Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

KLINIK MEDIKAL BEDAH (KMB) I

“Menganalisis Evidence Based Nursing (EBN)


Pada Sistem Pernapasan”

OLEH :
KELOMPOK 4
Mulyana Dwi Firza (203310701)
Oviro Fajri (203310705)
Winda Fransisca (203310716)
Wisye Novia Arman (203310717)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Nova Yanti, M.Kep,Sp.KMB

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
A. Tinjauan EBN (latar belakang singkat, mengapa EBN tersebut diambil)
Pada proses dilakukan suction tidak hanya lendir yang terhisap, suplai
oksigen yang masuk ke saluran pernafasan juga ikut terhisap, sehingga
memungkinkan untuk terjadi hipoksemia sesaat yang ditandai dengan penurunan
saturasi oksigen (SpO2). Dalam Saskatoon Health regional Authority (2010)
mengatakan bahwa komplikasi yang muncul dari tindakan penghisapan sekret
salah satunya adalah hipoksemia atau hipoksia. Penelitian yang dilakukan oleh
Wijaya R.R (2015) berjudul Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis Yang
Dilakukan Tindakan Suction Endotracheal Tube di ICU RSUD DR. Moewardi
Surakarta dengan kesimpulan tindakan suction pada pasien yang terpasang
endotracheal tube dapat menyebabkan penurunan saturasi oksigen antara 4-10 %.
Hiperoksigenasi adalah teknik terbaik untuk menghindari hipoksemia akibat
suction. Penerapan hasil penelitian hiperoksigenasi sebelum dan setelah
dilakukan endotracheal suctioning diterapkan pada pasien kritis untuk mencegah
hipoksemia dan meningkatkan saturasi oksigen sebelum dan setelah dilakukan
suction. Hiperoksigenasi dengan ventilator mekanik dilakukan 2 menit sebelum
dan setelah dilakukan Endotracheal Suctioning pada pasien yang terjadi
penumpukan sekret.
Hiperoksigenasi secara efektif meningkatkan status oksigenasi serta
mencegah dan menurunkan angka kejadian hipoksemia pada 7 responden yang
telah diterapkan intervensi hiperoksigenasi sebelum dan setelah dilakukan
tindakan Endotracheal Suctioning. Hiperoksigenasi yang telah diterapkan dapat
memberikan dampak sebagai pencegahan dan menurunkan angka kejadian
hipoksemia pasca dilakukan suction.
Hiperoksigenasi adalah pemberian oksigen konsentrasi tinggi (100%) yang
bertujuan untuk menghindari hipoksemi akibat suction (Kozier &Erb, 2012).
Teknik yang terbaik didalam menghindari hipoksemia yang diakibatkan tindakan
suction adalah dengan hiperoksigenasi. Dengan demikian pada semua prosedur
suction, tindakan hiperoksigenasi harus dilaksanakan (Kozier & Erb, 2012).
Penelitian yang dilakukan G.M. Superdana dan Sumara tahun 2015 diruang ICU
Rumah Sakit Husada Utama Surabaya yang berjudul efektifitas hiperoksigenasi
pada proses suctioning terhadap saturasi oksigen pasien dengan ventilator
mekanik, menyimpulkan hiperoksigenasi efektif pada proses suctioning terhadap
saturasi oksigen pasien dengan ventilator mekanik, dengan P< 0,005.
Penelitian yang dilakukan Moraveji, dkk (2012) di ICU in Zanjan Vali-e-Asr
hospitalyang berjudul “Effect of hyperoxygenation for one minute on ABG
during endotracheal suctioning”, menyimpulkan hiperoksigenasi yang dilakukan
satu menit selama suction menyebabkan perbaikan dan pencegahan hipoksia yang
disebabkan prosedur suction.

