Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
kepada guru mata pelajaran Manajemen Farmasi yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
Kami jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan
Tertanda
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PEMBAHASAN
a. Penerimaan
Prosedur penerimaan meliputi :
1) Petugas apotek/IFRS menerima barang dan menentukan
penanganan tindak lanjut produk yang diterima.
a) Produk yang dapat diterima diteruskan ke gudang disertai
satu tembusan/copy faktur atau surat penyerahan barang.
b) Produk yang ditolak dikembalikan kepada pengirim disertai
faktur dan/atau surat penyerahan barang dengan alasan
pengembalian.
2) Faktur dan/atau surat penyerahan barang disimpan oleh
petugas apotek/IFRS dan satu tembusan dikirim ke bagian
administrasi
3) Bagian administrasi mencatat pada kartu persediaan dan buku
pembelian menurut data pada faktur atau surat penyerahan
barang.
4) Faktur atau surat penyerahan barang diarsipkan berdasarkan
nomor urut dan tanggal penerimaan.
5) Faktur harus dilengkapi dengan kop, ditandatangani oleh
petugas apotek/IFRS yang berwenang dan distempel.
Syarat-syarat penerimaan :
1) Sesuai spesifikasi dalam surat pesanan
2) Sertifikat keaslian (Cool Certificate of Origin) adalah dokumen
yang dikeluarkan oleh produsen alat kesehatan yang
menyatakan keaslian suatu produk.
3) Lembar data pengamanan (MSDS/Material Safety Data Sheet)
adalah dokumen yang dikeluarkan oleh produsen yang memuat
keterangan penanganan suatu bahan dari bahaya terhadap
manusia dan lingkungan.
4) Kondisi kemasan
Kemasan harus dalam keadaan baik, sebab kemasan yang
rusak menjadi penyebab alat kesehatan tidak laku terjual.
5) Kondisi pengiriman
Pengiriman harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing
masing alat kesehatan. Misalnya tumpukan karton tidak boleh
melebihi yang ditentukan, tidak menyatukan dengan
perbekalan farmasi atau barang lain yang bisa menyebabkan
cemaran.
b. Penyimpanan
Alkes dapat disimpan di gudang, ruang racik dan etala IFRS. Alkes
yang yang dibeli dalam jumlah banyak disimpan di gudang.
apotek/IFRS. Alkes yang dibeli dalam jumlah banyak disimpan
digudang. Bila di ruang racik persediaan alkes habis, dilakukan
permintaan alkes ke gudang. Alkes yang di simpan di etalase
apotek/IFRS umumnya adalah alkes yang dapat dibeli tanpa resep
dokter dan alkes konsinyasi. Contoh alkes yang disimpan di etalase
adalah alat tes kehamilan, alat kontrasepi, sarung tangan, plester
dan kassa,
Alkes yang tidak dapat digunakan (rusak), disimpan secara terpisah
dari alkes lain, menunggu pemusnahan atau pengembalian kepada
distributor.
Kegiatan penyimpanan :
1) Stok baru yang diterima diatur, sehingga penyaluran produk
dapat dilakukan atas dasar prinsip pertama masuk pertama
keluar (FIFO=First in First Out) dan produk yang mendekati
kadaluarsa pertama keluar (FEFO= First Expired First Out).
Produk yang fast moving ditempatkan di bagian yang mudah
dicapai dan sebagainya.
2) Stok disimpan dalam jajaran yang rapi, ada jarak antara tiap
jajar yang memungkinkan adanya aliran udara. Kelompok tiap
jenis terpisah, disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah resiko tercampur dan tercemar serta memudahkan
pemeriksaan dan pemeliharaan.
