Anda di halaman 1dari 34

SEJARAH PERKEMBANGAN DAKWAH

Oleh: Halimatussa’diah, S.Sos.I.,MA


Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Institut Agama Islam Al-Aziziyah
Samalanga

ABSTRAK

Sejarah dakwah Islam dimulai semenjak diangkatnya Muhammad


Saw. sebagai rasul. Berawal dari jazirah Arabia, kemudian
melewati gurun sahara dan memanjang dari lautan Atlantik
hingga lautan Teduh. Lahirnya komunitas Islam sebagai
imperium raksasa yang menandingi imperium Byzantium
dilatarbelakangi oleh berbagai faktor baik sosial, politik maupun
agama. Akan tetapi, faktor yang paling dominan dan sangat kuat
dalam upaya penyebaran Islam ke berbagai wilayah di belahan
dunia adalah kemauan dan tekad yang kuat dari kaum Muslim
yang diteladani dari pemimpin utama yaitu Nabi Muhammad
Saw. Oleh karena itu dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk
menguraikan sederetan catatan sejarah perjalanan dakwah Islam,
yang diawali dari sejarah lahirnya Nabi Saw. hingga penyebaran
dakwah di Nusantara. Penulis juga memaparkan analisa terhadap
tuduhan orientalis. Adapun dakwah Islam yang dipelopori oleh
Nabi Saw. berpusat di Mekah. Dakwah dilakukan secara bertahap
dengan melewati dua periode, yaitu periode Mekah dan Madinah.
Dalam dua periode tersebut, Nabi Saw. menyebarkan Islam
dengan berbagai cara, diawali dengan cara rahasia hingga terang-
terangan. Perjalanan dakwah yang dilalui oleh Nabi Saw juga
ditandai dengan berbagai peristiwa penting, yaitu hijrah dengan
berbagai strateginya dan beberapa peperangan baik sarặyặ dan
ghazặwặt. Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran Islam
berjalan lancar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor dari kaum Muslim itu sendiri seperti: sikap
dari kaum Muslim yang memiliki toleransi terhadap pemeluk
agama lain; kebijakan yang adil dari pemerintah Islam yang
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan; dan perlindungan hak
terhadap non Muslim. Faktor ekstern adalah faktor dari non
Muslim seperti merosotnya keadaan moral dan spiritual dari
gereja.

Kata Kunci: Sejarah, Perkembangan, Dakwah

139 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


A. Pendahuluan
Sejarah dakwah Islam dimulai semenjak diangkatnya Muhammad
Saw. sebagai rasul. Berawal dari jazirah Arabia, kemudian melewati gurun
sahara dan memanjang dari lautan Atlantik hingga lautan Teduh.
Lahirnya komunitas Islam sebagai imperium raksasa yang menandingi
imperium Byzantium dilatarbelakangi oleh berbagai faktor baik sosial, politik
maupun agama. Akan tetapi, faktor yang paling dominan dan sangat kuat
dalam upaya penyebaran Islam ke berbagai wilayah di belahan dunia adalah
kemauan dan tekad yang kuat dari kaum Muslim yang diteladani dari
pemimpin utama yaitu Nabi Muhammad Saw.
Dalam rentang waktu perjalanan sejarah dakwah Islam, ada berbagai
kisah dan peristiwa masing-masing melibatkan tokoh-tokoh utamanya,
seperti Sahalahuddin al-Ayyubi yang membela Islam dalam perang Salib,
Thariq bin Ziyad yang mencatat prestasi menarik dalam penyebaran Islam di
Eropa, Khalid bin Walid, dan juga kiprah Walisongo dalam melaksanakan
dakwah Islam di bumi nusantara. Berbagai tragedi kemanusiaan juga tidak
dapat dipisahkan dari rentetan sejarah penyebaran Islam, seperti keganasan
raja Ferdinand di Spanyol.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk menguraikan sederetan
catatan sejarah perjalanan dakwah Islam, yang diawali dari sejarah lahirnya
Nabi Saw. hingga penyebaran dakwah di Nusantara. Penulis juga
memaparkan analisa terhadap tuduhan orientalis. Dalam hal ini, penulis
menggunakan beberapa sumber bacaan yang penulis jadikan sebagai rujukan,
dengan mengambil sumber utama buku Sejarah Dakwah Islam yang ditulis oleh
Ali Audah yang merupakan terjemahan The Preaching of Islam, karangan
Thomas W. Arnold dengan pertimbangan bahwa buku ini ditulis oleh
orientalis. Sumber bacaan lainnya yang penulis jadikan sebagai rujukan
adalah Hasan Ibrahim Hasan: Sejarah dan Kebudayaan Islam, Hamka: Sejarah

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 140


Umat Islam, Muhammad Husain Haikal: Hayat Muhammad, dan lain-lain.

B. Dakwah Nabi Muhammad Saw


1. Sejarah Hidup Nabi Muhammad Saw.
Sejarah dakwah Islam dimulai di sekitar jazirah Arab, tepatnya di
Mekah. Perkembangan Islam tidak lepas dari peran utama teladan ummat,
Nabi Saw. Beliau dilahirkan pada tahun 571 M bertepatan dengan peristiwa
gajah1. Keturunan beliau berasal dari suku Quraisy Bani Hasyim, ibunya
bernama Aminah binti Wahab dan ayahnya bernama Abdullah bin Abdul
Muthalib. Semasa kecil, beliau diasuh oleh ibunya. Setelah ibunya wafat,
beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib dan setelah kakeknya wafat,
beliau diasuh oleh pamannya Abi Thalib.2
Muhammad Saw. adalah sosok yang memiliki jiwa bisnis/
berdagang. Karirnya dimulai pada usia 12 tahun dengan berdagang bersama
pamannya ke negeri Syam3. Pada usia 25 tahun, Muhammad Saw melakukan
kontrak kerja dengan saudagar kaya, Khadijah binti Khuwailid yang kelak
menjadi istrinya.4 Dari pernikahannya dengan Khadijah, beliau dikaruniai 6

1
Al-Marhum Mahmud Pasya, seorang ahli falak menyebutkan bahwa hari kelahiran Nabi
Saw. adalah hari Senin tanggal 20 April 571 M
2
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh a-l Islam as -Siyasi wa ats- tsaqafi wa al- Ijtima, trj.
Bahauddin, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 137
3
Nabi Saw. berangkat ke Syam untuk berdagang tidak hanya sekali saja. Untuk pertama kali
beliau berangkat ke Syam dibawa oleh pamannya, Abi Thalib. Ketika itu usia beliau baru dua belas tahun
dan dalam perjalanan ini seorang pendeta Nashrani yang bernama Buhaira melihat tanda-tanda kenabian
pada diri Nabi Saw. Tanda-tanda ini terungkap sesudah dia melihat tanda-tanda kenabian yang tertera
pada tubuh beliau sesuai dengan yang diberitakan dalam kitab-kitab suci kaum Nashrani. Untuk kedua
kalinya, saat berusia dua puluh lima tahun, Nabi Saw. pergi ke Syam dengan disertai Maisarah, pelayan
Khadijah. Perdagangan ini sukses dengan memperoleh untung besar. Dikisahkan bahwa dalam perjalanan
kedua ini, seorang pendeta Nashrani yang bernama Nestori bertemu dengan beliau dan mengabarkan
bahwa beliau adalah calon Nabi.
4
Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abd Al-‘Uzza, di gelari
ummul mukminin. Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah. Ia dilahirkan di Mekah pada tahun 68 sebelum
hijrah dan meninggal dunia di Mekah pada tahun 3 Hijriah. Jasadnya dimakamkan di Hujun. Nabi Saw.
sangat sedih atas meninggalnya Khadijah, sehingga tahun tersebut dinamakan dengan tahun kesedihan
(‘am al huzn). Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhamaul Islam, …., hal. 417. Sebenarnya banyak tokoh-tokoh
Quraisy yang hendak menikahi Khadijah, namun ia tidak berkenan. Ia meminta bantuan rekannya,
Nafisah binti Munyah untuk menemui Nabi Saw. dan membuka jalan agar mau menikah dengan
Khadijah. Ternyata Nabi Saw. menerima tawaran tersebut, lalu Beliau menemui paman Beliau.

