Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad 20 ditandai dengan perkembangan yang sangat menakjubkan


di bidang ilmu dan teknologi, termasuk disiplin ilmu dan teknologi
kedokteran serta kesehatan. Terobosan penting dalam bidang ilmu dan
teknologi ini memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam
diagnosis dan terapi

Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran telah dimulai pada


tahun 1901 oleh Henri Danlos yang menggunakan radium untuk
pengobatan penyakit tubercolusis pada kulit. Namun yang dianggap Bapak
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah George C. De Hevessy, dialah yang
meletakkan dasar prinsip perunut dengan menggunakan radioisotop alam
Pb-212. Dengan ditemukannya radioisotop buatan maka radioisotop alam
tidak lagi digunakan. Radioisotop buatan yang banyak dipakai pada masa
awal perkembangan kedokteran nuklir adalah I-131. Akan tetapi
pemakaiannya kini telah terdesak oleh Te-99m selain karena sifatnya yang
ideal dari segi proteksi radiasi dan pembentukan citra juga dapat diperoleh
dengan mudah serta relative murah harganya. Namun demikian I-131
masih sangat diperlukan untuk diagnostic dan terapi, khususnya kanker
kelenjar tiroid.

Secara profesi, fisika medis di Indonesia telah diakui menjadi


tenaga kesehatan dengan amandemen terhadap peraturan pemerintah
tentang tenaga kesehatan dengan peraturan menteri kesehatan dan
dilanjutkan dengan ditetapkan keputusan menteri pendayagunaan aparatur
negara dan badan kepegawaian negara. Selain itu, fisikawan medis dituntut
untuk berkreasi atau meneliti untuk dapat meneliti keakurasian sistem,
metode dan peralatan yang dipakai dalam menjaga keakuratan dosis
radiasi.

1
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini sebagai berikut
1. Memahami pengertian fisika kesehatan
2. Memahami penerapan fisika kesehatan
B. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah sebagai berikut
1. Untuk memahami pengertian fisika kesehatan
2. Untuk memahami penerapan fisika kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fisika Kesehatan

Ilmu fisika kesehatan adalah ilmu yang menggabungkan dua


bidang kajian yang sangat luas, yaitu : ilmu fisika dan ilmu kesehatan.
Fisika kesehatan mengacu pada dua bidang kajian utama, yaitu: Penerapan
pada tubuh manusia dan penerapannya untuk mengatasi penyakit yang
dialami oleh tubuh, penerapan pada kegiatan teknik pemeriksaan medis.
Penerapan ilmu fisika di dalam kesehatan alat-alat medis kebanyakan
menggunakan prinsip fisika, dan yang paling banyak digunakan dalam
konsep gelombang USG.

B. Penerapan Fisika Kesehatan


1. Tonometer

Tonometer adalah alat yang mengeksploitasi sifat fisik mata


untuk mendapatkan tekanan intra okular tanpa perlu mengkamulasi
mata. Sifat fisik kornea normal member batasan keakuratan tonometer
untuk mengukur tekanan intra okular, dan sejumlah usaha telah
dilakukan untuk mendesign tonometer yang dapat diaplikasikan juga
pada konjungtiva atau pada kelopak mata.
Tonometer berguna untuk mengukur tekan intra okuli. Tekanan
intra okuli tergantung dari kecepatan produksi aquos humor, tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata dan tekanan vena episklera.

3
Klasifikasi Tonometer
Tonometer secara umum diklasifikasikan menjadi 2 metode yaitu:
a. Metode langsung
Metode langsung : dengan menggunakan kanul di insersikan ke
dalam bilik mata depan, salah satu ujung yang lain dihubungkan
dengan alat manometrik untuk mengukur tekanan yang diberikan.
Walaupunmetode ini merupakan cara yang paling akurat tapi
sangat tidak mungkin oleh karena sangat diluar kelaziman.
b. Metode tidak langsung
Metode tidak langsung terbagi menjadi
 Metode kontak
Metode kontak terbagi menjadi 2 yaitu:
o Indentasi tonometer
o Applanasi tonometer
 Metode non kontak
Indentasi Tonometer

Secara prinsip sebagai alat pengukur jumlah indentsi


(deformasi menjadi pipih) pada kornea terhadap tekanan yang
diberikan. Contoh: tonometer schiotz.
Applanasi Tonometer
Secara prinsip diartikan sebagai alat pengukur besarnya
gaya yang dibutuhkan untuk memipihkan (mendatarkan) kornea.

