Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT
Pengampu: Riezky Maya Probosari, S.Si, M.Si

Oleh:

Titi Ardiyanti (K4516065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia cabai merupakan bumbu masakan yang wajib ada dalam setiap
menu masakan masyarakat. Akan tetapi beberapa bulan yang lalu hingga saat ini
harga cabai sering kali tidak dapat dikendalikan. Banyak alasan yang
menyebabkan hal tersebut terjadi. Faktor kegagalan panen oleh para petani adalah
faktor yang sangat diyakini oleh masyarakat sebagai penyebab dari harga cabai
yang melambung tinggi.
Pada pertumbuhannya cabai memang tak gampang untuk dibudidayakan.
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam menangani pertumbuhan cabai.
Terlebih pada pupuk yang digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman
cabai. Unsur-unsur yang terdapat didalam tanah tidak mengandung unsur-unsur
hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman, terlebih tanaman cabai.
Dalam hal ini penggunaan pupuk dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman cabai.
Dalam pemenuhan unsur tersebut seringkali mengabaikan kemungkinan dari
semakin rendahnya kesuburan tanah yang disebabkan oleh pupuk anorganik.
Maka dari itu usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah
dengan melakukan pemupukan menggunakan pupuk organik, baik pupuk
kandang, pupuk hijau maupun pupuk kompos.
Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi jika
dibandingkan dengan pupuk buatan. Namun, pupuk kandang mempunyai
kelebihan yang dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas
tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-kation tanah.
Jadi penggunaan pupuk organik dengan tujuan mempertahankan kesuburan tanah
dapat meningkatkan produktivitas tanaman cabai secara berkelanjutan serta
meningkatkan pendapatan usaha tani terlebih dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat akan cabai. Jadi, dalam penelitian ini akan diteliti tentang pengaruh
penggunaan pupuk kandang terhadap pertumbuhan cabai.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan berbagai jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman cabai.
BAB II

A. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan bahan pembuatannya, pupuk dibagi menjadi 2 jenis yaitu pupuk
organik dan anorganik. Menurut Sutanto (2006) pemakaian pupuk kimia atau
pupuk anorganik yang terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah
menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan untuk mencukupkan unsur
hara di dalam tanah tidak tercapai. Potensi genetis tanaman pun tidak dapat
dicapai mendekati maksimal. Berbeda dengan pupuk organik, kandungan unsur
hara dalam pupuk kandang sebagai salah satu jenis pupuk organik tidak terlalu
tinggi jika dibandingkan dengan pupuk buatan. Namun, pupuk kandang
mempunyai kelebihan yang dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti
permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation-
kation tanah.
Pupuk organik memiliki 3 macam, yaitu pupuk kandang, pupuk hijau, dan
kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk yang memanfaatkan unsur hara dalam
kotoran hewan yang digunakan untuk pemenuhan unsur-unsur yang dibutuhkan
tanaman. Pupuk kandang, secara umum setiap ton mengandung 5 kg N, 3 kg
P2O5 dan 5 kg K2O serta unsur-unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif
kecil (Hardjowigeno, 2003). Selanjutnya pupuk hijau yang diartikan sebagai
pupuk dari dedaunan atau sisa-sisa tanaman dan difungsikan sebagai penambah
unsur N dan unsur-unsur lain yang dikembalikan ke tanah. Pupuk hijau biasanya
dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk kandang, jika jumlah pupuk kandang lebih
sedikit apabila dibandingakan tanah yang sangat memerlukan pupuk organik.
Sedangkan kompos adalah bahan organik yang dibusukkan pada suatu tempat
yang terlindung dari matahari dan hujan, diatur kelembabannya dengan menyiram
air bila terlalu kering. Untuk mempercepat perombakan dapat ditambah kapur,
sehingga terbentuk kompos dengan C atau N rasio rendah yang siap untuk
digunakan. Bahan untuk kompos dapat berupa sampah atau sisa-sisa tanaman
tertentu (jerami dan lain-lain).
Pupuk kandang memiliki berbagai sumber bahan dari kotoran hewan,
misalnya kotoran kambing, sapi, ayam, maupun babi dengan sifat-sifat sebagai
berikut:
1. Kotoran ayam mengandung N tiga kali lebih besar daripada pupuk
kandanng.
2. Kotoran kambing mengandung N dan K masing-masing dua kali lebih
besar daripada kotoran sapi.
3. Kotoran babi mengandung P dua kali lebih banyak daripada kotoran sapi.
4. Pupuk kandang dari kuda atau kambing mengalami fermentasi dan
menjadi panas lebih cepat daripada pupuk kandang sapi dan babi. Karena
itu banyak petani menyebut pupuk kandang sapi dan babi sebagai pupuk
dingin (cold manures).
5. Dalam semua pupuk kandang P selalu terdapat dalam kotoran padat,
sedangkan sebagian besar K dan N terdapat dalam kotoran cair (urine).
6. Kandungan K dalam urine adalah lima kali lebih banyak daripada dalam
kotoran padat, sedangkan kandungan N adalah dua sampai tiga kali lebih
banyak.
7. Kandungan unsur hara dalam kotoran ayam adalah yang paling tinggi,
karena bagian cair (urine) tercampur dengan bagian padat.Kandungan
unsur hara dalam pupuk kandang ditentukan oleh jenis makanan yang
diberikan.
Cabai rawit dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Corolliforea
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum frutescens L.
Varietas cabai yang biasa dibudidayakan petani dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu cabai kecil atau cabai jemprit, cabai ceplik atau cabai hijau, dan cabai putih.

