Anda di halaman 1dari 6

Nama : Venandia Firdaus Damayanti

Nim : 18050404035

Prodi : S1 Pendidikan Tata Busana 2018

Referensi Buku :

1. MANAJEMEN Dr. T. Hani Handoko, M.B.A. 2015

KEPEMIMPINAN
1.Definisi Kepemimpinan

Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses


pengarahan dan pemberian pengaruh kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling
berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut:

 Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain- bawahan pengikut

 Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di


antara para pemimpin dan anggota kelompok.

 Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut,
pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh.

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi


orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup
kepemimpinan dan fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.

2.Teori Teori Kepemimpinan

Pendekatan Perilaku Kepemimpinan

Pendekatan perilaku memusatkan perhatian pada dua aspek perilaku kepemimpinan,


yaitu fungsi-fungsi dan gaya kepemimpinan. teori dan penelitian yangpaling terkenal adalah
Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor, Studi Michigan oleh Ahli Psikologi Sosial
Rensis Likert, Kisi Kisi Manajerial dari Blake dan Mouton, Studi Ohio State

 Teori X dan Teori dari McGregor

Konsep McGregor yang paling terkenal adalah bahwa strategi kepemimpinan


dipengaruhi anggapan-anggapan seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia. Sebagai hasil
pengalamannya menjadi konsultan McGregor menyimpulkan dua kumpulan anggapan yang
saling berlawanan yang dibuat oleh para manajer dalam industri.

Anggapan-anggapan Teori X:

1. Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan
menghindarinya bila mungkin.

2. Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan, atau
diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi.

3. Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab,


mempunyai ambisi relatif kecil, dan menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas
segalanya.

Anggapan-anggapan Teori Y:

1. Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia, seperti
bermain atau istirahat.

2. Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu-satunyacara untuk


mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan
pengendalian diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah disetujuinya.

3. Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan


dengan prestasi mereka.

4. Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima
tetapi mencari tanggung jawab.

5. Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreativitas dalam
penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh
karyawan

6. Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi
kehidupan industri modern.
Seorang pemimpin yang menganut anggapan-anggapan teori X akan cenderung menyukai
gaya kepemimpinan otokratik. Sebaliknya, pemimpin yang mengikuti teori Y akan lebih
menyukai gaya kepemimpinan partisipatif atau demokratik.

 Sistem Manajemen dari Likert

Pada dasarnya, Rensis Likert dan para pembantunya menemukan bahwa para penyelia
yang mempraktekkan pengawasan/pengendalian umum dan berorientasi pada karyawan
mempunyai semangat kerja yang lebih tinggi dan produktivitas yang lebih besar daripada
para penyelia yang mempraktekkan pengawasan/pengendalian tertutup dan berorientasi pada
tugas/pekerjaan."

Likert, dengan menggunakan dua kategori gaya dasar ini, orientasi karyawan dan
orientasi tugas, menyusun suatu model empat tingkatan efektivitas manajemen

Sistem 1, manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan
memerintah para bawahan untuk melaksanakannya Standar dan metoda pelaksanaan juga
secara kaku ditetapkan oleh manajer.

Sistem 2, manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan


untuk memberikan komentar terhadap perintah- perintah tersebut. Bawahan juga diberi
berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan
prosedur prosedur yang telah ditetapkan.

Sistem 3. manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-


hal itu didiskusikan terlebih dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-
keputusan merekasendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk
memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.

Sistem 4, adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi
seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh
kelompok.

 Kisi-kisi Manajerial dari Blake dan Mouton

Kisi-kisi manajerial (managerial grid) yang dikembangkan oleh Robert Blake dan
Jane Monton juga berkenaan dengan orientasi-orientasi manajer pada tugas (produksi) dan
karyawan (orang), serta kombinasi antara kedua ekstrim.”
 Studi Ohio State

Para peneliti Ohio State University mengindentifikasikan dua kelompok perilaku yang
mempengaruhi efektivitas kepemimpinan-struktur pemrakarsaan (initiating structure) dan
pertimbangan (consideration). Faktor consideration" menggambarkan hubungan yang hangat
antara seorang atasan dan bawahan, adanya saling percaya, kekeluargaan dan penghargaan
terhadap gagasan bawahan. "Initiating structure" menjelaskan bahwa seorang pemimpin itu
mengatur dan menentukan pola organisasi, saluran komunikasi, struktur peran dalam
pencapaian tujuan organisasi dan cara pelaksanaannya.

Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kompleks dan gaya kepemimpinan yang paling tepat tergantung
pada beberapa variabel yang saling berhubungan.

 Pendekatan Situasional - "Contingency”

Pendekatan situasional-contingency manggambarkan bahwa gaya yang digunakan adalah


bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel-
variabel lingkungan lainnya. Teori-teori situasional yang terkenal adalah (1) rangkaian
kesatuan kepemimpinan dari Tannembaum dan Schmidt, (2) teori "contingency" dari Fiedler,
dan (3) teori siklus-kehidupan dari Hersey dan Blanchard.

