Anda di halaman 1dari 34

PERADABAN ISLAM PADA MASA

KHULAFAURRASYIDIN

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah al-

Hadarah, al- Arobiyah al-Islamiyyah

Dosen Pengampu:
H. Dendi Yuda S, S.Ag., M.Ag

Disusun Oleh :
M. Gilang A Mubarok, S.Pd

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
2017

1
A. PENDAHULUAN

Peradaban atau kebudayaan adalah jalan hidup masyarakat yang mencakup


spiritual, intelektual, sikap artistik yang dihasilkan oleh masyarakat, termasuk tradisi,
kebiasaan, adat, moral, hukum, dan hubungan sosial.1
Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa kebudayaan adalah segala daya upaya
dan kegiatan manusia dalam mengolah dan mengubah alam.2 Artinya kebudayaan atau
peradaban adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia. Terlepas dari kebudayaan,
Agama Islam merupakan agama samawi yang diturunkan oleh Allah kedunia,
Muhammad, seorang nabi sekaligus rasul yang diutus Allah Swt menyebarkan agama
penyempurna ini dengan firman Allah yang diturunkan kepadanya melalui Jibril As,
sebagai wahyu berbentuk Al-Qur'an dan merupakan bagian dari mukjizatnya.
Keberadaan agama Islam, Al-qur'an dan Nabi Muhammad Saw adalah awal mula
terbangunnya sebuah perdaban baru yaitu peradaban Islam, dimana tradisi-tradisi arab
jahiliyyah sedikit demi sedikit terganti dengan peradaban dan tradisi baru sesuai dengan
tuntunan Al-Qur'an, butuh waktu yang cukup lama bagi Rasulullah Saw menyebarkan
agama Islam, mulai dari dakwah secara sembunyi, hingga terang-terangan bahkan
hingga timbul peperangan dan semua itu adalah bagian dari jalan-jalan terbentuknya
peradaban dan kebudayaan baru, terutama di mekkah dan madinah hingga 23 tahun
lamanya Rasulullah Saw berdakwah, hingga akhirnya pada tahun (632M / 11 H)
Rasulullah Saw wafat, peristiwa ini merupakan babak awal terbentuknya babak
perdaban baru yaitu Peradaban pasca Rasulullah atau masa al-khulafa al- rasyidun
selama rentan waktu (632 – 661 M).3 Dalam kurun waktu 30 tahun tersebut dengan
empat pergantian khalifah, terbentuklah babak baru kejayaan islam, banyak yang
berubah dalam islam terutama dalam lingkup relasi sosial, baik segi ekonomi, politik
dan intelektual masyarakat diera khulafa'urrasyidin, penulis bermaksud menguraikan
sedikit mengenai Peradaban Islam masa al-khulafa al- rasyidun dimulai dari
perkembangan awal masyarakat pasca Rasulullah Saw wafat hingga akhir masa
kepemimpinan Ali Ibn Abu Thalib dan Konsolidasi Politik, Ekspansi Umat Islam,

1
Nurcholis Madjid, Islam Agama Peradaban : Membangun makna dan Relevansi Doktrin Islam dan
Sejarah, (Jakarta, Yayasan Paramadina 1995), h.28
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993) h. 188
3
Prof. Dr Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Islamika, 2008) h. 88

2
perkembangan Ekonomi dan kebijakan kebijakan yang menimbulkan Konflik internal
maupun eksternal dalam Islam serta akibat – akibat yang ditimbulkan.

B. PEMBAHASAN
Peradaban Islam Masa Khulafaurrasyidin
Cakupan al Khulafa' al-Rasyidin secara teknis, term al-khulafa' al-Rasyidun
berasal dari sebuah riwayat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam
riwayat tersebut dikatakan bahwa Nabi Muhammad Saw, bersabda :

‫ قيل ماهي ايرسول هللا ؟ قال‬،‫ستفرتق أمىت على ثالثة وسبعني شعبة كلهم ىف النار اال واحدة‬
4
.‫ قيل ما هي ايرسول هللا ؟ قال ما على سنىت وسنة اخللفاء الراسدين‬،‫أهل السنة واجلماعة‬
" Umatku akan terpecah-pecah menjadi 73 golongan, semuanya akan
ditempatkan di neraka, kecuali satu golongan saja, Apa yang satu golongan itu ?
Tanya seorang sahabat, Nabi Saw menjawab : 'Kelompok Ahlussunnah wal
Jama'ah.' Kembali sahabat bertanya: siapakah mereka ? Nabi Saw menjawab :
Mereka yang taat pada sunnahku dan sunnah al-khulafa' al-rasyidin."
Di samping hadist tersebut, masih terdapat sejumlah hadits dari Nabi Saw, yang
merupakan prediksi dari sudut zamannya, diantara riwayat tersebut dijelaskan bahwa
Nabi Saw bersabda :
5
.‫امللك‬ ‫اخلالفة ثالثون عاما مث يكون بعد ذلك‬
"Pemerintah dalam bentuk khilafah sesudahku akan berlangsung selama 30
tahun, setelah itu akan menjadi kerajaan"
Dari hadist tersebut terdapat dua term mengenai kepemimpinan setelah Nabi Saw.
Pertama, al-khulafa ar-rasyidin; Kedua, al-Khilafat. Akan tetapi dalam sejarah pada
umumnya tidak terdapat penafsiran tunggal yang dimonopoli oleh ulama atau aliran
tertentu.

Jalaludin As Suyuthi menangkap salah satu penafsiran mengenai cakupan khilafat


atau khulafaurrasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar Ibn Khotob, Utsman bin Affan dan Ali
Ibn Abi Thalib dan ini merupakan pendapat umum yang diterima oleh umat Islam secara
umum. Meskipun ada beberapa hadits yang mengatakan bahwa khulafaur rasyidin itu

4
Dalam Riwayat lain dikatakan bahwa Nabi Saw bersabda :
)...‫فعليكم بسنتى وسنة الخلفاء الراشدين‬...(
Lihat Muhammad Yusuf al-Kandahlawi, Hayat al Sahabat, (Mekah : Musthafa Ahmad al-Baz), j.I, h.20
5
Jalal al Din As Suyuthi, Tarikh al-Khulafa, (Beirut : Dar al-Fikr , t.th), h. 11

3
berjumlah lima orang ditambah Umar Ibn Abd' al Aziz, sebagaimana Sufyan Tsauri
berkata :
6
.‫ أبو بكر وعمر وعثمان وعلي وعمر بن عبد العزيز رضي هللا عنهم‬: ‫اخللفاء مخسة‬
"Pemerintah khilafah itu lima: Abu bakar as Shidiq, Umar ibn Khatab, Utsman
Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib, Umar Ibn Abdul Aziz, RA"

Masih banyak lagi riwayat yang menjelaskan bahwa khulafaurrasyidin itu ada
lima dengan term yang berbeda tetapi sepadan maknanya. Term lainnya adalah al-
imamat al-'adl (para pemimpin yang adil) dan al-imamat al-huda (para pemimpin yang
mendapatkan petunjuk).7 Ada pula riwayat yang menyatakan bahwa khulafaurrasyidin
itu berjumlah tiga.

1. Peradaban Islam Pasca Wafat Rasulullah, SAW


Meninggalnya Rasulullah pada usia 63 tahun, meninggalkan kesan dan pengaruh
yang kuat kepada kaum muslimin. Meskipun mereka baru saja menerima fatwa-fatwa
bahwa seorang nabi tidak dapat hidup selama-lamanya dan rasul akan menemui Tuhan,
para sahabat sebagai pahlawan pahlawan yang ulung dan pemberani, juga sempat panik.
Banyak diantara mereka yang tidak mempercayai berita wafatnya Rasul yang datang
dengan tiba-tiba.8
Setelah Abu Bakar mendengar kabar tersebut, segera ia menemui orang-orang
yang sedang berkerumun untuk menenangkan dan menghilangkan kebingungan mereka.
Abu Bakar berpidato:
“Wahai manusia, barang siapa yang memuja Muhammad , Muhammad telah
mati,tetapi siapa yang memuja Tuhan, tuhan hidup selama-lamanya, tiada mati-
matinya” Kemudian ia membaca ayat yang memperkuat apa yang diucapkannya.
Dengan wafatnya Rasul, maka umat islam dihadapkan dengan masalah sangat
Kritis. Sebagaian dari mereka bahkan ada yang menolak Islam, ada golongan yang
murtad, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi, golongan tidak mau membayar zakat.
yang masih tetap patuh kepada agama Islam adalah penduduk Makkah, Madinah dan
Thaif. Mereka tetap memenuhi kewajiban dan mau mengorbankan apa yang mereka
miliki untuk mengembalikan kejayaan Islam.

