?” Kemudian Allah Ta’ala akan berfirman, “Lihatlah, di dunia
ada hamba-hamba-Ku yang kelaparan dan kehausan, tidak berpakaian serta sakit, lalu
kalian mengkhidmati mereka. Oleh karena itu, meskipun kalian melakukan itu kepada
hamba-hamba-Ku, itu sama dengan seolah kalian melakukan hal itu kepada-Ku.” Alhasil,
memperlakukan seluruh makhluk Allah dengan baik dan penuh simpati dapat membuat
manusia dianugerahi kecintaan dan qurub Allah Ta’ala!

Mujahadah yang Terus Tenerus demi Meraih Qurub Ilahi

Perjalanan meraih qurub Ilahi bukanlah perkara satu atau dua hari, bahkan
merupakan perjalanan mujahadah dari awal sampai akhir. Tawakal kepada Allah,
penggunaan nikmat- nikmat Allah secara benar, berjihad untuk tablig Islam,
mewakafkan hidup di jalan Allah, bersahabat dengan orang-orang shaleh, berinfaq di
jalan Allah, bersyukur kepada Allah atas segala nikmat, pengorbanan waktu dan
mengikuti ajaran-ajaran Islam, menempuh jalan- jalan kerendahan hati, semua hal ini
adalah bagian dari jihad berkesinambungan. Hendaklah ini menjadi panduan jalan
sepanjang hidup bagi seorang mukmin untuk meraih qurub Ilahi sembari tetap tegak di
atas hal ini dengan teguh dan berjalan di atas jalan-jalan ini.
Satu Contoh Syi’ar Ketakwaan

Salah satu di antara rang-orang yang telah mencicipi buah manis qurub Ilahi karena
keberkatan Hadhrat Masih Mau’ud as adalah Hadhrat Maulana Ghulam Rasul Sahib
Rajiki ra. Kehidupan beliau dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang menggugah
keimanan. Saya ingin menyampaikan satu peristiwa yang dari itu dapat diketahui bahwa
orang-orang yang mendapatkan qurub, mereka benar-benar menjalani kehidupan
dengan penuh ketakwaan dan kesucian.

Hadhrat Maulwi Sahib menceritakan, “Karena desakan seorang Ahmadi yang mukhlis,
suatu kali saya mendapatkan kesempatan untuk melewatkan malam di rumahnya.
Secara kebetulan ia terpaksa harus pergi ke luar rumah karena suatu pekerjaan
yang sangat penting. Ketika ia pergi, ia memberikan penekanan yang patut berkenaan
dengan pelayanan terhadap saya sebagai tamu. Saat ia telah pergi dari rumah, istrinya
yang sangat cantik dan masih muda memanggil saya dari balik pintu dan
mengatakan, ‘Saya mau masuk untuk memijat badan Anda, apakah diizinkan?’ Maulwi
sahib mengatakan, ‘Menyentuhkan tangan kepada laki-laki yang bukan muhrim adalah
dosa besar, oleh karena Anda tetaplah di kamar Anda dan jangan berani datang ke
dekat saya.’ Wanita itu kemudian bersikeras dengan kekeliruannya. Saya pun
memberi jawaban yang sama. Akhirnya, ketika saya merasa bahwa wanita ini tidak
akan berhenti dari niat buruknya, maka saya mengambil air wudhu. Di samping situ
terhampar sajadah. Saya shalat mulai shalat di atasnya dan memanjangkan ruku dan
sujud sehingga dalam kondisi itu, tibalah waktu subuh. Saya shalat subuh, kemudian
saya dihinggapi kantuk berat dan saya tertidur di tempat shalat. Dalam tidur saya melihat
mimpi bahwa wajah saya bercayaha seperti bulan tanggal ke 14, dan seorang
malaikat mengatakan kepada saya, “Semua karunia ini adalah karena mujahadah
engkau dan rasa taku engkau kepada Allah, dan karena engkau telah melewati
malam ini dengan ketakwaan!’”

(Hayat e Qudsi, Bagian 2, Hal. 38)

Peristiwa ini layak untuk senantiasa diingat. Di dalamnya terdapat pelajaran dan
nasehat yang memberikan kenikmatan qurub Ilahi!

Satu Peristiwa lainnya terkait Kesucian

Pendengar yang mulia!

Menempuh ketakwaan dan kesucian dalam kondisi sesulit apapun merupakan syiar
orang- orang yang dekat dengan Allah. Mereka mendapatkan martabat dan maqom
qurub Ilahi setelah berjalan melewati jalan-jalan tersebut. Berikut ini saya sampaikan
salah satu contohnya yang penuh dengan pelajaran:

Di London ada seorang Ahmadi lama yang mukhlis, pemilik sebuah took furniture
lama, bernama Tn. Abdul Aziz Din. Beliau berperawakan tinggi dan pemuda berwajah
rupawan. Beliau menceritakan bahwa seroang wanita datang ke tokonya. Membeli
beberapa furniture dan memberikan alamat rumahnya agar furniture yang dibeli tadi
diantar. Wanita itu pun berjanji akan membayar furniture itu di rumahnya. Tn. Abdul Aziz
Din menceritakan bahwa keesokan harinya ketika beliau pergi ke alamat yang diberikan
sambil membawa furniture, seorang wanita muda yang cantik keluar dari rumah dan
mengatakan, ‘Saat ini ibu saya sedang berada di luar rumah, tetapi uang yang telah
disepakati untuk pembayaran sudah
diberikan kepada saya. Tolong Anda letakan furniturnya di lantai bawah.’ Beliau
kemudian meletakkan furniture itu di lantai bawah.

Lalu beliau menuturkan lagi, “Saya duduk di atas sebuah kursi sambil menunggu
uang pembayarannya. Selang beberapa menit kemudian wanita muda tadi datang dan
berdiri di depan saya tanpa mengenakan pakaian. Kondisi ini membuat saya sangat
gelisah. Saya beristighfar dan bertekad sepenuh hati untuk lari dari rumah itu dan
dalam kondisi yang begitu kalut secepat kilat lari ke atas. Saya lari sebegitu
kencangnya tanpa memperdulikan bayaran untuk furniture tadi sehingga kepala saya
terbentur ke pintu dan terluka mengeluarkan darah. Setelah keluar dari rumah itu,
saya menghela nafas dan langsung kembali ke took. Saya bersyukur kepada Allah
Ta’ala karena dengan karunia-Nya telah menyelamatkan saya dari ujian yang
sangat besar itu.”

Orang-orang mengatakan bahwa luka di dahi beliau itu masih membekas sampai
beberapa tahun lamanya dan dalam waktu lama peristiwa itu terus mengingatkan
kepada peristiwa Nabi Yusuf as!

Sekarang pun peristiwa ini merupakan sebuah menara cahaya yang berkilauan dan
sebagai petunjuk, khususnya bagi kaum muda!

Beberapa Peristiwa Para Buzrug (Orang Mulia) yang Memperoleh Qurub Ilahi

Tuan-tuan!
Di antara para sahabat Hadhrat Masih Mau’ud as, banyak sekali yang telah
mendapatkan harta qurub Ilahi, Allah Ta’ala berbicara kepada beliau semua dan
membantu serta membimbing beliau semua dalam setiap langkahnya. Saya akan
mengemukakan beberpa contoh orang suci yang telah memperoleh qurub Ilahi itu
untuk menambah keimanan kita dan untuk menciptakan keinginan di dalam hati
untuk meraih qurub Ilahi.
 Suatu kali para sahabat Hadhrat Masih Mau’ud as sedang berkumpul di masjid
Aqsa Qadian. Hadhrat Sahibzada Abdullatif Sahib Syahid pun berada di sana.
Karena suatu keperluan, beliau bangkit dari tempat beliau dan keluar sejenak.
Tidak berapa lama, Hadhrat Maulwi Nuruddin Sahib ra datang dan duduk di
tempat kosong yang ditinggalkan oleh Sahibzada Abdullatif Sahib. Ketika
Hadhrat Sahibzada Abdullatif kembali, maka dengan gaya sedikit marah beliau
mengatakan, ‘Maulwi Sahib, tidakkah Anda tahu jangan duduk di tempat orang lain!’
Baru saja Maulwi sahib akan bangkit dari tempat itu, tiba-tiba Sahibzada Sahib
berkata, “Tidak, tidak, tetaplah Anda duduk di situ. Saya baru saja mendapatkan ilham:
“Janganlah berselisih dengan hamba-hamba yang disayangi Allah.” (Al-Hakam,
28 Oktober 1909)

 Hadhrat Munshi Zafar Ahmad Sahib Kapurthalwi ra menceritakan,


Setelah baiat, saya tinggal di Ludhiana. Seorang berpembawaan sufi
mengajukan beberapa pertanyaan lalu bertanya kepada Hadhrat Masih Mau’ud
as, apakah beliau juga bisa membuatnya berziarat (bertemu) dengan Rasulullah
saw. Beliau menjawb bahwa untuk itu ada syarat-syarat yang patut, kemudian beliau
melihat ke arah saya dan bersabda, “Atau semoga turun karunia Tuhan atasnya.”
Orang itu menceritakan bahwa pada malam itu juga, dia melihat Rasulullah saw
dalam mimpinya. (Ashab e Ahmad, Jilid 4, hal. 140)
 Suatu kali Hadhrat Mir Nawab Sahib ra datang ke hadapan Hadhrat Maulana
Nuruddin Sahib ra untuk memungut candah Dar ud Dhuafa atau Nur Hospital.
Beliau ra menngatakan bahwa beliau tidak punya waktu, tetapi Hadhrat Mir Sahib
berkali-kali mendesak. Hudhur ra kemudian menyingkapkan pakaian beliau dan
mengeluarkan 1 pond sari situ lalu memberikannya, kemudian bersabda:
“Hanya Nuruddin lah yang telah menyentuhnya.” (Tarikh Ahmadiyyat, jilid 3, hal.
556)

Seolah pada waktu itu Allah Ta’ala telah memberikan uang itu kepada beliau. Bukan
dari
seorang manusia.

 Hadhrat Maulwi Fazl Din Sahib menceritakan :


“Suatu kali Hadhrat Maulana Ghulam Rasul Sahib ra Rajiki membawa serta saya
untuk membeli buah dari penjual buah. Di dalam hati saya, saya ingin agar kami juga
membeli anggur. Beliau membeli beberapa jenis buah, tetapi tidak membeli anggur,
lalu berjalan (pulang), setelah beberapa jauh, tiba-tiba beliau berbalik dan kembali ke
tempat penjual buah lalu membeli anggur, setelah itu pulang kami ke rumah. Di
perjalanan beliau berkata keapda saya, “Jika tadi Anda mau anggur, seharusnya
Anda bilang sendiri. Mengapa harus meminta Allah Ta’ala yang mengatakannya?”
(Harian Al-Fazl, Januari 1995)

Untuk Memperoleh Qurub Ilahi, Peganglah Hablullah (Tali Allah)

Para pendengar yang mulia!

Allah Ta’ala dengan karunia-Nya telah menganugerahkan suatu nikmat ruhani


kepada Jemaat Ahmadiyah seluruh dunia, suatu nikmat yang tidak didapatkan oleh
jemaat lain manapaun. Yakni Khilafat Rasyidah Ahmadiyah yang telah ditegakkan oleh
Allah Ta’ala ini. Pada zaman ini, Allah Ta’ala telah meletakkan mahkota Khilafat ruhani
seluruh dunia di atas kepala beberkat Hadhrat Amirul Muminin Khalifatul Masih Al
Khamis ayyadahullahu Ta’ala binasrihil ‘aziz. Kita bersyukur kepada Allah Ta’ala
karena:

Seluruh alam tengah terbakar dalam terik, tanpa ada naungan


Kami bersyukur wahai Maula! Kami telah mandapatkan naungan rahmat ini

Khilafat Ahmadiyah adalah sebuah naungan ruhani yang luasnya sampai ke seluruh
belahan dunia. Wujud Khalifah yang penuh berkat adalah magnet ruhani seluruh
alam yang daya tarik ruhani dan karunianya telah tersebar sampai ke puluhan juta
Ahmadi di 212 negara, dan hari demi hari terus tersebar. Sesuai dengan :

Di bawah naungan Khilafat Ahmadiyah, para Amadi di seluruh dunia sedang


manampilkan contoh tak ada tara bandingannya dalam hal persatuan internasional.

Wahai orang yang mendengar, dengarlah! Saat ini dengan karunia Allah Ta’ala,
Imam Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad ayyadahullahu ta’ala
binasrihil aziz mendapatkan maqom (kedudukan) bahwa wujud beliau adalah wujud
yang paling suci di seluruh dunia, yang kepada beliau dianugerahi janji pengabulan doa
dan siang malam belau dihujani oleh dukungan-dukungan Allah dan kemenangan.
Kemenangan-kemenengan di seluruh dunia ini semakin luas dari detik ke detik dan
ribuan saksi mata pengabulan doa pun hari ini ada dalam jalsah suci ini.
Secara terbuka saya katakan bahwa Hadhrat Imam Jemaat Ahmadiyah ayyadahullahu
Ta’ala merupakan penggenapan dari hablullah (tali Allah) hakiki pada zaman ini.
Menciptakan ikatan rohani dengan wujud yang paling Allah Ta’ala cintai dan wujud
yang paling suci, merupakan sarana yang pasti dan meyakinkan guna meraih qurub
Ilahi. Sekarang ini, mengikatkan diri pada Khalifah e waqt sama dengan memegang
hablullah (tali Allah). Khilafat Ahmadiyah adalah hablullah, yang menghubungkan
hamba dengan Allah Ta’ala. Oleh karena itu, betapa beruntungya kita, karena Allah
Ta’ala telah menganugerahi kita wasilah yang merupakan sebuah sarana hidup
guna meraih qurub Ilahi.

Penutup

Para pendengar yang mulia!

