Anda di halaman 1dari 5

UTS SIRAH NABAWIYAH

Nama : Isna Azizatul Ulya

Nim : 1710110053

Kelas : PAI B/ Semester 6

Mata Kuliah : Sirah Nabawiyah

Dosen pengampu : Tri Pujiati, M.Pd.I

JAWABANNYA :

1. Bagan silsilah garis keturunan Nabi Muhammad SAW

MA’AD ADNAN IBRAHIM

NIZAR MUDHAR ILYAS ISMAIL

MALIK NADHR KINANAH MUDRIKAH

FIHR GHALIB LU-AY KHUZAIMAH

KA’AB
KILAB

MURRAH
ZUHROH
QUSHAY

ABDU MANAF HASYIM


ABDU MANAF

WAHAB ABDUL MUTHALIB

ABDULLAH
AMINAH

MUHAMMAD
Tanda-tanda kerasulan sudah muncul ketika beliau masih bayi, ketika beliau lahir api
yang di sembah oleh orang-orang kafir tiba-tiba padam. Saat Muhammad SAW berusia 12 tahun,
saat Abu Thalib pamannya hendak melakukan ekspedisi niaga dari Makkah ke Syam (Suriah).
Abu Thalib pun tak tega meninggalkan keponakan kesayangannya seorang diri di Makkah. Ialu
pamannya mengangkat tubuh Muhammad dan mendudukkannya di atas hewan tunggangan.
Kafilah dagang dari Quraisy pun menempuh perjalanan darat menuju Syam.

Hingga akhirnya, kafilah itu tiba di sebuah tempat pertapaan di Bushra, antara Syam dan
Hijaz. Di sana mereka bertemu dengan seorang rahib bernama Buhaira. Sang rahib takjub
menyaksikan anak laki-laki yang bernama Muhammad itu. Betapa tidak, karena awan selalu
bergerak memayungi ke mana pun Muhammad kecil melangkah. Sang rahib pun segera
menghampiri calon nabi dan rasul terakhir itu. Buhaira memeriksa sekujur tubuh Muhammad
untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu.

Ia akhirnya menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua


pundaknya, lalu ia mencium tanda itu. Menyaksikan tanda-tanda kenabian itu, sang rahib pun
berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga keponakannya itu dengan hati-hati, karena dia adalah
calon rasul yang dinanti umat manusia. Dan prediksi Buhaira dari Kota Bushra itu menjadi
kenyataan. Ketika menginjak usia 40 tahun, Muhammad memperoleh wahyu saat menyendiri di
Gua Hira. Nabi Muhammad menjadi rasul penutup bagi umat manusia yang hidup di akhir
zaman.

2. Rasulallah saw. berdakwah di kota Makkah selama 13 tahun, memperbaiki kerusakan


aqidah dan moral. Beliau berfikir bagaimana caranya menyiarkan islam dikalangan umatnya
yang keras kepala dan masih menyembah berhala. Dengan keuletan dan keberanian serta
kesabaran beliau menghadapi segala tantangan dan risiko, serta pengorbanan yang tidak
terhitung, akhirnya beberapa orang dengan hidayah dari Allah SWT masuk ke dalam agama yang
dibawanya. Di antaranya adalah istri beliau Khadijah, anak paman beliau ‘Ali bin Abi Thalib,
Zaid bin Haritsah,dan teman dekat beliau, Abu Bakar. Mereka masuk Islam di awal permulaan
dakwah. 

Perjalanan dakwah kepada aqidah yang benar. Tidak semudah apa yang dibayangkan.
Tugas yang menuntut pengorbanan besar dan tidak sedikit. Mengubah kehidupan jahiliyah dan
kemudian menjadikannya kehidupan islami bukan tugas yang mudah. Usaha dakwah kepada
aqidah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. menyebabkan beliau bersabar menghadapi berbagai
macam ujian di atas Islam. Dengan kesabaran dan keuletan serta keikhlasan, orang yang
mendapatkan hidayah hari demi hari kian bertambah, baik dari kalangan budak atau orang
merdeka. Seperti Bilal bin Rabah.

Tentang kesabaran Rasulallah dalam berdakwah, Sayyid Quthub dalam zilal


menjelaskan, kesabaran merupakan bekal dan senjata untuk mengahadapi beratnya berbagai
macam cobaan dan beban berat dalam berdakwah serta memudahkan seseorang untuk melewati
jalan dakwah yang terjal sampai terwujudnya perintah allah SWT untuk menegakkan agama
islam dimuka bumi ini. Hal itu, karena allah SWT mengetahui betapa besarnya kekuatan(tenaga)
yang dibutuhkan untuk dapat konsisten (istiqomah) melintasi jalan dakwah yang penuh dengan
pertentangan dan pengingkaran. Pesan moral yang dapat kita teladani dari Nabi Muhammad
SAW dalam kegigihan dakwahnya adalah dengan meneladani kesabaran beliau dalam
dakwahnya. Seperti halnya saat ini menjalankan dakwah kepada allah dimuka bumi ini. Sebab
bagaimanapun ditengah-tengah jalan dakwah terdapat hambatan dan rintangan yang
membutuhkan kesabaran dan kekuatan besar untuk menghadapinya. Dengan kondisi itulah
diperlukan kesabaran untuk menjalankan ketaatan, kesabaran untuk menjalankan ketaatan,
kesabaran dalam menjahui kemaksiatan, kesabaran dalam melawan para pengingkar allah,
kesabaran dalam menghadapi berbagai bentuk tipu daya musuh, kesabaran menanti kemenangan
yang tertunda, kesabaran dalam menaungi segala macam kesulitan, kesabaran dalam menyikapi
semakin banyaknya pembela kebathilan, kesabaran atas sedikitnya pembela dan pendukung
perjuangan, serta kesabaran terhadap orang yang berpaling.

