Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ghibran Nabil Putra /13

Kelas : XII MIPA 3

KEHIDUPAN ANAK REMAJA


Namanya Kaindra. Kaindra Javier. Wakil ketua OSIS, ganteng, charming, pintar.
Pokoknya, segala yang dicari Katya Elshadira dari seorang cowok. Plus, Kai baik dan sosok
yang sangat gentle. Beda sama Nathan yang nyebelinnya bikin Katya gagal paham. Pertama
kali lihat muka Nathan waktu MOS tahun lalu, Katya sudah punya firasat, bahwa Nathan
bakal mengganggu ketenangan hidupnya.
Waktu MOS, Nathan dan Katya dalam satu gugus yang sama. Karena ini MOS, senior
sering menjadikannya ajang balas dendam. Para junior diminta membawa kacang hijau
sejumlah 2013 butir. Ya, lo pikir aja, gimana cara ngitungnya? Mabok, mabok deh lo
ngitungin kacang ijo 2013 biji. Udah ngitungnya ribet, Nathan sama sekali enggak bantuin.
Dia malah duduk ongkang-ongkang kaki di warung sambil minum es. Sejak itu, enggak tahu
kenapa, apa pun yang diperbuat Nathan jadi salah di mata Katya. Ditambah lagi, kelakuannya
semakin menjadi.jadi setelah nyaris dua tahun bersekolah di SMA Pelita Bangsa. Pada bulan-
bulan awal sekolah, sikap Nathan emang belum gimana-gimana banget. Tapi, seisi kelas udah
mulai dibikin naik darah sama dia. Terus, setelah satu semester berlalu, kelakuannya makin
enggak terkontrol. Semua orang pasrah sama kelakuannya, bahkan guru-guru sampai angkat
tangan.
Namun, Katya enggak pernah takut, kerjaannya malah nantangin Nathan melulu. Kalau
Katya cowok, udah Nathan gorok kali, ya, lehernya.
"Kat, gila! Sumpah, lo pakai pelet apaan sampai Nathan diem aja?" sahut Eriska,
membuyarkan lamunan Katya.
"Ah, dia kan, emang cuma berani ngancam doang," jawabnya enteng.
"Udah ah, gue mau ke kantin lagi. Belum kelar makannya."
"Eh! Katya! Tungguin!" Braaak!!!
Nathan menggebrak meja dengan emosi. Rio dan Leon hanya saling pandang. Mereka
enggak mau digantung di tiang bendera oleh Nathan cuma gara-gara salah ngomong.
"Sialan tuh cewek. Bikin harga diri gue murah di depan anak SMP tadi!" ucapnya kesal.
"Untung cewek," katanya lagi, seraya mengacak rambutnya.
"Makanya, Nath. Karena dia cewek, lo enggak boleh nantangin dia secara fisik," timpal Rio.
"Itu sih gue juga tahu, bego!" sentaknya. "Gue harus bikin dia berhenti ngerecokin semuanya.
Tapi, gimana?"
"Nah, gue tahu, Nath. Lo tantangin aja dia jadi pacar lo. Kita lihat seberani apa dia. Nanti,
yang mutusin duluan, kalah. Lo tentuin aja hukumannya!" usul Rio.
Seketika, Leon tertawa terbahak-bahak. "Sumpah lo? Demi apa? Lo overdosis nonton
sinetron apa? Itu ide paling goblok yang pernah gue denger!" serunya diiringi tawa.
Tanpa mereka duga, Nathan bergumam, "Hm. Boleh." Dalam benaknya, muncul sebuah
nama, Kiara. Akhirnya,dia menemukan cara untuk mengenyahkan Kiara dari pandangpannya.
Kiara. Gadis keturunan Indonesia-Inggris yang saat ini jadi gebetan Nathan. Kiara sangat
cantik, dengan mata cokelat terang, bibir penuh, dan hidung mancung. Kiara juga seorang
model yang wajahnya sering muncul di majalah remaja. Nathan dikabarkan dekat dengan
Kiara ketika dia mengantar gadis itu pulang. Bahkan, Nathan membiarkan gadis itu memakai
sweternya. Namun, itu terjadi saat kelas 1 SMA. Sejak itu, Nathan beberapa kali digosipkan
dekat dengan gadis lain. Dia dan Kiara kemudian berakhir dengan acara jambak-menjambak