6
Jamaludin Abi al Faraj Abd Rahman Ibn al-Jawzi al Baghdadi, Sirat wal manaqib Umar Ibn Abdul Aziz
al-Khilafah al-Zahid, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1984), h.73
7
Prof. Dr Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Islamika, 2008) h.86
8
Prof. Dr Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Islamika, 2008) h.88

4
Rasulullah wafat tanpa menentukan pengganti terutama dalam perannya sebagai
pemimpin masyarakat dan pemimpin politik yang konseptual dan masih diperdebatkan
dan ditentang keras oleh Ali Abdul Raziq.9 Sebab pernyataan ini betentangan dengan
kayakinan syi'ah yang berkeyakinan bahwa, sebelum wafat Rasulullah telah
menentukan penggantinya, yaitu Ali Ibn Abu Thalib dengan jalur wasiat.10
Hingga setelah Rasulullah Saw wafat, sebagian sahabat dari kaum Anshar dan
beberapa orang dari kaum Muhajirin yang pada awalnya merupakan varian dalam
proses pembentukan masyarakat di Madinah berubah menjadi fraksi politik dalam
rangka menentukan pengganti Rasulullah, sahabat Anshar dan muhajirin ini berkumpul
terpencar pencar mengadakan musyawarah. Pertama, sahabat nabi dari kalangan
Anshar bergabung dengan Sa'ad Ibn Ubadah di pertemuan Saqifah11 Bani Sa'idah.
Kedua, sahabat dari kalangan Muhajirin Ali ibn Abi Tahlib, Zubair Ibn Awwam, dan
Talhah Ibn Ubaidillah berkumpul dirumah Fatimah ra, dan Ketiga, kalangan muhajirin
selain ke tiga tokoh tersebut bergabung dengan Abu Bakar.12 Dalam situasi terpencar
pencar untuk memilih siapa yang akan menggantikan posisi Nabi Saw untuk memimpin
umat Islam ini. Selanjutnya, tiba-tiba seseorang datang kepada Abu Bakar dan Umar
yang menyatakan bahwa kalangan Anshar telah berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah
untuk mengangkat pemimpin politik, padahal jenazah Nabi Saw belum dikuburkan.13
Sahabat Nabi Saw dari kalangan Anshar yang berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah
sepakat mengangkat Sa'ad Ibn Ubadah untuk memimpin umat Islam tanpa dihadiri
kalangan Muhajirin, Setelah Sa'ad Ibn Ubadah selesai berpidato, sahabat Nabi Saw dari
kalangan Anshar berkata : "kami serahkan persoalan ini ke tanganmu, demi kepentingan
umat Islam, engkaulah pemimpin kami."14 Akan tetapi dari segi historis kaum Anshar
pun terdiri dari dua fraksi yaitu Aus dan Kharaj yang senantiasa terlibat permusuhan
berkepanjangan sebelum mereka disatukan dalam ikatan Agama dan Politik oleh Nabi
Saw, Sa'ad Ibn Ubadah adalah pemimpin mereka dari kalangan Kharaj sedangkan
kalangan Aus belum memberikan dukungan, dalam situasi demikian seorang sahabat
menemui Umar Ibn Khatab dan memberitahu bahwa Anshar telah melakukakn
musyawarah untuk mengangkat pengganti Nabi, Saw dan di antara mereka sudah ada

9
Prof. Dr Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Islamika, 2008) h.88
10
Team Ahlul Bait Indonesia, Syiah menurut Syiah, (Jakarta : Ahlul Bait Indonesia, 2014) h.22
11
Arti "Saqifah" adalah serambi beratap, ruangan besar beratap atau ballroom (ruang pertemuan)
12
Muhammad Husain Haikal, Hayat Muhammad, (Mesir : Maktabah Nahdlah al Misriyyah, 1986), h.508
13
Prof Dr. Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban islam, (Bandung : Pustaka Islamika, 2008) h. 89
14
Abdul Wahab An-Najjar, al-Khulafa al-Rasyidun, (Beirut : Dar al kutub al Ilmiyyah, 1990) h. 32

5
yang menyatakan bahwa dari kalangan Quraisy terdapat pemimpin dan dari kalangan
Anshar juga terdapat pemimpin.15
Abu Bakar dan Umar akhirnya datang ke Saqifah Bani Sa'idah, kemudian Abu
Bakar berbicara dihadapan Anshar yang sedang bermusyawarah dengan memberikan
tawaran yang berupa pembagian wewenang (power of sharring) agar umat Islam tidak
terpecah belah dengan mengatakan :
16
.‫الوزرا‬ ‫حنن األمراء وأنتم‬
"Kami yang menjadi Amir (pemimpin) dan dari kalian yang menjadi Mentri"
Salah seorang dari kalangan Anshar menanggapi tawaran Abu Bakar dengan
emosi dan berkata :
17
.‫قريش‬ ‫منا أمري ومنكم أمري ايمعشر‬
"Dari kami diangkat seorang pemimpin, dan dari kalian diangkat pula seorang
pemimpin wahai sekalian orang Quraisy."

Dalam situasi yang genting ini, Basyir Ibn Sa'd Abu al-Nu'man Ibn Basyir berdiri
dan berkata :

‫ ماأردان‬،‫ وسابقة ىف هذ الدين‬،‫ اان وهللا لئن كنا أوىل فضيلة ىف جهاد املشركني‬،‫ايمعشر اآلنصار‬
‫ أال أن محمدا‬.‫ فنن هللا و ي املنة علينا بذلك‬.‫بد اال رضا ربنا وطاعة نبينا ىف الكد النفسنا‬
.‫ وأمي هللا اليراىن هللا أانزعهم هذا األمر أبد‬،‫ وقومه أحق به أوىل‬،‫صلى هللا عليه وسلم من قريش‬
18
.‫فاتقوا هللا والختالفوهم والتنازعهم‬
"Wahai sekalian Anshar, aku bersumpah demi Allah bahwa kamilah yang berjuang
dalam melawan orang-orang musyrik, dan kami yang lebih awal memluk agama ini,
kami tidak mengharapkan apapun kecuali Ridha Allah Swt, dan taat kepada Nabi kami.
Sesungguhnya Allah adalah pemberi kekuatan semua itu. Ingatlah, sesungguhnya
Muhammad Saw, berasal dari kalangan Quraisy, dan kaumnya lebih berhak dan lebih
utama untuk mewarisinya. Demi Allah, Allah tidak akan menghargai orang yang
menentang ini selamanya. Bertakwalah kepada Allah, jangan menyalahi mereka dan
juga jangan memusuhinya"

Setelah ketegangan mulai mereda, akhirnya Abu Bakar menawarkan Umar dan
Abu Ubaidah (keduanya dari kalangan Muhajirin) dan mempersilahkan para sahabat

15
Muhammadunnasir, Islam : Its Concept and History, (New Delhi : Kitab Bhavan, 1994) h. 117-119
16
Muhammad Husain Haikal, Hayat Muhammad, (Mesir : Maktabah Nahdlah al Misriyyah, 1986) h.509
17
Abdul Wahab An-Najjar, al-Khulafa al-Rasyidun, (Beirut : Dar al kutub al Ilmiyyah, 1990) h. 32
18
Penjelasan Basyir Ibn Sa'd Abu al Nu'man Ibn Basyir sejalan dengan riwayat Imam Muslim yang
berkata bahwa pemimpin umat Islam mesti dari kalangan Quraisy. Imam Muslim, Shahih Muslim,
(Bandung : Dahlan, t.th) j. 2, h.120-122

6
dari kalangan Anshar untuk membi'at salah satu diantara mereka, akan tetapi keduanya
menolak dan berkata : engkau (Abu Bakar) adalah muhajirin yang paling utama,
engkaulah yang menyertai Nabi Saw selama di Gua Tsur dan menggantikan Nabi Saw
menjadi Imam shalat ketika Nabi Saw, berhalangan. Shalat adalah pekerjaan ibadah
yang paling utama bagi umat Islam, maka engkau (Abu Bakar) layak diutamakan.
Akhirnya, Abu Bakar As-Shidiq diangkat menjadi Khalifah pertama pasca rasulullah
wafat, setelah melalui musyawarah di Saqifah Bani Sa'idah.19
Musyawarah di Saqifah Bani Sa;idah yang dilakukan oleh Muhajirin dan Anshar
menunjukan bahwa posisi Nabi Saw, semacam primus inter pares (manusia yang paling
unggul) yang mendekati kebenaran. Karena pengangakatan Abu Bakar sebagai khalifah
ternyata masih menggunakan pendekatan kesukuan yang merupakan warisan Arab pra-
Islam. Dilihat dari cara pemilihan, kepemimpinan Abu Bakar dalam politik mirip
dengan corak otokratik, karena beliau diangkat hanya oleh kalangan pembesar dari
Muhajirin dan Anshar.20
2. Peradaban Islam masa Khalifah Abu Bakar As Shidiq (632-634 M.)
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah nama yang disandangkan (julukan) terhadap
beliau, sedangkan nama asli beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin
Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr At-Taimi
Al-Quraishi. Berarti silsilah keturunannya dengan Nabi Muhammad Saw bertemu pada
Murrah bin Ka’ab. Abu Bakar dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh
pada tahun 573 M, dan suku yang juga banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya
bernama Ustman (Abu Kuhafah) bin Amir, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair
Salmah binti Sahr bin Ka’ab.21
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato Abu
Bakar ketika ia di angkat menjadi khalifah seperti yang di atas. Secara lengkap isi
pidatonya sebagai berikut :
“Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu padahal aku
bukanlah orang terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan
baik maka kutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah , maka luruskanlah! orang yang
kamu pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku dapat mengambil hak darinya,
sedang orang yang kau pandang lemah aku pandang kuat, sehingga aku dapat
mengambalikan hak kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat

19
Jalaludin As Suyuthi, Tarikh al-Khulafa, (Beirut : Dar al-Fikr t.th) h.62-63
20
Prof Dr. Jaih Mubarok, Sejarah Perdaban Islam, (Bandung, Pustaka Islamika, 2008) h. 92
21
M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. (Darul Fikr, Beirut t.th) H. 7-8

7
kepada Allah dan RasulNya, tetapi bilamana aku tidak mentaati Allah dan rasulnya,
kamu tidak perlu mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian”.22
Ucapan yang pertama sekali yang diucapkan oleh Abu Bakar ketika di bai’at, ini
menunjukkan garis besar politik dan kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan. Di
dalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan ketataan rakyat,
mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berjihad, serta shalat sebagai intisari
takwa.
Kebijakan – kebijakan Khalifah terhadap Urusan Agama
1. Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang Murtad (riddah) dan tidak mengeluarkan
Zakat, pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari
ummat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan
tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah), orang-orang yang
tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti
Musailamah Al Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al
Aswad al Ansi dari yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa
pemberontakan dari beberapa kabilah.23
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-
Shiddiq membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap
pemimpin pasukan mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas
daerah yang ditentukan.
2. Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena
orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika
bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an
akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu “kumpulan” Al-
Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena
beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan
Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar.24
3. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi
materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari

22
Abdul Wahab An-Najjar, al-Khulafa al-Rasyidun, (Beirut : Dar al kutub al Ilmiyyah, 1990) h. 38
23
M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Khalifah yang pertama. (Darul Fikr, Beirut.t. th) h. 52
24
Amir Hasan Siddiqi, Studies in Islamic History, (Bandung, CV. Al-Ma'arif, 1987) h. 23

8
pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan
Kuttab.25 Atau perpustakaan.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan
rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat
berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.26
Kebijakan Kenegaraan
Suyuthi Pulungan ada beberapa kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan,27 yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bidang Eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah. Untuk
daerah kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi, dan untuk setiap provinsi
ditunjuk seorang amir. Antara lain ;
 Itab bin Asid menjadi Amir dikota Mekkah, merupakan amir yang diangkat pada
masa Nabi
 Ustman bin Abi Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi
 Al-Muhajir bin Abi Umayyah, amir untukSan’a
 Ziad bin Labid, amir untuk Hadramaut
 Ya’la bin Umayyah, amir untuk khaulan
 Abu Musa Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima’
 Muaz bin Jabal, Amir untuk Al-Janad
 Jarir bin Abdullah, amir untuk Najran
 Abdullah bin Tsur, amir untuk Jarasy
 Al-Ula bin hadrami, amir untuk Bahrain, sedangakn untuk Iraq dan Syam (Syria)
dipercayakan kepada para pemimpin Militer.28
2. Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan
eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara
stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ditunjuk adalah
Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
3. Yudikatif

25
Ahmad Sya'labi, Islam dan Kebudayaan Arab, (Jakarta, Gema Insani Press 1997) h.68
26
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta , Raja Grafindo Persada, 1997) h.34
27
Suyuty pulungan, Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam, (Jakarta, Rajawali Prees 1994). h.112-
113
28
Ali Mufradi, Islam dan Kawasan Kebudayaa Arab, (Jakarta, Logos, Wacana Ilmu, 1997)h. 107

9
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa
pemerintahan Abu bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk
dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat dikala
itu dikenal ‘alim.
4. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat
dari zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut
digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat sesuai dengan
aturan yang ada.
Ekspansi Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus
dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam,
yaitu dengan dakwah dan perang.29
Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah, Abu Bakar
beralih pada permasalahan luar negeri. Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat
dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara
politisi maupun agama. Kedua kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah
sendiri memerintahkan tentara Islam untuk memerangi orang-orang Ghassan dan
Romawi, karena sikap mereka sangat membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha
melenyapkan dan menghambat perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat
Nabi. Dengan demikian cikal bakal perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju
untuk berperang demi mempertahankan Islam.30
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan
Muharram tahun 12 H (633M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan
pasukannya dikirim kepersia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan
Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid yang
sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna.
Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah
yang terletak di pantai teluk Persia, segera diserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-

29
Departemen Agama RI, Sejarah dan kebudayaan Islam, (Proyek Pembinaan PTA IAIN Alauddin,
Ujung Padang, 1982( h. 65
30
Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 1994)h. 27

10
porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil
artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan
membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang
panglima dengan tugas menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok
tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut :
 Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
 Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang
saat itu berada dibawah kekuasaan Romawi Timur.
 Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.
 Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan
Suriah Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan
Romawi baru tuntas pada masa ke khalifaan Umar bin khathab.31
Perkembangan Peradaban Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja
besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-
Qur’an. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk
menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum
muslimin. Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an
setelah Syahidnya beberapa orang penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah.
Umarlah yang mengusulkan pertama kalinya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-
Qur’an dikumpulkan pada satu Mushaf.
Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi
kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya.
Ada beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah.
Faktor utama adalah kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat
menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang
perpecahan, bila tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.32
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :

31
http://dimensi5.wordpress.com/2007/02/26/Abu bakar Ash-Shiddiq
32
Suyuty Pulungan,Fiqih Siasati, Sejarah dan Pemikiran Islam,(Jakarta, Rajawali Prees,1994) h. 109

11
 Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia lebih
dahulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-
tokoh kaum muslimin.
 Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya,
melainkan memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati
masyarakat serta disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
 Pengukuhan Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan
baik dalam suatu baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan
kaum muslimin.
Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada akhir minggu pertama Jumadil Akhir tahun 13 Hijriah Abu Bakar jatuh
sakit. Pada musim dingin hari itu, Abu Bakar mandi, lalu ia terserang demam yang
sangat berat. Ia pun sadar bahwa penyakitnya itu akan membawa maut. Dalam sakitnya
ia berwasiat kepada Aisyah supaya dikafani dengan dua helai kain bersih yang biasa ia
pakai bersembahyang. Ketika Aisyah menawarkan hendak mengkafaninya dengan kain
biru, ia berkata, “orang yang hidup lebih memerlukan yang baru daripada yang sudah
mati, kapan itu hanya buat cacing dan tanah”. Setelah 15 hari lamanya menderita
penyakit itu, wafatlah Abu Bakar Ash-Shiddiq pada 21 bulan Jumadil Akhir tahun
13 Hijriyah, bertepatan tanggal 22 Agustus tahun 634 M. Lamanya memerintah 2 tahun
3 bulan 10 hari, dikebumikan di kamar Aisyah di samping makam sahabatnya
yang mulia Rasulullah SAW.33
3. Peradaban Islam masa Khalifah Umar Ibn Khatab (634-644 M.)
Umar bin Khatab (lahir 583 - wafat 644M.) memiliki nama lengkap Umar bin
Khathab bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin
‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay, adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-
Shiddiq.34 Umar bin khattab lahir di Mekkah pada tahun 583 M, dua belas tahun lebih
muda dari Rasulullah Umar juga termasuk kelurga dari keturunan Bani Suku Ady (Bani
Ady). Suku yang sangat terpandang dan berkedudukan tinggi dikalangan orang-orang
Qurais sebelum Islam.

33
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta , Raja Grafindo Persada, 1997)h. 30 . lihat juga Ibnu
katsir,
al-Bidayah wan-Nihayah, Hal 301
34
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam,(Jakarta : Depag, 1993), jilid ke III. Hal 1256

12
Umar bin Khathab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah
Nabi Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan
yang paling menonjol kerena perluasan wilayahnya, disamping kebijakan-kebijakan
politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar
merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang
mengatakan, bahwa jika tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada
masa Umar, Islam belum tentu bisa berkembang seperti zaman sekarang35.
Khalifah Umar bin Khatab dikenal sebagai pemimpin yang sangat disayangi
rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar biasa pada rakyatnya.
Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin dihormati
dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar ”Singa padang
pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki ”Abu
Faiz”.36
Pada tahun 364 M Abu Bakar menderita sakit dan akhirnya wafat pada hari
senin 21 Jumadil Akhir 13 H/22Agustus 634 M dalam usia 63 tahun. Sebelum beliau
wafat telah menunjuk Umar bin Khatab sebagai penggantinya sebagai khalifah.
Penunjukan ini berdasarkan pada kenangan beliau tentang pertentangan yang terjadi
antara kaum Muhajirin dan Ansor. Dia khawatir kalau tidak segera menunjuk pengganti
dan ajal segera datang, akan timbul pertentangan dikalangan umat islam yang mungkin
dapat lebih parah dari pada ketika Nabi wafat dahulu.
Dengan demikian, ada perbedaan antara prosedur pengangkatan Umar bin
Khatab sebagai khalifah dengan khalifah sebelumnya yaitu Abu Bakar. Umar mendapat
kepercayaan sebagai khalifah kedua tidak melalui pemilihan dalam system musyawarah
yang terbuka, tetapi melalui penunjukan atau watsiat oleh pendahulunya (Abu Bakar).
Pada saat itu pula Umar di bai’at oleh kaum muslimin, dan secara langsung
beliau diterima sebagai khalifah yang resmi yang akan menuntun umat Islam pada masa
yang penuh dengan kemajuan dan akan siap membuka cakrawala di dunia muslim.
Beliau diangkat sebagai khlifah pada tahun 13H/634M.
Ekspansi Islam pada masa Khalifah Umar Ibn Khatab
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat.
Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid

35
Oemar Amir Husain, Kultur Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 2000) h.42
36
Arif Setiawan, Islam dimasa Umar bin Khatthab,(Jakarta : Hijri Pustaka, 2002), h. 2

13
dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir,
Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat
itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah
ditaklukkan islam pada jaman Umar. Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang
menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat
Damaskus. 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70
ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan.
Kebijakan Kenegaraan pada masa Khalifah Umar Ibn Khatab
Umar ibn Khatab melakukan banyak reformasi secara administratif dan
mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif
untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus
di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638 H, ia memerintahkan untuk memperluas
dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga
memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang
sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman
itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar
mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat
peristiwa hijrah.
Perkembangan Perdaban Islam masa Khalifah Umar Ibn Katab
Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin
Khtthab, yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan, sosial, seni,
dan agama.
1. Perkembangan Politik
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam keadaan stabil,
usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Karena perluasan
daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu ‘anhu segera mengatur administrasi
negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa
Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak
sedikit tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan. 37 Kekuasaan

