Anda di halaman 1dari 8

Pondasi Tiang

2.3.2. Kemampuan Dukung Tiang Pada Tanah Nonkohesif


Untuk mendapatkan contoh tanah yang tak terganggu
(undisturbed soil) atau tanah asli dari tanah nonkohesif atau
berbutir sangat sukar, maka parameter perencanaan untuk tiang
pada tanah berbutir biasanya diperoleh dari hasil test di tempat,
yakni Standard Penetration Test (SPT). Tabel 2.1
memperlihatkan hubungan antara nilai SPT yang belum
dikoreksi (N) dan sudut perlawanan geser tanah (∅)dari tanah
berbatu.
Tabel 2.1. Hubungan antara N dan ∅, Peck et.al (1953)
Nilai N Kepadatan tanah
Sudut geser
(Belum dikoreksi) relatif
10 lepas 30o
20 33o
Cukup padat
30 36o
40 39o
50 41o
padat
60 43o
70 44o

Nilai-nilai sudut geser yang diberikan pada Tabel 2.1 di atas adalah
cocok untuk masalah tiang yang paling umum dalam tanah berbatu.

Tahanan Dukung Ujung, IJ


Seperti pada perhitungan kemampuan dukung tiang pada
tanah kohesif, perhitungan kemampuan dukung tiang pada tanah non
kohesif juga dipisahkan antara tiang pancang dan tiang bor.
Tiang-tiang pancang:
Menurut Meyerhof (1976), tahanan dukung ujung batas dari tiang
dalam tanah berbatu dapat dihitung dengan rumus:
46
Pondasi Tiang

K . ........................................................... (14)
dimana, K adalah tahanan unit penetrasi dari tanah yang dihitung
dengan rumus:
K $$$$$ . ∅ .
!" L ........................................................... (15)
dimana: L = Faktor daya dukung
!"′ = Tekanan efektif yang berlebihan di ujung tiang
Nilai faktor daya dukung ( L ), bervariasi sesuai dengan sudut geser
tanah dan perbandingan antara kedalaman penetrasi tiang terhadap
diameter atau lebar tiang (D/B). Gambar 2.14 memperlihatkan grafik
hubungan antara faktor daya dukung L dan sudut perlawanan geser
tanah ∅.

Gambar 2.14. Faktor daya dukung M , dan perbandingan kedalaman


kritis untuk tiang pancang pada tanah berbatu, Meyerhof
(1976)
47
Pondasi Tiang

Sedangkan Gambar 2.15 hanya merupakan bagian dari Gambar 2.14


yang mencakup nilai ∅ = 30o sampai dengan 45o, dimana nilai ∅
dimaksud merupakan jangkauan nilai dalam banyak kasus yang
ditemui di lapangan.

Gambar 2.15. Faktor daya dukung Nq untuk tiang pancang pada


tanah berbatu, Meyerhof (1976)

Nilai L meningkat secara linier dan tak teratur, sesuai dengan


meningkatnya perbandingan D/B, hingga mencapa nilai maksimum.
Setelah itu peningkatan berjalan konstan, dan pada angka
perbandingan D/2B dikenal sebagai kedalaman yang kritis dan
didefinisikan sebagai berikut.
48
Pondasi Tiang

Kedalaman kritis, Dc
Dengan memperhatikan formula K !" . ∅ . L, terlihat bahwa
tahanan ujung tiang terus meningkat sesuai dengan peningkatan
kedalaman penetrasi. Meyerhof menunjukkan pendapat ini keliru,
dan menunjukkan bahwa rumus tersebut hanya dapat digunakan
sampai pada kedalaman penetrasi tertentu, yang disebut kedalaman
kritis, Dc.
Perkiraan hubungan antara ∅ dan D/B oleh Meyerhof diperlihatkan
dalam Gambar 2.14, dimana tahanan dukung tiang cenderung
menuju ke suatu nilai yang konstan, sehingga rumus untuk
menghitung K menjadi seperti berikut.
Jika D>Dc maka K konstan, maka
K !" . ∅ . L ≤ K= ............................................... (16)
dimana, K= = nilai batas tahanan penetrasi tanah. Gambar 2.16
memperlihatkan suatu grafik untuk mendapatkan nilai K= .

Gambar 2.16. Tahanan ujung batas untuk tiang pancang pada


tanah berbatu, Meyerhof (1976).
49
Pondasi Tiang

Untuk tiang pancang, maka tahanan ujung tiang mencapai angka


maksimum yang melebihi suatu jangkauan kedalaman penetrasi
antara 10B dan 20B.

