Anda di halaman 1dari 132

KATA PENGANTAR

Penulisan buku Intermidate Accounting II ini dalam rangka mengikuti Hibah


bersaing A 1 yang di terima oleh Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Semarang ( FE USM ) untuk tahun ajaran 2004, khususnya di bidang pengajaran.
Penulis menyadari bahwa, untuk meminjam buku di perpustakaan masih realtif
terbatas, sehingga akan menyulitkan mahasiswa untuk dapat mengikuti perkuliahan
dengan baik. Disamping itu buku sejenis yang tersedia di perpustakaan dengan bahasa
Inggris dapat dikatakan kurang diminati oleh Mahasiswa. Atas dasar alasan tersebut,
buku ini diterbitkan dengan bentuk yang relatif sederhana dan diharapkan dapat
terjangkau oleh Mahasiswa sehingga tujuan Hibah A1 yaitu meningkatkan kualitas
lulusan dapat tercapai.

Materi pembahasan yang ada dalam buku disesuaikan dengan kurikulum mata
kuliah Intermediate Accounting ( Akuntansi Keuangan Menengah ) yaitu dibagi
menjadi dua. Oleh karena itu dalam buku ini dibahas hanya untuk Intermediate
Accounting II ( Akuntansi Keuangan Menengah II) yaitu meliputi materi investasi
saham dan obligasi, aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud, utang jangka panjang,
modal saham, laba per lembar saham dan laba ditahan, dan perubahan kebijakan
akuntasi dan kesalahan mendasar. Dalam pembahasan dicoba diberikan contoh yang
mendekati kenyataan, misalnya tentang investasi saham diusahakan diberi contoh
seperti yang ada di Bursa Efek Jakarta. Disamping itu, pembahasan juga diupayakan
mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994 dan referensi
lain seperti dari Nikolai , Cashin dan Zaki Baridwan dan dalam setiap akhir
pembahasan di sediakan beberapa pertanyaan dan latihan untuk dikerjakan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari sempurna , oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Semoga
buku yang sederhana ini dapat membantu Mahasiswa dalam rangka memahami mata
kuliah ini sehingga ada perbaikan dalam prestasi studi di Jurusan Akuntansi FE USM.

Semarang, Februari 2005


Penyusun

Eddy Sutjipto
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGATAR …………………………………………………....... i

Intermediate Accounting II – By Eddy Sutjipto i


DAFTAR ISI …………………………………………………………....... ii
BAB I INVESTASI DALAM SAHAM ………………………… 1
Tujua Investasi, 1; Pembelian saham, 1; Penilaian investasi,
3; Pengembalian investasi, 4; – dividen tunai, 4; dividen
saham dan stock split, 4; Bukti rights, 6; – Proporsi saham,
7; Nilai teoritis harga sahm 8, Hak bukti rights, 8; Penjualan
saham, 9; Pertanyaan dan Latihan,10
BAB II INVESTASI OBLIGASI 12
Pembelian Obligasi, 12; Pencatatan harga pokok, 13;
Amortisasi Disagio dan Agio obligasi, 14; Amortisasi
dengan Metode Garis Lurus dan Bunga Efektif, 14;
Penjualan obligasi sebelum jatuh tempo, 19; Pertanyaan dan
Latihan,20
BAB III AKTIVA TETAP BERWUJUD : PEROLEHAN , 21
PENGELUARAN SELAMA PENGGUNAAN DAN
PEMBERHENTIAN
Pengertian, 21; Karakteristik aktiva tetap berwujud, 21;
Klasifikasi aktiva tetap berwujud, 22; Penilaian dengan
harga historis, 22; Perolehan aktiva tetap, 22; Pembelian
tunai dan Pembelian angsuran, 22; Pembelian tunai secara
gabungan, 24; Pengeluaran surat berharga, 25; Petukaran
aktiva, 25; Pertukaran dengan aktiva produktif yang tidak
sejenis, 26; Pertukaran dengan pengeluaran atau penerimaan
kas, 27; Pertukaran dengan aktiva produktif yang sejenis,
27; Aktiva membuat sendiri, 30; Perolehan aktiva donasi,
31; Pengeluaran selama penggunaan, 31; Penambahan, 31;
Perbaikan dan Penggantian ( Improvements and
Replacements ), 31; Reparasi dan Pemeliharaan, 32;

Intermediate Accounting II – By Eddy Sutjipto ii


Pengaturan dan Pemindahan aktiva, 32; Penghentian dan
pelepasan aktiva, 32; Pertanyaan dan Latihan,33.
BAB IV AKTIVA TETAP BERWUJUD - PENYUSUTAN DAN 34
DEPLESI
Pengertian, 34; Perhitungan penyusutan, 34, Metode
penyusutan, 35; Penyusutan untuk sebagian periode, 41;
Perubahan dan koreksi penyusutan, 42; Deplesi, 42;
Pertanyaan dan Latihan, 43
BAB V AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD 46
Pengertian, 46; Penilaian aktiva tetap tidak berwujud, 46;
Amortisasi aktiva tetap tidak berwujud, 47; Aktiva tetap
tidak berwujud teridentifikasi, 47; Goodwill, 49; Penilaian
goodwill, 50; Tahapan menentukan nilai goodwill, 51;
Pertanyaan dan Latihan, 54

Intermediate Accounting II – By Eddy Sutjipto iii


BAB VI UTANG JANGKA PANJANG 55
Pengantar, 55; Alasan mengeluarkan utang jangka panjang,
55; Utang obligasi, 55; Penjualan obligasi, 57; Pencatatan
penerbitan obligasi, 58; Penerbitan obligasi diantara tanggal
pembayaran bunga, 59; Amortisasi disagio dan agio obligasi,
61; Penarikan obligasi sebelum jatuh tempo, 65; Pertanyaan
dan Latihan, 66
BAB VII MODAL SAHAM 68
Jenis Perusahaan, 68; Modal saham dan hak pemegang
saham, 68; Penjualan saham, 69; Penjualan tunai, 69;
Pesanan penjualan saham, 69; Pembatalan pesanan saham,
70; Kombinasi penjualan saham, 71; Penukaran saham
dengan aktiva, 72; Stok split, 73; Pembelian kembali saham
yang beredar, 74; Pembelian kembali saham untuk disimpan,
74; Saham treasuri, 75; Opsi atas saham, 77; Pertanyaan dan
Latihan, 77
BAB VIII LABA PER LEMBAR SAHAM DAN LABA DITAHAN 78
Laba dan Laba per lembar saham, 78; Dasar perhitungan
Laba per lembar saham,78; Dilusi laba per lembar saham,
79; Dividen, 81; Dividen Tunai, 81; Dividen aktiva non kas,
82; Dividen saham, 83; Likuidasi dividen, 84; Laba ditahan
sebelum penyesuaian, 85; Laporan laba ditahan, 84;
Pertanyaan dan Latihan, 85.
BAB IX PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN86
KESALAHAN MENDASAR
Jenis perubahan kebijakan akuntansi, 93; Metode
pengungkapan perubahan kebijakan akuntansi, 93;
Kesalahan mendasar, 94; Koreksi kesalahan, 95; Pertanyaan
dan Latihan, 97
DAFTAR PUSTAKA 99

Intermediate Accounting II – By Eddy Sutjipto iv


1

.
BAB1

INVESTASI DALAM SAHAM

Melakukan investasi dalam saham saat ini dapat


dikatakan sudah cukup mudah baik untuk perorangan atau
perusahaan. Investasi dalam saham dapat dilakukan untuk
jangka waktu pendek atau kurang dari satu tahun atau jangka
panjang. Untuk investasi saham jangka panjang berarti
bukan karena memanfaatkan dana yang berlebih, tapi ada
tujuan yang diharapkan yaitu :
a. meningkatkan pendapatan perusahaan terutama dalam
bentuk dividen
b. memperluas pangsa pasar, misalnya perusahaan rokok
Marlboro membeli 40 % sahamPT HM Sampurna
c. melakukan diversifikasi produk sehingga penjualan akan
meningkat
d. mengupayakan adanya kontinyuitas pemasokan bahan
baku yang diperlukan
e. mengawasi perusahaan dan menjaga hubungan baik
dengan perusahaan
Investasi jangka panjang dalam saham dapat
berpengaruh pada penggunaan metode akuntasi yang tepat
dan perannya di dalam perusahaan yang sahamnya dibeli.
Hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya jumlah
pemilikan saham dan secara garis besar dapat diringkas
sebagai berikut :
Pengaruh pemilikan saham di perusahaan yang sahamnya dibeli
Jumlah Peranan dalam Lap. Untung dan
pemilikan perusahaan Metode akuntansi Rugi yang belum
direalisasi
Memiliki Tidak mempunyai Metode Biaya Laba bersih
saham kurang pengaruh penting
dari 20 % di perusahaan
Memiliki Mempunyai Metode Ekuitas Tidak ada pengakuan
saham 20 % pengaruh penting
sampai 50 % dalam perusahaan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


2

Memiliki lebih Mempunyai peran Laporan Tidak ada pengakuan


dari 50 % mengendalikan Keuangan
perusahaan Konsolidasi
Dengan jumlah pemilikan saham yang cukup besar,
misal lebih dari 50 % di suatu perusahaan, maka dapat
dikatakan sebagai pemegang saham mayoritas dan
perannya sangat besar yaitu dapat mengontrol perusahaan
secara menyeluruh. Berbeda halnya dengan yang
mempunyai saham kurang dari 20 %, maka perannya tidak
begitu besar dan kemungkinan tidak dapat mengendalikan.
PEMBELIAN SAHAM
Harga perolehan saham yang dibeli termasuk harga beli
ditambah dengan biaya komisi, pajak dan biaya lainnya yang
diperlukan berkaitan dengan pembelian saham. Suatu saham
dapat diperoleh dengan cara pembelian tunai atau ditukar
dengan aktiva. Jika saham diperoleh dengan cara ditukar
aktiva dan nilai wajarnya tidak diketahui, maka harga pasar
saham dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan
nilai aktiva yang diserahkan. Demikian sebaliknya bila harga
pasar aktiva yang diserahkan diketahui, tapi harga pasar
saham tidak diketahui, maka nilai aktiva yang diserahkan
digunakan untuk mencatat perolehan saham.
Sebagai contoh, misalnya pada 5 Juli 2003 PT Delta
membeli saham biasa PT United sebanyak 10.000 lembar
dengan harga pasar Rp 6.000,00 per lembar dan biaya
komisi 0,02 %. PT United pada tanggal 15 Juli 2003
membagikan dividen tunai Rp 500,00 per lembar saham.
Apabila pembelian saham tersebut dilakukan dengan dua
alternartif yaitu (a) dengan tunai dan (b) ditukar dengan
mesin yang tidak diketahui harga pasarnya. Jurnal yang
dibuat oleh PT Delta adalah:
5 Juli 2003Investasi saham biasaRp 60.120.000,001)
Kas Rp 60.120.000,00
1) Harga perolehan= (Rp 6.000,00 x 10.000) + 0,02 % x (Rp 6.000,00
x 10.000) Atau
Investasi saham biasaRp 60.120.000,001)
Mesin Rp 60.120.000,00
15 Juli 2003 Kas (Rp 500,00 x 10.000)Rp 5.000.000,00
Pendapatan deviden Rp 5.000.000,00

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


3

Apabila membeli saham prioritas tidak pada saat


pembayaran dividen, maka dividen yang terutang harus
diperhitungkan dalam pembelian. Sebagai contoh, misalnya
pada tanggal 1 Juli PT Forsa membeli saham prioritas 6 %
dari PT Alfa sebanyak 1.000 lembar nominal Rp 10.000,00
dan harga pasar saham Rp 15.000,00 per lembar.
Pembayaran dividen dilakukan tiap tanggal 31 Desember.
Jurnal yang dibuat atas transaksi tersebut adalah sebagai
berikut :
1 JuliInvestasi saham prioritas, 6 %Rp 15.000.000,00 1)
Pendapatan bunga Rp 300.000,002)
Kas Rp 15.300.000,00
1)Harga beli = 1000 x Rp 15.000,00 = Rp 15.000.000,00
2)Bunga = 6/12 x 6 % x 1000 x Rp 10.000,00 = Rp 300.000,00
31 Des Kas Rp 600.000,00 Pendapatan bunga Rp
600.000,00
(6% x 1.000 x Rp 10.000,00)
Alternatif lain dengan menggunakan rekening piutang
pendapatan bunga untuk mencatat bunga yang terutang,
sehingga pada saat diterima dividen pada31 Desember
rekening piutang pendapatan bunga di kredit.
Jurnalnyaadalah sebagai berikut :
Kas Rp 600.000,00
Pendapatan bunga (6 bulan) Rp 300.000,00
Piutang pendapatan bunga Rp 300.000,00
Apabila dua atau lebih saham dibeli secara bersama
(lump-sum), maka jumlah perolehan harus dialokasikan
kedalam kelas saham (misal biasa dan preferen). Dengan
cara pembelian tersebut akan terdapat minmal dua
kemungkinan yaitu :
a. Apabila harga pasar semua saham diketahui, maka
harga perolehan masing-masing kelas saham dapat
diketahui dengan menggunakan nilai relatif
b. Apabila yang diketahui harga pasarnya hanya satu kelas
saham, maka jumlah tersebut digunakan sebagai harga
pokok saham kelas tersebut dan selisihnya untuk kelas
yang lainnya
Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
alokasi pembelian saham secara lump-sum dapat diberikan
contoh sebagai berikut :

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


4

PT Delta membeli saham biasa 10.000 lembar dan 2.000


lembar saham preferen dengan harga Rp 45.000.000,00,
maka perhitungan alokasi harga pokoknya sebagai berikut :
a. Harga pasar kedua kelas saham diketahui
Dengan anggapan harga pasar kedua kelas saham
diketahui yaitu saham biasa Rp 4.000,00 per lembar dan
saham preferen
Rp 5.000,00 per lembar, jurnal yang dibuat adalah :
Investasi saham biasa Rp 36.000.000,00
Investasi saham prioritas Rp 9.000.000,00
Kas Rp 45.000.000,00
Perhitungan alokasi :
(Harga xHarga Pasar∑ lembar)Perhitungan alokasiharga
pokokAlokasi

Saham biasa Rp 40.000.000,-40 / 50 x Rp 45 juta Rp36.000.000,-


Saham prioritas Rp 10.000.000,-10 / 50 x Rp 45 juta Rp
Rp 50.000.000,
9.000.000,Jumlah - Rp 45.000.000,
-
b. Harga pasar saham hanya diketahui salah satu kelas
Misal yang diketahui harga pasarnya hanya saham biasa
yaitu Rp 4.000,00 per lembar, maka jurnalnya adalah
sebagai berikut :
Investasi saham biasa Rp 40.000.000,001)
Investasi saham prioritas Rp 5.000.000,002)
Kas Rp 45.000.000,00
Perhitungan alokasi :
1) Saham biasa = Rp 4.000,- x 10.000 lembar = Rp
40.000.000,-
2) Saham prioritas = Rp 45.000.000,- –Rp 40.000.000,- =
Rp 5.000.000,PENILAIAN INVESTASI SAHAM
Pembelian saham untuk tujuan investasi jangka
panjang umumnya dicatat sebesar harga pokoknya. Apabila
ternyata harga saham dipasar mengalami kenaikan dan
penurunan yang sangat signifikan, maka selisihnya harus
dibuat penyesuian tapi tidak diperlihatkan dalam laporan laba
rugi
PENGEMBALIAN INVESTASI
Pengembalian investasi jangka panjang dalam saham
dapat berupa dividen atau sebagian keuntungan perusahaan
yang diberikan untuk para pemegang saham. Dividen yang

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


5

diberikan oleh perusahaan dapat berbentuk uang tunai,


saham dan aktiva (bukan uang tunai).
Dividen Tunai–dari bagian keuntungan atau likuidasi
Dividen yang diberikan oleh perusahaan merupakan
sebagian dari keuntungan yang diperoleh periode
sebelumnya. Waktu pemberian dividen kepada para
pemegang saham ada dua yaitu dividen interim dan dividen
final. Sedangkan bentuk pemberian dividen dengan uang
tunai merupakan hal yang sangat umum..Hal ini dilakukan
karena perusahaan yang mengeluarkan saham kondisi
keuangannya mencukupi. Namun demikian dapat terjadi
bahwa dividen tunai yang diberikan merupakan sebagian dari
pengembalian investasi kepada para pemegang sahamnya
atau dapat disebut dengan dividen likuidasi.
Sebagai contoh, misalnya seorang investor memiliki
saham PT SPMA sebanyak 10.000 lembar dengan nominal
Rp 500,00 per lembar dan pada tanggal 15 Juli 2003
mengumumkan memberikan dividen sebesar Rp 100,00 per
lembar saham dan akan dibayar dengan tunai pada 31 Juli
2003. Jurnal yang dibuat oleh investor yaitu:
15 Juli 2003, saat pengumuman pemberian dividen
Piutang pendapatan dividen Rp 100.000,00
Pendapatan dividen Rp 100.000,001)
1) Dividen = 10.000 lembar x Rp 100,00 = Rp 100.000,00
31 Juli 2003, saat menerima pembayaran dividen
Kas Rp 100.000,00
Piutang pendapatan dividen Rp 100.000,00
Apabila dalam pemberian dividen terdapat pengembalian
uang kepada para pemegang saham sebagai dividen
likuidasi, maka jurnalnya adalah :
Kas Rp xxxxx
Investasi saham–PT X Rp xxxxx
Dividen Saham dan Split (Stock DividendsdanSplits)
Dividen saham dan split tidak berpengaruh pada
ekuitas pemegang saham, namun demikian jumlah saham
yang dimiliki oleh pemegang saham akan bertambah.
Dengan adanya penerimaan saham (dividen saham atau
split), maka harga pokoknya akan dibagi dengan jumlah
saham yang lebih besar dari sebelumnya atau rata-rata

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


6

harga pokok per lembar sahamnya akan menjadi lebih kecil.


Sebagai konsekuensinya, investor tidak mencatat
keuntungan ketika saham baru diterima dan cukup mencatat
memo untuk penambahan jumlah lembar saham yang
dimiliki. Sedangkan pada saat terjadi transaksi penjualan,
maka harga pokok setelah menerima tambahan saham baru
yang digunakan sebagai dasar perhitungan menentukan laba
atau rugi penjualan.
Sebagai contoh, dengan anggapan bahwa PT Delta
pada awal Januari 2003 membeli 10.000 lembar saham biasa
PT SPMA dengan harga Rp 1.200,00 per lembar dan biaya
pembelian Rp 600.000,00. Pada bulan Juni, PT SPMA
membayar dividen dalam bentuk saham dengan rasio 100 :
80 (setiap pemegang seratus lembar saham lama dengan
nilai nominal Rp 1.000,00berhak menerima 80 lembar saham
baru dengan nilai nominal Rp 1.000,00). Bulan Juni 2004
dijual 4.000 lembar saham dengan harga pasar Rp 1.100,00
per lembar dan biaya penjualan Rp 200.000,00. Jurnal yang
dibuat atas transaksi tersebut adalah sebagai berikut :
Awal Januari 2003
Investasi saham biasa–PT SPMARp 12.600.000,001)
Kas Rp 12.600.000,002)
1)Harga beli = (10.000 x Rp 1.200,00 + Rp 600.000,00) = Rp
12.600.000,00
2)Harga pokok per lembar = Rp 12.600.000,00 / 10.000 = Rp
1.260,00
Bulan Juni 2003
Memo : Penerimaan dividen saham dengan rasio
100 : 80 Saham yang diterima = 80/100 x
10.000 lembar
= 8.000 lembar
Jumlah saham baru = 10.000 + 8.000= 18.000 lembar
Harga pokok per lembar = Rp 12.600.000,00/18.000 = Rp 700,00
Juni 2004
Kas Rp 4.200.000,00
Investasi saham–PT SPMA Rp 2.800.000,00
Laba penjualan saham Rp 1.400.000,00
Perhitungan :
Hasil penjualan = (4.000 x Rp 1.100,-) –Rp 200.000,-= Rp 4.200.000,-
Harga pokok penjualan = 4.000 x Rp 700, = Rp 2.800.000,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


7

Laba penjualan saham Rp 1.400.000,-


============

Apabila saham yang dimiliki oleh investor dibeli secara


bertahap, maka alokasi harga pokok yang baru didasarkan
pada jumlah saham masing-masing setelah adanya
penerimaan dividen saham. Demikian halnya jika ada
penjualan saham perlu ada kejelasan tentang cara penilaian
persediaan , misalnya FIFO atau LIFO.
Sebagai contoh, misalnya PT HMSP membeli saham PT
Telkom sebagai berikut :
Bula ∑ Harga Biaya Jumlah Harga HPP per
n saha beli Pembelian Pokok 1) Saham2)
m per
lemba
r
Juni 5.000 Rp Rp100.000, Rp 20.100.000,- Rp4.020,
2003 4.000, - -
-
Des 15.00 Rp Rp Rp 90.450.000,- Rp6.030,
2003 0 6.000, 450.000,- -
-
Feb 10.00 Rp Rp Rp 70.300.000,- Rp7.030,
2004 0 7.000, 300.000,- -
-
Total 30.00 Rp180.850.000,
0 -
1) Harga pokok pembelian = (Harga beli per lembar x Jumlah
saham) + Biaya 2) Harga pokok per lembar saham = Harga Pokok
Pembelian : jumlah saham Pada bulan Mei 2004 PT Telkom
memberi dividen saham dengan rasio 1 : 1 (setiap pemilik
satu saham lama berhak memperoleh satu dividen saham)
dan pada bulan Juli 2004 dijual 15.000 lembar saham
dengan harga Rp 4.000,- per lembar. Catatan yang perlu
dibuat atas pemberian dividen saham dan penjualan saham
adalah sebagai berikut :
Bulan Mei 2004
Memo : Penerimaan dividen saham dengan rasio 1 : 1
Jumlah saham setelah ada dividen saham dan harga
pokok pembelian saham yang baru adalah
Bula Jumlah lembar saham Harga Pokok Harga
n Awal Divide Total Pokok
n per
lembar

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


8

saham
baru
Juni 5.00 5.000 10.000 Rp 20.100.000,- Rp
2003 0 2.010,
-
Des 15.00 15.000 30.000 Rp 90.450.000,- Rp
2003 0 3.015,
-
Feb 10.00 10.000 20.000 Rp 70.300.000,- Rp
2004 0 3.515,
-
Total 20.00 20.000 40.00 Rp180.850.000,
0 0 -
Bulan Juni 2004
Kas Rp 60.000.000,001)
Investasi saham Rp 35.175.000,002)
Keuntungan penjualan saham Rp 24.825.000,00
Perhitungan :
1)Penerimaan kas = (15.000 x Rp 4.000,-) = Rp 60.000.000,-
2)Investasi Saham (HPP) = (10.000xRp 2.020,-)+ (15.000–
10.000xRp 3.015,-)
= Rp 20.100.000,- + Rp
15.075.000,= Rp 35.175.000,-
3)Keuntungan penjualan = Rp 60.000.000,- –Rp 35.175.000,-
=Rp 24.825.000,-
Perhitungan di atas menggunakan anggapan penilaian
persediaan dengan cara FIFO.
BUKTI RIGHTS
Dalam rangka menambah modal disetor, perusahaan
dapat mengeluarkan saham baru dan pembelinya
diutamakan dari pemegang saham lama. Untuk dapat
menambah jumlah saham yang beredar di bursa efek,
perusahaan harus mengeluarkan bukti rights. Kesempatan
untuk memanfaatkan bukti rights biasanya pemegang saham
lama hanya diberi waktu yang sangat terbatas umurnya yaitu
hanya beberapa minggu.
Pengertian dari bukti rights adalah suatu produk efek
(sekuritas) yang diturunkan dari saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan dengan memberikan hak kepada pemegang
saham lama untuk membeli saham baru yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan dengan proporsi dan harga
tertentu. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


9

bukti rights adalah efek atau surat berharga yang dapat


diperdagangkan di bursa efek. Disamping itu bukti rights
memberikan hak atau kesempatan kepada pemegang saham
lama untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh
perusahaan dengan waktu yang relatif terbatas. Setiap bukti
rights yang diterima oleh pemegang saham berhak untuk
menebus (membeli) satu saham baru seharga penebusan
(exercise price) yang telah ditentukan. Apabila pemegang
saham lama tidak memanfaatkan bukti rights tersebut, maka
proporsi kepemilikan sahamnya di perusahaan akan
berkurang dan sebaliknya proporsi hak pemilikannya akan
tetap sama dengan sebelumnya bila memanfaatkan bukti
rights (Preemptive rights).
Dalam perdagangan saham untuk perusahaan yang
melakukan rights issue ada dua tanggal yang sangat
menentukan yaitu Cum-Rights dan Ex-Rights. Cum-Rights
berarti tanggal terakhir pembeli saham suatu perusahaan
akan memperoleh bukti hak rights yang nantinya dapat
digunakan untuk menebus saham baru yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Sedangkan Ex-Rights hari dimulainya
perdagangan tanpa adanya bukti rights atau jika ada pembeli
saham pada tanggal ex-rights (biasanya satu hari setelah
cum-rights), maka pembeli saham tersebut tidak memperoleh
bukti rights. Pada saat ex-rights harga saham biasanya telah
mengalami penurunan dibanding saat cum-rights. Misalnya,
PT BFIN mempunyai saham yang beredar sebanyak
50.000.000 lembar, nominal Rp 1.000,00 dan merencanakan
untuk mengeluarkan bukti rights bagi pemegang saham lama
agar membeli saham baru dengan harga Rp 1.000,00 per
lembar. Ketentuannya yaitu setiap pemilik satu saham lama
dengan nilai nominal Rp 1.000,00 berhak membeli 2 (dua)
saham baru dengan harga penebusan (Exercise price) Rp
1.000,00. Sedangkan PT Agip memiliki saham PT BFIN
10.000.000 lembar dengan harga beli Rp 2.400,00 per
lembar. Apabila diketahui bahwa harga pasar saham cum-
rights Rp 3.000,00per lembar dan ex-rights adalah Rp
2.250,00per lembar. Apa yang terjadi bila PT Agip
memanfaatkan atau tidak menggunakan haknya untuk
membeli saham baru dan berapa nilai teoritis harga saham
serta bukti rights per lembarnya?
a. Proporsi saham PT Agip jika memanfaatkan haknya dan
tidak memanfaatkan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


10

Proporsi saham baru = 1 : 2 atau ½


Jumlah saham lama PT BFIN 50jutalembar saham
Jumlah saham baru PT BFIN = 50juta: ½= 100jutalembar
Total sahamPT BFIN = 50.juta+ 100juta = 150jutalembar
Jumlah saham lama PT Agip 10.000.000 lembar saham
Jumlah saham baru PT Agip = 10 juta: ½ = 20 jutalembar saham
Total saham PT Agip = 10 juta+ 20 juta = 30 jutalembar
10.000.000lembar x100%
Proporsi pemilikan saham PT Agip =  20%
50.000.000lembar
(sebelum pengeluaran saham baru)
30.000.000lembar x100%
Proporsi pemilikan saham PT Agip =  20%
150.000.000lembar
(jika hak rightsnya ditebus)
10.000.000lembar x100%
Proporsi pemilikan saham PT Agip =  6,67%
150.000.000lembar
(jika hak rightsnya tidak ditebus)
Apabila PT Agip memanfaatkan hak rightsnya, maka
proporsi pemilikan sahamnya di PT BFIN akan tetap
sama yaitu 20 %. Sebaliknya bila PT Agip tidak
memanfaatkan hak rightsnya, maka proporsi pemilikan
sahamnya di PT BFIN hanya 6,67 % atau ada penurunan
sebesar 13,33 % (20 %- 6,67%).
b.Nilai teoritis harga saham setelahrights issue
Harga saham baru setelah tanggal cum-rights
biasanya akan mengalami penurunan. Hal ini sebagai
akibat adanya penambahan saham baru sehingga ada
dilusi kepemilikan saham. Untuk menghitung harga
teoritis saham sesudah rights issue adalah sebagai
berikut :
Rasio rights x Harga sahamcumrights Exercise price
Harga teoritis 
Rasio RightIssue  1
1/2 x Rp 3.100  Rp1.000
Harga teoritis saham ex-rights =
1/2  1
= Rp 1.700,00

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


11

Jadi harga saham setelah ada rights issue yang tadinya


saat cumrights Rp 3.100,00 secara teoritis turun menjadi
Rp 1.700,00. Apabila kondisi fundamental perusahaan
baik, maka harga pasar saham exrights dapat lebih tinggi
dari harga teoritis. Sebaliknya bila kondisi fundamental
perusahaan tidak baik atau menurun kinerjanya, maka
harga pasar sahamnya dapat berada di bawah nilai
teoritis.
c. Harga bukti rights
Harga atau nilai bukti rights sebagai dasar agar
bukti rights dapat diperjualbelikan di bursa efek. Untuk
menentukan harga bukti rights digunakan rumus sebagai
berikut :
Harga teoritis bukti rights = Harga teoritis saham ex-rights –
Exercise Price
Harga teoritis bukti rights = Rp 1.700,00 –Rp 1.000,00 = Rp
700,00/ lembar
Dengan demikian bila harga pasar saham setelah
rights issue menjadi Rp 1.800,00, maka harga bukti rights
seharusnya Rp 800,00 (Rp 1.800,00 – Rp 1.000,00). Jadi
kalau PT Agip yang mempunyai hak bukti rights tidak
menebus atau membeli saham baru dengan harga Rp
1.000,00 per lembar dan menjual bukti rightsnya, misal
dengan harga pasar bukti rights Rp 750,00 per lembar
dan harga pasar saham Rp 2.250,00 per lembar, maka
jurnal penjualan bukti rightsnya adalah:
Kas (20.000 x Rp 750,00)Rp 15.000.000,00
Investasi saham dalam bukti rights Rp 6.000.000,00
Laba penjualan bukti rights Rp 9.000.000,00
Dengan demikian rekening investasi saham akan
berkurang sebesar harga pokok bukti rights.
Perhitungan harga pokok bukti rights ( BR ) adalah :
Harga Pasar Bukti Rights (BR )
Harga pokok bukti rights  xInvestasi
Harga Pasar Saham Harga Pasar BR

Rp 750,00
Harga pokok bukti rights = x Rp 24.000.000,00
Rp 2.250,00  Rp 750,00
= Rp 6.000.000,00
==================

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


12

Apabila bukti rightsnya sampai dengan berakhirnya


periode pendaftaran pemesanan dan pembayaran
sertifikat bukti rights tidak dilaksanakan oleh PT Agip,
maka bukti rights tersebut hilang dan nilainya menjadi
NOL Sedangkan jurnal yang dibuat karena tidak
dimanfaatkan (tidak dijual dan tidak ditebus) adalah:
Rugi bukti rights Rp 6.000.000,00
Investasi saham Rp 6.000.000,00
d.Apabila PT Agip menebus atau membeli saham baru
Dalam kondisi ini, maka PT Agip akan membayar
sebesar jumlah lembar bukti rights yang dimiliki dikalikan
dengan harga tebusan per lembar (exercise price) yang
telah ditentukan. Dengan contoh di atas, maka uang
tebusan yang dibayarkan oleh PT Agip adalah :
Investasi saham*) Rp 20.000.000,00
Kas Rp 20.000.000,00
*) Investasi Saham = 20.000 x Rp 1.000,00 = Rp 20.000.000,00
Dengan penebusan itu, maka jumlah saham dan
harga pokoknya akan berubah yaitu:
Investasi awal10.000 lbr x Rp 2.400,- / lembar =Rp 24.000.000,-
Investasi baru20.000 lbr x Rp 1.000,- / lembar =Rp 20.000.000,-
Jumlah 30.000 lbr Rp 44.000.000,-

Harga pokok per lembar saham dengan menggunakan


metode ratarata tertimbang setelah melakukan
penebusan bukti rights adalah Rp 1.667,67 (Rp
44.000.000,00/ 30.000 lembar saham).
PENJUALAN SAHAM
Saham yang telah dibeli dengan tujuan investasi jangka
panjang dapat dijual oleh pemiliknya. Penjualan tersebut
kemungkinan ada beberapa alasan yaitu : (a) kinerja
perusahaan investee (yang mengeluarkan saham) dianggap
sudah tidak baik sehingga harga pasar saham cenderung
turun terus menerus atau (b) kebutuhan uang tunai dari
pemegang saham atau investor. Apabila terjadi penjualan
saham baik kepada investor lain atau ditarik oleh perusahaan
yang mengeluarkan saham akan ada pengakuan laba
ataurugi penjualan..
Dengan menggunakan contoh di atas, PT Agip menjual
saham PT BFIN sebanyak 15.000 lembar saham dengan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


13

harga pasar Rp 1.900,00 per lembar saham, maka


pencatatannya adalah sebagai berikut :
Kas (15.000 x Rp 1.500,00) Rp 28.500.000,00
Investasi saham*) Rp 22.000.050,00
Laba penjualan saham Rp 6.499.950,00
*) Harga pokok saham = (Rp 44.000.000,00 / 30.000) x 15.000
= Rp 1.466,67 x 15.000
= Rp 22.000.050,00
PERTANYAAN
1. Jelaskan tujuan melakukan investasi jangka panjang
pada saham suatu perusahaan
2. Jelaskan apa perbedaan antara investasi jangka pendek
dan jangka panjang
3. Jelaskan perbedaan antara metode biaya dan metode
ekuitas
4. Apa yang dimaksud dengan bukti rights dan preemtive
rights
LATIHAN
1. PT Bluechip pada 5 Juli 2002 membeli saham biasa PT
Triangsa sebanyak 30.000 lembar dengan harga pasar
Rp 2.000,00per lembar dan biaya komisi 0,02 %. Pada
tanggal 31 Juli 2002 PT Triangsa membayar dividen tunai
Rp 200,00 per lembar saham. Pembelian saham tersebut
dilakukan dengan dua alternartif yaitu (a) tunai dan (b)
ditukar dengan kendaraan yang harga pasarnya adalah
Rp 50.000.000,00. Buatlah jurnal yang diperlukan untuk
mencatat transaksi yang dilakukan oleh PT Bluechip!
2. PT Bima merencanakan membeli 10.000 lembar saham
biasa dan
2.000 lembar saham preferen dari PT Duta dengan harga
keseluruhan Rp 55.000.000,00. Buatlah jurnal yang
diperlukan apabila diketahui bahwa:
a. Harga pasar saham biasa Rp 4.500,00 per lembar dan
saham preferen Rp 7.500,00per lembar
b. Harga pasar saham preferen Rp 7.500,00 per lembar
dan harga pasar saham biasa tidak diketahui
3. PT Swara pada 10 Mei 2003 membeli 20.000 saham
biasa PT Delta Force dengan kurs 105 nominal Rp
1.000,00. Pada tanggal 15 Juli PT Delta Force
mengumumkan pemberian dividen Rp 200,00 per lembar

