Anda di halaman 1dari 251

EVALUASI MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI

MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5


(STUDI KASUS: PT PLN P2B JAWA BALI)

Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Sistem Informasi

Oleh :
MUHAMMAD KAMAL SANI FIRDAUS
1113093000074

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439
EVALUASI MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI
MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5
(STUDI KASUS: PT PLN P2B JAWA BALI)

Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu Sistem Informasi

Oleh :
MUHAMMAD KAMAL SANI FIRDAUS
1113093000074

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
EVALUASI MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI
MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5
(STUDI KASUS: PT PLN P2B JAWA BALI)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Strata Satu Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

MUHAMMAD KAMAL SANI FIRDAUS


1113093000074

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

39 H

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

EVALUASI MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI


MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5
(STUDI KASUS: PT PLN P2B JAWA BALI)
Skripsi

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu


Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:
Muhammad Kamal Sani Firdaus
NIM. 1113093000074

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Fitroh, M.Kom Suci Ratnawati, MTI


NIP. 197909232009122006 NIDN. 306076904

Mengetahui,

Ketua Prodi Sistem Informasi

Nia Kumaladewi, MMSI


NIP. 19750412 200710 2 002

iii
PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “EVALUASI MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI


INFORMASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5 (STUDI KASUS: PT
PLN P2B JAWA BALI)” disusun oleh Muhammad Kamal Sani Firdaus, NIM
1113093000074 telah diujikan dan dinyatakan LULUS dalam sidang Munaqosyah
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN)
Jakarta pada hari Selasa, 6 Februari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Sistem Informasi.

Menyetujui
Penguji I Penguji II

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Bayu Waspodo, MM


NIP. 19680117 200112 1 001 NIP. 19740812 200801 1 011

Pembimbing I Pembimbing II

Fitroh, M.Kom Suci Ratnawati, MTI


NIP. 19790923 200912 2 006 NIDN. 306076904

Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sistem Informasi

Dr. Agus Salim, M.Si Nia Kumaladewi, MMSI


NIP. 19720816 199903 1 003 NIP. 19750412 200710 2 002

iv
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL

KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU

KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA APAPUN.

Jakarta, Februari 2018

MUHAMMAD KAMAL SANI FIRDAUS


1113093000074

v
ABSTRAK

Muhammad Kamal Sani Firdaus – 1113093000074, Evaluasi Manajemen Risiko


Teknologi Informasi Menggunakan Framework COBIT 5 (Studi Kasus: PT PLN
P2B Jawa Bali). Dibimbing oleh ibu Fitroh dan ibu Suci Ratnawati

Kemungkinan adanya ancaman dan risiko TI (Teknologi Informasi) yang muncul


seiring dengan penerapan IT Governance dapat menganggu proses bisnis yang
berjalan. Hal ini penting bagi suatu perusahaan untuk menerapkan manajemen
risiko TI. Dalam penerapannya, PLN P2B didukung oleh Divisi Teknologi
Informasi dan Telekomunikasi sebagai penyedia layanan TI. Diketahui
permasalahan yang sedang dialami PLN P2B adalah insiden kehilangan data yang
diakibatkan adanya kegagalan dalam migrasi data ketika PLN P2B mengupgrade
server dari 3-node clusters menjadi 6-node clusters. Oleh karena itu, diperlukan
adanya evaluasi terhadap manajemen risiko TI sesuai dengan standar yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kapabilitas manajemen risiko TI
menggunakan metodologi Process Assessment Model (PAM) COBIT 5 yang terdiri
dari tahapan Initiation, Planning the Assesment, Briefing, Data Collection, Data
Validation, Process Attribute Level dan Reporting the Result. Hasil dari penelitian
ini menunjukan tingkat pengelolaan risiko dan pengoptimalan risiko saat ini berada
pada level 3 (Established Process) dan berdasarkan hasil penilaian risiko terdapat
6 risk issue yang tingkat risikonya di atas batas risk appetite. Sehingga PLN P2B
direkomendasikan untuk menerapkan dan mengemb angkan DRP (Disaster
Recovery Plan) berdasarkan kerangka kerja yang didesain untuk mengurangi
dampak terhadap fungsi dan proses bisnis utamanya. Selain itu PLN P2B
direkomendasikan menentukan dan mengimplementasikan langkah pengamanan
fisik sesuai dengan persyaratan. Salah satunya dengan menempatkan database
server di tempat yang aman. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan PLN P2B dalam melakukan perbaikan tata kelola TI
agar dapat berjalan lebih optimal.