Setelah menyampaikan beberapa tetes dari samudra qurub Ilahi yang tiada bertepi
dan mengemukakan beberapa contohnya, saya akan menutup uraian saya ini dengen
kata-kata suci Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud as yang di dalamnya beliau berseru kepada
dahan-dahan hijau dari pohon wujud beliau menghijau, beliau menyampaikan
sebuah pesan yang memberi kehidupan berkenaan dengan qurub Ilahi. Pesan ini
harus didengar dengan perhatian khusus dan harus selalu diingat. Beliau
bersabda:

“Tempuhlah setiap jalan kebaikan. Karena tidak diketahui dari jalan yang mana kalian
akan diterima….ada kabar suka bagi kalian, karena medan untuk mendapatkan qurub
sedang kosong. Setiap kaum tengah dimabuk oleh kecintaan pada dunia, dan dunia
tidak menaruh perhatian kepada perkara yang kepadanya Tuhan ridha. Orang-orang
yang berkeinginan keras untuk masuk ke dalam pintu ini, bagi mereka ada kesempatan
untuk memperlihatkan kecakapannya dan untuk mendaptkan ganjaran yang khas dari
Tuhan.”
(Alwasiyat, Ruhani Khazain jilid 20, hal. 308-309)

Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan taufik dan karunia-Nya kepada kita. Aamiin.
Keyakinan Sempurna Hadhrat Masih Mau’ud as Terhadap Pertolongan
Ilahi Oleh : Mln. Ayyaz Mahmud Sahib (Murabbi Silsilah, Wakalat-e-Tasneef-
Islamabad) – Mln. Ataul Ghalib Yudi Hadiana & Mln. Ataul A’ala Agus
Mulyana

Sesungguhnya Kami akan Menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman
dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya para saksi (hari
Kiamat)

Pembuka
Di dunia ini kita menyaksikan bahwa yang namanya kawan senantiasa menolong
satu sama lain. Kawan pun saling mempercayai satu sama lain. Kemudian kita
menyaksikan bahwa jika pertemanan orang-orang dunia terjalin dengan seseorang yang
memiliki jabatan tinggi, maka terkadang mereka pun sangat bangga terhadapnya.
Namun para pendengar dan tuan-tuan, coba pikirkan mengenai orang yang
sahabatnya merupakan Raja dari segala raja, Pencipta langit dan bumi, Wujud paling
setia dari setiap yang setia, dan menjadi sahabat dari Tuhan Yang Maha Qadir dan
Mutlaq. Barang siapa yang mendapatkan kemuliaan bersahabat dengan Allah Ta’ala,
maka hal apa lagi yang dia inginkan?
Dari kelompok suci para Auliya (sahabat-sahabat) Allah ini, yang paling baik adalah
para anbiya alaihimus salam. Dan pada zaman ini, wujud suci penuh berkat—yang
sempurna dalam penghambaan kepada majikannya yang ditaati, Hadhrat Muhammad
Mustafa saw— yang telah Allah pakaikan jubah nubuwat dan diutus untuk kebangkitan
Islam yang kedua kalinya dan dibangkitkan untuk menzahirkan kembali tanda-tanda
kekuasaan Tuhan dengan gemilang kepada dunia, adalah wujud pendiri Jemaat
Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani, Masih Mau’ud dan Mahdi Ma’hud
‘alaihi shalatu wa salam.
Allah Ta’ala telah memperlihatkan tiada terhitung banyaknya tanda untuk mendukung
dan menolong Hadhrat Masih Mau’ud ‘alahi salam, yang keseluruhanya sungguh
merupakan bukti gemilang akan wujud Allah Ta’ala. Tetapi pada hari ini, dalam
pertemuan penuh berkat yang saya mendapatkan kehormatan untuk menyampaikan
beberapa uraian ini, topik utamanya adalah mengenai seorang hamba kekasih Tuhan
yang memiliki kepercayaan sempurna kepada Tuhan yang dicintainya dan memiliki
keyakinan terhadap pertolongan Rabb-nya, sosok itu memiliki kepercayaan seperti
kepercayaan seorang sahabat terhadap sahabatnya. Tema yang diberikan kepada
saya adalah:

“Keyakinan Sempurna Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihi salaam


terhadap Pertolongan Ilahi”
Perlakuan Allah Ta’ala kepada para Nabi ‘alaihimus salaam dan Keyakinan
Mereka
Para pendengar yang mulia!
Para Nabi ‘alaihimus salam sedemikian rupa memiliki keyakinan terhadap dukungan
dan pertolongan Allah Ta’ala, sehingga mereka menantang para penentangnya dengan
penuh keyakinan:

Hai kaumku ! Jika kamu keberatan terhadap kedudukanku dan peringatanku


melalui Tanda-tanda Allah swt., maka hanya kepada Allah swt. aku bertawakkal ; maka
himpunlah semua rencanamu dan sekutu-sekutumu, sehingga urusanmu tidak menjadi
kabur bagimu, kemudian laksanakanlah terhadapku dan janganlah aku diberi tangguh.
(QS. Yunus : 72)

Kehidupan Hadhrat Masih Mau’ud as


Hadhrat Masih Mau’ud as meyakini dan mempercayai dukungan dan pertolongan
Rabb beliau. Keyakinan beliau ini tidak ada tandingannya pada masa itu. Mengapa
tidak ada tandingannya? Karena Allah Ta’ala telah menurunkan ilham kepada
beliau:

Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya engkau akan tetap unggul

Hadhrat Aqdas as bersabda,


“Ketika kami meletakkan kepala di atas bantal untuk tidur, maka mulailah muncul
suara yang memberitahukan, ‘Dalam sehari saja begitu banyak celaan orang-orang
kepadamu. Tetapi jangan khawatir, Kami menyertaimu.’”
Kerap kali Allah Ta’ala terus-menerus memberikan ketenangan kepada beliau mulai
dari waktu beliau meletakkan kepala beliau di atas bantal sampai saat ketika beliau
bangun.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa terkadang sepanjang malam terus
turun
ilham:

Sesungguhnya Aku berdiri bersama rasul-Ku

Alhasil, wujud bernasib baik dan beberkat yang kepadanya Tuhan Pemilik Arasy sepanjang
malam memberikan ketenangan dan mencurahkan kecintaan-Nya melebihi seorang ibu yang
penuh kasih, dan meletakkan kepalanya dalam pangkuan-Nya lalu mengatakan kepadanya :
“Janganlah kamu khawatir, Aku bersamamu,” bagaimana mungkin ia dapat menaruh
keraguan kepada Tuhannya barang sedetik pun? Bagaimana keyakinan dan keparcayaannnya
pada pertolongan Ilahi itu dapat dijelaskan dengan kata-kata?
Keyakinan terhadap Nubuwatan
Beliau sedemikian yakin terhadap nubuwatan yang beliau terima sehingga terkadang setelah
menyebutkannya, beliau bersabda bahwa nubuwatan itu pasti akan tergenapi dan jika tidak
tergenapi maka beliau siap untuk ditetapkan sebagai pendusta dan digantung, atau dengan
hukuman lain yang diusulkan oleh pihak penentang. Tetapi bersamaan dengan itu beliau
juga bersabda bahwa hal seperti itu tidak akan pernah terjadi, karena perkataan-perkataan
Tuhan pasti akan sempurna untuk mendukung beliau.
Ketika beliau as menyampaikan nubuwatan agung mengenai Muslih Mau’ud dan para
penentang
mengajukan keberatan-keberatan kepada beliau, maka dengan penuh keyakinan beliau bersabda:
“Aku mengetahui dan mengerti dengan keyakinan yang teguh bahwa Allah Ta’ala akan
memperlakukanku sesuai dengan janji-Nya... jika tersisa hanya satu hari saja dari jangka waktu
yang ditetapkan, maka Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan menghabiskan hari itu sebelum
menyempurnakan janji-Nya.”
Artikel Beliau Senantiasa Unggul
Ketika pertemuan berbagai agama dengan sekup luas diselenggarakan di Lahore,
Hadhrat Masih Mau’ud as pun diundang untuk menyampaikan artikel beliau dalam
pertemuan tersebut. Kini risalah itu dinamai “Falsafah Ajaran Islam.” Ketika beliau
menyelesaikan artikel itu, Allah Ta’ala memberikan kabar suka kepada beliau melaui
ilham:
“Artikel ini akan selalu unggul”
5 atau 6 hari sebelum pertemuan publik tersebut beliau menyebarkan sebuah
selebaran dan menyatakan dalam selebaran itu bahwa artikel ini di luar kemampuan
manusia dan merupakan salah satu tanda di antara tanda-tanda Tuhan, serta ditulis
dengan dukungan- Nya yang istimewa. Beliau bersabda bahwa Tuhan Yang Maha
Mengetahui telah memberitahukan melalui ilham bahwa ini adalah artikel yang akan
unggul dari semua artikel lainnya. Karena itu para sahabat hendaklah datang datang
pada tanggal yang ditetapkan untuk mendengar artikel ini kendatipun harus melewati
kesulitan.
Selebaran Hadhrat Masih Mau’ud as yang berisi nubuwatan agung ini disebarkan
ke berbagai tempat di seluruh negeri, ditempelkan di pintu-pintu dan dinding-dinding
di kota Lahore, dan dibagikan kepada orang-orang dalam jumlah besar. Sabda
Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa artikel ini merupakan tanda dari dukungan khas Allah
Ta’ala, sabda beliau yang berisi tantangan bahwa artikel ini akan unggul dari semua
pidato lainnya, kepercayaan diri beliau mengundang orang-orang untuk datang
mendengarkan artikel ini, dan dicetak serta dibagikanya ilham tersebut kepada
orang-orang sebelum waktunya, semua hal ini menunjukkan bahwa beliau memiliki
keyakinan yang sempurna terhadap Kalam dan pertolongan Allah Ta’ala.
Banyak orang yang membanggakan kemampuan dan kemahirannya dalam hal
ilmu pengetahuan, tetapi pendakwaan seperti yang dilakukan oleh Hadhrat Masih
Mau’ud as tersebut merupakan perkara yang sama sekali di luar kemampuan manusia.
Karena tidak ada hakim seahli apapun yang memiliki kuasa atas hati orang lain.
Tetapi Tuhan yang dukungan dan pertolongan-Nya diyakini secara sempurna oleh
Hadhrat Masih Mau’ud, Dia adalah Tuhan yang memiliki kuasa atas hati orang-orang.
Karena itulah beliau begitu yakin bahwa Tuhan yang telah menjanjikan keunggulan
kepada beliau, Dia sendirilah yang akan memalingkan perhatian orang-orang terhadap
artikel beliau.
Alhasil, sejarah menjadi saksi bahwa artikel beliaulah yang mendapatkan
sambutan paling banyak. Banyak sekali orang yang datang dengan penuh antusias
untuk mendengarkan artikel beliau meskipun mereka itu merupakan penentang
beliau as.
Sebagian dari mereka adalah pemimpin-pemimpin terkemuka. Atas desakan para
peserta hadirin, durasi waktu untuk pembacaan artikel beliau diperpanjang, bahkan
pertemuan itu diperpanjang lagi satu hari demi menyelesaikan artikel tersebut.

Amplop Tertutup
Suatu kali orang-orang Kristen dari Batala menantang Hadhrat Aqdas ‘alaihi salam
bahwa jika beliau benar-benar utusan Tuhan, maka mereka akan menuliskan
beberapa kalimat dalam sebuah surat dan surat itu akan mereka masukkan ke
dalam sebuah amplop, lalu mereka meletakkannya di atas sebuah meja di hadapan
beliau. Mereka menantang bahwa jika beliau memang orang benar, hendaklah beliau
memberitahukan isi surat dalam amplop tertutup tersebut dengan kekuatan rohani
beliau. Mereka mengira bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as akan menolak tantangan
yang aneh itu, dan mereka akan mendapat kesempatan untuk menyebarkan berita
keliru mengenai beliau.
Tetapi beliau tidak pernah mundur menghadapi tantangan apa pun jika itu
menyangkut pertandingan antara Islam dengan agama-agama lain. Dengan penuh
kepercayaan diri beliau bersabda:
“Aku menerima tantangan ini dan siap untuk pertandingan ini, yakni melalui doa
dan perhatian ruhaniku, aku akan memberitahukan isi surat dalam amplop tertutup
ini, tetapi syaratnya adalah setelah itu Anda sekalian harus masuk Islam.”
Ketika Hadhrat Masih Mau’ud as menyampaikan hal ini dengan penuh tawakkal
kepada Allah dan keyakinan sempurna terhadap pertolongan-Nya, maka seketika
rasa gentar meliputi orang-orang Kristen itu, sehingga mereka menjadi benar-benar
terdiam. Mereka sendiri yang memberikan tantangan, tetapi mereka tidak berani
untuk maju ke medan pertandingan. Peristiwa ini merupakan bukti kuat atas
keyakinan sempurna beliau as terhadap pertolongan ilahi. Beliau menerima
tantangan para penentang yang Nampak seolah perkara mustahil. Tetapi ketika
terdapat keyakinan sempurna terhadap Tuhan yang Qadir (Maha Kuasa), maka setiap
perkara yang nampaknya tidak mungkin, bisa menjadi mungkin.

Jika Aku Orang Benar, maka Kalian Akan Mendapatkan Masjid itu
Saya akan mengemukakan satu peristiwa lain. Ketika masjid Jemaat Ahmadiyah
Kapurthala berusaha untuk diambil alih dan pada akhirnya kasus ini sampai ke
pengadilan, hakim yang menangani kasus ini adalah penentang keras terhadap Jemaat.
Karena itu, para anggota jemaat Kapurthala sangat khawatir dan mereka
menyampaikan rasa khawatir mereka ini kepada Hadhrat Masih Mau’ud as untuk
memohon doa. Suatu hari Hadhrat Aqdas bersabda dengan penuh wibawa dan
kehormatan:
“Jangan khawatir, jika aku ini benar, maka kalian akan mendapatkan masjid ini
untuk
selamanya.”
Penentangan sang hakim terus berlanjut dan suatu hari dia mengatakan secara
terang- terangan di persidangan, “Kalian telah membuat agama baru, sekarang kalian
pun harus membuat masjid baru.” Akhirnya, dengan kesombongan atas jabatannya
hakim itu menulis putusan yang berlawanan dengan para Ahmadi Kapurthala. Pada
hari dimana ia akan memperdengarkan putusan, paginya ia keluar dari beranda
kamarnya, kemudian secara tiba-tiba dia terkena serangan jantung, dan tewas seketika.
Hakim lain yang menggantikan posisinya memberikan putusan yang mendukung para
Ahmadi.
Saudara-saudara yang mulia!
Coba renungkan! Telah diketahui bahwa hakim itu penentang Ahmadiyah, dan dia
menunjukkan kefanatikannya itu secara terang-terangan, bahkan sang hakim telah pula
menuliskan putusannya. Tetapi Hadhrat Masih Mau’ud a’alaihi salaam bertawakal
dan meyakini kekuasaan dan pertolongan Tuhan beliau, Sang Ahkamul Haakimiin.
Beliau sedemikian rupa yakin terhadap pertolongan Allah Ta’ala sebagaimana keyakinan
beliau bahwa beliau adalah ma’mur minallah (utusan Allah). Sang hakim dunia itu
tidak berpikir bahwa jemaat yang mengenainya ia akan memperdengarkan putusan
merugikan itu adalah Jemaat Sang Wujud Agung yang merupakan Hakim kerajaan
langit. Itu adalah pertandingan antara dua hakim. Ketika sang hakim dunia menggerakan
penanya melawan Hadhrat Aqdas ‘alaihi salaam, maka Sang Raja langit dan bumi
seraya meluluskan orang yang dicintainya, Dia menghapuskan hakim itu dari dunia ini
seperti halnya huruf-huruf salah dihapuskan.
Demikian pula Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihi salaam telah memberikan pelajaran yang
tidak boleh dilupakan untuk Jemaat beliau, yakni, jika Tuhan Sang Pemilik Arasy
hendak memberikan sesuatu kepada kita, maka tidak ada kekuatan dunia manapun
yang dapat menghentikannya. Oleh karena itu, hendaklah kita juga menganggap bahwa
tempat kembali setiap harapan kita Adalah Allah Ta’ala.