B. HIPOTESIS
Tanaman cabai yang ditambahkan pupuk kandang kotoran kambing akan
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan yang
ditambahkan pupuk kandang kotoran sapi maupun yang tidak ditambahkan
apapun.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Penelitian dilakukan pada:


Waktu : Minggu, 8 Juni 2017 – Selasa, 13 Juni 2017
Tempat : Kos Ronasari, Jln. Kabut, RT 01, RW 23, Panggungrejo,
Jebres, Surakarta

B. Alat dan bahan :


1. Alat :
a. Gelas plastik ( 3 buah )
b. Alat tulis ( 1 buah )
c. Penggaris ( 1 buah )
d. Kertas ( 1 buah )
2. Bahan :
a. Tanah (secukupnya)
b. Kotoran sapi (secukupnya)
c. Kotoran kambing (secukupnya)
d. Air (secukupnya)
e. Tanaman cabai ( 3 buah )

C. Cara kerja :
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Mencampurkan tanah dan kotoran sapi dengan perbandingan 1:1 dan
memasukkannya kedalam gelas A.
3. Mencampurkan tanah dan kotoran kambing dengan perbandingan 1:1 dan
memasukkannya kedalam gelas B.
4. Memasukkan tanah kedalam gelas C.
5. Memasukkan tanaman cabai 1 buah pada tiap-tiap gelas
6. Menyiram gelas A, B, dan C sehari 2 kali.
7. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi pada tanaman cabai
yang terdapat dalam ketiga gelas tersebut.
BAB IV

PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan didapatkan data sebagai berikut:

Gelas
Hari ke-
A B C
1 6,5 cm 6,5 cm 6,5 cm
2 6,6 cm 6,7 cm 6,5 cm
3 6,6 cm 6,8 cm 6,6 cm
4 6,7 cm 6,9 cm 6,6 cm
5 6,7 cm 6,9 cm 6,7 cm
6 6,8 cm 7 cm 6,7 cm
7 6,8 cm 7,1 cm 6,7 cm
8 6,8 cm 7,2 cm 6,8 cm
9 6,9 cm 7,3 cm 6,8 cm
10 7 cm 7,4 cm 6,8 cm