3) Prosedur kerja baku penyimpanan harus tersedia dan
dilaksanakan yaitu:
a) Kepala gudang segera mencatat data produk yang diterima
pada kartu gudang dan kartu barang dengan mengacu pada
faktur atau surat penyerahan barang.
b) Faktur dan surat penyerahan barang diarsipkan berdasarkan
nomor urut dan tanggal penerimaan
4) Terdapat peralatan penyimpanan (cold room. freezer.
refrigerator, kulkas) harus selalu dilakukan kalibrasi secara
periodik serta dilakukan monitoring.
Tujuan penyimpanan antara lain:
1) Memelihara mutu alkes Penyimpanan yang baik akan
memperpanjang masa simpan dan tidak menyebabkan alat
kesehatan mudah rusak.
2) Menghindari kehilangan, Penyimpanan yang baik mencegah
kehilangan karena kelalaian manusia dan kehilangan yang
disebabkan kerusakan oleh binatang.
3) Menjaga kelangsungan persediaan Penyimpanan yang baik
dapat memperpanjang masa simpan dan tidak menyebabkan
alat kesehatan mudah rusak.
4) Memudahkan pencarian, Penyimpanan harus sesuai dengan
jenis dan sesuai abjad se hingga memudahkan pencarian dan
mempercepat pelayanan.
5) Memudahkan pengawasan Pengawasan alat kesehatan dapat
lebih mudah dilakukan bila tempat penyimpanan dibuat
dengan baik, sehingga pencatatan keluar masuk alat kesehatan
dapat dicatat dengan baik.
Kondisi penyimpanan:
1) Dalam gudang yang baik
2) Ada pencatatan/administrasi penyimpanan
3) Adanya pengawasan
4) Memiliki petugas gudang
c. Pendistribusian
Arus keluar masuknya alkes akan melalui jalur seperti :
1) Dari PBF alkes masuk ke gudang apotek/IFRS
2) Dari gudang masuk ruang racikan apotek/IFRS
3) Dari ruang racikan apotek/IFRS ke tangan pasien
Penyaluran alat kesehatan menurut Permenkes RI No.1191/
Menkes/Per/VIII/2010 hanya dapat dilakukan oleh PAK (Penyalur
Alat Kesehatan), Cabang PAK dan toko alat kesehatan. Selain
penyalur tersebut alat kesehatan tertentu dalam jumlah terbatas
dapat disalurkan oleh apotek dan pedagang eceran obat.
Penyaluran alat kesehatan dari gudang ke ruang racikan dilakukan
bila jumlah persediaan di ruang racik mendekati habis. Permintaan
alat kesehatan ke gudang dapat dilakukan secara periodik atau
sewaktu-waktu. Data permintaan dicatat di buku defekta, kemudian
di sampaikan ke bagian gudang.
Penyaluran dari ruang racik ke tangan pasien (penjualan) dapat
dilakukan dengan resep dokter dan tanpa resep dokter. Alkes yang
dapat dibeli tanpa resep dokter adalah alat kesehatan yang cara
pemakaiannya tidak memerlukan bantuan tenaga kesehatan.
d. Pencatatan
Pencatatan dilakukan untuk mengontrol persediaan dan mencegah
kehilangan. Setiap perbekalan farmasi termasuk alkes yang masuk
ke apotek/IFRS harus di catat datanya di komputer dan di kartu
stok sebagai data pemasukan. Bila apotek atau IFRS menggunakan
gudang, maka pada saat penerimaan barang faktur pembelian
dicatat di kartu stok gudang dan data komputer gudang yang
terintegrasi dengan apotek/IFRS. Pencatatan dilakukan sesuai
dengan keterangan yang tertera di faktur.
Permintaan alat kesehatan dari apotek/IFRS ke gudang
menghasilkan data pengeluaran gudang, sehingga saldo alat
kesehatan pada kartu stok dan data stok di komputer gudang
berkurang. Alat kesehatan yang diterima apotek/IFRS dicatat pada
kartu stok dan data komputer sesuai surat penyerahan barang yang
dibuat bagian gudang sebagai data pemasukan, yang menyebabkan
stok bertambah.