B. Masalah Klinik (Berisi Analisis PICO)


1. Penelitian 1
ANALISIS PENELITIAN DENGAN METODE PICO

Judul artikel Penerapan Hiperoksigenasi Sebagai Evidence Based


Nursing Untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada
Pasien Kritis yang Terpasang Endotracheal Tube

Peneliti Ana Oktarisa, Beti Kristinawati, Kurniasari

Identitas Jurnal Vol. 2, No. 2, Tahun 2019

Diakses dari :

http://ojs.stikessaptabakti.ac.id/index.php/jrmk/article/vie
w/57

Problem/population Problem: Masalah yang diteliti pada jurnal ini yaitu


Hiperoksigenasi Sebagai Evidence Based Nursing Untuk
Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis yang
Terpasang Endotracheal Tube

Population: Populasi dalam penelitian yaitu 7 pasien yang


menggunakan ventilator mekanik sebagai alat bantu
pernapasa di ruang Intensive Care Unit RSUD Ir.
Soekarno Kabupaten Sukoharjo

Intervention Intervensi pada penelitian ini adalah hiperoksigenasi


dengan ventilator mekanik dilakukan selama 2 menit
sebelum dan setelah dilakukan Endotracheal Suctioning
pada pasien yang mengalami penumpukan sekret. Kriteria
inklusi : pasien gagal nafas, pasien yang terjadi
penumpukan sekret, pasien terpasang Endotracheal Tube
yang terhubung dengan ventilator mekanik.

Comparison Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani


Syahran, Siti Romadoni dan Imardiani dengan judul
“Pengaruh Tindakan Suction ETT Terhadap Kadar
Saturasi Oksigen Pada Pasien Gagal Nafas” Vol. 12, No. 2
pada Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, Tahun 2019 yang
diakses dari :

https://www.neliti.com/publications/337485/pengaruh-
tindakan-suction-ett-terhadap-kadar-saturasi-oksigen-
pada-pasien-gagal

Pada penelitian ini dijelaskan bahwa sesudah dilakukan


tindakan suction kadar saturasi oksigen pasien mengalami
2. Penelitian 2
ANALISIS PENELITIAN DENGAN METODE PICO

Judul artikel Perbandingan Pemberian Oksigenasi Satu Menit dan Dua


Menit Pada Proses Suction Terhadap Saturasi Oksigen
Pasien Terpasang Ventilator

Peneliti Teti Hayati, Busjra M Nur, Fitrian Rayasari, Yani Sofiani,


dan Diana Irawati.
Identitas Jurnal Vol. 1, No. 1, Tahun 2019

Diakses dari :

https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/vi
ew/493

Problem/population Problem: Masalah yang diteliti pada jurnal ini yaitu


Perbandingan Pemberian Oksigenasi Satu Menit dan Dua
Menit Pada Proses Suction Terhadap Saturasi Oksigen
Pasien Terpasang Ventilator. Hiperoksigenasi dilakukan
untuk menghindari hipoksemia akibat suction.

Population: Populasi dalam penelitian yaitu 34 orang


responden yang terpasang Ventilator di diruang ICU
RSPAD Gatot Soebroto Puskesad.

Intervention Intervensi pada penelitian ini adalah hiperoksigenasi 1


menit pada kelompok intervensi 1 dan hiperoksigenasi 2
menit pada kelompok intervensi 2.
Intervensi I
Tindakan hiperoksigenasi pada intervensi I dengan cara :
sebelumnya mengidentifikasi nilai saturasi oksigen,
hiperoksigenasi dengan cara meningkatkan aliran oksigen
100% pada kompresor dengan menekan tombol ventilator.
Hiperoksigenasi pre suction diberikan 30 detik, dilakukan
suction 10 detik, kemudian kembali ke pemberian
ventilator semula, diberikan hiperoksigenasi
kembali 30 detik (jeda antara suction lamanya 2 menit).
Saturasi oksigen diidentifikasi sebelum hiperoksidenasi
dan setelah hiperoksigenasi 1 menit.
Intervensi II
Tindakan hiperoksigenasi pada intervensi II dengan cara :
sebelumnya mengidentifikasi nilai saturasi oksigen,
hiperoksigenasi dengan cara meningkatkan aliran oksigen
100% pada kompresor dengan menekan tombol ventilator.
C. Metode Penelusuran Literatur (menjelaskan dimana literatur dicari, apa
saja kata kunci yang digunakan dan berapa literatur yang ditemukan, serta
literatur apa yang digunakan (sebutkan judul penelitiannya)
Penelusuran literatur menggunakan Google Scholar dengan menggunakan
kata kunci “Hiperoksigenasi, Hipoksemia” ditemukan artikel mengenai
hiperoksigenasi dan hipoksemia. Dua artikel yang ditemukan diantaranya adalah
“Penerapan Hiperoksigenasi Sebagai Evidence Based Nursing Untuk
Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis yang Terpasang
Endotracheal Tube” oleh Ana Oktarisa, Beti Kristinawati dan Kurniasari (2019)
dan “Perbandingan Pemberian Oksigenasi Satu Menit dan Dua Menit Pada
Proses Suction Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Terpasang Ventilator” oleh
Teti Hayati, Busjra M Nur, Fitrian Rayasari, Yani Sofiani, dan Diana Irawati
(2019). Berdasarkan pada jurnal diatas, maka akan dilakukan pengkajian
hiperoksigenasi pada proses suction pasien yang terpasang ventilator untuk
mencegah terjadinya hipoksemia.