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


14

saham dan akan dibayarkan pada 28 Juli 2003. Buatlah


jurnal yang perlukan atas transaksi tersebut !
4. PT Golden membeli saham PT Genio sebagai berikut :
Bulan ∑ Harga beli / BiayaPembelian
saham lembar
Maret 10.000 Rp 3.000,00 Rp
2002 200.000,00
Juni 15.000 Rp 5.500,00 Rp
2003 450.000,00
Feb 2004 10.000 Rp 7.500,00 Rp
400.000,00
Pada tanggal 15 Juli 2004 PT Genio memberi dividen
saham dengan rasio 1 : 2 (setiap pemilik satu saham
lama berhak memperoleh dua lembar saham baru) dan
pada akhir Agustus 2004 dijual 25.000 lembar saham
dengan harga Rp 3.000,00 per lembar. Buatlah jurnal
atau catatan yang diperlukan atas pemberian dividen
saham dan penjualan saham tersebut !
5. Saham yang beredar dari PT Jazz adalah
100.000.lembar, nominal Rp.500,00 dan pada 1 April
2002 PT Civic membeli 15 % PT Genio dengan harga Rp
8.500.000,00. PT Jazz berusaha untuk menambah modal
disetor dengan cara melakukan rights issue dengan rasio
satu dibanding dua dan exercise price sebesar Rp
500,00. Harga pasar saham cum-rights Rp 800,00 per
lembar dan harga pasar saham exrights Rp 600,00serta
harga bukti rights Rp 80,00per lembar Diminta :
a. Hitung proporsi pemilikan saham PT Civic di PT Genio
bila tidak menebus sertifikat bukti rights
b. Hitung harga teoritis bukti rights dan saham
setelahrights issue
c. Hitung besarnya keuntungan yang diperoleh jika bukti
rights dijual dan berapa besarnya kerugian bila bukti
rights tidak ditebus oleh
PTCivic serta jurnal yang diperlukan
d. Buatlah jurnal apabila pada akhir Agustus 2002 PT Civic
menjual
25.000 saham dengan harga Rp 575,00per lembar
BAB 2

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


15

INVESTASI OBLIGASI

Obligasi adalah surat pengakuan utang yang akan


dibayar sebesar nilai nominal pada saat jatuh tempo
ditambah dengan pembayaran bunga selama masa
berlakunya obligasi. Selama obligasi memberikan sejumlah
tingkat bunga yang tetap atau sejumlah realisasi pembayaran
bunga, maka harga pokok yang dibayar oleh investor
kemungkinan menjadi lebih besar atau lebih kecil daripada
nilai nominal, karena harapan investor untuk memperoleh
tingkat bunga atas pengeluaran investasi.
Investasi obligasi termasuk dalam kategori investasi
jangka panjang bila obligasi tersebut dipegang hingga jatuh
tempo satu tahun atau lebih. Pada saat membeli dicatat
sebesar harga pokok dan pendapatan bunga yang terutang
atas investasi jangka panjang. Harga pokok obligasi dapat
lebih besar atau lebih kecil daripada nilai saat jatuh tempo
dan perbedaan tersebut akan diamortisasi selama sisa umur
obligasi. Sedangkan pengakuan laba atau rugi dalam laporan
keuangan hanya terjadi bila ada penjualan obligasi dan laba
atau rugi sebelum terealisir tidak ada pencatatan.
PEMBELIAN OBLIGASI
Harga pokok pembelian obligasi yang dibayar oleh
investor saat membeli akan sangat tergantung pada
ketentuan dari obligasi yang ditbeli dan kondisi umum pasar
obligasi, tingkat resiko obligasi dan harapan kondisi ekonomi.
Perhitungan harga pokok pembelian obligasi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
a Kurs pembelian. Apabila dalam pembelian obligasi
menggunakan kurs, maka besarnya harga pokok
pembelian obligasi sama dengan jumlah nominal obligasi
dikalikan dengan kurs pembelian ditambah biaya
pembelian.
b Tingkat Bunga efektif (Yield) merupakan tingkat bunga
di pasar untuk obligasi tersebut yang jumlahnya dapat
lebih besar atau lebih kecil dari tingkat bunga obligasi
yang sesungguhnya atau yang tercantum dalam oblgiasi.
Dengan cara ini, maka yang sering terjadi dalam jual beli
obligasi minimal ada dua kemungkinan yaitu :

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


16

1. Pembeli membayar dengan jumlah yang lebih kecil


dari nilai nominal (Disagio obligasi) bila bunga efektif
(yield) lebih besar dari bunga yang tertera dalam
obligasi.
2. Pembeli membayar lebih besar dari nilai nominal
(Agio obligasi) bila bunga efektif (yield) lebih kecil
dari bunga yang tercantum dalam obligasi.
Pembeli obligasi akan menerima bunga yang tetap,
misal setiap enam bulan sekali. Dengan demikian pada saat
membeli obligasi ada dua kemungkinan yaitu :
a. Pembeli tidak membayar pendapatan bunga yang
terutang, bila tanggal pembelian sama dengan tanggal
ketentuan penerimaan bunga obligasi Sebagai contoh,
misal tanggal pembelian sama dengan tanggal
penerimaan bunga obligasi yaitu tiap tanggal 1 Maret dan
1 September
b. Pembeli harus membayar bunga terutang, jika tanggal
pembelian obligasi berada diantara tanggal penerimaan
bunga obligasi. Contohnya, pembelian obligasi dilakukan
tanggal 1 Maret , sedangkan tanggal penerimaan bunga
obligasi tiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli. Dengan
demikian ada bunga yang terutang 2 bulan yaitu dari
tanggal 1 Januari hingga 1 Maret.
Pencatatan Harga Pokok
Pencatatan investasi obligasi untuk jangka panjang
perlu memperhatikan tanggal pembelian, tanggal
pembayaran bunga obligasi, besarnya bunga obligasi,
tamggal jatuh tempo (umur obligasi) dan bunga efektif atau
kurs pembelian. Untuk memberikan gambaran, dengan
anggapan bahwa PT Bimantara pada tanggal 1 April 2003
membeli obligasi 9 % dengan nominal Rp 100.000.000,00
dengan kurs 98 % ditambah bunga terutang. Pembayaran
bunga dilakukan tiap tanggal 1 April dan 1 Oktober dan jatuh
tempo obligasi adalah 3 tahun atau hingga 1 April 2005. PT
Bimantara akan mencatat sebagai berikut :
Investasi obligasi*) Rp 98.000.000,00
Kas Rp 102.000.000,00
*) Investasi Obligasi = Rp 100.000.000,00 x 98 %= Rp 98.000.000,00
Perusahaan mendebet investasi sebesar Rp
98.000.000,- sehingga ada disagio sebesar Rp 2.000.000,00
( Rp 100 juta – Rp 98 juta) yang dicatat langsung dalam

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


17

rekening investasi dan nantinya akan diamortisasi selama 3


tahun. Dalam transaksi tersebut tidak ada pembayaran bunga
terutang, karena tanggal pembelian sama dengan tanggal
pembayaran bunga obligasi.
Tanggal pembelian obligasi dapat tidak sesuai dengan
tanggal pembayaran bunga dan menggunakan tingkat bunga
efektif. Sebagai contoh, pada tanggal 1 Juni 2003 PT
Matahari membeli Rp 2.000.000,00 obligasi, 10 % milik PT
Smart dan pembayaran bunga tiap tanggal 1 Maret dan 1
September. Tingkat bunga efektif yang berlaku saat itu
adalah12 %.
Pencatatan yang dilakukan oleh PT Matahari adalah :
Investasi obligasi*) Rp 1.901.653,511)
Pendapatan bunga oblgasi Rp 25.000,002)
Kas Rp 1.926.653,51
Perhitungan :
1) Investasi obligasi

 Present Value (PV) Nominal = Rp 2.000.000,00x 9,705 a) = Rp


1.409.921,08
 PV Bunga = (Rp 2.000.000 x 10 % x 6/12) x 4,91732 b) = Rp
491.732,43
Jumlah harga pokok obligasi = Rp
1.901.653,51 =============
a)PV –Nominal = PV (2x3),(12 % / 2) or PV 6,6 %= 9.0750 –
lihat tabel
b)PV of Annuity –Bunga = PV of A 6,6 % = 4,91732 –lihat tabel
PV of A
2)Bunga obligasi = Rp 2.000.000,00x 10 % x 3/12 = Rp
25.000,00(Periode
1 Maret 2003 sampai dengan 1 Juni 2003 atau 3 bulan)
Dengan tingkat bunga efektif (bunga pasar) yang lebih
rendah dari bunga menurut obligasi, maka pembeli
membayar dengan jumlah yang lebih kecil dari nilai nominal
obligasi atau ada disagio sebesar Rp 98.346,49 (Rp
2.000.000,00–Rp 1.901.653,51). Disagio tersebut akan
diamortisasi selama umur obligasi yang nantinya akan
menambah pendapatan obligasi tiap semesternya.
Amortisasi Disagio dan Agio Obligasi
Investasi obligasi yang dibeli dengan agio atau disagio
sebagai akibat adanya perbedaan tingkat bunga efeketif dan
bunga yang tertera dalam obligas. Sebagai konsekuensi dari

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


18

investasi obligasi, pengakuan pendapatan bunga tiap periode


akuntansi didasarkan pada tingkat bunga efektif terutama
pada saat memperolehnya. Oleh karena itu, bila ada agio
atau disagio di amortisasi selama sisa masa hidup obligasi
untuk dapat mencerminkan pendapatan bunga yang
sesungguhnya pada tiap periode akuntansi.
AMORTISASI DISAGIO Sebagai contoh, PT HMSP pada 5
Januari 2002 membeli obligasi bunga 8 % dengan nominal
Rp 4.000.000,00 dan bunga efektif 10 %. Penerimaan bunga
setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember serta jatuh tempo
obligasi 3 tahun atau 31 Desember 2004. Pencatatan yang
dilakukan oleh PT HMSP pada saat pembelian adalah
sebagai berikut :
Investasi oblgasi Rp 3.796.972,321)
Kas Rp 3.796.972,32
Perhitungan :
1)
Investasi obligasi

 Present Value (PV) Nominal = Rp 4.000.000,00 x 0,7462 a) = Rp


2.984.861,59
 PV Bunga = (Rp 4.000.000,00x 8 % x 6/12) x 5,07569 b) = Rp
812.110,73
Jumlah harga pokok obligasi = Rp 3.796.972,32
=============
Disagio obligasi = Nilai nominal –Nilai Present Value Obligasi
= Rp 4.000.000,00 –Rp 3.796.972,32 = Rp 203.027,68
Amortisasi Disagio dengan Metode Garis Lurus
Dengan menggunakan metode garis lurus dalam
perhitungan amortisasi agio, maka jumlah amortisasi tiap
periodenya akan sama besarnya.
Jurnal yang dibuat untuk pendapatan bunga obligasi pada 30
Juni 2002 adalah :
Kas Rp 160.000,00
Investasi obligasi Rp 33.837,95 Pendapatan bunga obligasi
Rp 193.837,95
Untuk jurnal periode selanjutnya sampai dengan jatuh tempo
akan sama seperti periode Juni 2002.
Tabel amortisasi disagio obligasi dengan metode garis lurus :
Kas Investasi Pendapatan Nilai Buku
Tanggal Debet Obligasi Bunga Investasi
Debet Kredit Obligasi

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


19

A B = Nominal x C = Disagio D=B+C E = Awal + C


8% x 6/12 bln / 6 periode
1Jan 02 Rp
3.796.972,32
30 Jun Rp Rp Rp Rp
02 160,000.001) 33.837,952) 193.837,953) 3.830.810,26
31 Des Rp Rp Rp Rp
02 160,000.00 33.837,95 193.837,95 3.864.648,21
30 Jun Rp Rp Rp Rp
03 160,000.00 33.837,95 193.837,95 3.898.486,16
31 Des Rp Rp Rp Rp
03 160,000.00 33.837,95 193.837,95 3.932.324,11
30 Jun Rp Rp Rp Rp
04 160,000.00 33.837,95 193.837,95 3.966.162,05
31 Des Rp Rp Rp Rp
04 160,000.00 33.837,95 193.837,95 4.000.000,00
1) Kas = Rp 4.000.000 x 8 % x 6/12 = Rp 160.000
2) Investasi Obligasi (Amortisasi Disagio) = Rp 203.027,68 / 6 = Rp
33.837,95 3) Pendapatan bunga obligasi = Rp 160.000 + Rp
33.837,95 = Rp 193.837,95

Amortisasi Disagio dengan Metode Bunga Efektif


Amortisasi Disagio obligasi dengan menggunakan
bunga efektif jumlah tiap periodenya akan semakin besar dan
akibatnya pendapatan bunga juga akan semakin besar.
Kas Rp 60.000,-
Investasi obligasi Rp 33.837,95 Pendapatan bunga obligasi
Rp 193.837,95
Untuk jurnal periode selanjutnya sampai jatuh tempo caranya
akan sama seperti periode Juni 2002.
Tabel amortisasi disagio obligasi dengan metode bunga
efektif :
Kas Pendapatan Investasi Nilai Buku
Tanggal Debet Bunga Obligasi Investasi
Kredit Debet Obligasi
A B = Nominal C=8%x D = C- B E = Awal + D
x 8%x 6/12 Awal E x
bln 6/12
1 Jan 02 Rp
3.796.972,32
30 Jun Rp160,000.- Rp Rp Rp
1)
02 189.848,622) 29.848,62 3) 3,826,820.93
31 Des Rp Rp Rp 31,341.05 Rp
02 160,000.- 191,341.05 3,858,161.98
30 Jun Rp Rp Rp 32,908.10 Rp
03 160,000.- 192,908.10 3,891,070.08
31 Des Rp Rp Rp 34,553.50 Rp

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


20

03 160,000.- 194,553.50 3,925,623.58


30 Jun Rp Rp Rp 36,281.18 Rp
04 160,000.- 196,281.18 3,961,904.76
31 Des Rp Rp Rp 38,095.24 Rp
04 160,000.- 198,095.24 4,000,000.00
1) Kas = Rp 4.000.000 x 8 % x 6/12 = Rp 160.000
2) Pend. bunga Juni = 8 % x Rp 3.796.972,32 x 6/12 = Rp
189.848,62
Pend. bunga Des = 8 % x Rp 3.826.820,93 x 6/12 = Rp
191.341,05 dst 3) Investasi Obligasi (Amortisasi Disagio) = Rp
189.848,62- Rp 160.000,00
= Rp 29.848,62

AMORTISASI AGIO Dengan menggunakan contoh PT


HMSP diatas, bahwa bunga efektif sebesar 6 % dan bunga
menurut obligasi 8 % serta nominal Rp 4.000.000
Penerimaan bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember
serta jatuh tempo obligasi 31 Desember 2004. Pencatatan
yang dilakukan oleh PT HMSP pada saat pembelian tanggal
1 Januari 2002 adalah :
Investasi obligasi Rp 4.216.687,661)
Kas Rp 4.216.687,66
Perhitungan :
1)Investasi obligasi

- Present Value (PV)


Nominal = Rp 4.000.000 x 0,8375 = Rp 3.349.937,03 -

PV Bunga = (Rp 4.000.000 x 8 % x 6/12) x 5,41719 = Rp 866.750,63

Jumlah harga pokok obligasi Rp 4.216.687,66

Agio Obligasi =Nilai nominal –Nilai Present Value Obligasi


=Rp 4.216.687,66–Rp 4.000.000 = Rp 216.687,66
Amortisasi Agio denganMetode Garis Lurus
Amortisasi agio obligasi dengan menggunakan
metode garis lurus pada dasarnya sama dengan
pembahasan amortisasi disagio. Jurnal yang dibuat untuk
penerimaan bunga pada 30 Juni 2002 adalah
Kas Rp 160.000,00
Investasi obligasi Rp 36.114,51
Pendapatan bunga obligasi Rp 123.885,39
Untuk jurnal periode selanjutnya sampai dengan jatuh tempo
akan sama seperti periode Juni 2002.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


21

Tabel amortisasi agio obligasi dengan metode garis lurus


Kas Investasi Pendapatan Nilai Buku
Tanggal Debet Obligasi BungaKredit Investasi
Kredit Obligasi
A B = Nominal C = Agio / 6 D = B- C E = Awal - C
x 8 %x 6/12 periode
bln
1 Jan 02 Rp
4,216,687.66
30 Jun Rp Rp Rp Rp
02 160.000.-1) 36.114,612) 123.885,393) 4,180,573.05
31 Des Rp 160.000,- Rp36.114,61 Rp Rp
02 123,885.39 4,144,458.44
30 Jun Rp 160.000,- Rp Rp Rp
03 36.114,61 123,885.39 4,108,343.83
31 Des Rp 160.000,- Rp Rp Rp
03 36.114,61 123,885.39 4,072,229.22
30 Jun Rp 160.000,- Rp Rp Rp
04 36.114,61 123,885.39 4,036,114.61
31 Des Rp160.000,- Rp Rp Rp
04 36.114,61 123,885.39 4,000,000.00
1) Kas = Rp 4.000.000 x 8 % x 6/12 = Rp 160.000
2) Investasi Obligasi (Amortisasi Agio) = Rp 216.687,66 / 6 = Rp 36.114,61
3) Pendapatan bunga obligasi = Rp 160.000 - Rp 36.114,61 = Rp
123.885,39

Amortisasi agio obligasi berpengaruh pada berkurangnya


pendapatan bunga obligasi yang diterima oleh investor. Nilai
buku obligasi tiap periodenya berkurang, sehingga pada saat
jatuh tempo obligasi nilai bukunya akan sama besarnya
dengan nilai nominalnya.
Amortisasi Agiodengan Metode Bunga Efektif
Agio obligasi diamortisasi dengan menggunakan
bunga efektif, maka jumlahnya akan meningkat tiap periode
dan akhirnya pendapatan bunga obligasi serta nilai buku
investasi akan menurun. Jurnal yang dibuat untuk 30 Juni
2002 adalah sebagai berikut :
Kas Rp 160.000,-
Investasi obligasi Rp 33.499,37
Pendapatan bunga obligasi Rp 126.500,63
Untuk mencatat pendapatan bunga obligasi periode
selanjutnya, sesuai dengan prinsip yang digunakan seperti
periode Juni 2002.
Tabel amortisasi agio obligasi dengan metode bunga efektif
Kas Pendapatan Investasi Nilai Buku
Tangga

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


22

Debet Bunga Kredit Obligasi Investasi


l
Kredit Obligasi
A B = C =8%x D = C- B E = Awal + D
Nominal x 8 Awal E x 6/12
% x 6/12bln
1 Jan Rp4,216,687.66
02
30 Jun Rp Rp Rp Rp
02 160,000.001) 126.500,632) 33.499,37 4,183,188.29
3)
31 Des Rp Rp Rp Rp
02 160,000.00 125,495.65 34,504.35 4,148,683.94
30 Jun Rp Rp Rp Rp
03 160,000.00 124,460.52 35,539.48 4,113,144.45
31 Des Rp Rp123,394.3 Rp Rp
03 160,000.00 3 36,605.67 4,076,538.79
30 Jun Rp Rp Rp Rp
04 160,000.00 122,296.16 37,703.84 4,038,834.95
31 Des Rp Rp Rp Rp
04 160,000.00 121,165.05 38,834.95 4,000,000.00
1) Kas = Rp 4.000.000 x 8 % x 6/12 = Rp 160.000
2) Pendapatan bunga Juni = 8 % x Rp 4.216.687,66 x 6/12 = Rp
126.500,63
Pendapatan bunga Des = 8 % x Rp 4.183.188,29 x 6/12 = Rp
125.495,65 dst 3) Investasi Obligasi (Amortisasi Agio) = Rp 160.000-
Rp 126.500,63 = Rp 33.499,37

Amortisasi Obligasi untuk Pembelian Diantara Tanggal


Pembayaran
Bunga
Obligasi kemungkinan dibeli diantara tanggal
pembayaran bunga, misalnya tanggal pembelian 1 April,
sedangkan tanggal pembayaran bunga adalah 1 Januari dan
1 Juli. Apabila waktu pembelian obligasi terdapat agio atau
disagio, maka amortisasinya didasarkan pada sisa waktu
umur obligasi yang dimiliki oleh investor. Sebagai contoh,
misalnya PT Astra pada tanggal 2 April 2002 membeli
obligasi PT Argo dengan nominal Rp 6.000.000 dan bunga
12 % yang dibayarkan tiap 30 Juni dan 31 Desember.
Tingkat bunga pasar 10 % dan jatuh tempo obligasi 31
Desember 2004 atau 33 bulan setelah tanggal pembelian. PT
Astra mencatat transaksi pembelian pada 2 April 2002
sebagai berikut :
Investasi Obligasi Rp 6.304.541,521)
Pendapatan Bunga ObligasiRp 180.000,002)
Kas Rp 6.484.541,52

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


23

Perhitungan :
1) Investasi obligasi = (Rp 6.000.000 x 0,7462) + ( Rp 6.000.000 x 12
% x 6/12 x ,07569)
= Rp 4.477.292,38 + Rp 1.827.249,14
= Rp 6.304.541,52
2) Pendapatan bunga= Rp 6.000.000 x 12 % x 3 /12(2 April s/d 30Juni) =
Rp 180.000,00

PT Astra dalam transaksi pembelian obligasinya ada


agio obligasi Rp 304.541,52 (Rp 6.304.541,52 – Rp
6.000.000) dan jumlah tersebut akan diamortisasi selama 33
bulan umur dari obligasi hingga jatuh tempo.
Dengan menggunakan metode garis lurus, maka jumlah
amortisasi agio obligasi tiap bulan adalah Rp 9.228,53 dan
selanjutnya digunakan untuk mengurangi pendapatan bunga
tiap periode.
Jurnal penerimaan bunga pada 30 Juni 2002 adalah
Kas Rp 360.000,-
Pendapatan Bunga Rp 332.314,41
(Rp 6.000.000 x 12 % x 6/12) –(Rp 9.228,53 x 3 1)) Rp 27.685,59
1) Lama, 3 bulan yaitu sejak 1 Januari 2002 hingga 2 April 2002
(tanggal pembelian obligasi).
Jurnal penerimaan bunga pada 31 Desember 2002 adalah
Kas Rp 360.000,-
Pendapatan Bunga Rp 304.628,81
(Rp 6.000.000 x 12 % x 6/12) –(Rp 9.228,53 x 6 1)) Rp 55.371,19
1) Lama, sejak tanggal 30 Juni 2002 hingga 31 Desember 2002
atau 6 bulan Sedangkan pencatatan penerimaan bunga
selanjutnya sama dengan periode 31 Desember 2002
Sedangkan amortisasi agio dengan menggunakan
metode bunga efektif, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai
berikut :
30 Juni 2002
Kas Rp 360.000,-
Pendapatan Bunga Rp 337.613,54
Investasi Obligasi Rp 22.386,46
Perhitungan
Pendapatan bunga = (Rp 6.304.541,52x10%x3/12) +(Rp 6.000.000
x12%x3/12)
= Rp 157.613,54 + Rp 180.000,00 1)
= Rp 337.613,54

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


24

Investasi obligasi= Rp 360.000 –Rp 337.613,54 = Rp 22.386,46


1) JumlahRp 180.000 sudah didebet pada saat membeli 2 April 2002
dan termasuk di dalam penerimaan kas Rp 360.000,-
31 Desember 2002
Kas Rp 360.000,-
Pendapatan Bunga Rp 314.107,75
Investasi Obligasi Rp 45.892,25
Perhitungan
Pendapatan bunga = (Rp 6,304,541.52 –Rp 22.386,46 ) x 10 % x 6/12
= Rp 314.107,75
Investasi obligasi= Rp 360.000 –Rp 314.107,75 = Rp 45.892,25
Penjualan Obligasi Sebelum Jatuh Tempo
Penjualan investasi obligasi sebelum waktu jatuh tempo
sebetulnya merupakan suatu pelanggaran dari ketentuan
dalam investasi jangka panjang. Hal ini jarang terjadi dan
kemungkinan karena ada perubahan kondisi perusahaan
investor atau investee yang tidak memungkinkan, sehingga
terjadi penjualan investasi yang seharusnya tidak terjadi. Jika
terjadi penjualan, maka perusahaan harus mencatat adanya
untung atau rugi transaksi penjualan dan perusahaan harus
menghapus rekening investasi serta menerima bunga sejak
penerimaan bunga terakhir hingga tanggal penjualan dari
pembeli yang baru.
Untuk mengetahui untung atau rugi, perusahaan
harus menghitung amortisasi atas agio atau disagio sejak
perhitungan penerimaan bunga terakhir hingga tanggal
penjualan. .Seperti contoh yang telah dibahas sebelumnya,
misalnya obligasi nilai nominal Rp 4.000.000 dengan bunga
10 % yang dibeli pada 5 Januari 2002 oleh PT HMSP
sebesar Rp 3.796.972,32 dijual pada 30 September 2003
dengan harga Rp 4.100.000 ditambah bunga yang terutang.
PT HMSP mencatat penjualan obligasi sebagai berikut :
Investasi Obligasi Rp 16.918,97
(Rp 203.027,68 : 6) x 3/12
Pendapatan Bunga Rp 314.107,75
(Amortisasi disagio dari 30 Juni 2003 –30 Sept 2003)

Kas Rp 4.180.000,-
Pendapatan Bunga Rp 80.000,-
(Rp 4.000.000 x 8 % x 3/12)
Investasi Obligasi Rp 3.915.405,13

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


25

(Rp 3.898.486,16 –Tabel + Rp 16.918,97)


Laba penjualan investasi obligasi Rp 184.594,87
Untuk menentukan laba rugi penjualan, maka langkah
yang perlu dilakukan yaitu mencari pendapatan bunga sejak
tanggal penerimaan bunga terakhir (30 Juni 2003) hingga
tanggal penjualan ( 30 Sepetember 2003) yaitu 3 bulan
sebesar Rp 80.000. Selanjutnya amortisasi disagio seperti
periode bunga tersebut yaitu 3 bulan dan nilai buku obligasi
dilihat di tabel per 30 Juni 2003 ditambah amortisasi disagio
selama 3 bulan atau
total nilai buku investasi Rp 3.915.405,13
PERTANYAAN
1. Mengapa perusahaan melakukan investasi jangka
panjang dalam obligasi ?
2. Jelaskan mengapa dalam investasi obligasi dapat terjadi
agio dan disagio!
3. Apakah perbedaan antara investasi jangka panjang
dalam obligasi dan saham?
4. Jelaskan perbedaan metode amortisasi agio atau disagio
dengan metode garis lurus dan bunga efektif !
LATIHAN
1. Pada 1 Juli PT Sigma membeli obligasi PT Sinar Rp
4.500.000,dengan nilai nominal Rp 5.000.000,-.
Pembayaran bunga tiap tanggal 1 April dan 1 Oktober
dengan bunga 7 % per tahun. Buatlah jurnal pada saat
pembelian dan penerimaan bunga!
2. PT Golden tanggal 1 Juni 2002 membeli obligasi dengan
tingkat bunga 10 % per tahun dari PT Roda yang
bernominal Rp 10.000.000,Bunga dibayarkan oleh PT
Roda tiap tanggal 1 Maret dan 1 Oktober dan jatuh tempo
obligasi 4 tahun atau tahun 1 Maret 2005. Bunga efektif
yang brrlaku di pasar adalah 8 % dan pada 30 Desember
2003 obligasi dijual dengan harga Rp 9.500.000,-.
Buatlah jurnal saat pembelian dan penjualan dengan
anggapan bahwa amortisasi dengan metode garis lurus!

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


26

BAB 3

AKTIVA TETAP BERWUJUD :


PEROLEHAN,PENGELUARAN SELAMA
PENGGUNAAN DAN PEMBERHENTIAN

PENGERTIAN
Menurut PSAK No. 16 para 05 disebutkan bahwa aktiva
tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk
siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Dengan demikian aktiva tetap tersebut dapat dilihat
secara fisik seperti tanah, bangunan, mesin , peralatan
pabrik, kendaraan dan perabot kantor. Dalam bab ini akan
dibahas mengenai perolehan aktiva tetap dan
pemberhentian.
KARAKTERISTIK AKTIVA TETAP BERWUJUD
Secara umum aktiva tetap berwujud yang ada
diperusahaan digunakan untuk membantu kegiatan operasi
dalam kondisi normal. Menurut Nikolai dan Bazley (2004)
suatu aktiva dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap
berwujud harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Aktiva yang dimiliki untuk digunakan dan tidak tidak untuk
investasi. Untuk aktiva yang dimiliki dan digunakan dalam
aktivitas usaha normal dapat dianggap sebagai aktiva
tetap berwujud. Namun demikian tidak harus digunakan
secara terus menrus karena dapat terjadi bahwa aktiva
tersebut dimiliki untuk cadangan apabila terjadi
kerusakan. Berbeda halnya dengan pemilikan aktiva
seperti tanah dan bangunan yang tidak digunakan sama
sekali, maka pencatatannya harus dipisahkan kedalam
kategori investasi. Dengan demikian dapat terjadi bahwa
suatu aktiva perlakuannya berbeda diantara perusahaan
satu dengan lainnya, sebagai contoh kendaraan dapat

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


27

dikategorikan sebagai aktiva tetap berwujud dan dapat


sebagai persediaan untuk perusahaan yang kegiatan
usahanya menjual kendaraan.
2. Aktiva harus mempunyai umur lebih dari satu tahun.
Perusahaan akan dapat menikmati manfaat daripada
aktiva tersebut lebih dari satu tahun dan untuk aktiva
yang akan dijual pada tahun berikutnya tetap diakui
sebagai aktiva tetap berwujud.
3. Secara alamiah aktiva harus dapat dilihat secara fisik.
Aktiva tersebut harus dapat diraba dan dilihat secara fisik
serta tidak ada perubahan bentuk seperti yang terjadi
pada bahan baku dapat berubah bentuk menjadi barang
lain.
Perusahaan mencatat aktiva tersebut sebesar harga
perolehannya. Selama aktiva dapat memberikan manfaat
kepada perusahaan, maka tiap periodenya harus dilakukan
alokasi kedalam biaya. Pengalokasian biaya tiap periodenya
dapat dilakukan dengan cara penyusutan untuk aktiva yang
terbatas umurnya dan deplesi untuk aktiva yang
berhubungan dengan barang tambang.
KLASIFIKASI AKTIVA TETAP BERWUJUD
Secara umum klasifikasi dari aktiva tetap berwujud dalam
laporan keuangan dapat berupa tanah, bangunan dan mesin
dan peralatan.
Tanah
Tanah merupakan salah aktiva tetap berwujud yang
berbeda dengan aktiva tetap lainnya yaitu tidak pernah
usang atau secara fisik berkurang manfaatnya karena
digunakan. Termasuk dalam kategori ini adalah lingkungan
bangunan, halaman dan tempat parkir. Harga perolehan
adalah semua pengeluaran yang berhubungan dengan
perolehan tanah dan akhirnya tanah tersebut dapat
digunakan , misalnya harga beli, biaya notaris, biaya
pengurusan hak pemilikan tanah, biaya pencarian, biaya
meratakan atau pengurugan serta biaya pembebasan tanah.
Sedangkan penerimaan yang berhubungan dengan
penjualan sisa tanah atau kayu digunakan untuk mengurangi
harga beli tanah.
Untuk perbaikan lingkungan seperti taman, tempat
parkir, tempat pejalan kaki yang umurnya terbatas umurnya
maka pencatatannya dipisahkan dalam rekening tersendiri

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


28

dari rekening tanah yang selanjutnya akan dilakukan


penyusutan. Tanah yang dimiliki untuk tujuan masa depan
dicatat dalam rekening investasi dan bukan dalam rekening
aktiva tetap berwujud.
Bangunan
Harga perolehan bangunan termasuk semua
pengeluaran yang berhubungan perolehan atau
pembangunan. Apabila bangunan tersebut dibeli, maka
harga perolehan sebesar harga belinya ditambah dengan
biaya perbaikan, biaya komisi pembelian, pajak yang belum
dibayar dan biaya lainnya.
Untuk bangunan yang dibangun, maka biaya komisi
perencana, bahan bangunan, tenaga kerja, overhead, biaya
ijin membangun dan biaya lainnya dikapitalisir. Sedangkan
biaya bunga atau diskon obligasi di amortisasi selama
periode pembangunan atau dapat juga dimasukan dalam
harga perolehan.
Mesin dan Peralatan
Mesin dan perlatan termasuk juga mesin dan perlatan
pabrik dan kantor, perabot kantor dan peralatan pengangkut.
Harga perolehan dari mesin dan peralatan tersebut meliputi
harga beli , biaya pengangkutan, pajak penjualan atau pajak
lainnya, asuransi , biaya pemasangan dan biaya selama uji
coba. Sedangkan mesin dan peralatan yang dibuat sendiri,
maka seluruh pengeluaran dikapitalisir sebagai harga
perolehan.
PENILAIAN DENGAN HARGA HISTORIS
Penggunaan harga historis dalam laporan pada
dasarnya konsisten dengan pelaporan daripada aktiva
lainnya, utang dan modal. Keuntungan penggunaan harga
historis adalah (1) harga sesuai dengan nilai wajar pada saat
perolehan, (2) harga mencerminkan kondisi yang realistis
dan (3) pengakuan keuntungan dan kerugian pada saat
terjadinya transaksi penjualan atau pertukaran aktiva.
Penggunaan harga historis dalam laporan keuangan pada
dasarnya dapat menjadi tidak relevan, karena suatu aktiva
yang dibeli beberapa puluh tahun yang lalu sudah tidak
mencerminkan kondisi saat ini. Oleh karena itu menurut
prinsip akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan
dihimbau untuk memberi penjelasan tentang harga yang
berlaku saat ini untuk aktiva tersebut.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


