Namanya Kaindra. Kaindra Javier. Wakil ketua OSIS, ganteng, charming, pintar. Pokoknya, segala yang dicari Katya Elshadira dari seorang cowok. Plus, Kai baik dan sosok yang sangat gentle. Beda sama Nathan yang nyebelinnya bikin Katya gagal paham. Pertama kali lihat muka Nathan waktu MOS tahun lalu, Katya sudah punya firasat, bahwa Nathan bakal mengganggu ketenangan hidupnya. Waktu MOS, Nathan dan Katya dalam satu gugus yang sama. Karena ini MOS, senior sering menjadikannya ajang balas dendam. Para junior diminta membawa kacang hijau sejumlah 2013 butir. Ya, lo pikir aja, gimana cara ngitungnya? Mabok, mabok deh lo ngitungin kacang ijo 2013 biji. Udah ngitungnya ribet, Nathan sama sekali enggak bantuin. Dia malah duduk ongkang-ongkang kaki di warung sambil minum es. Sejak itu, enggak tahu kenapa, apa pun yang diperbuat Nathan jadi salah di mata Katya. Ditambah lagi, kelakuannya semakin menjadi.jadi setelah nyaris dua tahun bersekolah di SMA Pelita Bangsa. Pada bulan- bulan awal sekolah, sikap Nathan emang belum gimana-gimana banget. Tapi, seisi kelas udah mulai dibikin naik darah sama dia. Terus, setelah satu semester berlalu, kelakuannya makin enggak terkontrol. Semua orang pasrah sama kelakuannya, bahkan guru-guru sampai angkat tangan. Namun, Katya enggak pernah takut, kerjaannya malah nantangin Nathan melulu. Kalau Katya cowok, udah Nathan gorok kali, ya, lehernya. "Kat, gila! Sumpah, lo pakai pelet apaan sampai Nathan diem aja?" sahut Eriska, membuyarkan lamunan Katya. "Ah, dia kan, emang cuma berani ngancam doang," jawabnya enteng. "Udah ah, gue mau ke kantin lagi. Belum kelar makannya." "Eh! Katya! Tungguin!" Braaak!!! Nathan menggebrak meja dengan emosi. Rio dan Leon hanya saling pandang. Mereka enggak mau digantung di tiang bendera oleh Nathan cuma gara-gara salah ngomong. "Sialan tuh cewek. Bikin harga diri gue murah di depan anak SMP tadi!" ucapnya kesal. "Untung cewek," katanya lagi, seraya mengacak rambutnya. "Makanya, Nath. Karena dia cewek, lo enggak boleh nantangin dia secara fisik," timpal Rio. "Itu sih gue juga tahu, bego!" sentaknya. "Gue harus bikin dia berhenti ngerecokin semuanya. Tapi, gimana?" "Nah, gue tahu, Nath. Lo tantangin aja dia jadi pacar lo. Kita lihat seberani apa dia. Nanti, yang mutusin duluan, kalah. Lo tentuin aja hukumannya!" usul Rio. Seketika, Leon tertawa terbahak-bahak. "Sumpah lo? Demi apa? Lo overdosis nonton sinetron apa? Itu ide paling goblok yang pernah gue denger!" serunya diiringi tawa. Tanpa mereka duga, Nathan bergumam, "Hm. Boleh." Dalam benaknya, muncul sebuah nama, Kiara. Akhirnya,dia menemukan cara untuk mengenyahkan Kiara dari pandangpannya. Kiara. Gadis keturunan Indonesia-Inggris yang saat ini jadi gebetan Nathan. Kiara sangat cantik, dengan mata cokelat terang, bibir penuh, dan hidung mancung. Kiara juga seorang model yang wajahnya sering muncul di majalah remaja. Nathan dikabarkan dekat dengan Kiara ketika dia mengantar gadis itu pulang. Bahkan, Nathan membiarkan gadis itu memakai sweternya. Namun, itu terjadi saat kelas 1 SMA. Sejak itu, Nathan beberapa kali digosipkan dekat dengan gadis lain. Dia dan Kiara kemudian berakhir dengan acara jambak-menjambak di lapangan belakang