Teknik – Teknik Tonometer

a. Tonometer Digital Palpasi

4
Merupakan pengukuran bola mata dengan jari
pemeriksa. Dengan menggunakan jari telunjuk kedua tangan.
Tekniknya :

 Menjelaskan apa saja yang kita lakukan pada saat


pemeriksaan
 Pasien disuruh menutup mata
 Pandangan kedua mata seakan-akan menghadap bawah
 Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
 Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian
kornea bergantian
 Sata telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk
lainnya menekan bola mata

b. Tonometer Schiotz

Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi atau


menekan permukaan kornea (bagian kornea yang dipipihkan)
dengan suatu beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya.

5
Tonometer terdiri dari bagian:
 Frame : skala, petunjuk, pemegang, tapak berbentuk
konkaf
 Pencelup
 Beban: 5,5 mg; 10 mg; 15 mg

Teknik :

 Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat


pemeriksaan
 Pasien diarahkan pada posisi duduk miring atau
terlentang dengan kepala dan mata berada pada posisi
vertical .
 Mata ditetesi anestesi lokal misalnya pantochain lebih
kurang satu atau dua tetes, ditunggu sampai pasien tidak
merasa pedas pada matanya.
 Tonometer harus dibersihkan terlebih dahulu
 Tonometer diberi pemberat 5,5 gr
 Tonometer diperiksa dengan batang penguji
 Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu
jari, jangan tertekan bola mata
 Pasien diarahkan untuk menatap vertical dapat dibantu
dengan alat ( misalnya sinar fiksasi yang berkedip-
kedip atau ibu jari pasien
 Alat tonometer direndahkan hingga hampir menyentuh
kornea, dinasehatkan agar beberapa detik untuk
membiarkan pasien untuk rileks, sambil pemeriksa
mengarahkan bila alat tonometer diletakkan nantinya
berada tepat diatas kornea serta skala harus pada posisi
menghadap pemeriksa

6
 Tonometer Schiotz harus dipastikan terletak pada
kornea kemudian pemeriksa membaca penunjuk pada
skala bacaan tometer
 Alat diangkat dari mata dan subjek dizinkan untuk
mengedipkan kelopak matanya
 Bila skala bacaan adalah 4 atau kurang, maka salah satu
pemberat pada pencelup harus ditambah untuk
mendapatkan keakuratan tonometri
 Kemudian pemeriksaan dilanjutkan pada mata yang
satunya lagi sesuai dengan prosedur mata yang terlebih
dahulu telah diperiksa
 Tonometer harus dibersihkan atau disterilkan bila
subjek yang diperiksa diduga mengidap penyakit
menular.
c. Tonometer Goldmann

Merupakan alat untuk mengukur tekanan berdasarkan


gaya ( jumlah tenaga yang diberikan ) dibagi luas penampang
( kornea ) yang ditekan.
Alat :
 Slit lamp dengan sinar biru
 Tonometer applanasi
 Fluorisen strip
 Obat tetes anestesi lokal

7
Teknik

 Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat


pemeriksaan
 Permukaan depan prisma dibersihakan dengan air dan
dikeringkan dengan tisu kering, bahan yang mungkin
meninggalkan residu tosik bagi retina harus dihindari
 Slit lamp digeser sesuai dengan posisi yang nyaman
bagi pemeriksa
 Penyaring biru dimasukkan ke dalam jalur sinar slit
lamp dan dibuka pada posisi yang paling lebar dan
harus cukup oblik dari sisi tepi iluminasi prisma
sehingga tidak menimbulkan refleksi yang mengganggu
 Obat anestesi local ditetes pada kornea, berguna untuk
keakuratan tonometri.
 Diberikan zat pendar untuk mengamati batas meniscus
kontak kornea dan tonometer, zat pendar harus segera
dibersihkan segera setelah tonometer
 Slit lamp diatur sehingga pasien juga merasa
nyaman.Pasien disuruh menatap lurus kedepan dan
menahan kedipan mata
 Slit lamp digeser sepanjang aksis optikus untuk
mencapai kornea, dengan menggeser joystick ke
belakang, keseluruhan alat bergerak kira-kira 2 mm
sampai 3 mm anterior ke arah kornea. Posisi awal harus
lebih rendah dari aksis visual sehingga memungkinkan

