Anda di halaman 1dari 4

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Akidah Akhlak


B. Kegiatan Belajar : KB 1 (KB 1/2/3/4)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1. Nama-nama Allah yang Indah atau Al-Asma al-Husna secara
bahasa terdiri dari dua suku kata, yaitu al-asma dan al-husna. Kata
asma merupakan bentuk jamak dari mufrad (tunggal) ism yang
berarti nama diri atau lafẓun yu’ayyinu syakhṣan au ḥayawanan au
syaian (nama diri seseorang, binatang, atau sesuatu), sedangkan al-
husna berarti yang paling bagus, baik, cantik, jadi secara bahasa al-
Asma' al-Ḥusna berarti nama-nama yang terbaik.
2. Kata pertama yang dicatat sejarah dalam pengekspresian
ketuhanan adalah kata ilahah(‫)إالهة‬. Kata ini merupakan nama
bagi dewa matahari yang disembah oleh masyarakat Arab.
Kata ilahah (‫ )إالهة‬selanjutnya digunakan untuk
mengekspresikan sifat-sifat matahari. Salah satunya adalah
kata ulahah (‫ )األلهة‬yang berarti terik matahari yang panas.
Kata ilahah (‫ )إالهة‬juga tidak lepas dari makna keagungan,
ketundukan dan bahkan penyembahan. Sebagaimana dicatat
oleh Ibnu Manzhur bahwa masyarakat menamakan matahari
dengan ilahah (‫ )إالهة‬karena mereka menyembah dan
Peta Konsep (Beberapa mengagungkan matahari. Dapat disimpulkan bahwa kata ilah
1 istilah dan definisi) di modul (‫ )إله‬pada awalnya berasal dari kata wilah (‫)واله‬, yang berarti
bidang studi ketundukan, pengagungan, dan ungkapan penghambaan.
Selanjutnya dari kata wilah (‫ )واله‬diderivasikanlah kata ilahah
(‫ )إالهة‬yang menjadi nama bagi dewa matahari. Nama dari
dewa matahari tersebut selanjutnya berevolusi menjadi kata
Allah. Menurut Ahmad Husnan, kata Ilah yang berbentuk
kata Allah mempunyai arti mengherankan atau
menakjubkan, karena segala perbuatan/ciptaan-Nya
menakjubkanatau karena bila dibahas hakikat-Nya, akan
mengherankan akibat ketidaktahuan makhluk tentang
hakikat zat yang Maha Agung itu. Apapun yang terlintas di
dalam benak menyangkut hakikat zat Allah, maka Allah tidak
demikian. Itu sebabnya ditemukan riwayat yangmenyatakan,
“Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan
berpikir tentang zat-Nya”.
3. Pertama, adalah konsep Pagan tentang Allah, yaitu orang
Arab Murni. Di sini terlihat orang-orang Arab pra-Islam
yang berbicara tentang “Allah” sebagaimana yang mereka
pahami. Kedua, orang-orang Yahudi dan Kristen zaman
pra-Islam yang menggunakan 6 kata Allah untuk
menyebut Tuhan mereka sendiri. Di sini tentu saja “Allah”
berarti Tuhan dalam konsepsi Injil, yang terdiri atas
beberapa aknum. Ketiga, Orang-orang Arab pagan, Arab
jahiliyah murni non-kristen dan non-Yahudi yang
mengambil konsep Tuhan Injil, “Allah”.
4. Secara kebahasaan, kata Allah sangat mungkin berasal
dari kata al-Illah. Kata itu mungkin pula berasal dari
bahasa aramea, Alaha yang artinya Allah. Kata Ilāh
(Tuhan yang disembah) dipakai untuk semua yang
dianggap sebagai Tuhan atau Yang maha Kuasa. Dengan
penambahan huruf Alif laam di depannya sebagai kata
sandang tertentu, maka kata Allah dari kata al-ilaah
dimasudkan sebagai nama Zat Yang Maha Esa, Maka
Kuasa, dan Pencipta Alam semesta. Kata Allah adalah
satu-satunya ism alam atau kata yang menunjukkan
nama yang dipakai bagi Zat yang Maha Suci.
5. Terma mukjizat berasal dari Bahasa Arab yang telah
dibakukan ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu al-Mu’jizat
(‫ المعجزة‬.(Al-mu’jizat adalah bentuk kata mu’annas
(female) dari kata mudhakkar (male) al-mu’jiz. Al-mu’jiz
adalah isim fā’il (nama atau sebutan untuk pelaku) dari
kata kerja (fi’l) a’jaza (‫ أعجز‬.(Kata ini terambil dari akar
kata ‘ajaza-yu’jizu-ajzan wa ‘ajuzan wa ma’jizan wa
ma’jizatan/ma’jazatan (‫– ومعجزة – ومعجزا – وعجوزا – عجزا‬
‫ يعجز – عجز‬,( yang secara harfiah antara lain berarti lemah,
tidak mampu, tidak berdaya, tidak sanggup, tidak dapat
(tidak bias), dan tidak kuasa. Al-‘ajzu adalah lawan dari
kata al-qudrah yang berarti 13 sanggup, mampu, atau
kuasa. Jadi, al-‘ajzu berarti tidak mampu alias tidak
berdaya. Dalam pada itu, istilah mu’jiz atau mu’jizat lazim
diartikan dengan al’ajib (‫ العجيب‬,(maksudnya sesuatu yang
ajaib (menakjubkan atau mengherankan) karena orang
atau pihak lain tidak ada yang sanggup menanding atau
menyamai sesuatu itu. Juga sering diartikan dengan
amrun khāriqun lil-‘ādah (‫ للعادة خارق أمر‬,(yakni sesuatu
yang menyalahi tradisi.
6. Karamah berasal dari bahasa arab ‫ كرم‬berarti kemuliaan,
keluhuran, dan anugerah. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang mengistilahkan karomah dengan keramat
diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar
kemampuan manusia biasa karena ketaqwaanya kepada
Tuhan. Menurut ulama sufi, karamah berarti keadaan
luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada para wali-
Nya. Wali ialah orang yang beriman, bertakwa, dan
beramal shaleh kepada Allah SWT. Ulama’ sufi meyakini
bahwa para wali mempunyai keistimewaan, misalnya
kemampuan melihat hal-hal ghaib yang tidak dimiliki
oleh manusia umumnya. Allah SWT dapat memberi
karamah kepada orang beriman, takwa, dan beramal
shaleh menurut kehendaknya.
7. Pengertian dari karomah itu sendiri menurut Abul Qasim
al-Qusyairi yaitu karomah merupakan suatu aktivitas
yang dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan
adat kebiasaan manusia pada umumnya, yaitu dapat juga
dianggap sebagai realitas sifat wali-wali Allah tentang
sebuah makna kebenaran dalam situasi yang dianggap
kurang baik. Karomah ini juga dapat dianggap sebagai hal
yang sangat luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada
kekasih kekasih pilihanNya. Sedangkan menurut Syeck
Ibrahim Al Bajuri dalam kitabnya dijelaskan bahwa
karomah adalah sesuatu luar biasa yang tampak dari
kekuasaan seorang hamba yang telah jelas kebaikannya
yang diteyapkan karena adanya ketekunan didalam
mengikuti syariat nabi.
8. Wali menurut Mbah Sholeh Darat adalah seorang ‘arif
billah (mengetahui Allah) sekedar derajat dengan
menjalankan secara sungguh-sunggu taat kepada Allah
dan menjauhi ma’siyat. Artinya para wali itu menjauhi
segala macam kemaksiyatan berbarengan dengan selalu
bertaubat kepada Allah.
9. Sihir dalam bahasa Arab tersusun dari huruf ‫ر‬, ‫ح‬, ‫ )س‬siin,
ha, dan ra), yang secara bahasa bermakna segala sesuatu
yang sebabnya nampak samar. Oleh karenanya kita
mengenal istilah ‘waktu sahur’ yang memiliki akar kata
yang sama, yaitu siin, ha dan ra, yang artinya waktu ketika
segala sesuatu nampak samar dan remang-remang.
Seorang pakar bahasa, al Azhari mengatakan bahwa,
“Akar kata sihir maknanya adalah memalingkan sesuatu
dari hakikatnya. Maka ketika ada seorang menampakkan
keburukan dengan tampilan kebaikan dan menampilkan
sesuatu dalam tampilan yang tidak senyatanya maka
dikatakan dia telah menyihir sesuatu”.
10. Al-Laits mengatakan, Sihir adalah suatu perbuatan yang
dapat mendekatkan diri kepada syaitan dengan
bantuannya. Al-Azhari mengemukakan, Dasar pokok
sihir adalah memalingkan sesuatu dari hakikat yang
sebenarnya kepada yang lainnya. Ibnu Manzur berkata:
Seakan-akan tukang sihir memperlihatkan kebathilan
dalam wujud kebenaran dan menggambarkan sesuatu
tidak seperti hakikat yang sebenarnya. Dengan demikian,
dia telah menyihir sesuatu dari hakikat yang sebenarnya
atau memalingkannya. Syamir meriwayatkan dari Ibnu
Aisyah, dia mengatakan bahwa orang Arab menyebut
sihir itu dengan kata as-Sihr karena ia menghilangkan
kesehatan menjadi sakit.