37
Arif Setiawan, Islam dimasa Umar bin Khatthab,(Jakarta : Hijri Pustaka, 2002), Hal 4

14
Islam sampai ke Mesopotamia dan sebagian Persia serta mengambil alih Mesir,
Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah,
Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Pada masa Umar bin
khatab mulai dirintis tata cara menata struktur pemerintahan yang bercorak
desentralisasi. Mulai sejak masa Umar pemerintahan dikelola oleh pemerintahan pusat
dan pemerintahan propinsi.
Karena telah banyak daerah yang dikuasai Islam maka sangat membutuhkan
penataan administrasi pemerintahan, maka khalifah Umar membentuk lembaga
pengadilan, dimana kekuasaan seorang hakim (yudikatif) terlepas dari pengaruh badan
pemerintahan (eksekutif). Adapun hakim yang ditunjuk oleh Umar adalah seorang yang
mempunyai reputasi yang baik dan mempunyai integritas dan keperibadian yang luhur.
Zaid ibn Tsabit ditetapkan sebagai Qadhi Madinah, Ka’bah ibn Sur al-Azdi sebagai
Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit sebagai Qadhi Palestina, Abdullah ibn mas’ud
sebagai Qadhi kufah.
Pada masa Umar ibn Khatab juga mulai berkembang suatu lembaga formal yang
disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum islam. Dimasa ini juga
terbentuknya sistem atau badan kemiliteran.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi daerah Arabia,
syiria, Mesir, dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah luas maka Umar berusaha
mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan peraturan pemerintah yang tidak
bertentangan dengan ajaran Islam.
2. Perkembangan Ekonomi
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, dan setelah Khalifah Umar
mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang
terutama di Persia. Pada masa ini juga mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran
gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif
dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian
dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal,
menempa mata uang, dan membuat tahun hijriyyah dan menghapuskan zakat bagi para
Mu’allaf. Ada beberapa kemajuan dibidang ekonomi antara lain:
Al Kharaj :Kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang didapat
dengan berperang. Umar mengubah peraturan ini, tanah-tanah itu harus tetap dalam
tangan pemiliknya semula, tetapi bertalian dengan ini diadakan pajak tanah (Al kharaj)

15
Pemerataan zakat : Umar bin Khatab juga melakukan pemerataan terhadap rakyatnya
dan meninjau kembali bagian-bagian zakat yang diperuntukkan kepada orang-orang
yang diperjinakan hatinya (al-muallafatu qulubuhum) Lembaga Perpajakan : Ketika
wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak dan Syria serta Mesir sudah
barang tentu yang menjadi persoalan adalah pembiayaan, baik yang menyangkut biaya
rutin pemerintah maupun biaya tentara yang terus berjuang menyebarkan Islam ke
wilayah tetangga lainnya. Oleh karena itu, dalam kontek ini Ibnu Khadim mengatakan
bahwa institusi perpajakan merupakan kebutuhan bagi kekuasaan raja yang mengatur
pemasukan dan pengeluaran.38
3. Perkembangan Pengetahuan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh
tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari khalifah dan dalam waktu
yang terbatas. Jadi kalau ada diantara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke
Madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat
pendidikan adalah terpusat di Madinah. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar
jazirah Arab, nampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam didaerah-daerah yang
baru ditaklukkan itu. Untuk itu Umar bin Khatab memerintahkan para panglima
perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan
Mesjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Dengan demikian pelaksanaan pendidikan dimasa khalifah umar bin khatab
lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan
aman, ini disebabkan, disamping telah ditetapkannya mesjid sebagai pusat pendidikan,
juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam diberbagai kota dengan materi
yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
4. Perkembangan Sosial
Pada masa Khalifah Umar ibn Khatthab ahli al-dzimmah yaitu penduduk yang
memeluk agama selain Islam dan berdiam diwilayah kekuasaan Islam. Al-dzimmah
terdiri dari pemeluk Yahudi, Nasrani dan Majusi.
5. Perkembangan Agama
Di zaman Umar ibn Khatab, gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan)

38
Muhammad Husein Haikal, Umar bin Khatthab, sebuah telaah mendalam tentang pertumbuhan islam
dan kedaulatannya dimasa itu, (Bogor : Pustaka Lintera AntarNusa, 2002). Hal 45

16
pertama terjadi di ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian,
setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke
bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke
Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash RA, dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn
Abi Waqqash RA. Iskandariah/Alexandria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M.
Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.
Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari
sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga.
Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan
Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria,
sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Dalam kata lain. Islam pada zaman Umar
semakin berkembang.
Dapat disimpulkan, keadaan agama Islam pada masa Umar bin Khatthab sudah
mulai kondusif, dikarenakan karena kepemimpinannya yang loyal, adil, dan bijaksana.
Pada masa ini Islam mulai merambah ke dunia luar.39
Wafatnya Khalifah Umar Ibn Khatab
Masa pemerintahan Umar bin Khatab berlangsung selama 10 tahun 6 bulan,
yaitu dari tahun 13 H/634M sampai tahun 23H/644M. Beliau wafat pada usia 64
tahun.40 Selama masa pemerintahannya dimanfaatkan untuk menyebarkan ajaran Islam
dan memperluas kekuasaan ke seluruh semenanjung Arab. Ia meninggal pada tahun
644M karena ditikam oleh Fairuz (Abu Lu'luah), budak Mughirah bin Abu Sufyan dari
perang Nahrrawain yang sebelumnya adalah bangsawan Persia. Sebelum meninggal,
Umar mengangkat Dewan Presidium untuk memilih Khalifah pengganti dari salah satu
anggotanya. Mereka adalah Usman ibn Affab, Ali Ibn Abi Thalib, Tholhah, Zubair ibn
Awwam, Saad bin Abi Waqash dan Abdurrahman bin Auf. Termasuk putranya
Abdullah bin Umar ikut dalam dewan formatur tersebut dengan disertai hak pilih tanpa
berhak untuk dipilih,41 hanya memberi pendapat saja. Ketika itu Talhah tidak ada di
Madinah dan baru kembali ke Madinah disaat setelah selesai pemillihan.42 Dalam
diskusi penyaringan pendapat yang dilakukan Abd Rahman Ibn Auf terhadap anggota
formatur yang menghasilkan dua calon khalifah : Utsman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi

39
http://www.wikipedia.org/umaribnkhatab
40
http://www.wikipedia.org/umaribnkhatab
41
Syaid Munassir Mahmud, Fiqh Syiasah, Khulafauurasyidin (Jakarta, Pustaka Ilmu, 2000) h. 28
42
Ibid,13

17
Thalib, Ali Ibn Abi Thalib lebih memilih Utsman menjadi khalifah begitupun
sebaliknya dengan Utsman yang lebih memilih Ali sebagai khalifah, hingga Akhirnya,
Usman Ibn Affan yang terpilih setelah terjadi perdebatan yang sengit dan beberapa
pertimbangan antar anggotanya.43
4. Perdaban Islam masa Khalifah Utsman Ibn Affan (644-656 M.)
Diantara Khulafaurrasyidin adalah Ustman Ibnu Affan (Khalifah ketiga) yang
memerintah umat Islam paling lama dibandingkan ketiga Khalifah lainnya. Ia
memerintah selama 12 tahun. Dalam pemerintahannya, sejarah mencatat telah
banyak kemajuan dalam berbagai aspek yang dicapai untuk umat Islam. Akan tetapi
juga tidak sedikit polemik yang terjadi di akhir pemerintahannya.
Pada masa Khalifah Ustman, konsep kekhalifaan sudah mulai mundur, dalam arti
interest politik disekitar Khalifah mulai banyak diwarnai oleh dinamika kepentingan
suku dan perbedaan interpretasi konsep kepemimpinan dalam Islam. Ketika itu
sebenarnya Umar telah memilih jalan demokratis dalam menentukan penggantinya.
Akan tetapi beliau berada dalam pada posisi dilematis, ia diminta oleh sebagian sahabat
untuk menunjukkan penggantinya. Maka jalan keluar yang ditempuh Khalifah Umar
adalah memilih formatur 6 orangyang terdiri dari: Ustman bin Affan, Ali Ibnu Abi
Thalib, Thalhah, Zubair, Ibnu Awwam, Sa’ad Ibnu Abi Waqqas dan Abdurrahman
Ibnu Auf.44 Kemudian formatur sepakat memilih Ustman sebagai Khalifah.
Terpilihnya Ustman sebagai Khalifah ternyata melahirkan perpecahan dikalangan
pemerintahan Islam. Pangkal masalahnya sebenarnya berasal dari persaingan kesukuan
antara bani Umayyah dengan bani Hasyim atau Alawiyah yang memang bersaing sejak
zaman pra Islam. Oleh karena itu, ketika Ustman terpilih masyarakat menjadi dua
golongan, yaitu golongan pengikut Bani Ummayyah, pendukung Ustman dan golongan
Bani Hasyim pendukung Ali. Perpecahan itu semakin memuncak dipenghujung
pemerintahan Ustman, yang menjadi simbol perpecahan kelompok elite yang
menyebabkan disintegrasi masyarakat Islam pada masa berikutnya.
Utsman Ibn Affan dikenal dengan kecerdasan, kejujuran dan keshalehannya
sehingga Rasulullah SAW sangat mengaguminya. Oleh karena itu, ia memberikan

43
Dalam sejarah tercatat bahwa Ali Ibn Abi Thalib dan Utsman Ibn Affan meskipun sama sama berminat
untuk menduduki jabatan khalifah, akan tetapi mereka tidak memilih dirinya sendiri, hal ini
memperlihatkan moralitas politik yang luar biasa bila dilihat dari sudut pandang prilaku politik umat
islam saat ini diIndonesia
44
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta, Kota Kembang, 1997) h.97

18
kesempatan untuk menikahi dua putri Nabi secara berurutan, yaitu setelah putri
Nabi yang satu meninggal dunia.45
Ustman bin Affan masuk Islam pada usia 34 tahun. Berawal dari kedekatannya
dengan Abu Bakar, beliau dengan sepenuh hati masuk Islam bersama sahabatnya
Thalhah bin Ubaidillah. Meskipun masuk Islamnya mendapat tantangan dari
pamannya yang bernama Hakim, ia tetap pada pendiriannya. Karena pilihan agamanya
tersebut, Hakim sempat menyiksa Ustman bin Affan dengan siksaan yang amat pedih.
Siksaan terus berlangsung hingga datang seruan Nabi Muhammad SAW agar orang-
orang Islam berhijrah ke Habsyi.46
Selama pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab, Ustman menjadi pejabat
yang amat dipercaya yaitu sebagai anggota dewan inti yang selalu diminta pendapatnya
tentang masalah-masalah kenegaraan, misalnya masalah pengangkatan Umar sebagai
pengganti Abu Bakar.
Ustman bin Affan menjabat Khalifah pada usia 70 tahun hingga usia 82 tahun.
Adalah Khalifah yang paling lama memerintah dibanding ketiga Khalifah lainnya. Ia
memerintah Dunia Islam selama 12 tahun (24–36 H/644–656 M).47 Dalam
pemerintahannya, banyak kemajuan yang telah dicapainya, disamping tidak sedikit
pula polemik dan kesan negatif yang terjadi di akhir pemerintahannya. Secara
dramatik bahkan muncul pendapat dan argumen bahwa Khalifah Ustman melakukan
penyimpangan terhadap ajaran Islam, sihingga ia dianggap tidak layak menyandang
gelar Khalifah ar-Rasyidin. Sebab selama menjadi Khalifah, ia diasumsikan banyak
melakukan nepotisme dan prilaku menyimpang lainnya.48
Proses keKhalifahan Ustman bin Affan
Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, tepatnya ketika beliau sakit
dibentuklah dewan musyawarah yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan,
Sa’ad bin Abi Waqas, Thalha bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan Abdur Rahman
bin Auf. Salah seorang putra Umar, Abdullah ibn Umar ditambahkan pada komisi di
atas tetapi hanya punya hak pilih dan tidak berhak dipilih.