8
untuk menyelipkan di bawah bulu kelopak mata tanpa
menyentuhnya, bila perlu kelopak mata diangkat sedikit
lalu prisma diposisikan berada di tengah
 Pemeriksa mulai melihat dari biomikroskop, citra yang
direfleksikan dari ujung tonometer bisa jadi penuntun.
Citra yang tampak menyerupai busur berwarna ungu
pucat dan bergerak sebagaimana posisi disesuaikan.
Bila busur tampak simetris dalam dua pertengahan
biprisma, instrument dalam posisi benar.
 Joystick diarahkan kedepan dengan perlahan, tepat
permukaan kornea tersentuh, tampak dua busur
berwarna terang dan arkus akan saling bertemu.
 Bagi pemeriksa berpengalaman bila kornea keluar
sedikit dari garis pelurusan bisa disesuaikan tanpa harus
menarik kembali tonometer. Cakra tombol tonometer
harus disesuaikan sehingga tepi bagian dalam arkus
superior dan bagian dalam arkus inferior saling bertemu
dengan tepat
 Bila salah satu semilingkaran terganggu, prosedur
pemeriksaan harus diulang
 Bila semilingkaran saling tumpang tindih dan ukuran
tidak berubah saat tombol cakra diubah, maka
tonometer telah terlalu terdorong ke depan dan harus
ditarik
 Pasien harus dibiarkan mengedip sebelum prosedur
ulang dilakukan
 Dianjurkan pemeriksaan dilakukan pada kedua mata
 Bila tonometri telah selesai dilakukan prisma
dibersihkan dengan air dan diseka dengan tissue bersih
dan kering.

9
d. Tonometer Perkins

Merupakan tonometer applanasi yang hampir sama


dengan tonometer Goldmann hanya saja tonometer Perkins
dapat digunakan dalam berbagai posisi oleh karena bersifat
portable , keakuratannya dapat disamakan baik dalam posisi
vertical atau horizontal, tonometri dapat dilakukan pada bayi,
anak, dan di kamar operasi serta pada kornea yang mengalami
astigmatisma.Tekanan intra ocular dapat lebih akurat dari
pengukuran dengan menggunakan tonometer. Goldmann jika
saat pemeriksaan pasien mau menahan nafas, melonggarkan
dasi, cemas terhadap pemeriksaan dengan memakai slit lamp,
dan dapat digunakan di dalam kamar operasi.

Alat :

 Bersifat portable
 Pencahayaan pada prisma berasal dari baterai.
 Tekanan yang diberikan secara manual.

10
Tehnik :

 Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat


pemeriksaan
 Dianjurkan untuk memakai konsentrat zat pendar yang
lebih besar
 Dilakukan pada ruangan gelap dan tenaga baterai harus
baik sehingga illuminasi dapat adekuat
 Kelopak mata tidak boleh menyentuh tonometer pada saat
pemeriksaan
 Pemeriksa harus cermat terhadap kelebihan air mata
sehingga tidak menyamarkan ujung-ujung dari meniscus
yang akan menuntun pada kesalahan besar. Kewaspadaan
ini terutama memeriksa mata pada beberapa hari setelah
operasi.
e. Tonometer Daeger

Merupakan tonometer applanasi, hampir sama dengan


tonometer Goldmann dan Perkins. Perbedaannya pada bentuk
prisma yang digunakan serta tekanan yang diberikan berasal
dari motor elektrik. Bersifat portable. Membutuhkan latihan
untuk menggunakannya dan mempunyai tingkat kesulitan yang
sama dengan tonometer Goldmann.

f. Tonometer Mackay-Marg

Merupakan tonometer applanasi , dan cukup akurat


untuk pengukuran tekanan intra ocular pada mata yang
mengalami sikatrik, odema atau irregular kornea dan pada mata
yang memakai lensa kontak lunak.

11
Alat :

 Pencelup dengan diameter 1,5 mm yang sedikit menonjol


dari piringan dasar yang
 mengelilinginya. Ujung dari alat ini ditutupi film plastic
untuk mencegah penularan penyakit.
 Pergerakan dari pencelup dimonitor oleh transduser dan di
rekam pada kertas.

