Anda di halaman 1dari 1

C2

10 APRIL 2011

Rumah Kopi Singa Tertawa


Yusi Avianto Pareanom
YUYUN NURRACHMAN (TEMPO)

Meja 7
Kau masih suka cappuccino
kan, Mas?
Tentu saja. Ada apa? Kenapa
menarik-narik rambut dan senyamsenyum seperti itu?
Kalau begitu mari angkat cangkir.
Ayo!
Kau pembohong yang manis,
dari dulu kau memang tak suka minuman ini.
Ketahuan, ya? Habis bagaimana, kalau tidak tubruk tidak mantap. Bahkan, kopi kampung yang
dicampur bubuk jagung pun lebih
enak ketimbang favoritmu ini.
Ngawur, ah. Mengapa sih butuh
enam bulan pura-pura suka?
Aku tak mau membuatmu kecewa.
Kenapa tak boleh kalau hanya
urusan kopi?
E..., aku ingin mengesankanmu.
Ha ha ha. Payah, ah. Kalau ingin
membuatku terkesan, kenapa tak
menari di tengah sana dengan kaki
terangkat sebelah dan lidah terjulur?
Sungguh?
Tidak, dungu.
Meja 10
Kalau yang diminta bergerak
orang-orang itu agak repot, Bang.
Harganya lebih tinggi?
Bukan itu, mereka panasan. Bisa
geger nanti.
Malah bagus, tho?
Kalau ada yang mati?
Pelankan suaramu.
Sori.
Prinsipnya, mereka jangan sengaja disuruh bunuh orang begitu,
kita ini bukan binatang. Tapi, kalau
terpaksa ada yang habis, apa boleh
buat.
Kodenya apa?
Pita biru.
Meja 4
Tetap Sora Aoi, Miyabi pipinya
nggak halus.
Malah alami, dong. Sora sampai
sekarang mainnya begitu-begitu saja. Belum berani nggak sensor.
Nggak pentinglah itu, kita kan
tetap bisa membayangkan.
Tanggung.
Tapi penghayatannya, Bung,
penghayatannya. Bahkan kalau lawan mainnya kayak babi sekalipun,
Sora tetap menciumnya sepenuh
hati.
Layak menang Oscar? Ha ha ha.
Okelah, malah enak, kita tak perlu
bertengkar siapa milih siapa bila
suatu hari tiba-tiba saja kita terjebak di kamar bersama mereka. Tapi, tahu tidak, Bung, sekarang ini di
Jepang yang lagi naik daun justru
pemain yang tua-tua.
Genre mature dan lolita kan sudah dari dulu ada?

Tapi yang ciamik, si Marion ini


omong kalau selama ini tidak bilang-bilang karena tidak ingin pamer ia itu pintar.
IQ tinggi tapi servis pertamanya
kok busuk ya? Peringkatnya biasabiasa, mana tampang biasa lagi.
Cantikan juga Marion Cotillard
yang sama-sama Prancis.
Jangan dilawankan bintang
film, dong.
Kalau di tenis juga masih banyak yang lebih mantap. Maria
Sharapova tetap yang paling sedap.
Kembali ke soal kecerdasan, si
Einstein itu sebetulnya sering tidak
cerdas juga lho.
Soal dia minta bantuan Marcel
Grossman untuk ngerjain hitungan
matematika Relativitas Umum?
Bukan, aku kemarin baca bahwa sebagian besar uang hadiah Nobelnya ludes gara-gara salah pilih
investasi.
Meja 8
Aku sudah pesankan. Nasi goreng wagyu, marble sembilan.
Dekaden betul.
Makan enak itu transendental.
Tapi masa marble sembilan hanya jadi lauk nasi goreng?