Ketika Saku Saya Kosong


Pada umumnya kita menyaksikan bahwa ketika orang menghadapi kesulitan
keuangan maka mereka menjadi sasaran rasa khawatir yang sangat besar. Tetapi coba
kita dengar kata-kata Hadhrat Masih Mau’ud as, beliau bersabda:
“Aku mendapati kondisi kalbuku yang aneh, seperti halnya ketika kemarau ekstrim
dan panas sampai pada titik puncaknya orang-orang berharap dengan penuh
kepercayaan bahwa kini hujan akan turun, begitu pula ketika aku melihat kotak uangku
kosong, maka aku yakin dan percaya terhadap karunia Allah Ta’ala, bahwa kotak itu
akan penuh, dan demikianlah yang terjadi.”

Kemudian beliau bersumpah atas nama Allah dan bersabda:


“Ketika sakuku kosong, aku tidak dapat menjelaskan kelezatan dan kebahagiaan yang
aku dapatkan karena tawakkal kepada Allah Ta’ala, kondisi itu begitu rupa
memberikan ketenteraman dan ketenangan dibandingkan dengan kondisi ketika
sakuku penuh.”
Tidak diragukan lagi bahwa di dalam hati Hadhrat Aqdas as terdapat tawakal pada
Allah dan keyakinan teguh terhadap pertolongan-Nya sehingga tidak dijumpai contoh
yang semisalnya di zaman ini. Hati beliau dipenuhi dengan keyakinan bahwa Allah
Ta’ala tidak akan pernah meninggalkan beliau dengan tangan hampa, dan senantiasa
akan memenuhi keperluan-keperluan beliau agar beliau dapat menyempurnakan tugas-
tugas dalam missi Ilahi yang diemban oleh beliau. Sungguh ilham yang Allah Ta’ala
turunkan kepada beliau di masa-masa permulaan, yakni ilham :

Apakah Allah tidak cukup bagi hamba-Nya


Ilham ini senantiasa menzahirkan mukjizat pertolongan Ilahi di sepanjang
kehidupan beliau, serta menjadi dasar keyakinan sempurna beliau terhadap
pertolongan Ilahi.

Jika diri ini dimasukkan ke dalam api, maka pasti akan selamat
Ada sebuah ilham beliau, yang di dalamnya Allah Taala berfirman kepada beliau bahwa
katakanlah kepada orang-orang:
Jangan kalian menakuti kami dengan api. Api adalah hamba kami, bahkan hamba dari para
hamba.
Para pendengar dan hadirin! Dalam pandangan dunia, keberatan orang Hindu tersebut secara
lahir nampak masuk akal dan hukum alam memang demikian bahwa api itu membakar.
Akan tetapi, “jariyullah fi hulalil anbiya” ini, pahlawan Allah Taala dalam jubah semua nabi
dan berbagai kekhususan mereka terkumpul dalam wujud beliau ini, telah dibangkitkan pada
zaman ini supaya memenangkan Islam di atas seluruh agama melalui tanda-tanda yang hidup.
Betapa yakin dan tegas beliau sabdakan bahwa dalam pandangan dunia hukum alam
memang demikian bahwa api itu membakar, tetapi wujud yang mahakuasa yang telah
membangkitkanku, Dia Pemilik hukum alam dan saat ini pun, bila ada yang merasa keberatan
terhadap Islam, saya yakin pada pertolongan Tuhan sedemikian rupa bahwa sekarang pun Dia
pasti akan memperlihatkan mukjizat-mukjizat zaman dahulu pada tangan saya, yang secara
lahir sungguh tidak mungkin dalam pandangan dunia dan bertentangan dengan hukum
alam.

Cincin Besi untuk Allah Taala


Di satu sisi dimana Hadhrat Aqdas as. bertumpu pada pertolongan Tuhan sedemikian rupa
sehingga yakin akan selamat meskipun dimasukkan ke dalam api, disana beliau siap untuk
menanggung setiap penderitaan demi Tuhan beliau dan menyadarinya sebagai sumber
keselamatan.
Suatu kali, ketika superintenden polisi tiba-tiba datang ke Qadian karena meragukan
pembunuhan Lekhram dan Hadhrat Mir Nasir Nawab Sahib ra mengetahuinya, beliau dalam
keadaan sangat khawatir menghadap Hadhrat Masih Mau’ud as. karena diungguli rasa gentar,
dengan begitu sulit beliau mengabarkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as bahwa
superintenden polisi datang membawa borgol beserta surat penangkapan kriminal. Pada
saat itu Hadhrat Aqdas as sedang mengarang buku beliau ‘Nurul Quran’. Beliau angkat
kepala, seraya tersenyum tenang, beliau bersabda:
Mir Sahib! Orang-orang biasa memakai cincin emas dan perak dalam kebahagiaan. Kita
paham bahwa kita telah memakai cincin besi di jalan Allah Taala.
Lalu, setelah merenung sejenak, beliau bersabda:
Namun, tidak akan terjadi seperti itu juga. Karena Tuhan tidak suka menghinakan para khalifah-
Nya yang diutus.
Keyakinan Hadhrat Masih Mau’ud as terhadap dukungan dan pertolongan Allah Taala begitu
tidak tergoyahkan sehingga beliau sungguh tidak gelisah terhadap kabar tersebut. Polisi berdiri di
pintu membawa borgol dan beliau dengan berani bersabda bahwa tidak akan terjadi apa-apa
padaku. Tuhan-ku bersamaku dan pasti Dia akan menyelamatkanku dari kehinaan. Dan
begitulah yang terjadi. Superintenden tidak bisa menemukan hal patut dikecam sebagai
hasil penyelidikan dan sebagaimana dia datang, begitu pun dia pergi.
Walhasil, bila kita juga menjadi milik Allah Taala dan memahami hakikat bahwa tanpa izin
Allah Taala, selembar daun pun tidak dapat jatuh, tidak ada yang bisa mengkhawatirkan kita
dan tiada kekuatan dunia bisa mengungguli kita.

Keyakinan dan Ketawakalan Beliau pada Masa Tha’un


Pada masa thaun bergejolak dan seluruh kota senyap di seluruh hindustan, pemerintahan inggris
mencanangkan suntikan supaya nyawa orang-orang bisa diselamatkan. Jauh sebelum
munculnya thaun, Hadhrat Masih Mau’ud as menubuatkan bahwa thaun akan menyebar di
negeri ini sebagai tanda dan saat itu, karena belum ada tanda-tanda thaun, orang-orang
memperolok-olokkan beliau. Beliau menerbitkan nubuatan ini bahwa Allah Taala telah berjanji
kepadaku:

Inni uhafizhu kulla man fid dar


Yakni setiap orang yang berada dalam dinding rumah engkau, akan Kuselamatkan.
Disebabkan thaun, di empat sisi berserakan mayat. Tetapi, tengoklah sejenak bagaimana
keyakinan Hadhrat Aqdas as terhadap pertolongan Tuhan. Beliau bersabda bahwa karena thaun
merupakan sebuah tanda dalam mendukungku, oleh sebab itu bila kita selamat dari wabah
thaun dengan disuntik, maka kita akan mengurangi keagungan tanda tersebut. Oleh karena
itu, saya tidak akan disuntik dan saya akan diselamatkan dari thaun dan semua orang pun
akan diselamatkan, yaitu mereka yang berada dalam dinding rumahku. Dan beliau bersabda
bahwa tanda aku berasal dari Allah adalah jemaahku juga secara relatif dan komparatif akan
selamat dari serangan thaun. Jadi, tidak hanya beliau yang selamat, bahkan para pengikut
sejati beliau juga akan berada dalam lindungan Allah tanpa disuntik dari penyakit yang
mematikan tersebut.
Pada saat itu, Maulwi Muhammad Ali Sahib yang hari-hari itu bermukim di rumah Hadhrat
Masih Mau’ud as, beliau demam. Maulwi Sahib menceritakan kepada beliau dalam kondisi
khawatir dan memperlihatkan kegentaran bahwa beliau terkena thaun. Hadhrat Masih
Mau’ud as bersabda dengan tenang dan tentram hati bahwa Maulwi Sahib! Bila anda
terkena thaun di rumah ini, maka saya dusta. Lalu demam pun turun dalam beberapa detik
dan beliau benar-benar sembuh.
Para pendengar dan hadirin! Apakah ini bukan mukjizat yang agung? Apakah klaim seperti ini
berada dalam kekuatan manusia? Tidakkah terbukti bahwa Hadhrat Aqdas as memiliki keyakinan
sempurna terhadap pertolongan Tuhan sehingga kematian pun berlari jauh dari beliau?
Ketika wabah menyebar di seluruh negeri, siapakah yang dapat mengatakan dengan dakwa
bahwa saya tidak akan disuntik dan para pengikutku juga, tetapi kami semua akan selamat dari
penyakit yang mematikan ini.
Saya bukan Buruan, Saya adalah Singa, Singanya Allah
Satu peristiwa lagi, saya sampaikan ke hadapan anda. Pada zaman berjalannya sidang panjang
dari pihak Karamdin terhadap Hadhrat Aqdas as, orang-orang Arya sangat memprovokasi
majistri hindu atas kasus tersebut, yang bernama chandulal dan mengatakan kepadanya dengan
menyebut nama Hadhrat Aqdas bahwa orang ini sangat memusuhi kami dan pembunuh
pemimpin kami, Lekhram. Sekarang dia menjadi buruan di tangan anda dan pandangan seluruh
bangsa tertuju pada anda. Bila anda membiarkan buruan tersebut lepas dari tangan, anda akan
menjadi musuh bangsa. Atas hal itu, majistri mengutarakan iradahnya bahwa dia akan
melakukan demikian dalam sidang mendatang bahwa tanpa menerima jaminan, naudzubillah
beliau ditangkap dan dimasukkan dalam penjara.
Para sahabat mujahid Hadhrat Aqdas as memperoleh beritanya sebelum waktunya dan
semuanya sangat gelisah. Ketika semua hal diperdengarkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as
dan terdengar kata buruan, Hadhrat Sahib yang sedang berbaring, langsung bangkit dan duduk
dan kedua mata beliau bercahaya dan wajah beliau menjadi merah serta beliau bersabda:
Aku adalah buruannya? Aku bukan buruan, aku singa. Dan singa juga singa Tuhan. Dapatkah
dia mengulurkan tangan pada singat Tuhan? Lakukanlah demikian dan lihatlah.
Seraya mengucapkan kata-kata ini, suara beliau begitu tinggi sehingga orang-orang yang berada
di luar kamar semuanya tercengang. Beliau berkali-kali mengulangi kata singat Tuhan dan
saat itu kedua mata beliau yang biasanya nunduk dan setengah sipit, memang terbuka seperti
mata singa dan bercahaya seperti percikan api serta wajah beliau amat merah sampai-
sampai tidak dapat dilihat. Kemudian beliau bersabda: apa yang harus kulakukan? Aku telah
mempersembahkan di hadapan Tuhan bahwa aku siap untuk memakai besi di tangan dan kaki
demi agama Engkau. Namun Dia berfirman bahwa tidak, Aku akan menyelamatkan engkau dari
kehinaan dan akan membebaskan engkau dengan kemuliaan.
Singa Tuhan ini yakin sepenuhnya pada pertolongan Pelindungnya dan itu telah disaksikan. Kini,
dengarkanlah perlakuan Tuhan yang sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong itu. Sidang
yang di dalamnya majistri berkendak bahwa dia akan memasukkan Hadhrat Masih Mau’ud
as ke dalam penjara, sidang itu diundur. Lalu dalam interval waktu tersebut majistri pindah
dari Gurdaspur. Kemudian, karena motif yang tak diketahui dia menjadi mundur juga. Jadi, orang
yang tadinya mengatakan bahwa Masih zaman ini adalah buruannya, dia sendiri adalah buruan
kehinaan. Dan ilham Hadhrat Masih Mau’ud as dan kalam ilahi: inni muhinun man arada
ihanataka, orang yang hendak menghinakan engkau, Aku akan menghinakannya, telah tergenapi
dengan nyata lagi luar biasa.
Betapa indah sabda Hadhrat Aqdas as:
Orang yang menjadi milik Tuhan, tidak baik membuatnya serakah.
Jangan ulurkan tangan pada singa, hai rubah yang lemah.
Dia mati di tepi jalan. Sedangkan Pelindung mulia terus berdiri.
Jadi, jangan duduk di jalanku hai para penjahat kota.
Jemaah Hadhrat Masih Mau’ud as
Para pendengar dan hadirin! Tiada keraguan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as telah
memperlihatkan contoh mulia tawakal kepada Allah Taala dan yakin pada pertolongan-Nya di
seluruh kehidupan beliau, yang selamanya akan menjadi penunjuk jalan bagi kita. Dan
sebenarnya para nabi Allah Taala menegakkan teladannya supaya jemaahnya juga
mengamalkannya dan dapat menata kehidupannya.
Hadhrat Aqdas as bersabda:
Orang-orang suci yang menjadi milik Tuhan mendapat pertolongan dari Tuhan.
Ketika pertolongan itu datang, maka satu alam menjadi alam yang lain.
Itu menjadi udara dan bisa menerbangkan setiap butiran debu.
Itu menjadi api dan bisa membakar setiap penentang.
Kadang menjadi debu dan menerpa kepala para
musuh. Kadang menjadi air yang membawa topan
pada mereka.
Ringkasnya, pekerjaan Tuhan sama sekali tidak akan terhenti oleh para hamba.
Oleh karena itu, makhluk akan dihadapkan pada sang Khalik.
Walhasil, bila kita ingin melihat pemandangan dukungan dan pertolongan Allah Taala dalam
kehidupan kita, maka syarat utamanya adalah kesucian hati. Jika kita ingin bahwa Allah
Taala
memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya terhadap kita dan Dia menjadi kawan kita, maka
pasti kita menjadi milik Allah dengan tulus hati.
Wahai Masroor, Aku Bersamamu
Para pendengar dan hadirin! Ini merupakan keberuntungan kita bahwa pada era ini kita
menyaksikan dengan mata sendiri ilham Hadhrat Masih Mau’ud as ini tergenapi dengan
begitu megah: inni ma’aka ya masroor (hai masroor, aku menyertaimu).
Kita adalah orang yang bernasib mujur, yang mendapati masa khilafah khamisah yang beberkat.
Ya, kita adalah bangsa yang beruntung yang mendapati nikmat kepemimpinan mulia Hadhrat
Masroor. Kita tidak bisa lupa bahwa wali saat ini (wujud yang dekat dengan Tuhan) adalah
imam kita, yang menjadi naungan kita, tameng kita, hati kita dan nyawa kita, yang dalam
kepemimpinannya saat ini kafilah Ahmadiyah sedang melaju pesat menuju tahap-tahap
kemajuan. Allah Taala menyertai wali ini dan pertolongan khusus menyertainya serta janji
pertolongan ilahi menyertainya juga. Saat ini wali inilah yang memanggil kita dengan semangat
tiada akhir supaya kita berjalan pada jalan-jalan keridhaan Tuhan dan kita memperoleh
keselamatan. Inilah wali yang bermalam-malam berdoa tidak hanya buat diri beliau sendiri,
bahkan bagi kita juga. Jadi, selama kita terikat dengan imam tersebut, terus berdoa demi
kesehatan dan keselamatan beliau dan mentaatinya dan selama dalam hati kita timbul kesadaran
bahwa seluruh kemajuan kita berada dalam ikatan kepada khilafah, kita juga akan terus
mendapatakan kebersamaan Allah Taala dan dukungan serta pertolongan-Nya yang khusus
berkat baiat kepada Hadhrat Masroor. Dan tiada kekuatan dunia yang dapat menahan
langkah- langkah kita.
Akhirnya, saya akhiri pidato saya dengan kata-kata Hadhrat Masih Mau’ud as. beliau
bersabda:
Orang-orang benar tegap pendirian saat cobaan-cobaan dan mereka tahu bahwa akhirnya Tuhan
akan menjadi pelindung kami dan hamba ini meskipun bersyukur kepada Allah Taala
dengan keberadaan kawan-kawan yang begitu sempurna, tetapi meski demikian, hamba
percaya bahwa walaupun tiada seorang pun yang menyertai dan semua orang pergi mencari
jalannya masing- masing, maka saya tidak takut sedikit pun. Saya tahu bahwa Allah Taala
menyertai saya. Jika saya dihimpit dan diinjak-injak dan menjadi lebih terhina serta
menyaksikan cemoohan, cacian dan kutukan dari segala arah, tetap saja pada akhirnya
saya akan menang. Tiada seorang pun yang mengetahui saya. Namun, Dia yang menyertai
saya, sama sekali tidak dapat binasa. Usaha-usaha para musuh sia-sia dan rencana-rencana
para pedengki tiada hasil.
Hai orang bodoh nan buta! Siapakah orang benar yang telah binasa sebelumku bila aku
menjadi binasa? Orang setia manakah yang Tuhan telah binasakan dengan kehinaan bila
aku akan Dia hinakan? Ingatlah dengan yakin dan dengarkanlah dengan telinga terbuka bahwa
ruhku bukanlah ruh yang akan binasa dan dalam tabiatku tiada istilah kegagalan. Aku
dianugerahi semangat dan ketulusan yang dihadapannya gunung-gunung menjadi tak
berguna. Aku tiada mempedulikan siapapun. Aku tadinya sendirian dan tak marah atas
kesendirian. Apakah Tuhan akan meninggalkanku? Dia tidak akan pernah tinggalkan. Apakah
Dia akan menyia-nyiakanku? Dia tidak akan pernah sia-siakan. Para musuh akan hina dan
para pedengki akan malu serta Tuhan akan memenangkan hamba-Nya dalam tiap medan. Aku
menyertai-Nya dan Dia menyertaiku. Tiada hal yang dapat mematahkan ikatan kami dan aku
bersumpah demi kemuliaan dan kegagahan-Nya bahwa tiada hal yang lebih kucintai di
dunia dan akhir selain keagungan agama-Nya nampak, kegagahan-Nya bersinar dan firman-
Nya menjadi tinggi. Dengan karunia-Nya aku tidak takut pada suatu cobaan, meskipun bukan
satu cobaan, puluhan juta cobaan. Dalam medan cobaan dan rimba duka, aku dianugerahi
kekuatan. (anwarul islam, halaman 23)
Prophecies of The Quran (Kabar-kabar Ghaib al
Quran) Oleh : Mln. Ibrahim Michael Noonan (Missionary
InCharge, Ireland) – Pent : Mln. Husnur Rasyidi