141 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


orang anak yaitu: Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, Fatimah, dan
Abdullah. Selain mereka beliau juga dikarunia seorang putra yang dilahirkan
oleh Mariah Al-Qibthiyah.5
Selain Khadijah, Muhammad Saw. juga menikahi beberapa
perempuan lainnya, diantaranya adalah Saudah binti Zam’ah, Aisyah binti
Abu Bakar, Hafshah binti Umar, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah
binti Abu Umayyah, Zainab binti Jahsy, Juwairiyah binti al-Harits, Ramlah
binti Abi Sufyan, Shafiyah binti Huyai, dan Maimunah binti al-Harits.6
Muhammad Saw. memiliki kepribadian yang terpuji, sehingga
beliau digelar Al-Amin karena sifatnya yang tidak pernah berdusta. Beliau
sering menjalani kontemplasi dan menyepi di gua Hira sehingga pada suatu
ketika turunlah wahyu yang menandakan pengangkatan beliau sebagai Rasul.
Peristiwa ini terjadi tepatnya pada hari Senin malam tanggal 17 Ramadhan,

Kemudian paman Beliau menemui paman Khadijah untuk mengajukan lamaran. Dari pernikahan tersebut,
Beliau dikarunia 6 orang putra-putri. Mereka adalah Abdullah, Qasim, Zainab, Fatimah, Ruqayyah, dan
Ummu Kultsum. Lihat Abdul Mun’im Muhammad, Khadijah Ummul Mukminin Nazharat fi Isyraqy
Fajril Islam, trj. Ghozi M, Khadijah the True Story of Muhammad, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007), h.
17.
5
Maria dan saudara perempuannya Serene, seribu mitsqal emas, dua puluh baju yang lembut,
bagalnya Duldul dan keledainya Ufair. Nabi Saw. menempatkan Maria di Aliyah di bangunan yang
sekarang bernama Masyrabah Ummu Ibrahim. Ketika dia hamil, dia melahirkan di sana dan bidannya
adalah Salma. Abu Rafi’ (suami Salma), mengabari Nabi Saw. kabar gembira kelahiran Ibrahim. Hal ini
terjadi di bulan Zulhijjah tahun 8 H. Lihat Ibn Sa’ad, The Women of Madina, trj. Eva Y. Nukman,
Purnama Madinah, (Bandung: al-Bayan, 1997), h. 190.
6
Khadijah dinikahi oleh Nabi Saw. pada saat dia berusia 40 tahun, sedangkan usia Nabi Saw.
adalah 25 tahun. Saudah binti Zam’ah di nikahi oleh Nabi Saw. setelah Khadijah wafat, pada bulan
Ramadhan tahun 10 setelah kenabian. Aisyah dinikahi oleh Nabi Saw. pada tahun 2 H. Hafsah dinikahi
oleh Nabi Saw. pada tahun 3 H, dua bulan sebelum Perang Uhud. Zainab dinikahi oleh Nabi Saw. pada
tahun 3 H juga. Ummu Salamah dinikahi oleh Nabi Saw. pada akhir bulan Syawal tahun 4 H. Zainab binti
Jahsy dinikahi oleh Nabi Saw. pada bulan Dzul qa’idah tahun 5 H. Juwairiyah dinikahi oleh Nabi Saw.
pada tahun 6 H. Shafiyah dinikahi oleh Nabi Saw. setelah terjadinya perang Khaibar. Ummu Habibah
dinikahi oleh Nabi Saw. pada tahun 7 H. Maimunah dinikahi oleh Nabi Saw. pada tahun 7 H. Lihat
Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhamaul Islam, trj. Khoirul Amru Harahap, Tokoh-Tokoh Besar Islam
Sepanjang Sejarah, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2007), hal. 417-429. Selain mereka ada juga sejumlah
perempuan lain yang berada di sekitar lingkungan keluarga nabawiyah. Mereka adalah perempuan yang
dinikahi oleh Nabi Saw. tanpa menyempurnakan pernikahannya dan perempuan yang diceraikan Beliau.
Mereka adalah perempuan dari Kilabi yang bernama Fatimah binti Dahhak (dia diceraikan karena
mengidap penyakit lepra), Asma’ binti Nu’man , Qutaylah binti Qays, Mulaikah binti Kaab Laythi, dan
Putri Jundub bin Samra Jundi. Lihat Ibn Sa’ad, The Women of Madina, trj. Eva Y. Nukman, Purnama
Madinah, (Bandung: al-Bayan, 1997), h. 129-139.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 142


diusia beliau yang ke-40 tahun.7
Sebagai seorang Rasul, Muhammad Saw. mengemban tugas untuk
berdakwah menyiarkan agama Allah. Secara garis besar, perjalanan dakwah
Rasul terbagi dalam dua periode yaitu; pertama, periode Mekkah selama 13
tahun dan kedua, periode Madinah selama 10 tahun. Periode Mekkah
melewati tiga tahap yaitu; pertama, tahapan dakwah secara sembunyi-
sembunyi yang berjalan selama 3 tahun. Kedua, tahapan dakwah secara
terang-terangan di tengah penduduk Mekkah yang dimulai sejak tahun ke-4
nubuwah hingga akhir tahun ke-10. ketiga, tahapan dakwah di luar Mekkah
dan penyebarannya yang dimulai dari tahun ke-10 nubuwah hingga peristiwa
hijrah ke Madinah.
Setelah melaksanakan haji Wada’ pada tahun 10 H, telah nampak
tanda-tanda kembalinya Nabi Saw. ke haribaan Ilahi. Pada tanggal 29 Shafar
11 Hijriah, setelah menghadiri prosesi jenazah di Baqi’, Nabi Saw jatuh sakit.
Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal 11 Hijriah, teladan ummat Nabi
Muhammad Saw. kembali ke haribaan Allah dalam usia 63 tahun lebih 4 hari.8
2. Dakwah Nabi Muhammad Saw di Mekah
Mekkah merupakan sentral agama bangsa Arab. Di sana ada
peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan
patung-patung yang disucikan oleh seluruh bangsa Arab. Cita-cita untuk
memperbaiki keadaan mereka sangat sulit dan berat sehingga membutuhkan
kemauan keras yang tidak dapat diguncang oleh musibah dan kesulitan.
Maka dalam menghadapi kondisi tersebut, tindakan yang paling bijaksana
adalah berdakwah secara rahasia agar tidak mengkagetkan bangsa Arab
karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
Sangatlah lumrah apabila metode dakwah Rasul adalah bersifat
sirriyah (sembunyi-sembunyi) yang berlangsung selama tiga tahun. Hal ini
7
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh a-l Islam as –Siyasi……., h. 144.
8
Hamka, Sejarah Umat Islam, Cet. V, (Singapura: Pustaka Nasional Ltd, 2005), h. 133.

143 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


dikarenakan kedudukan Rasulullah Saw. yang masih lemah, ditambah lagi
kandungan dakwah beliau yang bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Quraisy pada masa itu, yaitu
prinsip dan keyakinan yang penuh dengan nilai-nilai kesyirikan. Di samping
itu juga kondisi Mekkah yang keras dan kental aroma agama nenek
moyangnya itu menjadikan dakwah secara sembunyi-sembunyi adalah
langkah awal yang bijaksana.
Pada tahap awal, Rasulullah Saw. menyeru orang-orang yang paling
dekat dengan beliau, anggota keluarga dan sahabat karib beliau dan siapapun
yang dirasa memiliki kebaikan. Mereka menerima seruan beliau karena
mereka sama sekali tidak meragukan keagungan pribadi beliau. Dalam tarikh
Islam (sejarah Islam), mereka disebut as sabiqul awwalun (orang-orang yang
terdahulu dan pertama memeluk agama Islam). Mereka adalah istrinya
sendiri yaitu Khadijah binti Khuwailid. Kemudian Abu Bakar, sahabat
karibnya sejak masa kanak-kanak. Kemudian Zaid bin Haritsah, budak
Khadijah yang dihadiahkan untuk Rasul. Ali bin Abi Thalib, anak pamannya
yang hidup dalam asuhan beliau. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya
Aminah wafat9.
Sebagai seorang pedagang yang berpengaruh ditambah lagi dengan
budi pekertinya yang terpuji serta kedudukannya yang terhormat di mata
masyarakat, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman
dekatnya seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin
Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka digolongkan
sebagai generasi pertama dari kalangan para sahabat dan paling banyak
berperan dalam dakwah Rasulullah Saw. pada masa berikutnya. Kemudian
setelah itu, satu persatu masyarakat Quraisy masuk Islam seperti Bilal bin
Rabah al- Habasyi. Kemudian diikuti oleh Abu Ubaidah Amir bin al-Jarrah

9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 19

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 144


yang berasal dari suku Bani al- Harits bin Fihr, Abu Salamah bin Abdul Asad,
al- Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari suku Makhzun), usman bin
Maz’un dan kedua saudaranya; Qudamah dan Abdullah.10 Mereka memeluk
agama Islam secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah Saw. menemui mereka
dan mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi dan perorangan.
Wahyu turun secara berkesinambungan setelah turunnya permulaan
surat al- Muddatsir. Pada umumnya pada periode ini, wahyu turun dengan
ayat-ayat yang pendek-pendek, berisi sanjungan bagi orang yang mensucikan
jiwa dan celaan bagi yang mengotorinya disertai dengan penggalan kata yag
indah dan lembut. Di samping itu juga berisi gambaran syurga dan neraka
yang seakan keduanya terlihat di depan mata mereka, hal ini menimbulkan
kerinduan seseorang terhadap syurga dan ketakutan terhadap neraka
sehingga mendorong mereka untuk melakukan kebaikan dan menjauhi
kejahatan. Di antara wahyu yang pertama turun adalah perintah shalat.
Apabila waktu shalat telah tiba, maka Rasul dan para sahabat pergi ke
perbukitan dan mendirikan shalat di sana secara sembunyi-sembunyi jauh
dari kaum mereka. Walaupun dakwah Rasul dilakukan secara sembunyi-
sembunyi dan bersifat individu, akan tetapi lambat laun hal tersebut tercium
oleh kaum kafir Quraisy. Pada awalnya mereka tidak menghiraukan hal
tersebut. Mereka mengira bahwa Muhammad hanya salah seorang di antara
mereka yang peduli terhadap urusan agama sama halnya dengan Umayyah
bin Ash- Shalah, Qus bin Sa’fidah, Amr bin Nufail.
Tiga tahun pun berlalu, sementara dakwah masih berjalan secara
sembunyi-sembunyi dan bersifat individu. Dalam rentang waktu tersebut
terbentuklah satu jama’ah mukminin yang dibangun atas fondasi ukhwah
(persaudaraan) dan ta’awun (solidaritas) serta penyampaian risalah. Tatkala

