Nilai-nilai sudut geser yang diberikan pada Tabel 2.1 di atas adalah
cocok untuk masalah tiang yang paling umum dalam tanah berbatu.
K . ........................................................... (14)
dimana, K adalah tahanan unit penetrasi dari tanah yang dihitung
dengan rumus:
K $$$$$ . ∅ .
!" L ........................................................... (15)
dimana: L = Faktor daya dukung
!"′ = Tekanan efektif yang berlebihan di ujung tiang
Nilai faktor daya dukung ( L ), bervariasi sesuai dengan sudut geser
tanah dan perbandingan antara kedalaman penetrasi tiang terhadap
diameter atau lebar tiang (D/B). Gambar 2.14 memperlihatkan grafik
hubungan antara faktor daya dukung L dan sudut perlawanan geser
tanah ∅.
Kedalaman kritis, Dc
Dengan memperhatikan formula K !" . ∅ . L, terlihat bahwa
tahanan ujung tiang terus meningkat sesuai dengan peningkatan
kedalaman penetrasi. Meyerhof menunjukkan pendapat ini keliru,
dan menunjukkan bahwa rumus tersebut hanya dapat digunakan
sampai pada kedalaman penetrasi tertentu, yang disebut kedalaman
kritis, Dc.
Perkiraan hubungan antara ∅ dan D/B oleh Meyerhof diperlihatkan
dalam Gambar 2.14, dimana tahanan dukung tiang cenderung
menuju ke suatu nilai yang konstan, sehingga rumus untuk
menghitung K menjadi seperti berikut.
Jika D>Dc maka K konstan, maka
K !" . ∅ . L ≤ K= ............................................... (16)
dimana, K= = nilai batas tahanan penetrasi tanah. Gambar 2.16
memperlihatkan suatu grafik untuk mendapatkan nilai K= .
Catatan: Kedalaman kritis dari tiang diperoleh dari Gambar 2.14 dengan
menganggap bahwa stratum yang berbatu menyebar sampai
! permukaan.
Tiang-tiang bor:
Tahanan dukung batas dari suatu tiang bor dalam tanah berbatu
dihitung dengan prosedur yang sama dengan tiang bor, dan biasanya
50
Pondasi Tiang
diambil 1/3 sampai 1/2 dari nilai tahanan dukung batas tiang
pancang dalam kondisi tanah yang sama.
52
Pondasi Tiang
53