Nubuatan bukan hal yang unik (aneh) bagi Islam. Ketika mempelajari sejarah
agama dan sejarah kuno bangsa Yunani serta sistem kepercayaan lainnya, kita
dapati bahwa itu semua punya satu kesamaan, mereka percaya bahwa Tuhan atau
Dewa-Dewa berbicara kepada mereka, membimbing dan memperingatkan mereka.
Bahkan, mereka percaya wahyu Ilahi itu meramalkan hal-hal yang akan terjadi.
Sedangkan wujud Tuhan, yang makhluk berakal kenal sebagai Elohim, Theos dan bagi
orang-orang Islam punya sebutan (nama) yang khas yakni Allah.

Apapun nama yang ingin manusia kaitkan dengan dirinya, adalah bukti bahwa pada
waktu tertentu dalam sejarah manusia Dia memberikan bimbingannya.

Dia melakukan hal ini dalam banyak bentuk, ada yang melalui pengutusan para
Nabi, di lain waktu melalui tanda langit yang sering terlihat sebagai tanda sesuatu
yang penting akan terjadi atau melaui wahyu dalam Kitab-Kitab Suci dan melalui
pengumuman yang berisi nubuatan.

Melalui ini, Dia membritahu mereka tentang sesuatu yang akan terjadi di masa
depan. Ini menunjukkan kepada kita bahwa banyak negara pada suatu waktu dalam
sejarah mereka, Tuhan Yang Maha Kuasa membimbing mereka dan
memperingatkan mereka. Dalam agama Yahudi sebagian besar nubuatan berasal dari
Yesaya dan dalam agama Kristen yang keduanya menubuatkan kedatangan sebuah
pesan yang universal, yang akan membawa manusia kepada kebenaran, sebuah
pesan untuk segenap umat manusia yang akan tetap ada selama-lamanya. Dan pesan
itu adalah Alquran.

Poin pertama yang perlu diingat.

Poin pertama yang harus diingat sebagai Muslim, adalah wujud abadi yang kita
sebut dengan Allah swt melalui sifat Rahmaniyyat dan Rahimiyyat-Nya telah memberi
kepada kita sebuah petunjuk yang sempurna yang memberi tahu kita tentang
peristiwa-peristiwa di masa lalu (maksudnya nubuatan yang saat ini sedang
berlangsung) dan di masa depan.

Dia telah menetapkan jalan yang harus diikuti, dan jalan yang mengarah
kepada kedamaian dan kehidupan abadi serta jalan yang jika kita memutuskan untuk
dengarkan, kita akan makmur (berhasil) itulah sebabnya Allah Yang maha Kuasa
berfirman

“Merekalah yang mengikuti petunjuk (bimbingan) Tuhan mereka dan mereka itulah
yang berjaya (makmur)” (surah 2 ayat 6).
Beriman.

Beriman atau menerima dan percaya pada janji-janji Allah SWT adalah patokan bagi
oarang yang beriman, kita diperintahkan untuk percaya kepada yang belum terjadi
(ghoib)! Pada Surah 2 ayat 4-5 Allah Yang Maha Kuasa memberitahu kita “dan siapa
yang percaya pada yang ghaib (belum nampak) dan mendirikan sholat....Dan percaya
kepada yang telah diturunkan kepada engkau, dan yang diturunkan sebelum
engkau. Dan mereka yakin sepenuhnya pada apa yang belum datang (kepada
akhirat)”.

Beriman kepada yang belum datang (terjadi)

Jadi orang yang beriman harus yakin pada yang belum datang! Sepanjang 1400 tahun
kita telah menyaksikan kebenaran historis Alquran dari Kitab-Kitab Suci lainnya
dimana didalamnya dapat dilihat adanya tanda-tanda keterlibatan Tuhan dalam
peristiwa-peristiwa dunia yang Dia membuat secara jelas tanda-tanda itu, dan
kebenaran para Nabi melalui nubuatan-nubuatan yang telah tergenapi. Tidak ada yang
benar-benar dapat menyangkal kebenaran dari peristiwa-peristiwa semacam itu yang
direkam secara historis.

Seorang penginjil kristen yang ternama, Billy Graham berkata : .....dan menyaksikan
drama besar abad ini berlangsung. Bukan hanya orang Kristen yang merasakan
sesuatu akan terjadi. Dunia ini telah menemui kebuntuan dunia berada pada jalur
tabrakan (benturan).

Imam kita yang Tercinta, Hz. Khalifatul masih V aba telah memperingatkan dunia
selama lebih dari 15 tahun bahwa dunia sedang menuju sebuah benturan dalam
bentuk perang dunia III dan beliau menjelaskan hal ini dalam buku beliau “Krisis
dunia”.

“Dunia melewati masa-masa yang sangat bergejolak. Krisis ekonomi global terus
bermanifestasi lebih baru bahaya lebih parah hampir setiap minggu. Kesamaan
dengan masa sebelum Perang dunia II terus berlanjut dan tampak jelas bahwa
peristiwa-peristiwa menggerakkan dunia pada langkah yang belum pernah terjadi
sebelumnya menuju perang dunia yang ketiga yang mengerikan.

Poin yng ingin saya tekankan;

Poin yang ingin saya tekankan adalah, Allah Taala selalu memberi tanda-tanda
sebagai peringatan bagi umat manusia dan pada waktunya tanda-tanda
ditampakkan kepada manusia. Hanya Dia yang memiliki pengetahuan sejati tentang
masa depan dan Dia telah melakukannya dalam banyak hal, salah satunya adalah
melalui nubuatan. Banyak yang terjadiyang kita bicarakan hari ini, dan stau-satunya
tujuan saya dalam pidato ini untuk menyadarkan hati setiap Ahmadi akan kenyataan
keebenaran Islam Ahmadiyah Islam yang sejati, seperti ada banyak dalam kalangan
Jemaat miliki, mempertanyakan kebenaran Islam.

Tapi jika mereka meluangkan waktumelalui doa dan menggunakan logika dan
rasional mereka, mereka hanya dapat menyimpulkan bahwa Islam itu didirikan
Tuhan seperti kesimpulan saya sebagai penganut kristen sebelum masuk Islam.
Nubuatan-Nubuatan;

Yang pertama Kitab Suci Alquran Surah 75 : 8-10 (Al-Qiyamah)

“Saat penglihatan silau. Dan terjadi gerhana bulan. Dan dikumpulkan matahari dan
bulan”
Ayat-ayat ini diturunkan 1500 tahun yang lalu dan ada banyak interpretasi mengenai
bulan tetapi salah satu yang paling umum adalah sesuatu yang bersejarah akan
terjadi, dalam sejarah umat manusia. Baik secara politis atau spiritual atau bahkan
keduanya.
Ayat-ayat ini adalah tentang akhir zaman tentang pimpinan periode itu hingga Hari
Kebangkitan dan akan tergenapi dalam tiga titik waktu. Yang pertma telah selesai, yang
lain telah juga selesai dan yang satu lagi sedang berlangsung saat kita bicara. Untuk
inilah saya memilih berbicara mengenai nubuatan pertama ini, karena memang kita
sedang melaluinya, dan kita menyaksikan kemuliaan nubuatan ini, kita berada di
akhir zaman.
Masa pertama tergenapi saat munculnya Mahdi dan Masih, bulan dan matahari
gerhana pada tahun 1894 dan 1895 dimana sebuah pesan kabar gembira diberikan
kepada umat manusia bahwa Mahdi dan Masih telah datang sebagai permulaan baru
sebuah langit baru telah dimulai.dan kedatangan ini terpenuhi dalam sosok Hz. Mirza
Ghulam Ahmad yang menyatakan diri beliau sebagai Mahdi pada tahun 1891.
Sebagaimana yang telah disampaikan, gerhana bulan dan matahari selalu terjadi
ketika sesuatu yang bessar akan terjadi dalam sejarah dunia dan hal itu adalah
munculnya Al- Masih yng dijanjikan (as).
Perlu diingat bahwa baik Yesus maupun Nabi Suci saw menubuatkan bagi umat
manusia bahwa ketika Masih dan Mahdi datang akan ada gerhana bulan dan
matahari untuk mengabarkan bahwa dia telah tiba.
Dan ini telah sepenuhnya tergenapi, jadi bukan hanya nubuatan Alquran terpenuhi
bahkan Alkitab juga menegaskan hal itu.
Di dalam nubuatan-nubuatan Surah Al-Qiyamah ini;
Fase kedua terjadi pada tahun 2010 melalui Blood Moon pada 21 Desember 2010,
dan nubuatan dalam surah tersebut, menyebutkan kejatuhan atau akhir dari
kekuatan politik Arab yang akan jatuh, dan ini tergenapi pada 2011 dengan peristiwa
pemberontakan Arab (Arab spring), yang memperlihatkan 3 pemimpin yang kuat dan
berpengaruh digulingkan, Saddam Hussein, Kol. Muammar Qaddhafi, dan upaya
berkelanjutan untuk menggulingkan Bashar Assad. “setelah peristiwa ini seluruh Timur
Tengah dan afrika Utara kehilangan kredibilitas mereka sebagai kekuatan politik.
Hz. Khalifatul Masih II ra menjelaskan tentang hal ini, bahwa dalam nubuatan ini
memberitahukan kepada kita bahwa Iran akan mulai mengalami kesulitan dan
bahkan mungkin kehilangan kedaulatannya.
Bagian yang tersisa dari nubuatan mulia Alquran ini sedang berlangsung di depan mata
kita sekarang pada tahun 2019 dengan semua yang sedang terjadi pada Iran, dan
kemungkinan perang dengan Amerika Serikat, nubuatan ini sedang berlangsung, kita
sekarang secara ajaib
menyaksikan nubuatan ini. Alhamdulillah. Bagaimana mungkin untuk diabaikan dan
menyangkal tanda-tanda dari Alquran ini.
Nubuatan yang kedua Terusan Suez 1869 dan Terusan Panama 1881 Surah 55 ayat 20
“Dia telah membuat dua lautan mengalir. Dan suatu hari nanti akan bertemu”. Jika
anda mengatakan 1400 tahun yang lalu bahwa keduanya laut merah dan
Mediterania akan bergabung menjadi satu dan bahwa Samudra Atlantik dan
Samudra Pasifik, anda kemungkinan besar akan ditertawakan dan dianggap gila.
Sama halnya jika mengatakan hal seperti itu di awal abad ke 19 anda akan
ditertawakan.
Prestasi luar biasa ini yang menggabungkan Samudra Atlantik dengan Samudra Pasifik
dan Laut Merah dengan Mediterania, kita mesti mengapresiasi bahwa 1400 tahun yang
lalu itu tidak terpikirkan agar ini terjadi, bahwa sejumlah besar tanah dihilangkan
(dilenyapkan), bahkan untuk membayangkannya dilakukan dengan tangan, dengan
menggali begitu luas tanah, hanya dengan sekop dan beliung adalah mustahil.
Dan kenyataannya adalah, bagaimana Terusan suez mulai digali dengan sekop sampai
kerajaan Inggris datang dan menggunakan alat bertenaga uap.
Kita harus memahami bahwa Surah Ar-Rahman adalah salah satu surah yang paling
awal diturunkan di Mekkah, jadi 1400 tahun sebelum tahun 1869 hal ini dinubuatkan.
Aspek yang menarik dari nubuatan ini, yaitu benar-benar tergenapi dalam segala hal,
dan tidak dapat disangkal oleh siapapun.
Tetapi juga yang menarik dari tergenapinya nubuatan ini adalah terpenuhinya
selama kedatangan Masih yang dijanjikan as yang pada tahun 1869 Terusan Suez
secara resmi dibuka untuk dilalui kapal, yang mana sekarang lebih dari 300 juta ton
barang lewat setiap harinya lebih dari 50 kapal lewat setiap harinya.
Dan pada tahun 1881 pekerjaan dimulai di Terusan Panama tetapi sempat terhenti
dan pekerjaan kembali dimulai pada tahun 1914.