Penjualan alat kesehatan dengan atau tanpa resep dokter dicatat
sebagai data pengeluran atau pemakaian di kartu stok dan data
komputer. Penjualan menyebabkan stok alat kesehatan di
apotek/ifrs berkurang. Setiap alat kesehatan baik di gudang atau di
apotek/ifrs harus dilengkapi kartu stok dan diletakkan disebelah
alat kesehatan tersebut, sehingga mempermudah pencatatan.
B. Definisi dan macam-macam PKRT
1. Pengertian PKRT
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga atau yang disingkat PKRT
adalah alat, bahan atau campuran bahan untuk pemeliharaan dan
perawatan kesehatan untuk manusia, pengendali kutu hewan
peliharaan, rumah tangga dan tempat-tempat umum. PKRT yang
beredar di Indonesia digolongkan kedalam 3 kelas menurut tingkat
resiko yang diakibatkan bila terjadi kesalahan.
2. Macam- macam PKRT
Pembagian kelas PKRT menurut resiko pemakaian adalah sebagai
berikut :
a. Kelas I, Kelas I memiliki tingkat resiko yang rendah.
Penggunaannya tidak menimbulkan akibat yang berarti seperti
iritasi, korosif dan karsinogenik. Contoh PKRT yang termasuk
kelas ini adalah kapas dan tissue.
b. Kelas II, Kelas II memiliki tingkat resiko yang sedang.
Penggunaannya dapat menimbulkan akibat seperti iritasi, korosif
tapi tidak menimbulkan akibat serius seperti karsinogenik. Contoh
PKRT yang termasuk golongan ini adalah deterjen dan alkohol.
c. Kelas III, Kelas III memiliki tingkat resiko yang tinggi.
Penggunaannya dapat menimbulkan akibat serius seperti
karsinogenik. PKRT yang termasuk golongan ini umumnya
mengandung pestisida contohnya anti nyamuk bakar
PKRT terbagi menjadi 7 kategori dan beberapa sub kategori yaitu :
a. Tissue dan kapas
1) Kapas kecantikan
2) Facial tissue
3) Toilet tissue
4) Tissue basah
5) Tissue makan
6) Cotton bud
7) Paper towel
8) Tissue dan kapas lainnya.
b. Sediaan untuk mencuci
1) Sabun cuci
2) Deterjen
3) Pelembut cucian
4) Pemutih
5) Enzim pencuci
6) Pewangi pakaian
7) Sabun cuci deterjen
8) Sediaan untuk mencuci lainnya.
c. Pembersih
1) Pembersih peralatan dapur
2) Pembersih kaca
3) Pembersih lantai
4) Pembersih porselen
5) Pembersih kloset
6) Pembersih mebel
7) Pembersih karpet
8) Pembersih mobil
9) Pembersih sepatu, Penjernih air, Pembersih lainnya
d. Alat perawatan bayi
1) Dot dan sejenisnya
2) Popok bayi
3) Botol susu
4) Alat peralatan bayi lainnya
e. Antiseptika dan desinfektan
1) Antiseptika
2) Desinfektan
3) Antiseptik dan desinfektan lainnya
f. Pewangi
1) Pewangi ruangan
2) Pewangi telepon
3) Pewangi mobil
4) Pewangi kulkas
5) Pewangi lainnya
g. Pestisida rumah tangga.
1) Pengendali serangga
2) Pencegah serangga
3) Pengendali kutu rambut
4) Pengendali kutu binatang peliharaan (bukan ternak)
5) Pengendali tikus rumah
6) Pestisida rumah tangga lainnya
C. Kegiatan Pengelolaan PKRT
Proses pengelolaan PKRT hampir sama dengan pengelolaan alkes yaitu
tahap pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan pencatatan.
1. Pemilihan
Dari sekian banyak kategori PKRT, apotek/IFRS harus jeli memilih
PKRT mana yang harus disediakan. Pemilihan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga tersedia PKRT yang banyak dibutuhkan
konsumen, harga yang terjangkau dan mutu yang baik.