D. Validitas (Jelaskan Validitas Hasil Penelitian)


Hiperoksigenasi telah terbuki valid dapat meningkatkan saturasi oksigen di
ruang Intensive Care Unit RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo. Penerapan
evidence based nursing ini dilakukan di ruang Intensive Care Unit RSUD Ir.
Soekarno Kabupaten Sukoharjo pada 7 pasien yang menggunakan ventilator
mekanik sebagai alat bantu pernapasan. Hiperoksigenasi dengan ventilator
mekanik dilakukan selama 2 menit sebelum dan setelah dilakukan Endotracheal
Suctioning pada pasien yang mengalami penumpukan sekret. Kriteria inklusi :
pasien gagal nafas, pasien yang terjadi penumpukan sekret, pasien terpasang
Endotracheal Tube yang terhubung dengan ventilator mekanik, mode ventilator
yaitu SIMV (Syncronised Intermitten Mandatory Ventilation). Kriteria eksklusi :
pasien dengan peningkatan intrakranial, pasien dengan haemodinamik tidak stabil
(Mean Artery pressure 130x/menit, Aritmia), pasien dengan oedema pulmonal
akut. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang terdiri dari
Respiratory Rate, Heart Rate dan Saturasi Oksigen (SpO2), dan dilakukan
pengukuran sebelum dilakukan hiperoksigenasi pre-suction, setelah dilakukan
hiperoksigenasi post suction, 1 menit setelah hiperoksigenasi, 5 menit setelah
hiperoksigenasi, 15 menit setelah hiperoksigenasi, dan 30 menit setelah
hiperoksigenasi. Analisis data dilakukan dengan distribusi frekuensi dan
descriptive analisis.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil saturasi oksigen (SpO2) sebelum
hiperoksigenasi presuction senilai 94.00,SpO2 setelah hiperoksigenasi post
suction senilai 96.43,SpO2 menit ke-1 senilai 96.43,SpO2 menit ke-5 senilai
97.29,SpO2 menit ke-15 senilai 98.43 dan SpO2 menit ke-30 senilai
99.14.Sehingga dapat disimpulkan bahwa hiperoksigenasi secara efektif
meningkatkan status oksigenasi dan menurunkan angka kejadian hipoksemia
pada 7 responden yang telah diterapkan intervensi hiperoksigenasi sebelum dan
setelah dilakukan tindakan Endotracheal Suction.