Kabar ghaib yang ketiga, Bom Atom


“Ketika langit akan membawa asap yang nyata, yang akan meliputi segenap manusia. Ini
akan menjadi azab yang pedih” Surah 44 ayat 11-12.
Ada beberapa ayat yang menggambarkan sikasaan yang mengerikan yang manusia
akan hadapi di masa mendatang, begitu mengerikannya sehingga akan memicu
ketakutan di hati orang-orang. Tapi ini tidak bisa dipahami 1400 tahun yang lalu atau
bahkan 500 tahun yang lalu, hanya di abad ke 20 kenyataan ini diketahui melalui
penemuan senjata-senjata nuklir, yang benar-benar telah terpenuhi.
Semua ayat-ayat dimana Alquran memperingatkan manusia 1400 tahun yang lalu dan
tidak hanya memperingatkan tetapi juga menjelaskan secara jelas akibat dari senjata
nuklir, yang telah disaksikan seluruh dunia pada tahun 1945 dan penjelasan Alquran
mengenai penderitaan manusia yang disebabkan oleh senjata itu.
Ini adalah nubuatan yang mendalam yang dunia dan lebih dari itu hari ini setiap pria,
wanita dan anak-anak menjadi saksi pemenuhannya dan semuanya menaruh perhatian
akan hal itu.
Ini adalah kabar ghaib yang tidak bisa dibayangkan atau dijelaskan 1400 tahun yang lalu,
Hz. Khalifatul Masih IV ra menyampaikan dengan jelas mengenai ini:
“ini hanya bisa dibayangkan pada masa kini ketika manusia telah menemukan rahasia
atom dan energi besar yang tersimpan dan terkandung didalamnya. Ini adalah masa
ketika api yang terkandung dalam partikel yang terkecil menyala dan menelan area yang
luas hingga ribuan mil persegi.
Segala sesuatu yang berada dalam jangkauannya ditelan, baik itu manusia ataupun
semuanya. Karenanya, apa yang tampak begitu tidak realistis 1400 tahun yang lalu, telah
menjadi kenyataan yang lumrah bahkan anak-anak kecil pun tahu.
Sekarang jika kita fokus pada deskripsi yang diberikan oleh Hz. Khalifatul Masih IV
ra, sungguh menakjubkan bagaimana kabar ghaib itu telah terjadi. “Pada saat
ledakan, sejumlah besar sinar gamma, neutron dan x-ray dilepaskan dengan segera.
Sinar X menaikkan suhu dengan cepat menjadi meteor menciptakan bola api yang besar
meningkat dengan cepat, melepaskan ledakan atom yang benar-benar panas.
Jerubung api yang menyerupai sebuah jamur besar yang terlihat dari jauh dan luas.
Saya pernah melihat foto-foto bom atom yang diambil pada tahun 1945 dan juga
jutaan orang di seluruh dunia ketika bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan
Nagasaki, sebagai seorang Nasrani, jauh sebelum saya masuk Islam, tetapi setiap kali
saya melhat foto ini saya gemetar pada ketepatan Surah 44 ayat 11-12 dar Kitab Suci
Alquran.
Ini akan menjadi penderitaan (azab) yang menyakitkan.

Saksi 1
Tsuboi mengenang suara ledakan keras , yang kemudian melemparkannya ke udara dan
mendarat 10 meter jauhnya. Dia sadar kembali mendapati dirinya terbakar sebagian
besar dari tubuhnya, lengan bajunya dan celana panjangnya robek akibat kekuatan
ledakan.
“Lengan saya terbakar parah dan sepertinya ada yang menetes dari ujung jari saya, “
ungkap Tsuboi, yang adalah ketua umum Nihon Hidankyo, sebuah organisasi nasional
korban bom atom dan hidrogen.
“punggung saya sangat sakit, tetapi saya tidak tahu apa yang barusan terjadi. Saya
berasumsi saya berada dekat dengan bom konvensional yang sangat besar.
Saya tidak tahu itu adalah bom nuklir dan saya terkena radiasinya. Ada banyak asap di
udara yang membuat anda hampir tidak bisa melihat 100 meter kedepan, tetapi apa
yang saya benar-benar saksikan meyakinkan saya bahwa saya telah memasuki
neraka di bumi.
Saksi 2
Seorang saksi dari Irlandia;
Dr. Aidan MacCarthy dalam POW “disana diikuti flash biru, disertai dengan sebuah suar
tipe magnesium yang sangat terang yang membutakan mereka. Kemudian datanglah
ledakan yang menakutkan tetapi agak datar yang diikuti oleh hembusan udara
panas.”
“dan orang-orang yang masih berjalan berlari berputar-putar, tangan ditekan ke mata
mereka yang buta atau memegang daging yang tergantung compang-camping dari
wajah atau lengan mereka.
“saya pikir kami telah tiba di hari Penghakiman (Pembalasan)”
Kata-kata mengerikan dari kedua saksi ini juga menggenapi hal ini yang secara
harfiah tergenapi dalam ayat Alquran, “’adzabun alim” Surah 44 ayat 11-12 “yang
akan meliputi segenap manusia. Ini akan menjadi azab yang pedih”
Adakah yang bisa menolak pemenuhan kabar ghaib ini yang disampaikan 1400 tahun
yang lalu sama sekali tidak! Ini adalah tanda besar dari kebenaran Alquran sebagai kitab
wahyu Ilahi.
Tidak ada lagi keraguan! Tidak ada lagi helah (dalih) dari dunia, dalih apa yang bisa
kamu utarakan pada kenyataan kabar ghaib ini!!! Keduanya baik umat manusia dan kita
Ahmadi kita tidak punya dalih atau alasan untuk menolak atau mempertanyakan kabar
ghaib yang benar-benar jelas dari Alquran.

Kabar ghaib yang keempat dan kelima


“Dan Dia telah menciptakan kuda, bagal dan keledai supaya dapat kamu
menungganginya, dan juga sebagai sarana keindahan dan Dia akan menciptakan apa
yang msih belum kamu ketahui” Quran Surah 16 : 9
Kabar ghaib yang keempat dan kelima saya gabungkan untuk menghemat waktu karena
memiliki poin yang sama. Dimana Kitab Suci Alquran memberi tahu kita moda
transportasi masa depan. Yang tidak terbayangkan 1400 tahun yang lalu oleh
manusia di alam mimipi terliarnya tidak mampu membayangkan konsep itu ataupun
memimpikan kemungkinan- kemungkinannya.
Ayat-ayat ini membahas tentang penemuan-penemuan masa depan seperti kapal uap
pada tahun 1825 kapal uap digunakan untuk berkomunikasi dengan India dan pada
1833 Raja William bangun di Quebec, kereta pada 1830 peluncuran kereta uap di
UK, Karl Friedrich Benz kendaraan roda tiga pertama dengan mesin pembakaran pada
tahun 1888. Sama sekali tidak mungkin untuk mengetahui akan pengetahuan masa
depan ini kecuali jika itu diungkapkan melaui wahyu Ilahi dan semua itu tergenapi
dalam setiap detailnya, Allahu Akbar, perlu diketahui ini semua terpenuhi (tergenapi)
pada masa Al-Masih yang dijanjikan as. Mobil pertama ,Karl Benz, pada 1888 yang
setahun kemudian Jemaat Muslim Ahmadiyah didirikan pada 1889, Alhamdulillah.
Kabar Gaib terakhir
Masih berhubungan dengan hal ini juga dimana disebutkan tentang jalur-jalur di angkasa
di langit, yang disebutkan dalam Surah 51:8, “Dan Demi langit yang penuh dengan jejak-
jejak” Hz. Khalifatul Masih IV ra, alhamdulillah, telah menjelaskan dengan indah bahwa
ini adalah mengacu pada pesawat terbang, helikopter, yang akan digunakan di masa
depan dimana langit akan penuh dengan jejak-jejak – jalur-jalur dimana kita sekarang
biasa menyaksikannya. Tetapi 1400 tahun lalu, tak terbayangkan, 150 tahun yang lalu
juga tidak terbayangkan, tapi Kitab Suci telah mengabar ghaibkannya.
Dan saya berbicara tentang lalu lintas udara dimana setiap pesawat, setiap penerbangan
memiliki jalur unik yang harus diikuti. Di ruang udara Amerika Serikat hingga 500
pesawat terbang setiap jam yang diterjemahkan menjadi 50000 pesawat yang
beroperasi setiap harinya, saat kita berkumpul disini ribuan pesawat terbang di jalur
mereka, beberapa diatas beberapa lainnya dibawah dan masing-masing berdekatan.
Berapa banyak dari antara kita ketika didalam pesawat, melihat pesawat lain dibawah
kita ataupun didekat kita. Atau tatkala anda melihat pesawat mendarat di Heathrow,
ada pesawat berkeliling menanti untuk mendarat, atau garis-garis putih asap dari
berbagai pesawat yang terbang pada saat yang sama di berbagai jalur, ketika anda
melihat itu lagi maka anda akan diingatkan pada pemenuhan yang agung dari
Alquran dan setiap kali saya melihat ini saya lantas mengucapkan subhanallah karena
saya diingatkan akan ayat Alquran ini yang diwahyukan 1400 tahun lalu, alhamdulillah.

Kesimpulan
Setiap kabar gaib yang saya telah sampaikan telah tergenapi dan satunya berlangsung
saat kita berbicara, tidak ada yang bisa menolak bahwa kabar-kabar gaib ini belum
tergenapi dan itu semua telah disajikan dari Alquran yang diwahyukan 1400 tahun
yang lalu pada saat umat manusia tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan
untuk menciptakan atau menemukan sesuatu atau meramalkan tanda-tanda langit.
Jadi, satu-satunya jawaban yang logis adalah itu (Alquran) adalah wahyu Ilahi yang
berasal dari Rahmat dan Karunia-Nya yang memberitahu umat manusia 1400 tahun
yang lalu bahwa hal itu pasti akan terjadi.
Ini membuktikan keagungan keaslian Alquran dan bukti dari Kasih sayang Sang Pencipta
yang kita tunduk pada keagungan nama Allah SWT.
Terakhir saya ingin menyampaikan kepada anda, fakta lain bahwa semua nubuatan
ini tergenapi selama kedatangan Al-Masih Yng Dijanjikan karena itu juga
mendukung kebenaran Al-masih Yang Dijanjikan, Allahu Akbar, dan nubuatan-nubuatan
itu mendukung kebenaran Khilafat, Allahu akbar, membuktikan bahwa Ahmadiyah adalah
Islam yang sejati dan benar didirikan oleh Tuhan. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu
Akbar.
Sarana untuk Meraih Kemajuan Ilmu
Oleh : Dr. Ijazur Rahman (Sadr Majelis Ansharullah,
UK) Pent : Mln. Muhammad Hasyim

 
            
      
   

          


      
    



          


         
      
 

            


        
     
 

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,


Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan
Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (59:23-25)

Hadirin yang saya hormati!

Judul dari ceramah saya pada hari ini adalah “Sarana-sarana untuk Meraih Kemajuan
Ilmu.”
Dari sisi bahasa yang dikatakan ilmu adalah mengetahui hakikat dari sesuatu. Dalam
terminologi Al-Quran Karim ilmu adalah sesuatu yang mutlak dan meyakinkan. Dalam terminologi
umum ilmu adalah mengetahui suatu perkara, mendapatkan keterangan-ketarangan, meraih
pengetahuan, memahami hikmah dan meraih ma’rifat. Tema ini kelihatannya mudah, sederhana
dan singkat, namun jika direnungkan di dalamnya terdapat keluasan dan komprehensifitas.
Tanpa ilmu tidaklah tuntutan-tuntutan agama dapat terpenuhi, tidak juga tuntutan-tuntutan
duniawi. Cakupan ilmu adalah sepanjang hidup kita, dimulai dari awal hingga akhir upaya kita
senantiasa tertuju untuk itu. Kesuksesan kita pun diraih dengan ilmu.

Dengan menela’ah Al-Quran karim dapat diketahui bahwa setelah penciptaan


manusia, kebajikan dan nikmat terbesar bagi manusia adalah dianugerahkannya ilmu, yang
karenanya kita disebut sebagai asyraful makhlukat.

Ilmu hakiki adalah yang Allah Ta’ala anugerahkan semata-mata dengan karunia-Nya.
Ilmu ini adalah sarana untuk meraih ma’rifat Allah Ta’ala dan menimbulkan rasa takut kepada
Allah. Dengan perantaraan ilmu manusia meraih kemajuan dan memperoleh kemampuan
untuk menjelaskan.
Sumber ilmu yang sejati adalah Dzat Allah Ta’ala dan Dia-lah sumber utama dari ilmu.
Dia- lah Yang Awal dan Dia-lah Yang Akhir, segala sesuatu yang terwujud berasal dari Dia dan
Dia lah yang memenuhi kebutuhannya, dan ‘Aalim atau orang berilmu yang sejati bukanlah
ia yang meraih ilmunya dengan usaha sendiri melainkan ia yang memperoleh anugerah
keyakinan dari Allah Ta’ala. Dan dengan pengetahuan dan keyakinan yang sempurna itu ia
tidak beranjak di pintu-Nya. Oleh karena itu ilmu adalah yang dianugerahkan dari pintu-Nya.

Ilmu yang sejati didapatkan dari Al-Quran Karim, bukan dari filsafat orang-orang
Yunani, bukan pula dari filsafat orang-orang Inggris, bahkan falsafah keimanan yang sejati
didapatkan dengan mengikuti Al-Quran Karim. Kesempurnaan dan keluhuran seorang mu’min
adalah apabila ia mencapai derajat anugerah dan ia meraih maqom haqqul yaqin yang
merupakan tingkatan ilmu yang paling tinggi. Akan tetapi orang-orang yang tidak mengambil
faedah dari ilmu-ilmu kebenaran dan pintu-pintu ma’rifat dan pandangan rohani tidak terbuka
atas mereka dan seolah-olah dengan mulutnya sendiri mengklaim sebagai orang berilmu,
namun pada hakikatnya orang-orang seperti ini sama sekali luput dari keindahan-keindahan serta
kemuliaan-kemuliaan ilmu, dan cahaya serta nur yang didapatkan dari ilmu yang hakiki tidak
didapati dalam diri mereka, dan mereka berada dalam keadaan yang sangat merugi.

Al-Quran Karim adalah sumber dan mata air ilmu sejati. Barangsiapa yang meraih
hakikat- hakikat dan ma’rifat-ma’rifat yang dijelaskan di dalam Al-Quran Karim, ia
mendapatkan ilmu yang membuatnya menjadi permisalan para nabi Bani Israil.

Ilmu yang kosong dari amalan tidaklah memberikan manfaat. Ilmu diraih dengan
tujuan untuk mengajarkan standar kemanusiaan yang luhur kepada manusia. Jika kemudian
meskipun telah meraih ilmu tetap berada dalam kondisi primitif/tidak beradab maka apa gunanya
ilmu yang seperti itu.

