Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN
KECAMATAN KENDAWANGAN
Jl. Pangeran Cakra – Telp. (0534) 70128
e-mail: puskendawangan@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN
NOMOR : 800 / /TU

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan mutu di UPTD Puskesmas


Kendawangan, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Farmasi
yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Farmasi di UPTD Puskesmas Kendawangan
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan kepala Puskesmas
UPTD Puskesmas Kendawangan sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Farmasi;
c. bahwa demi kelancaran pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas
Kendawangan, maka perlu ditetapkan persyaratan petugas yang berhak
menyediakan obat di UPTD Puskesmas Kendawangan;
d. bahwa dalam rangka pelayanan gawat darurat, dan tersedianya pelayanan
obat selama tujuh hari dalam seminggu dan 24 jam, perlu ditetapkan
pelayanan obat 24 jam;
e. bahwa untuk menjaga ketepatan dan menjaga mutu pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, maka perlu ditetapkan Persyaratan petugas yang
berhak memberi resep;
f. bahwa demi kelancaran pelayanan kefarmasian di UPTD Puskesmas
Kendawangan, bilamana tidak tersedia petugas yang berhak menyediakan
obat yang memenuhi persyaratan maka perlu ditetapkan pelatihan bagi
petugas yang diberi kewenangan untuk menyediakan obat;
g. bahwa demi kelancaran pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas Kendawangan, maka perlu mengatur tentang peresepan,
pemesanan, dan pengelolaan obat di UPTD Puskesmas Kendawangan
h. bahwa demi keamanan penggunaan obat bagi pasien dan pengendalian
penggunaan psikotropika dan narkotika, serta menghindari penggunaan
kesalahan dan penyalahgunaan psikotropika dan narkotika, maka perlu
diatur tentang peresepan psikotropika dan narkotika;
i. bahwa demi mencapai pengobatan yang rasional dan meningkatkan
kualitas hidup pasien, maka penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh
pasien/keluarganya perlu diatur;
j. bahwa dalam pelayanan kegawat daruratan dibutuhkan obat-obat
emergency, maka perlu penyediaan obat – obat emergensy di unit kerja,
k. bahwa dalam penyediaan dan penggunaan obat jika obat yang
kedaluwarsa/rusak perlu diatur dalam penanganan khusus;
l. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam poin a
dan b diatas, maka perlu ditetapkan dengan Keputusan kepala Puskesmas
UPTD Puskesmas Kendawangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan (Lembar Negara Republik Indonesia Nomor
298);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasiaan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2059/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013
tentang Pelaksanaan UU No 35 tahun 2009 Tentang Narkotika;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2015 Tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2017 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun
2019 tentang Puskesmas;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI UPTD PUSKESMAS
KENDAWANGAN.
Kesatu : Kebijakan Pelayanan Farmasi UPTD Puskesmas Kendawangan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Sejak ditetapkannya keputusan ini maka keputusan kepala UPTD puskesmas
kendawangan Nomor 052/Kapus/V/2017 tentang Penyediaan obat yang
menjamin ketersediaan obat UPTD Puskesmas kendawangan, tidak berlaku
lagi
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan/perubahan
sebagaimanamestiya.

Ditetapkan di   : Kendawangan


pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO
LAMPIRAN I KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR 800 / / TU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

PETUGAS YANG BERHAK MENYEDIAKAN OBAT


DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

A. Penanggung jawab pelayanan obat di UPTD Puskesmas Kendawangan :


1. Nama : Tri oktaviani,S.Farm,Apt
2. NIP : 19881011 201402 2 033
3. No STR :
4. No SIPA : 446/3944/YANKES-C
B. Uraian Tugas Penanggung Jawab Obat di UPTD Puskesmas Kendawangan :
1. Pengelolaan obat dan bahan habis pakai meliputi :
 Perencanaan kebutuhan
 Permintaan
 Penerimaan
 Penyimpanan
 Pendistribusian
 Pengendalian
 Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
 Pemantauan dan evaluasi pengelola
2. Pelayanan farmasi klinik :
 Pengkajian resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat
 Pelayanan informasi obat ( PIO )
C. Petugas yang berhak menyediakan obat di UPTD Puskesmas Kendawangan adalah Apoteker
yang menjadi penanggung jawabnya.
D. Dalam kondisi tertentu dimana petugas yang berhak menyediakan obat tidak ada, maka petugas
lain yang telah dilatih dan di tunjuk oleh Kepala Puskesmas dapat menyediakan obat kepada
pasien dengan pengawasan dan pembinaan dari Kepala Puskesmas dan atau Apoteker
penangungjawab di UPTD Puskesmas Kendawangan.

pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO
LAMPIRAN II KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR 800 / / TU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

PELATIHAN BAGI PETUGAS YANG DIBERI KEWENANGAN MENYEDIAKAN OBAT


TETAPI BELUM SESUAI PERSYARATAN DI PUSKESMAS MALEI

1. Pelatihan petugas yang diberi kewenangan menyediakan obat dilakukan secara internal dan external
di UPTD PUskesmas Kendawangan.
a. Pelatihan petugas internal puskesmas :
 Dilaksanakan secara on the job training di UPTD Puskesmas Kendawangan.
 Dilakukan oleh apoteker selaku penanggung jawab pelayanan farmasi UPTD Puskesmas
Kendawangan.
b. Pelatihan petugas external dilakukan oleh pihak lain di luar UPTD Puskesmas Kendawangan.
2. Setiap tenaga kefarmasian di puskesmas mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan.
3. Apoteker dan/atau Tenaga Teknis kefarmasian dan/atau petugas yang diberi kewenangan
menyediakan obat tetapi belum sesuai persyaratan harus memberi masukan kepada pimpinan
dalam menyusun program pengembangan.
4. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas,fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya.
5. Melakukan analisis kebutuhan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga
kefarmasian dan petugas yang diberi kewenangan menyediakan obat tetapi belum sesuai
persyaratan.
6. Tenaga kefarmasian dan petugas yang diberi kewenangan menyediakan obat tetapi belum sesuai
persyaratan difasilitas untuk mengikuti program yang diadakan oleh organisasi profesi dan
institusi pengembanagan pendidikan berkelanjutan terkait.
7. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan praktek magang dan penelitian
tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO
LAMPIRAN III KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR 800 / / TU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

PELAYANAN OBAT 24 JAM

Pelayanan obat 24 jam meliputi:


1. Penyiapan obat
a. Menulis obat yang dikeluarkan dari kamar obat pada resep.
b. Jika obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat alternatif/ pengganti kepada dokter atau
apoteker penanggung jawab.
c. Memberi etiket pada obat yang disiapkan.
d. Menuliskan nama obat, kegunaan, dosis dan cara penggunaan pada etiket.
2. Penyerahan
a. Sebelum obat diserahkan, lakukan pengecekan terhadap nama pasien, jenis obat, jumlah, dan
aturan pakai.
b. Memastikan penerima obat pasien atau keluarga pasien.
c. Menyerahkan obat disertai dengan informasi penggunaan obat
d. Memastikan pasien atau keluarga pasien paham.
3. Ikut menjaga dan memastikan keamanan obat di kamar obat.
4. Surat pendelegasian wewenang terhadap perawat dan bidan jaga.

pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO
URAIAN PENDELEGASIAN WEWENANG APOTEKER

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Tri Octaviani, S. Farm., Apt
SIPA : 446/3944/YANKES-C
Jabatan : Apoteker Puskesmas Kendawangan

Dengan ini memberikan pendelegasian wewenang kepada


Jabatan : Perawat dan bidan UPTD Puskesmas Kendawangan
Untuk melaksanakan : Pelayanan Kefarmasian
 UGD
 Puskesmas Induk
 Rawat Inap
 Puskesmas pembantu
 Puskesmas keliling
 POSKESDES
 Posyandu
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan tugas pendelegasian wewenang :
1. Mengacu pada SOP Pelayanan klinis yang berlaku di UPTD Puskesmas Kendawangan
2. Melaporkan hasil kegiatan secara tertulis pada pemberi tugas limpah.
Demikian surat pendelegasian wewenang apoteker ini dibuat untuk dipergunakan sebagimana
mestinya.

