Nim : 1710110053
JAWABANNYA :
KA’AB
KILAB
MURRAH
ZUHROH
QUSHAY
ABDULLAH
AMINAH
MUHAMMAD
Tanda-tanda kerasulan sudah muncul ketika beliau masih bayi, ketika beliau lahir api
yang di sembah oleh orang-orang kafir tiba-tiba padam. Saat Muhammad SAW berusia 12 tahun,
saat Abu Thalib pamannya hendak melakukan ekspedisi niaga dari Makkah ke Syam (Suriah).
Abu Thalib pun tak tega meninggalkan keponakan kesayangannya seorang diri di Makkah. Ialu
pamannya mengangkat tubuh Muhammad dan mendudukkannya di atas hewan tunggangan.
Kafilah dagang dari Quraisy pun menempuh perjalanan darat menuju Syam.
Hingga akhirnya, kafilah itu tiba di sebuah tempat pertapaan di Bushra, antara Syam dan
Hijaz. Di sana mereka bertemu dengan seorang rahib bernama Buhaira. Sang rahib takjub
menyaksikan anak laki-laki yang bernama Muhammad itu. Betapa tidak, karena awan selalu
bergerak memayungi ke mana pun Muhammad kecil melangkah. Sang rahib pun segera
menghampiri calon nabi dan rasul terakhir itu. Buhaira memeriksa sekujur tubuh Muhammad
untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu.
Perjalanan dakwah kepada aqidah yang benar. Tidak semudah apa yang dibayangkan.
Tugas yang menuntut pengorbanan besar dan tidak sedikit. Mengubah kehidupan jahiliyah dan
kemudian menjadikannya kehidupan islami bukan tugas yang mudah. Usaha dakwah kepada
aqidah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. menyebabkan beliau bersabar menghadapi berbagai
macam ujian di atas Islam. Dengan kesabaran dan keuletan serta keikhlasan, orang yang
mendapatkan hidayah hari demi hari kian bertambah, baik dari kalangan budak atau orang
merdeka. Seperti Bilal bin Rabah.
3. Rasulullah memang tidak hanya di kenal sebagai pemimpin agama, namun juga seorang
negarawan, dan pemimpin politik. Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford,
Muhammad SAW adalah seorang Nabi dan Rasul Allah yang telah membangkitkan salah satu
peradaban besar di dunia. Tak heran jika Michael H Hart, dalam bukunya The 100, menetapkan
Muhammad SAW sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.
‘’Ia satu-satunya orang yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa, baik dalam hal
agama maupun duniawi,’’ ujar Hart. Muhammad SAW tak hanya dikenal sebagai pemimpin
umat Islam, beliau juga dikenal sebagai seorang negarawan teragung, hakim teradil, pedagang
terjujur, pemimpin militer terhebat dan pejuang kemanusiaan tergigih.
Rasulullah SAW terbukti telah mampu memimpin sebuah bangsa yang awalnya
terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa yang maju yang bahkan sanggup menggalahkan
bangsa-bangsa lain di dunia pada masa itu. Afzalur Rahman dalam Ensiklopedi Muhammad
Sebagai Negarawan, mengungkapkan, dalam tempo kurang lebih satu dekade, Muhammad SAW
berhasil meraih berbagai prestasi yang tak mampu disamai pemimpin negara mana pun. Sebagai
seorang penguasa, Muhammad SAW telah memberi sumbangan luar biasa terhadap bangunan
filsafat politik dan praktik pemerintahan. Kontribusinya ini menjadi saksi hidup yang
membuktikan kebesarannya sebagai negarawan yang jenius dengan kecakapan yang luar biasa.
Kualitas kepemimpinan Muhammad terlihat sejak belia, sebelum menjadi nabi. Sikap
dan perilakunya yang jujur dan adil dalam berinteraksi membuat penduduk Makkah
menghormatinya. Masyarakat Makkah pun menyebutnya sebagai Al-Amin (orang yang
terpercaya) dan Shadiq (orang yang benar). Di usia belia, Muhammad SAW mampu
menyelesaikan perselisihan di antara suku-suku Quraisy terkait dengan masalah pengembalian
Hajar Aswad ke tempatnya semula. Di tengah perdebatan yang alot, Muhammad mengambil
keputusan yang sangat cerdik untuk menyelesaikan situasi pelik itu.
Beliau menghamparkan jubah di atas tanah dan meminta agar Hajar Aswad diletakkan di
tengah-tengah hamparan jubah itu. Beliau kemudian meminta masing-masing suku memegang
ujung jubah itu dan bersama-sama mengangkat Hajar Aswad dan meletakkannya kembali ke
tempat semula. Persengketaan pun diselesaikan secara damai.
Kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai seorang kepala negara dimulai ketika kaum
Muslim hijrah dari Makkah ke Madinah. Di kota suci kedua bagi umat Islam itulah, komunitas
kecil kaum Muslim di bawah kepemimpinan Muhammad SAW berhimpun. Pada masa-masa
awal kehidupan di Madinah, Rasulullah SAW dihadapkan pada situasi sulit. Kaum muhajirin
hidup miskin, tidak berdaya, dan tidak mempunyai berbagai sarana kehidupan. Sementara itu,
kaum Quraisy Makkah mengancam untuk menyerang Madinah, menghancurkan komunitas
Muslim yang masih kecil.
Menghadapi kenyataan yang sangat sulit itu, Muhammad SAW mengambil serangkaian
langkah untuk mengukuhkan Negara Islam yang baru didirikan itu secara sosial, politik dan
ekonomi. Ia mampu menegakkan otoritas politik dan memelihara hukum serta ketertiban di
seluruh wilayah suku-suku di dalam dan di sekitar Madinah. Lalu, Muhammad membuat
berbagai perjanjian dengan kepala-kepala suku Arab dan suku-suku Yahudi di sekitar Madinah.
Melalui serangkaian langkah itulah Nabi Muhammad mampu membawa Negara Islam Madinah
sebagai sebuah negara yang aktif memainkan berbagai peran politik di seluruh penjuru wilayah.
Struktur politik yang dibangun Muhammad, papar Hodgson, merupakan bangunan yang
kini dikenal dengan sebutan negara, seperti negara-negara lain yang ada di sekeliling Jazirah
Arab, lengkap dengan otoritas tata pemerintahan yang berdasarkan aturan hukum. Untuk
menjalankan roda pemerintahannya, ungkap Hodgson, Muhammad mengirim sejumlah utusan
yang bertugas mengajarkan Alquran dan prinsip-prinsip Islam, mengumpulkan zakat, dan
menengahi berbagai perselisihan demi menjaga perdamaian dan mencegah permusuhan.
Sehingga, kaum Muslim Madinah melahirkan dan menciptakan suatu jalan hidup yang adil dan
bernilai ketuhanan di seluruh wilayah Hijaz, bahkan juga pada wilayah-wilayah di luarnya.