Kata Kunci : IT Governance, Manajemen Risiko, Disaster Recovery Plan,


Business Continuity Plans, Risk Assessment

Daftar Pustaka : 31 (Tahun 2007 s.d Tahun 2017)


Jumlah Halaman : V Bab + xviii Halaman + 186 Halaman + 75 Tabel + 19
Gambar + Lampiran + Daftar Pustaka

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayat, sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa penulis
haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga serta
muslimin dan muslimat, semoga kita mendapatkan syafaat-Nya di akhirat kelak.
Aamiin

Skripsi ini penulis sajikan dalam bentuk yang sederhana berjudul “Evaluasi
Manajemen Risiko Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit 5
(Studi Kasus: PT PLN P2B Jawa Bali)” Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi
Sistem Informasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah turut membantu dalam
penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Dr. Agus Salim, S.Ag., M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI, selaku Ketua Program Studi Teknik Sistem
Informasi Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Ibu Meinarini Catur Utami, MT, selaku Sekretaris
Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fitroh, M.Kom, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Suci Ratnawati
MTI, selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan
bimbingan yang bermanfaat dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga

vii
penulis semakin terdorong untuk menyelesaikan masa pendidikan strata
satu program studi sistem informasi.

4. Para dosen Prodi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi yang telah
memberikan ilmu, berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan,
serta nasehat kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak Bagus Widyantoro selaku supervisor TI PT PLN P2B serta seluruh


staff yang sudah meluangkan waktunya untuk membantu dan bekerja sama
dengan penulis selama pelaksanaan penelitian berlangsung. Serta Saran,
arahan dan ilmu yang penulis dapat sangat membantu dalam pengerjaan
skripsi ini.

6. Kedua orang tua penulis, Bapak Matsani dan Ibu Lily Herlianti yang tidak
henti-hentinya selalu sabar, memberikan semangat dan dukungan baik
dalam bentuk doa, materi serta kasih sayang sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Serta Kakak dan Adik penulis, Fitri Sani Najiha
dan Hikmah Sani Nadia. Terima kasih atas do’a dan dukungan kalian semua
untuk penulis. Semoga Allah membalas semuanya dengan pahala yang
berlimpah.

7. Sahabat-sahabat penulis, Ridwan Halifi, Fauzan Arifin, Hersy Ayu Qadrya,


Atthiya Prima Sari, Bella Marisela Caroline, (Alm) Aditya Surya dan Putra
Rama Mahardika, selaku teman terbaik yang pernah peneliti miliki dari awal
kuliah hingga saat ini yang telah memberikan banyak bantuan ilmu,
semangat dan doanya kepada peneliti.

8. Teman-teman Pejuang COBIT, Richardy Affan, Shally Putri, Tyas Rosiana,


Arbaiti Damanik yang telah banyak memberikan saran dan berbagi ilmu
selama penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman Sistem Informasi angkatan 2013. Terima kasih untuk


kebersamaan dan kerjasama yang terjalin selama menimba ilmu di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh pihak

viii
yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima
kasih atas dukungan dan motivasinya yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari akan kekurangan dan kesalahan pada penulisan skripsi


ini, untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Masukan berupa saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi peningkatan manfaat
dari laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Sains dan Teknologi.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2018

Muhammad Kamal Sani Firdaus


1113093000074

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................................. ii


LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii
PENGESAHAN UJIAN ........................................................................................ iv
PERNYATAAN.......................................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
BAB I ....................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1

1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................ 5

1.3. Batasan Masalah .............................................................................. 6

1.4. Tujuan .............................................................................................. 6

1.5. Manfaat ............................................................................................ 7

1.5.1. Bagi perusahaan............................................................................... 7

1.5.2. Bagi Penulis ..................................................................................... 8

1.6. Metode Penelitian ............................................................................ 8

1.6.1. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 8

1.6.2. Metode Analisis Data ...................................................................... 9

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 11

1.8. Sistematika Penulisan .................................................................... 11

BAB II ..................................................................................................................13
LANDASAN TEORI .............................................................................................13
2.1. Pengertian Evaluasi ....................................................................... 13

x
2.2. Tata Kelola Teknologi Informasi .................................................. 13