3. Rasulullah memang tidak hanya di kenal sebagai pemimpin agama, namun juga seorang
negarawan, dan pemimpin politik. Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford,
Muhammad SAW adalah seorang Nabi dan Rasul Allah yang telah membangkitkan salah satu
peradaban besar di dunia. Tak heran jika Michael H Hart, dalam bukunya The 100, menetapkan
Muhammad SAW sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.

‘’Ia  satu-satunya orang yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa, baik dalam hal
agama maupun duniawi,’’  ujar Hart.  Muhammad SAW tak hanya dikenal sebagai pemimpin
umat Islam, beliau juga dikenal sebagai seorang negarawan teragung, hakim teradil, pedagang
terjujur, pemimpin militer terhebat dan pejuang kemanusiaan tergigih.  
Rasulullah SAW terbukti telah mampu memimpin sebuah bangsa yang awalnya
terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa yang maju yang bahkan sanggup menggalahkan
bangsa-bangsa lain di dunia pada masa itu. Afzalur Rahman dalam Ensiklopedi Muhammad
Sebagai Negarawan, mengungkapkan, dalam tempo kurang lebih satu dekade, Muhammad SAW
berhasil meraih berbagai prestasi yang tak mampu disamai pemimpin negara mana pun. Sebagai
seorang penguasa,  Muhammad SAW telah memberi sumbangan luar biasa terhadap bangunan
filsafat politik dan praktik pemerintahan. Kontribusinya ini menjadi saksi hidup yang
membuktikan kebesarannya sebagai negarawan yang jenius dengan kecakapan yang luar biasa.

Kualitas kepemimpinan Muhammad terlihat sejak belia, sebelum  menjadi nabi. Sikap
dan perilakunya yang jujur dan adil dalam berinteraksi membuat penduduk Makkah
menghormatinya.  Masyarakat Makkah pun menyebutnya sebagai Al-Amin (orang yang
terpercaya) dan Shadiq (orang yang benar). Di usia belia, Muhammad SAW mampu
menyelesaikan perselisihan di antara suku-suku Quraisy terkait dengan masalah pengembalian
Hajar Aswad ke tempatnya semula. Di tengah perdebatan yang alot, Muhammad  mengambil
keputusan yang sangat cerdik untuk menyelesaikan situasi pelik itu.

Beliau menghamparkan jubah di atas tanah dan meminta agar Hajar Aswad diletakkan di
tengah-tengah hamparan jubah itu. Beliau kemudian meminta masing-masing suku memegang
ujung jubah itu dan bersama-sama mengangkat Hajar Aswad dan meletakkannya kembali ke
tempat semula. Persengketaan pun diselesaikan secara damai.

Kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai seorang kepala negara dimulai ketika kaum
Muslim hijrah dari Makkah ke Madinah. Di kota suci kedua bagi umat Islam itulah, komunitas
kecil kaum Muslim di bawah kepemimpinan Muhammad SAW berhimpun. Pada masa-masa
awal kehidupan di Madinah, Rasulullah SAW dihadapkan pada situasi sulit. Kaum muhajirin
hidup miskin, tidak berdaya, dan tidak mempunyai berbagai sarana kehidupan. Sementara itu,
kaum Quraisy Makkah mengancam untuk menyerang Madinah, menghancurkan komunitas
Muslim yang masih kecil.

Kaum Yahudi-Madinah juga bersekongkol dengan orang-orang musyrik Makkah untuk


memusuhi kaum Muslim. Tak hanya itu, sejumlah suku Arab di sekitar Madinah juga
menunjukkan sikap permusuhan terhadap keyakinan baru ini, dan pada saat yang bersamaan
mulai berkembang kelompok munafik di antara kaum Muslim Madinah sendiri. Namun,
Muhammad dapat menyelesaikan situasi sulit dan tak terduga ini dengan efektif dan berhasil. Hal
Ini membuktikan kenegarawanan dan kecakapannya dalam bidang politik.

Menghadapi kenyataan yang sangat sulit itu, Muhammad SAW mengambil serangkaian
langkah untuk mengukuhkan Negara Islam yang baru didirikan itu secara sosial, politik dan
ekonomi. Ia mampu menegakkan otoritas politik dan memelihara hukum serta ketertiban di
seluruh wilayah suku-suku di dalam dan di sekitar Madinah. Lalu, Muhammad membuat
berbagai perjanjian dengan kepala-kepala suku Arab dan suku-suku Yahudi di sekitar Madinah.
Melalui serangkaian langkah itulah Nabi Muhammad mampu membawa Negara Islam Madinah
sebagai sebuah negara yang aktif memainkan berbagai peran politik di seluruh penjuru wilayah.

Struktur politik yang dibangun Muhammad, papar Hodgson, merupakan bangunan yang
kini dikenal dengan sebutan negara, seperti negara-negara lain yang ada di sekeliling Jazirah
Arab, lengkap dengan otoritas tata pemerintahan yang berdasarkan aturan hukum. Untuk
menjalankan roda pemerintahannya, ungkap Hodgson, Muhammad mengirim sejumlah utusan
yang bertugas mengajarkan Alquran dan prinsip-prinsip Islam, mengumpulkan zakat, dan
menengahi berbagai perselisihan demi menjaga perdamaian dan mencegah permusuhan.
Sehingga, kaum Muslim Madinah melahirkan dan menciptakan suatu jalan hidup yang adil dan
bernilai ketuhanan di seluruh wilayah Hijaz, bahkan juga pada wilayah-wilayah di luarnya.

Anda mungkin juga menyukai