45
Abdul Wahab An-Najar, op.cit., h. 231-232
46
Abu A'la al Maududi, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung, Mizan 1990) h.138
47
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam.( Bandung, Pustaka Setia 2008) h.28
48
A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta, Pustaka Islam al-Husna, 1992) h. 284

19
Dewan tersebut dikenal dengan sebutan Ahlul Halli wal Aqdi 49 dengan tugas pokok
menentukan siapa yang layak menjadi penerus Khalifah Umar bin Khattab dalam
memerintah umat Islam. Suksesi pemilihan Khalifah ini dimaksudkan untuk
menyatukan kembali kesatuan umat Islam yang pada saat itu menunjukkan adanya
indikasi disintegrasi.
Sahabat-sahabat yang tergabung dalam dewan, posisinya seimbang tidak ada yang
lebih menonjol sehingga cukup sulit untuk menetapkan salah seorang dari mereka
sebagai pengganti Umar. Tidaklah heran bila dalam sidang terjadi tarik ulur pendapat
yang sangat alot, walau pada akhirnya, mereka memutuskan Ustman bin Affan sebagai
Khalifah setelah Umar nin Khattab. Diantara kelima calon hanya Tholhah yang sedang
tidak berada di Madinah ketika terjadi pemilihan. Abdurahman Ibn Auf mengambil
inisiatif untuk menyelenggarakan musyawarah pemilihan Khalifah pengganti Umar. Ia
meminta pendapat masing-masing nominasi. Saat itu, Zubair dan Ali mendukung
Ustman .
Sedangkan Ustman sendiri mendukung Ali, tetapi Ali menyatakan dukungannya
terhadap Ustman. Kemudian Abdurahman bin Auf mengumpulkan pendapat-pendapat
sahabat besar lainnya. Akhirnya suara mayoritas menghendaki dan mendukung Ustman.
Lalu ia dinyatakan resmi sebagai Khalifah melalui sumpah, dan baiat seluruh umat
Islam. Pemilihan itu berlangsung pada bulan Dzul Hijjah tahun 23 H atau 644 M dan
dilantik pada awal Muharram 24 H atau 644 M. Ketika Tholhah kembali ke Madinah
Ustman memintanya menduduki jabatannya, tetapi Tholhah menolaknya seraya
menyampaikan baiatnya. Demikian proses pemilihan Khalifah Ustman bin Affan
50
berdasarkan suara mayoritas.
Dalam sejarahnya kemudian, tarik ulur perbedaan pendapat tersebut mengandung
banyak interpretasi. Misalnya, dikatakan bahwa dalam pemilihan Khalifah Ustman
ditemui beberapa kecurangan, dan sebenarnya yang pantas menduduki kursi Khalifah
setelah Umar adalah Ali bin Abi Thalib.51 Keberhasilan Ustman bin Affan
menjadi Khalifah ditentukan oleh peran lima tokoh yaitu Umar bin Khattab, Abdur
Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Thalhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin
Awwam. Mereka ini masuk Islam secara kolektif atas pengaruh Abu Bakar as-Shiddiq.

49
Ahlul Haali wal Aqdi, yaitu institusi atau badan khusus yang berfungsi sebagai badan legislatif yang
dita'ati dan berisi orang orang yang berpengaruh dan dibentuk karena keperluan khusus.
50
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta, UI-Press, 1993), h.30
51
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta, UI-Press, 1993), h.31

20
Dengan demikian, bila dewan itu dipetakan dapat ditemukan dua kekuatan yang
bersaing, yaitu poros Abu Bakar dan Umar yang pro Ustman dengan poros Ali.
Kini penganut Syi’ah berpendapat bahwa terbentuknya dewan musyawarah dengan 6
anggota tersebut merupakan “taktik politik” pro Ustman yang ingin agar Ustman
menjadi Khalifah.52
Ekspansi di masa Khalifah Utsman Ibn Affan
Setelah Khalifah Umar bin Khattab wafat terdapat daerah-daerah yang membelot
terhadap pemerintah Islam. Pembelotan tersebut ditimbulkan oleh pendukung-
pendukung pemerintahan yang lama atau dengan perkataan lain pamong praja dari
pemerintahan lama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke daerah kekuasaan
Islam) ingin hendak mengembalikan kekuasaannya. Sebagaimana yang dilakukan
oleh kaisar Yazdigard yang berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar
melakukan perlawanan terhadap penguasa Islam. Akan tetapi dengan kekuatannya,
pemerintahan Islam berhasil memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus
melanjutkan perluasan ke negeri-negeri Persia lainnya, sehingga beberapa kota besar
seperti Hisrof, Kabul, Gasna, Balkh dan Turkistan jatuh menjadi wilayah kekuasaan
Islam.
Adapun daerah-daerah lain yang melakukan pembelotan terhadap
pemerintahan Islam adalah Khurosan dan Iskandariyah. Khalifah Utsman mengutus
Sa’ad bin al-Ash bersama Khuzaifah Ibnu al-Yamaan serta beberapa sahabat Nabi
lainnya pergi ke negeri Khurosan dan sampai di Thabristan dan terjadi peperangan
hebat, sehingga penduduk mengaku kalah dan meminta damai. Tahun 30 H/ 650 M
pasukan Muslim berhasil menguasai Khurazan. Selanjutnya Iskandariyah, bermula dari
kedatangan kaisar Konstan II dari Roma Timur atau Bizantium yang menyerang
Iskandariyah dengan mendadak, sehingga pasukan Islam tidak dapat menguasai
serangan. Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang menjadi wali di daerah tersebut
meminta pada Khalifah Utsman untuk mengangkat kembali panglima Amru bin ‘Ash
yang telah diberhentikan untuk menangani masalah di Iskandariyah. Abdullah bin Abi
Sarroh memandang panglima Amru bin ‘Ash lebih cakap dalam memimpin perang dan
namanya sangat disegani oleh pikak lawan. Permohonan tersebut dikabulkan, setelah itu
terjadilah perpecahan dan menyebabkan tewasnya panglima di pihak lawan.

52
Rahmat, Fiqh Siyasah, priode Khulafauurrasyidin, (Jakarta, Gema Insani, t.th) h.282

21
Selain itu, Khalifah Ustman bin Affan juga mengutus Salman Robiah Al-Baini
untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia, bagi
yang menentang dan memerangi terpaksa dipatahkan dan kaum muslimin dapat
menguasai Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia (Afrika Utara) dipimpin oleh
Abdullah bin Sa‘ad bin Abi Zarrah. Tunisia sebelum kedatangan pasukan Islam sudah
lama dikuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan
Muawiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus.53
Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan
Islam antara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri Nubah, Armenia dan
beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu
Daria), negeri Balkh (Baktria), Hara, Kabul dan Gzaznah di Turkistan.
Jadi Enam tahun pertama pemerintahan Ustman bin Affan ditandai dengan
perluasan kekuasaan Islam. Perluasan dan perkembangan Islam pada masa
pemerintahannya telah sampai pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan
Armenia selanjutnya meluas pada Asia kecil dan negeri Cyprus. Atas perlindungan
pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia menyerahkan upeti
sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnya pada masa kekuasaan Romawi atas
wilayah tersebut.54
Perkembangan Peradaban di masa Khalifah Utsman Ibn Affan
1. Pembentukan Angkatan Laut
Pembangunan angkatan laut bermula dari adanya rencana Khalifah Ustman untuk
mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus dan Konstatinopel Cyprus. Untuk sampai
ke daerah tersebut harus melalui lautan. Oleh karena itu atas dasar usul Gubernur di
daerah, Ustman pun menyetujui pembentukan armada laut yang dilengkapi dengan
personil dan sarana yang memadai.55
Pada saat itu, Mu’awiyah, Gubernur di Syiria harus menghadapi serangan-serangan
Angkatan Laut Romawi di daerah-daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan
permohonan kepada Khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan dikabulkan
oleh Khalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi.