2. Perencanaan
Setiap PKRT yang akan dibeli harus ada proses perencanaan
sehingga didapatkan persediaan yang baik. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam proses perencanaan antara lain :
a) Kebutuhan
Perencanaan yang baik harus sesuai dengan kebutuhan apotek
atau IFRS. Perencanaan harus dilakukan secara berkala sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Misalnya 2 kali dalam
sebulan. Jadi perencanaan dilakukan untuk persediaan selama 2
minggu.
b) Persediaan atau stok sisa
Pada saat perencanaan harus melihat berapa jumlah persediaan
yang tersisa. Setiap periode tertentu dilakukan pengecekan
jumlah sisa persediaan secara menyeluruh, dari data tersebut
dapat dilakukan sebagai dasar perencanaan pengadaan. Selain
itu di apotek/IFRS terdapat buku defekta yang digunakan untuk
mencatat persediaan PKRT yang jumlahnya kurang dari buffer
stok.
c) Prioritas
4. Penerimaan
Syarat-syarat penerimaan
a. Sesuai spesifikasi dalam surat pesanan Penerimaan PKRT disertakan
faktur atau surat penyerahan dan sesuai dengan surat pesanan yang
dikirim.
b. Kondisi kemasan, Kemasan diterima dalam keadaan baik.
c. Beberapa PKRT harus dikirim dengan kondisi tertentu, contohnya
untuk PKRT yang mengandung pestisida dan bahan yang mudah
bereaksi dengan sediaan lain, maka harus dikemas tersendiri sewaktu
pengiriman agar tidak terjadi cemaran.
5. Penyimpanan
PKRT umumnya disimpan dietalase apotek/IFRS. Tujuannya agar
memudahkan konsumen melihat sediaan PKRT dan sebagai media
promosi. Tempat penyimpanan PKRT harus diletakkan di tempat khusus
dan tidak tercampur dengan perbekalan farmasi lain, sebab beberapa
sediaan PKRT mengeluarkan bau yang menyengat dan dapat terjadi
kontaminasi dengan sediaan lain. Contohnya obat nyamuk, pewangi dan
pembersih lantai..
Tujuan penyimpanan antara lain:
a. Memelihara mutu
Penyimpanan yang baik akan mempertahankan mutu, sehingga tidak
ada kemungkinan kerusakan mutu karena cemaran dari PKRT yang
lain.
b. Menghindari kehilangan
Penyimpanan yang baik dapat mengurangi resiko kehilangan yang
diakibatkan oleh kelalaian manusia atau karena dirusak oleh
binatang seperti tikus dan serangga.
c. Menjaga kelangsungan persediaan
Penyimpanan yang baik dapat membuat stok persediaan terjaga
dengan baik dan tidak terjadi kekosongan persediaan.
d. Memudahkan pencarian
Penyimpanan dapat disusun berdasarkan jenis sediaan, kegunaan dan
abjad sehingga mempermudah dan mempercepat pelayanan di
apotek/IFRS.
e. Memudahkan pengawasan
Pengawasan dapat dilakukan dengan mudah bila PKRT disimpan
sesuai dengan nomor 4.
6. Pendistribusian
Arus keluar masuknya PKRT akan melalui jalur seperti
a. Dari PBF masuk ke gudang apotek/IFRS
b. Dari gudang masuk ke etalase apotek/IFRS
c. Dari etalase apotek/IFRS ke tangan pasien
Penyaluran PKRT dari gudang ke etalase apotek/IFRS dilakukan bila
jumlah persediaan di etalase apotek/IFRS mendekati habis. Permintaan
PKRT ke gudang dapat dilakukan secara periodik atau sewaktu-waktu.
Data permintaan dicatat di buku defekta, kemudian di sampaikan ke
bagian gudang. Penyaluran dari etalase apotek IFRS ke tangan pasien
(penjualan) dapat dilakukan tanpa resep dokter atau dapat dijual bebas.
