Anda di halaman 1dari 2

Goresan Tinta Mengubah Bangsa

Tema = Dilematis Vaksin Merah Putih : Satu lagi hasil karya Dalam Negeri yang luput dari dukungan.

Pada saat ini, antusiasme masyarakat Indonesia untuk mengikuti kegiatan vaksinasi sangat
tinggi. Setelah gelombang tinggi angka kasus terpapar Covid - 19 pada bulan Juli ini, masyarakat
menunjukkan antusiasme mereka untuk mendapatkan vaksin hingga mengharuskan mereka mengantri
selama berjam – jam, akan tetapi jumlah vaksin tidak sebanding karena stok vaksin di Indonesia saat ini
tidak dapat memenuhi kebutuhan nasional

Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia harus mampu membangun produksi vaksin sendiri. Hal ini
penting dilakukan dalam memanfaatkan pandemi Covid - 19 secara positif dan sebagai momentum
perbaikan sistem kesehatan di Indonesia. Maka dari itu, para peneliti saat ini sedang melakukan riset
dan pengembangan untuk vaksin Covid - 19. Riset dan pengembangan tersebut dilakukan oleh
konsorsium riset di bawah pemerintah Indonesia yaitu Kementrian Riset dan Teknologi/badan riset dan
Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) yang membuahkan beberapa kandidat vaksin yang dikelompokkan
menjadi satu dan dinamai Vaksin Merah Putih. Vaksin Merah Putih yang dikembangkan para peneliti di
Indonesia mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam menangkal Virus Corona, sehingga Menteri
kesehatan mengatakan bahwa Vaksin Merah Putih akan mulai diproduksi sendiri mulai april 2022.
Vaksin diharapkan diharapkan mampu menumbuhkan kemandirian vaksinasi Covid - 19

Dalam riset pengembangannya, saat ini pemerintah bekerja sama dengan dengan empat universitas dan
dua lembaga. Keempat universitas itu yakni Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada
(UGM), Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Bandung ( ITB ). Sebagai salah satu
pengembang vaksin Merah Putih, Tim peneliti Universitas Airlangga telah mencoba melakukan riset
dengan menggunakan 3 metode platform inactivated virus, viral vector dengan adenovirus, dan platform
peptide. Ketiga platform ini masih akan terus berlanjut, dan juga salah satu vaksin dengan platform
inactived virus kemajuan perkembangannya sudah selesai lebih awal daripada vaksin – vaksin dengan
platform lainnya dan telah mencapai tahap uji praklinis dan uji klinik. Sebagai informasi, uji pra-klinik
tahap pertama dilakukan pada hewan uji transgenic mice, dan uji pra-klinik tahap kedua dilakukan pada
hewan uji kera Macaca. Sementara itu, ia menjelaskan, dari hasil penelitian vaksin Merah Putih Unair,
sejauh ini mengenai respons imun yang didapatkan mulai dari fisik, fisiologi, respons imun seluler, dan
antibodi menunjukkan tren yang lebih baik.

Saat ini, lebih dari 90% varian virus Corona yang tersebar ini di Indonesia adalah varian B.1.617.2 atau
disebut varian Delta. Vaksin yang di kembangkan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan tim peneliti
Universitas Airlangga telah menyediakan tujuh isolat virus yang disiapkan dalam pengujian. Pengujian
tersebut akan di ujikan terhadap varian Delta virus Corona dan buktinya melalui WGS (whole genome
sequencing) menunjukkan bahwa isolat yang digunakan pada pengujian tersebut dari hasil
monitoringnya, calon vaksin Merah Putih mampu menetralisasi varian Corona dengan baik. Di Indonesia
yang masyarakatnya banyak banyak terpapar virus varian Delta, tim peneliti memonitor calon vaksin
yang mereka kembangkan itu apakah mengenali antibodi terhadap varian Delta ini, dan sampai saat ini
kemampuan netralisasi masih baik. Tidak hanya varian Delta saja yang mampu dinetralisir tapi varian
Virus lainnya seperti Epsilon dan Beta juga dapat dinetralisir dengan baik. Akan tetapi, seiring
berjalannya waktu dengan banyaknya varian virus yang bermutasi, pemerintah akan terus mempercepat
pengembangan vaksin Merah Putih karena tak ada yang tahu akan bagaimana kondisi beberapa bulan
ke depan.

Namun proses pengembangan dan riset vaksin ini mengalami beberapa masalah yang fundamental.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, yakni bapak Amin Soebandrio memberitahukan
bahwa sejumlah kendala uji klinis vaksin Merah Putih. Mulai dari mutasi virus corona hingga potensi sulit
dapat relawan akibat sudah dilakukan vaksinasi massal. Semakin banyak masyarakat yang sudah
divaksinasi maka nantinya akan sedikit jumlah subjek yang memenuhi syarat untuk melakukan uji klinis.
Hal itu diungkap lantaran persyaratan melakukan uji klinis hanya dapat dilakukan kepada subjek atau
manusia, yang belum pernah menerima vaksinasi.

Vaksin Merah Putih dalam pengembangannya harus memenuhi 3 kriteria, yaitu efektif, aman,
dan halal. Dan diharapkan juga vaksin ini membantu negara lain yang belum mendapatkan vaksin secara
memadai. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga mengatakan izin penggunaan darurat untuk
vaksin Merah Putih akan diberikan pada produsen vaksin pada semester pertama tahun 2022, izin ini
dapat diberikan pada salah satu produsen PT. Biotis Indonesia yang bekerjasama dengan Universitas
Airlangga apabila uji klitik berjalan sesuai dengan rencana dalam tahap pengembangan vaksin merah
putih ini.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni Ibu Penny K Lukito juga mengatakan
siap membantu pengembangan vaksin Merah Putih dan melakukan pengawalan terhadap regulasi agar
sesuai standar internasional dikaitkan dengan aspek keamanan, mutu, dan khasiat. "Sehingga, tentunya
persyaratan dan persiapan dapat dipenuhi baik pada saat praklinik maupun uji klinik," kata Penny dalam
konferensi pers secara virtual. Penyerahan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) kepada PT
Biotis merupakan salah satu bentuk dukungan BPOM agar proses pengembangan vaksin tipe inactivated
virus tersebut dapat segera diselesaikan.

Dengan banyaknya persiapan dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah yang
bekerjasama dengan Universitas ternama di Indonesia dan lembaga-lembaga lainnya, diharapkan
masyarakat Indonesia tidak menutup mata dan terus mendukung vaksin Merah Putih ini.

Anda mungkin juga menyukai