29

PEROLEHAN AKTIVA TETAP


Jenis aktiva tetap dalam suatu perusahaan pada
dasarnya dapat berupa tanah, bangunan, mesin, perabot,
peralatan, perbaikan aktiva, sewa, dan beli. Aktiva tetap
dapat diperoleh dengan cara pembelian tunai atau angsuran
per satuan atau kelompok, mengeluarkan saham, penukaran
dengan aktiva lain atau membuat sendiri dan dari donasi.
PEMBELIAN TUNAI DAN PEMBELIAN ANGSURAN
Perolehan aktiva tetap dengan cara pembelian tunai,
maka penilaiannya didasarkan pada harga pembelian,
termasuk seluruh pengeluaran biaya hingga dapat digunakan
dan dikurangi dengan potongan pembelian atau dicatat
sebagai kerugian apabila potongan pembelian tersebut tidak
dimanfaatkan.
Sedangkan pembelian dengan cara kredit atau
angsuran, maka biaya bunga dapat dipisahkan dalam
rekening tersendiri. Untuk memberikan gambaran yang jelas,
maka contohnya sebagai berikut :
PT Swara sedang mempertimbangkan untuk membeli
kendaraan seharga Rp. 15.000.000,-. Pembayaran dapat
dilakukan dengan berbagai alternatif yaitu
(1) pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 15 hari
dengan potongan 5 % ,
(2) pembayaran dalam tempo 30 hari tanpa potongan dan
(3) memberi uang muka sebesar Rp. 1.500.000,- dan
sisanya diangsur selama 12 bulan dengan bunga 20 %
(bunga per tahun dihitung dari sisa utang kali tingkat
bunga).
Jurnal yang dibuat untuk ketiga tipe pembayaran adalah :
Jurnal 1 Kendaraan Rp 13.500.000,-

Kas Rp
13.500.000,-

Jurnal 2 Kendaraan Rp 13.500.000,-


Rugi potongan Rp 1.500.000,-

Utang Rp
15.000.000,-

Jurnal 3 Kendaraan Rp 13.500.000,-


Rugi potongan Rp 1.500.000,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


30

Biaya bunga Rp 2.700.000,-

Kas Rp
1.500.000,-
Utang Rp
16.200.000,-
Alternatif lain yaitu PT Swata rencana membeli sebuah
kendaraan dengan angsuran Rp. 5.400.000,00 per tahun
untuk jangka waktu 2 tahun atau total angsurannya adalah
Rp. 10.800.000,00 dan tingkat bunga yang dibebankan
adalah 12 % per tahun.
Untuk selanjutnya perlu dicari nilai pembelian tunai saat ini dari
kendaraan dengan cara sebagai berikut :
Nilai Tunai= Angsuran per tahun x PVof A 2, 12 %
= Rp. 5.400.000,00 x 1,69
= Rp. 9.126.000,00
Ta Angsuran Perhitungan bunga Saldo
Bunga Pokok Pinjaman
hun
Saldo awal pinjaman Rp 9.126.000,-
1 Rp 5.400,000.- Rp 9.126.000,- x Rp 1.095.120,- Rp 4.304.880,- Rp
12% = 4.821.120,-
2 Rp 5.400,000,- Rp 4.821.120,- x Rp578.880,- Rp 4.821.120,-Rp 0,-
12% =
Rp 10.800.000,- Rp 1.674.000,- Rp 9.126.000,-

Sedangkan alokasi daripada bunga per tahunnya adalah


sebagai berikut :
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembelian kendaraan tiap
tahunnya adalah :
Saat membeli
Kendaraan Rp 9.126.000,-
Beban bunga yang ditangguhkan Rp 1.674.000,-
Utang angsuran Rp 10.800.000,-
Tahun 1
Utang angsuran Rp 4.500.000,-
Biaya bunga Rp 1.095.120,-
Beban bunga yang ditangguhkan Rp 1.095.120,-
Kas Rp 4.500.000,-
Tahun 2
Utang angsuran Rp 4.500.000,-
Biaya bunga Rp 578.880,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


31

Beban bunga yang ditangguhkan Rp 578.880,-


Kas Rp 4.500.000,-
PEMBELIAN TUNAI SECARA GABUNGAN
Pembelian aktiva seringkali terdiri dari beberapa unit
aktiva secara bersama-sama dan disebut dengan pembelian
gabungan. Dengan demikian perlu adanya pemisahan harga
tiap jenis aktiva tersebut untuk memudahkan dalam
pelaporan dan perhitungan penyusutan. Sebagi contohnya
yaitu pembelian tanah yang diatasnya berdiri bangunan
biasanya tidak ada pemisahan secara jelas tentang harga
tanah dan bangunannya, sedangkan tanah tidak ada tidak
ada penyusutan. Oleh karena diperlukan alokasi harga
perolehan dengan menggunakan dasar harga taksiran,
perhitungan atas dasar pembayaran pajak (Nilai Jual Obyek
Pajak) atau harga pasar.
Contohnya adalah sebagai berikut :
Dalam rangka perluasan usaha , maka PT Swara membeli
sebidang tanah yang ada bangunannya dengan harga Rp.
75.000.000,- dan harga tersebut sudah termasuk komisi
pembelian. Harga tanah menurut faktur pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp. 10.000.000,dan
taksiran harga bangunan Rp. 40.000.000,-. Perhitungan
alokasi harga beli dan jurnal pembeliannya adalah sebagai
berikut :

Jenis aktiva
perolehanHarga taksiran Nilai Relatif x Harga = Harga
perolehan
Tanah Rp 10.000.000,- 10.000 / 50.000 x 75.000 =
Rp15.000.000,Bangunan Rp 40.000.000,- 40.000 / 50.000 x 75.000
= Rp 60.000.000,-
Jumlah Rp 50.000.000,- Rp 75.500.000,-
Jurnal :
Tanah Rp 15.000.000,-

Bangunan Rp 60.000.000,-

Kas Rp 75.000.000,-

PENGELUARAN SURAT BERHARGA


Suatu aktiva dapat diperoleh dengan cara
mengeluarkan saham atau obligasi dan pencatatanya

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


32

dengan menggunakan nilai pasar suratsurat berharga


tersebut atau nilai pasar dari aktiva yang dibeli. Apabila tidak
ada informasi tentang harga pasar dari aktiva dan surat-surat
berharga, maka diperlukan harga taksiran yang ditentukan
oleh pihak pimpinan perusahaan. Sedangkan saham dan
obligasi yang ditukar dengan aktiva akan dicatat sebesar nilai
nominalnya dalam rekening modal saham atau utang
obligasi. Apabila ada perbedaan antara nilai penukaran
aktiva dengan nilai pasar surat-surat berharga, maka akan
dicatat sebagai untung atau rugi pertukaran dan selisih
antara nilai nominal surat-surat berharga dengan nilai pasar
dicatat sebagai agio atau disagio.
Sebagai ilustrasi untuk memberikan gambaran yang
jelas yaitu PT Swara menukarkan 10.000 lembar saham
biasa dengan nominal Rp 1.000,- per lembar ditukar dengan
sebuah mesin.yang harga pasarnya adalah Rp 16.000.000,-.
Sedangkan harga pasar saham adalah Rp. 1.500,- per
lembar. Jurnal untuk mencatat pertukaran sebagai berikut :
Mesin Rp 16.000.000,-
Modal saham biasa Rp 10.000.000,-
Agio saham biasa Rp 5.000.000,-
Laba atas pertukaran Rp 1.000.000,-
PERTUKARAN AKTIVA
Suatu aktiva dapat diperoleh dengan cara pertukaran
dengan aktiva lain yang sejenis atau tidak sejenis.
Pengakuan dari perolehan aktiva tersebut didasarkan pada
nilai wajar atas aktiva yang diserahkan setelah disesuaikan
dengan jumlah pengeluaran kas atau setara dengan kas.
Pengakuan untung atau rugi akibat pertukaran apabila terjadi
perbedaan nilai wajar antara aktiva yang diserahkan dengan
nilai bukunya. Apabila dalam pertukaran ada pengeluaran
atau penerimaan uang, maka harga perolehan aktiva dan
untung atau rugi dapat di hitung dengan perhitungan sebagai
berikut :
Harga perolehan aktiva =Nilai wajar aktiva + Pengeluaran –Penerimaan
yang diserahkan kas kas
dan
Untung (Rugi) =Nilai wajar aktiva –Nilai buku aktiva
yang diserahkan yang diserahkan
Apabila nilai wajar aktiva yang diterima lebih realistis

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


33

daripada aktiva yang diserahkan, maka perhitungan harga


perolehannya dengan aktiva yang diterima.
a.Pertukaran dengan aktiva produktif yang tidak sejenis
Aktiva produktif adalah aktiva yang dimiliki atau
digunakan dalam meproduksi barang atau jasa . Untuk
aktiva produktif yang tidak sejenis berati aktiva tersebut
mempunyai fungsi yang berbeda dan tidak digunakan
dalam perusahaan yang sama. Sebagai contohnya yaitu :
1.Pertukaran tanpa pengeluaran atau penerimaan kas
Perusahaan A Perusahaan B
(Kendaraan) (Bangunan)
Harga perolehan yang diserahkan Rp 50.000.000,-Rp
80.000.000,Akumulasi depresiasi Rp 30.000.000,-Rp
52.000.000,-
Nilai Wajar Rp 25.000.000,-Rp 25.000.000,-
Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah :
Perusahaan A
Bangunan Rp 25.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 30.000.000,-
Kendaraan Rp 50.000.000,-
Keuntungan pertukaran Rp 5.000.000,-
(Rp 25.000.000,- –( Rp 50.000.000,- –Rp 30.000.000,-))
Perusahaan B
Kendaraan Rp 25.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 52.000.000,-
Kerugian pertukaran Rp 3.000.000,-
Bangunan Rp 80.000.000,-
2.Pertukaran dengan pengeluaran atau penerimaan kas
Perusahaan A Perusahaan
B
(Kendaraan) (Bangunan)

Harga perolehan yang Rp 50.000.000,-Rp


diserahkan 80.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 30.000.000,-Rp
52.000.000,-
Nilai Wajar Rp 25.000.000,-Rp
25.000.000,-
Penerimaan (Pengeluaran) (Rp 2.000.000,-)Rp
kas 2.000.000,-
Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah :

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


34

Perusahaan A
Bangunan Rp 27.000.000,- (Rp 25 jt + Rp 2 jt)
Akumulasi depresiasi Rp 30.000.000,-
Kas Rp 2.000.000,-
Kendaraan Rp 50.000.000,-
Keuntungan pertukaran Rp 5.000.000,-
(Rp 25.000.000,- –( Rp 50.000.000,- –Rp 30.000.000,-))
Perusahaan B
Kendaraan Rp 23.000.000,-

Akumulasi depresiasi Rp 52.000.000,-

Kerugian pertukaran Rp 3.000.000,-

Kas Rp 2.000.000,-

Bangunan Rp
80.000.000,-
b.Pertukaran dengan aktiva produktif yang sejenis
Dalam PSAK No. 16 para 21 disebutkan bahwa
aktiva produktif yang sejenis dapat ditukarkan dengan
aktiva yang mempunyai manfaat yang sama ,digunakan
dalam perusahaan yang sejenis dan memiliki nilai wajar
serupa. Berdasarkan statement tersebut ada beberapa
alternatif pencatatan yaitu : (1) Transaksi pertukaran tidak
ada pengeluaran atau penerimaan uang, maka seluruh
kerugian harus diakui dan tidak mengakui adanya
keuntungan, (2) Jika ada penerimaan uang, maka
kerugian diakui secara penuh dan keuntungan dilakukan
secara proposional dengan penerimaannya dan (3) Jika
ada pengeluaran uang, maka tidak ada pengakuan laba
atas pertukaran, tapi bila ada kerugian harus diakui
secara penuh.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka dapat
dijelaskan dengan contoh sebagai berikut, misalnya
transaksi pertukaran aktiva produktif sejenis tanpa ada
pengeluaran atau penerimaan uang, maka jika ada laba
ditunda pengakuanya dan bila terjadi kerugian harus
diakui, seluruhnya dua perusahaan industri saling
menukarkan kendaraan truk, maka kedua perusahaan
dalam transaksi pertukaran tersebut harus menunda
pengakuan keuantungan yang terjadi. Sebaliknya apabila
terjadi kerugian, maka perusahaan harus mencatat.
Namun berbeda halnya bila suatu perusahaan industri

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


35

menukarkan truk di dealer kendaraan, maka kedua


perusahaan itu harus mengakui adanya laba atau rugi
pertukaraan kendaraan.
Apabila nilai pasar aktiva yang diserahkan lebih kecil
dari nilai bukunya, maka perhitungan harga perolehannya
adalah :
Harga perolehan aktiva = Nilai wajar aktiva + Pembayaran –
Penerimaan
Aktiva yang diserahkanuang atau uang
Apabila nilai pasar aktiva yang diserahkan lebih besar
dari nilai bukunya, maka perhitungan harga perolehanya
adalah :
Harga perolehan aktiva = Nilai wajar aktiva –Penerimaan +
Keuntungan
Aktiva yang diserahkan uang
Contoh :
1.Tanpa pengeluaran / penerimaan uang
Perusahaan A Perusahaan B
(Mesin A) (Mesin B)
Harga perolehan yang diserahkan Rp 80.000.000,-Rp
60.000.000,Akumulasi depresiasi Rp 44.000.000,-Rp
32.000.000,-
Nilai Wajar Rp 30.000.000,-Rp 30.000.000,-
Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah :
PerusahaanA
Mesin B Rp 30.000.000,-

Akumulasi depresiasi Rp 44.000.000,-

Kerugian pertukaran Rp 6.000.000,-

Mesin A Rp
80.000.000,-
Perusahaan B
Mesin A Rp 28.000.000,-

Akumulasi depresiasi Rp 32.000.000,-

Bangunan Rp
60.000.000,-
Perusahaan A mengakui adanya kerugian pertukaran sebesar
Rp 6.000.000,- (Rp 80.000.000,- – Rp 44.000.000,- –

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


36

Rp 30.000.000,-) atau merupakan selisih antara nilai


buku mesin yang diserahkan (Rp 36.000.000,-) dengan
harga perolehan mesin yang diterima (Rp 30.000.000,-).
Sedangkan perusahaan B mencatat harga perolehan
mesinnya sebesar Rp 28.000.000,- (Rp 60.000.000,– Rp.
32.000.000,- ) atau sebesar nilai buku dari mesin
diserahkan.
2.Ada pengeluaran / penerimaan uang
Perusahaan A Perusahaan B
(Mesin A) (Mesin B)
Harga perolehan yang diserahkan Rp 80.000.000,-Rp
60.000.000,Akumulasi depresiasi Rp 44.000.000,-Rp
32.000.000,Nilai Wajar Rp 30.000.000,-Rp 30.000.000,-
Penerimaan (pembayaran) kas Rp 5.000.000,- (Rp
5.000.000,-) Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut
adalah : Perusahaan A
Mesin B Rp
25.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp
44.000.000,-
Kerugian pertukaran Rp
6.000.000,-
Kas Rp
5.000.000,-
Mesin A Rp
80.000.000,-
Perusahaan B
Mesin A Rp 33.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp32.000.000,-
Mesin B Rp 60.000.000,-
Kas Rp 5.000.000,-
Perusahaan A mengakui adanya kerugian pertukaran
sebesar
Rp 6.000.000,- (Rp 80.000.000,- – Rp 44.000.000,- –
Rp 30.000.000,-) atau merupakan selisih antara nilai
buku mesin yang diserahkan dengan harga perolehan
mesin yang diterima (Rp 36.000.000,- – Rp 30.000.000,-)
dan harga perolehan mesinnya adalah Rp 25.000.000,-
(Rp 30.000.000,- – Rp 5.000.000,-). Sedangkan
perusahaan B mencatat harga perolehan mesinnya
sebesar Rp 33.000.000,- (Rp 60.000.000,- – Rp
32.000.000,- + Rp 5.000.000,-) atau sebesar nilai buku

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


37

dari mesin diserahkan ditambah dengan pengeluaran


kas..
3. Ada pengeluaran / penerimaan uang dengan
menggunakann proporsi penerimaan kas untuk alokasi
harga perolehan
Perusahaan A Perusahaan B
(Mesin A) (Mesin B)
Harga perolehan yang diserahkan Rp 80.000.000,-Rp
60.000.000,Akumulasi depresiasi Rp 60.000.000,-Rp
30.000.000,Nilai Wajar Rp 30.000.000,-Rp 28.000.000,-
Penerimaan (pembayaran) kas Rp 4.000.000,- (Rp 4.000.000,-)
Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah :
Perusahaan A
Mesin B Rp
17.250.000,-
Akumulasi depresiasi Rp
60.000.000,-
Kas Rp
4.000.000,-
Mesin A Rp
80.000.000,-
Keuntungan Rp 1.250.000,-

Penerimaan Kas
Keuntungan  x (Nilai wajar-NIlai buku)
Penerimaan Nilaiwajar

Rp4.000.000,00
 x (Rp30.000.000,00-Rp
30.000.000,00)
Rp4.000.000,00 Rp28.000.000,00
= Rp 1.250.000,00
Perusahaan B
Mesin A Rp 32.000.000,-
(Rp 28.000.000,- + Rp 4.000.000,-)
Akumulasi depresiasi Rp 32.000.000,-
Kerugian Rp 2.000.000,-
(Rp 30.000.000,- –Rp28.000.000,-)
Mesin B Rp 60.000.000,-
Kas Rp 4.000.000,-
Perusahaan A mencatat harga perolehan sebesar

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


38

Rp 17.250.000,- (Rp 80.000.000,- – Rp 60.000.000,- – Rp


4.000.000,- + Rp 1.250.000,-). Sedangkan perusahaan B
mencatat harga perolehan mesinnya sebesar Rp
32.000.000,(Rp 28.000.000,- + Rp 4.000.000,-) atau
sebesar nilai wajar ditambah dengan pengeluaran kas.
Kerugian pertukaran mesin merupakan selisih antara nilai
buku dengan .dengan nilai wajar dari aktiva yang
diserahkan oleh PT B.
AKTIVA MEMBUAT SENDIRI
Perusahaan dalam memperoleh aktiva yang berupa
bangunan, mesin dan peralatan dapat dengan cara membuat
sendiri. Dengan demikian semua biaya langsung yang
berhubungan dengan pembuatan aktiva tersebut harus
ditambahkan dalam harga perolehan yaitu berupa bahan,
tenaga kerja dan biaya overhead. Sedangkan beberapa
biaya seperti biaya bunga, biaya tetap overhead dan
keuntungan perlu ada pertimbangan khusus untuk dapat
dikapitalisasi.
Dalam PSAK No. 16 para 17 disebutkan bahwa
perolehan aktiva yang dikonstruksi sendiri , maka harga
perolehan aktivanya sama dengan biaya memproduksi aktiva
untuk dijual, maka ataujika ada laba harus dieliminasi dan
bila ada pengeluaran yang tidak normal harus dikeluarkan..
Dengan demikian aktiva yang dibuat sendiri harus
dibandingkan dengan harga pasar aktiva yang sejenis,
sehingga bila terjadi harga perolehan pembuatan sendiri
lebih mahal harus dikurangkan dan sebaliknya jika lebih
murah tidak ada pengakuan laba.
Untuk aktiva ayng dibuat sendiri dengan menggunakan
dana pinjaman dan ada beban bunganya, PSAK No. 26 para
9 dan para 10 dijelaskan bahwa biaya pinjaman harus diakui
dan dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva
tersebut. Namun menurut FASB statement No. 34 tahun
1979 disebutkan bahwa kapitalisasi biaya pinjaman ada tiga
alternatif yaitu (1) biaya bunga selama periode konstruksi
diakui sebagai biaya dan bukan menambah harga perolehan
aktiva dan (2) mengkapitalisasi biaya bunga sebesar dana
yang digunakan dalam konstruksi dalam harga perolehan
aktiva yang dibuat sendiri.
Sedangkan kapitalisasi biaya tetap overhead pabrikasi
dalam perolehan aktiva yang dibuat sendiri dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu (1) biaya tetap overhead

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


39

dialokasikan secara proposional dengan pengeluaran yang


ada, (2) biaya tetap overhead yang dialokasikan hanya
kenaikannya dan (3) biaya tetap overhead tidak dialokasikan
dalam harga peroelahan.
PEROLEHAN AKTIVA DONASI
Aktiva perusahaan yang berupa tanah, bangunan,
mesin, kendaraan dan peralatan dapat diperoleh dari suatu
donasi dari pemerintah atau individu. Pengakuan daripada
aktiva donasi didasarkan pada harga pasar atau harga
taksiran dan di kredit dengan perkiraaan “Modal Donasi”.
Apabila dalam memperoleh aktiva tersebut diperlukan biaya,
maka rekening modal donasi dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan.
PENGELUARAN SELAMA PENGGUNAAN
Selama penggunaan aktiva dalam perusahaan dapat
terjadi pengeluaran seperti perawatan yang bersifat rutin dan
pengeluarannya realtif kecil atau besar, perbaikan,
penambahan dan pengaturan kembali lay out mesin.
Penambahan
Biaya yang dikeluarkan untuk penambahan aktiva harus
dikapitalisasi. Penambahan aktiva dapat berupa perluasan
bangunan, penambahan instalasi, penambahan suku cadang
mesin dll. Apabila dalam penambahan tersebut berakibat
sebagain dari aktiva harus di hancurkan atau dibuang, maka
pengeluaran akan dikapitalisir jika menambah manfaat
ekonomis dan jika tidak menambah manfaat ekonomis biaya
tersebut diakui sebagai biaya. Sedangkan perolehan dari
aktiva yang di hancurkan atau dibuang dikeluarkan dari
perolehan aktiva sebelumnya.
Perbaikan dan Penggantain (Improvements and
Replacements)
Perbaikan atau betterments dan penggantian atau
replacements berkaitan dengan substitusi sebgian dari aktiva
lama dan bermanfaat meningkatkan nilai ekonomi dari aktiva.
Perbaikan merupakan substitusi dari aktiva lama yang
sedang digunakan dengan yang baru dan lebih baik,
misalnya instalasi listrik yang ada di bangunan. Sedangkan
penggantian adalah mengganti aktiva yang sejenis atau
sama fungsinya seperti mesin kendaraan. Kapitalisasi biaya

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


40

perbaikan dan penggantian aktiva dapat dilakukan dengan


tigaalternatif yaitu :
1. Metode substitusi. Apbial nilai buku aktiva lama
diketahui, maka dikeluarkan dari perkiraan dan mencata
aktiva yang baru. Sebagai contoh, perusahaan mengganti
AC lama dengan yang baru. Harga perolehan AC lama
Rp. 5.000.000,- dengan akumulasi depresiasi Rp.
3.000.000,-. Harga jual AC lama Rp. 1.000.000,- dan
harga perolehan AC baru Rp 8.000.000,-. Perusahan
mencatat transaksi penggantian sebagai berikut :
AC baru Rp 8.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 3.000.000,-
Kerugian penggantian Rp 1.000.000,-
AC lama Rp 5.000.000,-
Kas Rp 7.000.000,-
Dalam praktek sering terjadi kesulitan dalam aplikasi
metode ini karena tidak ada catatan tentang akumulasi
depresiasi.
2. Mengurangi perkiraan akumulasi depresiasi. Harga
perolehan atas perbikan dan penggantian di catat dengan
mendebet rekening akumulasi depresiasi dari aktiva
lama, apabila pengeluaran tersebut dapat memperpnjang
umur penggunaan. Sebagai contoh, perusahaan
mengganti sebagian atap bangunan sebesar Rp.
70.000.000,- yang diharapkan dapat memperpanjang
umur penggunaan bangunan. Jurnal yang dibuat oleh
perusahaan adalah :
Akumulasi depresiasi Rp 70.000.000,-
Kas Rp 70.000.000,-
3. Perkiraan aktiva bertambah. Apabila pengeluaran untuk
perbaikan dan penggantian dapat menambah manfaat
bagi perusahaan, maka pengeluaran tersebut dicatat
pada perkiraan aktiva tersebut. Sebagai contohnya,
bahwa perusahaan telah memperluas bangunan pabrik
dengan pengeluaran sebesar Rp. 60.000.000,- dan
perusahaan mencatat sebagai berikut :
Bangunan Rp 60.000.000,-
Kas Rp 60.000.000,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


41

Reparasi dan Pemeliharaan


Pengeluaran biaya reparasi dan pemeliharaan biasanya
bertujuan untuk menjaga agar aktiva dapat beroperasi
dengan baik dalam produksi normal dan jumlahnya relatif
kecil. Dengan demikian semua pengeluaran dicatat dalam
biaya pada periode terjadinya.
Pengaturan dan Pemindahan aktiva
Aktiva yang ada diperusahaan sering dilakukan
penataan ulang terutama mesin atau bangunan untuk dapat
meningkatkan produktivitas kerja atau lainnya. Pengeluaran
yang berhubungan dengan pengaturan dan pemindahan
aktiva tersebut dicatat dalam biaya periode terjadinya karena
tidak berpengaruh pada perubahan manfaat ekonomi atau
memperpanjang umur penggunaan.
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN AKTIVA
Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dihentikan
penggunaannya dengan cara dijual, ditukar dan tidak
digunakan karena rusak. Menurut PSAK No. 16 para 44
dijelaskan bahwa aktiva tetap yang ditarik dari penggunaan
dan tidak ada manfaat ekonomi dimasa mendatang harus
dieliminasi dari neraca. Apabila terjadi keuntungan atau
kerugian dalam penghentian dan pelepasan dilaporkan
dalam laporan laba-rugi.
PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud
beserta klasifikasinya ?
2. Jelaskan cara-cara memperoleh aktiva tetap berwujud!
3. Bagaimana perlakuan pengeluaran biaya bunga selama
masa pembangunan untuk aktiva yang dibuat sendiri ?
4. Jelaskan masalah yang timbul kaitannya dengan
pengeluaran selama masa penggunaan aktiva!
LATIHAN
1. Perusahaan membeli kendaraan dengan harga tunai Rp
12.000.000,dan dalam membayar perusahaan
mempunyai tiga pilihan yaitu (1) membeli secara tunai, (2)
membayar dengan syarat pembayaran 5/10, n/30 dan (3)
membayar uang muka sebesar Rp. 3.000.000,- dan
sisanya diangsur selama 12 bulan dengan jumlah
angsuran Rp 900.000,- per bulan. Buatlah jurnal untuk
mencatat ketiga alternatif cara pembelian tersebut.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


42

2. PT Swara membeli tanah dengan cara membayar tunai


sebesar Rp 60.000.000,- dan memberi saham sebanyak
40.000 lembar dengan nominal Rp 1.000,- dan harga
pasar saham di BEJ saat itu adalah Rp 3.500,- per
lembar. Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mencatat
transaksi pembelian tersebut.
3. PT ABC merencanakan melakukan pertukaran kendaraan
dengan PT Manunggal dan datanya adalah sebagai
berikut :
PT. ABC PT. Manunggal
Harga perolehan yang diserahkan Rp 100.000.000,- Rp
80.000.000,Akumulasi depresiasi Rp 64.000.000,- Rp
52.000.000,Nilai Wajar Rp 50.000.000,- Rp 50.000.000,-
Penerimaan (Pengeluaran) kas Rp 5.000.000,- (Rp
5.000.000,-) Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi
pertukaran tersebut !

BAB 4
AKTIVA TETAP BERWUJUD :
PENYUSUTAN DAN DEPLESI

PENGERTIAN
Aktiva tetap berwujud yang dimilik oleh perusahaan
untuk jangka waktu lebih dari satu tahun dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan. Dengan demikian perlu ada alokasi
aktiva tetap secara sistematis ke dalam biaya selama
perusahaan memperoleh manfaat atau disebut penyusutan.
Istilah proses alokasi tergantung pada jenis aktivanya yaitu :
1. Penyusutan atau penyusutan menggambarkan alokasi
daripada biaya untuk aktiva tetap berwujud seperti
bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan.
2. Diplesi merupakan alokasi biaya dari sumber daya alam
seperti penambangan minyak, batubara, biji besi dan gas
bumi.
3. Amortisasi adalah mengalokasikan biaya untuk aktiva
tetap tidak berwujud seperti paten, hak cipta,
dangoodwill.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


43

Alokasi biaya pada dasarnya tiap perusahaan sama


yaiut untuk menyeimbangkan dengan pendapatan dan
perbedaannya terletak pada jenis aktivanya.
PERHITUNGAN PENYUSUTAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan
penyusutan dari tiap periodenya adalah :
1. Harga Perolehan Aktiva. Harga perolehan aktiva adalah
semua pengeluaran yang berhubungan dengan
perolehan dan persiapan dari aktiva yang digunakan,
misalnya harga faktur, biaya pengangkutan / transportasi,
biaya instalasi, biaya komisi, danlain-lain.
2. Nilai Residu. Merupakan perkiraan harga jual suatu
aktiva pada akhir masa penggunaan. Apabila suatu aktiva
mempunyai nilai yang yang signifikan pada akhir suatu
proyek seperti pada saat perusahaan menukarkan
kendaaraan tiap beberapa tahun digunakan, maka nilai
residu harus dikurangkan dalam harga peroelahn yang
akan dialokasikan dalam biaya tiap periodenya. Dalam
praktek akan mengalami kesulitan untuk menaksir nilai
residu suatu aktiva dalam jangka waktu lebih dari 10
tahun yang akan datang. Suatu kenyataan dapat terjadi
bahwa nilai residu akan jauh lebih kecil daripada
pengeluaran biaya untuk membongkar atau
memindahkan aktiva tersebut. Oleh karena dalam
menghitung penyusutan tiap periodenya, nilai residu tidak
diperhitungkan karean dianggap jumlahnya relatif kecil.
3. Umur Penggunaan. Umur penggunaan aktiva
merupakan jumlah unit waktu atau produk yang
diharapkan dari aktiva sebelum di hentikan dari
penggunaan. Pengukuran umur penggunaan aktiva dapat
dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan fisik dan fungsi
atau kegunaan. Faktor fisik berhubungan dengan usang
dan rusak karena aktiva tersebut dipakai. Sedangkan
faktor fungsi atau faktor ekonomi berhubungan dengan
keusangan atau tidak memenuhi kebutuhan walaupun
secara fisik masih baik.
METODE PENYUSUTAN
Perusahaan mengalokasikan aktiva tetap dalam biaya
menggunakan metode yang sistematis dan rasional.
Dikatakan sistimatis apabila perhitungan penyusutan
menggunakan formula dan bukan kebijakan yang berubah-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


44

ubah. Sedangkan rasional berarti jumlah penyusutan harus


dihubungkan dengan manfaat yang diperoleh dari aktiva
selama periode penggunaan. Dalam PSAK No. 17 para 08
disebutkan bahwa metode penyusutan dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Metode dengan dasar waktu yang terdiri dari :
a. Garis lurus (Straight-line method)
b. Metode pembebanan menurun (Declining charge)
c. Jumlah-angka-tahun (Sum-of-the-years’-digits method)
d. Saldo menurun (Declining balance)
e. Saldo menurun ganda (Double-Declining Balance)
2. Metode aktivitas penggunaan(Activity for use methods)
a. Metode jam-jasa (service-hours method)
b. Metode jumlah unit produksi (productive-output method)
c. Metode penyusutan dengan kriteria lainnya :
3. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and
composite method)
a. Metode persediaan (inventory systems)
b. Metode anuitas (annuity method)
Metode Garis Lurus (Straight-line Method).
Alokasi aktiva tetap ke dalam biaya dengan
menggunakan metode garis lurus, maka jumlah tiap
periodenya akan sama besarnya. Untuk perusahaan yang
pendapatannya relative stabil dan sangat dipengaruhi oleh
aktiva yang digunakan, maka metode tersebut sangat cocok.
Demikian pula bila biaya perawatan tiap periodenya relative
sama, maka total biaya penyusutan dan perawatan akan
sejalan dengan manfaat yang diterima oleh perusahaan.
Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan karena cukup
mudah menghitungnya. Perhitungan beban penyusutan tiap
tahunnya adalah sebagai berikut :

Harga perolehan-Nilairesidu
Beban penyusutanpertahun 
Umurpenggunaan(tahun)

Misalnya, perusahaan membeli satu unit mesin dengan harga


perolehan Rp 6.000.000,- dan taksiran umur penggunaan
selama 4 tahun. Taksiran nilai residu setelah mesin dipakai
selama 4 tahun sebesar Rp 1.000.000,-.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


45

Dengan demikian penyusutan per tahunnya adalah 20 %.


atau

Rp6.000.000,Rp1.000.000,

Rp1.250.000, 4

Jurnal yang dibuat untuk mencatat penyusutan adalah


Biaya penyusutan –Mesin Rp 1.250.000,-
Akumulasi penyusutan –Mesin Rp 1.250.000,-
Metode jumlah angka-tahun (Sum-of-the-Years-Digits
Method)
Metode ini merupakan salah satu dari dua perhitungan
penyusutan yang jumlahnya besar pada awal tahun umur
aktiva. Untuk perusahaan yang pendapatan tiap tahunnya
semakin kecil, maka metode ini akan sesuai.
Dengan menggunakan contoh data seperti diatas, yaitu
harga perolehan satu unit mesin Rp 6.000.000,- nilai residu
Rp 1.000.000,- dan umur penggunaan ditaksir selama 5
tahun. Perhitungan penyusutannya adalah sebagai berikut :
Tahun Bobot Tarif Alokasi Jumlah
Penyusutan
1 4 4 / 10 atau 40 % x Rp Rp 2.000.000,-
5.000.000,-
2 3 3 / 10 atau 30 % x Rp Rp 1.500,000,-
5.000.000,-
3 2 2 / 10 atau 20 % x Rp Rp 1.000.000,-
5.000.000,-
4 1 1 / 10 atau 10 % x Rp Rp 500.000,-
5.000.000,-
Jurnal untuk tahun pertama adalah
Biaya penyusutan –Mesin Rp 2.000.000,-
Akumulasi penyusutan –Mesin Rp 2.000.000,-
Jurnal untuk tahun kedua adalah
Biaya penyusutan –Mesin Rp 1.500.000,-
Akumulasi penyusutan –Mesin Rp 1.500.000,-
Metode Saldo Menurun (Declining Balance)
Metode saldo menurun merupakan salah satu dari dua
perhitungan penyusutan yang jumlahnya menurun tiap
tahunnya. Dengan menggunakan metode ini, maka tarif

