Anda di halaman 1dari 10

International Proceeding of :

Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

Terapi Bermain Dengan Cbpt (Cognitive Behavior Play Therapy) Dalam


Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak ADHD

Ella Kholilah1*, Yulia Solichatun1


1.
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
*E-mail: ellakholilah@gmail.com

Abstrak
ADHD merupakan gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia
7 tahun) dengan ciri utama ketidakmampuan memusatkan perhatian, impulsif, dan hiperaktif. Menurut
DSM IV-TR (2005) bahwa anak dengan gangguan ADHD mempunyai ciri-ciri sering gagal dalam
memberi perhatian terhadap suatu kegiatan dan kesulitan menjaga perhatian (konsentrasi) dalam
menerima tugas dan kegiatan bermain. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu penanganan khusus
untuk meningkatkan konsentrasi, menurunkan gejala hiperaktivitas dan impulsivitas pada anak ADHD.
Salah satu penangananya melalui terapi bermain dengan basis terapi bermain kognitif-perilaku (CBPT).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terapi bermain dengan CBPT dapat meningkatkan
pemusatan perhatian (konsentrasi) pada anak ADHD. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen, metode pengumpulan data menggunakan observasi.
Analisa data yang digunakan adalah analisa grafik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terapi bermain dapat meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD.

Kata kunci: ADHD, CBPT, Konsentrasi, Terapi Bermain

Mukadimah berhak memperoleh pendidikan khusus. Pada pasal


32 ayat (1) bahwa pendidikan khusus merupakan
Setiap orangtua selalu menginginkan anaknya pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
tumbuh dan berkembang secara sempurna. Anak kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
yang berprestasi, kooperatif, dan secara fisik tidak karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan
ada kekurangan, itulah dambaan setiap orangtua, atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
namun “Apa yang terjadi apabila sebaliknya?”, istimewa. Salah satu dari ABK adalah anak dengan
Orangtua seringkali bingung dan gelisah karena gangguan ADHD. ADHD Adalah gangguan pada
perilaku anaknya tidak seperti anak biasanya yaitu anak yang timbul pada masa perkembangan dini
anak yang mengalami berkebutuhan khusus atau (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama
yang disingkat dengan ABK. Anak Berkebutuhan ketidakmampuan memusatkan perhatian, impulsif,
Khusus (ABK) diartikan sebagai anak dengan dan hiperaktif. ADHD merupakan salah satu contoh
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak dari ABK yang berhak memperoleh pendidikan
pada umumnya yang selalu menunjukkan khusus. Ciri-ciri anak ADHD harus diminimalisir
ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik namun agar mudah untuk menangkap informasi dan
mereka tetap harus mendapatkan pendidikan. memperoleh pendidikan. Salah satunya yaitu anak-
anak ADHD di SLB Lab Autis UNM. Mereka perlu
Ungkapan senada juga ditegaskan dalam diberikan penanganan agar mampu memusatkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang perhatian, perilaku impulsif dan hiperaktif dapat
Sistem Pendidikan Nasional terutama pasal 5 ayat diminimalisir.
(2) bahwa warga negara yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial

41
International Proceeding of :
Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

Menurut DSM IV T-R, terdapat 3 karakteristik dapat mengungkapkan suatu bahasa yang paling
utama gangguan ADHD, yakni Inattention universal bagi anak sehingga melalui bermain anak
(kesulitan memusatkan perhatian) dimanifestasikan dapat mengekspresikan apapun yang diinginkannya
dalam bidang akademik, mengerjakan tugas atau (dalam Hatiningsih, 2013: 327).
berbagai situasi sosial, dengan gejala seperti gagal
memusatkan perhatian pada hal-hal yang kecil, dan Terapi bermain ini digunakan sebagai cara untuk
sering melakukan kekeliruan pada pekerjaan membantu anak ADHD dalam mengkomunikasikan
sekolah. Impulsivitas (kesulitan menahan ide dan perasaannya mereka ketika penalaran
keinginan) seperti tidak sabar, kesulitan saat harus abstrak dan kemampuan verbal yang dibutuhkan
menunggu, kesulitan pada saat harus menunda untuk mengartikulasi perasaan, pikiran, dan
respon, dan seringkali menyela atau menginterupsi perilaku mereka belum berkembang secara optimal
serta hiperaktivitas (kesulitan mengendalikan (Hall, Kaduson, & Schaefer, 2002: 515). Terapi
gerakan) seperti kegelisah, gerakan-gerakan saat bermain, CBPT (Cognitive Behavior Play Therapy),
duduk, tidak duduk kembali saat mengerjakan dan CCPT (Client Centered Play Therapy)
sesuatu, berlari, naik-naik dalam situasi yang tidak digunakan untuk anak-anak ADHD. Studi
tepat, dan suka berpindah-pindah tempat. menemukan bahwa terapi bermain dan terapi
bermain kognitif-perilaku (CBPT) efektif untuk
Prevalensi kejadian ADHD di Indonesia belum meningkatkan perhatian anak-anak ADHD,
ada data nasional yang pasti karena belum banyak impulsif, dan pengendalian diri (Choi, 2012).
penelitian yang dilakukan. Menurut Judarwanto
(2009) kejadian gangguan ADHD ini adalah sekitar Terapi bermain adalah permainan yang
3 – 10%, di Amerika Serikat, sekitar 3-7% merupakan pintu masuk ke dalam dunia anak-anak.
sedangkan di negara Jerman, Kanada dan Selandia Anak-anak dapat mengekspresikan kreativitasnya
Baru sekitar 5-10%. Diagnosis and Statistic Manual melalui bermain. Dan Haim G. Ginott menciptakan
(DSM IV) menyebutkan prevalensi kejadian ADHD istilah, “Mainan adalah kata-kata anak dan bermain
pada anak usia sekolah berkisar antara 3 hingga 5 adalah bahasa anak” (Homeyer dan Morrison 2008:
persen. Marlina (2007:20) menyatakan bahwa di 212).
Indonesia sampai saat ini belum ada dilakukan
survei tentang ADHD, kalaupun ada hanya pada Beranjak dari permasalahan di atas, peneliti
daerah-daerah tertentu dan belum terintegrasi. tertarik ingin mengetahui apakah ada peningkatan
Suhartini (2002) misalnya dari hasil surveinya pada fokus (konsentrasi) anak ADHD dari penerapan
anak TK se Kotamadya Yogyakarta dari 3233 anak terapi bermain melalui permainan-permainan
TK ditemukan 1,76% anak dikategorikan menarik. Setelah melakukan wawancara bersama
mengalami ADHD (dalam Anjani, 2013: 126). salah satu guru di SLB Lab Autis UNM mengatakan
bahwa terapi bermain merupakan terapi yang
Fenomena yang telah dijelaskan di atas kita menarik namun khusus untuk anak ADHD sendiri
mengetahui bahwa di Indonesia banyaknya anak merupakan inovasi baru untuk dapat dipelajari.
ADHD yang belum masuk dalam data nasional,
namun kasus ADHD untuk anak pra-sekolah dan ADHD adalah istilah popular, kependekan dari
sekolah masih banyak terjadi. Hal ini memotivasi attention deficit hyperactivity disorder; (Attention=
peneliti untuk melakukan penelitian dalam perhatian, Deficit= berkurang, Hyperactivity
mengakaji kasus anak ADHD dan penanganannya. =hiperaktif, dan Disorder= gangguan). Dalam
Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu penanganan bahasa Indonesia ADHD adalah gangguan
khusus untuk meningkatkan konsentrasi, pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Secara
menurunkan gejala hiperaktivitas dan impulsivitas umum ADHD adalah memperlihatkan kondisi
pada anak ADHD berupa sebuah terapi. anak-anak dengan ciri-ciri dan gejala kurangnya
pemusatan perhatian, perilaku hiperaktif, dan
Menurut Hall, Kaduson dan Schaefer (2002) perilaku impulsif yang dapat menyebabkan
salah satu terapi lain untuk ADHD adalah terapi sebagian besar ketidakseimbangan aktivitas hidup
bermain. Menurut anak-anak bermain adalah dunia mereka (Baihaqi & Sugiarmin, 2006:2).
mereka dan bermain merupakan kegiatan yang

42
International Proceeding of :
Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

Senada dengan yang dikatakan oleh Patternotte Anak-anak dengan tipe ADHD menunjukkan
dan Buitelaar, (2010:2) ADHD adalah singkatan ketidakmampuan memberikan atensi memiliki
dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, atau beberapa simtom. Pertama, perhatian mereka
dalam bahasa Indonesia disebut dengan Gangguan mudah teralihkan oleh pemandangan bunyi yang
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). tidak relevan. Kedua, mereka sering gagal
ADHD adalah suatu gangguan neuro-biologis di memberikan atensi kepada hal-hal detail. Ketiga,
dalam otak yang dapat secara parah mengancam mereka cenderung bertindak ceroboh dalam tugas-
tumbuh kembang seorang anak. Anak ADHD tugas mereka. Keempat, mereka sering gagal untuk
seringkali tidak dapat dikendalikan, tidak tenang, membacakan instruksi sepenuhnya atau dengan
dan tidak dapat berkonsentrasi. Karena itu, dia hati-hati. Kelima, mereka mudah melupakan atau
kemudian mengalami kesulitan, baik di rumah mengabaikan hal-hal yang mereka butuhkan untuk
maupun di sekolah. Perilakunya yang kacau itu menyelesaikan tugas seperti pensil dan buku.
justru mengundang kejengkelan bagi orang-orang Akhirnya, keenam, mereka cenderung melompat
disekitarnya. Akibatnya adalah ia kesulitan dari satu tugas ke tugas lain padahal tugas itu belum
mendapatkan teman. Kondisi ini dapat selesai (Sternberg, 2008:97).
membawanya pada masalah-masalah emosional,
agresif atau sebaliknya perilaku menarik diri dan Berdasarkan penjelasan di atas dapat
depresi (Paternotte & Buitelaar. 2010). disimpulkan bahwa perlunya penanganan berupa
sebuat terapi. Salah satunya yaitu dengan terapi
Kriteria ADHD berdasarkan Diagnostic Statistic bermain dengan terapi bermain kognitif-perilaku
Manual DSM IV (dalam Baihaqi dan Sugiarmin, (CBPT). Terapi bermain kognitif-perilaku
2006: 8) Karakteristik ADHD secara internasional didasarkan pada teori kognitif gangguan emosional
menjelaskan dalam buku rujukan diagnosis psikiatri dan prinsip terapi kognitif dan menyesuaikan hal-
DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental hal ini dalam cara yang sesuai. Knell (1993a, 1993b,
Health Disorder), yaitu apabila seseorang anak 1994, 1997, 1998) berpendapat bahwa Cognitive
menampilkan beberapa gejala dari gangguan Therapy (CT) dapat dimodifikasi untuk penggunaan
perhatian dan konsentrasi, impulsivitas dan dengan anak-anak jika disajikan dengan cara yang
hiperaktivitas. Gejala-gejala ini haruslah sudah sangat mudah diakses untuk anak. (Schaefer, 2011:
tampak sejak amat dini sekali (sebelum usia 7 314). Prinsip Terapi Bermain Kognitif-Perilaku
tahun). (CBPT) didasarkan pada model kognitif gangguan
emosional dan bersifat singkat, terbatas waktu,
Salah satu ciri-ciri ADHD yaitu kurang terstruktur, direktif, berorientasi, dan
pemusatan perhatian yang berkaitan dengan atensi psikoedukasional. Hubungan terapeutik yang aman
dan kesadaran. Atensi adalah cara-cara kita secara adalah kondisi yang diperlukan untuk CBPT yang
aktif memproses sejumlah informasi yang terbatas efektif (Schaefer, 2011: 316).
dari sejumlah besar informasi yang disediakan oleh
indra, memori yang tersimpan, dan oleh proses- Metode dalam Terapi Bermian Kognitif-
proses kognitif kita yang lain. Atensi menjadi cukup Perilaku (CBPT) yaitu sebagian besar intervensi
baik proses-proses sadar maupun bawah sadar. behavioral kognitif dengan anak-anak meliputi
Proses-proses sadar realtif mudah untuk dipelajari beberapa bentuk peragaan. Ini benar khususnya
di banyak kasusnya. (Sternberg, 2006:58). untuk CBPT, dimana peragaan adalah komponen
Kesadaran yaitu mencakup perasaan tentang apa penting. Peragaan adalah cara yang efisien dan
yang disadari maupun isinya, yang darinya bisa kita efektif untuk belajar, dan juga memperoleh,
gunakan untuk memfokuskan atensi. Oleh karena memperkuat, atau memperlemah perilaku (Bandura,
itulah, atensi dan kesadaran membentuk dua sistem 1977). Peragaan yang didesain untuk meningkatkan
yang tumpang tindih. Kesimpulannya, atensi dan skill seringkali melibatkan model adaptasi. Model
kesadaran diperlukan untuk memproses sejumlah adaptasi menampilkan skill-skill yang kurang ideal
informasi yang didapat dengan fokus (sadar) atau dan kemudian perlahan menjadi lebih mahir.
konsentrasi. Kemanjuran peragaan meningkat dengan
penggunaan model-model adaptasi (Bandura &
Menlove, 1968; Meichenbaum, 1971 dalam