Tehnik :

 Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat


pemeriksaan
 Gerakkkan perlahan tonometer menuju mata, diaplikasikan
pada kornea dengan perlahan
 Indentasi kornea diperlukan untuk memastikan bahwa
posisi alat sudah tepat
 Ketidaksiapan pemeriksa atau pasien dan terlalu lambatnya
penarikkan dapat menyebabkan terjadi artefak
 Kesalahan yang paling sering terjadi adalah menggerakkan
ujung dan maju secara cepat ( pergerakkan cepat
menimbulkan gaya bermakna oleh karena tranduser yang
sensitive terhadap tekanan )

12
2. Pneumatonometer

Merupakan tonometer yang mempunyai kemampuan


sensitifitas seperti tonometer Mackay-Marg. Pengukuran tekanan intra
ocular dengan memberikan tekanan udara pada seluruh struktur kornea
yang digunakan untuk mendatarkan kornea. Berguna untuk kornea
yang irregular, sikatrik dan odema serta mata yang memakai soft
kontak lens. Dan pada kasus diatas hasil pengukuran tekanan intra
okuler lebih konsisten dan objectif. Dapat digunakan untuk mengukur
tekanan intra ocular secara berkesinambungan dan sebagai tonografi.

Alat :

 Pompa sumber tekanan udara sebagai pengaktif sensor


 Sensor untuk mengukur tekanan intra ocular yang diletakkan
pada mata
 Tranduser yang mengubah tekanan udara menjadi signal
elektrik
 Unit penguat dan pencatat signal serta pengubah tampilan
kedalam rekaman kertas atau dalam bentuk digital.

13
Tehnik :

 Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat


pemeriksaan
 Dapat dilakukan pada berbagai posisi
 Ujung tonometer diletakkan pada kornea dan alat akan
mengeluarkan bunyi bernada tinggi.
3. Tono-pen

Merupakan tonometer portable dengan sumber energi dari


baterai.
Tehnik :
 Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat
pemeriksaan
 Meletakkan ujung alat tegak lurus pada kornea sampai kornea
pipih
 Pengukuran diterima apabila terdengar bunyi klik, pengukuran
ini akan berulang-ulang sampai data dirasa cukup dan terdengar
tanda beep yang menyatakan data telah terkumpul

14
4. Tonometer non kontak

Secara prinsip sama dengan tonometer Goldman, tonometer


non kontak menggunakan semburan udara sebagai pengganti prisma
untuk meratakan kornea, sehingga tidak ada kontak langsung antara
mata dengan alat yang dapat mencegah penularan penyakit. Alat ini
juga mengeluarkan cahaya yang diarahkan ke kornea yang sudah
diratakan oleh semburan udara , cahaya ini kemudian direfleksikan
oleh kornea yang sudah rata ke photoreceptor yang mengaktifkan
penghentian semburan udara

Tehnik :
 Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat
pemeriksaan Mengatur ketinggian alat sehingga posisi pasien
tepat
 Pasien dilarang untuk berkedip dan menghindar apabila ada
hembusan udara mengenai matanya
 Dapat dioperasikan oleh personil non medis

15
5. Dynamic Contour Tonometry

Merupakan teknik pengukuran terbaru dengan penyesuaian


permukaan (contour matching) dan ujung tonometer yang diletakkan
dipermukaan kornea mempunyai tekanan yang konstan, ini yang
membedakannya dari tonometer aplanasi yang lain.
Alat :
 Ujung tonometer ( tip ) yang mempunyai kemampuan
penyesuaian bentuk terhadap kornea ( bentuk konkaf dengan
diameter 10,5 mm )
 Sensor tekan mini ditanamkan pada ujung tip
 Penghasil suara memastikan posisi tip tepat kontak pada kornea
 Pascal computer berguna untuk menetralkan efek yang
bervariasi pada tiap individu serta mengkalkulasikan perubahan
yang terjadi pada saat diberikan tekanan
 Layar tempat pembacaan hasil pengukuran dan kalkulasi
tekanan oleh computer pascal
Teknik :
 Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat
pemeriksaan
 Meletakkan ujung tip pada permukaan cornea
 Pada saat bagian kornea ditutupi oleh ujung tip, sensor
melakukan penghitungan tekanan sebanyak 100 x / i ,
penghitungan komplit selama 8 detik

16
 Pada saat pengukuran akan timbul suara sebagai acuan bahwa
posisi tip tepat pada kornea.
 Hasil pembacaan dapat dilihat pada layar

6. Transpalpebra Tonometer

Pengukuran dilakukan melalui kelopak mata sehingga tidak


terjadi kontak dengan kornea untuk mengurangi proses penularan
penyakit dan tidak membutuhkan anestesi topical. Pemakaian alat
dianjurkan untuk pasien yang harus melakukan pemeriksaan TIO rutin,
pada anak-anak atau pasien yang baru menjalani operasi kornea.
Keakuratan pengukuran tergantung posisi meletakkan alat

Kontra indikasi pemakaian alat ini ( bila dijumpai ) :