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


46

penyusutan yang tetap dari nilai buku pada awal tahun dan
nilai residu tidak diperhitungkan. Pada saat nilai buku
menurun, beban penyusutannya menjadi kecil dan nilai buku
pada akhir periode menjadi nilai sisa. Sedangkan cara
menghitung tarip dengan metode saldomenurun adalah
sebagai berikut ( Zaki Baridwan, 2000,316):

Tarif  1umur NilaiResidu


HargaPerolehan

Kelemahan dari rumus perhitungan tarip tersebut di atas yaitu


apabila nilai residu tidak diketahui, maka tarip penyusutan
tidak dapat dicari. Dengan data dari contoh yang ada
sebelumnya yaitu harga perolehan satu unit mesin Rp
6.000.000,- nilai residu Rp 1.000.000,- dan umur
penggunaan ditaksir selama 5 tahun. Perhitungan tarip
penyusutannya adalah sebagai berikut :

Tarif  1 4 1.000.000 0.30atau 30%


6.000.000

Sedangkan perhitungan penyusutan tiap periodenya adalah :


Tahun Perhitungan Jumlah Nilai Buku
Penyusutan Penyusutan
0 Rp
6.000.000,-
1 30 % x Rp 6.000.000,- Rp 1.800.000,- Rp
= 4.200.000,-
2 30 % x Rp 4.200.000,- Rp 1.260.000,- Rp
= 2.940,000,-
3 30 % x Rp 2.940.000,- Rp 882.000,- Rp
= 2.058.000,-
4 30 % x Rp 2.058.000,- Rp 617.400,- Rp
= 1.440.600,-
5 30 % x Rp 1.440.600,- Rp 440.600,- *) Rp
= Rp 5.000.000,- 1.000.000,-
Hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa nilai buku pada
akhir tahun ke 5 sama besarnya dengan nilai residunya.
Sedangkan jurnal yang dibuat tiap tahunnya adalah sebagai
berikut : Jurnal untuk tahun pertama adalah
Biaya penyusutan –Mesin Rp 1.800.000,-
Akumulasi penyusutan –Mesin Rp 1.800.000,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


47

Jurnal untuk tahun kedua adalah


Biaya penyusutan –Mesin Rp 1.260.000,-
Akumulasi penyusutan –Mesin Rp 1.260.000,-
Metode Saldo Menurun-ganda (Double Declining Balance
Method).
Metode saldo menurun-ganda (double-declining
balance method) merupakan perhitungan penyusutan yang
jumlahnya menurun tiap tahunnya. Tarip penyusutannya
yang digunakan dalam metode ini adalah dua kali dari tarip
perhitungan penyusutan dengan menggunakan garis lurus.
Dengan demikian apabila suatu mesin berumur 5 tahun,
maka tarip penyusutan dengan garis lurus adalah 20 % dan
dengan metode saldo menurun-ganda adalah 40 % (2 x 20
%). Dengan contoh seperti yang ada sebelumnya, maka
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Tahun Perhitungan Jumlah Nilai Buku
Penyusutan Penyusutan
0 Rp
6.000.000,-
1 40 % x Rp 6.000.000,- Rp 2.400.000,- Rp
= 3.600.000,-
2 40 % x Rp 3.600.000,- =Rp 1.440.000,- Rp
2.160,000,-
3 40 % x Rp 2.160.000,- =Rp 864.000,- Rp
1.296.000,-
4 40 % x Rp 1.296.000,- =Rp 296.000,- Rp
1.000.000,-
5 Rp 5.000.000,- Rp
1.000.000,-
Dengan menggunakan tarip penyusutan yang tetap yaitu
sebesar 40 %, maka jumlah penyusutan yang seharusnya
selama empat tahun adalah Rp 5.222.400,- dan akibatnya
nilai bukunya akan lebih rendah daripada nilai residunya.
Dengan demikian penyusutan tahun keempat jumlahnya
lebih rendah dari yang seharusnya dan untuk tahun kelima
tidak ada penyusutan.
Jurnal untuktahun pertama adalah
Biaya penyusutan –Mesin Rp 2.400.000,-
Akumulasi penyusutan –Mesin Rp 2.400.000,-
Jurnal untuk tahun kedua adalah
Biaya penyusutan –Mesin Rp 1.440.000,-
Akumulasi penyusutan –Mesin Rp 1.440.000,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


48

Metode Aktivitas penggunaan ( Activity Methods )


Perusahaan menghitung penyusutan dengan metode
aktivitas penggunaan apabila umur kehidupan aktiva
dipengaruhi oleh berapa lama aktiva digunakan. Dalam
kegiatan usaha aktivitas yang dimaksudkan adalah
berhubungan dengan waktu penggunaan mesin, jumlah
produk yang dihasilkan atau jumlah km. Sebagai contoh yaitu
mesin dengan harga perolehan Rp 9.000.000,- dengan nilai
residu Rp 1.000.000,- dan umur penggunaan mesin adalah
10.000 jam. Perhitungan penyusutan tiap jamnya sebagai
berikut :
Harga perolehan Nilai Residu
TaripPenyusutan
Jumlah jamkerja mesinatau hasil produksi
Penyusutan per tahun= jumlah jam kerja atau jumlah hasil
produksi per tahun x Tarip per jam atau
unit

Rp 9.000.000,-  Rp 1.000.000,-
Tarip Penyusutan 
10.000 jam

= Rp 800,- per jam


Dengan demikian jumlah alokasi biaya penyusutan tiap
tahunya tergantung pada jam kerja mesin atau hasil produksi
yang tiap tahun jumlahnya dapat berbeda-beda. Misal jam
kerja mesin untuk tahun pertama 2.000 jam dan tahun
kedua 1.500 jam, maka jurnalnya adalah :
Jurnal untuk tahun pertama adalah
Biaya penyusutan –Mesin Rp 1.600.000,-
Akumulasi penyusutan –Mesin Rp 1.600.000,-
Jurnal untuk tahun kedua adalah
Biaya penyusutan –Mesin Rp 1.200.000,-
Akumulasi penyusutan –Mesin Rp 1.200.000,-
Metode Penyusutan Jenis dan Kelompok
Penggunaan metode penyusutan dan jenis kelompok
biasanya bersamaan dengan metode garis lurus ,
pemberhentian dan penggantian untuk industri tertentu.
Penyusutan jenis dipakai untuk aktiva yang homogen dan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


49

diharapkan mempunyai umur dan nilai residu yang sama.


Sedangkan penyusutan kelompok akan digunakan untuk
jenis aktiva yang heterogen dan mempunyai karakteristik
yang sama tetapi mempunyai umur dan nilai residu yang
berbeda-beda. Sebagai contohnya, metode penyusutan
berdasar jenis akan dipakai untuk aktiva yang berupa
computer atau kendaraan terutama yang sejenis dan metode
penyusutan berdasarkan kelompok untuk jenis peralatan
kantor.
Penyusutan berdasarkan Jenis
Dengan menggunakan metode penyusutan jenis maka
pencatatan daripada aktiva hanya menggunakan satu
rekening dan aktiva tersebut harus homogen. Tarip
penyusutan didasarkan pada rata-rata umur kelompok aktiva
yang dimiliki. Apabila ada salah satu dari kelompok aktiva
yang dimiliki dihentikan dari penggunaan, maka tidak ada
pengakuan laba atau rugi karena rekening aktiva tersebut
belum dihentikan dari pemakaian. Namun demikian, bila
seluruh aktiva yang ada dihentikan, maka harus ada
pengakuan laba atau rugi. Sedangkan cara menghitung
besarnya penyusutan per tahunnya adalah sebagai berikut :
HargaperolehanNilai Residu
Penyusutan 
Umur penggunaan
Sebagai contohnya, perusahaan obat-obatan membeli 10
buah sepeda motor Honda dengan harga Rp 10.000.000,-
per unit dan perkiraan umur penggunaan adalah 4 tahun
dengan nilai residu Rp 2.000.000,- per unit. Pada akhir tahun
ketiga ada 3 unit kendaraan dijual dengan harga
Rp 3.000.000,- akhir tahun keempat dijual 5 unit dengan
harga Rp 2.500.000,- per unit dan setelah tahun keempat
dijual 2 unit dengan harga Rp 1.500.000.-. Perhitungan
penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan adalah :

Penyusutan 
= Rp 20.000.000,- atau 20 % dari harga
perolehan Jurnal yang dibuat untuk mencatat kejadian
tersebut di atas yaitu : a. Mencatat pembelian
kendaraan Honda
Sepeda Motor –Honda Rp 100.000.000,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


50

Kas Rp 100.000.000,-
b. Jurnal penyusutan tahun pertama
Biaya penyusutan Rp 20.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 20.000.000,-
c. Jurnal penyusutan tahun kedua
Biaya penyusutan Rp 20.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 20.000.000,-
d. Jurnal penyusutan akhir tahun ke tiga dan penjualan 3
unit sepeda motor
Biaya penyusutan Rp 20.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 20.000.000,-

Kas Rp 9.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 21.000.000,-
Sepeda motor –Honda Rp 30.000.000,-
(Akumulasi penyusutan sesungguhnya adalah Rp 18.000.000,-)
e. Jurnal penyusutan akhir tahun ke empat dan penjualan 5
unit sepeda motor
Biaya penyusutan Rp 14.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 14.000.000,-
Penyusutan = 20 % x (Rp 100.000.000,- –Rp 30.000.000,-)

Kas Rp 12.500.000,Akumulasi penyusutan


Rp 37.500.000,-
Sepeda motor –Honda Rp 50.000.000,-
(Akumulasi penyusutan sesungguhnya adalah Rp 40.000.000,-)
f. Jurnal penyusutan tahun kelima dan penjualan 2 unit
sepeda motor
Biaya penyusutan Rp 500.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 500.000,-
(Penyusutan = Harga Perolehan –Akumulasi Penyusutan –Nilai
Residu
atau Rp 20.000.000,- –Rp 15.500.000,- –Rp
4.000.000,-)

Kas Rp 3.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 16.000.000,-
Rugi pemberhentian Rp 1.000.000,-
Sepeda motor –Honda Rp 20.000.000,-
Apabila perusahaan membeli kendaraan baru sebelum
kelompok sepeda motor dihentikan, maka perhitungannya

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


51

menggunakan tarip yang baru yaitu nilai buku ditambah


dengan harga perolehan yang baru minus nilai residu dibagi
dengan rata-rata umur dari kelompok aktiva tersebut.
Penyusutan Kelompok(Composite Depreciation)
Apabila aktiva yang dimiliki oleh perusahaan heterogen
dan mempunyai karakteristik dan kegunaan yang hampir
sama, maka penyusutannya menggunakan penyusutan
kelompok. Perkiraan yang digunakan adalah hanya satu
yaitu akumulasi penyusutan dan tidak ada pengakuan laba
atau rugi atas aktiva yang dihentikan sebagian dari
pengakuan laba atau rugi hanya pada saat semua aktiva
dihentikan dari penggunaan.
Sebagai contohnya yaitu perusahaan membeli tiga buah
jenis aktiva sebagai berikut :
Aktiva Harga perolehan Nilai residu Umur Penyusutan
A Rp 12.000.000,- Rp 2.000.000,- 4 th Rp
2.500.000,-
B Rp 7.000.000,- Rp 1.000.000,- 3 th Rp
2.000.000,-
C Rp 6.000.000,- Rp 0,- 4 th Rp
1.500.000,-
Rp 25.000.000,- Rp 3.000.000,- Rp
6.000.000,-
Apabila perusahaan menggunakan metode garis lurus dalam
menghitung penyusutan, maka tarip penyusutan tiap
tahunnya adalah = Rp 6.000.000,00 / Rp 25.000.000,00 = 24
%
Pemberhentian dan Penggantian
Perusahaan yang mengakui biaya apabila aktiva
tersebut di dihentikan atau diganti. Dengan menggunakan
metode pemberhentian, maka harga perolehan aktiva lama
dikurangi dengan nilai residu adalah beban biaya apabila
aktiva tersebut dihentikan dari pemakaian. Sedangkan
dengan metode penggantian, harga perolehan aktiva baru
dikurangi dengan nilai residu aktiva lama apabila ada
pembelian baru. Apabila tidak ada pemberhentian atau
penggantian, maka ada pembebanan biaya.
Sistem Persediaan
Sistem persediaan digunakan dalam kondisi dimana
terdapat sejumlah besar aktiva yang harganya relative
murah , misalnya peralatan di perusahaan, sendok di

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


52

restoran. Perhitungan biaya penyusutan tiap tahunya dengan


cara mengalikan jumlah unit pada akhir tahun dengan harga
penggantinya. Metode ini pada dasarnya kurang sisitematis
dan tidak rasional untuk alokasi biaya.
PENYUSUTAN UNTUK SEBAGIAN PERIODE
Dalam pembahasan penyusutan sebelumnya dengan
anggapan bahwa aktiva dibeli pada awal bulan atau tahun
dan penghentian pada akhir periode akuntansi. Dengan
demikian perhitungan penyusutan kurang memperhatikan
kecermatan karena dilakukan dengan menggunakan
estimasi. Dalam perhitungan penyusutan dengan
menggunakan sebagian periode ada tigaalternatif yang
sering digunakan dalam praktek yaitu :
1. Penyusutan dihitung satu bulan yang terdekat. Aktiva
yang dibeli sebelum tanggal 15 dari suatu bulan, maka
aktiva tersebut dapat dianggap telah dimiliki selama satu
bulan penuh. Sedangkan aktiva yang dibeli setelah
tanggal 15, maka aktiva dianggap tidak dimiliki dalam
bulan pembelian. Demikian pula aktiva yang dijual
sebelum tanggal 15, dianggap tidak dimiliki selama satu
bulan penuh dan jika dijual setelah tanggal 15 dapat
dianggap dimiliki satu bulan penuh.
2. Penyusutan dihitung satu tahun yang terdekat.
Pembelian aktiva yang dilakukan sebelum pertengahan
tahun dianggap telah dimiliki satu tahun atau penyusutan
satu tahun penuh dan aktiva yang dibeli setelah
pertengahan tahun tidak dihitung penyusutan pada tahun
yang bersangkutan.
3. Penyusutan dihitung 50 % dari seluruh aktiva yang
dibeli dan yang dijual. Metode ini menganggap bahwa
aktiva yang dibeli dan dijual dalam tahun fiscal semuanya
dibeli dan dijual pada pertengahan tahun fiskal.
PERUBAHAN DAN KOREKSI PENYUSUTAN
Metode penyusutan yang telah dipilih harus digunakan
secara konsisten tiap periodenya oleh perusahaan, namaun
demikian tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan
metode penyusutan seperti yang dijelaskan dalam PSAK No.
17 para 14. Perubahan pilihan metode penyusutan
kemungkinan dapat terjadi karena beberpa alasan yaitu :
1. Perubahan perkiraan nilai residu atau masa manfaat atas
aktiva yang dimiliki saat ini.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


53

2. Koreksi atas perhitungan penyusutan yang telah


dilakukan dan sebagai konsekwensinya laba ditahan
mengalami koreksi tambah atau kurang.
DEPLESI
Deplesi berhubungan habisnya sumber alam atau
barang tambang sebagai aktiva yang dimiliki dan
pengurangan atas nilai atau harga perolehan. Sumber alam
atau barang tambang tersebut dapat berupa hutan kayu, batu
bara atau minyak bumi yang disebut dengan aktiva yang
habis terbuang dan didepelsi pada saat sumber alam
tersebut di ambil.
Penentuan harga perolehan sumber alam pada
prinsipnya sama dengan yang digunakan untuk aktiva tetap.
Secara umum harga perolehan sumber alam dapat terdiri dari
semua pengeluaran yang berhubungan dengan pengeluaran
untuk memperoleh ijin penguasaan lahan sumber alam dan
biaya pengembangan.
Perhitungan deplesi menggunaan metode jumlah yang
yang diproduksi (units-of-output) lebih logis daripada metode
yang mendasarkan pada waktu. Sedangkan biaya untuk
perbaikan lingkungan dalam rangka mempersiapkan tanah
untuk berbagai penggunaan sebaiknya dianggap sebagai
nilai residu. Persamaan deplesi adalah :
HargaperolehanNilairesidu
Deplesi
Jumlahkandungan sumber alam

Apabila suatu perusahaan membeli tanah yang


diperkirakan mengandung batu bara sebanyak 1.500.000 ton
dengan harga Rp 3.150.000.000,- dan setelah selesai digali
nilai tanahnya adalah Rp 150.000.000,-. Untuk tahun
pertama perusahaan dapat menggali batu bara sebanyak
300.000 ton, maka perhitungan deplesinya adalah sebagai
berikut :
Rp 3.150.000.000,- Rp150.000.000,-
Deplesi
1.500.000 ton

Deplesi = Rp. 2.000,- per ton

Dengan demikian deplesi untuk tahun pertama = 300.000 ton x


Rp 2.000,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


54

= Rp 600.000.000,00
Jurnal yang diperlukan untuk tahun pertama adalah
Deplesi Rp 600.000.000,-
Akumulasi deplesi Rp 600.000.000,-
PERTANYAAN
1. Jelaskan tentang perbedaan antara penyusutan dan deplesi
serta amortisasi !
2. Sebutkan macam-macam metode penyusutan yang ada
dan jelaskan perbedaannya!
3. Dalam memilih metode penyusutan yang akan digunakan
sebaiknya faktor-faktor apa saja yang perlu
dipertimbangkan?
4. Apakah metode penyusutan yang telah dipilih oleh
perusahaan dapat dirubah. Jelaskan!
LATIHAN
1. PT Swara pada awal tahun 2004 membeli satu uni mesin
dengan harga Rp 416.000.000,- dengan nilai residu Rp
20.000.000,-. Diperkiraan mesin tersebut dapat
digunakan selama 10 tahun atau 72.000 jam dan dapat
memproduksi 264.000 unit. Pada tahun 2004
perusahaan menggunakan mesin tersebut selama 6.000
jam dan hasil produksi 20.000 unit. Hitunglah penyusutan
untuk tahun 2004 dengan menggunakan metode garis
lurus, jam kerja mesin dan hasil produksi serta jurnal
yang diperlukan !
2. Perusahaan yang memproduksi makanan mencatat
pembelian mesinnya dengan cara kelompok dan
pembelian yang telah dilakukan pada awal tahun 2004
adalah sebagai berikut :

KelompokMesinPerolehanHargaNilai Residu Umur

A Rp 34.000.000,- Rp 4.000.000,-15
tahun
B Rp 36.000.000,- Rp 2.000.000,-10
tahun C Rp 20.000.000,-Rp
2.000.000,- 10 tahun
D Rp 9.000.000,- Rp 1.000.000,- 5 tahun
Hitung :
a. Beban penyusutan per tahunnya

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


55

b. Persentase tarip penyusutan per tahun


c. Umur aktiva secara kelompok
3. PT TDD pada awal tahun 2003 mencatat pembelian
tanah dan bangunan sebagai berikut : Debet
10 Januari Harga perolehan tanah Rp 37.000.000,15 Januari
Biaya meratakan tanah Rp 5.000.000,-
10 OktoberKontrak membangun rumah Rp 160.000.000,-
14 OktoberPengeluaran lain-lain untuk membangun Rp
12.000.000,-
Jumlah Debet Rp
214.000.000,-

Kredit
31 MaretPenjualansisa pembongkaran bangunanRp 4.000.000,-
31 Des Penyusutan tahun 2003 Rp 10.500.000,-
Jumlah Kredit Rp 14.500.000,-
Saldo Perkiraan Tanah dan Bangunan per 31 Des 2004
Rp199.950.000,Perhitungan penyusutan yang telah
dilakukan oleh perusahaan salah yaitu Rp 214.000.000,-
– Rp 4.000.000,- = Rp 210.000.000,- x 5 %= Rp
10.050.000,- dan jumlah tersebut telah dicatat dalam
perkiraan Biaya Penyusutan.
Diminta :
a. Buatlah jurnal koreksi pencatatan aktiva dan biaya
penyusutan per 31 Desember 2003 dengan anggapan
umur bangunan 20 tahun dan metode penyusutan yang
digunakan garis lurus
(straight-line method)
b. Hitung biaya penyusutan pada 31 Desember 2003
dengan menggunakan : (1) metode jumlah angka tahun
(sum-of-theyears’-digits method) dan (2) metode saldo
menurun ganda (double-declining balance method)
4. PT Satelit telah membeli peralatan pada 10 Januari 2000
dengan harga Rp 720.000.000,-. Jenis peralatan tersebut
dikembangkan secara terus menerus sehingga
perusahaan menentukan umur perlatannya hanya 5
tahun agar tidak ketinggalan jaman. Metode penyusutan
yang digunakan garis lurus dan taripnya adalah sebesar
20 % per tahun. Pada tanggal 30 Juni 2002 ada
tambahan peralatan dengan harga Rp 80.000.000,- dan
pada tahun 2002 perusahaan melakukan penyusutan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


56

dengan tariff sebesar 20 % . Pada akhir tahun 2003 umur


mesin diperkirakan masih 6 tahun lagi dan biaya
pembongkaran Rp 20.000.000,- serta nilai residunya Rp
3.500.000,Diminta :
a. Dengan menggunakan anggapan bahwa penyusutan
atas dasar perkiraan umur peralatan yang telah direvisi,
maka buatlah jurnal penyusutan untuk tahun 2002.
b. Buatlah jurnal koreksi penyusutan untuk tahun 2000 dan
2001
5. PT Oskadon menggunakan metode penyusutan
berdasarkan jenis (group depreciation method) atas
kendaraan yang dimiliki untuk digunakan oleh para
salesman. Umur penggunaan kendaraan diperkirakan 4
tahun dengan nilai taksiran ditukar 20 % dari harga
perolehan. Pembelian kendaraan dilakukan dengan cara
tunai sebagai berikut :
Pembelian Dikurangi : Cadangan
pertukaran
Tahu
Jumla Harga Beli Jumla Tahun Harga
n
h h pembeli
an
2001 15 157.500.0
00
2002 8 91.200.00
0
2003 3 36.000.00 3 2001 15.000.0
0 00
2004 10 120.000.0 10 2001 18.000.0
00 00
Diminta : membuat jurnal pembelian, pertukaran kendaraan
dan penyusutan tahun 2001 sampai dengan 2004

BAB 5
AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD

PENGERTIAN
Untuk tujuan akuntansi, klasifikasi aktiva tetap tidak
berwujud menunjuk pada aktiva non fisik seperti paten, hak

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


57

cipta, faransis, hak sewa guna, goodwill dll. Aktiva tetap tidak
berwujud pada umumnya berkaitan dengan keputusan
hokum atau perjanjian kerjasama yang secara fisik tidak
dapat dibuktikan. Pada dasarnya aktiva tetap berwujud dan
aktiva tetap tidak berwujud mempunyai kesamaan antara lain
yaitu (a) dimiliki untuk digunakan dan bukan untuk dijual, (b)
mempunyai umur kegunaan lebih dari satu tahun, (c)
mempunyai peran dalam memperoleh pendapatan bagi
pemiliknya dan (d) dalam periode pemilikan diharapkan
perusahaan memperoleh manfaat.
Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud terdapat
tambahan karakteristik yang dapat membedakan dengan
aktiva tetap berwujud yaitu (a) aktiva tersebut mempunyai
ketidakpastian dimasa depan yang cukup besar dalam
menciptakan manfaat bagi perusahaan, (b) nilainya sangat
berflunktuatif karena sangat tergantung pada kondisi
persaingan, (c) hanya mepunyai nilai untuk perusahaan
tertentu dan (d) goodwill dan aktiva tetap tidak berwujud yang
mempunyai kegunaan tidak terbatas adalah bukan
pengeluaran.
PENILAIAN AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Seperti aktiva yang lain, penilaian aktiva tidak berwujud
dengan dasar harga perolehan. Nilai akitva tetap tidak
berwujud akan dihapuskan selama masa manfaat dan akan
dibebankan dalam pendapatan selama periode yang
menerima manfaat. Klasifikasi dari aktiva tetap tidak
berwujud tergantung pada cara memperolehnya yaitu dengan
cara membeli dari pihak luar atau dikembangkan sendiri oleh
perusahaan. Dengan klasifikasi tersebut maka akan terdapat
dua alternatif yaitu membeli dan mengembangkan sendiri.
Apabila aktiva tetap tidak berwujud diperoleh dengan
cara membeli dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Aktiva tetap tidak berwujud yang dapat diidentifikasi seperti
paten (umurnya terbatas) dan merk dagang. (umurnya
tidak terbatas Harga perolehan dari aktiva tersebut adalah
seluruh pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva
tersebut dikapitalisasi misalnya pengeluaran untuk
mendesain gambar, biaya perijinan dan konsultan hukum,
biaya pendaftaran dan lain-lain. Namun dapat terjadi
bahwa aktiva tersebut diperoleh dengan cara pertukaran
dengan aktiva non moneter, sehingga harga perolehannya
berdasarkan nilai wajar atas aktiva yang ditukar.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


58

b. Aktiva tetap tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi


dan umurnya terbatas seperti goodwill.
Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud yang diperoleh
dengan cara mengembangkan sendiri dapat menimbulkan
permasalahan dalam membedakan pengeluaran biaya dan
pengeluaran modal, sehingga ada beberapa kesepakatan
yaitu :
a. Apabila biaya riset dan pengembangan dapat di
tunjukkan dalam suatu proyek yang khusus, maka semua
pengeluaran dapat dikapitaliasi dalam aktiva tetap tidak
berwujud.
b. Pengeluaran biaya riset dan pengembangan yang tidak
bermanfaat dalam meningkatkan pendapatan
perusahaan dimasa depan, maka pengeluaran itu
dibebankan sebagai biaya sesuai dengan fungsinya,
misalnya bagian penjualan, bagian produksi dan lain-lain.
Dalam hal ini dapat digunakan alternatif yaitu
dikapitalisasi dan diamortisasi selama umur manfaat dari
proyek tersebut.
AMORTISASI AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Amortisasi merupakan proses penghapusan aktiva tetap
tidak berwujud. Namun demikian tidak semua aktiva tetap
tidak berwujud dapat diamortisasi dan kategori yang
membedakan yaitu :
a. Umurnya terbatas. Aktiva tetap berwujud pada dasarnya
dapat mempunyai umur yang terbatas karena adanya
peraturan dari pemerintah atau undang-undang.,
misalnya hak paten, hak cipta, leases, fransis dan
goodwill. Untuk aktiva tersebut diamortisasi selama umur
kegunaannya seperti halnya penyusutan untuk aktiva
tetap berwujud. Metode yang sering digunakan adalah
garis lurus dan metode menurun dapat digunakan apabila
ada bukti bahwa untuk periode yang akan datang terjadi
penurunan manfaat yang besar.
b. Umurnya tidak terbatas. Goodwill dan merk dagang
merupakan aktiva tetap tidak berwujud yang tidak
mempunyai keterbatasan manfaat. Namun demikian
untuk memenuhi tujuan prinsip akuntansi aktiva tersebut
harus dihapus dalam jangka waktu maksimal 40 tahun.
Disamping itu penghapusannya tidak boleh dilakukan
sekaligus hanya pada saat periode terjadinya
pengeluaran

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


59

AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD TERIDENTIFIKASI


Aktiva tetap tidak berwujud yang dapat diidentifikasi adalah
nyata dan hak kekayaan yang dapat dipisahkan. Aktiva
tersebut daapt dibedakan dengan yang lain misalnya
goodwill yang tidak dapat dilihat secara nyata dan harus
menggunakan perlakuan khusus dalam akuntansi.
Paten
Pemilik paten mempunyai hak untuk memproduksi dan
menjual atau mengontrol hasil temuannya selama 17 – 20
tahun sejak tanggal berlakunya. Paten tidak dapat diperbaiki,
akan tetapi paten baru dapat diperoleh dengan dasar
pengembangan paten yang sudah ada.
Paten mempunyai nilai apabila perusahaan dapat
memperoleh pendapatan yang lebih besar dengan cara
menjual produk dengan harga yang lebih tinggi,
memproduksi dengan biaya lebih rendah atau memproduksi
produk yang pesaingnya masih relatif sedikit. Dalam praktek
sering terjadi bahwa paten akan mengalami penurunan
manfaat sebelum habis umur kegunaannya karena adanya
penemuan baru yang sejenis dan bukan pelanggaran,
penggunaan tekhnologi yang lebih modern atau adanya
perubahan permintaan produk
Sebagai contoh, misalnya sebuah perusahaan membeli
hak paten seharga Rp 50.000.000,- dengan masa kegunaan
selama 10 tahun. Jurnal yang perlukan saat pembelian dan
amortisasi adalah sebagai berikut :
Paten Rp 50.000.000,-
Kas Rp 50.000.000,-

Biaya Amortisasi atau Biaya Overhead Rp 5.000.000,-


Pabrik
Akumulasi deplesi Rp 5.000.000,-
Hak Cipta
Hak cipta merupakan hasil karya seni atau kreasi seni seperti
buku, musik atau film dan pemiliknya dapat mepublikasikan,
menjual dan mengontrol selama 28 tahun serta dapat
diperbarui untuk 28 tahun lagi. Namun di Amerika, pemilik
dapat mengontrol selama masa hidupnya ditambah dengan
50 – 70 tahun. Amortisasi daripada hak cipta adalah selama
umur aktiva tersebut dengan menggunakan garis lurus atau
dengan dasar aktivitas sesuai dengan manfaat yang diterima.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


60

Merk Dagang
Merk dagang pada dasarnya merupakan nama, simbol,
label atau design yang dapat memberikan arti khusus bagi
pemiliknya yang disebabkan karena promosinya berpengaruh
besar pada reputasi produk dan keyakinan konsumen.
Merk dagang dapat dibuat sendiri atau dibeli dan harga
perolehannya adalah sebesar pengeluaran yang terkait.
Sedangkan masa keguanaannya dapat tidak terbatas, namun
jika ada rencana untuk dilakukan perubahan dimasa depan,
maka merk dagang dihapus selama masa kegunaannya.
Franchises
Franchises adalah suatu perjanjian yang melibatkan dua
belah pihak dalam hal biaya komisi ( „fee“), dimana satu
pihak atau disebut franchisor yaitu yang memberi hak kepada
pihak lainnya atau disebut franchises untuk menggunakan
fasilitas , produk atau jasa. Pihak yang terkait dalam
perjanjian kerjasama tersebut dapat melibatkan antara pihak
pemerintah dan swasta dimana, misalnya pemerintah
menyediakan fasilitas pelabuhan dan pihak swasta yang
menyediakan kapal. Disamping itu dapat terjadi antara pihak
swasta dengan swasta terutama bisnis restoran, seperti KFC
dan Mc Donald telah tersebar luas diseluruh dunia termasuk
di Indonesia. Pada umumnya franchises mempunyai umur
manfaat sesuai dengan perjanjian yang dibuat, sehingga
amortisasi franchises sesuai dengan pengeluaran dan umur
manfaatnya.
Program Komputer (Perangkat Lunak Komputer)
Dalam perkembangan busnis saat ini sudah banyak
perusahaan membangun peranti lunak untuk pengolahan
data dan meningkatkan efisiensi dan pengeluarannya
dikapitalisasi sesuai dengan FASB statement No. 86 tahun
1985 yang menyatakan bahwa akuntansi untuk perolehan
piranti lunak komputer yang dijual, disewa atau dipasarkan.
Dalam pembuatan pirogram komputer yang akan dipasarkan
ada tiga tahapan yaitu (a) biaya riset dan pengembangan
yang meliputi biaya perencanaan, perancangan dan uji coba,
(b) biaya uji kelayakan teknis yaitu sebelum program tersebut
dipasarkan kepada konsumen diperlukan biaya lebih lanjut
yaitu pengujian, pembuatan master dikapitalisasi sebagai
biaya produksi dan (c) biaya pengemasan yaitu pengeluaran
biaya setelah pengujian kelayakan untuk dipasarkan, maka

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


61

ada pengeluaran untuk pembuatan label dan kemasan di


bebankan sebagai biaya persediaan. Dari ketiga tahapan
tersebut yang dikapitalisasi sebagai biaya produk adalah
biaya uji kelayakan yang akan diamortisasi selama masa
manfaatnya. Biaya Pendirian
Pada saat didirikan perusahaan, terdapat berbagai macam
pengeluaran seperti biaya pengurusan ijin (akte notaris dan
pendaftaran ke Menteri Kehakiman atau di Pemda
setempat), biaya promosi dan lain-lain. Semua pengeluaran
biaya tersebut sangat penting untuk kelancaran usaha dan
sekaligus menentukan umur kehidupan perusahaan
sehingga biaya tersebut dapat dianggap sebagai aktiva tetap
tidak berwujud yang mempunyai umur manfaat.
Leasehold
Leases adalah aktiva tetap tidak berwujud karena merupakan
hak untuk menggunakan / menyewa aktiva yang dimiliki oleh
lessor selama suatu periode waktu tertentu dan biaya secara
periodik tertentu. Pengeluaran biaya atas ativa yang disewa
menjadi beban dari lessee dan diamortisasi selama sisa umur
sewa.
Beban Ditangguhkan
Beban ditangguhkan merupakan pengeluaran yang
jumlahnya relatif material dan diharapkan dapat mempunyai
manfaat ekonomi bagi perusahaan. Pengeluaran yang
ditangguhkan, misalnya biaya pemindahan / pengaturan
kembali aktiva dan biaya eksplorasi dan biaya tersebut
diamortisasi selama umur ekonomi.
GOODWILL
Goodwill termasuk dalam aktiva yang tidak dapat
diidentifikasi dan dalam akuntansi goodwtill dapat terjadi
karena pengembangan internal perusahaan atau karena
tranaksi pembelian. Goodwill yang berhubungan dengan
pengembangan internal prusahaan dapat berupa kelebihan
yang dimiliki oleh perusahaan misalnya karyawan dan lokasi
perusahaan. Suatu perusahaan kemungkinan mempunyai
banyak karyawan senior yang berbakat dan keahlian yang
masih jarang dimiliki oleh perusahaan lain sehingga dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan. Di samping itu
perusahaan juga mempunyai lokasi yang strategis yaitu
dekat dengan bahan baku sehingga biaya transportasi lebih