10
Muhammad Husain Haikal, Hayat Muhammad, trj. Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad,
Cet. XXV, ( Jakarta: Putaka Litera AntarNusa, 2001), hal. 90

145 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


mengikuti ajakan Rasulullah Saw. lebih dari 30 orang laki-laki dan
perempuan, maka Rasul memilih salah satu rumah di antara mereka yaitu
rumah al-Arqam bin Abil Arqam sebagai tempat pertemuan. Di rumah
tersebut setiap hari para sahabat mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an dan
penjelasannya dari Rasulullah Saw. Pendeknya, di tempat tersebut mereka
menerima pembinaan dari Rasul secara terus-menerus untuk kemudian
menyebar ke berbagai lapisan masyarakat sebagai utusan dakwah. Maka hari
demi hari meskipun berjalan lambat, pengikut Rasul bertambah mencapai 40
orang. Dakwah terus dilakukan hingga turun wahyu yang mengharuskan
Rasul menyampaikan dakwah secara terang-terangan.
2. Peristiwa Hijrah dan Strateginya
Kisah tentang Ashhabul kahfi yang diberi petunjuk untuk hijrah dari
pusat kekufuran dan permusuhan telah memberi inspirasi bagi Rasulullah
untuk mengambil inisiatif agar orang Muslim melakukan hijrah. Dalam
perjalanan dakwah Nabi Saw terjadi peristiwa hijrah sebanyak tiga kali yaitu
ke Ethiopia, Thaif dan Madinah. Hal ini mendapat legitimasi dari Allah Swt.
melalui isyarat surat Az-zumar ayat 10.
“Orang-orang yang baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi
Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar: 10).
a. Hijrah Ke Ethiopia
Nabi Saw. mendapatkan informasi bahwa penguasa Ethiopia,
Ashhamah An-Najasi merupakan raja yang adil, maka beliau mengarahkan
kaum Muslimin untuk mencari suaka politik ke Negeri tersebut. Pada bulan
Rajab tahun kelima dari nubuwah, sekelompok sahabat terdiri dari dua belas
orang laki-laki dan empat orang perempuan yang dipimpin oleh Usman bin
Affan hijrah ke Ethiopia, sebuah daerah di ujung Afrika Utara. Selama mereka
berada di Ethiopia, terdengar kabar bahwa orang Quraisy sudah masuk Islam.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 146


Oleh karena itu kaum Muhajirin kembali ke Mekkah pada bulan Syawal pada
tahun yang sama. Ketika hampir mendekati Mekkah, barulah mereka
mengetahui keadaan yang sebenarnya, sehingga sebagian dari mereka ada
yang kembali lagi ke Ethiopia dan sebagiannya lagi menuju Mekkah. Karena
terus-menerus mendapat siksaan dan penindasan, akhirnya Rasul Saw.
memerintahkan mereka untuk hijrah kedua kalinya ke Ethiopia yang terdiri
dari delapan puluh tiga orang laki-laki dan delapan belas orang perempuan.11
b. Hijrah ke Thaif
Peristiwa hijrah yang kedua dilakukan ke Thaif12 (di sebelah
tenggara Mekkah) pada bulan Syawwal tahun ke-10 nubuwah (akhir bulan
Mei atau awal-awal bulan Juni 619 M). Hijrah yang kedua dilakukan langsung
oleh Nabi Saw. sendiri bersama sahabat Zaid bin Haritsah setelah wafatnya
Khadijah dan Abu Thalib. Saat hijrah kedua ini, dakwahnya ditolak dan
beliau dilempari batu serta dicerca. Walaupun demikian, saat pulang beliau
bertemu seorang budak Nashrani bernama Addas yang akhirnya beriman
dengan Nabi Saw.13
a. Hijrah ke Madinah
Peristiwa hijrah yang ketiga dilakukan oleh para sahabat dan Nabi
Saw. secara bertahap ke Madinah tepatnya pada tahun 14 nubuwah. Berbeda
dengan ke Thaif, hijrah ke Madinah dilakukan dengan rencara yang sangat
matang.Untuk menghindari kecurigaan, hijrah dilakukan tidak serentak.
Setelah sebagian besar kaum Muslimin berada di Madinah, barulah kemudian
Nabi Saw. bersama Abu Bakar dan seorang penunjuk jalan berangkat

11
Shafiyur Rahman Al- Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum Bahtsun Fis-Sirah an-
Nabawiyah ‘ala Shahibiha Aidhalish Shalati was Salam, trj. Kathur Suhardi, Sirah Nabawiyah, Cet.
XXVII, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), h. 94-96.
12
Rasulullah memilih Thaif karena letaknya sangat strategis dari Mekkah (100 km) dan
dalam perniagaan orang Mekkah harus melewati Thaif. Sebab lainnya karena orang Thaif tidak pernah
terlibat peperangan melawan Nabi Saw. , termasuk saat perang Ahzab. Baru setelah satu bulan Fathu
Mekkah, orang Thaif mulai bergerak memerangi Nabi Saw. melalui perang Hunain.
13
Shafiyur Rahman Al- Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum……, h. 137-139.

147 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


tepatnya pada tahun 622 Masehi. Untuk mengelabui pembunuh bayaran yang
sudah mengepung rumah beliau, Ali bin Abi Thalib sengaja tidur di ranjang
beliau. Nabi tidak langsung ke Madinah, namun beliau transit (bersembunyi)
selama tiga hari di gua Tsur. Setelah menempuh jarak 426 km, Nabi tiba di
Madinah dengan mendapat sambutan meriah penduduknya.14
Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, ada hal-hal yang patut
diteladani yaitu; pelaksanaan hijrah diawali dengan perencanaan yang
matang, kerja sama yang baik, pengorbanan yang besar, kesungguhan yang
mantap, persaudaraan yang indah, dan kebanggaan sebagai Muslim.
3. Dakwah Nabi Muhammad Saw. di Madinah
Akibat ancaman yang terus menyiksa kaum Muslim, akhirnya Nabi
Saw. memutuskan untuk berhijrah ke Madinah pada tahun ke-14 nubuwah
setelah diilhami oleh peristiwa baiat ‘aqabah.
a. Rancangan Dakwah Nabi Muhammad Saw. di Madinah
Kehidupan Nabi Saw. di Madinah melewati tiga fase. Pertama, fase
yang banyak diwarnai oleh guncangan dan cobaan. Banyak rintangan yang
muncul dari dalam, sementara musuh dari luar menyerang Madinah untuk
menyingkirkan para pendatangnya. Fase ini berakhir dengan dikukuhkannya
perjanjian Hudaibiyah pada bulan Dzul Qa’idah tahun ke-6 Hijriah. Kedua,
fase perdamaian dengan pemimpin paganisme, yang berakhir dengan
peristiwa Fathul Mekkah pada bulan Ramadhan tahun ke 8 Hijriah. Ketiga,
fase masuknya manusia berbondong-bondong ke dalam agama Islam, yaitu
masa datangnya utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke Madinah.
Selama di Madinah, dalam rangka memperkokoh masyarakat
Muslim, maka Nabi Saw. meletakkan dasar-dasar kehidupan masyarakat, di
antaranya adalah mendirikan mesjid, mempersaudarakan kaum Muhajirin
dengan kaum Anshar dan membuat perjanjian bantu-membantu antara

14
Shafiyur Rahman Al- Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum……, h. 181-186.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 148


sesama Muslim dan non Muslim. Selanjutnya Nabi merumuskan piagam
Madinah yang berlaku bagi seluruh kaum Muslimin dan orang Yahudi.
Piagam inilah yang akhirnya menjadi undang-undang dasar Negara dan
pemerintahan Islam yang pertama.15
Nabi Saw. mendirikan Negara atas dasar prinsip kesamaan,
kebebasan dan persaudaraan. Bangsa Arab, bangsa Yahudi dan semua warga
Negara dan persemakmuran Islam ditempatkan pada pijakan yang sama,
diizinkan mengambil bagian secara bebas dan sederajat di dalam pendirian
suatu struktur sosio-politik yang baru.
b. Peristiwa Sarặyặ dan ghazặwặt
Ada beberapa istilah peperangan yang dikenal dalam bahasa Arab, di
antaranya qital, jihad, ghazặwặt dan sarặyặ. Dua istilah yang pertama sering
dijumpai dalam hadits dan al-Qur’an. Sedangkan dua istilah yang terakhir
sering digunakan oleh ahli sejarah dalam memaknai perang yang terjadi
dalam Islam. Ghazặwặt adalah perang yang langsung dipimpin oleh Nabi Saw.
sendiri. Dalam hal ini Nabi Saw. pernah memimpin sembilan kali peperangan.
Sedangkan sarặyặ berupa ekspedisi militer yang tidak diikuti oleh Nabi Saw,
tetapi pimpinannya diangkat dari para sahabat. Sarặyặ terjadi sebanyak 18
kali.16
Di antara beberapa ghazặwặt adalah ada dikatagorikan dalam
perang Badar dan perang Uhud yaitu:
1. Perang Badar
Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 H/ 623 M.
pasukan Muslim yang dipimpin langsung oleh Nabi Saw. berjumlah 313
orang yang terdiri dari 82 orang Muhajirin, 61 orang dari suku Aus dari 170
orang dari Khazraj. Sedangkan pasukan Quraisy yang dipimpin oleh Abu

15
Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2009), h.
50-51.
16
Abdullah, Wawasan Dakwah Kajian Epistemologi, Konsepsi dan Aplikasi Dakwah,
Medan: IAIN Press, 2002 .