sekolah. Sebelum, akhirnya keduanya mundur teratur. Sepertinya, akan ada cerita baru lagi minggu ini. Nathan bisa saja menolak melakukan taruhan bodoh ini, kalau saja Katya tidak cuek dan angkuh kepadanya. Pada saat semua siswi SMA Pelita Bangsa memujanya, Katya malah Membencinya. Tentu saja, Nathan penasaran. “Ya, udah, yok!” seru Nathan. Rio dan Leon menoleh serempak. “Ke mana?” “Udah, buruan!” Nathan bergegas menuju lantai dua, Tempat kelas Katya berada. Nathan berjalan dengan ekspresi cool andalannya, bentuk sadar diri bahwa dia ganteng. Satu lagi tipe cowok yang benar-benar bukan tipe cowok Katya. Narsis, ew!. “Mana Katya?” tanya Nathan dingin pada siswi yang duduk Paling dekat dengan pintu. Nathan melongokkan kepalanya Ke seisi kelas, mencari sosok Katya. “Eh? Ng ... Katya ....” Gadis yang ditanyainya mendadak Gugup, karena Nathan menatapnya intimidatif. “Mana Katya?” ulangnya. “Ngapain lo nyariin gue?” Katya muncul dari belakangnya, menen teng sekan tong plastik berisi batagor hangat. Emang perut karet, sih. Udah makan lontong kari satu porsi, Tambah es jeruk, masih belum kenyang. “Sini, lo!” Nathan menarik Katya menjauh dari pintu. “Eh, apaan, sih?! Mau apa lo?! Awas ya, gue bawa semprotan merica!” ancam Katya galak. “Siapa juga yang mau apa-apain lo? Ge-er banget!” ucap Nathan. Katya mencebik. “Ya, udah, lo mau apa? Gue enggak Punya waktu buat ngeladenin lo!” Dia melirik arlojinya. Lima Menit lagi bel tanda istirahat selesai, dan batagornya masih Utuh. “Gue ke sini mau ngomong sama lo,” mulai Nathan. Katya mendelik. “Udah, kan, dari tadi juga.” “Nih ya, daripada lo gangguin hidup gue mulu....” “Yang ada lo ya, yang gangguin hidup gue!” "Bacot! Diam dulu bisa enggak, sih?!" "Iya, deh, PMS ya, Mas?" ejek Katya. Nathan lalu berujar,"Gue mau ngasih penawaran sama lo”. Dahi Katya berkerut. "Apaan?" "Kita pacaran." "BHAK! Itu mah mau lo aja. Sori ya, gue enggak mau buang-buang waktu buat pacaran enggak jelas sama lo." Nathan cuek malah tetap melanjutkan kalimatnya. "Yang mutusin duluan, kalah. Kalau lo yang kalah, gue mau, lo berhenti gangguin hidup gue, dan jadi babu gue selama sebulan." "Mending mati aja gue," jawab Katya. "Kalau gue kalah, terserah lo mau ngasih hukuman apa," tawar Nathan tidak menggubris protes Katya. "Gimana?" Katya tertawa meremehkan. "Idih, najong! Males banget gue sama lo. Tercemar reputasi gue sebagai anak baik-baik." "Oh, ya udah. Kalau gitu, artinya lo udah kalah sebelum perang. Jadi, mulai hari ini lo pembantu gue."' Nathan memasukkan kedua tangannya ke saku celana seraya menunggu respons Katya. Astaga, gue enggak tahu lagi yang mana yang lebih laknat. Jadi pacarnya, atau jadi pembantunya? Gadis itu membatin. Melihat Katya yang tak kunjung menjawab, Nathan angkat bicara. "Oke, gue tunggu lo pas pulang sekolah ya, Kat. Bawain tas dan barang- barang...." "FINE!" jawab Katya yang disambut senyum miring Nathan. "Dan gue bilang fine karena gue kasihan sama lo. Gue kan, dermawan, enggak kayak lo yang bisanya ngemis. Butuh pembantu aja pake bikin acara nantangin pacaran segala. Ckckck." "Gue enggak peduli omongan lo." Nathan tersenyum. "Nanti lo balik bareng gue ya, Sayang." Katya bergidik geli. "Najis!"