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


62

murah atau dekat dengan konsumen sehingga biaya


distribusi murah dan akhirnya dapat meningkatkan
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Dengan demikian,
goodwill dapat dianggap mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan pendapatan di atas standar normal. Keahlian
karyawan tersebut dapat menjadi modal intelektual yang
tidak dapat teridentifikasi dan penilaiannya sangat sulit yang
akhirnya dapat menjadi kurang realistis
Sedangkan goodwill yang diperoleh karena transaksi
pembelian adalah perbedaaan antara nilai perusahaan
secara keseluruhan dengan jumlah penilaian atas aktiva
yang dapat diidentifikasi atau merupakan nilai residu atas
kelebihan nilai dari aktiva yang tidak teridentifikasi.Sebagai
contohnya, misalnya PT HMSP membeli PT Alfa dengan
tunai sebesar Rp 500.000.000,- dan wajar aktiva yang dapat
diidentifikasi dari PT Alfa adalah Rp 700.000.000,- dengan
nilai wajar hutang Rp 300.000.000,maka PT HMSP mencatat
akuisisinya sebagai berikut :
Aktiva yang dapat diidentifikasiRp 700.000.000,-
Goodwill Rp 100.000.000,-
Hutang Rp 300.000.000,-
Kas Rp 500.000.000,-
Dalam mencatat akuisisi dapat dilakukan dengan
mendebet atau mengkredit masing-masing akun dari aset
yang dapat diidentifikasi dan hutang berdasarkan nilai wajar
saat ini. Contoh diatas terlihat adanya goodwill yang positif
karena pembayaran melebihi nilai bersih dari aktiva dan
dapat terjadi pembayaran lebih kecil daripada nilai bersih
aktiva yang diterima sehingga terjadi goodwill negatif.
Penilaian goodwill
Secara umum perusahaan yang akan dijual ditawarkan
dengan harga yang lebih besar dari nilai buku atas aktiva
bersih yang dimiliki. Hal ini terjadi karena (a) nilai buku yang
terdapat dalam neraca menggunakan data historis,
sedangkan nilai sekarang adalah menggunakan harga wajar
sehingga terdapat perbedaan dan (b) aktiva tidak berwujud
yang dapat diidentifikasi kemungkinan langsung dibebankan
dalam biaya seperti biaya riset dan pengembangan.
Penilaian goodwil pada dasarnya dapat dilakukan
dengan dua pendekatan yaitu dari nilai bersih aktiva
perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


63

keuntungan abnormal. Cara pertama : nilai goodwil dapat


diketahui dengan cara menilai kemungkinan suatu perusahan
dapat dibeli dibandingkan dengan nilai bersih aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan. Nilai bersih aktiva suatu
perusahaan diperoleh dengan cara mengurangi jumlah aktiva
dengan seluruh utang yang ada. Hal ini akan mengalami
kesulitan karena kemungkinan ada aktiva tetap berwujud
yang tidak terindenfikasi dalam laporan keuangan
perusahaan yang akan diakuisisi. Cara kedua: penilaian
goodwil dilakukan. Dengan pendekatan keuntungan
abnormal selanjutnya dapat diperkirakan nilai goodwill.
Sebagai contoh, misalnya PT HMSP pada awal tahun
2004 merencanakan mengakuisisi PT Alfa dan neraca akhir
Desember 2003 sebagai berikut :
Aktiva lancar Rp 300.000.000,-Hutang lancar Rp 250.000.000,-
Aktiva lainnya Rp 400.000.000,-Hutang jk. panjangRp 200.000.000,-
Modal pemilik Rp 250.000.000,-
Rp 700.000.000,- Rp 700.000.000,-

Informasi lain atas laporan keuangan tersebut yaitu (a) nilai


wajar dari aktiva lainnya adalah Rp 450.000.000,- karena
harga tanah ada kenaikan dan yang dineraca atas dasar
harga histories dan (b) perusahaan telah mengembangkan
piranti lunak dengan biaya sebesar Rp 50.000.000,- tapi tidak
dicatat sebagai aktiva.
Pada tahun 2004 PT Alfa diperkirakan akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp 60.000.000,- dan
tingkat keuntungan investasi dengan kondisi normal atas
industri ritel per tahun adalah sebesar 10 %. Atas dasar
informasi tersebut dapat ditentukan nilai wajar dari PT Alfa
yaitu

Keuntungan
Nilai wajar perusahaan 
Tingkat pengembalianinvestasi
Rp 60.000.000,-

10%
= Rp. 600.000.000,00
Perhitungan nilai goodwill adalah sebagai
berikut :
Nilai wajar perusahaan diperkirakan sebesar Rp 600.000.000,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


64

Dikurangi
- Nilai buku aktiva bersih (ekuiti) Rp 250.000.000,-

- Kelebihan nilai wajar aktiva atas nilai buku(Rp 450.000.000,- –Rp


250.000.000,-) Rp 200.000.000,-

- Nitidak dicatatlai wajar aktiva tetap tidak berwujud yang Rp


50.000.000,-

(Rp

500.000.000,-) Nilai aktiva bersih yang dapat diidentifikasiatau Goodwill

Rp 100.000.000,-

Tahapan menentukan nilaigoodwill


Dalam rangka membeli suatu perusahaan dengan
menggunakan konsep keuntungan kaitannya dengan
penentuan nilai goodwill, maka ada beberapa tahapan yang
perlu dipertimbangkan yaitu :
1. memprediksi keuntungan rata-rata masa yang akan
datang berdasarkan aktiva bersih yang dapat
diidentifikasi
2. memprediksi tingkat pengembalian investasi atas dasar
aktiva bersih yang dapat diidentifikasi
3. menaksir nilai wajar saat ini atas aktiva bersih yang
teridentifikasi
4. menghitung kelebihan keuntungan tahunan
5. memprediksi lama kelebihan keuntungan tahunan
6. menghitung nilai sekarang atas prediksi kelebihan
keuntungan tahunan
7. menghitung harga beli atas perusahaan yang akan
diakuisisi
8. menganalisis tingkat sensitivitas
Berdasarkan kedelapan langkah tersebut, maka berikut
ini dijelaskan aplikasi dari tahapan tersebut.
Tahap 1 : Memprediksi keuntungan periode yang akan
datang
Untuk dapat membuat prediksi keuntungan yang akan
diperoleh untuk beberapa tahun yang akan perlu
mengevaluasi kondisi eksternal dan internal. Kondisi
eksternal dapat mencakup perkembangan industri sejenis,

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


65

kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan industri,


perkembangan teknologi, pesaing, selera konsumen dan lain-
lain. Sedangkan kondisi internal dapat mencakup kebijakan
manajemen, produktivitas karyawan dan kemampuan
memperoleh keuntungan.
Dalam hubungannya dengan kemampuan
mendapatkan keuntungan beberapa tahun yang lalu perlu
dianalisis mengenai : (a) perkembangan elemen pendapatan
dan biaya di luar operasi dan pengaruh dari penggunaan
prinsip akuntansi dan (b) kemungkinan adanya penyesuaian
karena adanya perubahan penggunaan metode persediaan
dan penyusutan serta amortisasi.
Berikut ini contoh langkah untuk memprediksi keuntungan
dengan menggunakan data 5 tahun yang lalu dari keuangan PT
Alfa.
Rata-rata keuntungan per tahun Rp
1.000.000,-
Rata-rata harga pokok penjualan Rp 430.000,-

Rata-rata biaya operasi Rp 300.000,-

Perkiraan kenaikan gaji Rp 80.000,-

Perkiraan kenaikan penyusutan Rp 30.000,-


dengan dasar nilai wajar
Perkiraan kenaikan amortisasi Rp 10.000,-

Perkiraan biaya (Rp 850.000,-)

Perkiraan keuntungan yang diharapkan Rp


150.000,-
Perkiraan pajak penghasilan Rp
40.000,-
Keuntungan yang diharapkan per Rp
tahun 110.000,-
Dalam membuat proyeksi keuntungan yang akan diperoleh
oleh perusahaan ada beberapa penyesuaian yaitu kenaikan
gaji, penyusutan dan amortisasi agar dapat diperoleh hasil
yang lebih akurat.
Tahap 2 : Memprediksi tingkat keuntungan
Menentukan tingkat keuntungan yang diharapkan atas
rencana pembelian perusahaan pada aktiva yang dapat
didentikasi berdasarkan resiko investasi dan alternatif
investasi yang ada. Untuk tujuan tersebut, maka perlu
melakukan analisis dengan cara melakukan penyesuaian

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


66

nilai aktiva yang dapat diidentifikasi dan metode penentuan


persediaan yang digunakan atas : (a) data keuangan
perusahaan yang akan dibeli dan (b) mencari data laporan
keuangan perusahaan yang sejenis. Apabila kedua langkah
tersebut telah dilakukan diperbandingkan, maka dapat
ditentukan tingkat keuntungan yang diharapkan, misalnya
rata-rata tingkat keuntungannya adalah 10 % setelah pajak
penghasilan.
Tahap 3 : Menentukan nilai wajar saat ini atas aktiva bersih
yang dapat diidentifikasi
Pencatatan akuntansi umumnya mendasarkan pada
data historis yang sudah pasti sangat berbeda dengan nilai
wajar saat ini, misalnya harga bangunan 5 tahun yang lalu
akan berbeda dengan harga pasar saat ini. Hal ini akan
berakibat beban penyusutan dengan menggunakan harga
saat ini akan menjadi lebih besar dibanding dengan
menggunakan dasar harga historis.
Demikian pula penggunaan penentuan nilai persediaan
dengan metode LIFO akan berakibat nilai persediaan
menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai wajar saat
ini terutama apabila harga barang cenderung naik.
Berikut ini contoh penilaian kembali atas aktiva yang dapat
diidentifikasi yang dimiliki oleh PT Alfa
Nilai buku aktiva bersih yang dapat diidentifikasi Rp
650.000,Revaluasi nilai persediaan dengan metode FIFO Rp
50.000,Kenaikan cadangan piutang tak tertagih (Rp
40.000,-)
Revaluasi nilai wajar atas tanah, bangunan, kendaraanRp 250.000,-
Nilai wajar pengembangan internal Rp 40.000,-
Nilai aktiva bersih teridentifikasi Rp 950.000,-

Tahap 4 : Menghitung kelebihsn keuntungan tahunan


Besarnya kelebihan keuntungan tahunan dihitung dari
prediksi keuntungan dimasa yang datang dikurangi dengan
tingkat keuntungan normal dikalikan nilai aktiva bersih saat
ini.
Rata-rata tingkat keuntungan yang diharapkan –Tahap 1Rp 110.000,-
Keuntungan dari nilai wajar = 10 % x Rp 960.000,- Rp
95.000,Perkiraan kelebihan keuntungan tahunanRp
15.000,-

Tahap 5 : Memprediksi lama kelebihan keuntungan


tahunan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


67

Setelah pembelian suatu perusahaan perlu diperkirakan


lama kelebihan keuntungan tahunan atau keuntungan di atas
normal dapat dicapai, karena masa depan penuh
ketidakpastian. Dengan adanya perubahan tekhnologi
kemungkinan keuntungan akan dapat ditingkatkan atau
perhitungan yang dilakukan sebelumnya mudah untuk
dicapai. Sebaliknya kemungkinan perusahaan tidak dapat
memanfaatkan kesempatan dengan baik sehingga perkiraan
keuntungan tidak tercapai yang akhirnya bahwa goodwill
mengalami keterbatasan umur. Untuk kepentingan contoh di
atas, PT Alfa diasumsikan kelebihan keuntungan tahunan
akan berakhir setelah 10 tahun dibeli oleh PT HMSP. Tahap
6 : Menentukan nilai sekarang atas prediksi kelebihan
keuntungan tahunan
Hasil prediksi kelebihan keuntungan tahunan (goodwill)
perlu dihitung nilai sekarangnya agar dapat mencerminkan
kondisi saat ini. Perhitungannyaadalah sebagai berikut :
Prediksi kelebihan keuntungan tahunan Rp 15.000,-

Present value of annuity untuk jangka waktu 10 tahun(tahap ke 5) dan


tingkat bunga 10 % (tahap 2) –lihat tabel x 6,144567

Nilai sekarang atas prediksi kelebihan keuntungan tahunan Rp


92.168,51

Tahap 7 : Menentukan nilai keseluruhan perusahaan


Nilai perusahaan merupakan nilai wajar seluruh aktiva
yang dapat diidentifikasi ditambah dengan nilai sekarang atas
kelebihan keuntungan tahunan atau goodwill. Dengan
demikian nilai keseluruhan perusahaan PT Alfa adalah
Nilai wajar aktiva bersih teridentifikasi Rp 950.000,-
Nilai sekarang atas prediksi kelebihan keuntungan tahunanRp
92.168,51
Nilai perusahaan keseluruhan Rp 1.042.168,51

Tahap 8 : Menganalisis tingkat sensitivitas


Dalam rangka mempertimbangkan nilai perusahaan
yang akan dibeli kelebihan keuntungan tahunan yang akan
diperoleh dimasa depan, nilai wajar aktiva yang dapat
diidentifikasi, tingkat pengembalian investasi tahunan dan
lama menikmati kelebihan keuntungan. Untuk melakukan
penawaran atas perusahaan yang akan dibeli perlu
dipertimbangkan tingkat sensitivitas atau resiko investasi

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


68

yang nantinya dapat berpengaruh pada tingkat pengembalian


investasi tahunan yang akan diperoleh dimasa depan.
Apabila tingkat resiko perusahaan yang akan dibeli semakin
besar, maka tingkat pengembalian investasinya harus besar
agar investasi dapat cepat kembali dan sebaliknya resiko
investasi kecil, maka tingkat pengembalian dapat kecil. Dari
contoh di atas, misalnya tingkat pengembalian normal 10 %,
karena PT Alfa bisnisnya mempunyai resiko yang cukup
besar maka tingkat pengembaliannya dinaikkan menjadi 20
%, maka goodwillnya menjadi Rp 62,887.50 atau (Rp
15.000,-x 4,1925)
PERTANYAAN
a. Apa yang dimaksud dengan aktiva tetap tidak berwujud dan
sebutkan jenis-jenisnya?
b. Jelaskan perbedaan antara aktiva tetap berwujud dengan
aktiva tetap tidak berwujud!
c. Berapa umur dari masing-masing aktiva tetap tidak
berwujud?
d. Jelaskan tentang tahapan pembuatan program komputer
atau piranti lunak dan klasisifikasi perkiraan yang ada
kaitannya dengan tahapan pembuatan tersebut !
e. Jelaskan apa yang dimaksud dengangoodwill !
f. Jelaskan langkah-langkah untuk menentukangoodwill !
LATIHAN
1. Pada awal tahun 2003 PT Mobilindo membeli paten
dengan harga Rp 55.400.000,- dengan sisa umur 12
tahun dan diperkirakan dapat digunakan untuk jangka
waktu 8 tahun. Pada awal tahun 2006 perusahaan
membayar Rp 6.000.000,- kepada penemunya sebagai
ganti rugi atas klaim pelanggaran penggunaan paten
yang telah dilakukan oleh perusahaan. Buatlah jurnal
yang diperlukan (a) harga perolehan paten, (b)
pembayaran denda sebesar Rp 6.000.000,- dan (c)
amortisasi paten tahun 2006.
2. Perusahaan A sedang melakukan negosiasi pembelian
perusahaan B Rata-rata keuntungan yang diperoleh
perusahaan B beberapa tahun yang lalu adalah Rp
50.000.000,- per tahun. Menurut manajer perusahaan A
memprediksi bahwa keuntungan perusahaan B dapat
ditingkatkan menjadi 30 %. Sedangkan keuntungan
normal perusahaan B tiap tahunnya adalah Rp

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


69

40.000.000,-. Berdasarkan data tersebut saudara diminta


untuk menentukan besarnya goodwill bila (a) goodwill
akan sebesar jumlah kelebihan keuntungan di atas
normal yang diterima selama 5 tahun dan (b) kelebihan
keuntungan di atas normal dikapitalisasi sebesar 12,5 %.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


70

BAB 6
UTANG JANGKA PANJANG

PENGANTAR
Utang yang tidak membutuhkan dana dari aktiva lancer
disebut dengan utang jangka panjang dan dalam neraca
dicatat secara terpisaha dengan utang lancar. Secara umum
utang jangka panjang dapat meliputi utang obligasi, utang
wesel jangka panjang, utang hipotik dan utang jangka
panjang lainnya.
Utang jangka panjang biasanya didasarkan pada perjanjian
yang dibuat secara rinci tentang hak dan kewajiban yaitu
yang meminjam dan memberi pinjaman. Isi perjanjian dapat
berupa provisi yang dihitung dari jumlah pinjaman, tingkat
bunga, jatuh tempo pelunasan kewajiban, tanggal
pembayaran bunga, janji untuk menjamin keamanan
pinjaman dan berbagai ketentuan untuk peminjam. Pinjaman
agar dapat terjamin aman terjamin, peminjam dapat memberi
agunan yang berupa harta tidak bergerakseperti tanah,
bangunan dan mesin.
ALASAN MENGELUARKAN UTANG JANGKA PANJANG
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana untuk perluasan
usaha atau modal kerja, perusahaan dapat memperoleh dari
beberapa sumber. Sedangkan alasan mengenai perusahaan
memilih menerbitkan utang jangka panjang adalah :
a. Tidak mempunyai alternatif sumber pembiayaan yang lain.
Hal ini terjadi karena perusahaan mungkin menganggap
bahwa utang jangka yang paling rendah resikonya.
b. Utang jangka panjang dianggap berbunga lebih rendah:
c. Tidak ada hak suara bagi yang meminjamkan dana
UTANG OBLIGASI
Obligasi merupakan surat berharga tanda utang dari pihak
yang menerbitkannya (issuer) dan investor (holder) sebagai
pembelinya. Penerbit setuju untuk membayar obligasi
sebesar nilai nominal saat obligasi jatuh tempo dan
membayar bunga secara periodik dengan tingkat bunga

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


71

tertentu dari nominal. Obligasi dapat dibedakan menjadi


delapan jenis yaitu :
1. Penerbitnya
2. Sistem pembayaran bunga
3. Jaminan yang disediakan oleh penerbit obligasi
4. Tempat penerbitan atau tempat perdagangan
5. Peringkat (Rating)
6. Callable bonds(pembelian kembali)
7. Konversi (convertible bonds)
8. Obligasi berseri (Serial bonds)
Penerbit Obligasi
Di Indonesia obligasi dapat diterbitkan oleh beberapa pihak
yaitu (a) Pemerintah, (b) Perusahaan milik negara – BUMN,
misalnya PLN, Pegadain dan lain-lain, dan (c) Perusahaan
swasta, misalnya PT Citra Marga Nusaphala Persada, PT
Astra Internasional danlain-lain.
Sistem Pembayaran Bunga Obligasi
Bunga obligasi dapat menjadi salah satu instrument daya
tarik bagi investor untuk membeli obligasi yang diterbitkan
oleh penerbitnya. Sistem pembayaran bunga obligasi tiap
perusahaan akan berbeda-beda yang dapat disebabkan oleh
kemampuan keuangannya dan resiko bisnis perusahaan
penerbit obligasi. Sistem pembayaran bunga obligasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Coupon Bond. Untuk jenis obligasi ini penerbit obligasi
akan membayar bunga secara rutin, misalnya setiap tiga
bulan, enam bulan atau satu tahun dan di obligasi
tersebut terdapat bagian yang dapat disobek atau disebut
dengan kupon obligasi yang digunakan untuk mengambil
bunga oleh pemegang obligasi (Investor) .
b. Zero Coupon Bond. Berbeda dengan coupon bond, jenis
obligasi ini penerbit obligasi tidak akan akan membayar
bunga secara rutin tapi akan bunga diberikan saat terjadi
transaksi penjualan obligasi. Misalnya harga nominal
obligasi Rp 5.000.000,- per lembar dan dijual dengan
harga Rp 4.000.000,-. Jika obligasi telah jatuh tempo
pihak penerbit akan membayar sebesar nilai nominalnya.
Sedangkan besar kecilnya tingkat bunga yang diberikan oleh
penerbit ada beberapa jenis yaitu :

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


72

a. Bunga tetap (Fixed rate). Bunga obligasi dengan tingkat


bunga yang tetap dan ditentukan pada saat penjualan
serta tidak ada perubahan tingkat bungasampai dengan
obligasi jatuh tempo.
b. Bunga mengambang (Floating rate bond). Besar
kecilnya bunga tiap periodenya dapat berbeda-beda atau
setiap kupon besarnya dapat tidak sama. Secara umum
penentuan bunga obligasi di Indonesia biasanya berada
di atas standar JIBOR (Jakarta Inter Bank
Offering Rate) atau LIBOR (London Inter Bank Offering
Rate)
c. Bunga campuran (Mixed rate bond). Bunga obligasi
jumlahnya dapat tetap dan mengambang. Biasanya
bunga obligasi pada awal periode dengan menggunakan
ketentuan bunga tetap dan selanjutnya dengan
menggunakan ketentuan bunga mengambang.
Tempat penerbitan atau perdagangan obligasi
Dilihat dari tempat penerbitan atau perdagangan obligasi
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu (a) obligasi
domestik(domestic bond) yaitu obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan / lembaga dalam negeri dan dipasarkan di dalam
negeri, misal obligasi PLN hanya dijual di Indonesia, (b)
obligasi asing (Foreign bond) yaitu obligasi yang diterbitkan
oleh perusahaan atau lembaga asing dan hanya dipasarkan
di negara tertentu, Yankee bond diterbitkan dan dipasarkan
hanya di Amerika Serikat dan (c) global bond yaitu obligasi
yang dapat diperdagangkan dimanapun.
Peringkat (Rating)
Obligasi biasanya dilakukan evaluasi secara menyeluruh oleh
suatu lembaga yang independen agar dapat membantu
investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Di
Amerika ada dua lembaga independen yang sudah dikenal
yaitu Standar & Poor dan Moody’s serta hasil peringkat
obligasi ada dua jenis yaitu (a) investment-grade bond yaitu
obligasi yang dapat dikatakan layak untuk berinvestasi
karena peringkatnya , missal AAA, AA, dan A atau Aaaa, Aa
dan A dan (b) Noninvestment-grade bond, yaitu suatu
obligasi yang tidak layak untuk dibeli karena bunga yang
diberikan lebih tinggi, ada fasilitas ditarik kembali sebelum
jatuh tempo.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


73

Callable feature(Pembelian kembali)


Dilihat dari segi dapat atau tidak dapat dibeli kembali sebelum
jatuh tempo, obligisi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
(a). Freely callable bond yaitu obligasi yang dapat ditarik
kembali oleh penerbitnya sebelum jatuh tempo apabila
tingkat bunga obligasi lebih tinggi dari pada tingkat bunga
yang berlaku umum. Untuk dapat menarik kembali
obligasi yang telah beredar,maka penerbit memberikan
konpensasi yang disebut dengan call agio. Sedangkan
jumlah yang dibayarkan adalah nilai nominal dan call agio
disebut dengancall price.
(b). Noncallable bond yaitu obligasi yang tidak dapat dibeli
kembali oleh penerbitnya sebelum jatuh tempo.
(c). Deffered callable bond yaitu obligasi campuran antara
freely dan noncallableterutama dengan batasan periode
tertentu.
Konversi (Convertible / Exchangeable bond)
a. Convertible bond yaitu suatu obligasi yang dapat ditukar
dengan saham yang dikeluarkan oleh penerbit obligasi
atau saham perusahaan lain yang dimiliki oleh penerbit
obligasi.
b. Nonconvertible bond yaitu obligasi yang tidak dapat
ditukar dengan saham kecuali pada saat jatuh tempo
ditukar dengan nilai nominalnya.
Obligasi berseri (Serial bonds)
Obligasi yang dikeluarkan saat yang sama akan tetapi dalam
pelunasan dilakukan secara bertahap dengan tanggal yang
berbeda.
PENJUALAN OBLIGASI
Perusahaan yang menerbitkan obligasi biasanya menjual
obligasinya tidak secara langsung kepada para pembeli tapi
melalui penjamin (underwriter).dengan cara memberi komisi.
Harga jual obligasi akan sangat tergantung pada ketentuan
dari obligasi yang ditawarkan dan kondisi umum pasar
obligasi, tingkat resiko obligasi dan harapan kondisi ekonomi.
Yield (bunga efektif) adalah bunga pasar obligasi yang
sesungguhnya terjadi dan besarnya dapat berbeda dengan
yang tercantum dalam obligasi. Ada tiga alternatif yang
mungkin dihadapi oleh perusahaan yang menjual obligasi
yaitu :

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


74

1. Jika bunga efektif (yield) sama besarnya dengan bungai


yang tertera dalam obligasi, maka pembeli obligasi akan
membayar sebesar harga nominal atau obligasi dijual
sebesar nominal.
2. Jika bunga efektif (yield) lebih besar dari bunga yang
tertera dalam obligasi, maka pembeli akan membayar
lebih kecil dari nilai nominal atau obligasi dijual dengan
disagio.
3. Jika bunga efektif (yield) lebih kecil dari bunga yang
tertera dalam obligasi, maka pembeli akan membayar
lebih besar dari nilai nominal atau obligasi dijual dengan
agio.
Sebagai contohnya, apabila PT CMNP menerbitkan obligasi
dengan nilai nominal Rp 10.000.000,- per lembar dijual
dengan kurs 103 % (bunga efektif lebih kecil dari bunga yang
tertera dalam obligasi) atau Rp 10.300.000,- sehingga ada
agio sebesar Rp 300.000,00. Alternatif lain yaitu bila dijual
dengan kurs 95 % (bunga efektif lebih besar daripada bunga
yang tertera dalam obligasi) atau Rp 9.500.000,- sehingga
ada diskon sebesar Rp 500.000,-.
Berdasarkan alternatif tersebut di atas dapat diringkas
sebagai berikut :

Penjualan
ObligasiYield dibandingkan Bunga selama umur obligasi
Agio Yield < Bunga obligasi Biaya bunga < Bunga yang dibayar
Nilai Nominal Yield = Bunga obligasi Biaya bunga < Bunga yang
dibayar Disagio Yield > Bunga obligasi Biaya bunga > Bunga
yang dibayar
Pencatatan Penerbitan Obligasi
Pada saat penjualan obligasi, perusahaan akan mencatat di
kredit sebesar nilai nominal obligasi dalam rekening Utang
Obligasi dan jika terjadi agio atau disagio dicatat dalam
rekening terpisah. Sebagai contoh bila PT CMNP menjual
obligasi dengan nilai nominal Rp 100.0000.000,- dengan kurs
102 %, maka pencatatan penjualan obligasi sebagai berikut :
Kas (Rp 100.000.000,- x 102 %)Rp 102.000.000,-
Utang obligasi Rp 100.000.000,-
Agio–obligasi Rp 2.000.000,-

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


75

Agio akan diamortisasi selama umur obligasi dan nilai buku


obligasi adalah sebesar nilai nominal ditambah dengan agio
yang belum diamortisasi.
Dalam penjualan obligasi dapat juga menggunakan dasar
perhitungan tingkat bunga efektif (bunga menurut permintaan
yang ada di pasar obligasi). Dengan contoh di atas, misalnya
obligasi PT CMNP dengan niilai nominal Rp 100.000.000,-
dan yang dibayar kembali dalam jangka waktu 5 tahun
dengan bunga 7 % yang dibayar tiap semester atau Rp
3.500.000,(Rp 100.000.000,- x 7 % x 6 bulan / 12 bulan).
Apabilabunga efektif yang berlaku di pasar adalah 6 % atau 8
%, maka hasil penjualan yang akan diterima oleh penerbit
obligasi adalah sebagai berikut :
Present value dari nominal = Nominal x PV i % / umur obligasi = Rp
A
Present value of Annuitydari 6 bulan= Bunga x PV of A i % efektif / umur
= Rp B

Jumlah yang diterima dari penjualan obligasi= Rp A + B

a.Tingkat bunga efektif 6 %


- Present value dari Rp 100.000.000,-
Jatuh tempo 5 tahun dan bunga 6 % = Rp 100.000.000,- x 0,7473 = Rp
74.730.000,00 - Present value dari bunga Rp 3.500.000,-
Tiap 6 bulan untuk 5 tahun dengan = Rp 3.500.000,- x 8,5302 = Rp
29.855.709,93 bunga efektif6 % (3 % per semester)
Hasil penjualan obligasi = Rp 104.585.709,93
Nilai nominal obligasi = Rp100.000.000,00
Agio utang obligasi = Rp 4.585.709,93
===============
Catatan :
- Present value nomoinal = PV 6 % , 5 tahun = 0,7473 (lihat tabel present
value)
- Present value of annuity dari bunga = PVofA 3 %, 10 tahun = 8,5302, disini
dihitung 3 % karena pembayaran bunga dilakukan setiap 6 bulan jadi 6 %
dibagi 2 atau 3 % dan lamanya juga 5 tahun dibagi 2 atau 10 periode ( lihat
ditabel present value of annuity )

Jurnal penjualan yang dibuat dengan tingkat bunga efektif 6


% adalah
Kas Rp 104.585.709,93
Utang obligasi Rp 100.000.000,Agio–Utang obligasi Rp
4.585.709,93
b.Tingkat bunga efektif 8 %

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


76

- Present value dari Rp. 100.000.000,00 jatuh tempo 5 tahun dan bunga 8 %
= Rp 100.000.000,00 x 0,6806= Rp 68.060.000,00 - Present value dari bunga
Rp 3.500.000,00
Tiap 6 bulan untuk 5 tahun dengan = Rp 3.500.000,00 x 8,111 = Rp
28.388.135,23 bunga efektif8 % (4 % per semester)
Hasil penjualan obligasi = Rp 96.448.135,23
Nilai nominal obligasi = Rp 100.000.000,00
Agio utang oblgiasi = Rp 3.551.864,77
===============

Jurnal penjualan yang dibuat dengan tingkat bunga efektif 8 %


adalah
Kas Rp 96.448.135,23 Disagio–Utang obligasi
Rp 3.551.864,77
Utang bunga Rp 100.000.000,00
Penerbitan Obligasi Diantara Tanggal Pembayaran
Bunga Penjualan obligasi dapat terjadi setelah tanggal
pembayaran bunga, penjual mempunyai kewajiban
membayar bunga sejak obligasi terjual atau beredar di
pasaran. Apabila obligasi dijual di antara tanggal
pembayaran bunga maka penjual akan menarik utang bunga
yang belum dibayar kepada pembeli yaitu dari tanggal
pembayaran bunga hingga tanggal penjualan obligasi. Bunga
yang diterima dari pembeli akan dicatat sebagai Biaya Bunga
yang dihitung dari tingkat bunga obligasi dikalikan dengan
nominal. Secara ringkas kondisi tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :

Tanggal Pembayaran Tanggal Penjualan Tanggal Pembayaran Bunga


Obligasi Bunga (6 bulan)

Misal 2 bulan Misal 4 bulan


Bunga sebelum penjualan Bunga setelah penjualan
Periode A Periode B

Bunga yang ditarik dari Perusahaan membayar


Pembeli saat penjualan bunga untuk
periode A periode A dan B (untuk 6
bulan)
Jumlah bunga bersih yang dibayarkan
Oleh perusahaan adalah Periode B

Sebagai contoh, misalnya pada tanggal 1 Maret 2003, PT


GGRM menjual obligasi Rp 800.000,00 jatuh tempo 10 tahun
dengan bunga 12 %. Pembayaran bunga dilakukan setiap
tanggal 1 Januari dan 1 Juli. Biaya bunga yang ditarik dari

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


77

pembeli adalah periode 1 Januari sampai dengan 1 Maret


atau 2 bulan yaitu Rp 16.000,- (Rp 800.000,00 x 12 % x 2 /
12 bulan). Jurnal yang dibuat oleh perusahaan saat
penjualan pada tanggal 1 Maret 2003 adalah :
Kas Rp 816.000,00
Utang obligasi Rp 800.000,00
Biaya bunga Rp 16.000,00
Jurnal saat membayar bunga untuk 6 bulan pada 1 Juli 2003
adalah
Biaya bunga (Rp 800.000,-X 12 % x 6 / 12) Rp 48.000,00
Kas Rp 48.000,00
Dengan demikian biaya bunga yang dibayar oleh perusahaan
adalah Rp 32.000,00(Rp 48.000,00–Rp 16.000,00)
Apabila bunga yang diminta dari pembeli saat penjualan
obligasi dicatat denganutang bunga, maka jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut :
Kas Rp 816.000,00
Utang obligasi Rp 800.000,00
Utang bunga Rp 16.000,00
Jurnal saat membayar bunga untuk 6 bulan pada 1 Juli 2003
adalah
Biaya bunga (Rp 800.000,-X 12 % x 4 / 12) Rp 32.000,00
Utang bunga Rp 16.000,00
Kas Rp 48.000,00
AMORTISASI DISAGIO DAN AGIO OBLIGASI
Penjualan obligasi dapat terjadi adanya disagio atau agio
karena adanya perbedaan antara bunga efektif (bunga yang
terjadi di pasar) dengan bunga yang tercantum dalam
obligasi. Pembayaran bunga dilakukan oleh perusahaan
dengan menggunakan dasar perhitungan tariff bunga sesuai
dengan yang tercantum dalamobligasi dikalikan dengan
nominal. Biaya bunga yang ada di laporan keuangan harus
mencerminkan jumlah biaya bunga yang didasarkan tingkat
bunga efektif dan nilai buku obligasi.Jumlah biaya bunga
efektif dihitung dari perkalian antara tingkat bunga efektif
(yield) dengan nilai buku obligasi. Untuk melakukan
amortisasi disagio dan agio ada metode yaitu metode garis
lurus dan metode bunga efektif.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