7. Pencatatan
Pencatatan dilakukan untuk mengontrol persediaan dan mencegah
kehilangan. Setiap perbekalan farmasi termasuk PKRT yang masuk ke
apotek/IFRS harus di catat datanya di komputer dan di kartu stok sebagai
data pemasukan. Bila apotek atau IFRS menggunakan gudang, maka pada
saat penerimaan barang faktur pembelian dicatat di kartu stok gudang dan
data komputer gudang yang terintegrasi dengan apotek/IFRS. Pencatatan
dilakukan sesual dengan keterangan yang tertera di faktur.
Permintaan PKRT dari etalase apotek/IFRS ke gudang menghasilkan data
pengeluaran gudang, sehingga saldo PKRT pada kartu stok dan data stok
di komputer gudang berkurang. PKRT yang diterima etalase apotek / IFRS
dicatat pada kartu stok dan data komputer sesuai surat penyerahan barang
yang dibuat bagian gudang sebagai data pemasukan, yang menyebabkan
stok bertambah.
Penjualan PKRT dilakukan tanpa resep dokter dan dicatat sebagai data
pengeluran atau pemakaian di kartu stok dan data komputer. Penjualan
menyebabkan stok PKRT di etalase apotek/ IFRS berkurang. Setiap PKRT
baik di gudang atau di etalase apotek/ IFRS harus dilengkapi kartu stok
dan diletakkan disebelah PKRT tersebut, sehingga mempermudah
pencatatan.
D. Sistem Penyimpanan FIFO
1. Pengertian Penyimpanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 tahun 2014
tentang Kefarmasian, Penyimpanan adalah suatu kegiatan
menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan
yang diterima pada tempat yang nilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu.
Menurut Amsyah, sistem penyimpanan adalah sistem yang
dipergunakan pada penyimpanan warkat agar kemudahan kerja
penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan warkat yang sudah
disipan dapat dilakukan dengan cepat bilamana sewaktu waktu
diperlukan.
Tujuan dari penyimpanan antara lain
a. Agar tidak cepat rusak
b. Agar tidak terjadi kehilangan
c. Agar tersusun rapih
2. Sistem FIFO
Sistem penyimpana FIFO adalah obat obatan, alat kesehatan dan
PKRT yang pertama kali masuk akan dikeluarkan terlebih dahulu.
a. Alat Kesehatan yang menggunakan sistem FIFO
1) Alat pembalut seperti Gaas/ Kain kasa dan Perban
2) Alat perawatan seperti Breast Pam, Tepelhoed, dan Windring
3) Male urinal, Female Urinal, Pus Basin
4) Catheters seperti Baloon Catheter, Stomach Tube
b. PKRT yang menggunakan sistem FIFO
1) Tissue dan kapas antara lain;
a) Kapas kecantikan
b) Facial Tissue
c) Toilet Tissue
d) Tissue Makan
e) Cotton Bud
f) Paper towel
g) Tisu Kering
c. Sediaan untuk mencuci antara lain;
1. Detergen
2. Pemutih Pakaian
3. Pewangi Pakaian, dll
d. Pembersih
1) Pembersih Lantai
2) Pembersih Kaca
3) Pembersih Toilet
e. Alat Perawatan Bayi
1) Popok
2) Dot
3) Botol Susu, dll.
PKRT Menurut pembagian resiko pemakaiannya, terbagi, menjadi 3
kelas, diantaranya
a. Kelas I, Memiliki resiko yang rendah
b. Kelas II, Memiliki tingkat resiko yang sedang
c. Kelas III, Memiliki tingkat resiko yang tinggi, penggunaanya yang
hanya digunakan untuk keindahan semata, dan dapat menimbulkan
akibat yang serius terhadap pemakainya, jadi penggunaannya harus
diawasi oleh tenaga ahli yang khusus.
https://news.detik.com/kolom/d-4695853/belajar-dari-kasus-kamal-muara?
hl=in_ID