43
International Proceeding of :
Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

Schaefer, 2011: 317). Lebih jarang digunakan Ada beberapa penangan untuk
dalam CBPT, namun masih merupakan metode meningkatkan konsentrasi anak ADHD seperti
intervensi penting, adalah role-play, dimana anak terapi bermain dan CBPT (Cognitive-Behavioural
mempraktekkan skill-skill dengan ahli terapi dan Play Therapy) terapi ini termasuk dalam terapi
menerima umpan balik terus-menerus. Role-play bermain yang melibatkan aspek kognitif dan
biasanya lebih efektif untuk anak-anak usia sekolah, perilaku. Salah satu tujuan dalam terapi ini yaitu
meskipun bisa saja menghadirkan role-play melalui “Quieting down of the hyperactive organization
teknik peragaan. Dalam cara ini, peraga benar-benar (Rachman, 1986)” dimana dalam tujuan CBPT
bermain role-play, dan si anak mengamati dan yaitu menenangkan/meredakan organisasi
belajar dari melihat peraga mempraktekkan skill hiperaktif anak. (Braverman and O’Cornoor 2009:
tertentu (Schaefer, 2011: 317-318). 206).

1) Intervensi behavioral (perilaku) dalam CBPT Berdasarkan dari penjelasan di atas diambil
hipotesis dalam penelitian ini yaitu terapi bermain
Sebuah jenis teknik yang didasarkan pada tiga melalui terapi bermain kognitif perilaku (CBPT)
model terapi perilaku (pengkondisian klasik, dapat meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD.
pengkondisian operan, pembelajaran sosial) dapat
digabungkan ke dalam terapi permainan. Teknik- Metode
teknik dari pengkondisian klasik (misal,
desensitisasi sistematis) dan operan (misal, Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuasi
manajemen kontigensi, pembentukan, penguatan eksperimen. Kuasi eksperimen yang dilakukan
diferensial perilaku lain [DRO]) biasanya dalam penelitian ini menyangkut subjek individu,
digunakan untuk membantu anak memasukkan jadi penelitian ini termasuk dalam kuasi eksperimen
perilaku yang lebih adaptif. Teknik-teknik dari teori tunggal. Menurut Latipun (2002:99) desain kuasi
pembelajaran sosial (misal, peragaan) digunakan ekperimen ini termasuk dalam kategori penelitian
secara ekstensif dalam CBPT, memanfaatkan single-case experimental design yaitu merupakan
pembelajaran observasional sebagai alat untuk sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek
mempelajari perilaku baru (Schaefer, 2011 : 319). suatu perlakukan (intervensi) dengan kasus tunggal
(Kazdin, 1992). Kasus tunggal dapat berupa
2) Intervensi kognitif dalam CBPT beberapa subjek dalam satu kelompok atau subjek
yang diteliti adalah tunggal (N=1). Sedangkan
Metode-metode behavioral dalam CBPT dalam rancangan penelitian dalam penelitian ini
biasanya melibatkan perubahan aktifitas, sedangkan menggunakan A-B yang melibatkan fase baseline
metode-metode kognitif berurusan dengan (A) dan fase perlakuan (B).
perubahan pemikiran. Karena pikiran-pikiran
maladaptif diduga mengakibatkan perilaku Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel
maladaptif, perubahan pikiran harus menghasilkan bebas terapi bermain yang diberikan oleh terapis
perubahan perilaku. Ahli terapi membantu anak dengan pendekatan terapi bermian kognitif-perilaku
menemukan, memodifikasi, dan/atau membentuk (CBPT) dan variabel terikat yaitu peningkatan
kognisi. Melalui cara ini, anak-anak belajar untuk konsentrasi pada anak dengan gangguan ADHD,
mengidentifikasi pikiran-pikiran maladaptif dan yang ditandai dengan perilaku (a) dapat
menggantinya dengan pikiran-pikiran yang adaptif memperhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang
(Schaefer, 2011 : 320). detail atau tidak membuat kesalahan yang sembrono
dalam kegiatan sekolah dan kegiatan lainnya, (b)
Metode perilaku dalam CBPT biasanya tidak mengalami kesulitan dalam memusatkan
melibatkan perubahan dalam aktivitas, sedangkan tugas-tugas kegiatan bermain, (c) mengikuti baik-
metode kognitif menghadapi perubahan dalam baik instruksi dan bisa menyelesaikan suatu
berpikir karena pikiran maladaptif yang diduga pekerjaan, (d) mendengarkan jika diajak bicara
menyebabkan perilaku maladaptif. Perubahan secara langsung, (e) tidak terganggu oleh
dalam berpikir harus menghasilkan perubahan rangsangan dari luar, (f) bisa menyelesaikan kegitan
perilaku. (Knell dalam Schaefer : 2015: 315). dengan baik.