78

Metode Garis Lurus


Asumsi yang mendasari metode ini adalah pembayran bunga
tiap periode akan sama besarnya. Dengan demikian
amortissi agio dan disagio dengan menggunakan metode
garis lurus besarnya akan sama untuk selama umur obligasi.
Disagio Obligasi
Disagio obligasi terjadi bila hasil penjualan obligasi lebih kecil
dari nilai nominal obligasi. Hal ini dapat terjadi karena bunga
obliigasi lebih kecil dari bunga efektif yang terjadi di
pasar.Sebagai contoh, misalnya PT Alfa pada tanggal 1
Januari 2003 menjual obligasi dengan harga Rp
92.639.912,95 dan nominal Rp 100.000.000,00. Tingkat
bunga obligasi adalah 10 % yang dibayarkan tiap tanggal 30
Juni dan 31 Desember serta jatuh tempo obligasi 31
Desember 2007 atau umur obligasi 5 tahun. Bunga obligasi
yang berlaku di pasar adalah sebesar 12 %
Pencatatan yang dilakukanpada tanggal 1 Januari 2003
adalah:
Kas Rp 92.639.912,95
Disagio Utang obligasi Rp 7.360.067,05
Utang bunga Rp 100.000.000,00
Disagio sebesar Rp 7.360.067,05 dihitung dengan cara
sebagai berikut :
Present valuenominalRp 100.000.000,00 x 0,5584 1) Rp 55.839.477,69
Present value bungaRp 6.000.000,00 2) x7,36009 3) Rp 36,800,435.26
Harga jual Rp 92.639.912,95
Nilai nominal obligasi Rp 100.000.000,00
Disagio Utang Obligasi Rp 7.360.067,05
1) Present value untuk 10 semester dan bunga efektif 6 % (12 %
dibagi 2)
2) Bunga = Rp 100.000.000,00 x 10 % x 6 / 12 bulan

3) Present value of annuity untuk 10 semester dan bunga efektif 6 %

Penerimaan kas sebesar Rp 92.639.912,95 terdiri dari


present value obligasi dengan tingkat bunga 12 % yaitu Rp
55.839.477,69 (Rp 100.000.000,00 x 0,5584) ditambah
dengan present value of annuity dari pembayaran bunga tiap
semester yaitu Rp 36.800.435,26 (Rp 100.000.000,00 x 10 %
x 6/ 12 x 7,36009)
Mencatat pembayaran bunga pada 30 Juni 2003 adalah
sebagai berikut :

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


79

Biaya Bunga Rp 5.736.008,71 Disagio utang obligasi


Rp 736.008,71
Kas Rp 5.000.000,00
Bunga yang dibayarkan oleh perusahaan terdiri dari biaya
bunga selama satu semester ditambah dengan amortisasi
disagio tiap semester.
Sedangkan tabel amortisasi disagio obligasi dengan metode
garis lurus adalah sebagai berikut :
Kas Amortisasi Biaya Bunga
Nilai Buku
Tanggal Kredit Disagio Debet
Obligasi
Kredit
A B= C = Disagio / D=B+C E = Nilai buku
Nominal x 10 periode awal + C
12 % x
6/12 bln
1 Jan Rp
03 92,639,912.95
30 Jun Rp Rp Rp Rp
03 5,000,000.- 736,008.71 5,736,008.71 93,375,921.65
31 Des Rp Rp Rp5,736,008.7 Rp
03 5,000,000.- 736,008.71 1 94,111,930.36
30 Jun Rp Rp Rp Rp
04 5,000,000.- 736,008.71 5,736,008.71 94,847,939.06
31 Des Rp Rp Rp Rp
04 5,000,000.- 736,008.71 5,736,008.71 95,583,947.77
30 Jun Rp Rp Rp Rp
05 5,000,000.- 736,008.71 5,736,008.71 96,319,956.47
31 Des Rp Rp Rp Rp
05 5,000,000.- 736,008.71 5,736,008.71 97,055,965.18
30 Jun Rp Rp Rp Rp
06 5,000,000.- 736,008.71 5,736,008.71 97,791,973.88
31 Des Rp Rp Rp Rp
06 5,000,000.- 736,008.71 5,736,008.71 98,527,982.59
30 Jun Rp Rp736,008.71 Rp Rp
07 5,000,000.- 5,736,008.71 99,263,991.29
31 Des Rp Rp Rp Rp
07 5,000,000.- 736,008.71 5,736,008.71 100,000,000.00
Nilai buku obligasi yaitu hasil penjualan pada 1 Januari 2003
ditambah dengan amortisasi disagio tiap semester dan
akhirnya pada 31 Desember 2007 nilai buku obligasi akan
sama besarnya dengan nilai nominal obligasi.
Agio Obligasi
Agio obligasi terjadi apabila hasil penjualan obligasi lebih
besar dari nilai nominal obligasi. Hal ini dapat terjadi karena

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


80

bunga obliigasi lebih besar dari bunga efektif yang terjadi di


pasar
Sebagai contoh, PT Alfa pada tanggal 1 Januari 2003
menjual obligasi dengan harga Rp 96.448.135,23 dan
nominal Rp 100.000.000,00. Tingkat bunga obligasi adalah
10 % yang dibayarkan tiap tanggal 30 Juni dan 31
Desember serta jatuh tempo obligasi 31 Desember 2007 atau
umur obligasi 5 tahun. Bunga obligasi yang berlaku di pasar
adalah sebesar 8 %
Pencatatan yang dilakukanpada tanggal 1 Januari 2003 adalah:
Kas Rp 108.110.895,78
Utang Obligasi Rp 100.000.000,00
Agio obligasi Rp 8.110.895,75
Hasil penjualan obligasi dengan bunga efektif 8 % sebesar
Rp 108.110.895,78 yang terdiri dari present value obligasi
dengan tingkat bunga efektif 8 % yaitu Rp Rp 67.556.416,78
(Rp 100.000.000,00 x 0,6756) ditambah denganpresent
value of annuitydari pembayaran bunga tiap semester yaitu
Rp 40.554.478,90 (Rp 100.000.000,00 x 10 % x 6 / 12 x
8,11090)
Mencatat pembayaran bunga pada 30 Juni 2003 adalah
sebagai berikut :
Biaya bunga Rp 4.188.910,42
Agioobligasi Rp 811.089,58
Kas Rp 5.000.000,00
Bunga yang dibayarkan oleh perusahaan terdiri dari biaya
bunga selama satu semester dikurangi dengan amortisasi
agio tiap semester. Dengan adanya agio obligasi, maka
jumlah pembayaran bunga akan menjadi lebih kecil.
Sedangkan tabel amortisasi agio obligasi dengan metode
garis lurus adalah sebagai berikut :
Kas Amortisasi Biaya Bunga
Nilai Buku
Tanggal Kredit Agio Debet
Obligasi
Kredit
A B = Nominal x C= D=B+C E = Nilai buku
12 % x 6/12 Disagio/ 10 awal + C
bln periode
1 Jan Rp
03 108,110,895.78
30 Jun Rp Rp Rp Rp
03 5,000,000.- 811,089.58 4,188,910.42 107,299,806.20
31 Des Rp Rp Rp Rp

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


81

03 5,000,000.- 811,089.58 4,188,910.42 106,488,716.62


30 Jun Rp Rp Rp Rp
04 5,000,000.- 811,089.58 4,188,910.42 105,677,627.05
31 Des Rp Rp Rp Rp
04 5,000,000.- 811,089.58 4,188,910.42 104,866,537.47
30 Jun Rp Rp Rp Rp
05 5,000,000.- 811,089.58 4,188,910.42 104,055,447.89
31 Des Rp Rp Rp Rp
05 5,000,000.- 811,089.58 4,188,910.42 103,244,358.31
30 Jun Rp Rp Rp Rp
06 5,000,000.- 811,089.58 4,188,910.42 102,433,268.73
31 Des Rp Rp Rp Rp
06 5,000,000.- 811,089.58 4,188,910.42 101,622,179.16
30 Jun Rp Rp Rp Rp
07 5,000,000.- 811,089.58 4,188,910.42 100,811,089.58
31 Des Rp5,000,000. Rp Rp Rp
07 - 811,089.58 4,188,910.42 100,000,000.00
Pada kolom terakhir terlihat nilai buku obligasi semakin kecil
yaitu sama besarnya dengan nilai nominal, karena amortisasi
agio obligasi tiap semesternya akan mengurangi saldo hasil
penjualan obligasi.
Metode Bunga Efektif
Dengan menggunakan metode bunga efektif, disagio atau
agio di amortisasi untuk biaya bunga yang dibayarkan tiap
semester (periode) tidak jumlahnya tidak akan sama besar.
Disagio Obligasi
Dengan adanya agio
obligasi
menggunakan data seperti di atas, maka perhitungan
amortisasi daripada disagio obligasi dan pembayaran bunga
per semester adalah sebagai berikut :
Mencatat pembayaran bunga pada 30 Juni 2003 adalah
sebagai berikut :
Biaya bunga Rp 5.558.394,78 Disagio utang obligasi Rp
558.394,78
Kas Rp 5.000.000,00
Bunga yang dibayarkan oleh perusahaan terdiri dari biaya
bunga selama satu semester ditambah dengan amortisasi
disagio tiap semester.
Sedangkan tabel amortisasi disagio obligasi dengan
menggunakan metode bunga efektif adalah sebagai berikut :

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


82

Kas Biaya Bunga Amortisasi


Nilai Buku
Tanggal Kredit Debet Disagio
Obligasi
Debet
A B = C = i efektif x D=B+C E = Nilai
Nominal x NB bukuawal +
12% x 6/12 C
bln
1 Jan 12% Rp
03 92,639,912.95
30 Jun Rp Rp Rp Rp
03 5.000.000,- 5,558,394.78 558,394.78 93,198,307.73
31 Des Rp Rp Rp Rp
03 5.000.000,- 5,591,898.46 591,898.46 93,790,206.19
30 Jun Rp Rp Rp Rp
04 5.000.000,- 5,627,412.37 627,412.37 94,417,618.56
31 Des Rp Rp5,665,057.11 Rp Rp
04 5.000.000,- 665,057.11 95,082,675.67
30 Jun Rp Rp Rp Rp
05 5.000.000,- 5,704,960.54 704,960.54 95,787,636.21
31 Des Rp Rp Rp Rp
05 5.000.000,- 5,747,258.17 747,258.17 96,534,894.39
30 Jun Rp Rp Rp Rp
06 5.000.000,- 5,792,093.66 792,093.66 97,326,988.05
31 Des Rp Rp Rp Rp
06 5.000.000,- 5,839,619.28 839,619.28 98,166,607.33
30 Jun Rp Rp Rp Rp
07 5.000.000,- 5,889,996.44 889,996.44 99,056,603.77
31 Des Rp Rp Rp Rp
07 5.000.000,- 5,943,396.23 943,396.23 100,000,000.00
Pada kolom D terlihat bahwa amortisasi Disagio obligasi tiap
semesternya semakin besar dan jumlah amortisasi itu
digunakan untuk menambah saldo awal obligasi sehingga
nilai bukunya akan sama dengan nilai nominalnya. Agio
Obligasi
Dalam menetukan besarnya amortisasi agio dengan
metode bunga efektif dan pembayaran bunga tiap semester
masih menggunakan contoh sebelumnya.
Mencatat pembayaran bunga pada 30 Juni 2003 adalah
sebagai berikut :
Biaya bunga Rp 4.324.435,83
Agio Obligasi Rp 675.564,17
Kas Rp 5.000.000,00
Bunga yang dibayarkan oleh perusahaan terdiri dari
biaya bunga selama satu semester dikurangi dengan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


83

amortisasi agio tiap semester. Dengan adanya agio obligasi,


maka jumlah pembayaran bunga akan menjadi lebih kecil.
Sedangkan tabel amortisasi agio obligasi dengan
menggunakan metode bunga efektif sebagai berikut :
Tanggal Kas Biaya Amortisasi Nilai Buku
Kredit Bunga Agio Debet Obligasi
Debet
A B = Nominal x C = i efektif x D=B+C E = Nilai buku
12 % x 6/12 NB awal + C
bln
1 Jan Rp
03 108,110,895.78
30 Jun Rp5.000.000, Rp Rp Rp
03 - 4,324,435.83 675,564.17 107,435,331.61
31 Des Rp Rp Rp Rp
03 5.000.000,- 4,297,413.26 702,586.74 106,732,744.87
30 Jun Rp Rp Rp Rp
04 5.000.000,- 4,269,309.79 730,690.21 106,002,054.67
31 Des Rp Rp Rp Rp
04 5.000.000,- 4,240,082.19 759,917.81 105,242,136.86
30 Jun Rp Rp Rp Rp
05 5.000.000,- 4,209,685.47 790,314.53 104,451,822.33
31 Des Rp Rp Rp Rp
05 5.000.000,- 4,178,072.89 821,927.11 103,629,895.22
30 Jun Rp Rp Rp Rp
06 5.000.000,- 4,145,195.81 854,804.19 102,775,091.03
31 Des Rp Rp Rp Rp
06 5.000.000,- 4,111,003.64 888,996.36 101,886,094.67
30 Jun Rp Rp Rp Rp
07 5.000.000,- 4,075,443.79 924,556.21 100,961,538.46
31 Des Rp Rp Rp Rp
07 5.000.000,- 4,038,461.54 961,538.46 100,000,000.00
PENARIKANOBLIGASI SEBELUM JATUH TEMPO
Perusahaan yang menjual obligasi dapat melakukan
penarikan obligasi sebelum jatuh tempo sesuai dengan
ketentuan yang ada. Hal ini terjadi karena perusahaan
berusaha mengurangi beban utangnya dan mengantisipasi
perubahan pasar dimasa datang. Dengan adanya penarikan
kembali obligasi maka dapat terjadi untung atau rugi karena
ada perbedaan antara nilai buku obligasi dengan harga pasar
obligasi. Nilai buku obligasi adalah nilai nominal ditambah
dengan agio yang belum diamortisasi atau nominal obligasi
dikurangi dengan disagio yang belum diamortisasi. Oligasi
yang ditarik nantinya dapat dijual lagi atau disebut dengan
treasury bonds dan dicatat di debet sebesar nilai nominal
untuk mengurangi rekening utang obligasi. Sedangkan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


84

obligasi yang ditarik tidak akan dijual lagi, maka rekening


utang obligasi didebet sebesar nominalnya.
Untuk memberikan gambaran yang jelas
tentangpenarikan obligasi, maka contohnya adalah PT
Garam pada 1 Januari 2000, menerbitkan obligasi senilai Rp
100.000.000,00 dengan bunga 12 % yang dibayarkan tiap 1
Januari dan 1 Juli dan kurs 97. Umur obligasi adalah 5 tahun
dan pada 30 Juni 2003 perusahaan menarik obligasi dengan
kurs 105.
Amortisasi disagio menggunakan metode garis lurus.
Jurnal 30 Juni 2003
Biaya bunga Rp 6.300.000,00
Disagio obligasi (Rp 3.000.000,00 / 5 x ½)Rp 300.000,00
Utang bunga (Rp 100 juta x 12 % x ½ ) Rp 6.000.000,00
Jurnal penarikan obligasi 30 Juni 2003
Utang obligasi Rp 100.000.000,00 Utang
bunga Rp 6.000.000,00
Rugipenerikanobligasi Rp 5.900.000,002)
Disagio obligasi Rp 900.000,001)

Kas Rp111.000.000,00

1) Perhitungan nilai buku disagio obligasi


Disagio obligasi [Rp 100 juta x (100% - 97 Rp 3.000.000,00
%)] Amortisasi disagio 1 Jan 2000 –30
Juni 2003

(Rp 3.000.000,00 / 5 th x 3,5 th)


Nilai buku disagio
===============
2)Perhitungan rugi penarikan obligasi
Penarikan obligasi ( Rp 100 juta x 105) Rp 105.000.000,00
Dikurangi: Nilai nominal Rp 100.000.000,00
Nilai buku disagio(Rp 900.000,00) Rp 99.100.000,00
-------------------------
Rugi penarikan obligasi Rp 5.900.000,00
==============
= Dengan adanya penarikan obligasi sebelum jatuh tempo

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


85

maka perusahaan akan menderita rugi sebesar Rp


5.900.000,00
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan utang obligasi ?
2. Jelaskan alasan mengapa perusahaan menerbitkan utang
obligasi !
3. Jelaskan delapan karakteristik dari utang obligasi !
4. Apa yang yang dimaksuddengan agio dan disagio utang
obligasi ?
5. Sebutkan metode amortisasi agio dan disagio utang obligasi
dan jelaskan perbedaannya!
LATIHAN
1. PT Jasa Marga merencanakan menerbitkan obligsi pada
1 Maret 2003 senilai Rp 2 milyar, bunga 9 % yang jatuh
tempo 10 tahun dan bunga dibayarkan tiap tanggal 1
Januari dan 1 Juli. Diminta (a) menghitung berapa hasil
penjualan yang akan diterima oleh PT Jasa Marga bila
bunga efektif adalah 8 % dan 10 %, (b) membuat jurnal
yang diperlukan saat penjualan, (c) membuat jurnal
pembayaran bunga tahun 2003 beserta tabel
amortisasinya bila diketahui dalam amortisasi perusahaan
menggunakan metode garis lurus
2. PT Liscom Internasional Tbk. pada 1 Januari 2002
menerbitkan obligasi Rp 40.000.000,00 bunga 9 % yang
dibayarkan tiap tanggal 1 Maret dan 1 September dan
umur obligasi 15 tahun. Obligasi dijual pada 1 Mei 2002
melalui underwriters dengan dua alternatif yaitu (a) kurs
jual 96 ditambah dengan utang bunga dan perusahaan
mencatat dengan Utang Bunga Obligasi dan (b) kurs
penjualan adalah 104,45 ditambah dengan utang bunga
dan perusahaan mencatat dengan perkiraan Utang
Bunga Obligasi
Diminta : membuat jurnal penerbitan obligasi, jurnal
penyesuaian tanggal 30 Juni dan jurnal pembayaran
bunga dua semester
3. PT Delta pada 1 Januari 2003, menerbitkan obligasi
senilai Rp 100.000.000,00 dengan bunga 10 % yang
dibayarkan tiap 1 Januari dan 1 Juli dan kurs 98. Umur
obligasi adalah 10 tahun dan pada 30 Juni 2007
perusahaan menarik obligasi dengan kurs 104.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


86

Amortisasi disagio menggunakan metode garis lurus.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


87

BAB 7
MODAL SAHAM

Sejalan dengan perkembangan perekonomian suatu


negara, maka pada gilirannya akan tumbuh perusahaan yang
pengelolaannya terpisah dengan harta pemili. Perusahaan
yang demikian akan terlihat dengan jelas terutama yang
sudah listing di Bursa Efek Jajarta (BEJ). Sedangkan yang
belum tercatat di BEJ ada dua kemungkinan yaitu
pengelolaan perusahaannya belum dipisahkan secara jelas
dengan harta pemiliknya dan ada yang sudahterpisah.
JENIS PERUSAHAAN
Jenis perusahaan pada dasarnya dapat diklasifikasikan
dalam beberapa cara yaitu publik atau perorangan, terbuka
dan tertutup dan perusahaan lokal dan asing. Secara garis
besar klasifikasi perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut
:
1. Perusahaan swasta dapat dibedakan menjadi enam yaitu
(a) Perusahaan Perorangan, (b) Perusahaan Perdata, (c)
Firma, (c) Commanditaire Vennootscap (CV), (d)
Koperasi dan (e) Perseroan Terbatas.
Untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) ada dua jenis yaitu bersifat tertutup dan terbuka.
Jika PT terbuka berarti perusahaan tersebut telah
menjual sahamnya kepada masyarakat di BEJ dan
selanjutnya dapat disebut dengan Perusahaan Publik..
2. Badan Usaha Milik Negara / Daerah (BUMN / D) yaitu
perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah baik
Pusat maupun Daerah, misalnya Pertamina
3. Perusahaan Domestik yaitu perusahaan yang dimiliki
sepenuhnya oleh warga negara dimana perusahaan itu
beroperasi
4. Perusahaan Asing yaitu perusahaan beroperasi di suatu
negara tapi pemiliknya berada di negara lain
Dalam buku ini pembahasan akan lebih menekankan
pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


88

bersifat terbuka terutama yang menerbitkan dan menjual


sahamnya kepada masyarakat melalui bursa efek.
MODAL SAHAM DAN HAK PEMEGANG SAHAM
Modal saham merupakan bagian saham yang
diterbitkan oleh perusahaan dan dimiliki oleh para pemegang
saham. Pemegang saham suatu perusahaan mempunyai hak
yaitu (1) memperoleh bagian keuntungan perusahaan yang
dibagikan dalam bentuk dividen,
(2) mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), (3) mempunyai hak memperoleh bagian dari
aktiva tetap bila terjadi likuidasi. Namun demikian hak yang
dimiliki oleh pemegang saham kemungkinan tidak
sepenuhnya dapat diperoleh karena suatu kondisi yang tidak
memungkinkan, misalnya untuk pemegang saham suatu
perusahaan dengan jumlah yang dimiliki relatif kecil
kemungkinan tidak dapat memanfaatkan hak suaranya
dalam RUPS.
Perusahaan menerbitkan saham untuk memperoleh
uang tunai, dijual secara angsuran, ditukar dengan aktiva,
untuk kompensasi saham, dan untuk transaksi lainnya.
Secara umum saham yang diterbitkan oleh perusahaan ada
dua jenis yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham
biasa yaitu surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
pemilikan individu maupun instansi dalam suatu perusahaan.
Sedangkan saham preferen pada dasarnya mempunyai hak
yang tidak sepenuhnya sama dengan saham biasa.
Pengertian modal saham yang sering digunakan dalam
modal saham dan berhubungan dengan trnasksi yaitu :
a. Modal dasar (Authorized capital stock) yaitu jumla
maksimum saham yang dapat dikeluarkan oleh
perusahaan untuk para pemegang saham yang akan ikut
ambil andil didalam suatu perusahaan
b. Modal ditempatkan (Issued capital stock) adalah modal
yang sudah dicadangkan untuk para pemegang saham
sehingga para pemegeang saham dapat menyetor sesuai
dengan yang dicadangkan
c. Modal Saham yang beredar (Outstanding capital stock)
merupakan jumlah saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk pemegang saham dan saat ini masih
dipegang hingga tanggal tertentu.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


89

d. Treasury stock adalah jumlah saham dari modal saham


yang telah dikeluarkan dan ditarik kembali dari
pemegangnya.
e. Modal saham yang dipesan (Subscribed capital stock)
merupakan jumlah saham dari modal saham yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan setelah pembeli melunasi
saham yang telah dipesan.
PENJUALAN SAHAM
Perusahaan dalam menjual sahamnya kepada investor
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dijual tunai,
dengan cara dipesan, dikombinasikan antara saham biasa
dan saham preferen, ditukar dengan non kas dll. Jika
penjualan saham terdiri dari saham biasa dan saham
preferen, maka dalam jurnal harus dipisahkan.
Penjualan Tunai
Perusahan dalam mengeluarkan saham biasanya
dengan nilai nominal. Umumnya penjualan saham oleh
perusahaan dilakukan dengan tunai. Sebagai contoh,
misalnya PT Sirad mengeluarkan 2.000 lembar saham biasa
nominal Rp 1.000,00 dan harga pasar saham di pasar adalah
Rp 1.200,00. Perusahaan mencatat transaksi penjualan
tersebut sebagai berikut :
Kas Rp 2.400.000,00
Modal saham biasa (Rp 1.000 x 2000) Rp 2.000.000,00
Agio saham (Rp 1200–Rp 1.000 x 2000)Rp 400.000,00
Pesanan Penjualan Saham
Dalam penjualan saham dapat terjadi dengan cara
diangsur atau penjualan secara pesanan. Dengan demikian
investor akan membayar sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuat dengan perusahaan yang menerbitkan saham.
Biasanya penjualan dengan cara tersebut inversotr diminta
untuk memberi uang muka dan juga provisi untuk
mengantisipasi terjadi pembatalan karena ketidak mampuan
membayar. Perusahaan biasanya tidak akan memberikan
saham kepada investor sebelum kewajibannya dilunasi
secara penuh.
Sebagai contohnya, misalnya PT Swara menjual saham
biasa dengan cara pesanan sebanyak 1.000 lembar dengan
nominal Rp 1.000 per lembar saham dan harga pasar Rp
1.500,00 per lembar. Uang muka yang harus dibayar oleh

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


90

pembeli adalah Rp 300,00 per lembar saham dan sisanya Rp


1.000,00 per lembar dibayar pada akhir bulan. Apabila
pembeli tidak dapat membayar perusahaan akan menjual
sahamnya dengan harga Rp 1.300,00 per lembar.
Pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan adalah :
Kas (Rp 300,00 x 1000) Rp 300.000,00 Piutang
pesanan saham biasa Rp 1.200.000,00
(Rp 1.200,00 x 1000)
Modal saham biasa dipesan Rp 1.000.000,00
(Rp 1.000,00 x 1000)
Agio saham Rp 500.000,00
Apabila pada akhir bulan investor hanya mampu
membayar 900 lembar, maka jurnal yang dibuat sebagai berikut
:
Kas (Rp 1.200,00x 900) Rp 1.080.000,00
Piutang Pesanan Saham Biasa Rp 1.080.000,00
Modal saham Biasa Dipesan Rp 900.000,00
(Rp 1.000,00 x 900)
Modal Saham Rp 900.000,00
Pembatalan Pesanan Saham
Dalam penjualan saham dengan pesanan dapat terjadi
pembeli tidak dapat memenuhi kewajiban seperti yang telah
diatur dalam perjanjian. Dengan adanya kejadian tersebut,
maka ada dua cara perlakuan yaitu
(a) uang yang sudah diterima dikembalikan,
(b) uang yang sudah diterima dikembalikan dengan dikurangi
biaya penjualan kembali saham yang telah dipesan,
(c) memberikan saham sejumlah uang yang telah diterima,
dan
(d) semua uang yang sudah diterima diangap hilang
Dengan menggunakan contoh di atas, bahwa pembeli
tidak dapat membayar 100 lembar saham yang telah
dipesan, maka jurnal yang dibuat dengan menggunakan
ketentuan diatas adalah sebagai berikut :
(a) uang yang sudah diterima dikembalikan,
Modal saham yang dipesan Rp 100.000,00
(Rp 1.000,00 x 100)
Agio saham(Rp 500,00 x 100) Rp 50.000,00
Piutang pesanan saham ( Rp 1.200,00x 100) Rp
120.000,00

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


91

Kas Rp 30.000,00(b)
(b) uang yang sudah diterima dikembalikan dengan dikurangi
biaya penjualan kembali saham yang telah dipesan,
Modal saham yang dipesan Rp 100.000,00
(Rp 1.000,00 x 100)
Agio saham(Rp 500,00 x 100) Rp 50.000,00
Piutang pesanan saham ( Rp 1.200,00 x 100) 120.000,00
Rp
Utang pada pemesan saham 30.000,00(b
Kas(Rp 1.300,00 x 100) Rp 130.000,00 )
Utang pada pemesan saham Rp 20.000,00
Modal saham(Rp 1.000,00 x 100) 100.000,00
Agio saham (Rp 1.500,00–Rp 1.000,00 50.000,00
x100)Rp
Utang pada pemesan saham Rp 10.000,00
Kas (Rp 30.000,00–Rp 20.000,00) 10.000,00
(c) memberikan saham sejumlah uang yang
telah diterima
Modal saham dipesan Rp 100.000,00
(Rp 1.000,00 x100)
Agio saham (Rp 500,00 x 100 ) Rp 50.000,00
Modal saham (Rp 1.000,00 x 30) 30.000,00
Piutang pesanan saham (Rp 1.200 x 100) 120.000,00
Rp
Kas [Rp 1.300,00 x (100–30)] Rp 91.000,00

Modal saham (Rp 1.000,00 x 70) 70.000,0


0
Agio saham 21.000,0
0
(d) semua uang yang sudah diterima
dianggap hilang
Modal saham dipesan Rp 100.000,00
(Rp 1.000,00 x100)
Agio saham (Rp 500,00 x 100) Rp 50.000,00
Modal pembatalan saham (Rp 300) x 100) 30.000,00
Rp
Piutang pesanan saham (Rp 1.200 x120.000,00
100) Rp Kas (Rp 1.300,00 x 100) Rp
130.000,00
Modal saham (Rp 1.000,00 x 100) 100.000,00

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


92

Agio saham 30.000,00


Kombinasi Penjualan Saham
Perusahaan dapat melakukan penjualan lebih dari dua
jenis saham yang berbeda dalam suatu transaksi. Hal ini
terjadi untuk perusahaan yang sahamnya telah diperjual-
belikan secara luas, sehingga dengan menggabungkan
beberapa saham kedalam satu paket harga tertentu
dianggap akan lebih menarik bagi para investor.
Kemungkinan perusahaan menjual beberapa jenis surat
berharga seperti saham biasa, saham preferen dan obligasi
dlam satu paket. Apabila perusahaan melakukan penjualan
yang terdiri dari beberapa jenis saham, maka hasil
penjualannya harus dialokasikan dengan mengunakan nilai
relative masing-masing surat berharga. Jika ada salah satu
surat berharga yang tidak diketahui nilai pasarnya, maka
surat berharga yang diketahui nilai pasarnya digunakan untuk
mengurangi penerimaan sebagai harga surat berharga yang
tidak diketahui nilai pasarnya.
Sebagai contoh, PT Cinema menjual 1.000 paket surat
berharga dengan harga keseluruhan Rp 15.000.000,00 atau
Rp 15.000,00 per paket. Setiap paket berisi 2 lembar saham
biasa bernominal Rp 1.000,00 per lembar dan satu lembar
saham preferen dengan nominal Rp 9.000,00 per lembar.
Harga pasar saham Rp 1.500,00 per lembar dan saham
preferen Rp 7.000,00 per lembar, maka jurnal yang dibuat
adalah sebagai berikut :
Kas Rp 8.000.000,00
Modal Saham (Rp 800 x2x1000) Rp 1.600.000,00
Agio saham Rp 800.000,00 Modal saham preferen
(Rp 4.000 x 1 x 1000) Rp 4.000.000,00
Agio saham preferen Rp 1.600.000,00
Perhitungan alokasi hasil penjualan saham biasa dan saham
preferen :
Hasil penjualan
Saham biasa Rp 1.500,00 x 2 lembar x 1.000 paket= Rp 3.000.000,00
Saham preferen Rp 7.000,00 x 1 lembar x 1.000 paket= Rp
7.000.000,00
Jumlah hasil penjualan Rp 10.000.000,00
=============

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


93

Alokasi

Rp3.000.000,00
Saham biasa =
xRp8.000.000,00 Rp2.400.000,00
Rp10.000.000,00

Rp7.000.000,00
Saham preferen =
xRp8.000.000,00 Rp5.600.000,00
Rp10.000.000,00
---------------------------
Rp 8.000.000,00
============
= Perusahaan mengalokasikan hasil penjualan untuk tiap
jenis saham dan agio dengan menggunakan harga pasar
Apabila yang diketahui harga pasarnya adalah saham
biasa yaitu Rp 1.500,00 per lembar, sehingga hasil penjualan
saham biasa Rp 3.000.000,00 (Rp 1.500,00 x 2 x 1.000),
sehingga jumlah yang belum dialokasikan adalah Rp
5.000.000,00 (Rp 8.000.000,00 –
Rp 3.000.000,00) untuk saham preferen dan jurnalnya
sebagai berikut :
Kas Rp 8.000.000,00
Modal Saham (Rp 800 x 2 x1000) Rp 1.600.000,00
Agio saham Rp 1.400.000,00 Modal saham
preferen (Rp 4.000 x 1 x 1000) Rp 4.000.000,00
Agio saham preferen Rp 1.000.000,00
Jika ternyata seluruh saham tidak dapat diketahui nilai
pasarnya, maka perusahaan harus melakukan penilaian.
Untuk melakukanitu perusahaan harus berhati-hati, karena
dapat terjadi alokasinya tidak memberikanhasil yang rasional
dan akibatnya dimasa depan kemungkinan terjadi
penyesuaian.
Penukaran Sahamdengan Aktiva
Pengeluaran saham untuk ditukar dengan aktiva selain
kas disebut dengan transaksi pertukaran nonmoneter.
Transaksi seperti ini akan menimbulkan masalah jika saham
ditukar dengan aktiva tidak berwujud, seperti Paten, hak cipta
atau biaya oendirian. Prinsip umum yang perlu di gunakan
yaitu dalampertukaran harus diketahui nilai pasar atau nilai

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


94

wajar dari saham dan aktiva yang akan diterima sehingga


realistis.
Sebagai contoh, PT Sinar mengeluarkan 1000 lembar
saham biasa dengan nominal Rp 1.000,00 untuk ditukarkan
dengan hak paten. Harga pasar saham saat ini Rp 2.500,00
per lembar, sehingga transaksi tersebut dicatat sebagai
berikut :
Paten (Rp 2.500,00 x 1.000 lembar) Rp 2.500.000,00
Modal Saham Rp 1.000.000,00
Agio saham Rp 1.500.000,00
Alternatif lain yaitu apabila suatu perusahaan
mengeluarkan saham sebanyak 2.000 lembar nominal Rp
500,00 dan saham tersebut belum dicatatkan dalam bursa
efek sehingga tidak diketahui harga pasarnya. Saham
tersebut akan ditukar dengan tanah dan menurut taksiran
harga jual tanah Rp 1.200.000,00. Perusahaan
menggunakan data harga tanah sebagai nilai wajar untuk
mencatat transaksi tersebut.
Tanah Rp 1.200.000,00
Modal Saham Rp 1.000.000,00
Agio saham Rp 200.000,00
Apabila dalam pertukaran dengan menggunakan lebih
dari satu saham, maka untuk menentukan nilai wajarnya
harus ada alokasi seperti yang telah dibahas dalam
sebelumnya.
Stock Split
Saham perusahaan yang harganya telah meningkat
cukup besar, pada akhirnya dapat berpengaruh pada
berkurangnya minat investor untuk membeli saham. Untuk
mengatasi hal itu perusahaan biasanya akan melakukan
company action yang berupa stock split. Dengan melakukan
stock split (Stock split-up), maka nilai nominal saham akan
menjadi lebih kecil dan jumlah saham yang dimiliki oleh
pemegang saham akan semakin banyak, tapi secara total
nilainya sama. Hal ini berati bahwa stock split tidak
berpengaruh pada nilai saham yang dimiliki oleh para
pemegang saham dan bagi perusahaan juga tidak ada
penerimaan uang.
Sebagai contoh misalnya perusahaan mempunyai
modal dasar 2.000.000 lembar saham biasa dan yang telah
beredar 1.500.000 lembar nominal Rp 1.000,00 per lembar.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