E. Penting (Jelaskan seberapa penting dan mengapa EBN/intervensi ini


penting)
Pada proses dilakukan suction tidak hanya lendir yang terhisap, suplai
oksigen yang masuk ke saluran pernafasan juga ikut terhisap, sehingga
memungkinkan untuk terjadi hipoksemia sesaat yang ditandai dengan penurunan
saturasi oksigen (SpO2). Hiperoksigenasi adalah teknik terbaik untuk
menghindari hipoksemia akibat suction dan harus digunakan pada semua
prosedur suction (Husada, & Superdana, 2015). Penerapan hiperoksigenasi
sebelum dan setelah dilakukan endotracheal suctioning pada pasien dapat
diimplementasikan di ruang intensive care unit untuk mencegah hipoksemia dan
meningkatkan saturasi oksigen sebelum dan setelah dilakukan suction.
Berdasarkan jurnal penelitian terjadi penurunan saturasi oksigen sebelum
diberikan hiperoksigenasi presuction dan terjadi peningkatan saturasi oksigen
secara bertahap setelah diberikan hiperoksigenasi post suction. Hal ini sesuai
dengan riset yang dilakukan oleh permatasari dkk yang menyatakan bahwa
adanya sekresi pada saluran nafas (indikasi suction) menyebabkan rangsangan
batuk dan penurunan saturasi oksigen. Pada saat suction endotracheal dapat
terjadi tekanan negatif di trakea sehingga menimbulkan risiko kerusakan paru
parsial yang dapat menyebabkan penurunan saturasi oksigen dan hilangnya
volume paru-paru. Komplikasi yang paling sering terjadi akibat tindakan suction
adalah terjadinya hipoksemia.
Pengaruh dari kejadian hipoksemia akan menyebabkan terjadinya keadaan
hipoksemia, di mana pasien yang sedang dalam kondisi kritis ditambah dengan
kejadian hipoksemia akan memperburuk kondisi pasien. Sehingga tindakan
hiperoksigenasi sebelum dilakukan tindakan suction diharapkan dapat mencegah
terjadinya hipoksemia, sedangkan tindakan hiperoksigenasi setelah dilakukan
tindakan suction diharapkan dapat meningkatkan kembali saturasi oksigen yang
ikut terhisap saat dilakukan suction. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hiperoksigenasi secara efektif meningkatkan status oksigenasi dan mencegah dan
menurunkan angka kejadian hipoksemia pada 7 responden yang telah diterapkan
intervensi hiperoksigenasi sebelum dan setelah dilakukan tindakan Endotracheal
Suctioni.

F. Aplicabillity (jelaskan apakah EBN ini berlaku bagi pasien dan kondisi di
Indonesia)
Hiperoksigenasi adalah pemberian oksigen konsentrasi tinggi (100%) yang
bertujuan untuk menghindari hipoksemi akibat suction (Kozier &Erb, 2012).
Teknik yang terbaik didalam menghindari hipoksemia yang diakibatkan tindakan
suction adalah dengan hiperoksigenasi. Dengan demikian pada semua prosedur
suction, tindakan hiperoksigenasi harus dilaksanakan (Kozier & Erb, 2012).
Tindakan atau intervensi yang dilakukan tersebut berlaku di Indonesia bagi
pasien yang mengalami hipoksemia, karena diseluruh rumah sakit di Indonesia
biasanya tersedia ventilator sebagai alat untuk mengalirkan oksigen,dan tindakan
yang dilakukan ini efektif dapat meningkatkan saturasi oksigen secara
signifikan,dan dapat menurunkan angka kejadian hipoksemia.

G. Penelitian terkait(untuk masing-masing hasil penelitian, menjelaskan


tujuan, metode penelitian, populasi dan sampel, hasil penelitian, dan
kesimpulan)
1. Jurnal 1
Judul jurnal yang pertama adalah Penerapan Hiperoksigenasi Sebagai
Evidence Based Nursing Untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Pasien
Kritis Yang Terpasang Endotracheal Tube. Dimana jurnal ini dapat kita akses
melalui http://ojs.stikessaptabakti.ac.id/index.php/jrmk/article/view/57 Vol 2,
No 2, Desember 2019 yang ditulis oleh Ana Oktarisa, Beti Kristinawati, dan
Kurniasari
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
Pemberian Hiperoksigenasi Satu Menit Dan Dua Menit Pada Proses Suction
Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Terpasang Ventilator. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang
terdiri dari Respiratory Rate, Heart Rate dan Saturasi Oksigen (SpO2), dan
dilakukan pengukuran sebelum dilakukan hiperoksigenasi pre-suction,
setelah dilakukan hiperoksigenasi post suction 1 menit setelah
hiperoksigenasi, 5 menit setelah hiperoksigenasi, 15 menit setelah
hiperoksigenasi, dan 30 menit setelah hiperoksigenasi. Sample pada
penelitian ini adalah 7 pasien yang menggunakan ventilator mekanik sebagai
alat bantu pernapasan di ruang Intensive Care Unit RSUD Ir. Soekarno
Kabupaten Sukoharjo.
Adapun hasil penelitiannya bahwa terjadi penurunan saturasi oksigen
sebelum diberikan hiperoksigenasi pre suction dan terjadi peningkatan
saturasi oksigen secara bertahap setelah diberikan hiperoksigenasi post
suction. Dimana dapat disimpulkan Penerapan aplikasi jurnal
hiperoksigenasi sebelum dan setelah dilakukan Endotracheal Suctioning
sebagai Evidence Based pada pasien kritis efektif meningkatkan saturasi
Oksigen sehingga dapat menurunkan angka kejadian hipoksemia.

2. Jurnal 2
Judul jurnal yang kedua adalah Perbandingan Pemberian
Hiperoksigenasi Satu Menit Dan Dua Menit Pada Proses Suction Terhadap
Saturasi Oksigen Pasien Terpasang Ventilator. Dimana jurnal ini dapat kita
akses melalui https://media.neliti.com/media/publications/282055-
perbandingan-pemberian hiperoksigenasi-s-148c6e62.pdf, Volume 1, Nomor
1, Juni 2019 yang ditulis oleh Teti Hayati, Busjra M Nur, Fitrian Rayasari,
Yani Sofiani, dan Diana Irawati.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pengaruh
pemberian hiperoksigenasi 1 menit pada proses suctioning terhadap saturasi
oksigen pasien dengan ventilator mekanik. Dimana metode penelitian yang
digunakan adalah quasi eksperimen, menggunakan tehnik consecutive
sampling menggunakan rancangan pre test dan post test dimana kelompok A
disebut kelompok intervensi I yang memperoleh hiperoksigenasi 1 menit,
sedangkan kelompok B disebut sebagai kelompok intervensi II dengan
pemberian hiperoksigenasi sesuai yang dilakukan diruang ICU RSPAD Gatot
Soebroto Puskesad. Jumlah sampel untuk setiap kelompok intervensi
sebanyak 17 sampel. Jadi seluruh jumlah sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 34 orang responden.
Adapun hasil penelitiannya adalah perbandingan pemberian
hiperoksigenasi sebelum dan setelah hiperoksigenasi 1 menit pada kelompok
intervensi I. Terdapat 17 responden dengan hasil peningkatan saturasi
oksigen setelah diberikan hiperoksigenasi. Terlihat median saturasi oksigen
kelompok intervensi I sebelum pemberian hiperoksigenasi yaitu 97 dengan
mi-mak 95-100 dan setelah diberikan hiperoksigenasi 1 menit median 99
dengan min-mak 98-100. Selisih saturasi oksigen pada kelompok intervensi
yaitu dengan median 2 min-mak 1-3. Hasil uji statistik diperoleh p value
0,000* yang artinya terdapat berbedaan yang bermakna peningkatan nilai
saturasi oksigen sebelum dan sesudah diberikan hiperoksigenasi 1 menit pada
kelompok intervensi I. Sedangkan kelompok intervensi II dengan pemberian
hiperoksigenasi terdapat 2 responden dengan penurunan saturasi oksigen, 1
responden dengan saturasi oksigen tetap dan 14 responden dengan
peningkatan saturasi oksigen. Terlihat median saturasi oksigen sebelum
dilakukan intervensi 97 dengan min-mak 95-100 dan setelah dilakukan
intervensi sebesar 99 dengan min-maks 95-100. Selisih saturasi oksigen pada
kelompok intervensi II yaitu dengan median 1 min-mak -2-2. Hasil uji
statistic didapatkan nilai p = 0,009* (<0,05 ) yang berarti terdapat perbedaan
yang bermakna antara saturasi oksigen sebelum dan setelah diberikan
hiperoksigenasi I pada kelompok intervensi II. Dimana dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan saturasi oksigen yang signifikan sebelum dan
setelah pemberian hiperoksigenasi 1 menit.

H. Analisis Penerapan Dipelayanan 2000


Hiperoksigenasi adalah pemberian oksigen konsentrasi tinggi (100%) yang
bertujuan untuk menghindari hipoksemi akibat suction (Kozier &Erb, 2012).
Teknik yang terbaik didalam menghindari hipoksemia yang diakibatkan tindakan
suction adalah dengan hiperoksigenasi. Dengan demikian pada semua prosedur
suction, tindakan hiperoksigenasi harus dilaksanakan (Kozier & Erb, 2012).
Penelitian yang dilakukan G.M. Superdana dan Sumara tahun 2015 diruang ICU
Rumah Sakit Husada Utama Surabaya yang berjudul efektifitas hiperoksigenasi
pada proses suctioning terhadap saturasi oksigen pasien dengan ventilator
mekanik, menyimpulkan hiperoksigenasi efektif pada proses suctioning terhadap
saturasi oksigen pasien dengan ventilator mekanik, dengan P< 0,005.
Pemberian hiperoksigenasi maksimal diberikan selama 2 menit pada tindakan
suction. Saturasi oksigen adalah nilai rasio jumlah O2 terikat pada hemoglobin
pada kemampuan seluruh hemoglobin dapat berikatan dengan O2 (Hudak &
Gallo, 2013). nilai dari saturasi oksigen normalnya berkisar 95 sampai dengan
100 % (walaupun pengukuran yang lebih rendah mungkin normal pada beberapa
pasien, misalnya pada pasien PPOK (Fox, 2002). Saturasi oksigen dapat diukur
dengan metode invasive maupun non invasive. Pengukuran dengan metode
invasive menggunakan analisa gas darah. Adapun pengukuran metode non
invasive menggunakan oksimetri nadi (Kozier dan Erb, 2012). Untuk
menghindari terjadinya hipoksemi dari prosedur suctioning sangat perlu
dilakukan tindakan hiperoksigenasi.
Pada tindakan suction terjadi komplikasi yang dapat timbul diantaranya salah
terjadinya hipoksemia atau hipoksia. Pada proses dilakukan penghisapan tidak
hanya sekret yang terhisap, tetapi O2 juga terhisap dan menyebabkan kejadian
hipoksemia yang terjadi sesaat dengan tanda penurunan nilai saturasi oksigen
atau SpO2 (Saskatoon health Regional Authority, 2010) Dalam hal ini diperlukan
tindakan hiperoksigenasi sebelum tindakan suction (Brunner&Suddarth, 2012).
REFERENSI
Oktarisa. Ana. dkk. 2019. Penerapan Hiperoksigenasi Sebagai Evidence Based
Nursing Untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis yang
Terpasang Endotracheal Tube, Vol. 2, No. 2. Journal of Telenursing (JOTING).
Diakses tanggal 19 Agustus 2021.
http://ojs.stikessaptabakti.ac.id/index.php/jrmk/article/view/57

Hayati. Teti. dkk. 2019. Perbandingan Pemberian Oksigenasi Satu Menit dan Dua
Menit Pada Proses Suction Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Terpasang
Ventilator, Vol. 1, No. 1. Riset Media Keperawatan. Diakses tanggal 20 Agustus
2021. https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/493

Syahran. Yuliani. dkk. 2019. “Pengaruh Tindakan Suction ETT Terhadap Kadar
Saturasi Oksigen Pada Pasien Gagal Nafas” Vol. 12, No. 2. Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan. Diakses tanggal 22 Agustus 2021.
https://www.neliti.com/publications/337485/pengaruh-tindakan-suction-ett-
terhadap-kadar-saturasi-oksigen-pada-pasien-gagal

Hammad, M. dkk. 2020. “Perubahan Kadar Saturasi Oksigen pada Pasien Dewasa
yang Dilakukan Tindakan Suction Endotrakeal Tube di Ruang ICU RSUD Ulin
Banjarmasin” Vol. 1, No. 2. Bima Nursing Journal. Diakses tanggal 22 Agustus
2021. http://jkp.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/bnj/article/view/466

Anda mungkin juga menyukai