53
Siti Maryam, dkk, Sejarah Perdaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, (Yogyakarta, LESFI
UIN SUKA, 2003) h.87
54
Parsudi Suparlan, Islam Agama Peradaban, (Jakarta, Yayasan wakaf paramadina, 2000) h.87
55
Parsudi Suparlan, Islam Agama Peradaban, (Jakarta, Yayasan wakaf paramadina, 2000) h.88

22
Selain itu, Keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui lautan, juga mendesak
ummat Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu, pasukan di pimpin
oleh Abdullah bin Qusay Al-Harisy yang ditunjuk sebagai Amirul Bahr atau panglima
Angkatan Laut. Istilah ini kemudian diganti menjadi Admiral atau Laksamana. Ketika
sampai di Amuria dan Cyprus pasukan Islam mendapat perlawanan yang sengit, tetapi
semuanya dapat diatasi hingga sampai di kota Konstatinopel dapat dikuasai pula.
Di samping itu, serangan yang dilakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir melalui
laut juga memaksa ummat Islam agar segara mendirikan angkatan laut. Bahkan pada
tahun 646 M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan penyerangan
dari laut.
Penyerangan itu mengakibatkan jatuhnya Mesir ke tangan kekuasan bangsa
Romawi. Atas perintah Khalifah Ustman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala tentara
bangsa Romawi dengan armada laut yang besar pada tahun 651 M di Mesir.56
2. Pembukuan dan Kodifikasi Al-Qur'an Mushaf Ustmani
Penyebaran Islam bertambah luas dan para Qori‘ pun tersebar di berbagai daerah,
sehinga perbedaan bacaan pun terjadi yang diakibatkan berbedanya qiro‘at dari qori‘
yang sampai pada mereka. Sebagian orang Muslim merasa puas karena perbedaan
tersebut disandarkan pada Rasullullah SAW. Tetapi keadaan demikian bukan berarti
tidak menimbulkan keraguan kepada generasi berikutnya yang tidak secara langsung
bertemu Rasullullah.
Ketika terjadi perang di Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak, diantara
orang yang ikut menyerbu kedua tempat tersebut adalah Hudzaifah bin Aliaman. Ia
melihat banyak perbedaan dalam cara membaca Al-Qur‘an. Sebagian bacaan itu
tercampur dengan kesalahan tetapi masing-masing berbekal dan mempertahankan
bacaannya. Bahkan mereka saling mengkafirkan. Melihat hal tersebut beliau
melaporkannya kepada Khalifah Ustman. Para sahabat amat khawatir kalau
perbedaan tersebut akan membawa perpecahan dan penyimpangan pada kaum
muslimin. Mereka sepakat menyalin lembaran pertama yang telah di lakukan oleh
Khalifah Abu Bakar yang disimpan oleh istri Rasulullah, Siti Hafsah dan menyatukan
umat Islam dengan satu bacaan yang tetap pada satu huruf.57

56
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta, PT: Gravindo Persada : 2008)h.132
57
Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam dari Klasik sampai Modern, (Yogyakarta , Jurusan SPI
Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003)

23
Al-Mushaf ditulis lima buah, empat buah dikirimkan ke daerah-daerah Islam
supaya disalin kembali dan supaya dipedomani, satu buah disimpan di Madinah untuk
Khalifah Ustman sendiri dan mushaf ini disebut mushaf Al-Imam dan dikenal dengan
mushaf Ustmani.58

Konflik dan Kemelut Politik Islam di masa Khalifah Utsman Ibn Affan
Pemerintahan Ustman berlangsung selama 12 tahun lamanya. Pada masa awal
pemerintahannya, beliau berhasil memerintahan Islam dengan baik sehingga Islam
mengalami kemajuan dan kemakmuran dengan pesat. Namun pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tak puas dan kecewa umat Islam terhadapnya.
Khalifah Ustman adalah pemimpin yang sangat sederhana, berhati lembut dan sangat
shaleh, sehingga kepemimpinan beliau dimanfaatkan oleh sanak saudaranya dari
keluarga besar Bani Umayyah untuk menjadi pemimpin di daerah-daerah.
Oleh karena itu, orang-orang menuduh Khalifah Ustman melakukan nepotisme,
dengan mengatakan bahwa beliau menguntungkan sanak saudaranya Bani Umayyah,
dengan jabatan tinggi dan kekayaannya. Mereka juga menuduh pejabat-pejabat
Umayyah suka menindas dan menyalahkan harta baitul mal. Disamping itu
Khalifah Utsman dituduh sebagai orang yang boros mengeluarkan belanja, dan
kebanyakan diberikan kepada kaum kerabatnya sehingga hampir semuanya menjadi
orang kaya.59
Dalam kenyataannya, menurut Mufradi (1997:62),60 satu persatu kepemimpinan di
daerah-daerah kekuasaan Islam diduduki oleh keluarga Khalifah Ustman. Adapun
pejabat- pejabat yang diangkat Ustman antara lain:
Abdullah bin Sa‘ad (saudara susuan Ustman) sebagai wali Mesir menggantikan
Amru bin Ash, Abdullah bin Amir bin Khuraiz sebagai wali Basrah menggantikan Abu
Musa Al-Asyari.Walid bin Uqbah bin Abi Muis (saudara susuan Ustman) sebagai
wali Kufah menggantikan Sa‘ad bin Abi Waqos. Marwan bin Hakam (keluarga Ustman
) sebagai sekretaris Khalifah Ustman.61 Pengangkatan pejabat di kalangan keluarga

58
Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abd al-Karim al-Bazdawi, Kitab Ushul al-Din, (Kairo : Dar al Ihya
al-Kutub Al-Arobiyyah, 1963) h.64
59
A. Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Husna 1992), h.284
60
Jaih Mubarok, Transmisi Nepotisme Perspektif Sejarah Umat Islam" dalam Forum Studi, Vol.22,
Nomor 2, Juli-Oktober1999 h.8
61
Jaih Mubarok, Transmisi Nepotisme Perspektif Sejarah Umat Islam" dalam Forum Studi, Vol.22,
Nomor 2, Juli-Oktober1999 h.10

24
oleh Khalifah Ustman telah menimbulkan protes keras di daerah dan menganggap
Ustman telah melakukan nepotisme.
Situasi politik di akhir masa pemerintahan Ustman benar-benar semakin
mencekam bahkan usaha-usaha yang bertujuan baik untuk kamaslahatan umat
disalahfahami dan melahirkan perlawanan dari masyarakat. Misalnya kodifikasi al-
Qur’an dengan tujuan supaya tidak terjadi kesimpangsiuran telah mengundang kecaman
melebihi dari apa yang tidak diduga. Lawan-lawan politiknya menuduh Ustman bahwa
ia sama sekali tidak punya otoritas untuk menetapkan edisi al-Qur’an yang ia bukukan.
Mereka mendakwa Ustman secara tidak benar telah menggunakan kekuasaan
keagamaan yang tidak dimilikinya.62
Tentang tuduhan pemborosan uang negara antara lain pembangunan rumah mewah
lengkap dengan peralatan untuk Ustman, istrinya dan anak-anaknya ditolak keras oleh
Ustman. Demikian pula terhadap tuduhan keji tentang pemborosan dan korupsi uang
negara untuk dibagi-bagikan pada saudaranya. Tuduhan lain terhadap Ustman yaitu
mengambil harta baitul mal adalah tidak benar, karena beliau dan keluarga hanya makan
dari hasil gajinya saja. Semua tuduhan tersebut di bantah oleh Ustman sendiri:
“Ketika kendali pemerintahan dipercaya kepadaku, aku adalah pemilik unta dan
kambing paling besar di Arab. Sekarang aku tidak mempunyai kambing atau unta lagi,
kecuali dua ekor unta untuk menunaikan haji. Demi Allah tidak ada kota yang
aku kenakan pajak di luar kemampuan penduduknya sehingga aku dapat disalahkan.
Dan apapun yang telah aku ambil dari rakyat aku gunakan untuk kesejahteraan mereka
sendiri”63
Penyebab utama dari semua protes terhadap Khalifah Ustman adalah
diangkatnya Marwan ibnu Hakam, karena pada dasarnya dialah yang menjalankan
semua roda pemerintahan, sedangkan Ustman hanya menyandang gelar Khalifah.
Rasa tidak puas memuncak ketika pemberontak dari Kufah dan Basrah bertemu
dan bergabung dengan pemberontak dari Mesir. Wakil-wakil mereka menuntut
diangkatnya Muhammad Ibnu Abu Bakar sebagai Gubernur Mesir. Tuntutan dikabulkan
dan mereka kembali. Akan tetapi di tengah perjalanan mereka menemukan surat yang
dibawa oleh utusan khusus yang isinya bahwa wakil-wakil itu harus dibunuh ketika
sampai di Mesir. Yang menulis surat tersebut menurut mereka adalah Marwan ibn
Hakam.

62
Jaih Mubarok, Transmisi Nepotisme Perspektif Sejarah Umat Islam" dalam Forum Studi, Vol.22,
Nomor 2, Juli-Oktober1999 h.11
63
H.A.R.Gibb dan J.H, Kramers, shoter Encylopedia of Islam, (Leiden : E.J Brill, 1961), h.616

25
Mereka meminta Khalifah Ustman menyerahkan Marwan, tetapi ditolak oleh
Khalifah. Ali bin Abi Tholib mencoba mendamaikan tapi pemberontak berhasil
mengepung rumah Ustman dan membunuh Khalifah yang tua itu ketika membaca al-
Qur’an pada 35 H/17 Juni 656 M. Pembunuhan ini menimbulkan berbagai gejolak pada
tahun-tahun berikutnya, sehingga bermula dari kejadian ini dikenal sebutan al-bab al-
maftukh (terbukanya pintu bagi perang saudara).64
Golongan Umayyah menuntut pembalasan atas darah Ustman sepanjang
pemerintahan Ali hingga terbentuknya Dinasti Umayyah”. Ibnu Saba’, nama
lengkapnya Abdullah bin Saba’, adalah seorang Yahudi dari Yaman yang masuk Islam.
Ia merupakan provokator yang berada di balik pemberontakan terhadap Khalifah
Ustman bin Affan. Ibnu Saba’ melakukan semuanya itu didasarkan motivasi
dirinya untuk meruntuhkan dasar-dasar Islam yang telah dipegang teguh oleh umat
Islam. Niatnya masuk Islam hanyalah sebagai kedok belaka untuk merongrong
kewibawaan pemerintahan Khalifah Ustman, sehingga muncullah kerusuhan yang
terjadi di berbagai wilayah kekuasaan Islam di antaranya adalah Fustat (Kairo), Kufah,
Basrah, dan Madinah.65
Selain faktor dari luar tersebut (provokasi dari Ibnu Saba’), dalam internal
kekhalifahan Ustman bin Affan terdapat konfrontasi lama yang mencuat kembali.
Permasalahan tersebut semata-mata berupa persaingan yang di antara Bani Hasyim dan
Bani Umayyah. Sedangkan Ustman sendiri merupakan salah satu anggota dari keluarga
besar Bani Umayyah. Pada konteks sejarahnya, Bani Hasyim sejak dahulu berada di
atas Bani Umayyah terutama pada masalah-masalah perpolitikan orang-orang Quraisy.66
Lemahnya karakter kepemimpinan Ustman menjadikan kekuatan dan kekuasaanya
semakin terancam. Sikap sederhana dan lemah lembut dalam ilmu politik
sebenarnya kurang relevan diterapkan, apalagi pada saat itu kondisi pemerintahan dalam
saat-saat kritis.67
Wafatnya Khalifah Utsman Ibn Affan
Setelah dirasa banyak kaum muslimin yang terpengaruh. Abdullah bin Saba'
bersama rombongannya kembali ke Madinah, dan membuat fitnah besar terhadap