di lapangan belakang sekolah. Sebelum, akhirnya keduanya mundur teratur. Sepertinya, akan
ada cerita baru lagi minggu ini. Nathan bisa saja menolak melakukan taruhan bodoh ini, kalau
saja Katya tidak cuek dan angkuh kepadanya. Pada saat semua siswi SMA Pelita Bangsa
memujanya, Katya malah Membencinya. Tentu saja, Nathan penasaran.
“Ya, udah, yok!” seru Nathan.
Rio dan Leon menoleh serempak. “Ke mana?”
“Udah, buruan!” Nathan bergegas menuju lantai dua, Tempat kelas Katya berada.
Nathan berjalan dengan ekspresi cool andalannya, bentuk sadar diri bahwa dia ganteng. Satu
lagi tipe cowok yang benar-benar bukan tipe cowok Katya. Narsis, ew!.
“Mana Katya?” tanya Nathan dingin pada siswi yang duduk Paling dekat dengan pintu.
Nathan melongokkan kepalanya Ke seisi kelas, mencari sosok Katya.
“Eh? Ng ... Katya ....” Gadis yang ditanyainya mendadak Gugup, karena Nathan menatapnya
intimidatif.
“Mana Katya?” ulangnya.
“Ngapain lo nyariin gue?” Katya muncul dari belakangnya, menen teng sekan tong plastik
berisi batagor hangat. Emang perut karet, sih. Udah makan lontong kari satu porsi, Tambah es
jeruk, masih belum kenyang.
“Sini, lo!” Nathan menarik Katya menjauh dari pintu.
“Eh, apaan, sih?! Mau apa lo?! Awas ya, gue bawa semprotan merica!” ancam Katya galak.
“Siapa juga yang mau apa-apain lo? Ge-er banget!” ucap Nathan.
Katya mencebik. “Ya, udah, lo mau apa? Gue enggak Punya waktu buat ngeladenin lo!” Dia
melirik arlojinya. Lima Menit lagi bel tanda istirahat selesai, dan batagornya masih Utuh.
“Gue ke sini mau ngomong sama lo,” mulai Nathan.
Katya mendelik. “Udah, kan, dari tadi juga.”
“Nih ya, daripada lo gangguin hidup gue mulu....”
“Yang ada lo ya, yang gangguin hidup gue!”
"Bacot! Diam dulu bisa enggak, sih?!"
"Iya, deh, PMS ya, Mas?" ejek Katya.
Nathan lalu berujar,"Gue mau ngasih penawaran sama lo”.
Dahi Katya berkerut. "Apaan?"
"Kita pacaran."
"BHAK! Itu mah mau lo aja. Sori ya, gue enggak mau buang-buang waktu buat pacaran
enggak jelas sama lo."
Nathan cuek malah tetap melanjutkan kalimatnya. "Yang mutusin duluan, kalah. Kalau
lo yang kalah, gue mau, lo berhenti gangguin hidup gue, dan jadi babu gue selama sebulan."
"Mending mati aja gue," jawab Katya.
"Kalau gue kalah, terserah lo mau ngasih hukuman apa," tawar Nathan tidak menggubris
protes Katya. "Gimana?"
Katya tertawa meremehkan. "Idih, najong! Males banget gue sama lo. Tercemar reputasi gue
sebagai anak baik-baik."
"Oh, ya udah. Kalau gitu, artinya lo udah kalah sebelum perang. Jadi, mulai hari ini lo
pembantu gue."'
Nathan memasukkan kedua tangannya ke saku celana seraya menunggu respons Katya.
Astaga, gue enggak tahu lagi yang mana yang lebih laknat. Jadi pacarnya, atau jadi
pembantunya? Gadis itu membatin. Melihat Katya yang tak kunjung menjawab, Nathan
angkat bicara. "Oke, gue tunggu lo pas pulang sekolah ya, Kat. Bawain tas dan barang-
barang...."
"FINE!" jawab Katya yang disambut senyum miring Nathan. "Dan gue bilang fine karena gue
kasihan sama lo. Gue kan, dermawan, enggak kayak lo yang bisanya ngemis. Butuh
pembantu aja pake bikin acara nantangin pacaran segala. Ckckck."
"Gue enggak peduli omongan lo." Nathan tersenyum.
"Nanti lo balik bareng gue ya, Sayang."
Katya bergidik geli. "Najis!"

Anda mungkin juga menyukai