Dari sudut pandang duniawi, untuk meraih ilmu adalah dengan cara pergi ke sekolah,
college atau universitas. Ilmu juga diraih dengan perenungan dan pergaulan dengan para ulama.
Ilmu juga didapatkan dari penelitian, buku-buku, majalah-majalah dan surat-surat kabar. Dan
di zaman sekarang ini ilmu juga didapat dari internet.

Berbagai macam disiplin ilmu ini diraih melalui akal dan kelima panca indera manusia.
Kerja keras, ketekunan dan doa adalah alat-alat yang dengannya ilmu dapat meraih kemajuan.
Di dalam hadits dikatakan bahwa diantara seluruh ilmu ada dua ilmu yang dalam pandangan
Allah Ta’ala adalah yang paling utama, yaitu ilmu agama dan ilmu mengenai tubuh
manusia/ilmu kedokteran. Ilmu bisa bermanfaat untuk manusia dan bisa juga menjadi penyebab
kerusakan dan kehancuran. Ini bergantung kepada manusianya, bagaimana ia akan
menggunakan potensi yang dianugerahkan Tuhan tersebut. Ilmu janganlah diraih hanya untuk
tujuan dan kepentingan pribadi atau untuk kewibawaan semata, bahkan hendaknya tujuan
mencari ilmu adalah untuk menyebarluaskan cahaya ilmu tersebut, mendapatkan manfaat
darinya dan meraih keridhoan Allah Ta’ala. Setiap waktu hendaknya mengutamakan
keridhoan Allah Ta’ala. Dan ilmu yang diridhoi Allah Ta’ala lah yang bisa mengkhidmati
makhluk-Nya.

Apakah penyebabnya, bahwa meskipun di setiap zaman manusia beranggapan


bahwa mereka telah meraih kesempurnaan dalam ilmu, namun kemudian masa selanjutnya
membukakan ilmu-ilmu dan rahasia-rahasia yang benar-benar baru. Ilmu dan hikmah adalah
suatu khazanah yang paling mulia diantara semua harta kekayaan lainnya. Seluruh harta
kekayaan dunia adalah fana, namun ilmu dan hikmah tidaklah fana. Ketika orang-orang
yang melakukan penelitian
mengkolaborasikan antara ilmu duniawi mereka dengan ilmu agama dan ilmu Al-Quran, maka
akan terbuka jalan-jalan baru, akan tersedia bagi mereka kesempatan-kesempatan untuk bekerja
dengan berbagai cara. Karena Allah Ta’ala mengumumkan secara terbuka di dalam Al-
Quran bahwa :

         


     
  
  


“Dan tiada suatu benda pun melainkan pada Kami ada khazanah-khazanah-Nya yang
tak
terbatas, dan tidaklah Kami menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu.” (15:22)

 
 
 
    


“Dan mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki.”
(2:256)

Pesan yang indah dalam ayat ini adalah, bahwa tidak ada batasan dari ilmu yang
ghaib, manusia selalu diberikan izin untuk meraih pencapaian sampai batas tertentu, namun
pencapaian tersebut dianugerahkan hingga batas pencapaian yang telah ditetapkan, yang dalam
pandangan Allah Ta’ala sesuai dengan keperluan-keperluan dan tuntutan-tuntutan zaman,
dan Dia mengarahkan manusia untuk terus cenderung melakukan penelitian, dan menanamkan
kesadaran bahwa apa yang telah diketahui pada hakikatnya adalah merupakan bagian yang
sangat sedikit dari ketidaktahuan. Ilmu kita di masa sekarang ini jutaan kali lebih banyak dari ilmu
yang ada pada seribu tahun yang lalu dan mungkin saja ilmu di seribu tahun yang akan
datang miliaran kali lebih banyak dibandingkan hari ini. Semakin bertambahnya ilmu akan
semakin menyadarkan bahwa betapa terbatasnya pemahaman kita.

Ayat ini menjadi suatu petunjuk bagi orang-orang mukmin dalam perjalanan penelitian
yang tidak berujung ini. Bagi mereka tidak ada kekosongan, tidak pula kehampaaan, hanya ada
penutup atas khazanah ilmu yang siap untuk disingkapkan. Betapapun bangganya kita
dengan ilmu kita, dibandingkan ilmu secara keseluruhan itu hanyalah sebagian kecil,
sebagaimana biji sesawi dibandingkan dengan gunung. Rangkaian pegunungan di bumi adalah
terbatas, namun pegunungan ilmu yang ghaib adalah abadi dan tidaklah terbatas. Dan ini adalah
pesan yang sangat jelas bahwa ilmu yang pada zahirnya diraih dengan usaha manusia itu
sendiri, sebenarnya penyingkapannya atas izin dan karunia Allah Ta’ala.

Dan wujud Allah Ta’ala lah, yang tanpa izin dan kehendak-Nya, usaha dan upaya
manusia tidak akan memberikan hasil. Upaya manusia dalam pencarian ilmu baru akan meraih
kesuksesan pada waktu yang tepat ketika upaya tersebut berkesesuaian dengan rencana
penciptaan ilahi.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran Karim mengenai penciptaan-Nya :


           
       
     



               


              
  

             


    
 
“Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta pertukaran malam
dan siang, sungguh terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang
yang selalu mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan berbaring atas rusuk mereka, dan mereka
merenungkan tentang penciptaan seluruh langit dan bumi seraya berkata, “Wahai Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia.
Maka peliharalah kami dari azab api.” (3:191-192)

Allah Ta’ala berfirman, dalam penciptaan langit dan bumi pun jika direnungkan maka
ada suatu keagungan baru. Planet-planet yang lain baru bisa kita lihat dari jauh, dan para
ilmuwan sesuai dengan ilmunya masing-masing telah membuat perkiraan-perkiraan, dengan
melihat foto-foto yang buram mereka menjelaskan kepada kita mengenai planet-planet
tersebut, akan tetapi kita tidak dapat mengetahui secara mendalam planet-planet tersebut.
Namun bumi ini di mana di dalamnya Allah Ta’ala telah menempatkan kita, nampak di
dalamnya pemandangan-pemandangan menakjubkan qudrat dan ciptaan Allah Ta’ala.
Walhasil, ini adalah keagungan Allah Ta’ala bahwa ayat yang diturunkan 1400-1500 tahun
yang lalu di gurun Arab kepada seorang insan yang tidak mengetahui ilmu bumi, namun Allah
Ta’ala dengan ilmu-Nya telah menjadikannya insan kamil. Dan hal ini secara langsung
mengokohkan suatu keyakinan atas kebenaran Islam dan Hadhrat Rasulullah
s.a.w. bahwa bagaimana Allah Ta’ala di masa ketika ilmu pengetahuan belum maju, di masa itu
Dia memberitahukan rahasia-rahasia yang mendalam mengenai penciptaan langit dan bumi. Dan
Allah Ta’ala berfirman bahwa dengan menyaksikan semua benda-benda itu seorang mukmin
akan spontan berkata,

       


 
  

“Ya Allah! Tidaklah Engkau telah menciptakan semua benda ini sebagai sesuatu yang batil dan
dusta. Oleh karena itu, janganlah jadikan kami orang-orang yang mendustakannya dan keliru
memahaminya, yang oleh karenanya kemudian kami menjadi lalai dari beribadah kepada
Engkau, tidak beribadah kepada Engkau, yang sebagai akibatnya menjadi sasaran azab
Engkau.” Walhasil, ketika kita merenungkan ayat-ayat mengenai sains dan penciptaan oleh Allah
Ta’ala maka keimanan kita kepada Allah Ta’ala menjadi semakin kuat dan kebenaran Islam
menjadi terang benderang.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “Di dalam Al-Quran Karim, orang-orang yang
mempergunakan akal dikatakan sebagai Ulul Albaab. Selanjutnya Dia berfirman,

        


     
   

Di dalam ayat ini Allah Ta’ala menjelaskan sisi lainnya, di mana mereka yang merupakan Ulul
Albab dan memiliki akal sehat adalah mereka yang berzikir kepada Allah Ta’ala baik tengah
berdiri maupun duduk. Janganlah beranggapan bahwa akal dan kecerdasan adalah sesuatu
yang diraih begitu saja, firasat yang sejati dan kecerdasan yang sejati tidak akan bisa diraih
tanpa ruju’ kepada Allah Ta’ala.”

Akal dan pemahaman yang hakiki hanya diraih oleh mereka yang bersujud kepada
Allah
Ta’ala, memohon pertolongan-Nya, serta merenungkan karya-Nya, makhluk-Nya dan ciptaan-Nya.

Beliau a.s. bersabda, “Oleh karena itu lah dikatakan, takutlah pada firasat orang
mukmin.” Seorang mukmin adalah seseorang yang memiliki firasat sangat kuat. “Karena ia
melihat nur ilahi”.
Firasat yang benar dan pemahaman yang hakiki tidak akan bisa diraih selama ketakwaan tidak
ada. Jika kalian ingin sukses, maka pergunakanlah akal, berpikirlah dan merenunglah. Di dalam
Al-Quran terdapat penekanan yang berulang-ulang terhadap berpikir dan merenung.
Renungkanlah kitaabun maknuun dan Al-Quran Karim, dan bertakwalah. Ketika hatimu menjadi
suci dan mempergunakan akal sehat, serta berjalan di atas jalan ketakwaan, maka dengan
bersatunya dua hal tadi akan tercipta kondisi di mana dari hatimu akan terucap,

           


    
   


ketika semua ini dilakukan, yakni berjalan di atas jalan-jalan ketakwaan, mempergunakan
akal, bersujud kepada Allah Ta’ala, merenungkan Al-Quran, maka barulah akan dipahami makna
yang hakiki dari

      

Kemudian dari hati akan terucap doa,

    

Ya Allah! Engkau Maha Suci. Maafkanlah kesalahan-kesalahan kami, ampunilah dosa-dosa


kami, bimbinglah kami selalu pada jalan-jalan keridhoan Engkau, sehingga kami akan selamat
dari azab api.” Pada saat itu akan dipahami bahwa makhluk ini tidaklah sia-sia, bahkan
memberikan dalil bagi kebenaran dan merupakan bukti dari Sang Pencipta Yang Hakiki.”
Ketika manusia memahami perkara-perkara ini, maka Allah Ta’ala yang merupakan
Pencipta yang hakiki, yang merupakan Pencipta segala sesuatu, bukti dari Eksistensi-Nya akan
nampak di hadapan kalian. Pada saat itu akan dipahami bahwa makhluk ini tidaklah sia-sia,
bahkan memberikan dalil kebenaran dan pembuktian dari Pencipta yang hakiki, sehingga
berbagai macam ilmu dan kemahiran yang memberikan pertolongan kepada agama akan
menjadi zahir.” (Malfuzat, Jilid Awwal, Hal. 41-42, Edisi terbaru, Cetakan Rabwah)

Berkat akal yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada manusia, hari ini manusia
mendapatkan kemajuan yang luar biasa dalam sains. Kemajuan ini sebelumnya telah Allah
Ta’ala beritahukan dalam Al-Qur’an bahwa suatu saat akan terjadi, dan manusia akan meraih
kemajuan dalam berbagai bidang keilmuan di dunia ini. Akan tetapi ini tidak mungkin terjadi
tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala. Segala sesuatu yang ada di dunia ini, baik itu yang kita
mengetahuinya ataupun tidak, adalah merupakan ciptaan Allah Ta’ala. Kemudian suatu
kebijakan/ihsan Sang Rabbul ‘Aalamiin atas manusia adalah bahwa segala sesuatu yang
diciptakan oleh Allah Ta’ala diciptakan untuk memberikan manfaat bagi Asyraful
Makhluukat. Yakni manusia bisa mengambil manfaat dari ciptaan-ciptaan tersebut. Dan
segala ilmu mengenai berbagai macam ciptaan Alllah Ta’ala yang diraih dunia melalui penelitian,
di dalamnya senantiasa nampak kemanfaatan bagi manusia. Hadhrat Masih Mau’ud a.s.
menjelaskan mengenai segala sesuatu ciptaan Allah Ta’ala tersebut, bahwa semua benda itu
hendaknya mengarahkan perhatian manusia kepada hal ini bahwa, Tuhan yang dengan penuh
kasih sayang kepada umat manusia telah menciptakan segala sesuatu yang jumlahnya tidak
terhingga bagi manusia dan kemudian Dia pun mengarahkan manusia sehingga mereka bisa
mengambil manfaat dari semua itu. Maka itu berarti bahwa wujud Tuhan tersebut memiliki
kekuatan, bahwa untuk kemanfaatan hamba-hamba-Nya di masa yang akan datang Dia mampu
menciptakan benda-benda yang berguna tersebut lebih banyak lagi, atau menzahirkan
potensi- potensi yang tersembunyi di benda-benda yang ada di masa sekarang sehingga
menjadikannya berfaedah bagi umat manusia.

Mengenai keutamaan ilmu dijelaskan dalam Al-Quran karim :

 
       
     
  
 


“Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”.
(39:10)


      
    
   

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu
pengetahuan beberapa derajat.” (58:12)

Allah Ta’ala telah berbuat ihsan yang besar kepada orang-orang mukmin dengan
mengajarkan di dalam Al-Quran doa

    


Doa ini tidak hanya bertujuan untuk berdoa saja, bahwa mulut mengucapkan, “Ya Allah!
Tambahkanlah ilmuku”, lalu dengan mengucapkan ini ilmu mulai bertambah. Bahkan ini
adalah suatu himbauan untuk setiap saat senantiasa terus mencari ilmu, selalu berusaha untuk
meraih ilmu. Jika kita seorang pelajar, maka belajarlah dengan rajin dan berdoalah, maka
Allah Ta’ala akan membukakan jalan-jalan hakikat-hakikat dari berbagai hal dan
meningkatkan ilmu kita. Ini tidak hanya terbatas pada para pelajar saja, bahkan setiap orang di
segala umur, dibarengi dengan doa tadi, hendaknya senantiasa berusaha untuk meningkatkan
keilmuannya.

Perintah atau doa apa pun dari Allah Ta’ala, yang paling banyak mengamalkannya
adalah Hadhrat Rasulullah s.a.w. Allah Ta’ala sendirilah yang mengajarkan ilmu kepada beliau
s.a.w. dan menurunkan Al-Quran karim yang merupakan kitab yang agung kepada beliau, yang
di dalamnya dijelaskan rahasia-rahasia dan perkara-perkara tersembunyi dari alam semesta,
yang pada masa itu selain Hadhrat Rasulullah s.a.w. mungkin tidak ada seorang pun yang
memahaminya. Allah Ta’ala telah mengajarkan ilmu sejarah masa lalu, memberitahukan
nubuatan-nubuatan mengenai masa yang akan datang, namun Dia masih tetap mengajarkan
doa robbi zidnii ‘ilman. Setiap manusia sesuai dengan kemampuannya memiliki batasan
masing-masing dalam mempelajari ilmu, dan rahasia yang disingkapkan Al-Quran 1500 tahun
yang lalu di masa sekarang ini baru diketahui dunia setelah dilakukan penelitian. Perkara-
perkara yang saat ini baru diketahui oleh manusia dapat diketahui dikarenakan kerja keras,
minat, penelitian dan ketekunan yang dilakukan manusia.