95

Jika perusahaan mengumumkan stok split dengan rasio dua-


untuk-satu (two-for-one) dan nilai nominal saham turun
menjadi Rp 500,00 per lembar saham, modal dasar berubah
menjadi 4.000.000 lembar dan saham yang beredar
3.000.000 lembar. Sejalan dengan tindakan stock split yang
dilakukan oleh perusahaan, maka harga saham di pasar
modal biasanya akan mengalami penurunan harga.
Berdasarkan contoh tersebut, maka jurnal yang dibuat oleh
perusahaan adalah :
Stock split ada juga yang bersifat meningkatkan nilai
nominal saham dan mengurangi jumlah saham yang dimiliki
atau yang biasa disebut dengan split-down. Dari sudut
akuntansi sama dengan split-up yaitu tidak berpengaruh pada
penurunan nilai saham yang dimiliki tapi hanya berubah
jumlah sahamnya menjadi lebih sedikit karena nilai
nominalnya menjadilebih besar. Sedangkan harga pasar juga
ada kecenderungan meningkat sejalan dengan kenaikan nilai
nominal saham perusahaan.
PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG BEREDAR
Perusahaan yang telah menjual sahamnya kepada
publik pada dasarnya dapat membeli kembali sahamnya
yang sudah beredar untuk disimpan selamanya atau ditahan
sementara yang nantinya akan dijual kembali atau disebut
dengan saham treasuri (treasury stock). Penarikan kembali
saham yang telah beredar oleh perusahaan ada beberapa
alasan yaitu (1) untuk mendorong naiknya harga saham di
bursa, (2) meningkatkan laba per lembar saham, (3) untuk
dikonversi dengan saham lainnya, (4) untuk diberikan
sebagai bonus, stok dividen, dibeli oleh karyawan, dan (5)
mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga
perdagangan sahamnya menjadi lebih likuid atau
menghindari dibeli oleh perusahaan lain. Tindakan tersebut
pada prinsipnya tidak menyalahi peraturan di bursa efek
atau pemerintah.
Sesuai dengan ketentuan dalam akuntansi bahwa
pembelian kembali saham yang beredar tidak menimbulkan
laba atau rugi. Perusahaan menerbitkan saham untuk
menambah modal, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
rentabilitas usaha dan pembelian kembali saham yang
beredar akan berakibat mengurangi jumlah modal yang
disetor.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


96

Pembelian Kembali Saham untuk Disimpan


Saham yang beredar dibeli kembali oleh perusahaan
dengan tujuan untuk disimpan selamanya, maka modal
saham akan di debit sebesar nilai nominalnya dan kas di
kredit sebesar pengeluarannya. Apabiladalam pembelian
kembali ternyataharganya penarikan lebih besar dari nilai
nominal sahamnya, maka kelebihan tersebut dapat
diperlakukan sebagai berikut :
(a) dibebankan ke rekening agio saham sesuai dengan jenis
sahamnya
(b) dialokasikan ke rekening agio saham dan laba ditahan
(c) dibebankan sepenuhnya pada rekening laba ditahan
Dalam praktek pembebanan kelebihan tersebut sangat
tergantung pada saldo perkiraan yang ada dan kebijakan
manajemen perusahaan.
Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas atas
alternatif tersebut, misalnya data keuangan dari PT Alfa
adalah sebagai berikut :
Modal saham biasa yang Rp
beredar (Rp 1.000,00 x 2 2.000.000.000,00
000.000)
Agio saham Rp 400.000.000,00
Laba ditahan Rp1.200.000.000,00
Apabila perusahaan merencanakan menarik kembali saham
yang beredar sebesar 20 % dengan harga Rp 1.250,00 atau
nilai total penarikan Rp 500.000.000,00 [Rp 1.250,00 x (20 %
x 2.000.000 lembar). Dengan demikian jurnal yang dapat
dibuat oleh perusahaan dengan tiga alternatif di atas adalah
sebagai berikut :
(a) dibebankan ke rekening agio saham sesuai dengan jenis
sahamnya
Modal saham biasa Rp 400.000.000,00
(Rp 1.000,00x 400.0001)lembar)
Agio saham Rp 100.000.000,00
(Rp 250,00x 400.000 lembar)
Kas Rp 500.000.000,00
1)400.000 lembar saham = 20 % x 2.000.000 lembar saham
(b) dialokasikan ke rekening agio saham dan laba ditahan
Modal saham biasa Rp 400.000.000,00
(Rp 1.000,00 x 400.000 lembar)

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


97

Agio saham Rp 20.000.000,00


(Rp 250 x 400.000 x 20 %)
Laba ditahan Rp 80.000.000,00
(Rp 100.000.000,00–Rp 20.000.000,00)
Kas Rp 500.000.000,00

(c) dibebankan sepenuhnya ke rekening laba ditahan


Modal saham biasa Rp 400.000.000,00
(Rp 1.000,00 x 400.000 lembar)
Laba ditahan Rp 100.000.000,00
(Rp 250,00 x 400.000 lembar)
Kas Rp 500.000.000,00
Apabila dari contoh di atas diketahui bahwa pembelian
kembali sebanyak 20 % dengan harga pasar Rp 900,00 per
lembar, maka jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah :
Modal saham biasa Rp 400.000.000,00
Kas (Rp 900 x 400.000) Rp360.000.000,00
Agio saham Rp 40.000.000,00
Dengan demikian apabila penebusan kembali saham
dengan harga lebih kecil dari nilai nominalnya, maka akan
terjadi pembayaran kas lebih
kecil dan sisanya menambah rekening agio saham
Saham Treasuri
Saham treasuri merupakan saham yang dibeli kembali
untuk disimpan sementara dan nantinya akan dijual lagi.
Pencatatan saham treasuri bukan merupakan aktiva tapi akan
mengurangi rekening modal saham. Metode yang digunakan
untuk mencatat saham treasuri yaitu:
(a) metode biaya atau harga perolehan (cost method) yaitu
pembelian saham treasuri merupakan elemen modal
(b) metode nilai nominal yaitu menganggap bahwa
pembelian saham treasuri merupakan pengehentian
saham beredar secara efektif.
a. Metode Biaya
Dengan menggunakan metode biaya maka
transaksi penarikan saham akan dicatat debet saham
treasuri dan kas sebelah kredit sebesar harga pasar
tanpa memperhatikan nilai nominal saham. Untuk
selanjutnya rekening saham treasuri akan digunakan
untuk mengurangi saldo modal saham yang disetor.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


98

Apabila saham treasuri dijual lagi, maka jika ada selisih


antara harga jual dengan harga perolehan digunakan
untuk menambah atau mengurangi saldo ekuitas
pemegang saham.
Sebagai ilustrasi, misalnya dengan menggunakan
data dari PT Alfa di atas yaitu 2.000.000 lembar saham
nominal Rp. 1.000,00 dijual dengan Rp 1.250,00 per
lembar akan ditarik sebesar 20 % atau 400.000 lembar
saham dengan harga beli Rp 1.300,00 per lembar dan
beberapa bulan kemudian dijual secara bertahap yaitu
200.000 lembar dengan harga Rp 1.500,00 per lembar,
200.000 lembar dengan harga Rp 1.200,00 dan sisanya
dihentikan untuk selamanya. Perusahaan mencatat
kejadian tersebut sebagai berikut :
a. Penarikan 400.000 lembar saham dengan harga Rp
1.300,00
Saham treasuri Rp 520.000.000,00
Kas(Rp 1.300,00x 400.000) Rp 520.000.000,00
b. Penjualan saham treasuri 200.000 lembar
dengan harga
Rp 1.500,00
Kas (Rp 1.500,00x 200.000) Rp 300.000.000,00
Saham treasuri(Rp1.300,00x 200.000) Rp
260.000.000,00
Agio saham treasuri Rp 40.000.000,00 c.
Penjualan saham treasuri 100.000 lembar dengan harga
Rp 1.200,00
Kas (Rp 1.500,00x 200.000) Rp 120.000.000,00
Agio saham treasuri Rp 10.000.000,00
Saham treasuri (Rp1.300 x 100.000) Rp 130.000.000,00
d.Menghentikan secara permanen saham treasuri 100.000
lembar
Saham biasa Rp 100.000.000,00
(Rp 1.000,00 x 100.000)
Agio saham Rp 2.500.000,00
(Rp 250,00x 100.000)
Agio saham treasuri Rp 27.500.000,00
Saham treasuri (Rp 1.300,00x 100.000) Rp
130.000.000,00

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


99

Apabila saham treasuri dibeli dengan harga yang


berbedabeda, maka dalam penjualan sebaiknya sesuai
dengan harga perolehannya dan perlu ada pendekatan
metode FIFO. b. Metode Nilai Nominal
Apabila pendekatannya menggunakan metode nilai
nominal, maka penarikan saham berarti pemegang
saham dianggap mengundurkan diri. Dengan demikian
bila ada penjualan atau pembelian baru dianggap
sebagai kelompok yang terpisah dari sebelumnya.
Sebagai contoh menggunakan data sebelumnya
yaitu :
a. Penarikan 400.000 lembar saham nominal Rp 1.000,00
dan harga penarikan Rp 1.300,00
Saham treasuri Rp 400.000.000,00
(Rp 1.000,00x 400.000)
Agio saham Rp 120.000.000,00
(Rp 300,00x 400.000)
Kas (Rp 1.300 x 400.000) Rp 520.000.000,00
b. Penjualan saham treasuri 200.000 lembar dengan harga
Rp 1.500,00
Kas (Rp 1.500,00x 200.000)Rp 300.000.000,00
Saham treasuri (Rp1.000,00x 200.000)Rp 200.000.000,00
Agio saham Rp100.000.000,00 c. Penjualan
saham treasuri 100.000 lembar dengan harga
Rp 1.200,00
Kas (Rp 1.500,00x 200.000)Rp 120.000.000,00
Saham treasuri (Rp1.000,00x 100.000)Rp 100.000.000,00
Agio saham Rp 20.000.000,00
d.Menghentikan secara permanen saham treasuri 100.000
lembar
Saham biasa Rp 100.000.000,00
(Rp 1.000,00 x 100.000)
Saham treasuri (Rp 1.000,00x 100.000) Rp
100.000.000,00
OPSI ATAS SAHAM
Opsi dapat didefinisikan sebagai suatu produk surat
berharga (efek) yang memberikan hak kepada pemiliknya
untuk membeli atau menjual efek sejumlah tertentu dari asset
finalsil pada harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


100

Pengertian tersebut menunjuk pada surat berharga secara


umum yaitu saham dan obligasi, namun dalam bab ini akan
lebih ditekankan pada pembahasan saham biasa.
PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perusahaan
swasta, BUMN / D, perusahaan domestik dan
perusahaan asing!
2. Jelaskan perbedaan antar perseroan yang terbuka dan
tertutup dan berilah contoh!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan saham dan
pemegang saham!
4. Apa yang dimaksud dengan modal dasar, modal yang
ditempatkan, modal saham yang beredar, treasury stock
dan modal saham yang dipesan?
5. Apa yang dimaksud dengan stock split dan mengapa
perusahaan melakukannya?
6. Jelaskan perbedaan antara pencatatan saham treasuri
dengan metode biaya dan metode nilai nominal ?
LATIHAN
1. PT GGRM mengeluarkan saham biasa sebanyak
2.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 500,00 per
lembar. Pada tanggal 9 Juni 2003 dijual dengan harga
pasar Rp 700,00
2. PT Delta Force mengeluarkan saham biasa 1.000.000
lembar nominal Rp 600,00 per lembar dan harga pasar
Rp 1.000,00 per lembar. Pada awal Mei 2003
perusahaan menjual dengan cara dipesan dan uang
muka 70 % serta sisanya dibayar pada bulan berikutnya.
Apabila pada waktu yang telah disepakati ternyata
pemesan tidak dapat membayar sisanya
a. buatlah jurnal saat menerima uang muka!
b. buatlah jurnal pembatalan sisa pembayaran dengan
asumsi sebagai berikut (1) uang yang sudah diterima
dikembalikan, (2) uang yang sudah diterima
dikembalikan dengan dikurangi biaya penjualan
kembali saham yang telah dipesan, (3) menberikan
saham sejumlah uang yang telah diterima, dan (4)
semua uang yang sudah diterima diangap hilang!
3. PT CMNP merencanakan melakukan pembelian kembali
saham yang telah beredar dan saldo rekening modal

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


10
1

disetor, agio saham dan laba ditahan adalah sebagai


berikut :
Modal saham (Rp 500,00x 2.000.000)Rp 1.000.000.000,00
Agio saham Rp 150.000.000,00
Laba ditahan Rp 800.000.000,00
Saham yang akan ditarik sebesar 10 % dengan harga
pasar Rp 600,00 per lembar. Buatlah jurnal dengan
menggunakan tiga alternatif yaitu (a) dibebankan ke
rekening agio saham sesuai dengan jenis sahamnya,
(b) dialokasikan ke rekening agio saham dan laba
ditahan dan (c) dibebankan sepenuhnya pada
rekening laba ditahan
4. Dalam rangka melakukan perluasan usaha perusahaan
merencanakan menjual kembali saham treasuri yang
jumlahnya 800.000 lembar yang ditarik dengan harga beli
Rp 2.300,00 , nominal saham Rp 2.000 per lembar.
Penjualan tahap pertama 300.000 lembar dengan harga
jual Rp 2.500,00 per lembar, tahap kedua 400.000
lembar dengan ahrga Rp 2.100,00 per lembar dan
sisanya disimpan untuk selamanya. Buatlah jurnal yang
diperlukan dengan menggunakan metode biaya dan
metode nilai nominal.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


102

BAB 8
LABA PER LEMBAR SAHAM DAN
LABA DITAHAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai modal pemilik


terutama di titik beratkan pada laba bersih , laba per lembar
saham , laba ditahan dan pembagian dividen. Semua
komponen tersebut pada akhirnya akan berpengaruh pada
besar kecilnya modal para pemegang saham.
LABA DAN LABA PER LEMBAR SAHAM
Laba bersih (Rugi) merupakan jumlah laba yang
diperoleh dari aktivitas perusahaan selama periode
akuntansi. Dalam laporan keuangan suatu perusahaan dapat
diketahui beberapa komponen dari laba bersih yaitu (a) laba
atau rugi dari operasi perusahaan yang berkelanjutan yaitu
kombinasi pendapatan operasi dikurangi biaya operasi
dengan pendapatan non operasi dan biaya non operasi, dan
keuntungan atau kerugian insidentil yang berasal dari
transaksi luar biasa, (b) hasil dari operasi yang tidak
berkelanjutan, termasuk didalamnya adalah pendapatan atau
kerugian dari komponen yang tidak berkelanjutan seperti laba
atau rugi dari komponen yang bersifat tidak terpakai, (c)
pendapatan atau kerugian luar biasa yang berasal dari
kejadian yang tidak umum dan jarang terjadi, dan (d)
pengaruh komulative dari perubahan prinsip akuntansi.
Dalam laporan perhitungan laba rugi disertakan pula hasil
perhitungan laba per lembar saham.
PENGGUNAAN INFORMASI LAPORAN LABA PER
LEMBAR SAHAM
Semua informasi laporan keuangan perusahaan dan
semua catatan yang terkait akan berguna bagi para
pengambil keputusan pihak luar. Laba per lembar saham
merupakan salah satu perhitungan yang dapat dianggap
menjadi indikator kinerja suatu perusahaan terutama para

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


10
3

pemegang saham biasa. Para pemakai laporan keuangan


tertarik pada perhitungan laba per lembar saham karena
dapat untuk mengevaluasi tingkat pengembalian investasi
dan risiko perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan suatu
perusahaan dapat dilihat dari perkembangan laba per lembar
saham dan perubahannya dengan periode sebelumnya. Para
investor juga tertarik pada arus kas per lembar saham
perusahaan
Investor juga tertarik untuk membuat proyeksi laba per
lembar saham untuk periode yang akan datang. Sedangkan
akuntan umumnya tidak menyediakan informasi untuk masa
yang akan datang dan perhitungan laba per lembar saham
digunakan untuk mengetahui kemungkinan dampak atas
suatu kejadian dimasa depan. Perusahaan melakukan opsi
saham biasa, mengkonversi utang atau mengkonversi saham
preferen, maka akan berakibat jumlah saham yang beredar
bertambah banyak dan akhirnya akan berpengaruh pada
laba per lembar saham. Untuk kepentingan membandingkan
laba per lembar saham antar perusahaan, para pemakai
informasi harus dapat memastikan bahwa perhitungan
tersebut dapat diperbandingkan, karena kompleksitas
daripada sturktur modal suatu perusahaan.
PERHITUNGAN LABA PER LEMBAR SAHAM
Dalam perhitungan laba per lembar saham dipengaruhi
oleh struktur permodalan suatu perusahaan yaitu struktur
modal yang sederhana atau komplek. Untuk struktur modal
perusahaan yang sederhana berarti hanya ada satu jenis
saham biasa yang beredar. Dengan demikian perhitungan
laba per lembar sahamnya adalah sebagai berikut :
Lababersih Dividen sahampreferen
Labaper lembar saham
Rata rata tertimbang jumlah sahamyangberedar

Perusahaan akan memberi laporan perhitungan laba per


lembar saham dengan cara sederhana dibawah perhitungan
laba bersih.
Pengertian laba bersih sebagai pembilang yang
digunakan untuk menghitung laba per lembar saham adalah
laba bersih yang menjadi bagian atau hak bagi para
pemegang saham biasa. Apabila perusahaan mempunyai
saham preferen nonkomulative yang beredar, maka laba
bersihnya dikurangi dengan dividen yang dideklarasikan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


104

untuk periode sekarang. Demikian halnya bila perusahaan


mempunyai saham preferen komulative yang beredar, maka
perusahaan harus mengurangi laba bersih untuk dividen
periode sekarang tanpa memperhatikan perusahaan
mengumumkan memberi dividen atau tidak.
Sedangkan rata-rata tertimbang yang digunakan
sebagai pembagi laba bersih adalah berdasarkan jumlah riil
dari saham biasa yang beredar pada awal periode dikalikan
dengan proporsi bulanan selama satu tahun jika ada
penerbitan atau penarikan saham biasa. Untuk dapat
memberikan gambaran perhitungan rata-rata tertimbang atas
saham biasa yang beredar, misalnya PT INCO pada awal
tahun mempunyai saham biasa yang beredar sebesar
100.000 lembar. Pada bulan April perusahaan menerbitkan
saham baru sebesar 40.000 lembar, bulan Juli menerbitkan
60.000 lembar saham dan Oktober membeli kembali saham
yang beredar 20.000 lembar. Maka rata-rata tertimbang
saham yang beredar adalah 155.000 lembar saham dan
perhitungan sebagai sebagai berikut :
Saham beredar Jumlah X Proporsi = Jumlah
bulanan saham bulanan unit
beredar ekuivalen
Januari–Maret 100.000 X 3/12 = 25.000
April–Juni 140.000 X 3/12 = 35.000
Juli–September 200.000 X 3/12 = 50.000
Oktober–Des. 180.000 X 3/12 = 45.000
Total rata-rata tertimbang saham biasa 155.000
DIVIDEN SAHAM DAN STOCK SPLIT
Apabila perusahaan memberi dividen berupa saham
dan melakukan stock split, maka jumlah saham yang beredar
akan bertambah dan sebagai konsekuensinya ada perlakuan
yang berlaku surut untuk laporan keuangan komparatif.
Penyesuaian kembali atas perhitungan jumlah laba per
lembar saham untuk seluruh periode berdasarkan jumlah
saham yang beredar saat ini. Asumsi yang digunakan atas
perlakuan surut yaitu bahwa pemberian dividen saham dan
stock split terjadi pada awal periode yang terdahulu atau
sejak berdirinya.
Sebagai contoh yaitu apabila perusahaan mulai
beroperasi sejak Januari 2003 dengan menerbitkan saham
biasa 10.000 lembar dan pada 31 Desember 2003
melakukan stock split dua-untuk-satu lembar saham atau

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


10
5

rasio 1 : 2 . Dengan demikian rata-rata tertimbang saham


beredar akhir tahun 2003 adalah 20.000 ( 10.000 x 2 / 1 x
12/12 ) karena dengan anggapan bahwa stock split dilakukan
pada awal Januari 2003. Pada bulan Mei 2004 perusahaan
menerbitkan saham biasa 5.000 lembar, 9 Agustus 2003
perusahaan memberikan dividen saham 20 % dan pada awal
Oktober 2004 menerbitkan saham biasa 4.000 lembar.
Dengan demikian untuk melakukan perbandingan laba per
lembar saham tahun 2003 dan 2004 rata-rata tertimbang
saham yang digunakan tahun 2003 adalah 24.000 lembar
saham biasa dan tahun 2003 yaitu 28.500 lembar.
Dengan adanya pemberian dividen saham sebesar 20
% pada bulan Agustus 2004, maka perhitungan rata-rata
saham tertimbang sejak awal berdirinya yaitu Januari 2003
mengalami perubahan. Sedangkan pengeluaran saham baru
bulan Oktober 2004 tidak mengalami perubahan akibat
pemberian dividen saham. Rincian perhitungan lebih lanjut
adalah sebagai berikut :
Saham Saham Anggapan Saham Proporsi Jumlah unit
beredar beredar yang beredar bulanan = ekuivalen
bulanan riil
2003 10.000 10.000 x 2/11) 12/12 = 24.000
Jan–Des x120%2)
= 24.000
2004 Jan– 20.000 x 120% =
April 20.000 24.000 x 4/12 = 8.000
Met –Juli 25.000 25.000 x 120% = x 3/12 = 7.500
30.000
Agst – 30.000 25.000 x 120% = x 2/12 = 5.000
Sept 30.000
Okt –Des 34.000 25.000 x 120% + x 3/12 = 8.500
4.000 =
34.000
Total rata-rata tertimbang saham biasa tahun 29.000
2004
Catatan :
1) Stock split dengan rasio 1 : 2 atau 2/1 (satu lembar saham
lama mendapat dua lembar saham baru) yang dilakukan
pada 31 Desember 2003
2) Pada 9 Agustus 2004 pemberian dividen saham 20 %
DILUSI LABA PER LEMBAR SAHAM
Pada umumnya perusahaan mempunyai struktur modal
yang cukup komplek yaitu saham preferen dan obligasi yang

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


106

dapat dikonversi dengan saham biasa, warrant , opsi saham.


Semua jenis surat berharga tersebut mempunyai potensi
berpengaruh pada saham biasa, karena pemiliknya dapat
menukarkannya dengan saham biasa.
Dilusi laba per lembar saham terjadi apabila seluruh
potensi yang dapat mempengaruhi jumlah saham yang
beredar mengalami perubahan, maka pada akhirnya akan
berpengaruh pada penurunan laba per lembar saham.
Apabila perusahaan mengalami kerugian operasi usaha,
maka hal tersebut tidak akan berpengaruh pada dilusi laba
per lembar saham biasa.
Sebagai ilustrasi yaitu pada tahun 2003 perusahaan
memperoleh laba bersih setelah pajak Rp 20.000,00 dan
pendapatan di luar usaha Rp 3.500,00 (sudah termasuk
dalam laba bersih setelah pajak). Perusahaan mempunyai
saham preferen 8 % dengan nilai Rp 20.000,00 dan saham
biasa Rp 55.000,00 Sedangkan saham yang beredar adalah
sebagai berikut :
- Pada awal Januari 2003 perusahaan menerbitkan saham
biasa 5.000 lembar
- Tanggal 9 April 2003 menerbitkan tambahan saham biasa
yang dijual tunai 3.000 lembar
- Tanggal 3 Juni 2003 perusahaan melakukan stock split
dengan rasio
1 : 2 (satu lembar saham lama mendapat dua lembar saham
baru)
- Tanggal 2 Nopember mengeluarkan saham baru 3.000
lembar
- Tahun 2003 tidak adatambahanatau penarikan saham
preferen
- Tahun 2003 diumumkan pembagian dividen saham preferen
sesuai dengan tingkat bunga
- Perhitungan laba per lembar sahamnyaadalahsebagai
berikut :
Penyesuaian Penyesuaian Laba
Laba Saham per
Keterangan : =
lembar
saham
Laba bersih 20.000 =
setelah
pajakJanuari
Dividensaham -1.600
preferen ( 8 % x
Rp 20.000 )

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


10
7

Sahambiasa 7.500 =

Laba per lembar 18.400 : 7.500 = 2,45


saham
Rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar adalah
sebagai berikut :
Periode Januari –Maret 2003 =(5.000 x 2/1) =10.000 x 3/12= 2.500
Periode April –Oktober 2003 =(3.000 x 2/1) =6.000 x 7/12 =
3.500 Periode Nop –Des2003 =(3.000 x 2/1) + 3000 = 12.000 x
2/12 = 1.500
Rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar tahun 2003 adalah
7.500
LaporanLaba Rugi tahun 2004
Laba bersih sebelum pendapatan diluar operasiRp 16.500 (Rp 20.000 –Rp
3.500)
Pendapatan diluar operasi Rp 3.500
Laba bersih setelah pajak Rp 20.000

Laba per lembar saham


Laba bersih sblm extraordinary income = (Rp 18.400 –Rp 3.500 ) /
7.500 = Rp 1,98
Pendapatan di luar operasi = Rp 3.500 / 7.500 =Rp 0,47
Laba per lembar saham Rp 2,45

LABA DITAHAN
Laba ditahan merupakan salah satu akun utama dari
laporan laba rugi yang mempunyai hubungan dengan neraca
suatu perusahaan. Aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
dibiayai dengan utang dan modal pemegang saham. Aktiva
dari para pemegang saham merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi dan laba bersih (earnings) yang tidak dibagikan
dalam bentuk dividen. Perusahaan menggunakan akun laba
ditahan untuk sebagai ringkasan daripada komponen modal
pemegang saham.
Tambahan daripada laba bersih atau kerugian bersih
suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (a)
dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham, (b)
penyesuain pada awal
periode dan (c) pembuatan cadangan (appropriations)
Dividen
Laba bersih perusahaan akan meningkatkan aktiva
(modal) dan perusahaan akan mencatat peningkatan
tersebut dalam akun laba ditahan sedangkan pembayaran

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


108

dividen akan mempunyai pengaruh yang sebaliknya.


Pembagian dividen yang berupa dividen tunai atau property
akan mengurangi aktiva (modal) dan dicatat sebagai
pengurangan terhadap laba ditahan.
Pemberian dividen merupakan wewenang manajemen
suatu perusahaan dan sebelumnya telah dikonsultasikan
dengan pihak akuntan. Manajemen mempunyai wewenang
untuk mengambil kebijakan dividen termasuk penentuan
jumlah, waktu dan jenis dividen yang akan diberikan.
Pertimbangan pemberian dividen yang perlu diperhatikan
yaitu kemampuan keuangan perusahaan dan kemampuan
operasi serta dampak daripada pemberian dividen terhadap
aktiva lancer, modal kerja, kemampuan untuk melakukan
ekspansi usaha, pengaruhnya terhadap harga saham di
pasar modal, dan pemeliharaan likuditas usaha yang
dikaitkan dengan kondisi ekonomi masa depan yang
menurun. Jenis pemberian dividen yang dpat
dipertimbangkan oleh manajemen yaitu (a) tunai, (b) properti,
(c) scrips, (d) saham, dan (e) dividen likuidasi.
Sedangkan pengaruh dari beberapa jenis pemberian
dividen adalah sebagai berikut (a) dividen tunai, properti dan
scrips akan mengurangi laba ditahan dan modal pemegang
saham, (b) didivden likuidasi akan mengurangi modal disetor
danmodal pemegang saham, (c) dividen saham akan
mengurangi laba ditahan dan meningkatkan modal pemilik
walaupun tidak ada perubahan terhadap jumlah modal
pemilik dan (d) stock split tidak akan berpengaruh pada
neraca dan elemen dari pemegang saham.
Dividen Tunai
Pemberian dividen tunai merupakan hal yang umum
dilakukan oleh perusahaan kepada para pemegang saham,
sehingga bila ada pemberian dividen tanpa tambahan kata-
kata yang lain berarti dividen tersebut berupa dividen tunai.
Beberapa tanggal yang dianggap penting dalam
pemberian dividen tunai yaitu (a) tanggal pengumuman, (b)
tanggal ex-dividen, (c) tanggal pencatatan dan (d) tanggal
pembayaran dividen. Pada tanggal pengumuman pembagian
dividen, manajemen perusahaan mengumumkan bahwa
dividen akan dibayarkan kepada para pemegang saham
serta pencatatannya pada tanggal tertentu. Pada tanggal
tersebut perusahaan dapat mencatat utang dividen untuk
mengurangi laba ditahan. Dengan demikian mulai tanggal

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


10
9

tersebut saham yang dijual di bursa efek mengandung


sejumlah nilai dividen yang akan dibayarkan. Sedangkan
tanggal ex-dividen yaitu beberapa hari sebelum tanggal
pencatatan saham yang dimiliki oleh para pemegang saham.
Pada tanggal tersebut saham yang dijual di bursa efek sudah
tidak lagi mengandung penerimaan dividen. Tanggal
pencatan saham biasanya terjadi setelah beberap minggu
dari tanggal pengumuman pemberian dividen atau beberapa
minggu sebelum tanggal pembayaran dividen. Pada tanggal
pembayaran, maka perusahaan memberikan uang kepada
pemegang saham dan membuat jurtnal pembayaran atas
utang dividen sehingga mengurangi uang kas.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, misalnya
PT Tempo pada tanggal 16 Januari 2003 mengumumkan
memberi dividen saham preferen sebesar Rp 125.000,00
dan saham biasa Rp 200.000,00 Pembayaran dividen akan
dilakukan pada tanggal 4 Maret 2003 dan pencatatan 3
Februari 2003. Jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah :
16 Januari 2003–Pengumuman pemberian dividen
Laba ditahan Rp 325.000,00
Utang dividen saham preferen Rp 125.000,00
Utang dividen saham biasa Rp 200.000,00
3 Februari 2003–Pencatatan saham
Memo tentang rencana pembayaran dividen pada tanggal 4
Maret 2003
4 Maret 2003–Saat pembayaran dividen
Utang dividen saham preferen Rp 125.000,00
Utang dividen saham biasa Rp 200.000,00
Kas Rp 325.000,00
Apabila pembayaran dividen dilakukan pada akhir
periode akuntansi, maka perusahaan dapat mencatat dengan
utang dividen dalam utang lancar di neraca.
SAHAM PREFEREN PARTISIPASI
Umumnya jumlah dividen untuk masing-masing jenis
saham dapat diketahui jumlahnya. Saham preferen dapat
dibedakan menjadi dua yaitu partisipasi penuh atau
partisipasi tidak penuh (parsial). Oleh karena itu perusahaan
harus menghitung utang dividen untuk pemegang saham
biasa dan saham preferen. Untuk saham preferen yang

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


110

berpartisipasi penuh, kelebihan dividen yang diterima akan


sama besarnya dengan saham biasa. Pembagian kelebihan
dividen dilakukan secara proposional dari jumlah saham tiap
jenisnya. Sedangkan saham preferen dengan partsipasi tidak
penuh (partial) pemberian dividennya hanya dengan dasar
tarip yang ada di saham tersebut.
Sebagai contoh, perusahan telah menerbitkan saham
preferen 10%, partisipatif, komulatif dengan nilai total Rp
200.000,00 dan saham biasa dengan nilai nominal Rp
300.000,00. Dengan menggunakan perbandingan kedua
jenis saham tersebut, maka proporsi saham preferen adalah
40 % [Rp 200.000,00 (Rp 200.000,00 + Rp 300.000,00)] dan
sisanya 60 % untuk saham biasa. Rencana jumlah dana
yang akan diberikan dalam dividen tunai adalah Rp
80.000,00. Sedangkan asumsi yang digunakan yaitu (a)
saham preferen berpartisipasi penuh, (b) saham preferen
berpartisipasi maksimal 12 % dari nilai nominal. Sedangkan
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Keterangan Saham Saham
Preferen Biasa
a. Saham Preferen dengan
partisipasi penuh
Dividen saham preferen 10% x Nominal 20.000

Dividen saham biasa sama dengan 30.000


saham preferen 10 %
Kelebihan dividen proposional dengan
nominal saham
- Jumlah total yang dialokasikan
80.000
- Alokasi (Rp 20.000 + Rp 30.000)
(50.000)
Sisa dana (40% untuk saham preferen 12.000 18.000
30.000 dan 60% saham biasa)
Dividen tunai untuk kedua jenis saham 32.000 48.000
b. Saham Preferen dengan partisipasi
maksimal 12 %
Dividen saham preferen 10%x Nominal 20.000

Dividen saham biasa sama dengan 30.000


saham preferen 10 %
Dividen saham 400
preferen (12 %–10 %
x 20.000)

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


11
1

Dividen saham 600


biasa (12% –10% x
30.000)
Sisa dividen untuk saham 29.000
biasa (80.000 –51.000)
Dividentunai untuk kedua jenis saham 20.400 59.600
Dividen Properti (Aktiva)
Pemberian dividen berupa properti atau aktiva berarti
merupakan transfer non moneter aset kepada pemilik.
Dengan demikian perusahaan melakukan pertukaran dengan
menyerahkan sejumlah nilai daripada aktiva akan tetapi tidak
ada pengembalian aktiva atau jasa.
Dengan menggunakan nilai wajar dalam pemberian
dividen properti, maka perusahaan dapat menjual aktiva
sehingga pemberian dividennya dapat berupa dividen tunai.
Nilai wajar ditentukan saat pengumuman pemberian dividen
(sebab pada tanggal tersebut sudah dianggap telah
memenuhi aturan perundang-undangan) dengan mengacu
pada harga pasar saham atau obligasi, harga aktiva saat ini
atau tim penilai yang independen.
Untuk memberikan gambaran, suatu perusahaan telah
memutuskan untuk memberikan dividen properti dengan
menjual obligasi milik PT Alfa yang saat ini nilai bukunya Rp
100.000,00 dan nilai pasar yang berlaku Rp 120.000,00.
Jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah :
Tanggal Pengumuman
Investasi Obligasi PT Alfa Rp 20.000,00
( Rp 120.000,00–Rp 100.000,00)
Keuntungan atas penjualan Investasi Rp 20.000,00
Laba ditahan Rp 120.000,00
Utang Dividen Properti Rp 120.000,00
Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Properti Rp120.000,00 Investasi Obligasi
di PT Alfa Rp 120.000,00
Pada saat pembayaran perusahaan tidak melakukan
jurnal koreksi atas keuntungan yang telah dibuat, walaupun
terjadi penuruan atau kenaikan harga property yang dijual.
Apabila dalam penjualan terdapat keuntungan atau kerugian
dilaporkan dalam bagian lain dari laporan laba rugi.
Sedangkan kalau perusahaan tidak dapat membayar dividen