64
Jaih Mubarok, Transmisi Nepotisme Perspektif Sejarah Umat Islam" dalam Forum Studi, Vol.22,
Nomor 2, Juli-Oktober1999 h.11
65
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta, Kota Kembang, 1997), h.143
66
Ibnu Atsir, al-Kamil fi-al-Tarikh, (Beirut : Dar al-Shadr, 1965), j. VIII, h.225
67
Muhammad Salam Madkur, al-Qadha fi al-islam,(Surabaya, Bina Ilmu, 1988), h.43-46, Lihat pula
Abdul Wahab al-Najjar, op.cit.,h.207-208

26
Khalifah Utsman bin Affan. Saking hebatnya api fitnah yang tersebar, sebagian para
sahabat terpengaruh oleh ucapan kaum munafik tersebut. Sampai-sampai putra sulung
Khalifah pertama, Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-shiddiq mendatangi Sang Khalifah
sembari marah dan menarik jenggotnya.
Para pengacau masuk menyerang Utsman yang sedang membaca Al-Qur'an dan
ketika itu sedang berpuasa. Ia membaca firman Allah SWT dari Surah Al-Baqarah,
"Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui".68
Salah seorang pengacau tersebut kemudian masuk dan memukul Utsman bin
Affan dengan pedangnya. Pukulan tersebut mengenai tangannya hingga putus. Utsman
bin Affan kemudian berkata. "Allahu Akbar! Sesungguhnya, kamu tahu bahwa tangan
ini telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah SAW."
69
Kemudian datanglah Sayyidah Nailah istrinya, bermaksud untuk membelanya.
Tetapi mereka malah memotong jari-jarinya. Kemudian datanglah seorang laki-laki dan
memukul Utsman bin Affan dengan potongan besi tepat mengenai bagian atas bahunya.
Utsman lantas berkata, "Ya, Allah segala puji bagi-Mu". Utsman kemudian menutup
Mushaf Al-Quran yang terlumuri dengan darahnya. Utsman kemudian berkata lagi, "Ya
Allah. wahai Zat yang memiliki kemuliaan, Aku bersaksi kepada-Mu bahwa aku telah
bersikap sabar sebagaimana Nabi-Mu telah berwasiat kepadaku."
Utsman bin Affan kemudian terbunuh pada hari Jumat tanggal 18 Dzulhijjah/17
Juni 656 H. Ia dikubur di Pekuburan Baqi'. Lalu Ali bin Abi Thalib berdiri di atas
makamnya seraya menangis dan berkata. "Aku mohon kepada Allah agar aku dan kamu
termasuk dalam golongan yang di firmankan Allah;
'Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka,
sedang mereka merasa bersaudara'.70

5. Peradaban Islam Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib (656-661M.)


Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Amirul Mukminin keempat yang dikenal
sebagai orang yang alim, cerdas dan taat beragama. Beliau juga saudara sepupu Nabi
SAW (anak paman Nabi, Abu Thalib), yang jadi menantu Nabi SAW, suami dari putri
Rasulullah yang bernama Fathimah. Fathimah adalah satu-satunya putri Rasulullah

68
QS Al-Baqarah : 137
69
Nailah binti al-Furafishah al-Kalbiyyah, dia istri kedelapan sekaligus istri terakhir dari Sayyidina
Utsman ibn Affan, khalifah ketiga. Dia putri dari al-Furafishah, orang ternama dari Bani Kalb
70
QS Al-Hijr : 47

27
yang ada serta mempunyai keturunan. Dari pihak Fathimah inilah Rasulullah
mempunyai keturunan sampai sekarang.
Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang pertama kali masuk Islam dari
kalangan anak-anak. Nabi Muhammad SAW, semenjak kecil diasuh oleh kakeknya
Abdul Muthalib, kemudian setelah kakeknya meninggal di asuh oleh pamannya Abu
Thalib.
Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
Setelah Utsman Ibn Affan wafat, Ali Ibn Abi Thalib dibai'at oleh masyarakat untuk
menjadi khalifah keempat, Mahmudunnasir mengatakan bahwa yang pertama
memproklamirkan Ali sebagai Khalifah adalah Abdullah Ibn Saba',71 pada awalnya, Ali
Ibn Abi Thalib keberatan, akan tetapi setelah mempertimbangkan kepentingan Islam
akan adanya kekosongan pemimpin, akhirnya Ali Ibn Abi Thalib bersedia menjadi
khalifah keempat.72
Konflik di masa Khalifah Ali Ibn Abi Thalib
Tidak berfungsinya konsep kekhalifahan pada masa Ali ibn Abi Thalib, pertama
disebabkan karena pembunuhan terhadap Khalifah Ustman masih misterius, Karena itu
ada dugaan bahwa yang membunuh adalah kelompok Ali. Keadaan ini oleh sebagian
pendapat dipolitisir untuk mempertajam pertentangan kesukuan antara Bani Hasyim
(Ali) dengan Bani Umayyah (Utsman).
Kedua, elite pemerintahan khususnya dari kalangan Gubenur Syiria tidak
menginginkan Ali tampil sebagai Khalifah. Sebab Ali yang alim dan zuhud itu sudah
tentu tidak suka melihat gubenurnya yang berorientasi pada kemewahan dunia.
Sedangkan rakyat memimpikan kualitas kepemimpinan seperti pada zaman Khalifah
sebelumnya. Berdasarkan skenario inilah muncul konsep pemboikotan terhadap
Ali sebagai Khalifah.
Pemerintahan Ali adalah pemerintahan yang mencoba mendasarkan pada dasar-
dasar hukum agama Islam. Hal tersebut terlihat ketika Ali hendak mengembalikan umat
kepada kehidupan seperti zaman Rasulullah, dimana orang-orang bekerja dan berjihad
semata- mata karena Allah. Disamping itu fakta sejarah juga menunjukkan adanya

71
Mahmudunnasir, h.144
72
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta, UI Press, 1993), h.33

28
klaim bahwa Ali adalah seorang pemuda yang cerdas, berani dan mempunyai
pengetahuan agama yang dalam.
Dengan pemahaman yang dalam tentang agama Islam maka langkah pertama yang
ia lakukan setelah menjabat menjadi Khalifah, antara lain yaitu mengganti seluruh
Gubernur/wali-wali daerah yang dulu diangkat Ustman secara nepotisme dan mencabut
kembali segala fasilitas yang diberikan Ustman pada familinya. Karena hal tersebut
bertentangan dengan ajaran agama yang memerintahkan agar berlaku adil kepada siapa
saja.
Sebagian kaum muslimin memandang bahwa menyerahkan kursi Khalifah kepada
Ali berarti penyerahannya turun-temurun kepada Bani Hasyim. Jika pemerintahan
dipegang Ali maka dikhawatirkan tipe kepemimpinan seperti Umar.73 Selain adanya
pihak-pihak yang tidak menyukainya, Ali juga direpotkan dengan gencarnya desakan
yang menuntut penuntasan tragedi pembunuhan Ustman, yang ternyata mereka tidak
sekedar mendesak bahkan akhirnya mereka menyatakan perang dengan Ali dan
merongrongnya selama Ali belum mengabulkan tuntutannya. Berdasarkan hal-hal
tersebut diatas maka banyak orang-orang yang tidak menyukai Ali. Akan tetapi tidak
ada orang yang ingin diangkat sebagai Khalifah, karena Ali masih ada. Maka setelah
memperhatikan situasi yang sulit pada waktu itu dapatlah diambil kesimpulam bahwa
pembaiatan Ali sebagai Khalifah tidaklah dilakukan kaum Muslim dengan sepenuh
hati, terutama bani Umayyah, yang akhirnya mereka mempelopori orang- orang agar
tidak menyetujui Ali.
Kebijaksanaan Politik Ali bin Abi Thalib
74
Menurut Thabani yang dikutip oleh Syalaby , setelah Ali dibaiat menjadi
Khalifah, ia mengeluarkan dua kebijaksanaan politik yang sangat radikal yaitu:
Memecat kepala daerah angkatan Ustman dan menggantikan dengan gubenur baru dan
Mengambil kembali tanah yang dibagi–bagikan Ustman kepada family–family nya dan
kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah.
Menanggapi kebijakan yang dilakukan oleh Ali tersebut, ada yang
berpendapat bahwa kebijaksanaan Ali itu terlalu radikal dan kurang persuasif, sehingga
menimbulkan perlawanan politik dari gubenur khususnya gubenur Syiria (Bani

73
A.Tafsir, Negara Sekuler yang mementingkan Agama: Sebuah pengantar dalam Ali Abdul Raziq,
Khilafah dan Pemerintahan dalam Islam (Bandung, Pustaka Islam, 1995), h.67
74
A. Salaby, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Jakarta, CV.Bulan Bintang, 2004), h.134