Hari ini kita para ahmadi memiliki tanggung jawab yang paling besar untuk berusaha
dan
berupaya semaksimal mungkin untuk menuntut ilmu, karena Hadhrat Masih Mau’ud a.s. telah
diberikan ilmu-ilmu dan ma’rifat-ma’rifat Al-Quran, dan Allah Ta’ala telah menjanjikan
mengenai para pengikut beliau bahwa, “ Aku akan menganugerahkan kepada mereka ilmu,
ma’rifat dan argumentasi-argumentasi.” Berusahalah untuk itu dan berdoalah, “Ya Allah! Ya
Tuhanku! Tambahkanlah ilmuku.”

Pertama-tama untuk meraih ilmu Al-Quran, untuk memperoleh ilmu agama,


hendaknya merujuk kepada khazanah-khazanah yang tidak terhingga nilainya yang telah
disediakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. Dengan bimbingannya kita bisa meraih kemajuan
dalam ilmu agama dan ilmu Al-Quran. Dan kemudian dengan ilmu Al-Quran tersebut akan
terbuka jalan-jalan ilmu duniawi dan penelitian. Di usia berapa pun hendaknya jangan lalai dari
menuntut ilmu dan janganlah merasa putus asa.

Dalam menjelaskan hal ini Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:

“Di dunia ini secara umum orang beranggapan bahwa masa kanak-kanak adalah masa
untuk belajar, masa muda adalah masa untuk beramal dan masa tua adalah masa pemahaman.
Namun berdasarkan Al-Quran Karim seorang mukmin yang hakiki menyatukan semua itu di
dalam dirinya. Masa tuanya tidaklah membuat ia mahrum dari kemampuan beramal dan
menuntut ilmu. Masa mudanya tidak lantas membuatnya menyia-nyiakan akal pikirannya,
bahkan sebagaimana di masa kanak-kanak ketika ia memiliki hanya sedikit kemampuan untuk
berbicara, ketika mendengar setiap hal ia segera mulai mendebatnya dan bertanya, mengapa
seperti itu? Untuk apa? Dan di dalam dirinya terdapat hasrat yang sangat tinggi untuk
mempelajari ilmu, demikian pula masa tuanya pun senantiasa ia gunakan untuk mempelajari ilmu
dan tidak pernah menganggap dirinya telah merasa berkecukupan dari menuntut ilmu. Sebuah
contoh yang nampak jelas kita dapati dalam wujud suci Rasulullah s.a.w. Beliau di usia 55-56
tahun mendapatkan ilham dari Allah Ta’ala, “Robbii zidnii ‘ilmaa”. Yakni, wahai Muhammad
Rasulullah s.a.w.! Perlakuan kami kepada engkau adalah seperti seorang ibu kepada anaknya.
Oleh karena itu di usia yang senja ini di mana orang-orang lainnya menjadi tidak berdaya
dan keinginan untuk meraih lebih banyak ilmu dan ma’rifat telah sirna dari hati mereka dan
mereka biasa mengatakan bahwa, “kami akan tetap seperti ini”, maka nasihat kami kepada
engkau adalah, berdoalah selalu kepada Alla Ta’ala, “Ya Allah! Tambahkanlah ilmuku,
tambahkanlah ilmuku.” Walhasil, seorang mukmin pada tahapan manapun usia kehidupannya ia
tidak pernah lalai dari menuntut ilmu, bahkan ia merasakan suatu kelezatan dan
kesenangan di dalamnya. Kebalikannya, ketika seseorang telah menjadi begitu jauh
beranggapan bahwa, “Apa yang harus kupelajari, semuanya telah kupelajari, jika aku bertanya
mengenai suatu perkara, maka orang- orang akan mengatakan betapa bodohnya aku karena
sampai sekarang belum mengetahui mengenai hal itu,” maka ia akan tetap mahrum dari meraih
ilmu. Lihatlah! Hadhrat Ibrahim a.s. adalah seorang yang sudah tua, namun tetap saja beliau
mengatakan,

“Robbi arinii kaifa tuhyil mautaa..”. Ketika Hadhrat Ibrahim a.s. menanyakan hal ini maka
Allah Ta’ala tidak mengatakan, “Wahai Ibrahim! Engkau telah berumur 50-60 tahun dan
sekarang tinggalkanlah perkara kekanak-kanakkan ini”, melainkan Dia memberitahukan
bagaimana caranya untuk menghidupkan ruh-ruh. Walhasil, di usia berapapun hendaknya
ciptakanlah di dalam diri kita semangat untuk meningkatkan ilmu dan selalulah berdoa, “Ya Allah!
Tambahkanlah ilmuku”, karena selama di dalam hati manusia setiap waktu tidak ada rasa haus
untuk menuntut ilmu, maka selama itu pula ia tidakakan meraih kemajuan.”(Tafsiir Kabiir, Jilid
V, Hal. 469-470)
Saya akan menyampaikan beberapa doa yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. kepada
kita untuk meraih kemajuan ilmu :

Hadhrat Abdullah Bin Umar r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, “Ya
Allah! Aku memohon perlindungan Engkau dari hati yang tidak merasa takut, dari doa yang tidak
didengar, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Aku
berlindung kepada Engkau dari keempat perkara tersebut.” (Sunan At-Tirmidzi, Kitaabud
Da’waat, Baab 68/68 – Hadits no. 3482)

Hadhrat Ummu Salamah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi Karim s.a.w. melaksanakan
shalat subuh, setelah salam beliau s.a.w. berdoa :

‫ّل‬Y‫قَب‬Yَ‫وعمًل مت‬ ،‫ا‬Yً‫ق ب‬Y‫ ورز‬،‫َناِفًعا‬ ‫ل‬YَY‫ سأ‬Yَ‫ ِإِن ي أ‬Yَ‫الل‬


ْ‫ل‬
ِ‫ا طي‬ ‫ما‬ ‫هم ك‬
‫ع‬
Allahumma innii as’aluka ilman naafi’an wa rizqon toyyiban wa ‘amalan mutaqobbalan

Ya Allah! Aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rezeki yang thoyyib/baik
dan amalan yang layak untuk diterima.” (Sunan Ibnu Majah, Kitaabush Shalaat was Sunnat, Bab
Maa Yaquulu Ba’dat Tasliim, Hadits no. 925)

Ya Allah! Anugerahkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat, berilah taufik untuk


melaksanakan amalan yang baik dan sesuai keadaan, dan sebagai hasil dari sikap tidak
berlebih- lebihan ini perkayalah aku dengan khazanah keridhoan Engkau.

Ya Tuhanku! Ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, jadikanlah itu bermanfaat bagiku
dan senantiasa ajarkanlah kepadaku segala ilmu yang bermanfaat untukku. Wahai Tuhanku!
Berikanlah selalu kemajuan dalam ilmuku.

Saya akan menyampaikan beberapa hadits mengenai kemajuan ilmu :

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Hadhrat Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sedeqah
yang terbaik adalah, seorang muslim menuntut ilmu, lalu ia mengajarkannya kepada
saudara muslim lainnya.” (Sunan Ibnu Majah, Al-Muqoddimah, Baab Tsawwaab Mu’allimun
naas Al-Khair)

Di dalam suatu hadits dikatakan, uhtulubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi, yakni tuntutlah
ilmu dimulai dari masa kanak-kanak hingga akhir hayat ketika sampai ke liang lahat.

Hadhrat Abdullah Bin Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Hadhrat Rasulullah s.a.w.
bersabda, “Ketika kalian lewat di taman-taman surga maka singgahlah.” Para sahabat bertanya,
“Ya Rasulullah! Apakah riyaadhul jannah atau taman surga itu?”, maka beliau s.a.w. bersabda,
“Majlis Ilmu. Yakni duduklah di majlis ilmu dan raihlah ilmu sebanyak-banyaknya.” (At-targhiib
At-tarhiib, Baab At- targhiib fii majaalisatul ulamaa, Jilid I, Hal. 76, dikutip dari At-tabrani Al-
Kabir)

Di dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Hadhrat Abu Hurairah r.a. meriwayatkan
bahwa
Hadhrat Rasulullah s.a.w. bersabda, “Menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu.”

Hadhrat Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, “Tuntutlah
ilmu! Untuk menuntut ilmu milikilah wibawa dan ketenangan. Dan hormatilah orang yang
darinya kamu menuntut ilmu.” (At-targhiib wat tarhiib, Jili I, Hal. 78, Baab At-targhiib fii
akroomil ulamaa, dikutip dari Thabraani Al-awsaath)
Di dalam riwayat lain dikatakan bahwa, “Sesungguhnya ilmu adalah yang bersamanya
ada ketaqwaan. Hendaknya selalu perhatikan hal ini bahwa janganlah pernah ada suatu jenis
ilmu pun yang menjauhkan kita dari ketaqwaan. Ilmu adalah yang mendekatkan kita kepada
ketakwaan dan membawa kita kepada ketakwaan, mendekatkan kita pada Allah Ta’ala.

Hadhrat Ali r.a. menjelaskan bahwa seorang berilmu yang hakiki dan sejati adalah ia
yang tidak membuat orang lain berputus asa dari rahmat Allah Ta’ala dan tidak
memperbolehkan pembangkangan terhadap Allah Ta’ala, serta tidak menjadikan orang lain
tidak merasa takut terhadap azab dan cengkeraman Allah Ta’ala, memalingkan mereka dari
Al-Quran dan tidak berusaha untuk menghimbau mereka kearahnya. Ingatlah! Tanpa ilmu tidak
ada kebaikan dalam ibadah dan, tanpa pemahaman klaim akan ilmu tidaklah benar, dan
qiro’at/pembacaan yang tanpa pemikiran dan perenungan tidaklah memberikan faedah.” (Al-
Muqoddimah, Baab Man Qoolal Ilmal Khosyat wa Taqwallah)

Hadhrat Abu Darda r.a. meriwayatkan bahwa, “Aku mendengar Hadhrat Rasulullah s.a.w.
bersabda, “Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, Allah Ta’ala akan memudahkan
baginya jalan menuju surga. Dan para malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang
menuntut ilmu karena senang dengan apa yang dilakukanya. Dan para penghuni langit dan
bumi memintakan ampunan bagi orang-orang yang berilmu, hingga ikan yang berada dalam air
pun berdoa untuknya. Dan keutamaan seorang yang berilmu atas seorang hamba lainnya adalah
seperti bulan atas bintang- bintang. Dan para ulama adalah pewaris para nabi. para nabi tidak
mewariskan uang, melainkan mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya
(yakni menuntut ilmu), ia telah meraih bagian yang besar dan kebaikan yang banyak.”
(Tirmidzi Kitaabul ‘Ilm, Baab Fadhlul Fiqh)

Para filsuf mengatakan bahwa, “Aku telah meraih kemajuan-kemajuan dalam ilmu
dan pengalaman, sampai-sampai akhir dari ilmu dan pengalaman adalah di dalam diriku tidak
ada lagi ilmu dan pengalaman.”

Sesungguhnya, apalah hakikatnya dzarrah manusia yang tidak berharga di hadapan


sungai ilmu dan qudrat Allah Ta’ala yang tiada bertepi. Dan apalah artinya ilmu dan pengalaman
manusia, sehingga turun ayat subhaanaka laa ‘ilma lanaa illaa maa ‘allamtanaa, sungguh
akidah ini sangat indah, jelas, suci dan sesuai dengan keagungan dan kebesaran Allah
Ta’ala.

Sang Maha Kuasa yang semata-mata dengan iradah-Nya telah menciptakan setiap
makhluk dan setiap dzarrah, Dia telah meletakkan dalam setiap ciptaannya kemampuan-
kemampuan dan potensi-potensi yang dengan merenungkannya akan nampak suatu alam
menakjubkan keagungan dan qudrat ilahi dan yang dengan melihat dan merenungkannya
akan terbuka pintu sempurna ma’rifat ilahi. Senantiasa sibuklah dalam menyanjung dan memuji
Sang Maha Kuasa yang tanpa penciptaan oleh-Nya tidak ada sesuatu pun yang terwujud. Dia-lah
Dzat yang memiliki hikmah yang menakjubkan dan qudrat yang agung, yang hanya dengan
kekuatan perintahnya segala sesuatu yang berwujud telah tercipta. Setiap dzarrah melantunkan
anta robbii, anta robbii. Setiap yang bernyawa mendendangkan nyanyian kesaksian anta
maalikii, anta maalikii. Dia-lah Sang Hakim Mutlak yang telah menganugerahkan kepada setiap
ruh manusia tubuh yang penuh manfaat yang sangat membantunya meraih kesempurnaan di
dunia ini dan memperoleh kesenangan sempurna di akhirat nanti. Ruh dan tubuh keduanya
bersatu untuk membuktikan wujud-Nya. Dan kekuatan-kekuatan lahir serta batin keduanya
memberikan kesaksian terhadap-Nya.
Dia-lah Muhsin yang hakiki yang telah memberikan khabar suka mengenai
keselamatan abadi bagi orang-orang yang beriman dengan kesetiaan dan menjanjikan kepada
mereka yang secara
hakiki mengenal wujud-Nya dan para pecinta sejatinya surga abadi yang merupakan manifestasi
sempurna keajaiban, yang alirannya telah mulai bergelora di dalam kehidupan duniawi ini juga,
yang pohon-pohonnya mendapatkan pemeliharaan dari pengairan yang berasal dari tempat
ini juga. Qudrat dan hikmahnya terdapat di setiap tempat dan segala sesuatu, dan perlindungan-
Nya yang menyertai segala sesuatu memberikan kesaksian atas kekuatan penciptaan-Nya yang
universal, kekuatan-kekuatan kebijaksanaan-Nya tidaklah terbatas, siapakah yang dapat
sampai pada kedalamannya? Hikmah-hikmah kekuasaan-Nya begitu mendalam, siapakah yang
bisa meliputinya? Di dalam setiap benda tersembunyi kesaksian mengenai wujud-Nya. Setiap
ciptaan memperlihatkan kesempurnaan Sang Pencipta-Nya.