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Kendawangan Pemberi Pendelegasian Wewenang

SUROJO TRI OCTAVIANI, S. Farm., Apt


NIP.196411091992031007 NIP. 198810112014022003
LAMPIRAN IV KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR 800 / / TU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

PETUGAS YANG BERHAK MEMBERIKAN RESEP

1. Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada
apoteker untuk membuat dan menyerahkan obat kepada pasien.
2. Petugas yang berhak memberi resep di Puskesmas Kendawangan adalah DOKTER UMUM dan
DOKTER GIGI yang memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) di UPTD Puskesmas Kendawangan.
3. Dalam kondisi tertentu dimana petugas yang berhak memberi resep tidak ada, maka petugas
lain yang telah diberi pendelegasian wewenang oleh dokter dapat memberikan resep kepada
pasien dengan pengawasan dan pembinaan dari Kepala Puskesmas dan Dokter.

pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO
LAMPIRAN V KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR 800 / / TU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

A. PERESEPAN
a. Penulisan Resep
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter, dokter gigi,
dan praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola obat di UPTD Puskesmas Kendawangan
untuk menyediakan atau membuatkan obat dan menyerahkannya kepada pasien. Resep
merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter, penyedia obat dan pasien (pengguna
obat). Isi resep merupakan refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu, agar obat berhasil, resep
harus rasional.

Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu:


1. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya.
2. Tepat indikasi penyakit.
3. Tepat pemilihan obat.
4. Tepat dosis.
5. Tepat cara pemberian obat.
6. Tepat pasien.
Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah digunakan sebagai
bahasa ilmu kesehatan karena bahasa latin tidak mengalami perubahan (statis), sehingga resep
obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk pasien rawat jalan
dan rawat inap di UPTD Puskesmas Kendawangan harus tercantum:
1. Tanggal penulisan resep.
2. Nama pasien.
3. Umur pasien.
4. Alamat pasien.
5. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
6. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral.
7. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral pada kolom suntikan.
8. Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep.
9. Tanda seru dan paraf penulis resep untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum.
10. Kode pasien Umum dan Bpjs.
b. Penyiapan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
praktisi lain yang berizin harus memahami isi resep dan memperhatikan:
1. Nama obat
2. Jenis dan bentuk sediaan obat
3. Nama dan umur pasien
4. Dosis
5. Cara pemakaian dan aturan pemberian
6. Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas
7. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang dimaksud tidak
tersedia
8. Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari tempatnya
9. Pemasangan etiket / label obat pada kemasan obat
c. Penyerahan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter atau
praktisi lain yang berizin harus memperhatikan:
1. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep
2. Pemberian obat melalui loket
3. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien
4. Pemberian informasi tentang cara pemakaian, aturan pakai dan efek samping obat
kepada pasien atau keluarga pasien.
B. PEMESANAN OBAT
Sumber penyediaan obat di UPTD Puskesmas kendawangan berasal dari Gudang
Farmasi Kabupaten Ketapang (GFK). Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas
Kendawangan adalah obat – obat yang tercantum dalam Formularium Nasional yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di UPTD Puskesmas Kendawangan
diajukan oleh Kepala UPTD Puskesmas Kendawangan kepada Kepala Gudang Farmasi
Kabupaten Ketapang (GFK) dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari
sub unit ke pengelola obat dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di UPTD
Puskesmas Kendawangan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah Kecamatan
Kendawangan.
Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain:
1. Menentukan jenis permintaan obat
a. Permintaan Rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Gudang Farmasi
Kabupaten Ketapang (GFK) untuk UPTD Puskesmas Kendawangan.
b. Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila:
 kebutuhan meningkat
 terjadi kekosongan
 ada KLB atau Bencana
2. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain:
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.
b. Jumlah kunjungan resep.
c. Jadwal distribusi obat dari Gudang Farmasi Kabupaten Ketapang.
d. Sisa Stok.
3. Menghitung kebutuhan obat dengan cara:
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada
periode sebelumnya.