 Proses patologi pada palpebra
 Proses patologi pada sclera dan conjungtiva

Alat :

 Tip Operation button


 Rod Stop button
 Display Memakai tenaga baterai
 Cap Indicator suara

17
Tehnik :

 Menjelaskan apa yang akan dilakukan pada saat pemeriksaan


kepada pasien
 Mangatur posisi pasien dengan baik
 Buka penutup alat
 Aktifkan alat dengan menekan tombol “ operation “
 Posisi pasien kepala dalam keadaan horizontal
 Tarik kelopak mata atas dengan ujung jari tapi jangan sampai
terjadi tegangan pada kelopak mata dan tekanan pada bola mata
 Letakkan alat pada posisi, alat akan mengeluarkan suara
“Interrupted signal “ apabila posisi belum tepat pada awal
pengukuran ataupun pada saat pengukuran terjadi perubahan
posisi
 Apabila tepat ditandai dengan “the lack of the sound signal “
 Pengukuran dianggap selesai bila terdengar bunyi “ Single long
signal “
 Hasil pembacaan dapat dilihat pada layar
 Bersihkan alat dan kemudian tutup alat

18
7. Ultrasonograf (USG)

Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik


diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk
mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka
patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ.
Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan.

Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan oleh


dokter spesialis kandungan untuk memperkirakan usia kandungan dan
memperkirakan hari persalinan. Dalam dunia kedokteran secara luas,
alat USG (ultrasonografi) digunakan sebagai alat bantu untuk
melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang terbangun dari cairan.

JENIS PEMERIKSAAN USG

1. USG 2 Dimensi

Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan


melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan
janin dapat ditampilkan.

19
2. USG 3 Dimensi

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar


lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti
aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat
dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang
berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan
janinnya yang diputar).

3. USG 4 Dimensi

Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3


dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil
dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi,
gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih
jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.

4. USG Doppler

Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran


darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai
keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini
meliputi:

 Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).

 Tonus (gerak janin).

 Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).

 Doppler arteri umbilikalis.

 Reaktivitas denyut jantung janin.

20
8. Elektrokardiogram (EKG)

EKG merupakan rekaman aktivitas kelistrikan jantung yang


ditimbulkan oleh sistem ekskresi dan koaduktif khusus.
Elektrokardiogram (EKG) adalah tes sederhana untuk mengukur dan
merekam aktivitas listrik jantung. Tes ini menggunakan mesin
pendeteksi impuls listrik yang disebut elektrokardiograf.
Elektrokardiograf akan menerjemahkan impuls listrik menjadi grafik
yang ditampilkan pada layar pemantau.
EKG tidak menyakitkan karena tanpa pengaliran arus listrik
dan tanpa sayatan (noninvasif). Dokter akan menempelkan elektrode,
umumnya berjumlah 10 atau 12 buah, berbahan plastik dan berukuran
kecil, di dada, lengan, dan tungkai. Elektrode disambungkan dengan
kabel-kabel ke mesin elektrokardiograf. Aktivitas kelistrikan jantung
kemudian diukur dan dicetak oleh mesin EKG, serta diinterpretasi oleh
dokter sebagai penunjang diagnosis.

21
Elektrokardiogram (EKG) dapat digunakan untuk mendeteksi
kondisi-kondisi seperti:

 Serangan jantung.
 Penyakit jantung koroner.
 Gagguan elektrolit.
 Keracunan dan efek samping obat.
 Evaluasi efektivitas dari alat pacu jantung.
 Tidak ditemukan kontraindikasi pada elektrokardiogram,
kecuali pasien menolak dilakukan pemeriksaan.

BAB III

22
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa fisika kesehatan
masih sangat berkaitan dengan peralatan kesehatan dan perkembangan
teknologi, karena sebagian besar prinsip kerjanya menggunakan konsep
fisika yang diaplikasikan pada sebuah alat kesehatan yang berteknologi
terkini.

B. Saran
Dari kesimpulan di atas maka disarankan dapat menggunakan alat-alat
kesehatan dengan sebaik-baiknya, menggunakan alat-alat kesehatan dari
luar guna melengkapi peralatan Rumah Sakit yang ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

23
Lubis, Rodiah Rahmawaty.2009.Tonometer.Medan:01102019

Asriwati.2017.fisika kesehatan dalam keperawatan.jogja: deepublish:10102019

http://ardot44.blogspot.com/2013/05/sop-pemeriksaan-tonometri-schiotz.htnl?
m=1

24

Anda mungkin juga menyukai