44
International Proceeding of :
Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

Definisi operasional yaitu ADHD menjelaskan Analisis data dalam penelitian ini adalah deskripsi
kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom- gambaran yang diperoleh dari analisa grafik dan
simtom (ciri dan gejala) kurang konsentrasi, proses observasi rating scale berdasarkan
hiperaktif dan impulsif yang dapat dideteksi sejak pengukuran perilaku. Proses analisa data pada
dini dan dapat menyebabkan kekacauan sebagian penelitian subjek tunggal banyak mempresentasikan
besar aktivitas kegiatan mereka. Adapun terapi data ke dalam grafik garis. Grafik memegang peran
bermain adalah proses terapeutik dilakukan dalam penting dalam proses analisis pada penelitian ini.
kegiatan bermain agar mudah melihat suatu
permasalahan melalui ekspresi alami seorang anak Hasil
yang tidak bisa diungkapkannya dalam bahasa
verbal, dirancang untuk mengetahui permasalahan Data ini dihasilkan dari hasil pelaksanaan penelitian
anak dan bagaimana mengatasinya. Adapun dalam sebanyak 10 sesi yang dibagi menjadi 2 sesi yaitu 5
penelitian ini menggunakan Terapi Bermain sesi pada baseline (1 hari 1 sesi dengan durasi waktu
Kognitif-Perilaku (Cognitive-Behavioral Play 45 menit untuk 1 subjek) dan 5 sesi pada intervensi
Therapy) dengan menggunakan beberapa (1 hari 1 sesi dengan durasi waktu 20-30 menit
permainan menarik. untuk 1 subjek). terapi bermain hari pertama yaitu
Simons Says, hari kedua yaitu The Feeling Word
Populasi yang digunakan adalah jumlah anak Game, hari ketiga yaitu Jenga, hari keempat yaitu
ADHD yang ada di SLB Lab Autis UNM. Teknik Simons Says dan hari kelima yaitu Jenga.
pengumpulan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Tabel 3. Deskripsi subjek penelitian
Pengambilan teknik purposive sampling ini Nama Jenis Umur Pendidikan Kelas
dilakukan dengan melakukan pemilihan sampel kelamin
sesuai dengan yang dikehendaki (Latipun, 2011: D L 11 SLB Lab Autis IV
30). Subjek dalam penelitian ini adalah anak yang UNM
mengalami ganggan ADHD sebanyak 2 orang. A L 10 SLB Lab Autis I
UNM
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan menggunakan observasi tingkah laku
kurangnya pemusatan perhatian/sulit
berkonsentrasi. Pengumpulan data dilakukan saat
observasi dan saat dilakukannya terapi dengan cara
Perilaku Konsentrasi

100
mengamati perilaku pemusatan 80
perhatian/berkonsentrasi. 60
baseline
40 Intervensi
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini
20
adalah lembar evaluasi dan observasi rating-scale
0
pada perilaku pemusatan perhatian/ berkosentrasi
pada anak ADHD yang terdiri dari 6 indikator dan 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sesi
item, modul Terapi Bermain dan ruangan yang Gambar 1. Analisis visual baseline dan intervensi pada
digunakan untuk proses terapi. subjek D

Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian


dengan menentukan kriteria stabilitas terlebih
dahulu dengan kriteria stabilitas 15 %, kemudian Perilaku subjek pertama (Subjek D) setelah
ditentukan presentase stabilitas. Apabila presentase dimasukkan dalam grafik visual baseline dan
stabilitas sebesar 85 % - 90% dikatakan stabil, intervensi bahwasannya perilaku konsentrasi
sedangkan di bawah itu dikatakan tidak stabil mengalami peningkatan, sesi 1 observasi subjek
(variabel) (Suananto, Takeuchi, &Nakata, 2005:94). memiliki frekuensi perilaku berkonsentrasi
sebanyak 37, pada sesi 2 perilaku konsentrasi subjek
mengalami kenaikan sebanyak 45, pada sesi 3