SO = SK + SWK + SWT + SP

Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan


menggunakan rumus:

Permintaan = 2 X Pemakaian Bulan lalu

Keterangan:

SO = Stok Optimum

SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan)

SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat

SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time)

SP = Stok Penyangga

SS = Sisa Stok

Stok Kerja Pemakaian rata – rata periode distribusi.

Waktu Kekosongan Lamanya kekosongan obat dihitung dalam hari.

Waktu Tunggu Dihitung mulai dari permintaan obat oleh UPTD Puskesmas
Kendawangan sampai dengan penerimaan obat di UPTD Puskesmas
Kendawangan.

Stok Penyangga Persediaan obat untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan


kunjungan, keterlambatan kedatangan obat. Besarnya ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara Puskesmas dan Gudang Farmasi UPTD
Puskesmas Kendawangan Kabupaten Ketapang.

Sisa Stok Sisa obat yang masih tersedia di UPTD Puskesmas Kendawangan pada
akhir periode distribusi.

Stok Optimum Stok ideal yang harus tersedia dalam waktu periode tertentu agar tidak
terjadi kekosongan.

C. PENGELOLAAN OBAT
Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin
tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat
penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan.
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan:
1. perencanaan dan permintaan,
2. penerimaan,
3. penyimpanan dan distribusi,
4. pencatatan dan pelaporan serta
5. supervisi dan evaluasi pengelolaan obat.

pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO

LAMPIRAN VI KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS


NOMOR 800 / / TU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

PERESEPAN OBAT PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA

Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter, dokter gigi dan
dokter spesialis kepada unit penunjang obat yang ada Apoteker dan mempunyai legalitas, dan
pemberian obat psikotropika dan tropika hanya dapat dilakukan apabila :
1. Peresepan obat psikotropika narkotika hanya boleh ditulis oleh dokter / dokter gigi /
dokter spesialis
2. Resep merupakan resep asli dan ditangani langsung oleh dokter pemeriksa/pemberi resep
3. Jika tidak ditandatangani resep bisa ditolak atau konfoirmasi ke dokter yang menulis
resep
4. Resep yang ditulis harus jelas, baik jenisnya, jumlahnya dan cara penggunaannya
5. Resep psikotropika diberi garis merah dibawah nama obat, dan obat narkotika diberi
garis biru dibawah nama resep obat dan ditandatangani sejajar garis merah atau biru
6. Dibelakang resep ditulis nama pasien dan alamat pasien yang lengkap
7. Resep yang berisi obat psikotropika narkotika disimpan dalam lemari obat , menjadi satu
dengan obat psikotropika, dalam keadaan terkunci

Obat narkotika menurut Undang-undang RI nomor 35 tahun 2009 ada 3 golongan


narkotika :
a. Golongan I :
hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan Misalnya: Opium, Heroin,
kokain dll yang tercantum dalam daftar narkotik golongan I
b. Golongan II : berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi Misalnya: Metadone, Morfin, Petidin dll yang tercantum
dalam daftar narkotik golongan II
c. Golongan III : narkotika yang berkhasiat pengobatan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan /atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan, yang masuk dalam
golongan ini adalah : Kodein , Garam-garam narkotika dalam golongan ini.
d. Golongan dan jenis prekursor
- Tabel I : efedrin, ergometrin, ergotamine, potassium permanganant,
pseudoefedrin dll yang ada di tabel I
- Tabel II : Acetone, ethil ether, piperidine, sulphuric acid dll yang ada di tabel II
e. Obat psikofarmaka menurut DOEN psikofarmaka 2002 penggolongan obat terdiri
dari:
 Antianxientas dan anti Insomnia
Diazepam
 Antidepresi dan anti mania
Amitriptiline Hcl
Litium Karbonat
 Antiobsesif kompulsif dan antipanik
Klomamin Hcl
 Antipsikosis
 Flufenazin dekanoat
 Haloperidol
 Klorpromazine Hcl
 Perfenazine Hcl
 Risperidon
 Sulpirid
 Trifluperazine
f. Daftar psikotropika golongan III ( UU RI no.5 tahun 1997 )
Pentobarbital, amobarbital dll yang tercantum dalam daftar psikotropik golongan III
g. Daftar psikotropik golongan IV ( UU RI no.5 tahun 1997 )
Alprazolan barbital, diazapam, clobazam

pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO
LAMPIRAN VII KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS
NOMOR 800 / / TU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

