ABSTRAK
1
Al-Marhum Mahmud Pasya, seorang ahli falak menyebutkan bahwa hari kelahiran Nabi
Saw. adalah hari Senin tanggal 20 April 571 M
2
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh a-l Islam as -Siyasi wa ats- tsaqafi wa al- Ijtima, trj.
Bahauddin, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 137
3
Nabi Saw. berangkat ke Syam untuk berdagang tidak hanya sekali saja. Untuk pertama kali
beliau berangkat ke Syam dibawa oleh pamannya, Abi Thalib. Ketika itu usia beliau baru dua belas tahun
dan dalam perjalanan ini seorang pendeta Nashrani yang bernama Buhaira melihat tanda-tanda kenabian
pada diri Nabi Saw. Tanda-tanda ini terungkap sesudah dia melihat tanda-tanda kenabian yang tertera
pada tubuh beliau sesuai dengan yang diberitakan dalam kitab-kitab suci kaum Nashrani. Untuk kedua
kalinya, saat berusia dua puluh lima tahun, Nabi Saw. pergi ke Syam dengan disertai Maisarah, pelayan
Khadijah. Perdagangan ini sukses dengan memperoleh untung besar. Dikisahkan bahwa dalam perjalanan
kedua ini, seorang pendeta Nashrani yang bernama Nestori bertemu dengan beliau dan mengabarkan
bahwa beliau adalah calon Nabi.
4
Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abd Al-‘Uzza, di gelari
ummul mukminin. Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah. Ia dilahirkan di Mekah pada tahun 68 sebelum
hijrah dan meninggal dunia di Mekah pada tahun 3 Hijriah. Jasadnya dimakamkan di Hujun. Nabi Saw.
sangat sedih atas meninggalnya Khadijah, sehingga tahun tersebut dinamakan dengan tahun kesedihan
(‘am al huzn). Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhamaul Islam, …., hal. 417. Sebenarnya banyak tokoh-tokoh
Quraisy yang hendak menikahi Khadijah, namun ia tidak berkenan. Ia meminta bantuan rekannya,
Nafisah binti Munyah untuk menemui Nabi Saw. dan membuka jalan agar mau menikah dengan
Khadijah. Ternyata Nabi Saw. menerima tawaran tersebut, lalu Beliau menemui paman Beliau.
Kemudian paman Beliau menemui paman Khadijah untuk mengajukan lamaran. Dari pernikahan tersebut,
Beliau dikarunia 6 orang putra-putri. Mereka adalah Abdullah, Qasim, Zainab, Fatimah, Ruqayyah, dan
Ummu Kultsum. Lihat Abdul Mun’im Muhammad, Khadijah Ummul Mukminin Nazharat fi Isyraqy
Fajril Islam, trj. Ghozi M, Khadijah the True Story of Muhammad, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007), h.
17.
5
Maria dan saudara perempuannya Serene, seribu mitsqal emas, dua puluh baju yang lembut,
bagalnya Duldul dan keledainya Ufair. Nabi Saw. menempatkan Maria di Aliyah di bangunan yang
sekarang bernama Masyrabah Ummu Ibrahim. Ketika dia hamil, dia melahirkan di sana dan bidannya
adalah Salma. Abu Rafi’ (suami Salma), mengabari Nabi Saw. kabar gembira kelahiran Ibrahim. Hal ini
terjadi di bulan Zulhijjah tahun 8 H. Lihat Ibn Sa’ad, The Women of Madina, trj. Eva Y. Nukman,
Purnama Madinah, (Bandung: al-Bayan, 1997), h. 190.
6
Khadijah dinikahi oleh Nabi Saw. pada saat dia berusia 40 tahun, sedangkan usia Nabi Saw.
adalah 25 tahun. Saudah binti Zam’ah di nikahi oleh Nabi Saw. setelah Khadijah wafat, pada bulan
Ramadhan tahun 10 setelah kenabian. Aisyah dinikahi oleh Nabi Saw. pada tahun 2 H. Hafsah dinikahi
oleh Nabi Saw. pada tahun 3 H, dua bulan sebelum Perang Uhud. Zainab dinikahi oleh Nabi Saw. pada
tahun 3 H juga. Ummu Salamah dinikahi oleh Nabi Saw. pada akhir bulan Syawal tahun 4 H. Zainab binti
Jahsy dinikahi oleh Nabi Saw. pada bulan Dzul qa’idah tahun 5 H. Juwairiyah dinikahi oleh Nabi Saw.
pada tahun 6 H. Shafiyah dinikahi oleh Nabi Saw. setelah terjadinya perang Khaibar. Ummu Habibah
dinikahi oleh Nabi Saw. pada tahun 7 H. Maimunah dinikahi oleh Nabi Saw. pada tahun 7 H. Lihat
Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhamaul Islam, trj. Khoirul Amru Harahap, Tokoh-Tokoh Besar Islam
Sepanjang Sejarah, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2007), hal. 417-429. Selain mereka ada juga sejumlah
perempuan lain yang berada di sekitar lingkungan keluarga nabawiyah. Mereka adalah perempuan yang
dinikahi oleh Nabi Saw. tanpa menyempurnakan pernikahannya dan perempuan yang diceraikan Beliau.