45
International Proceeding of :
Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

frekuensi perilaku konsentrasi subjek mengalami peningkatan dalam perilaku pemusatan perhatian
penurunan menjadi 43, pada sesi 4 dan 5 (konsentrasi).
mengalami kenaikan menjadi 45. Perilaku
konsentrasi subjek stabil berada direntang 40-50 Adapun permainan tersebut digunakan dengan
pada sesi 2 sampai sesi 5. Sesi keenam atau sesi terapi bermain kognitif perilaku (CBPT) sebagai
pertama pada intervensi mengalami peningkatan
berikut:
yaitu 59 dan begitu pula pada sesi berikutnya
mengalami peningkatan frekuensi perilaku 1. Simons Says
konsentrasi subjek yaitu 69, 78, dan 87. Namun,
pada sesi terakhir subjek mengalami penurunan Permainan itu mengharuskan anak untuk mengikuti
frekuensi perilaku konsentrasi menjadi 85. aturan yang diberikan oleh pemimpin sehingga
anak belajar untuk mengontrol impuls dengan
100 menunggu instruksi yang diberikan, mematuhinya,
Perilaku Konsentrasi

80 dan akan ada saatnya mereka yang menjadi


60 pemimpin dalam permainan. Tujuan dari
Baseline
40 Intervensi permainan ini adalah agar anak dapat mengontrol
20 perilaku impuls dan fokus untuk jangka waktu
0 tertentu. Manfaat permainan ini dapat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 meningkatkan kontrol diri pada anak-anak ADHD,
Sesi
meminimalisir perilaku impulsif yang sering
Gambar 2. Analisis visual baseline dan intervensi
pada subjek A terjadi, menahan gangguan serta fokus pada jangka
waktu tertentu.
Permainan yang terdiri dari dua orang/lebih. Salah
Perilaku subjek kedua (subjek A) setelah satu pemain berperan sebagai Simon yang akan
dimasukkan dalam grafik visual baseline dan
memberikan instruksi. Pemain lain akan
intervensi bahwasannya perilaku konsentrasi
mengalami peningkatan, sesi 1 observasi subjek mengerjakan instruksi yang diberikan Simon.
memiliki frekuensi perilaku berkonsentrasi Contoh : “Simon says… Maju ke depan dua
sebanyak 35, sesi ke 2 perilaku konsentrasi langkah dan ke kanan satu langkah”; “Simon
sebanyak 44 kali yaitu mengalami peningkatan, sesi says… Jalan sambil jongkok!”. Namun, jika leader
ke-3 perilaku konsentrasi sebanyak 33 kali
mengalami penurunan, dan mengalami peningkatan memberikan instruksi tanpa berkata “Simon
pada sesi-sesi selanjutnya yaitu sebanyak 34 dan 38 says…” maka pemain lainnya tidak boleh
kali. Sesi keenam atau sesi pertama pada intervensi mengikuti instruksi. Pemain dapat bertukar peran
menunjukkan perilaku konsentrasi sebanyak 61 sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
kali, pada sesi ke 7 juga mengalami peningkatan
frekuensi perilaku konsentrasi sebanyak 71 kali, Permainan ini menggunakan metode CBPT berupa
namun pada sesi kedelapan mengalami penuruan Peragaan dengan dasar modeling dan penguatan
frekuensi perilaku sebanyak 69, begitu selanjutnya positif (reinforcement).
mengalami peningkatan sesi kesembilan dan
kesepuluh sebanyak 71 dan 81. Adapun peragaan dengan dasar modeling dalam
permainan Simons Says, yaitu subjek diberikan
Intervensi yang diberikan berupa terapi bermain
contoh oleh terapis bagaimana cara memainkan
berbasis CBPT tersebut mempunyai hasil positif.
Hal ini terlihat pada grafik perilaku subjek pertama permainan simons says. Hal ini sama dengan
subjek D dan subjek A pada saat fase intervensi modeling dalam teori Albert Bandura, subjek
meningkat daripada fase baseline sehingga dapat melakukan (a)perhatian (attention), subjek melihat
dipastikan bahwa kedua subjek mengalami perilaku terapis dalam memperagakan permainan