149 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


Jahal bin Hisyam berjumlah 1000 orang dengan persenjataan yang lengkap.
Walaupun demikian, peperangan ini dimenangkan oleh pihak Muslim.
Kemenangan tersebut bukanlah karena kelengkapan senjata perang dan
tentara yang terlatih, akan tetapi karena semangat juang yang tinggi dan
strategi perang yang baik. Nabi Saw. sebagai komando perang tertinggi
membagi pasukan menjadi dua front, yaitu: pasukan Muhajirin yang
dikomandoi oleh Ali bin Abi Thalib dan pasukan Anshar yang dikomandoi
oleh Sa’ad bin Mu’adz. Nabi Saw. juga membawa pasukan Islam ke mata air
Badr dan menguasainya. Dengan taktik demikian, maka pasukan Quraisy
tidak mempunyai sumber air, dan hal ini dapat melemahkan mereka. Latar
belakang atau pemicu terjadinya perang Badar adalah karena kebencian
pihak Quraisy terhadap popularitas Islam di Madinah.17
Kemenangan perang Badar memberikan implikasi yang luar biasa
kepada kaum Muslim dan masa depan Islam. Pada sisi lain, pihak Quraisy
mulai memperhitungkan kekuatan pihak Muslim di Madinah. Kemudian
mereka ingin membalas kekalahan, lalu mempersiapkan pasukan untuk
melawan kaum Muslim sehingga terjadilah perang Uhud.
2. Perang Uhud
Penyebab terjadinya perang Uhud adalah sebagai upaya balas
dendam pihak Quraisy akibat kekalahan mereka pada perang Badar. Perang
Uhud terjadi pada bulan Syawal tahun 3 H/ 624 M. Pasukan Quraisy
dikomandoi oleh Abu Sufyan (didampingi oleh istrinya Hindun) dengan
kekuatan 3000 orang tentara, termasuk juga 15 orang wanita yang selalu
melagukan nyanyian untuk membangkitkan semangat perang. Sedangkan
pasukan Muslim dikomandoi langsung oleh Nabi Saw. dengan kekuatan 1000
orang tentara. Nabi Saw. mengatur siasat perang dengan menempatkan
pasukan di gunung Uhud dan menjadikan gunung itu di belakang
17
Shafiyur Rahman Al- Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum……, h. 227-236.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 150


pasukannya, pasukan pemanah ditempatkan di atas gunung di bawah
komando Abdullah Ibn. Zubair. Pada awalnya, pihak Muslim telah
memperoleh kemenangan yang mengagumkan, namun ternyata banyak para
pemanah yang ditempatkan oleh Nabi Saw. di atas bukit Uhud turun untuk
mengambil rampasan perang. Melihat bukit sudah ditinggalkan, maka Khalid
bin Walid (yang saat itu belum masuk Islam) segera mengambil jalan
memutar dan menaiki bukit Uhud, sehingga dengan mudah pasukan Muslim
dapat dikalahkan.18 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kekalahan
pihak Muslim dalam perang Uhud diakibatkan pelanggaran terhadap
perintah Nabi Saw. tepatnya tindakan pemanah yang meninggalkan posnya
di atas bukit dan perasaan bangga atau sombong dari pihak Muslim terhadap
kemenangan yang diperoleh.
c. Analisa Terhadap Tuduhan Orientalis
Sebagian orientalis melontarkan kritikan dan tuduhan terhadap
Islam, yang bahwa Islam merupakan agama yang disebarluaskan dengan
pedang dan kekerasan sehingga timbul istilah pedang di tangan kanan dan
Qur’an di tangan kiri. Dalam menanggapi kritikan tersebut, sebagai umat Islam
kita harus meresponsnya secara rasionalitas dan argument yang kuat.
Dalam menanggapi pernyataan pedang di tangan kanan dan Qur’an di
tangan kiri, haruslah menggunakan akal yang cerdas. Pernyataan tersebut
sangat tidak sesuai dengan logika, karena dalam ajaran Islam tidak
dibenarkan memegang al-Qur’an dengan tangan kiri karena Qur-an
merupakan kitab suci yang nilai kesakralan sangat tinggi dan utuh sepanjang
masa. Walaupun pernyataan tersebut diubah menjadi pedang di tangan kiri dan
Qur’an di tangan kanan, tetap saja tidak logis, karena dalam keadaan apapun
al-Qur’an tidak pantas disejajarkan dengan lainnya, lebih-lebih lagi dengan
pedang yang identik dengan nilai-nilai kekerasan.
18
Ahmad al-‘usairy, Sejarah Islam, trj. Samson Rahman, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana,
Cet. II, 2003

151 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


Agama Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin, yaitu agama
rahmat bagi seluruh alam. Islam merupakan agama kemanusiaan yang
menjunjung tinggi nilai HAM dan menghargai perdamaian. Dalam hal ini
tuduhan orientalis terhadap Islam merupakan upaya mendiskreditkan Islam
yang dilandasi oleh rasa kebencian. Konsep dasar ajaran Islam adalah damai,
oleh karena itu Islam anti terhadap perang kecuali dalam dua situasi terpaksa.
Secara umum, kaum muslimin terjun ke medan perang karena
dilatarbelakangi oleh beberapa sebab, di antaranya: pertama, karena membela
diri, mempertahankan harta dan tanah air; kedua, mempertahankan dakwah
dan memelihara umat Islam.
Pada dasarnya, peperangan yang terjadi dalam Islam mengandung
dua kebijakan, yaitu kebijakan politik dan kebijakan agama (dakwah). Setiap
peperangan pasti didasari oleh unsur politik, dalam hal ini kaum muslimin
berusaha mempertahankan nilai nasionalisme dan geografis politik
kenegaraaan (tanah air). Kebijakan agama (nilai dakwah) terlihat dari upaya
penyebaran ajaran Islam ke wilayah yang menjadi objek ekspedisi militer dan
yang lebih utama lagi adalah peperangan dilakukan untuk mempertahankan
keutuhan agama Islam. Akan tetapi, Islam tetap berpegang pada etika
dakwah yaitu laa ikraaha fiddin yaitu tidak ada unsur pemaksaan dalam
penyampaian ajara agama. Sebagai agama yang menganut nilai-nilai etika,
Islam juga mempunyai etika berperang, yaitu: pertama, perang harus
dihentikan apabila musuh menginginkan perdamaian, di mana dalam hal ini
Islam menegakkan hak asasi manusia; kedua, tidak boleh melampaui batas
dalam peperangan, dalam hal ini Islam tidak membenarkan perlakuan
semena-mena terhadap musuh.
Muhammad Haikal dalam bukunya Sejarah Hidup Muhammad
(Hayat Muhammad), menegaskan bahwa Islam tidak menggunakan pedang,
tuduhan seperti di atas merupakan propaganda misi Kristen Eropa untuk

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 152


menghancurkan Islam, sebaliknya Orang Kristen Eropa yang menggunakan
pedang untuk mengejar kebebasan hidup yang berlebih-lebihan dan
kemewahan.19

C. Penyebaran Islam di Luar Jazirah Arabia


1. Penyebaran Islam di Asia
a. Asia Barat

Setelah wafatnya Nabi Saw., pasukan tentara yang telah


dipersiapkan untuk memasuki Syiria dilanjutkan dan dilaksanakan oleh Abu
Bakar walaupun mendapat sanggahan dari beberapa pemuka Islam dengan
alasan masih kacaunya keadaan di Arab. Ini merupakan permulaan dari
penaklukan ke wilayah Asia barat. Adikuasa yang ada saat itu adalah
imperium Byzantium di Roma (Eropa Timur) dan imperium Persia di Asia
Barat, namun di antara mereka terus bertempur hingga akhirnya wilayah
imperium tersebut mulai masuk dalam wilayah Islam.

Pasukan Muslim menaklukkan Syiria pada pertengahan abad ke-7.


bermula dari ekspedisi Muslim ke selatan Syiria pada tahun 629 M atau tiga
tahun sebelum Nabi Saw. meninggal dunia pada tahun 632 M. Pada tahun 634
M, semasa kekhalifahan Abu Bakar terjadi perang dengan Byzantium (dikenal
dengan perang Mu’tah), kaisar Byzantium saat itu adalah Heraclius. Pasukan
Muslim dipimpin oleh Khalid bin Walid berhasil mengalahkan pasukan Roma
dan mulai saat itu wilayah selatan Syiria menjadi wilayah kekuasaan Islam.
Khalifah Umar bin Khatab meneruskan penaklukan Syiria Utara (Damascus)
pada tahun 635 M. 20 Dengan menjadikan Syiria sebagai basis, penyebaran
Islam diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr bin ‘Ash dan ke Irak di

19
Muhammad Husain Haikal, Hayat Muhammad, trj. Ali Audah, Jakarta: Pustaka Litera
AntarNusa, Cet. Ke-25, 2001, h. 666.
20
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Cet. 13, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h.
37.

153 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash.