Ketentuan tentang penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarganya antara lain :
a. Obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga harus diketahui oleh dokter pemeriksa pasien.
b. Obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga telah mendapat persetujuan dari Apoteker
Penanggung Jawab UPTD Puskesmas Kendawangan.

pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO

LAMPIRAN VIII KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS


NOMOR 800 / / TU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI DI
UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

PENANGANAN OBAT KADARLUARSA / RUSAK

A. PENDAHULUAN
Expired Date adalah waktu yang tertera pada kemasan yang menunjukkan batas waktu
diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan. Umumnya masa kadaluarsa obat ditulis 2-3 tahun sejak obat dikemas. Untuk
masa kadaluarsa ini berhubungan dengan stabilitas obat dan masa simpan obat.
Obat yang sudah melewati masa kadalursa dapat membahayakan karena berkurangnya
stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efektoksik (racun). Hal ini dikarenakan kerja
obat sudah tidak optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun, sehingga obat yang masuk
kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun. Sebenarnya obat yang belum
kadaluarsa juga dapat menyebabkan efek buruk yang sama, hal ini disebabkan karena
penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat didalam obat tersebut rusak. Tanda-tanda
kerusakan zat tersebut biasanya disertai dengan perubahan bentuk, warna, bau, rasa atau
konsistensi. Maka dari itu harus diperhatikan juga cara penyimpanan obat yang baik.

Untuk memberikan perlindungan kepada pasien dari penggunaan sedian farmasi dan alat
kesehatan yang tidak tepat serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
kemanfaatannya, maka dilakukan penanganan terhadap obat yang sudah rusak atau kadaluwarsa
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B. TEMA
Penanganan obat rusak / kadaluwarsa.

C. TUJUAN
1. Untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sedian
farmasi dan alat kesehatan yang tidak tepat serta yang tidak memnuhi persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatannya.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

D. SASARAN
1. Puskesmas
2. Polindes/Poskesdes
3. Klinik Pasar
4. Posyandu
5. Pengobatan Lansia
E. BENTUK KEGIATAN
Penanganan obat rusak/kadaaluwarsa adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi kasus
2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan pada tempat terpisah dari
penyimpanan obatl ainnya
3. Membuat catatan nama, no. batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa obat yang rusak dan/atau
kadaluarsa
4. Melaporkan dan mengirim obat tersebut keinstalasi farmasi kabupaten/kota
5. Mendokumentasikan pencatatan tersebut

F. PENUTUP
Demikian program ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai penanganan obat
rusak/kadaluwarsa di UPTD Puskesmas Kendawangan.

pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO
LAMPIRAN IX KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR 800 / / TU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI DI
UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

PENYEDIAAN OBAT-OBAT EMERGENCY DI UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN

A. Agar terjamin penanganan pasien atau keadaan gawat darurat secara cepat, tepat dan
berkualitas maka diperlukan penatalaksanaan pasien gawat darurat.
B. Agar penyusunan kegawatdaruratan medis maka diperlukan penyediaan obat-obatan
emergensi langsung di setiap ruang pelayanan.
C. Penyediaan obat-obat emergensi di ruang pelayanan merupakan upaya untuk mencegah
kejadian yang tidak diinginkan di ruang kerja akibat terlambatnya pelayanan yang diberikan
kepada pasien yang membutuhkan pelayanan yang cepat.
Daftar obat-obat emergensi di ruang kerja :

1. Injeksi atropin sulfat


2. Injeksi efinefrin
3. Injeksi ranitidin
4. Injeksi deksametason
5. Injeksi Vit K
6. Tablet isosorbid dinitrat 5mg
7. Tablet miniaspi/asetosal 80mg
8. Tablet salbutamol 4mg
9. Tablet furosemide

pada tanggal    :
KEPALA UPTD PUSKESMAS KENDAWANGAN,

SUROJO

Anda mungkin juga menyukai