Tahanan ujung satu tiang pada tanah berbatu


Jika tiang dipancang melalui endapan (lapisan yang lunak, dari segala
material), kedalam suatu stratum tanah berbatu yang berada pada
suatu kedalaman yang melebihi kedalaman kritis dari tiang tersebut,
maka tahanan ujung dari tanah berbatu pada umumnya dapat
diambil pada nilai batas K yang bisa diperoleh pada Gambar 2.16.

Catatan: Kedalaman kritis dari tiang diperoleh dari Gambar 2.14 dengan
menganggap bahwa stratum yang berbatu menyebar sampai
! permukaan.

Suatu pengecualian dari aturan di atas diambil jika kedalaman


penetrasi yang sesungguhnya ke dalam lapisan berbatu (Db), lebih
kecil daripada 10 B. Dalam hal ini unit tahanan penetrasi (K ),
didapat dari rumus berikut.
( ft  fo)
K = KN + x Db ............................…… (17)
10 B
dimana, KN merupakan suatu nilai perkiraan untuk tahanan dukung
ujung yang mungkin terjadi pada lapisan yang di atas, jika tiang
tersebut sudah ditanam di dalam tanah. Gambar 2.17
memperlihatkan hubungan antara tahanan ujung batas (K= ) dan
kedalaman penetrasi (D).

Tiang-tiang bor:
Tahanan dukung batas dari suatu tiang bor dalam tanah berbatu
dihitung dengan prosedur yang sama dengan tiang bor, dan biasanya

50
Pondasi Tiang

diambil 1/3 sampai 1/2 dari nilai tahanan dukung batas tiang
pancang dalam kondisi tanah yang sama.

Gambar 2.17. Hubungan antara tahanan ujung batas tiang


pancang dan kedalaman penetrasi ke tanah berbatu,
yang terletak dibawah stratum lunak, Meyerhof
(1976).

Tahanan Dukung Gesekan, IO


Perhitungan tahanan dukung gesekan ( ) berlaku untuk tiang
pancang dan tiang bor.
K . .................................................................... (18)
Batas nilai rata-rata unit gesekan kulit/hambatan lekatan K , dalam
tanah berbatu yang homogen dapat diperoleh dari formula:
K . $!
$$N$' . tan P ............................................................ (19)
dimana: $!
$$N$' = tekanan efektif rata-rata yang berlebihan
= koefisien tekanan tanah lateral
P = sudut geser antara tanah dan permukaan
keliling tiang
nilai K tidak boleh > nilai K=

Tomlinson (1975) memberikan nilai–nilai perkiraan untuk dan P


51
Pondasi Tiang

yang diperoleh dari penyelidikan tanah yang dikerjakan oleh Broms


pada tahun 1966. Nilai dan P yang tergantung dari material tiang,
diberikan pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Nilai SO dan T untuk tiang dalam tanah berbatu


SO
Material tiang T Kepadatan tanah relatif
Lepas Padat
Baja 20o 0,5 1,0
Beton 0,75 ∅ 1,0 2,0
Kayu 0,67 ∅ 1,5 4,0

Penentuan kepadatan relatif tanah dimana tiang ditanam,


dapat ditentukan melalui metode yang digunakan untuk penanaman
tiang ke dalam tanah, selain kepadatan relatif tanah yang
sesungguhnya dilokasi tersebut. Semakin besar volume tanah yang
digantikan oleh volume tiang, maka akan semakin tinggi nilai
gesekan permukaan keliling tiang.
Tiang bor harus dianggap disokong oleh tanah lepas dan tiang
pancang disokong oleh tanah padat. Untuk tiang-tiang pancang yang
dicor di tempat, maka tanahnya dapat ditetapkan sebagai kepadatan
yang sedang jika selubung/casing yang digunakan pada
pemancangan ditinggal di dalam tanah, atau jika betonnya sudah
padat ketika selubung/casing ditarik keluar dari tanah. Jika beton
yang diisi belum padat ketika casing ditarik, maka tanah disekeliling
tiang harus dianggap sebagai tanah lepas.
Nilai geseran kulit/hambatan lekatan dihitung dengan
persamaan (18) di atas, dan dianggap mencapai angka maksimum
jika kedalaman penetrasi mencapai kedalaman antara 15 B sampai

52
Pondasi Tiang

dengan 20 B. Untuk itu sudah menjadi standar praktis untuk


kedalaman penetrasi diambil sampai dengan 20 B, dan kemudian
menganggap bahwa angka yang diperoleh selanjutnya tetap konstan
walaupun dengan penetrasi yang lebih dalam. Perlu diperhatikan
bahwa nilai K disyaratkan tidak boleh > dari 100 kN/m2

53

Anda mungkin juga menyukai