1. Kata pertama yang dicatat sejarah dalam pengekspresian


ketuhanan adalah kata ilāhah (‫ إالهة‬.(Kata ini merupakan
nama bagi dewa matahari yang disembah oleh
masyarakat Arab. Kata ilāhah (‫( إالهة‬selanjutnya
digunakan untuk mengekspresikan sifat-sifat matahari.
Salah satunya adalah kata ulāhah (‫( األلهة‬yang berarti terik
matahari yang panas. Kata ilāhah (‫ ( إالهة‬juga tidak lepas
dari makna keagungan, ketundukan dan bahkan
penyembahan. Sebagaimana dicatat oleh Ibnu Manzhur
bahwa masyarakat menamakan matahari dengan ilāhah
(‫ ( إالهة‬karena mereka menyembah dan mengagungkan
matahari. Dapat disimpulkan bahwa kata ilāh (‫( إله‬pada
awalnya berasal dari kata wilāh (‫ واله‬,(yang berarti
Daftar materi bidang studi
ketundukan, pengagungan, dan ungkapan penghambaan.
2 yang sulit dipahami pada
modul Selanjutnya dari kata wilāh (‫( واله‬diderivasikanlah kata
ilāhah (‫ ( إالهة‬yang menjadi nama bagi dewa matahari.
Nama dari dewa matahari tersebut selanjutnya
berevolusi menjadi kata Allah. Menurut Ahmad Husnan,
kata Ilāh yang berbentuk kata Allah mempunyai arti
mengherankan atau menakjubkan, karena segala
perbuatan/ciptaan-Nya menakjubkan atau karena bila
dibahas hakikat-Nya, akan mengherankan akibat
ketidaktahuan makhluk tentang hakikat zat yang Maha
Agung itu. Apapun yang terlintas di dalam benak
menyangkut hakikat zat Allah, maka Allah tidak
demikian. Itu sebabnya ditemukan riwayat yang
menyatakan, “Berpikirlah tentang makhluk-makhluk
Allah dan jangan berpikir tentang zat-Nya”

Anda mungkin juga menyukai