Mereka adalah perempuan dari Kilabi yang bernama Fatimah binti Dahhak (dia diceraikan karena
mengidap penyakit lepra), Asma’ binti Nu’man , Qutaylah binti Qays, Mulaikah binti Kaab Laythi, dan
Putri Jundub bin Samra Jundi. Lihat Ibn Sa’ad, The Women of Madina, trj. Eva Y. Nukman, Purnama
Madinah, (Bandung: al-Bayan, 1997), h. 129-139.
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 19
10
Muhammad Husain Haikal, Hayat Muhammad, trj. Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad,
Cet. XXV, ( Jakarta: Putaka Litera AntarNusa, 2001), hal. 90
11
Shafiyur Rahman Al- Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum Bahtsun Fis-Sirah an-
Nabawiyah ‘ala Shahibiha Aidhalish Shalati was Salam, trj. Kathur Suhardi, Sirah Nabawiyah, Cet.
XXVII, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), h. 94-96.
12
Rasulullah memilih Thaif karena letaknya sangat strategis dari Mekkah (100 km) dan
dalam perniagaan orang Mekkah harus melewati Thaif. Sebab lainnya karena orang Thaif tidak pernah
terlibat peperangan melawan Nabi Saw. , termasuk saat perang Ahzab. Baru setelah satu bulan Fathu
Mekkah, orang Thaif mulai bergerak memerangi Nabi Saw. melalui perang Hunain.
13
Shafiyur Rahman Al- Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum……, h. 137-139.
14
Shafiyur Rahman Al- Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum……, h. 181-186.
15
Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2009), h.
50-51.
16
Abdullah, Wawasan Dakwah Kajian Epistemologi, Konsepsi dan Aplikasi Dakwah,
Medan: IAIN Press, 2002 .
19
Muhammad Husain Haikal, Hayat Muhammad, trj. Ali Audah, Jakarta: Pustaka Litera
AntarNusa, Cet. Ke-25, 2001, h. 666.
20
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Cet. 13, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h.
37.
21
T. W. Arnold, The Peraching of Islam, Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta:
Wijaya, 1979), h. 44-45.
22
T. W. Arnold, The Peraching of Islam, Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta:
Wijaya, 1979), h. 82-85.
25
T. W. Arnold, The Peraching of Islam, Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta:
Wijaya, 1979), h. 182.
26
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 191.
27
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 193-194
34
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 321.
35
Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, Banda Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry, 2009
36
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 328-330.
38
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…., h. 338.
40
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 94-97.
41
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 100.
44
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 118.
45
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 119.
46
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 130.
D. Penutup
Dakwah Islam yang dipelopori oleh Nabi Saw. berpusat di Mekah.
Dakwah dilakukan secara bertahap dengan melewati dua periode, yaitu
periode Mekah dan Madinah. Dalam dua periode tersebut, Nabi Saw.
menyebarkan Islam dengan berbagai cara, diawali dengan cara rahasia hingga
terang-terangan. Perjalanan dakwah yang dilalui oleh Nabi Saw juga ditandai
dengan berbagai peristiwa penting, yaitu hijrah dengan berbagai strateginya
dan beberapa peperangan baik sarặyặ dan ghazặwặt.
Setelah wafatnya Nabi Saw., rancangan penyebaran dakwah Islam
dilanjutkan oleh penerusnya, yaitu khulafaurrasyidin. Daerah yang pertama
sekali menjadi objek dakwah adalah wilayah Asia Barat, kemudian diteruskan
ke wilayah Afrika, Eropa, Asia Tengah, dan Asia Tenggara.
Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran Islam berjalan lancar,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor dari kaum
Muslim itu sendiri seperti: sikap dari kaum Muslim yang memiliki toleransi
terhadap pemeluk agama lain; kebijakan yang adil dari pemerintah Islam
yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan; dan perlindungan hak terhadap
non Muslim. Faktor ekstern adalah faktor dari non Muslim seperti
merosotnya keadaan moral dan spiritual dari gereja.
47
T. W. Arnold, The Peraching of Islam …, h. 157.
Ahmad al-‘usairy, Sejarah Islam, trj. Samson Rahman, Jakarta: Akbar Media
Eka Sarana, Cet. II, 2003Muhammad Husain Haikal, Hayat
Muhammad, trj. Ali Audah, Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, Cet.
Ke-25, 2001, hal. 666
Hamka, Sejarah Umat Islam, Cet. V, Singapura: Pustaka Nasional Ltd, 2005
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh a-l Islam as -Siyasi wa ats- tsaqafi wa al- Ijtima, trj.
Bahauddin, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
Ibn Sa’ad, The Women of Madina, trj. Eva Y. Nukman, Purnama Madinah,
Bandung: al-Bayan, 1997
Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhamaul Islam, trj. Khoirul Amru Harahap, Tokoh-
Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2007
Muhammad Husain Haikal, Hayat Muhammad, trj. Ali Audah, Sejarah Hidup
Muhammad, Cet. XXV, Jakarta: Putaka Litera AntarNusa, 2001