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


112

hingga tahun berikutnya, maka utang dividen tetap dicatat


dalam utang lancer di neraca.
Apabila perusahaan dalam membayar dividen property
dengan menggunakan utang atau modal saham yang dapat
dijual, maka perhitungan keuntungan dan kerugian akan lebih
komplek karena harus memperhatikan pencatatan
sebelumnya yang berupa kenaikan atau penuruan yang
belum direalisasi. Perusahanbiasanya menggunakan akun
Cadangan untuk mencatat selisih antara harga pasar dengan
harga perolehan dalam neraca. Pada tanggal pengumuman
pemberian dividen property perusahaan harus melakukan
revaluasi terhadap investasi dengan menyesuaikan akun
cadangan dan mencatat keuntungan atau kerugian yang
direalisasi serta mengeliminasi akun keuntungan atau
kerugian yang belum direalisasi.
Sebagai ilustrasi, PT HMSP mengumumkan pemberian
dividen property pada tanggal 16 Maret 2004 dengan saham
perusahaan PT Alfa. Saham PT Alfa dibeli pada awal tahun
2003 dengan harga Rp 80.000,00 dan telah dilaporkan
sebagai aktiva dengan nilai Rp 100.000,00 (telah dicatat
dalam Harga perolehan Rp 80.000,00 dan cadangan
kenaikan harga saham Rp 20.000,00 pada laporan keuangan
31 Desember 2003). Apabila harga pasar saham pada
tanggal 16 Maret 2004 adalah
Rp 110.000,00, maka keuntungannya adalah Rp 30.000,00
(Rp 110.000,00 – Rp 80.000,00). Jurnal yang dibuat oleh
perusahaan adalah :
Cadangan perubahan nilai investasiyang Rp
10.000,00 dapat dijual
Kenaikan nilai yang belum terealisas Rp 20.000,00
Keuntungan atas Investasi Rp 30.000,00
Laba ditahan Rp 110.000,00
Utang dividen property Rp 110.000,00
Pada tanggal pembayaran dividen, jurnal yang dibuat adalah :
Utang dividen property Rp 110.000,00 Investasi dalam
Saham PT Alfa Rp 80.000,00
Cadangan perubahan nilai investasi Rp 30.000,00
Dividen Saham
Dividen saham berarti pemberian divdien berupa saham
yang dihitung secara proporsional dengan rasionya sehingga
menambah jumlah saham perusahaan dan pemegang

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


11
3

saham. Pemberian dividen saham biasanya dengan


menggunakan jenis saham yang sama dan selanjutnya
disebut dengan dividen saham umum. Sedangkan
pemberian dividen yang tidak sejenis, misalnya pemegang
saham biasa diberi dividen saham preferen disebut
dengandividen saham khusus.
Beberapa faktor yang dianggap menarik tentang
pemberian dividen saham yaitu (a) pemegang sham
menganggap bahwa dividen sham sebagai bukti perusahaan
sedang tumbuh, (b) dividen saham bagi para pemegang
saham dianggap sebagai kebijakan finansial, (c) diividen
saham bagi investor dianggap dapat meningkatkan likuditas
saham dan tidak berarti menurunkan harga saham, (d)
pemegang saham menganggap bahwa akibat dividen saham
adalah penurunan harga saham yang akhirnya dapat menjadi
lebih menarik bagi para investor baru.
Pemberian dividen saham dapat dibedakan menjadi dua
yaitu dividen saham kecil dan dividen saham besar. Untuk
dividen saham kecil, perusahaan hanya mentransfer akun
laba ditahan pada modal saham sebesar nilai wajar dari
tambahan saham baru dan jumlahnya berkisar antara 20 % –
25 %. .dari saham yang telah beredar sebelumnya.
Sedangkan akuntansi untuk dividen saham besar
menggunakan dasar nilai nominal atau yang tertera pada
saham dan untuk saham yang tidak diketahui nilai
nominalnya, maka dasar pencatatannya menggunakan rata-
rata harga saham yang sejenis dari saham yang telah
beredar sebelumnya atau ditentukan oleh pihak manajemen.
Berikut ini diagram yang menggambarkan dividen saham
kecil dan dividen saham besar.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


114

Dividen Saham

Kecil Besar
(< 20 % - 25 % )

Nilai Wajar Nilai Nominal

Laba Modal Agio / Laba Modal


Ditahan Saham Disagio Ditahan Saham
Saham

Sumber : Nikolai and Bazley, 2003,p.739)

Sebagai ilustrasi akuntansi untuk kedua jenis


pemberian dividen adalah sebagai berikut :
Saham Biasa, 4.000 lembar nilai nominal Rp 500,00 Rp
2.000.000,00
Agio Saham Rp 800.000,00
Laba ditahan Rp 1.200.000,00
Jumlah Modal Pemegang Saham Rp
4.000.000,00
a. Perusahaan memberikan dividen saham sebesar 10 % dan
pada saat pengumuman harga jual saham Rp 700,00per
lembar.
b. Perusahaan memberikan dividen saham sebesar 30 %
atau 1.200 lembar dengan jumlah nilai nominal Rp
600.000,00(1.200 x Rp 500,00) dan pada saat
pengumuman harga jual saham Rp 700,00per lembar.
Jurnal yang dibuat oleh perusahaan
adalah : a. Dividen Saham Kecil
Tanggal Pengumuman
Laba ditahan(10 % x 4.000 x Rp 700,00) Rp 280.000,00
Modal saham biasa yang diserahkan Rp 200.000,00
AgioSaham Biasa dari dividen saham Rp 80.000,00
Tanggal Penerbitan Saham
Modal Saham Biasa yang diserahkan Rp 200.000,00
Modal Saham, nominal Rp 500,00 Rp 200.000,00
Perubahan dari modal pemegang saham adalah :

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


11
5

Saham Biasa, 4.400 lembar nilai nominal Rp 500,00 Rp


2.200.000,00
Agio Saham Rp 880.000,00
Laba ditahan Rp 920.000,00 Jumlah Modal Pemegang
Saham Rp 4.000.000,00
Secara total modal pemegang saham tidak mengalami
perubahan, tetapi hanya jumlah masing-masing komponen
modal saham yang berubah.
b. Dividen Saham Besar
Tanggal Pengumuman
Laba ditahan (30 % x 4.000 x Rp 500,00) Rp 600.000,00
Modal saham biasa yang diserahkan Rp 600.000,00
Tanggal Penerbitan Saham
Modal Saham Biasa yang diserahkan Rp 600.000,00
Modal Saham, nominal Rp 500,00 Rp 600.000,00
Perubahan dari modal pemegang saham adalah :
Saham Biasa, 5.200 lembar nilai nominal Rp 500,00 Rp
2.600.000,00
Agio Saham Rp 800.000,00
Laba ditahan Rp 600.000,00
Jumlah Modal Pemegang SahamRp 4.000.000,00
PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan struktur modal yang sederhana dan
komplek!
2. Bagaimana cara menghitung laba per lembar dengan
menggunakan struktur modal yang sederhana ?
3. Jelaskan bagaimana cara menghitung rata-rata tertimbang
saham yang beredar !
4. Jelaskan perlakuan dari stock split dan dividen saham dalam
perhitungan rata-rata tertimbang saham yang beredar suatu
perusahaan!
5. Jelaskan tanggal-tanggal terpenting dalam pemberian
dividen suatu perusahaan!
6. Jelaskan yang dimaksud dengan dilusi harga saham!
7. Jelaskan perbedaan antara partisipasi penuh dan tidak
penuh dari saham preferen!
8. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar
kecilnya laba ditahan !
9. Sebutkan jenis-jenis pemberian dividen dan pengaruhnya!

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


116

LATIHAN
1. Pada awal tahun PT HMSP mempunyai saham biasa yang
beredar 20.000 lembar dengan nilai nominal Rp 500 dan
adanya berbagai transaksi selama satu tahun akhirnya
jumlah saham biasa yang beredar perusahaan mencapai
63.800. Sedangkan transaksinya adalah sebagai berikut :
Tanggal 2 April, perusahaan menerbitkan saham biasa 3.000
lembar
Tanggal 4 Juni , perusahaan menerbitkan saham biasa 4.000
lembar Tanggal 1 Juli, perusahaan memberikan 10 % dividen
saham Tanggal 28 September, melakukan stock split dengan
rasio 1 : 2 dan nilai nominal menjadi Rp 250,-
Tanggal 3 Oktober, perusahaan menarik kembali 1.000
lembar saham sebagai treasuri
Tanggal 27 Nopember, menerbitkan kembali treasuri stock
1.000 lembar
Tentukan rata-rata tertimbang dari saham yang beredar
untuk tujuan penentuan laba per lembar saham
2. PT INCO pada awal tahun 2003 mempunyai 7.000 lembar
saham biasa yang beredar dan pada tanggal 2 April 2003
perusahaan menerbitkan saham biasa sebanyak 2.000
lembar. Pada tahun 2003 perusahaan juga mempunyai
saham preferen 10 % non konversi sebanyak 1.000 lembar
dengan nilai nominal Rp 1.000,- dan dividennya telah
dibagikan. Laba bersih yang diperoleh perusahaan adalah
Rp 300.000,- dan yang diberikan sebagai dividen untuk
saham biasa adalah Rp 170.000,-. Pada akhir tahun 2003
harga pasar saham adalah Rp 175,Diminta : Hitung laba
per lembar saham tahun 2003 dan price earning rationya
3. Modal pemegang saham dari PT Alfa adalah sebagai
berikut :
Modal saham biasa, nominal Rp 500,00per lembar Rp
2.500.000,00
Agio saham biasa Rp 1.500.000,00
Laba ditahan Rp 2.000.000,00
Jumlah Rp 6.000.000,00
Perusahaan sedang mempertimbangkan untuk
memberikan dividen saham pada saat harga pasar saham
mencapai Rp 1.500,- per lembar Diminta :
a. Manajemen beranggapan bahwa divden saham sebesar
6 %, maka buatlah (.1) Jurnal saat pengumuman

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


11
7

dividen, (2) jurnal saat menerbitkan dan (3) modal


pemegang saham setelah penerbitan saham baru
b. Bila dividen saham adalah 40 %, maka buatlah jurnal
seperti nomor 1,2 dan 3 soal b di atas.
BAB 9
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
DAN KESALAHAN MENDASAR

Konsistensi merupakan salah satu kualitative


karakteristik daripada akuntansi yang mencakup prinsip
akuntansi, kebijakan dan prosedur pelaporan tiap periode.
Namun demikian dalam kondisi tertentu perusahaan dapat
mengembangkan pelaporannya karena dengan
menggunakan prinsip akuntansi yang baru dianggp lebih
sesuai atau lebih mencerminkan kondisi ekonomi saat ini.
Dengan melakukan perubahan kebijakan akuntansi tersebut,
maka ketentuan dalam penyajian laporan keuangan yang
konsisten menjadi lemah. Oleh karena itu perlu ada
penjelasan tentang pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dalam laporan keuangan. Dalam bab ini pembahasan lebih
menekankan pada pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan
JENIS PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
Menurut PSAK No. 25 bahwa perusahaan dapat
melakukan perubahan kebijakan akuntansinya dan secara
ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Perubahan Kebijakan Akuntansi. Hal ini terjadi apabila
perusahaan mengganti kebijakan akuntansi yang telah
berjalan dengan yang baru,, misalnya perubahan dalam
pencatatan persediaan dari FIFO menjadi LIFO atau
perubahan metode penyusutan dari garis lurus menjadi
saldo menurun.
b. Perubahan Estimasi Akuntansi. Dalam penyajian
laporan keuangan seringkali menggunakan dasar
estimasi untuk menentukan besarnya pendapatan atau
biaya dan penentuan estimasi itu didasarkan pada
pengalaman masa lalu, kejadian yang ada saat ini dan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


118

informasi baru. Sebagai contohnya yaitu penentuan


estimasi piutang sangsi (bad debts), keusangan
persediaan dan masa manfaat atas aktiva yang
disusutkan.
Di samping itu perusahaan juga perlu mengungkapkan
temuan kesalahan dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan. Kesalahan bukan merupakan bagian dari
perubahan kebijakan akuntansi, tetapi hasil dari kesalahan
perhitungan atau kesalahan dalam penerapan standar
akuntansi.
METODE PENGUNGKAPAN PERUBAHAN KEBIJAKAN
AKUNTANSI
Perubahan kebijakan akuntansi suatu perusahaan
menurut PSAK No. 25 paragrap 41 dapat diungkapkan
dengan dua cara yaitu (a) restropektif berarti bahwa
kebijakan akuntansi yang baru diterapkan berlaku surut atau
kebijakan itu seolah-olah telah digunakan sebelumnya dan
(b) prospektif yang berarti bahwa kebijakan itu berlaku untuk
transaksi setelah tanggal kebijakan itu diterapkan dan tidak
ada penyesuaian terhadap periode sebelumnya pada saldo
laba awal periode (retained earnings) atau laba atau rugi
bersih periode sekarang.
Sebagai contoh penerapan restropektif yang
berhubungan dengan perubahan penggunaan metode
penyusutan, PT Denco didirikan tahun 2001 dan membeli
kendaraan seharga Rp 10.000.000,00 yang diperkirakan
berumur 4 tahun tanpa nilai residu. Pada mulanya
perusahaan melakukan penyusutan dengan metode sum-of-
the-years’digits danmerencanakan mengganti dengan
metode garis lurus pada awal tahun 2003. Perhitungan
penyusutannya adalah sebagai berikut (dengan
anggapan tanpa memperhatikan pajak penghasilan)
Alternatif penyusutan
PT Denco
Metode Jumlah
perubahan
Tahu Sum-of-the-years’ – Garis lurus penyusutan
n digits dengan garis
lurus
2001 (4/10 x 10.000.000) = 2.500.000 1.500.000
4.000.000
2002 (3/10 x 10.000.000) = 2.500.000 500.000

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


11
9

3.000.000
2003 (2/10 x 10.000.000) = 2.500.000 ( 500.000)
2.000.000
2004 (1/10 x 10.000.000) = 2.500.000 (1.500.000)
1.000.000
10.000.000 10.000.000 0

Dalam laporan keuangan yang dibuat perusahaan


menyajikan laporan perbandingan (comparative) sehingga
perusahaan harus menyesuaikan akun penyusutan untuk
tahun 2001 – 2002. Dengan cara restropektif, perubahan
penggunaan penyusutan berpengaruh terhadap laporan
keuangan tahun sebelumnya dan berikutnya.
Dengan menggunakan metode prospektif, perusahaan
menghitung penyusutan untuk tahun 2003 dengan dasar sisa
nilai buku awal tahun 2003 dan perhitungan penyusutannya
dari sisa umur. Nilai buku pada awal tahun 2003 yaitu Rp
3.000.000,00(Rp 10.000.000,00–Rp 4.000.000,00–
Rp 3.000.000,00) dan penyusutan untuk tahun 2003 adalah
Rp 1.500.000,00 (Rp 3.000.000,00 : 2 tahun). Dengan
demikian perubahan penggunaan metode penyusutan dengn
cara prospektif hanya akan bepengaruh pada laporan
keuangan tahun 2003 dan 2004.
KESALAHAN MENDASAR
Dalam PSAK no. 25 disebutkan bahwa kesalahan
mendasar berarti kesalahan yang jumlahnya cukup signifikan
yang dijumpai pada suatu periode berjalan sehingga periode
sebelumnya tidak dapat diandalkan lagi tanggal pada
penerbitannya/ Pengaruh kesalahan tersebut kemungkinan
pada akun luar biasa, laba bersih dan pada catatan
perhitungan laba per lembar saham tiap periode laporan.
Contoh kesalahan yang dapat terjadi di suatu perusahaan
meliputi :
1. Penggunaan prinsip akuntansi yang belum diterima secara
umum
2. Penggunaan estimasi yang menghasilkan perhitungan yang
memadai
3. Perhitungan matematik yang salah, seperti perhitungan
persediaan
4. Perlakuan akrual terhadap biaya
Kesalahan yang terjadi disuatu perusahaan sangat
sukar untuk diprediksi dan jenis kesalahan yang terjadi di

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


120

perusahaan juga sukar untuk di lakukan generaliasasi. Suatu


kesalahan sering dijumpai setelah laporan keuangan dibuat
dan yang menemukan kesalahan itu dapat dari pihak internal
atau eksternal auditor. Sedangkan kategori kesalahan dapat
dibuat atas dasar pengaruh yang ditimbulkan dalam laporan
keuangan yaitu :
a. Kesalahan hanya berpengaruh pada neraca. Suatu
kesalahan dapat terjadi hanya berpengaruh pada neraca,
misalnya piutang wesel jangka panjang dicatat di neraca
sebagai piutng jangka pendek. Dengan perlu direklasifikasi
yang hanya berpengaruh di neraca saja. Oleh karena itu,
jika kesalahan terjadi pada awal periode, maka
perusahaan tidak perlu melakukan jurnal koreksi, jika
laporan keuangan disajikan secara komparatif untuk
periode sekarang, maka perusahaan perlu melakukan
reklasisifkasi pada awal periode.
b. Kesalahan berpengaruh pada laporan laba rugi. Kesalahan
yang hanya berpengaruh pada akun laporan laba rugi
biasanya karena kesalahan dalam reklasifikasi suatu akun,
misalnya pendapatan bunga dengan pendapatan
penjualan. Kesalahan tersebut perlu reklasifikasi, tapi tidak
berpengaruh pada laba bersih. Apabila kesalahan tersebut
terjadi pada awal periode dan tidak dilakukan comparative
laporankeuangan, maka tidak perlu ada jurnal koreksi.
Tetapi kalau laporan keuangannya dilakukan komperatif
dengan tahun ini, maka perlu ada koreksi reklasifikasi.
c. Kesalahan berpengaruh pada neraca dan laporanlaba rugi.
Kesalahan dapat terjadi berpengaruh pada akun neraca
dan laba rugi, misalnya perhitungan utang biaya bunga
pada akhir periode terlalu kecil.
KOREKSI KESALAHAN
Untuk melakukan generalisasi suatu kesalahan sangat
sulit karena jenis kesalahan sangat beraneka ragam. Untuk
menentukan suatu kesalahan perlu diuji secara cermat
terutama harus mengetahui bagaimana suatu transaksi telah
dicatat sebelumnya dan selanjutnya dapat menentukan
bagaimana transaksi itu seharusnya dicatat. Langkah untuk
melakukan koreksi adalah (1) buat jurnal dengan metode yang
relative mudah, or (2) buatlah jurnal pembalikan (reversing )
dari jurnal yang dianggap salah sebelumnya dan buatlah jurnal
yang sebenarnya atas transaksi tersebut dan kedua jurnal
tersebut digabung. Sebagai contoh, perusahaan melakukan

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


12
1

perbaikan bangunan sebasar Rp. 10.000.000,- dicatat sebagai


biaya perbaikan bangunan dan kesalahan tersebut diketahui
pada (1) tahun ini dan buku perusahaan belum ditutup dan (2)
tahun berikutnya dan buku perusahaan telah ditutup. Dengan
menggunakan langkah tersebut, maka jurnal koreksi yang
dibuat adalah :
1. Kesalahan diketahui tahun ini dan buku perusahaan belum
ditutup
a. Jurnal yang salah oleh perusahaan
Biaya perbaikan gedung Rp 10.000.000,00
Kas Rp 10.000.000,00
b. Jurnal yang salah dibalik (reverse)
Kas Rp 10.000.000,00
Biaya perbaikan gedung Rp 10.000.000,00
c. Jurnal yang betul
Bangunan Rp 10.000.000,00
Kas Rp 10.000.000,00
d. Jurnal koreksi yang benar (jurnal b dan c digabung)
Bangunan Rp 10.000.000,00
Biaya perbaikan gedung Rp 10.000.000,00
2. Apabila buku perusahaan telah ditutup, maka jurnal
koreksinya berhubungan dengan laba ditahan yaitu:
Bangunan Rp 10.000.000,00
Labaditahan Rp 10.000.000,00
Selanjutnya perusahaan juga harus melakukan koreksi atas
penyusutan tahun sebelumnya, agar supaya laba bersihnya
tidak terlalu besar (overstatement). Apabila umur perbaikan
bangunan adalah 10 tahun, maka perusahaan harus
membuat jurnal koreksi depresiasi untuk tahun lalu.
Laba ditahan Rp 1.000.000,00
Akumulasi depresiasi Rp 1.000.000,00
Sedangkan untuk tahun berjalan (tahun kedua) perusahaan
juga perlu membuat jurnal depresiasi yaitu :
Depresiasi–Bangunan Rp 1.000.000,00
Akumulasi depresiasi Rp 1.000.000,00
Pendapatan diterima dimuka tidak dicatat dalam periode
yang benar.

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


122

PT Alfa pada tahun 2002 menerima uang sewa untuk tahun


2003 dari PT ABC sebesar Rp 20.000.000,00. Pada tahun
2002 perusahaan mencatat kas didebet dan pendapatan
dikredit dan kesalahan tersebut baru diketahui pada tahun
2003. Dengan demikian pendapatan sewa tahun 2002 terlalu
besar, sehingga laba ditahan harus dikurangi. Jurnal koreksi
yang dibuat oleh perusahaan adalah :
Laba ditahan Rp 20.000.000,00
Pendapatan Sewa Rp 20.000.000,00
Apabila perusahaan hingga tahun 2004 tidak menemukan
kesalahan, kesalahan tersebut tidak perlu dikoreksi karena
sudah ada counterbalanced. Akan tetapi, bila perusahaan
menyajikan laporan komparatif untuk tahun 2003 dan 2004,
maka perusahaan harus melakukan koreksi kesalahan
tersebut.
Biaya Asuransi dibayar dimuka tidak dicatat dalam
periode yang benar. PT GGRM tahun 2002 membayar
asuransi untuk tahun 2003 sebesar Rp 10.000.000,00 dan
dicatat sebagai biaya asuransi di debit dan kas di kredit.
Kesalahan tersebut baru diketahui pada tahun 2003,
sehingga laba tahun 2002 terlalu kecil dan tahun 2003 terlalu
besar. Jurnal koreksinya pada tahun 2003 adalah :
Biaya Asuransi Rp 10.000.000,00
Laba ditahan Rp 10.000.000,00
Apabila pembayaran asuransi tahun 2002 tersebut untuk dua
tahun yang akan datang yaitu tahun 2003 dan 2004, maka
jurnal koreksinya yang dibuat tahun 2003 adalah :
Biaya Asuransi Rp 5.000.000,00
Biaya Asuransi dibayar dimuka Rp 5.000.000,00
Laba ditahan Rp 10.000.000,00
Kesalahan Persediaan Akhir. PT GGRM pada akhir tahun
2002 jumlah persediaan tembakaunya Rp 100.000,00 dan
tahun 2003 diketahui bahwa persediaan tahun 2002
seharusnya Rp 110.000,00. Persediaan akhir tahun 2002
terlalu kecil Rp 10.000,00sehingga harga pokok
penjualannya terlalu besar Rp 10.000,00 dan akhirnya laba
menjadi kecil. Oleh karena itu laba ditahan perlu ditambah
dan jurnalnya adalah :
Persediaan Rp 10.000.000,00
Laba ditahan Rp 10.000.000,00

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


12
3

Kesalahan Pembelian. PT Matahari tahun 2003 membeli


barang dengan kredit sebesar Rp 52.000,00 tapi dicatat Rp
25.000,00 .Akun pembelian dan utang dagang terlalu kecil
sebesar Rp 27.000,00, harga pokok penjualannya pada tahun
2003 dan laba terlalu besar Rp 27.000,00. Oleh karena laba
ditahan perlu dikurangi dengan jumlah tersebut. Jurnal koreksi
yang dibuat oleh perusahaan tahun 2004 adalah menambah
Utang Dagang dan mengurangi laba ditahan.
Laba ditahan Rp 27.000,00
Utang Dagang Rp 27.000,00
Dalam kenyataan kemungkinan tidak akan terjadi koreksi
dilakukan pada tahun 2004, karena para penjual umumnya
membutuhkan dana pelunasan.
PERTANYAAN
1. Jelaskan jenis perubahan kebijakan akuntansi menurut
PSAK no. 25!
2. Sebutkan perbedaan metode pengungkapan perubahan
kebijakan akuntansi !
3. Jelaskan tiga kategori kesalahan dilihat dari pengaruh
yang ada dalam laporan keuangan!
4. Berilah contoh cara mengoreksi suatu kesalahan!
LATIHAN
1. PT Alfa gagal dalam pengakuan akrual dan
dicatat sebagai biaya dibayar dimuka dan
pendapatan diterima dimuka dicatat sebagai
biaya dan pendapatan pada tahun terjadinya
transaksi.
Keterangan 2001 2002 2003
Biaya dibayar 5.000 9.000 11.000
dimuka 8.000 7.000
Utang Biaya 30.000 40.000 9.500
Pendapatan diterima 10.000
dimuka
Pendapatan yang 6.000 10.000
seharusnya diterima, 12.000
tapi belum diterima 80.000 100.000
Laba bersih 110.000
Diminta : 1. Hitung laba bersih yang benar untuk tahun
2001–2003

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


124

2. Buat jurnal yang diperlukan untuk tahun 2003,


jika kesalahan diketahui pada akhir tahun
tersebut.
3. Buat jurnal yang diperlukan untuk tahun 2004,
jika kesalahan diketahui pada akhir tahun
tersebut
2. Jurnal koreksi untuk transaksi sebagai berikut :
a. Barang dalam perjalanan, pembelian dilakukan dengan
FOB destination Rp 10.000.000,00 telah dicatat dalam
pembelian tapi belum dicatat dalam persediaan akhir.
b. Pembelian mesin seharga Rp 20.000.000,00 telah dicatat
sebagai biaya dan diperkirakan berumur 4 tahun yang
disusut dengan metode garis lurus.
c. Utang gaji sebesar Rp. 3.000.000,00belum dicatat
d. Pembayaran biaya sewa untuk tahun depan
sebesar
Rp 10.000.000,- telah dicatat sebagai biaya sewa.
e. Cadangan kerugian piutang sebesar Rp. 6.000.000,-
belum dicatat Buatlah jurnal koreksi dengan anggapan
bahwa kesalahan tersebut diketahui satu tahun setelah
terjadinya transaksi tersebut !

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


12
5

DAFTAR PUSTAKA

Cashin, Feldman et al, 1994, Intermediate Accounting


I, McGrawHill, Book Company

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) , 2004, Standar


Akuntansi Keuangan, Salemba Empat

Kieso, Donald e dan Weygandt, JJ, 1995, Akuntansi


Intermediate, 7 thEd, BinarupaAksara

Larson, Wild dan Chiappetta, 2002, Fundamental


Accounting
Principles, FAP Sixteenth Ed., MCGraw Hill, Irwin

Nikolai, Loren A dan Bazley , John D, 2003,


Intermediate Accounting, 9th Ed,
Thomson, South Western

Robbert Ang, 1997, Buku Pintar Pasar Modal


Indonesia, First Edition, Mediasoft
Indonesia

Smith, Jay M dan Skousen, K Fred, 1987, Akuntansi


Intermediate, Jilid I & II, Penerbit
Erlangga

Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995

Zaki Baridwan, 2000, Intermediate Accounting , Edisi


2, BPFE, Yogyakarta
LAMPIRAN : 1
PRESENT VALUE
OF 1
p = 1 / ( 1 + i )n
n 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 12.00
% % % % % % % % % % %
1 0.990 0.980 0.970 0.961 0.952 0.943 0.934 0.925 0.917 0.909 0.892
1 4 9 5 4 4 6 9 4 1 9
2 0.980 0.961 0.942 0.924 0.907 0.890 0.873 0.857 0.841 0.826 0.797
3 2 6 6 0 0 4 3 7 4 2
3 0.970 0.942 0.915 0.889 0.863 0.839 0.816 0.793 0.772 0.751 0.711
6 3 1 0 8 6 3 8 2 3 8
4 0.961 0.923 0.888 0.854 0.822 0.792 0.762 0.735 0.708 0.683 0.635
0 8 5 8 7 1 9 0 4 0 5

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


126

5 0.951 0.905 0.862 0.821 0.783 0.747 0.713 0.680 0.649 0.620 0.567
5 7 6 9 5 3 0 6 9 9 4
6 0.942 0.888 0.837 0.790 0.746 0.705 0.666 0.630 0.596 0.564 0.506
0 0 5 3 2 0 3 2 3 5 6
7 0.932 0.870 0.813 0.759 0.710 0.665 0.622 0.583 0.547 0.513 0.452
7 6 1 9 7 1 7 5 0 2 3
8 0.923 0.853 0.789 0.730 0.676 0.627 0.582 0.540 0.501 0.466 0.403
5 5 4 7 8 4 0 3 9 5 9
9 0.914 0.836 0.766 0.702 0.644 0.591 0.543 0.500 0.460 0.424 0.360
3 8 4 6 6 9 9 2 4 1 6
1 0.905 0.820 0.744 0.675 0.613 0.558 0.508 0.463 0.422 0.385 0.322
0 3 3 1 6 9 4 3 2 4 5 0
1 0.896 0.804 0.722 0.649 0.584 0.526 0.475 0.428 0.387 0.350 0.287
1 3 3 4 6 7 8 1 9 5 5 5
1 0.887 0.788 0.701 0.624 0.556 0.497 0.444 0.397 0.355 0.318 0.256
2 4 5 4 6 8 0 0 1 5 6 7
1 0.878 0.773 0.681 0.600 0.530 0.468 0.415 0.367 0.326 0.289 0.229
3 7 0 0 6 3 8 0 7 2 7 2
1 0.870 0.757 0.661 0.577 0.505 0.442 0.387 0.340 0.299 0.263 0.204
4 0 9 1 5 1 3 8 5 2 3 6
1 0.861 0.743 0.641 0.555 0.481 0.417 0.362 0.315 0.274 0.239 0.182
5 3 0 9 3 0 3 4 2 5 4 7
1 0.852 0.728 0.623 0.533 0.458 0.393 0.338 0.291 0.251 0.217 0.163
6 8 4 2 9 1 6 7 9 9 6 1
1 0.844 0.714 0.605 0.513 0.436 0.371 0.316 0.270 0.231 0.197 0.145
7 4 2 0 4 3 4 6 3 1 8 6
1 0.836 0.700 0.587 0.493 0.415 0.350 0.295 0.250 0.212 0.179 0.130
8 0 2 4 6 5 3 9 2 0 9 0
1 0.827 0.686 0.570 0.474 0.395 0.330 0.276 0.231 0.194 0.163 0.116
9 7 4 3 6 7 5 5 7 5 5 1
2 0.819 0.673 0.553 0.456 0.376 0.311 0.258 0.214 0.178 0.148 0.103
0 5 0 7 4 9 8 4 5 4 6 7
LAMPIRAN : 2 PRESENT VALUE
OF AN ANNUITY OF 1 p =
1 1 
  (1 i ) n  / i
N 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00 10.00 12.00
% % %
1 0.990 0.980 0.985 0.970 0.961 0.952 0.943 0.934 0.925 0.917 0.892
1 4 2 9 5 4 4 6 9 4 9
2 1.970 1.941 1.955 1.913 1.886 1.859 1.833 1.808 1.783 1.759 1.690
4 6 9 5 1 4 4 0 3 1 1
3 2.941 2.883 2.912 2.828 2.775 2.723 2.673 2.624 2.577 2.531 2.401
0 9 2 6 1 2 0 3 1 3 8
4 3.902 3.807 3.854 3.717 3.629 3.546 3.465 3.387 3.312 3.239 3.037
0 7 4 1 9 0 1 2 1 7 3
5 4.853 4.713 4.782 4.579 4.451 4.329 4.212 4.100 3.992 3.889 3.604
4 5 6 7 8 5 4 2 7 7 8
6 5.795 5.601 5.697 5.417 5.242 5.075 4.917 4.766 4.622 4.485 4.111
5 4 2 2 1 7 3 5 9 9 4
7 6.728 6.472 6.598 6.230 6.002 5.786 5.582 5.389 5.206 5.033 4.563
2 0 2 3 1 4 4 3 4 0 8
8 7.651 7.325 7.485 7.019 6.732 6.463 6.209 5.971 5.746 5.534 4.967
7 5 9 7 7 2 8 3 6 8 6

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto


12
7

9 8.566 8.162 8.360 7.786 7.435 7.107 6.801 6.515 6.246 5.995 5.328
0 2 5 1 3 8 7 2 9 2 2
1 9.471 8.982 9.222 8.530 8.110 7.721 7.360 7.023 6.710 6.417 5.650
0 3 6 2 2 9 7 1 6 1 7 2
1 10.367 9.786 10.071 9.252 8.760 8.306 7.886 7.498 7.139 6.805 5.937
1 6 8 1 6 5 4 9 7 0 2 7
1 11.255 10.575 10.907 9.954 9.385 8.863 8.383 7.942 7.536 7.160 6.194
2 1 3 5 0 1 3 8 7 1 7 4
1 12.133 11.348 11.731 10.635 9.985 9.393 8.852 8.357 7.903 7.486 6.423
3 7 4 5 0 6 6 7 7 8 9 5
1 13.003 12.106 12.543 11.296 10.563 9.898 9.295 8.745 8.244 7.786 6.628
4 7 2 4 1 1 6 0 5 2 2 2
1 13.865 12.849 13.343 11.937 11.118 10.379 9.712 9.107 8.559 8.060 6.810
5 1 3 2 9 4 7 2 9 5 7 9
1 14.717 13.577 14.131 12.561 11.652 10.837 10.105 9.446 8.851 8.312 6.974
6 9 7 3 1 3 8 9 6 4 6 0
1 15.562 14.291 14.907 13.166 12.165 11.274 10.477 9.763 9.121 8.543 7.119
7 3 9 6 1 7 1 3 2 6 6 6
1 16.398 14.992 15.672 13.753 12.659 11.689 10.827 10.059 9.371 8.755 7.249
8 3 0 6 5 3 6 6 1 9 6 7
1 17.226 15.678 16.426 14.323 13.133 12.085 11.158 10.335 9.603 8.950 7.365
9 0 5 2 8 9 3 1 6 6 1 8
2 18.045 16.351 17.168 14.877 13.590 12.462 11.469 10.594 9.818 9.128 7.469
0 6 4 6 5 3 2 9 0 1 5 4

Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto

Anda mungkin juga menyukai