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepemimpinan

Mary Parker Follett, yang mengembangkan hukum situasi, mengatakan bahwa ada tiga
variable kritis yang mempengaruhi gaya pemimpin, yaitu 1) pemimpin, 2) pengikut atau
bawahan, dan 3) situasi. Ketiganya saling berhubungan dan berinteraksi. Follett juga
menyatakan bahwa para pemimpin seharusnya berorientasi pada kelompok dan bukan
berorientasi pada kekuasaan.

 Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan Tannenbaum dan Schmidt

Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt mengemukakan bahwa manajer harus


mempertimbangkan tiga kumpulan "kekuatan sebelum melakukan pemilihan gaya
kepemimpinan, yaitu :
Kekuatan-kekuatan dalam diri manajer, yang mencakup 1) system Nilai. 2) kepercayaan
terhadap bawahan, 3) kecenderungan kepemimpinannya sendiri, dan 4) perasaan aman dan
tidak aman.

Kekuatan-kekuatan dalam diri para bawahan, meliputi 1) kebutuhan mereka akan


kebebasan, 2) kebutuhan mereka akan peningkatan tanggung jawab, 3) apakah mereka
tertarik dalam dan mempunyai keahlian untuk penanganan masalah, dan 4) harapan mereka
mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan.

Kekuatan-kekuatan dari situasi, mencakup 1) tipe organisasi, 2) efektivitas kelompok, 3)


desakan waktu, dan 4) sifat masalah itu sendiri.

 Teori "Contingency" dari Fiedler

Pada dasarnya teori ini menyatakan bahwa efektivitas suatu kelompok atau organisasi
tergantung pada interaksi antara kepribadian pemimpin dan situasi. Situasi dirumuskan
dengan dua karakteristik: 1) derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan
mempengaruhi situasi, 2) derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan ketidakpastian.

Fiedler mengidentifikasikan unsur tersebut dalam situasi kerja ini untuk membantu
menentukan gaya kepemimpinan mana yang akan efektif yaitu hubungan pimpinan anggota,
struktur tugas, dan posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan dari wewenang formal. Studi
Fiedler ini tidak melibatkan variabel-variabel situasional lainnya, seperti motivasi dan nilai-
nilai bawahan, pengalaman pemimpin dan anggota kelompok.

Situasi dinilai dalam istilah situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan apabila dikombinasikan dengan gaya
kepemimpinan berorientasi tugas akan efektif. Bila situasi yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan hanya moderat, tipe pemimpin hubungan manusiawi atau yang toleran dan
lunak ("lenient") akan sangat efektif.

Bila pemimpin mempunyai keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk mengubah


kepribadian dasar dan gaya kepemimpinannya, situasi harus diubah, atau pemimpin harus
dipilih yang gayanya cocok dengan situasi yang ada. Tetapi seharusnya pemimpin dapat
mengubah-ubah gaya-gaya kepemimpinan mereka untuk memenuhi persyaratan/ kebutuhan
situasi tertentu dan seharusnya mereka dapat belajar untuk menjadi pemimpin yang efektif.

 Teori Siklus-Kehidupan dari Hersey dan Blanchard


Teori kepemimpinan penting yang mempergunakan pendekatan "contingency" adalah
teori siklus kehidupan (life – cycle theory) dari Paul Hersey dan Kenneth Blanchard. Teori ini
sangat dipengaruhi oleh penelitian-penelitian kepemimpinan sebelumnya, terutama di Ohio
State.

Konsep dasar teori siklus-kehidupan adalah bahwa strategi dan perilaku pemimpin harus
situasional dan terutama didasarkan pada kedewasaan atau ketidakdewasaan para pengikut.

Kedewasaan (maturity) adalah kapasitas/kemampuan individu atau kelompok untuk


menetapkan tujuan tinggi tetapi dapat dicapai, dan keinginan dan kemampuan mereka untuk
mengambil tanggung jawab.

Perilaku tugas adalah tingkat di mana pemimpin cenderung untuk mengorganisasikan


dan menentukan peranan-peranan para pengikut, menjelaskan setiap kegiatan yang
dilaksanakan, kapan, di mana, dan bagaimana tugas-tugas diselesaikan.

Perilaku hubungan, berkenaan dengan hubungan pribadi pemimpin dengan individu atau
para anggota kelompoknya. Ini mencakup besarnya dukungan yang disediakan oleh
pemimpin dan tingkat di mana pemimpin menggunakan komunikasi antar pribadi dan
perilaku pelayanan.

Pertanyaan :

1. Apa pentingnya pemimpin dalam organisasi?

2. Bagaimana cara seorang pemimpin memimpin dengan bijak?

3. Bagaimana seseorang bisa dikatakan sebagai pemimpin?

Anda mungkin juga menyukai