46
International Proceeding of :
Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

simons says, yaitu kapan saatnya subjek merespon potongan kertas berukuran 4 X 6 cm, spidol, meja,
apa yang dikatakan terapis dan kapan saatnya kursi, stopwatch.
subjek tidak mengikuti apa yang dikatakan terapis.
Cara bermain yaitu terapis duduk di meja yang
(b) pengendapan (retention), dilakukan setelah
sama dengan subjek atau dapat duduk dilantai,
subjek mengamati perilaku yang akan ditiru dan
media yang digunakan berupa 8 potongan kertas
menyimpan setiap informasi yang didapat dalam
berukuran 4 X 6 cm, spidol yang sebelumnya
ingatan. (c) reproduksi motorik (reproduction),
ditandai dengan gambar-gambar bentuk perasaan
subjek memulai permainan dengan meniru apa
seperti senang (tertawa), sedih, cemas, takut,
yang dikatakan oleh terapis, dan (d) penguatan
menangis. Permainan dibuka dengan perkenalan
(motivasi) yang akan dibahas di bawah ini
emosi-emosi tersebut pada subjek. Kemudian
(Alwisol, 2009: 293-294).
terapis mencontohkan dengan mengambil salah
penguatan positif yang diberikan dalam permainan satu kartu tertawa. Lalu terapis menceritakan
ini yaitu penguatan positif berupa pujian, pengalamannya ketika tertawa. Begitupula dengan
penguatan ini diberikan ketika subjek telah berhasil kartu menangis, apabila terapis mengambil kartu
melakukan satu kegiatan dan terapis memberikan menangis maka terapis akan menceritakan
pujian pada subjek seperti “anak pintar, tos dulu pengalamannya ketika menangis.
sama ibu”, “baguss peluk ibu dulu sini”.
Permainan ini menggunakan metode CBPT berupa
Berdasarkan penjelasan di atas yaitu terapi bermain Role-Paly dengan dasar modeling dan penguatan
dengan metode CBPT seperti peragaan (modeling) positif (reinforcement). role-play yaitu anak
dan penguatan positif (reinforcement) efektif untuk mempraktikkan skill-skill dengan ahli terapi dan
membentuk perilaku konsentrasi subjek. menerima umpan balik terus-menerus, hal ini sama
dengan peragaan namun role-play memerlukan
umpan balik (feedback) dari subjek. Subjek
2. The Feeling Word Game mengamati dan belajar dari melihat peraga
Permainan ini di adaptasi dari permainan “The mempraktikkan skill tertentu (Schaefer, 2011: 317-
Feeling Word Game” yang di jelaskan oleh 318). Dalam permainan ini subjek melakukan
Kaduson & Schaefer (1997). permainan The permainan dengan adanya umpan balik dari terapis
Feeling Word Game adalah permainan kata seperti:
perasaan dirancang dengan gambar-gambar dengan Terapis : “baik sekarang terapis mengambil kartu “
emosi-emosi yang berbeda-beda. Schaefer senang”, ibu pernah senang karena mendapatkan
menyatakan permainan ini dirancang untuk hadiah nah kamu pernah senang?” (menanyakan
meningkatkan kontrol diri anak-anak, memahami subjek)
emosi dan prilaku implusif. Tujuan dari permainan
Subjek : “pernah bu”
ini adalah agar anak dapat menahan gangguan serta
fokus untuk jangka waktu tertentu. Memahami Terapis : “senang karena apa?”
emosi dan meminimalisir perilaku impulsif.
Subjek :”karena jam istirahat bu”
Manfaat permainan ini dapat meningkatkan
kontrol diri pada anak-anak ADHD, meminimalisir
perilaku impulsif yang sering terjadi, menahan Selanjutnya, adalah penguatan positif
gangguan serta fokus pada jangka waktu tertentu. (reinforcement) dalam permainan The Feeling
Alat dan bahan dalam permainan ini yaitu 8 Word Game penguatan yang diberikan dalam

47
International Proceeding of :
Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

permainan ini yaitu penguatan positif berupa permainan ini dilakukan dengan mengunakan
pujian, penguatan ini diberikan ketika subjek telah stiker, subjek diberikan 1 stiker selama 30 detik
berhasil melakukan satu kegiatan dan terapi ketika balok tersebut tidak roboh. Stiker yang
memberikan pujian pada subjek seperti “wah banyak akan ditukarkan dengan hadiah, seperti 5
bagus... ternyata kamu marah yaa kalau ada yang stiker mendapatkan tiga permen, 10 stiker
bohongin kamu, ayo terus apalagi yang bisa mendapatkan coklat, dan 15 stiker mendapatkan
membuat kamu marah?”, “wahhh hebat ternyata susu milo, 2 coklat, dan nyam-nyam.
kamu senang kalau kamu jalan-jalan sama ibu dan
Selanjutnya, Subjek A diberikan strategi perubahan
ayah.. ayo..ayo apalagi yang bisa membuat kamu
kognitif/ melawan kepercayaan irrasional, karena
senang?.”
subjek A tidak ingin menunggu giliran bermain,
Berdasarkan penjelasan di atas yaitu terapi bermain ingin berhenti bermain dan sulit diajak bekerjasama
dengan metode CBPT seperti role-paly (modeling) dengan tim sehingga terapis melakukan pernyataan
dan reinforcement dalam permainan ini efektif keyakininan diri positif kepada subjek A.. “ayoo
untuk membentuk perilaku konsentrasi subjek. kamu pasti bisaa... kamu bisaa melakukannya, ayoo
ikuti ibu.. kamu bisa melakukannya!”, kemudian
subjek A bilang “aku bisa.. aku bisa.”
3. Jenga
Berdasarkan penjelasan di atas token ekonomi dan
Permainan ini dilakukan untuk membantu strategi perubahan kognitif / melawan kepercayaan
mengendalikan aktivitas yang berlebihan irrasional dalam permainan Jenga efektif untuk
(hiperaktivitas), melatih kemampuan membentuk perilaku konsentrasi subjek.
mempertahankan perhatian pada objek tertentu,
Berdasarkan analisis grafik yang telah dipaparkan,
mengembangkan keterampilan menunggu giliran,
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan
dan mengendalikan tingkat agresivitas.
dapat diterima, yaitu terapi bermain melalui terapi
Cara memainkan permainan Jenga yaitu anak bermain kognitif perilaku (CBPT) dapat
hanya harus menyusun balok ke atas dengan cara meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD. Hasil
para pemain secara bergantian memindahkan satu penelitian menunjukkan perubahan tingkat
balok yang berada paling bawah untuk diletakkan konsentrasi lebih tinggi pada fase intervensi
di atas balok yang paling atas. Jangan sampai balok dibandingkan pada fase baseline. walaupun
yang anak susun dan pindahkan menjadi roboh, perilaku konsentrasi subjek belum sepenuhnya
karena hal itu akan menyebabkan anak kalah dalam dapat konsisten (stabil).
permainan. Anak harus memindahkan balok-balok
Diskusi.
tersebut agar tersusun dan tidak mudah roboh.
Permainan ini menggunakan metode CBPT berupa Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan
tingkat konsentrasi subjek setelah diberikannya
token ekonomi dan strategi perubahan kognitif/
terapi bermain dengan metode terapi bermain
melawan kepercayaan irrasional. kognitif perilaku (CBPT). Terapi bermain kognitif-
Token ekonomi digunakan untuk membentuk perilaku didasarkan pada teori kognitif gangguan
emosional dan prinsip terapi kognitif dan
tingkah laku agar mendekati dengan target tujuan. menyesuaikan hal-hal ini dalam cara yang sesuai
Tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan (Schaefer, 2011: 314).
perkuatan-perkuatan yang bisa diraba atau dilihat
yang bisa ditukar dengan objek-objek atau hak Pada intervensi terapi bermain ini dilakukan dengan
istimewa yang diingini (Corey, 2005: 222) dalam metode CBPT adalah peragaan dengan konsep dasar