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan laju


pertumbuhan tanaman cabai pada gelas A, B dan C. Pada hari pertama tinggi
tanaman cabai pada gelas A, B, dan C adalah sama yaitu 6,3 cm. Pada hari
berikutnya terjadi perubahan antara gelas A, B, dan C. Gelas A menjadi 6,6 cm,
gelas B tumbuh menjadi 6,7 cm dan gelas C masih sama dengan 6,5 cm. Dihari
ke-3 gelas A tetap dengan tinggi 6,6 cm, gelas B tumbuh menjdi 6,8 cm, dan gelas
C tumbuh menjadi 6,6 cm. Pada hari ke-4 gelas A tumbuh menjadi 6,7 cm, gelas
B tumbuh menjadi 6,9 cm, dan gelas C tetap dengan 6,6 cm. Pada hari ke-5 gelas
A tetap dengan 6,7 cm, gelas B tetap dengan 6,9 cm, dan gelas C tumbuh menjadi
6,7 cm. Pada hari ke-6 gelas A tumbuh menjadi 6,8 cm, gelas B tumbuh menjadi 7
cm, dan gelas C tetap dengan 6,7 cm. Pada hari ke-7 gelas A tetap dengan 6,8 cm,
gelas B tumbuh menjadi 7,1 cm, dan gelas C tetap dengan 6,7 cm. Pada hari ke-8
gelas A tetap dengan 6,8 cm, gelas B tumbuh menjadi 7,2 cm, dan gelas C tumbuh
menjadi 6,8 cm. Pada hari ke-9 gelas A tumbuh menjadi 6,9 cm, gelas B tumbuh
menjadi 7,3 cm, dan gelas C tetap dengan 6,8 cm. Pada hari terakhir, gelas A
tumbuh menjadi 7 cm, gelas B tumbuh menjadi 7,4 cm, dan gelas C tetap dengan
6,8 cm.
Pada gelas A dan B memiliki laju pertumbuhan yang berbeda namun tidak
cukup signifikan apabila dibandingkan dengan gelas C yang tidak ditambahkan
apapun. Dalam hal ini, gelas C tidak memiliki unsur hara yang seharusnya
dibutuhkan oleh tanaman cabai. Sedangkan pada gelas A yang diberi perlakuan
dengan menambahkan kotoran sapi memiliki sedikit perbedaan laju pertumbuhan
dengan gelas B karena unsur hara yang terkandung dalam kotoran kambing tidak
cukup tinggi jika dibandingkan pada kotoran kambing.
Berdasarkan hasil tersebut hasil tertinggi diperoleh dari perlakuan yang
diberikan pada gelas B yang ditambahkan kotoran kambing sebagai pupuk
kandangnya. Kotoran kambing memiliki kandungan N dan K masing-masing dua
kali lebih besar daripada kotoran sapi. Unsur hara N berfungsi dalam
mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi
tanaman, menambah ukuran daun pada tanaman cabai serta memperbaiki kualitas
tanaman tersebut.
Kandungan hara mikro dan makro yang terkandung dalam pupuk kandang
terlebih berasal dari kotoran kambing dapat menyebabkan peningkatan
pertumbuhan tanaman serta mampu meningkatkan hasil buah cabai tanaman cabai
karena unsur hara tersebut memiliki peran yang cukup besar dalam pertumbuhan
dan hasil tanaman. Hal ini dapat diketahui dari fungsi masing-masing unsur hara
tersebut. Unsur hara mikro berfungsi sebagai activator system enzim atau dalam
proses pertumbuhan tanaman, seperti fotosintesis dan respirasi. Begitu juga
dengan kandungan hara makro yang cukup tersedia bagi kebutuhan tanaman,
dapat meningkatkan panjang batang serta mampu meningkatkan hasil cabai,
karena unsur hara tersebut memiliki peran yang cukup besar dalam pertumbuhan
dan hasil tanaman.
BAB IV

KESIMPULAN
Hasil tertinggi diperoleh dari perlakuan yang diberikan pada gelas B yang
ditambahkan kotoran kambing sebagai pupuk kandangnya. Kotoran kambing
memiliki kandungan N dan K masing-masing dua kali lebih besar daripada
kotoran sapi. Unsur hara N berfungsi dalam mempercepat pertumbuhan tanaman
yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman, menambah ukuran daun pada
tanaman cabai serta memperbaiki kualitas tanaman tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Iryanto, B (2003). Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:


KANISIUS (Anggota IKAPI)
Supartha, I. N. Y., Wijana, G., & Adnyana, G. M. (2012). Aplikasi Jenis Pupuk
pada Tanaman Padi Sistem Pertanian Organik. Volume 1, No 2
Roidah, I. S. (2013). Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan
Tanah. Volume 1, No. 1
LAMPIRAN
POSTER

Anda mungkin juga menyukai