29
Ummayyah) yang tidak mau tunduk pada Khalifah Ali, terbukti ia menolak kehadiran
gubenur yang baru diangkat Ali.
Semestinya gerakan radikal Ali untuk mengusir elite Bani Umayyah dilakukan
secara bertahap, sebab walau bagaimanapun elite baru yang telah lama berkuasa
seperti Muawiyah sulit ditundukkan, sedangkan Ali yang mengandalkan idealisme dan
dukungan masyarakat bawah, sehingga dengan demikian yang muncul dalam
pemerintahan bukan integrasi tetapi disintegrasi yang ditandai dengan lahirnya perang
saudara yang pertama kali dalam Islam, yakni perang jamal.
Konflik Internal Islam Perang Jamal
Selama masa pemerintahannya, Ali menghadapi berbagai pergolakan, tidak ada
sedikitpun dalam pemerintahannya yang dikatakan stabil. pemerintahannya
digoncangkan oleh pemberontakan-pemberontakan. Diantaranya adalah pemberontakan
yang dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang merupakan keluarga Utsman
sendiri dengan alasan: "Ali harus bertanggung jawab atas terbunuhnya Khalifah
Utsman."
Di keadaan yang sedemikian rumit, hal pertama yang dilakukan Ali adalah
memulihkan, mengatur dan menguatkan kembali posisinya sebagai Khalifah dan
berusaha mengatasi segala kekacauan yang terjadi.75 Setelah itu baru melakukan
pengusutan atas pembunuhan Ustman .
Namun sejak pengangkatan Ali sebagai Khalifah sampai tahun 36 H/657 M, Ali
tidak juga memperlihatkan sikap yang pasti untuk menegakkan hukum syariat Islam
terhadap para pembunuh Ustman. Sehingga Siti Aisyah bergabung dengan Tolhah dan
Zubair menggerakkan kabilah-kabilah Arab untuk menuntut balas atas kematian
Ustman. dan menyerang pasukan Ali di Kufah, yang sebetulnya pasukan Ali
dipersiapkan untuk menghadapi tantangan Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan di Syiria.
Pertempuran dahsyat antara keduanya pecah, yang selanjutnya dikenal dengan
“Perang Jamal”. Pertempuran tersebut dipimpin oleh Aisyah, Thalhah dan Zubair.
Pertempuran inilah pertempuran pertama yang terjadi pertama kali diantara kaum
muslimin.
Wafatnya Ali Ibn Abi Thalib dan babak baru Perdaban pasca Khulafaurrasyidin
Perencanaan pembunuhan dari golongan Khawarij yang mengutus Abdur Rahman
bin Muljam ke Kufah untuk membunuh Khalifah Ali, Barak bin Abdillah untuk

75
Mahmud, Ali Ibn Thalib (Jakarta : Gramedia, 2008) h.97

30
membunuh Mu’awiyah di Syam dan ‘Amr bin Bakr al Tamimi untuk membunuh ‘Amr
bin al ‘Ash di Mesir.76 Akan tetapi ketiga pembunuh itu hanyalah Ibnu Muljam yang
berhasil menjalankan misinya yaitu membunuh Khalifah Ali pada tanggal 20 Ramadlan
40 H (660 M). Kemudian Ibnu Muljam berhasil ditangkap dan akhirnya dibunuh juga.
Dengan berpulangnya Ali bin Abi Thalib kedudukannya sebagai Khalifah
digantikan dan dijabat oleh anaknya yaitu Hasan Ibnu Ali bin Abi Thalib selama
beberapa bulan. Namun karena Hasan lemah sementara Mu’awiyah bin Abi
Sufyan bertambah kuat,77 maka Hasan bin Ali membuat perjanjian damai. Perjanjian ini
mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik dibawah
pimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Pada tahun 41 H (661 M) dan merupakan
tahun persatuan, yang dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (Aam al Jama'ah)78
Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan masa khulafa’ al rasyidin dan
dimulailah kekuasaan Bani Umaiyyah dalam sejarah politik Islam.79
C. PENUTUP
Manfaat yang dapat diambil dari sejarah perdaban Islam terutama dalam
Perkembangan perdaban Islam dimasa Khulafaurrasyidin, mulai dari strategi ekspansi
Islam, konsolidasi politik, perkembangan ekonomi, ilmu pengetahuan dan kebijakan-
kebijakan dari masa ke masa begitu banyak. Diantaranya :
Pertama, Penyebaran ajaran Islam dan ekspansinya ke berbagai penjuru dunia telah
berhasil membawa kemajuan pada setiap masanya, baik dari segi keagamaan maupun
non agama yang berupa ilmu pengetahuan, politik, ekonomi dan teknologi.
Kedua, format peradaban Islam pada masa khulafaurrasyidin tampaknya lebih
banyak didominasi oleh dua khalifah berikutnya yakni Umar bin Khattab serta Usman
bin Affan karena keduanya menjadi khalifah yang relatif cukup lama dibandingkan Abu
Bakar dan Ali bin Abi Thalib. Sehingga fakta sejarah menunjukkan bahwa zaman

76
Ensiklopedi Dunia Islam Modern, (Bandung, Mizan 2001) h.228
77
Mu'awiyah Ibn Abi Sufyan menjadi gubernur Syiria' sejaka zaman Umar kemudian dilanjutkan pada
zaman Utsman Ibn Affan. Dari segi pengalaman memimpin wilayah, Muawiyah lebih berpengalaman
karena telah menjadi amir' syiria selama 20 tahun, ia telah membangun kekuatan militer sendiridan
mendapat banyak dukungan dari rakyat, karena itu ia berani melawan Khalifah bukan hanya faktor
keluarga Utsman, karena Ali tidak menghukum para pembunuh Utsman dan Muawiyah menganggap Ali
terlibat. Lihat Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran Sejarah Analisa perbandingan, (Jakarta :UI
Press, 1979)h.4-5
78
Aam Al Jama'ah, adalah tahun persatuan dan kesatuan dimana bersatunya kembali anatara kalangan
Muhajirin dan Anshar
79
As-Siba’i Mustafa, Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok,(Gema Insani Press, Jakarta : 1993)

31
Khulafaurrasyidin tersebut termasuk kedalam zaman perkembangan Islam yang
cemerlang yang ditandai dengan ekspansi, integrasi, pertumbuhan dan kemajuan yang
menunjukkan peradaban tersendiri dengan segala karakteristiknya.
Meskipun ada beberapa konflik yang tidak dapat dipungkiri dalam sejarah
perjalanan Peradaban Islam era Khulafaurrasyidin, akan tetapi ini menjadi warna warni
sejarah, yang menjadikannya sesuatu yang amat penting dipelajari untuk diambil
hikmah dari setiap catatannya, positifnya sebagai tuntunan, kemudian negatifnya
sebagai pelajaran.

32
REFERENSI
_________, Islam dan Sekularisme diTurki Utsmani, Jakarta : Djambatan, 1994

_________, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4,


Kairo: Maktabah al-Mishriyah, 1979

A, Hasymy, Sejarah Kabudayaan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1979


Abdul Raziq, Ali, Kekhalifahan dan Dasar-dasar Kekuasaan, dalam John J.Donohue
dan John L. Esposito (ed.), Islam dan Pembaharuan : Ensiklopedi Masalah-
masalah, Jakarta : PT. Raja Graffindo Persada, 1994
Abdul. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung : Mizan
1993
Abdul. Mun'im Sirri, Fiqh Sejarah Politik Islam, Sebuah Pengantar, Surabaya : Risalah
Gusti, 1995.

Abdulah, Taufik, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban,


Penerbit Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.2002

Ahmad Tafsir, Negara Sekuler yang mementingkan Agama : Sebuah Pengantar"dalam


Ali Abd al-Raziq, Khalifah dan Pemerintahan dalam Islam, Bandung Pustaka,
1985
Anwar Rosihan H.”Ajaran Dan Sejarah Islam Untuk Anda”. Jakarta: Pustaka Jaya.1998
Arif, Muhammad. “Pengantar Kajian Sejarah”. Bandung: Yrama Widya. 2004
As-Siba’i Mustafa, Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok. Gema Insani Press, Jakarta :
1993

Dean Derhak, Muslim Spain and European Culture, dalam www.muslimheritage.com

Eulis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, dari masa Klasik hingga
Kontemporer, Depok ; Gramata Publishing, 2005.
Jaih, Mubarok. Sejarah Peradaban Islam, Bandung ; Pustaka Islamika, Khazanah Buku
bermutu, 2008

Kuntowijoyo. “Pengantar Ilmu Sejarah”. Yogyakarta.: Bentang, 1996


Majid Mun’im Abdul, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka : 1997

Maulana Muhammad Sa’ad al Kandhalawi, Muntakhab Ahadits: Tuntunan Sifat- sifat


Mulia Para Sahabat Nabi SAW, Pustaka Ramadhan: Jakarta. 2004

Munir Amin, Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.

33
Notosusanto, Nugroho. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Yayasan
Idayu, 1978.

Nur Hakim, Moh. Sejarah dan Peradaban Islam. Malang : Umm Press, 2004.

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.

Prima, 2010
Rusli Amin, M. Hijrah; Rahasia Sukses Rasulullah Saw. Jakarta: Al- Mawardi
Shafiyyurahman al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyyah, Riyadh, Darussalam 1997

Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam: Dari masa Klasik hingga Modern.
Yogyakarta. LESFI, 2004

Sjamsudin, Helius. “Metodologi Sejarah”. Yogyakarta: Ombak. 2007


Soekamto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000.

Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta Timur, Penada Media: 2003

Sunanto, Musrifah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta : Prenada Media,


2003.

Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.


Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana. 2005

Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Jakarta, Pustaka Alhusna, 1983

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.

Usman, Hasan. Metode Penelitian sejarah. Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana
Perguruan Tinggi Agama/ IAIN Jakarta, 1986.

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, PT Gravindo Persada : 2003

http://www.wikipedia.org/umaribnkhatab
https://hakamalmun.wordpress.com/2015/10/25
http://missrainword.blogspot.co.id/2016/04/

34

Anda mungkin juga menyukai