48
International Proceeding of :
Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

modeling. Di mana sebagian besar intervensi negatif menjadi positif dapat membantu membentuk
behavioral kognitif dengan anak-anak meliputi perilaku baru terutama dalam perubahan kognitif
beberapa bentuk peragaan. Ini benar khususnya subjek.
untuk CBPT, di mana peragaan adalah komponen
penting. Peragaan adalah cara yang efisien dan Berdasarkan penjelasan diatas di atas dapat
efektif untuk belajar, dan juga memperoleh, diketahui bahwa efektivitas terapi bermain Jenga
memperkuat, atau memperlemah perilaku (Bandura, Simons Says dan The Feeling Word Game
1977 dalam Schaefer, 2011:317). Peragaan yang berpengaruh karena adanya modeling,
melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah reinforcement, token ekonomi dan strategi
laku yang teramati, menggeneralisir berbagai perubahan kognitif / melawan kepercayaan
pengamatan sekaligus, dan juga melibatkan proses irrasional dalam meningkatkan konsentrasi subjek.
kognitif (Alwisol, 2009: 292). Maka hasil penelitian ini sejalan dengan yang
disampaikan oleh Choi (2013) bahwa terapi
Selain dengan modeling hal yang penting ada dalam bermain dengan CBPT (Cognitive-Behavioral Play
terapi bermain metode CBPT ini yaitu Therapy) efektif untuk meningkatkan perhatian
reinforcement (penguatan). Menurut Bandura, anak-anak ADHD, impulsif, dan pengendalian diri.
kebanyakan belajar tanpa reinforcement Hal ini juga sesuai dengan penjabaran di atas bahwa
(penguatan) yang nyata (Alwisol, 2009: 292). Hal subjek diberikan intervensi berupa terapi bermain
ini benar adanya dalam permainan Simons Says dan berbasis CBPT tersebut mempunyai hasil positif.
The Feeling Word Game subjek diberikan
reinforcement berupa pujian. Penguatan berupa Kesimpulan.
pujian diberikan agar subjek termotivasi untuk
menyelesaikan permainan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
disimpulkan bahwa, terapi bermain berbasis CBPT
Pada intervensi terapi bermain ini dilakukan dengan (Cognitive Behavioral Play Therapy) efektif dapat
metode CBPT menggunakan token ekonomi, meningkatkan perilaku konsentrasi anak ADHD.
metode token ekonomi diberikan untuk membentuk
tingkah laku apabila pemerkuat-pemerkuat yang Saran
tidak bisa diraba (seperti pujian) tidak memberikan
pengaruh (Corey, 2013: 222). Perlunya tingkah laku Penelitian ini peneliti hanya melakukan penelitian
subjek yang diperkuat dengan perkuatan yang bisa selama 10 sesi dengan jangka waktu yang singkat,
diraba (stiker) agar nantinya bisa ditukar dengan maka perilaku konsentrasi subjek belum dikatakan
hadiah yang diingini. token ekonomi sangat mirip meningkat sepenuhnya atau stabil. Bagi peneliti
dengan kehidupan nyata, misalnya, para pekerja selanjutnya, sebaiknya intervensi dilakukan dalam
dibayar untuk hasil pekerjaan mereka (Corey, 2013 jangka waktu yang lebih lama agar mendapatkan
:223). hasil yang terlihat perubahannya. Berdasarkan
hasil dan temuan penelitian bahwa terdapat faktor
Selain dengan token ekonomi hal yang penting ada
lain yang mempengaruhi peningkatan konsentrasi
dalam terapi bermain metode CBPT ini yaitu
subjek seperti terapi yang pernah diberikan kepada
strategi perubahan kognitif / melawan kepercayaan
irrasional. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan subjek sebelumnya, pola asuh dilingkungan
oleh Schroeder & Gordon (1991) bahwa anak-anak keluarga dan juga pola asuh dilingkungan sekolah,
seringkali memerlukan bantuan dalam sebaiknya lebih mengontrol faktor-faktor tersebut
mengembangkan pernyataan keyakinan diri positif untuk menambahkan validitas data.
(Velting dkk., 2004). Anak-anak perlu belajar cara
bagaimana membuat pernyataan keyakinan diri Referensi
positif secara jelas dan sederhana secara linguistik
dan konsep (misal, “Aku kuat”; “Aku bisa Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain
pada Anak. Jakarta:
melakukan ini”) (Schaefrer, 2011 : 321). Dengan Salemba Medika.
melakukan pernyataan linguistik yang sederhana Alfiyanti, Dera, dkk. (2007). Pengaruh Terapi Bermain
kepada subjek untuk mengubah keyakinan diri Terhadap Tingkat

49
International Proceeding of :
Research Party : Let’s Capture The World with Peace, Inspiration & Creativity
Batu, Malang, 16-17 September 2017
PSIKOISLAMIKA VOL 15 ISBN Number :

Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Tindakan Therapy: the case of Magic Land. ACM 978-1-4503-
Keperawatan di Ruang Lukman Rumah Sakit 1210-3.
Roemani Semarang. Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. Pentecost, David. (2004). Menjadi Orang Tua Anak
1 - Oktober 2007 :35 – 44. ADD/ADHD Tidak Sanggup? Tidak Mau?. Jakarta:
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Dian Rakyat.
Anjani, Ayu Tri, dkk. Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pternotte, Arga, dan Jan Buitelar, (2010). ADHD Attention
pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Deficit Hiperativity Disorder (Gangguan Pemusatan
Disorder) Di SDIT At-Taqwa Surabaya dan SDN V Perhatian dan Hiperaktivitas) Gejala, Diognosis,
Babatan Surabaya .Jurnal BK UNESA, Volume 1 Terapi, serta Penaganannya di Rumah dan di
Edisi 2. Sekolah. Jakarta: Prenada Media Group.
Azwar, Saifuddin. (2012). Reliaibilitas dan
Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baihaqi, Sugiarmin. (2006). Memahami dan Membantu Anak Putri, Ratih Pratiwi, dan Afin Murtiningsih, (2013). Kiat
ADHD. Bandung: PT. Riefka Aditama. Sukses Mengasuh Anak Berkebutuhan Khusus,
Braverman, Lisa dan Kevin J. O’Cornoor (2009). Play Therapy Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Theory Andpractice Comparing Theories and Rusmawati, Diana dan Dewi, Endah Kumala. (2011).
Thecniques. Hoboken: New Jersey: Canada. Pengaruh Musik dan Gerak Terhadap Penurunan
Choi, Jin-Ah (2012). Literature Review of Play Therapy Perilaku Siswa Sekolah Dasar dengan Gangguan
Intervention for Children with ADHD. Journal of the ADHD. Jurnal Psikologi UNDIP. Vol. 9, No. 1.
Korean Home Economics Association. Vol Santoso, Hargio. (2012). Cara Memahami dan Mendidik Anak
50(5):125-138. Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta:Gosyen
Corey, Gerald.(2005). Teori dan Praktek Konseling & Publishing.
Psikoterapi. Bandung: P.T Riefka Aditama. Schaefer, Charles. E . (2011). Foundations of Play Therapy
Davidson, Gerald, Jhon M. Neale, dan M. Kring Ann. (2012). Second Edition. Canada: John Wiley dan Sons, Inc.,
Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawali Press. Hoboken, New Jersey.
Flanagen, Robb. (2005). ADHD Kids Menjadi Pendamping Sholichatun, Yulia. (2014). Handout Kuliah Modifikasi
Bijak Bagi Anak Penderita ADHD Bijak. Jakarta: Perilaku (Edisi Revisi). Fakultas Psikologi
PT. Prestasi Pustakarya. Universitas Islam Negeri Malang.
F. Naderi, A. Heidarie, L. Bouron and P. Asgari, (2010). “The Stenberg, Robert J. (2008). Psikologi Kognitif. Yogyakarta:
Efficacy of Play Therapy on ADHD, Anxiety and Pustaka Belajar.
Social Maturity in 8 to 12 Years Aged Clientele Sunanto, Takeuchi, Nakata, (2005). Pengantar Penelitian
Children of Ahwaz Metropolitan Counseling dengan Subyek Tunggal.CRICED University of
Clinics,” Journal of Applied Sciences, Vol. 10, No. Tsukuba.
3. Tim Dosen Pengampu PD 2. (2009) hand out mata kuliah
Hall, T.M., Kaduson, H.G., and Schaefer C.E. (2002). Fifteen observasi Fakultas Psikologi UIN Malang.
Effective Play Therapy Techniques. Professional Veskarisyanti, Galih A. (2008). 12 Terapi Autis Paling Efektif
Psychology: Research and Practice, 515-522. dan Hemat untuk Autisme, Hiperaktif, dan Retardasi
Hatiningsih, Nuligar (2013). Play Therapy untuk Mental, Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Meningkatkan Konsentrasi pada Anak Attention Zellawati, Alice. (2011). Penerapan “Caregiver Skill Program”
Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) Jurnal untuk Mereduksi Inatensi pada Anak ADHD. Mei
Psikologi Terapan, ISSN: 2301-8267 Vol. 01, No.02, 2011. Majalah Ilmiah Informatika Fakultas
Agustus 2013. Psikologi Universitas AKI.Vol. 2 No. 2.
Iffa Dwi Hikmawati, Erny Hidayati. (2014). Efektivitas Terapi
Menulis untuk Menurunkan Hiperaktivitas dan
Impulsivitas Pada Anak dengan Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD). Juli 2014.
Empathy. Jurnal Fakultas Psikologi, Universitas
Ahmad Dahlan.Vol. 2, No 1ISSN : 2303-114X.
Isnawati, Erma. (2008). Mendidik Anak dengan
Bermain.Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Latipun.(2015). Psikologi Eksperimen.Malang: UMM Press.
L, Barzegary. dan Zamini, S . (2011). The Effect of Play
Therapy on Children with ADHD. journal Social and
Behavioral Sciences. Vol 30: 2216 – 2218.
Linda E. Homeyer and Mary O. Morrison. (2008) Play Therapy
Practice, Issues, and Trends. by the Board of
Trustees of the University of Illinois.
Olga Pykhtina, Balaam, Madeline etc. (2012) Designing for
Attention Deficit Hyperactivity Disorder in Play

50

Anda mungkin juga menyukai