Bukan, yang ini tua lawan tua,


nenek-nenek lawan kakek bau tanah.
Jangkrik!
Tentu tidak sepopuler film yang
pakai bintang-bintang AV yang
muda, tapi ada ceruk bisnisnya.
Trennya naik.
Dan lidah nenek-nenek itu juga
bertualang ke bagian tubuh manusia yang tak pernah tersentuh sinar
matahari?
Meja 13
Kalau lu nggak mau balik, gua
bakal jadi homo. Dan, kalau gua kenapa-kenapa, lu yang dosa!
Meja 7
Aku ingin setia kepadamu, Maura, janji.
Apa maksudmu?
Apa maksudmu dengan apa
maksudmu? Setia ya setia.
Aneh, kok tiba-tiba bilang begitu. Lagi pula kok tidak deskriptif,
katanya dulu pernah ikut kelas penulisan kreatif?
Apa anehnya? Justru kamu yang
aneh, biasanya wanita tersanjung

kalau pasangannya bilang begitu.


Aturan mana?
Buku roman, telenovela, atau sinetron Korea yang kautonton?
Aku kok tidak?
Tidak tergetar atau tidak merasa aneh?
Deskripsikan apa yang kaumaksud dengan kata aneh.
Aneh itu adalah... ah, sial! Ngapain aku harus nuruti keinginan
anehmu?
...eh, eh, kok main cium, sih?
Biarin, gemas. Aku jadi tak
mengerti dirimu.
Kalau tak mengerti mengapa
pakai janji segala?
Tak mengerti bukan berarti tak
bisa berjanji.
Lha itu, Mas Setaku sayang, dungu namanya.
Meja 2
Mbak Septi bagaimana?
Sedih aku sebetulnya. Tapi, bagaimana lagi. Perasaan merana itu
kan susah disembuhkan. Dua tahun
terakhir sudah mendingan, tapi
minggu lalu kembali lagi seperti
dulu.

Pas setelah eksekusi?


Sebetulnya sebelumnya sudah,
ketika berita eksekusi si anjing itu
mulai ramai di televisi.Tapi, kukira,
siapa pun yang diingatkan akan nasib buruk anaknya yang mati dirusak dan dipotong-potong akan nelangsa berkepanjangan seperti itu.
Anu, menurutmu, pantas tidak
aku dolan ke rumah kakakmu itu?
Jangan main-main.
Aku sangat serius. Kautahu, aku
sudah suka kepada mbakyumu sejak kita masih SMP. Sungkan saja
yang membuatku menahan diri.
Mungkin takut dianggap ingusan
juga. Tapi, sekarang kan sudah sama berumur. Lagi pula aku bukan
jenis laki-laki seperti bekas suaminya.
Aku bilang lagi-lagi, jangan main-main. Kautahu, ia benar-benar...
Oke, oke, pelan-pelan, oke?
Meja 1
Aku tadi baca di Yahoo, Marion
Bartoli bilang IQ-nya 175.
Lebih tinggi ketimbang Einstein, dong?
Iya, ha ha ha, Einstein cuma 160.

Meja 7
Kalau Mas bilang ingin setia,
apa itu berarti kau juga ingin aku
setia?
Aduh, jelas dong.
Itu tiran namanya, fasis.
Serius ini, memangnya kau tak
keberatan aku main gila?
Kalau itu maumu, aku bisa
apa?
Tidak sakit hati?
Pasti, tapi apa bisa melarang?
Laki-laki dilarang sampai berbuih
pun percuma kalau memang punya
niatan ke sana. Untuk adilnya, wanita juga.
Bisa gila aku sore ini. Bagaimana kalau sudah menikah?
Terserah mereka.
Kok mereka?
Ya mereka yang menikah itu.
Meja 9
Si Tennyson ini pasti bodoh atau
sok tahu luar biasa.
Ada apa, Neng, mendadak sewot
begitu? Teni... sopo, tho?
Alfred Lord Tennyson.
Bos baru di kantormu?
Bukan, dia ini... Begini deh, dia
ini dulu sekali kira-kira pernah bilang kalau lebih baik pernah bercinta sekalipun akhirnya putus di
tengah jalan ketimbang nggak pernah mencintai sama sekali. Apa tidak gemblung, Mbak?
Menurutku apik itu, orang jadi
punya kenang-kenangan.
Ah mending tidak cinta-cintaan.
Sakitnya itu betul-betul lho, Mbak.
Hati, Mbak, hati.

Anda mungkin juga menyukai