Setelah penaklukan Syiria Utara, kebanyakan suku Badui


menggabungkan diri dengan Islam. Di antara Badui Kristen adalah Bani
Ghassinah yang mendiami padang pasir timur Palestina dan sebelah selatan
Syiria. Kekuatan senjata bukan faktor yang menentukan dalam perluasan
agama Islam. Nabi Saw. sendiri memberikan jaminan perlindungan dan
kebebasan untuk penganut agama Kristen. Banyak di antara orang Kristen
yang secara suka rela memberikan bantuannya kepada kaum Muslimin di
dalam ekspedisi militernya. Sebagai contoh, dalam perang Jembatan (13 H),
kaum Kristen dari bani Tai memberi bantuan dengan mempertahankan
jembatan perahu untuk menyelamatkan pasukan Muslim. Suku lainnya
adalah bani Namir dan Bani Quda’ah yang mendiami ujung perbatasan
kekaisaran Byzantium beralih masuk Islam. Begitu juga Bani Taghlib
mengirim utusan kepada Nabi Saw. pada tahun 9 H untuk masuk Islam.
Akan tetapi orang Kristen yang mendiami kota-kota besar propinsi Timur
kekaisaran Byzantium sebagian besarnya masih tetap menganut agamanya.21

Penyebaran Islam kepada Badui Kristen yang telah berhasil


memperluas komunitas Islam dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama,
adanya kekuatan pemersatu yang didasari oleh watak nasional dari orang
Arab yang tergabung dalam pemerintahan Islam yang memiliki ketinggian
moral. Kedua, adanya hubungan persahabatan antara orang Kristen dengan
orang Arab Muslim. Ketiga, sikap toleransi dari orang Islam yang
memperlihatkan nilai moral dan kemanusiaan. Keempat, merosotnya keadaan
moral dan spiritual dari gereja. Kelima, adanya perasaan tidak senang
terhadap kericuhan dogma yang dicampurbaurkan antara teologi Kristen

21
T. W. Arnold, The Peraching of Islam, Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta:
Wijaya, 1979), h. 44-45.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 154


dengan kebudayaan Hellenisme. Keenam, penggunaan bahasa Arab yang
merata di seluruh daerah kekhalifahan dan terjadinya asimilasi bertahap di
dalam adat istiadat kebiasaan sehari-hari. Ketujuh, idealnya persaudaraan
antara sesame muslim. Kedelapan, keturunan Kristen yang tertawan dan
dijadikan harem dididik menurut agama ayahnya yaitu Islam.
Sikap dan perlakuan Islam kepada warga non Muslim sangat
menjunjung nilai toleransi. Bentuk toleransi tersebut di antaranya adalah
tidak adanya tekanan kekerasan dan mendapat kekebasan beribadah menurut
kepercayaannya tetapi mereka diwajibkan membayar pajak/jizyah. Pajak ini
bukanlah sanksi bagi orang Kristen atas penolakan mereka terhadap Islam
sebagaimana yang biasa menjadi anggapan umum di Barat. Akan tetapi pajak
tersebut dibebankan kepada merekasama halnya bagi penduduk yang
beragama lain (dzimmi atau bukan Islam) yang karena agamanya tidak
dibebani hak dan kewajiban militer dan pajak itu sebagai imbalan atas
perlindungan yang mereka peroleh dari pemerintah Islam.

Pada tahun 634-636 M adalah masa penaklukan Palestina oleh


pasukan Muslim yakni pada masa khalifah Umar bin Khatab. Ketika terjadi
perang Salib (1099 M), Yerussalem dikepung selama 5 minggu dan akhirnya
jatuh ke tangan tentara Salib. Mereka membantai kaum Muslim dan Yahudi
dan menjadikan Yerussalem sebagai ibukota serta mendirikan kerajaan
Katolik. Salahuddin Al-Ayyubi kemudian mengalahkan tentara Salib pada
tahun 1187 M dalam perang Hattin.22 Orang Kristen penduduk asli lebih
senang kepada pemerintah Islam daripada kepada pemerintahan tentara
Salib. Ketika Yerussalem akhirnya dan untuk selama-lamanya jatuh ke tangan
Islam (1244 M), penduduk Palestina yang beragama Kristen menyambut
pemerintahan Islam dengan baik.

22
T. W. Arnold, The Peraching of Islam, Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta:
Wijaya, 1979), h. 82-85.

155 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


b. Asia Tengah
Asia tengah merupakan daerah yang membentang dari Laut Kaspia
di sebelah barat sampai Cina di sebelah timur, dari perbatasan Rusia di
sebelah utara sampai perbatasan Pakistan dan Iran di sebelah selatan. Daerah
ini sebahagian besar terdiri dari pegunungan dan gurun. Asia Tengah
sekarang terbagi menjadi Kazakhistan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan,
dan Uzbekistan.23
Sejak lama negeri ini dilewati Jalan Sutera, yakni jaringan sistem
perjalanandarat sepanjang 7000 mil yang merupakan jalan besar untuk
transportasi barang-barang dari Cina, Asia Tengah, India, Timur Tengah ,
Eropa, dan sebaliknya. Jaringan ini mulai beroperasi pada abad ke-5 SM dan
berakhir pada abad ke-15 M.24 Islam masuk ke wilayah ini sejak permulaan
abad ke-8, di mana pasukan Bani Umayyah di bawah pimpinan Qutaibah ibn
Muslim sudah berhasil menyeberangi sungai Oxus dan menaklukkan
Bukhara dan Samarkand.
Islam masuk ke Persia diawali pada masa pemerintahan Abu Bakar.
Pada abad ke-7 tepatnya pada tahun 637 M, Persia di bawah kekuasaan
dinasti Sasaniah mengalami keruntuhan. Pada saat itu pasukan Islam menang
atas Persia yang menyebabkan jatuhnya ibukota Selucia-Ctisiphon.
Sebelumnya, agama resmi Persia adalah Zoroaster. Para pendeta
agama tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam negara, mereka sangat
menentukan jalannya administrasi istana dan menduduki jabatan dalam
pemerintahan sipil. Selain agama resmi, terdapat juga agama Kristen, Yahudi
dan Sabia, namun pemeluk agama ini memiliki rasa kebencian terhadap pihak
agama resmi karena sikap dan perlakuannya yang tidak baik. Para penganut
agama Kristen, Yahudi dan Sabia mendapat kedamaian pada masa kekuasaan
23
Dudung Abdurrahman dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: LESFI, 2004), h. 199.
24
Dudung, Sejarah Peradaban…, h. 200.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 156


Islam yang menjamin adanya kemerdekaan beragama dan bebas milisi
dengan pembayaran pajak yang ringan.25
Faktor-faktor lain yang menyebabkan cepatnya perkembangan Islam
di Persia antara lain adalah: sikap toleransi umat Islam terhadap penganut
agama lain; adanya kekacauan politik dalam negara; terjadi krisis moral di
kalangan umat Krsiten; adanya pertentangan di antara berbagai macam sekte;
adanya faktor simpati politik nasional dari rakyat terhadap Islam melalui
perkawinan Husain dengan Syahbanu (salah satu puteri Yazdagrid, raja
terakhir dinasti Sasaniah); dan adanya titik persamaan antara ajaran Islam
dengan agama Zoroaster sehingga mendorong penganut agama tersebut
untuk masuk Islam. Titik persamaan itu adalah kesamaan tokoh Ahuramaza
dan Ahriman dengan nama Allah dan iblis, penciptaan alam dalam tujuh
periode, malaikat dan setan, hari kebangkitan dan ajaran tentang syurga dan
neraka.
Pada akhir abad ke-12, kerajaan Seljuk mengalami kemunduran
kecuali di Asia Kecil dan pada masa yang sama Muhammad Ghuri
melebarkan sayap kekuasaannya dari Khurasan hingga India bagian utara,
muncullah pembela-pembela Islam yang gigih dari suku Afghan. Orang-
orang Afghan menyebutkan bahwa abad pertama Hijrah, mereka menguasai
negeri Ghur sampai ke timur Heart, dan rombongan Khalid bin Walid adalah
yang pertama kali datang untuk mengajak mereka masuk Islam. Khalid bin
Walid ketika kembali kepada Nabi Saw membawa tujuh atau delapan orang
wakil bangsa Afghan dan sekembali ke negerinya mereka dengan giatnya
mengislamkan suku bangsanya. Orang pertama yang masuk Islam di antara
bangsa Afghan adalah seorang raja Kabul pada masa pemerintahan al-
Ma’mun.26 Walaupun orang-orang Afghan aktif mengambil bagian dalam

25
T. W. Arnold, The Peraching of Islam, Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam, (Jakarta:
Wijaya, 1979), h. 182.
26
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 191.

157 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


pasukan yang selalu menang, tetapi baru setelah penaklukan oleh Sabaktigin
dan Mahmud Ghazna, Islam merata ke seluruh Afghanistan.
Selanjutnya, kita akan melihat perkembangan Islam di wilayah
Mongol. Agama bangsa Mongol semula adalah Syamanisme. Terlepas dari
keganasannya, bangsa Mongol sebenarnya memiliki jiwa toleran. Para
pemimpin agama lain dibebaskan pajak dan bebas melakukan ibadah. Pada
masa- masa terakhir, bangsa Mongol mulai tenggelam dalam pengaruh agama
Budha dan pada awal abad ke-14 agama ini telah menguasai seluruh
keturunan mereka. Walaupun demikian, pengaruh agama Kristen tunrut
mengambil peran terutama dari sekte Nestoria.27
Kaum Muslimin mengalami kesulitan untuk bersaing dengan kaum
Budha dan Kristen pada zaman berkuasanya Mongol, mengingat kaum
Muslimin baru saja mengalami pukulan yang berat. Raja Mongol yang
pertama masuk Islam adalah Baraka Khan yang memerintah di Golden Horde
(1256-1267).28 Dengan masuknya Islam Raja Mongol ,maka diikuti oleh
kalangan ningrat dan pemimpin berdarah Mongol lainnya. Ini merupakan
modal besar dalam dakwah Islam.
Pada abad ke16, Islam mulai memperoleh tempat berpijak di
wilayah Tartar. Pada tahun 1745, Islam mulai menerobos ke daerah Tartar
Baraba (antara sungai Irtish dan Ob) dan meskipun pada awal abad ke-19
banyak rakyat yang masih menyembah berhala, namun akhirnya mereka
semua masuk Islam.29 Di antara alat-alat dakwah pada masa itu adalah
instrument musik yang dipakai dalam membawakan lagu-lagu rakyat melalui
ajaran pokok Islam yang dengan cepat meresap ke lubuk hati jiwa rakyat.

27
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 193-194

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 158


c. India
Sejak ekspedisi pertama bangsa Arab diutus ke India pada tahun 15
sesudah wafatnya Nabi Saw. sampai abad ke-18, pasukan muslim memasuki
India dari arah barat atau barat laut, termasuk di antaranya pendiri kerajaan
besar, di samping mereka yang hanya mengembara mencari pengalaman.
Setelah kekuatan Islam tersusun, terutama pada masa pemerintahan
dinasti Mughal, maka pengaruh agama Islam pun menjadi lebih mantap dan
permanent. Pengaruh ini terlihat juga dalam gerakan keagamaan Hindu yang
timbul pada abad ke-15 dan 16. Bishop Lefroy berkesimpulan bahwa agama
Islam dengan ajaran-ajaran akhlaknya yang positif telah banyak menarik
perhatian mereka yang merasa tidak puas dengan ajaran atau sistem
pemikiran pantheistic yang kabur dan terlalu bersifat subjektif.30
Dakwah Islam yang pertama ke India Selatan dimulai pada abad ke-
8, ketika sekelompok pelarian, nenek moyang suku Mappilla datang dari Iraq
dan menetap di India Selatan.31 Perdagangan rempah-rempah, gading dan
permata antara India dan Eropa yang selama berabad-abad dilakukan oleh
orang Arab dan Persia telah menyebabkan terus mengalirnya pengaruh Islam
di daerah Pantai Selatan India. Adanya arus orang asing ini mengakibatkan
percampuran penduduk. Hubungan persahabatan yang erat terjalin antara
pedagang Muslim dengan menguasai Hindu yang menjamin keamanan bagi
mereka sebagai imbalan berkembangnya kemakmuran negeri itu. Atas
pertimbangan ini pula usaha dakwah tidak mendapat rintangan, orang-orang
asli diterima sederajat dalam masyarakat Islam, meski tadinya mereka dinilai
rendah dalam masyarakat Hindu.
Banyak muballigh Islam mengikuti metode missionary Kristen,
seperti berdakwah di jalanan, pembagian pamphlet atau bahan bacaan serta
cara lainnya. Di berbagai kota besar di India, para muballigh Islam terlihat
30
T. W. Arnold, The Peraching of Islam, ….. h. 225.

159 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


sedang berdakwah di tempat terbuka. Hubungan percintaan dengan gadis
muslim seringkali mendorong masuk Islamnya pemuda Hindu, karena
perkawinan wanita Islam dengan pria bukan Islam adalah terlarang menurut
hukum Islam. Anak-anak Hindu yang diadopsi oleh keluarga muslim dididik
menurut agama Islam, demikian juga wanita Hindu yang kawin dengan
pemuda Muslim biasanya akan mengikuti agama suaminya.
d. Cina
Pada abad ke-6 M, perdagangan antara Arab dan Cina sangat
berkembang melalui Ceylon dan pada awal abad ke-7 perdagangan segi tiga
antara Cina, Arab dan Persia makin berkembang ke kota Siraf di teluk Persia
yang merupakan pasar bursa bagi para pedagang Cina. Pada periode inilah
(awal dinasti Ching, 618-907 M) pertama kali nama Arab disebut-sebut dalam
tarikh Cina.32
Pada masa pemerintahan Walid (705-715), Jenderal Arab terkenal,
Qutaibah bin Muslim yang ditunjuk menjadi Gubernur Khurasan berhasil
meluaskan wilayahnya melintasi Oxus, menguasai Bukhara dan Samarkand
hingga mencapai wilayah perbatasan Cina. Pada tahun 713, Gubernur ini
mengutus delegasi persahabatan dengan Kaisar. beberapa tahun kemudian,
Khalifah Hisyam mengutus seorang duta yang bernama sulaiman kepada
Kaisar Hsuan Tsung. Hubungan diplomatik antara Arab dan Cina
memperlihatkan peranan penting menjelang akhir pemerintahan kaisar
tersebut, ketika dia digulingka oleh pemberotakan, dia menyerahkan
kekuasaan kepada putranya, Su Tsung (756). Kaisar ini memohon bantuan
kepada Khalifah Abbasiah yaitu al-Manshur yang segera mengirim pasukan
tentara Arab. Pada akhirpemberontakan, pasukan Arab tersebut tidak kembali
ke negerinya, melainkan kawin dan menetap di Cina. 33
Pada masa dinasti Ming, Kaisar Hung-Wu memberikan hak
32
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…,h. 256.
33
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 257-258.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 160


istimewa kepada orang Islam. Perkembangan serta kemakmuran yang mereka
alam sampai berakhirnya masa dinasti tersebut (1368-1644) dapat terlihat dari
banyaknya jumlah mesjid yang mereka bangun. Kaisar-kaisar dinasti Ming
menjalin hubungan persahabatan dengan Gubernur atau Pangeran Islam di
negeri-negeri yang berbatasan di sebelah barat dan sering kali terjadi
pertukaran duta. Salah satu kegiatan dakwah adalah ketika Shah Ruhk
Bahadur pada tahun 1412 mengambil kesempatan dengan datangnya duta
Cina ke Samarkand untuk menyampaikan surat kepada Kaisar berupa ajakan
masuk Islam.
e. Negeri Melayu
Wilayah barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak zaman kuno
merupakan wilayah yang menjadi pusat perhatian dunia karena hasil bumi
dan rempah-rempah yang dihasilkannya. Wilayah ini menjadi lintasan
pelayaran para pedagang dunia dari dan menuju Cina dan India. Wilayah
semenanjung Malaka sebelum ditaklukkan oleh Portugis merupakan pusat
utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil rempah-
rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India.
Abad ke-12, kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang paling
berjaya di Sumatera dan bahkan Nusantara. Di akhir abad ke-12, kerajaan
Sriwijaya mulai mengalami kemunduran. Pada saat itu, pedagang Muslim
mendapat peluang besar. Sekitar abad ke-13, masyarakat Muslim sudah ada
di wilayah Samudera Pasai, Perlak dan Palembang. Pada abad ke-15,
semenanjung Malaya merupakan daerah yang paling strategis untuk aktivitas
perdagangan di Asia Tenggara. Malaka menjadi pusat penyebaran Islam di
Asia Tenggara. Pada abad 15, hampir semua penguasa kerajaan di
semenanjung Malaka sudah memeluk agama Islam. Setelah Malaka jatuh ke
Portugis pada tahun 1511 M, pusat pelayaran yang dulunya berpusat di
Malaka beralih ke wilayah Darussalam.

161 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


Secara geografis letak Aceh sangat mendukung datang dan
berkembangnya Islam. Daerah ini menjadi pintu utama perdagangan yang
terletak di Selat Malaka dan memiliki terusan sempit dalam rute perdagangan
laut dari Cina. Kondisi ini juga telah menyebabkan para pedagang Arab
sampai ke daratan Melayu, termasuk pesisir Aceh. Menjelang abad 13 M, di
pesisir Aceh sudah ada pemikiman Muslim. Persentuhan antara penduduk
pribumi dengan pedagang Muslim Arab, Persia dan India pertama kali terjadi
di daerah ini. Perkembangannya makin luas pada awal abad ke 15 M. secara
keseluruhan, ada beberapa kerajaan Islam yang termasyhur di antaranya
Peureulak, Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh.
Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat
persinggahannya di Pasai pada tahun 692 H/ 1292 M, telah banyak orang
Arab yang menyebarkan Islam. Tokoh yang menyebarkan Islam pertama kali
di Samudera pasai adalah Syaikh Ismail. Dia berhasil membujuk penguasa
Pasai yaitu Meurah Silu yang berganti nama menjadi Malikussaleh.34
Mulai dari Sumatera Timur, Islam kemudian berkembang di Malaka
sepanjang jalur perdagangan. Pendiri kerajaan ini adalah Parameswara
(sekitar 1400) dan berganti nama Muhammad Iskandar Shah setelah menikah
dengan saudara perempuan raja Pasai. Penggantinya yaitu Muhammad Shah
dan Abu Sa’id atau Raja Ibrahim (1424-1444 dan 1444-1445) juga masih
memakai nama non Islam yaitu Sri Maharaja dan Sri Parameswara Dewa
Shah.35
Tahun 1445 sampai 1459, Malaka diperintah oleh Sultan Muzaffar
Shah. Penyebaran Islam dilakukannya sendiri sehingga mengalami
perkembangan pesat dan mampu menguasai perdagangan. Ketika itu Pasai
diperintah oleh Sultan Mansur Shah (1457-1477). Pahang diperintah oleh Raja

34
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 321.
35
Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, Banda Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry, 2009

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 162


Islam pertama kali oleh putera Sultan Malaka. Trengganu dan Kedah juga
menjadi Negara Malaka sehingga juga menerima Islam. Daerah-daerah
sebelah sisi barat Sumatera yaitu Rokan, Kampar, Siak, juga Indragiri
menerima Islam sebagai konsekwensi pengakuan kedaulatan Malaka.
Dakwah dan penyebaran Islam di Jawa merupakan hasil usaha
peorangan dari pedagang , sebab di Jawa tidak ada kekuatan Islam yang
terpusat untuk melancarkan pengaruhnya atau memaksakan
perkembangannya dengan jalan perang. Islam masuk ke Jawa pada akhir
abad ke-12. Kemudian pada akhir abad ke-14, gerakan dakwah Islam berhasil
dilancarkan oleh Maulana Malik Ibrahim yang mendarat di pantai Jawa
Timur dan menetap di dekat kota Gresik.36
Islam masuk ke Jawa Barat beberapa tahun kemudian melalui
kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Syaikh Nuruddin Ibrahim dari
Cirebon. Dia terkenal karena dapat menyembuhkan seorang wanita yang
sedang sakit lepra, sehingga ribuan orang datang kepadanya meminta diajari
agama Islam. Kemudian Syaikh Nuruddin Ibrahim mengutus puteranya,
Maulana Hasanuddin menyiarkan Islam di Banten.37 Dakwahnya berjalan
suskes, sama sekali bukan dengan kekerasan, tetapi cara yang lemah lembut
(persuasi). Singkatnya, penyebaran Islam di tanah Jawa dilakukan oleh
beberapa wali yang dikenal dengan Wali Songo. Mereka menempuh jalur
dakwa persuasif dan pendekatan budaya, seperti wayang kulit.
Penyebaran Islam di wilayah Indonesia Timur, di antaranya adalah
Kepulauan Maluku. Perdagangan rempah-rempah telah membawa penduduk
Maluku dalam kontak dengan penduduk bagian barat Kepulauan Indonesia
sejak waktu awal.
Orang-orang Jawa dan Melayu yang beragama Islam datang dan

36
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 328-330.

163 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


berdagang sambil menyiarkan agama di Kepulauan Maluku. Islam
memperoleh kemajuan di wilayah tersebut kira-kira pada abad 15. seorang
raja Tidore tertarik pada Islam atas ajakan seorang Arab yang bernama Syaikh
Mansur, raja langsung masuk Islam bersama keluarga dan rakyatnya. Nama
raja itu Tjireli Lijatu diganti menjadi Jamaluddin dan putera sulungnya diberi
nama Mansur. Dia merupakan raja terakhir yang menerima kedatangan
ekspedisi Spanyol di Tidore pada tahun 1521. Akan tetapi Islam telah lebih
dahulu berpengaruh di kerajaan Ternate beberapa tahun sebelumnya.
Menurut catatan Portugis, Sultan Ternate adalah raja Maluku yang pertama
masuk Islam. Masuknya Islam di Ternate bermula dari seorang pedagang
bernama Datu Mulla Husain, pada suatu hari menarik perhatian penduduk
terhadap bacaan ayat suci al-Qur’an yang dibacanya dengan lagu yang indah.
Penduduk setempat bertanya kepadanya bagaimana dia dapat membacanya.
Dia menjawab bahwa mula-mula mereka harus percaya kepada Tuhan dan
Rasul, kemudian mereka langsung menyatakan kesediaannya masuk Islam.38
2. Pengembangan Islam di Afrika
a.Mesir
Islam pertama kali diperkenalkan ke benua Afrika oleh tentara Arab
yang menyerbu Mesir di bawah komando ‘Amru bin ‘Ash pada tahun 640 M.
Tiga tahun kemudian, penarikan mundur pasukan Byzantium meninggalkan
wilayah Kristen kepada pasukan Islam. penyebaran Islam ke wilayah Mesir
berjalan mudah.39
Perkembangan agama Islam yang pesat kemungkinan disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu perlakuan kasar oleh pihak penguasa gereja
ortodoks terhadap penduduk; sikap pemerintah Islam yang tolerans dan
menjunjung nilai kemanusiaan; kurang mampunya agama Kristen bertahan
dibandingkan dengan usaha dakwah dari pihak Islam; ajaran Islam memiliki

38
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…., h. 338.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 164


nilai moral kemanusian sehingga mengandung daya tarik tersendiri
dibandingkan dengan ajaran Kristen; terbengkalainya pembinaan spiritual
agama Kristen terhadap moral rakyat; dan kekosongan pimpinan spiritual
agama Kristen.
Penduduk Mesir yang tidak beragama Islam diberi kebebasan dan
hanya dibebankan membayar pajak. Pada masa pemerintahan Usman (643-
655), jumlah pemasukan pajak dari Mesir bahkan mencapai 12 juta Dirham.
Kemudian jumlah tersebut terus menciut pada masa pemerintahan Umar II
(717-720). Hal ini menunjukkan bukti bahwa semakin banyak bangsa copti
(Mesir) yang memeluk Islam. Pada masa pemerintahan Salahuddin (1169-
1193), penduduk Mesir yang beragama Kristen mendapatkan kebebasan
dengan keringanan pajak dan mendapat lapangan pekerjaan di kantor
pemerintahan40.
b. Nubia
Pada abad ke-13 dan pertengahan abad ke-14 mulai terjadi
percampuran darah melalui emigrasi orang Arab ke daerah Nubia terutama
suku Juhainah yang mengadakan hubungan perkawinan dengan wanita
penduduk asli dan dengan perlahan-lahan dapat mengurangi pengaruh kaum
bangsawan Nubia. Peralihan agama bangsa Nubia dari Kristen ke Islam
berjalan lambat dan bertahap.41
Kerajaan Kristen Nubia diduga mengalami keruntuhan karena
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu perepecahan di dalam negeri sendiri;
adanya serangan dari bangsa Arab dan Negro di perbatasan; berdirinya
kerajaan Funj yang kuat pada abad ke-15; adanya peranan para pedagang
Muslim; dan hilangnya citra spiritual gereja.
c. Abyssinia
Pada tahun1300 M, seorang muballigh bernama Abu Abdullah

40
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 94-97.
41
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 100.

165 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


Muhammad memasuki Abyssinia dan berhasil mengislamkan kurang lebih
200 ribu orang. Pada akhir abad 13 terjadi perang saudara yang
mengakibatkan terpecah-belahnya Abyssinia. Pada awal abad ke-16 peminpin
kerajaan Adal, Ahmad Gran menyerbu Abyssinia dan masuk Islam. Akan
tetapi dengan bantuan Portugis, bangsa Abyssinia berhasil membendung
kemenangan Islam dan Ahmad Gran meninggal pada tahun 1543. Pada abad
ke-17, Islam telah terdapat di seluruh pelosok Abyssinia dan merupakan
sepertiga jumlah penduduknya. Selama abad ke-18, Islam semakin luas di
Abyssinia.42
Faktor masuknya Islam ke Abyssinia adalah adanya rasa takut dan
kecurigaan terhadap orang-orang yang baru masuk Islam; pengetahuan
mereka yang sangat dangkal terhadap agama sendiri; ketinggian moral umat
Islam dibandingkan umat Kristen; kemorosotan dan sikap apatis dari
kalangan ulama Kristen; adanya pertentangan antara pemimpin mereka;
pengaruh hubungan dagang dengan orang Islam; kurangnya perhatian dari
pemimpin Abyssinia; dan seringnya terjadi peperangan dengan suku-suku
tetangga.
d. Afrika Utara
Secara historis, dakwah Islam masuk dan menguasai Afrika Utara
dan menjadikan sebagai salah satu bagian dari dinasti Umayyah. Penguasaan
sepenuhnya atas wilayah Afrika Utara terjadi pada masa khalifah Abdul
Malik (685-705).43 Wilayah Afrika Utara kemudian menjadi batu loncatan
untuk masuknya Islam ke daratan Eropa, yaitu Spanyol.
Usaha dakwah dilakukan oleh pengikut tarikat Saqiyatul Hamra,
suatu kelompok dari mazhab Qadiriyah, tetapi tidak memperoleh hasil yang
memuaskan. Kemudian dakwah Islam baru berhasil berkat usaha dari orang
Moor Spanyolyang mengundurkan diri ke Afrika Utara setelah jatuhnya
42
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 103.
43
Wahyu Ilaihi, Pengantar sejarah dakwah, (Jakarta: Kencana, 2007), h . 201.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 166


Granada pada tahun 1492. Misi dakwah ini dilakukan dengan
memberangkatkan juru dakwah ke daerah-daerah terpencil. Cara hidup
mereka sederhana sehingga mudah terjadi persahabatan. Mereka berhasil
mempengaruhi penduduk melalui keterampilan dan budaya serta mendirikan
pesantren.
3. Pengembangan Islam di Eropa
a. Spanyol
Pada tahun 711 M bangsa Arab sebagai pemenang memperkenalkan
agama Islam ke Spanyol. Ketika kaum muslimin pertama kali membawa
agama Islam ke Spanyol, mereka menemui agama Kristen Katolik sebagai
agama yang kuat. Konsili ke-6 di Toledo memutuskan bahwa semua raja
harus bersumpah tidak akan menganut suatu agama kecuali Katholik. Kaum
Yahudi yang merupakan kelompok besar penduduk Spanyol mendapat
tekanan dan siksaan terutama yang menolak pembabtisan.44
Kedatangan bangsa Arab kemudian dipandang sebagai pembebas
dan penyelamat. Kaum budak yang teraniaya merupakan kelompok pertama
yang masuk Islam di Spanyol, menyusul kemudian sisa-sisa penduduk yang
beragama berhala yang masih terdapat hingga tahun 693 M. Banyak pula di
antara bangsawan Kristen, terlepas dari faktor kesadaran sendiri atau karena
motif lain memeluk agama Islam.45 Rakyat kecil dan menengah memeluk
agama Islam dengan kesadaran dan meninggalkan agama Kristen karena
para pemimpinnya telah melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya,
membiarkan umatnya terbengkalai dan hanya mementingkan urusan dunia.
Faktor lainnya yang menyebabkan meluasnya agama Islam di
Spanyol adalah karena sikap toleransinya terhadap agama Kristen, walaupun
tidak tertutup kemungkinan adanya sisi-sisi keberatan yang dirasakan oleh
orang Kristen terhadap Islam, misalnya tentang perlakuan yang berbeda

44
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 118.
45
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 119.