Kesucian batin, kelapangan dada, kema’suman, kehormatan, kejujuran, kesucian,


ketawakalan, kesetiaan dan kecintaan ilahi Hadhrat Rasulullah s.a.w. adalah yang paling unggul
diantara semua Nabi, dan yang paling afdhol, luhur, sempurna, tinggi, terang dan jelas
diantara semuanya. Oleh karena itu Tuhan telah mengharumkan beliau dengan wewangian
kesempurnaan yang istimewa dan dada serta hati yang merupakan paling lapang, suci, ma’sum
dan terang diantara semua dada dan hati kaum awwalin dan akhirin telah ditetapkan sebagai
yang layak atasnya untuk diturunkan wahyu yang paling kuat, sempurna, tinggi dan sempurna,
yang kemudian menjadi cermin yang sangat jelas, lapang dan luas untuk memperlihatkan sifat-
sifat ilahiah. Jadi, inilah sebabnya Al- Quran memiliki kesempurnaan yang luhur yang di hadapan
sinarnya yang tajam dan cahayanya yang terang benderang, cahaya dari lembaran-lembaran
masa lalu (suhuf saabiqah) menjadi seperti hilang sirna. Tidak ada suatu pemikiran pun yang
bisa menghasilkan kebenaran yang sejak sebelumnya tidak dituliskan di dalamnya. Tidak ada
suatu perenungan yang bisa mengemukakan dalil yang logis yang tidak dari sejak awal
dikemukakan olehnya. Tidak ada suatu pidato yang bisa memberikan kesan yang begitu kuat
pada hati manusia seperti halnya pengaruh dan kesan yang begitu kuat dan penuh keberkatan
yang ditanamkan oleh Al-Quran ke dalam jutaan hati manusia. Tidak diragukan lagi, Al-Quran
adalah suatu cermin yang begitu jelas dari sifat-sifat sempurna Allah Ta’ala, yang di dalamnya
didapati segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang pencari jalan untuk bisa sampai pada
derajat-derajat tertinggi ma’rifat.

Sebagaimana Allah Ta’ala telah memberikan kekuatan akal dalam fitrat manusia
untuk memahami hal-hal yang mendasar sampai kadar tertentu, demikian juga di dalam diri
manusia tersembunyi suatu kekuatan untuk mendapatkan kasyaf dan ilham. Ketika akal
manusia telah digunakan sampai pada batas yang telah ditetapkan dan ia tidak bisa lagi
melangkah ke depan, maka dalam kondisi ini Allah Ta’ala menolongnya dengan ilham dan kasyaf
dengan tujuan untuk mencapai ilmu dan keyakinan yang sempurna, dan tujuan-tujuan yang
tidak bisa ditempuh dengan perantaraan akal, dengan bantuan kasyaf dan ilham bisa tercapai.
Dan para pencari (Saalikin) ini bisa mencapai derajat ‘ainul yaqiin bahkan haqqul yaqiin. Ini
adalah sunnah dan kebiasaan Allah yang untuk membimbing kepadanya semua Nabi suci telah
datang ke dunia ini, dan yang tanpa berjalan di atasnya tidak akan ada seorang pun yang bisa
mencapai ma’rifat yang sejati dan sempurna.

Akal manusia tidak bisa menanggung beban di luar kapasitasnya dan tidak bisa pula
melangkah melampaui kemampuannya, dan tidak pula mengarahkan pemikirannya kepada
perkara bahwa untuk menyampaikan manusia kepada kesempurnaan yang menjadi tujuannya.
Allah Ta’ala tidak hanya menganugerahkan akal, bahkan juga telah menanamkan potensi kasyaf
dan ilham di dalam fitratnya. Jadi dengan kebijaksanaan-Nya, Allah Ta’ala telah
menganugerahkan pada fitrat manusia segala sarana untuk mengenali-Nya. Hanya
menggunakan satu saja yang paling rendah dan permulaan dari semua sarana-sarana tersebut
dan sama sekali tidak tahu menahu mengenai sarana- sarana lainnya untuk mengenal Tuhan,
adalah suatu kemalangan yang sangat besar dan telah
menyia-nyiakan potensi-potensi tersebut dengan tetap menjadikannya tidak berguna. Dan tidak
mengambil manfaat darinya adalah suatu kedunguan yang amat sangat. Jadi, seseorang
yang membiarkan potensi kasyaf dan ilham tetap tidak berguna dan sia-sia, ia tidak bisa menjadi
seorang ahli filsafat yang sejati, bahkan ia mengingkarinya.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda : “Yang dimaksud ilmu bukanlah mantiq dan
filsafat, melainkan ilmu yang hakiki adalah yang Allah Ta’ala anugerahkan semata-mata dengan
karunia-Nya. Ilmu ini adalah sarana meraih ma’rifat Allah Ta’ala dan dengannya tercipta rasa
takut kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana di dalam Al-Quran Allah Ta’al berfirman,

   
 



“Sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu.” (Fatir : 29)

Jika dengan ilmu tidak ada kemajuan dalam rasa takut kepada Allah Ta’ala, maka
ingatlah ilmu tersebut bukanlah sarana untuk meraih kemajuan dalam ma’rifat.” (Malfuzat, Jilid
Awwal, Hal. 195, Al-Hakam, Jilid VII, Hal. 21)

Kemudian beliau a.s. bersabda : “Di dunia ini tidak pernah ada seorang insan kamil
yang melebihi nabi kita s.a.w., namun kepada beliau pun diajarkan doa robbii zidnii ‘ilman.
Kemudian siapa lagi yang bertumpu sepenuhnya pada ma’rifat dan ilmunya sendiri lalu
berhenti dan menganggap tidak perlu untuk meraih kemajuan di masa mendatang. Semakin
maju seorang manusia dalam ilmu dan ma’rifat, ia akan semakin menyadari bahwa masih
banyak lagi perkara- perkara yang belum terpecahkan. Mereka menganggap sia-sia beberapa
perkara pada pandangan pertama, namun pada akhirnya perkara tersebut nampak
kepadanya dalam corak kebenaran.

Oleh karena itu betapa pentingnya menyempurnakan setiap perkara untuk merubah
kondisi diri kalian dan meningkatkan ilmu kalian. Kalian telah meninggalkan banyak sekali
perkara-perkara yang sia-sia untuk menerima Jema’at ini. Jika kalian tidak mendapatkan
pengetahuan yang sempurna mengenai dan pngertian yang mendalam mengenai Jema’at ini,
maka apa faedahnya untukmu. Bagaimana akan tercipta kekuatan dalam keyakinan dan
ma’rifat kalian. Akan timbul keragu-raguan dan syak wasangka terhadap perkara-perkara yang
kecil dan pada akhirnya langkah menjadi terhuyung-huyung. Lihatlah, ada dua macam
manusia. Yang pertama, mereka yang menerima Islam lalu sibuk dalam perdagangan dan bisnis-
bisnis duniawi. Setan menunggangi kepala mereka. Maksud saya bukanlah melarang
bisnis/perdagangan. Bukan. Para sahabat pun berdagan, namun mereka mendahulukan agama
di atas dunia. Mereka menerima Islam, maka mereka telah meraih pengetahuan sejati
mengenai Islam yang memenuhi hati mereka dengan keyakinan. Ini lah sebabnya yang
menjadikan mereka tidak gentar dengan serangan setan di medan mana pun. Tidak ada suatu
perkara yang merintangi mereka dari menyampaikan kebenaran.” (Malfuzat, Jilid II, Hal. 141-142,
Al- Hakam 17 Juli 1906)

Hadhrat Aqdas Masih Mau’ud a.s. bersabda: “Aku menganggap keliru para maulwi
yang menentang pengajaran ilmu-ilmu baru. Pada dasarnya mereka melakukan hal tersebut
untuk menyembunyikan kekeliruan dan kelemahan mereka. Di dalam benak mereka telah
ditanamkan bahwa penelitian-penelitian terhadap ilmu-ilmu baru menimbukan buruk sangka dan
menyesatkan dari Islam. Dan mereka menetapkan bahwa seolah-olah akal dan sains adalah
samasekali bertentangan dengan Islam. Karena mereka sendiri tidak memiliki kemampuan
untuk mengungkapkan kelemahan-kelemahan para filsuf, maka untuk menyembunyikan
kelemahannya
tersebut mereka menyatakan bahwa mempelajari ilmu yang baru adalah tidak diperbolehkan.
Ruh mereka gemetar oleh filsafat dan bersujud di hadapan penemuan-penemuan baru.”
(Malfuzat, Jilid Awwal, Hal. 43, Report Jalsah Salanah 1897)

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda :

“Sarana untuk meraih ilmu yang sempurna adalah ilham Allah Ta’ala. Wahai orang-orang
yang terkasih dan tercinta! Tidak ada seorang manusia pun yang bisa melawan kehendak-
kehendak Tuhan. Pahamilah dengan seyakin-yakinnya! Bahwa sarana untuk meraih ilmu
yang sempurna adalah ilham Allah Ta’ala yang telah diperoleh oleh para Nabi. Kemudian
setelah itu Tuhan yang merupakan sungai karunia sama sekali tidak menghendaki di masa yang
akan datang memasang segel penutup atas ilham itu dan dunia ini dirusak dengan cara
demikian, bahkan Dia senantiasa membukakan pintu-pintu ilham, mukhatabah dan mukalamah-
Nya. Ya, carilah semua itu melalui jalannya masing-masing, maka itu akan dengan mudah kalian
dapatkan. Air kehidupan itu turun dari langit dan menetap di tempat yang layak. Sekarang apa
yang harus kalian lakukan supaya bisa meminum air ini. Inilah yang harus dilakukan, yakni
datanglah ke sumber mata air itu dengan bersusah payah, kemudian letakkanlah mulut kalian
di depan mata air itu sehingga kalian menjadi kenyang dengan air kehidupan tersebut. Seluruh
keberuntungan manusia terletak dalam hal ini, bahwa di manapun terlihat adanya cahaya,
maka ia bergegas menuju cahaya itu, dan di mana pun nampak jejak sahabatnya yang hilang, ia
akan menempuh jalan itu. Kalian melihat bahwa selalunya cahaya itu turun dari langit dan
menyinari bumi. Demikian juga nur hakiki petunjuk turun dari langit. Ucapan-ucapan dan
dugaan-dugaan manusia sendiri tidak mampu memberikan ma’rifat yang sejati pada dirinya.
Apakah kalian bisa mendapatkan Tuhan tanpa adanya penampakan ilahiah? Apakah kalian
dapat melihat dalam kegelapan tanpa cahaya dari langit? Seandainya dapat maka mungkin di
tempat ini pun kalian dapat melihat. Namun meskipun mata kita dapat melihat tetap saja
membutuhkan cahaya dari langit. Dan meskipun telinga kita mampu mendengar namun tetap
saja membutuhkan udara yang berhembus dari Allah Ta’ala. Tuhan yang diam dan
membiarkan semuanya bergantung pada dugaan-dugaan kita itu bukanlah Tuhan yang hakiki,
bahkan Tuhan yang sempurna dan hidup itu adalah yang memberitahukan sendiri mengenai
keberadaan wujud-Nya dan sekarang pun Dia mengehendaki supaya Dia sendiri
memberitahukan keberadaan wujudnya. Jendela-jendela samawi segera dibuka, telah dekat
waktunya fajar merekah. Mubaraklah bagi mereka yang bangkit dan mencari Tuhan yang
hakiki. Tuhan yang tidak mengenal perubahan dan tidak pernah tertimpa musibah, yang cahaya
perkasa-Nya tidak pernah pudar. Di dalam Al-Quran Allah Ta’ala berfirman, yakni Tuhan-lah
yang setiap saat menjadi nur langit dan bumi. Cahaya daripada-Nya menerpa semua tempat.
Dia-lah matahari bagi matahari. Dia-lah nyawa bagi seluruh makhluk bernyawa yang ada di
dunia. Dia-lah Tuhan sejati yang hidup. Mubaraklah ia yang menerima-Nya.

Sarana ilmu yang ketiga adalah hal-hal yang terdapat pada martabat haqqul yaqin.
Yaitu segala penderitaan, musibah dan kesusahan yang dialami para nabi serta orang-orang
saleh di tangan musuh atau atas keputusan samawi. Akibat penderitaan-penderitaan dan
kesusahan- kesusahan semacam ini, maka semua petunjuk syariat yang tadinya ada dalam hati
manusia hanya secara ilmu belaka, akan berlaku padanya dan berubah dalam bentuk amalan.
Kemudian, setelah tumbuh dan berkembang dari lahan amal, sampailah petunjuk-petunjuk
syariat itu ke taraf kesempurnaan total. Dan wujud si pelaku amal itu sendiri menjadi suatu
penjelmaan sempurna petunjuk-petunjuk Tuhan. Semua akhlak – kepemaafan, pembalasan,
kesabaran dan kasih sayang – yang tadinya hanya memenuhi otak dan hati, kini seluruh
bagian tubuh memperoleh jatah dari
akhlak-akhlak itu berkat penerapan secara amal, dan menggoreskan gambaran serta jejak-
jejaknya setelah berlaku pada seluruh tubuh.

Sekedar memiliki ilmu yang memenuhi hati dan otak tidaklah berarti apa-apa. Justru
pada hakikatnya ilmu adalah sesuatu yang turun dari otak lalu memberikan budaya serta warna
kepada segenap bagian tubuh dan mewujudkan seluruh ingatan dalam bentuk amal. Jadi
sarana utama untuk memperkokoh ilmu dan untuk mengembangkannya adalah menuangkan
ilmu itu ke seluruh bagian tubuh dalam bentuk amalan. Tidak ada ilmu yang paling rendah
sekalipun dapat mencapai kesempurnaannya tanpa penerapan secara amal. Tidak diragukan lagi
Al-Quran telah diberikan kepada kita untuk kebaikan, kemajuan ilmu dan kesuksesan-
kesuksesan kita yang abadi, dan rumus- rumus serta rahasia-rahasianya tidak terhingga, yang
akan terbuka kemudian melalui tazkiyah nafs dan penglihatan rohani.

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda :

“Allah Ta’ala berulangkali memberitahukan kepadaku bahwa Dia akan memberikan


kepadaku keagungan dan menanamkan kecintaan kepadaku di dalam hati manusia. Dan
Jema’atku akan tersebar di seluruh dunia dan Dia akan memenangkan Jema’atku di atas semua
firqah-firqah yang lainnya. Dan para pengikut Jema’atku akan meraih kesempurnaan dalam
ilmu dan ma’rifat sehingga dengan cahaya kebenaran, dalil-dalil dan tanda-tanda, mereka akan
membungkam mulut semuanya. Dan setiap kaum akan minum dari mata air ini dan Jema’at
ini akan maju dan berkembang dengan pesat sehingga akan meliputi bumi. Akan muncul
banyak rintangan dan percobaan-percobaan, namun Allah Ta’ala akan menyingkirkan semua itu
dan akan memenuhi janji- Nya. Dan Tuhan berfirman kepadaku bahwa, “Aku akan memberikan
kepadamu keberkatan demi keberkatan, sampai-sampai para raja akan mencari keberkatan dari
pakaian-pakaian engkau.” Jadi, wahai orang-orang yang mendengar! Ingatlah hal ini ini. dan
simpanlah nubuatan-nubuatan ini dalam brangkas-brangkasmu, ini adalah firman Tuhan
yang suatu hari nanti akan sempurna.

Wahai para pengikut Masih Muhammadi

Kita adalah penjaga pandangan Tuhan yang penuh cinta yang tertuju pada pohon ini.
Jagalah supaya ia tetap hijau. Jagalah dahannya agar tetap menghasilkan buah. Kita
adalah umat Sang Rasul Arabiy yang seluruh alam telah ditundukkan baginya.

Walhasil, wahai dahan yang hijau dari pohon Islam, ketahuilah! Sang Penulis taqdir telah
menulis nama kalian untuk memimpin umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai