2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9.
9.
Hasil Rapat:
1. Jumlah staf di instalasi Rawat jalan : Medis: 2 dokter gigi, 1 dokter umum, 1 spesialis Penyakit
Dalam, 1 Spesialis Anak, 1 Spesialis Bedah, 1 Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Dan paramedic: 3
bidan dan 2 perawat. Jumlah tersebut masih sangat minim, mengingat ada sekitar 10 poli di instalasi
rawat jalan.
2. Ada 13 Ruangan di Poliklinik rawat jalan yang difungsikan sebagai: klinik pelayanan umum, klinik
gigi, klinik anak, klinik kebidanan dan pelayanan KB/KIA, klinik bedah, klinik Penyakit dalam,
klinik VCT merangkap ruang sanitasi, klinik Geriatri, ruang Laboratorium, ruang PPATRS, ruang
Rekam medis dan admisi.
3. Kendala di instalasi rawat jalan:
- masih sepi pasien karena keterbatasan fasilitas terutama laboratorium dan radiologi yang
belum bisa dioperasikan (masih MOU dengan RSUD dr. Sobirin)
- tidak semua spesialis yang standby, padahal sudah dibuat jadwal kedatangan spesialis dari
aplikasi H-Fis untuk pasien JKN, sehingga masih ditangani oleh dr. umum (tidak memenuhi
standar SPM) terutama untuk klinik PDL dan Bedah. Untuk Obgin dan anak sejauh ini
spesialis mengusahakan untuk dating
4. Fasilitas sangat kurang: sarana seperti kursi, meja dan beberapa peralatan medis dan non medis
digunakan oleh unit lain terutama untuk menunjang program vaksin dan isolasi pasien Covid
sehingga ada beberapa ruangan kosong dari fasilitas. Dan sementara ini vaksinasi covid
dilaksanakan di poliklinik rawat jalan, sehingga ada beberapa ruangan yang dipakai yang membuat
terganggunya kegiatan rawat jalan.
5. Belum ada panduan pelayanan Rawat Jalan dan SOP yang telah disepakati staf medis dan non medis.
Konsekuensinya pelayanan rawat jalan terkesan jalan di tempat. Terutama untuk pasien rujuk balik
yang dari tuntutan BPJS minimal 1 % dari pasien rawat inap belum dapat 1 pasien pun.
6. Terkait SOP yang belum ada, untuk poli bedah yang MRS pasien bedah elektif menyebabkan tariff
RS jauh lebih bedar dari tariff inacbg.
7. Belum ada perawat gigi
8. Poli obstetric ginekologi masih dilaksanakan di IGD karena poli tidak ada AC. Instalasi rawat jalan
akan mengajukan permintaan ulang untuk sarpras, alkes dan SDM.
Foto Kegiatan Rapat:
r
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9.
9.
NOTULENSI RAPAT
Hasil Rapat:
1. Staf PPATRS ada 3 orang: Kepala Unit PPATRS dr. Tri Maulina dan PIC rumah sakit Mareta,
SE dan petugas cetak SEP: Amel. Petugas entry pasien BDT,JKN dan jampersal oleh mareta dan
Amel serta Koding dan grouping dr. Tri maulina. Petugas Verifikator internal dr. Tri Maulina
2. Beberapa waktu terakhir; terjadi keterlambatan klaim. Sebab terakhir terjadi miss koordinasi
dengan ruang rawat inap yang terlambat menyetorkan medical record pasien. Solusi:
memperbaharui SOP alur pelayanan pengembalian status pasien pulang. Per 1 Mei 2021.
3. Memperbaharui Tim Pencegah Fraud karena SK terakhir tahun 2018 banyak nama anggota yang
sudah pindah. Dan mengaktifkan rapat tim pencegah fraud tiap bulan untuk menganalisis ada
atau tidaknya kecurangan pengklaiman di RSUD Muara Beliti.
4. Dengan staf yang ada masih sangat kurang tenaga. Terlebih kemampuan IT untuk aplikasi dan
pemeliharaan server yang blm mumpuni. Aplikasi v-klaim perlu di update secara berkala
minimal 2 kali dalam setahun dan rentan untuk kehilangan data klaim pasien yang akan
mempengarhui pemeriksaan keuangan Rumah Sakit Usul tambahan staf IT dan pelatihan berkala
casemix dan IT untuk petugas entry dan koder. Dengan pelatihan yang berkala akan mengurangi
klaim yang di pending dan terdispute. Serta kerja PPATRS lebih bisa dipertanggungjawabkan.
5. Penambahan fasilitas terutama: Lemari dan Ruangan yang lebih luas untuk proses entry dan
scanner khusus dengan spesifikasi yang mumpuni untuk memperlancar proses klaim bulanan
pasien. Scanner yang ada sangat lambat dan kurang representative untuk menscan lembar status
yang cukup banyak.
6. Koordinasi Tim Audit (Tim Pencegah Fraud) dan TKMKB (dr. Selamet R, Sp.B) sebaiknya
jalan.
7. Wifi kadang kadang mati tp sejauh ini bisa dikondisikan.
8. Untuk petugas cetak SEP, tupoksi sebenarnya adalah tugas admisi dibawah rekam medis.
Mengingat petugas PPTRS yang hanya sedikit dan tupoksi yang lumayan lebih banyak,
diharapkan petugas yang cetak SEP dikembalikan ke staf admisi dibawah rekam medis.