167 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


mengenai pembayaran pajak Negara.
Sikap toleransi pemerintah Islam terhadap penduduk Kristen di
Spanyol dan kebebsan pergaulan antara dua penganut agama ini
mengakibatkan terjadinya asimilasi. Kesusasteraan Arab yang tinggi juga
sangat menarik perhatian mereka. Penduduk Spanyol juga memiliki
keinginan untuk mempelajari sastra Arab, begitu juga sebaliknya bangsa Arab
juga tertarik ingin mempelajari kesusasteraan Kristen. Hal yang sangat
menarik adalah mereka (orang Kristen ) sangat mengagumi al-Qur’an dan
tidak mampu menyangkal keindahan dan kemurnian susunan bahasa al-
Qur’an sehingga mereka cenderung membaca dan mengaguminya.
Ilmu pengetahuan dan kesusasteraan Kristen masa itu sangat miskin
dan kerdil bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan
Islam. Hal ini juga merupakan pendorong yang menambah perhatian orang
Kristen terhadap agama Islam. Apabila melihat jiwa keagamaan yang kuat di
kalangan masyarakat Islam walaupun ada pihak Kristen yang memprovokasi
terhadap pemerintahan Islam melalui pengkhianatan dengan kekuatan
Kristen di luar negeri, maka dapat disimpulkan bahwa sejarah Spanyol di
bawah kekuasaan Islam adalah bebas dari tekanan dan paksaan.
b. Turki
Sejarah kerajaan Turki Usamaniah berdiri pada awal abd ke-13
menjelang masa penyerbuan bangsa Mongol. Sejak awal perluasan kerajaan
mereka di Asia Kecil, bangsa Turki Usamaniah telah melaksanakan
kekuasaannya terhadap penduduk Kristen, tetapi baru setelah jatuhnya
ibukota lama dari kerajaan Timur ke tangan mereka pada tahun 1453,
hubungan antara pemerintah Islam dan Gereja Kristen diatur secara resmi di
atas dasar yang sehat.46
Pada abad ke-18 adalah masa paling gelap bagi orang Kristen,

46
T. W. Arnold, The Peraching of Islam…, h. 130.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 168


hampir tak satupun ditemui catatan tentang adanya orang Kristen yang
masuk Islam dan orang Turki sendiri acuh tak acuh terhadap agama mereka
seprti diliputi kebimbangan. slam tidak disiarkan dengan kekerasan,
walaupun faktor kurangnya keadilan dan adanya tekanan dari pihak
penguasa Imperium Romawi pada masa menjelang keruntuhannya
seharusnya mendorong orang Kristen untuk memperbaiki nasibnya dengan
jalan masuk Islam, namun nyatanya tidak demikian. Hal ini terjadi selama
dua abad pertama kekuasaan Turki di Eropa.
Orang Turki berpendirian bahwa kebajikan yang paling utama yang
dapat mereka berikan kepada seseorang adalah mengajak dan menuntunnya
ke jalan kebenaran agama Islam. Sebagai buktinya, mereka sangat
bersungguh-sungguh berdoa di mesjid agar orang Kristen masuk agama
Islam.
Kegiatan dakwah terdorong pula oleh kondisi masyarakat Kristen
sendiri. Faktor yang paling menonjol adalah merosotnya prestasi Gereja
Yunani; pastor-pastornya yang korupsi dan menyeleweng, terutama pastor
yang menduduki jabatan yang lebih tinggi; pejabat gereja Kristen menjual
anak-anak dari jemaah sebagai budak; pelarangan terhadap penduduk
menggunakan bahas selain Yunani dengan sanksi yang membangkang akan
dipotong lidahnya.
a. Albania
Bangsa Albania mendiami daerah pegunungan yang membentang
sepanjang pantai Timur Adriatik dari Montenegro sampai ke Teluk Arta.
Mereka adalah salah satu ras Eropa yang tertua dan murni. Negeri ini
pertama kali ditaklukkan pada tahun 1387 M, tetapi tentara Turki segera
menarik diri kembali dan kekuasaan Turki baru dikenal berlaku tahun 1423
M. Bangsa Albania di bawah kekuasaan Turki tetap memiliki bentuk
pemerintahan semi otonomi dan beberapa suku memiliki kebebasannya

169 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


seperti sedia kala.47
Faktor-faktor merosotnya jumlah Kristen Albania adalah daya tarik
keuntungan duniawi; keinginan untuk mengelakkan pajak dan berkurangnya
tenaga ahli yang mampu menggembalakan jamaah.

D. Penutup
Dakwah Islam yang dipelopori oleh Nabi Saw. berpusat di Mekah.
Dakwah dilakukan secara bertahap dengan melewati dua periode, yaitu
periode Mekah dan Madinah. Dalam dua periode tersebut, Nabi Saw.
menyebarkan Islam dengan berbagai cara, diawali dengan cara rahasia hingga
terang-terangan. Perjalanan dakwah yang dilalui oleh Nabi Saw juga ditandai
dengan berbagai peristiwa penting, yaitu hijrah dengan berbagai strateginya
dan beberapa peperangan baik sarặyặ dan ghazặwặt.
Setelah wafatnya Nabi Saw., rancangan penyebaran dakwah Islam
dilanjutkan oleh penerusnya, yaitu khulafaurrasyidin. Daerah yang pertama
sekali menjadi objek dakwah adalah wilayah Asia Barat, kemudian diteruskan
ke wilayah Afrika, Eropa, Asia Tengah, dan Asia Tenggara.
Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran Islam berjalan lancar,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor dari kaum
Muslim itu sendiri seperti: sikap dari kaum Muslim yang memiliki toleransi
terhadap pemeluk agama lain; kebijakan yang adil dari pemerintah Islam
yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan; dan perlindungan hak terhadap
non Muslim. Faktor ekstern adalah faktor dari non Muslim seperti
merosotnya keadaan moral dan spiritual dari gereja.

47
T. W. Arnold, The Peraching of Islam …, h. 157.

Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 170


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mun’im Muhammad, Khadijah Ummul Mukminin Nazharat fi Isyraqy


Fajril Islam, trj. Ghozi M, Khadijah the True Story of Muhammad,
Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007

Abdullah, Wawasan Dakwah Kajian Epistemologi, Konsepsi dan Aplikasi


Dakwah, Medan: IAIN Press, 2002 .

Abdul Karim, Islam Nusantara, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007

Ahmad al-‘usairy, Sejarah Islam, trj. Samson Rahman, Jakarta: Akbar Media
Eka Sarana, Cet. II, 2003Muhammad Husain Haikal, Hayat
Muhammad, trj. Ali Audah, Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, Cet.
Ke-25, 2001, hal. 666

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006

Hamka, Sejarah Umat Islam, Cet. V, Singapura: Pustaka Nasional Ltd, 2005

Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh a-l Islam as -Siyasi wa ats- tsaqafi wa al- Ijtima, trj.
Bahauddin, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002

Ibn Sa’ad, The Women of Madina, trj. Eva Y. Nukman, Purnama Madinah,
Bandung: al-Bayan, 1997

Muhammad Sa’id Mursi, ‘Uzhamaul Islam, trj. Khoirul Amru Harahap, Tokoh-
Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2007

Muhammad Husain Haikal, Hayat Muhammad, trj. Ali Audah, Sejarah Hidup
Muhammad, Cet. XXV, Jakarta: Putaka Litera AntarNusa, 2001

Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, Banda Aceh: Bandar Publishing,


2009

Shafiyur Rahman Al- Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum Bahtsun Fis-Sirah an-


Nabawiyah ‘ala Shahibiha Aidhalish Shalati was Salam, trj. Kathur
Suhardi, Sirah Nabawiyah, Cet. XXVII, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2008

T. W. Arnold, The Peraching of Islam, Nawawi Rambe, Sejarah Dakwah Islam,


Jakarta: Wijaya, 1979

Wahyu Ilaihi, Pengantar sejarah dakwah, Jakarta: Kencana, 2007

171 | Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014


Jurnal Al-Nasyr Edisi II volume II Januari-Desember 2014 | 172

Anda mungkin juga menyukai