2.2.1. Pengertian Tata Kelola ......................................................... 13

2.2.2. Pengertian Teknologi Infomasi ............................................ 13

2.2.3. Pengertian Tata Kelola Teknologi Informasi ....................... 14

2.2.4. Tujuan Tata kelola Teknologi Informasi ............................. 15

2.2.5. Pentingnya Tata Kelola Teknologi Informasi ...................... 15

2.3. Framework Tata Kelola Teknologi Informasi ............................... 16

2.3.1. ITIL ...................................................................................... 16

2.3.2. ISO ....................................................................................... 17

2.3.3. COSO ................................................................................... 17

2.3.4. TOGAF ADM ...................................................................... 18

2.3.5. CMMI................................................................................... 19

2.3.6. COBIT .................................................................................. 20

2.4. COBIT 5 ........................................................................................ 20

2.4.1. Prinsip COBIT 5 .................................................................. 24

2.4.2. 7 Enablers ............................................................................ 27

2.4.3. Tahap Implementasi COBIT 5 ............................................. 28

2.4.4. Process Reference Model (PRM)......................................... 32

2.4.5. Process Assesment Model .................................................... 42

2.4.6. Model Proses Kapabilitas (Process Capability Model) ....... 46

2.4.7. RACI (Responsible, Accountable, Consulted, Informed)


Chart .............................................................................................. 62

2.5. Pemetaan Tujuan Terkait TI Terhadap Proses COBIT 5 .............. 65

2.6. Fokus Area Tata Kelola Teknologi Informasi ............................... 71

2.7. Risiko............................................................................................. 72

xi
2.8. Risiko TI ........................................................................................ 72

2.9. Manajemen Risiko TI .................................................................... 73

2.9.1. Langkah Mengelola Risiko Teknologi Informasi ................ 74

2.10. Risk Assessment ............................................................................. 76

2.10.1. Skenario Risiko Teknologi Informasi .................................. 77

2.10.2. Mendeskripsikan dan Mengekspresikan Risiko ................... 82

2.10.3. Risk Map .............................................................................. 84

2.10.4. Parameter - Parameter Penilaian Manajemen Risiko ........... 84

2.11. Risk Response (Respon Risiko) ..................................................... 89

2.12. Business Continuity Plan............................................................... 89

2.13. Disaster Recovery Plan ................................................................. 91

2.13.1. Proses Pengembangan DRP ................................................. 92

2.13.2. Pemilihan Strategi Pemulihan .............................................. 92

2.13.3. Pemilihan lokasi pemulihan dari bencana ............................ 94

2.13.4. Pemeliharaan DRP ............................................................... 95

2.14. Metode Penelitian .......................................................................... 95

2.14.1. Metode Pengumpulan Data .................................................. 95

2.14.2. Metode Analisis Data ........................................................... 97

2.14.3. Metode Perhitungan Skala Likert ........................................ 98

2.15. Penelitian Sejenis......................................................................... 100

BAB III ................................................................................................................104


METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................................104
3.1. Desain Penelitian ......................................................................... 104

3.2. Initiation ...................................................................................... 104

3.2.1. Observasi ............................................................................ 105

xii
3.2.2. Wawancara ......................................................................... 105

3.2.3. Kuesioner ........................................................................... 106

3.2.4. Studi Pustaka ...................................................................... 106

3.3. Planning the Assessment ............................................................. 108

3.4. Briefing ........................................................................................ 110

3.5. Data Collection ........................................................................... 111

3.6. Data Validation ........................................................................... 111

3.7. Process Attributte Level .............................................................. 111

3.7.1. Penilaian Risiko ................................................................. 111

3.8. Reporting the Result .................................................................... 112

3.9. Kerangka Berpikir ....................................................................... 112

BAB IV ................................................................................................................113
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................113
4.1. Initiation ...................................................................................... 113

4.1.1. Sejarah PT PLN P2B.......................................................... 113

4.1.2. Visi dan Misi PT PLN P2B ................................................ 115

4.1.3. Struktur Organisasi PT PLN P2B ...................................... 115

4.1.4. Peran dan Tanggung Jawab................................................ 116

4.1.5. Struktur Organisasi Divisi TI dan Telekomunikasi ........... 117

4.2. Planning the Assessment ............................................................. 119

4.2.1. Identifikasi Diagram RACI ................................................ 119

4.2.2. Rincian Jawaban Kuesioner EDM03 (Ensure Risk


Optimisation) ................................................................................. 121

4.2.3. Rincian Jawaban Kuesioner APO12 (Manage Risk) ......... 125

4.3. Briefing ........................................................................................ 135

4.4. Data Collection ........................................................................... 136

xiii
4.4.1. Proses EDM03 ................................................................... 136

4.4.2. Proses APO12 .................................................................... 137

4.5. Data validation ............................................................................ 139

4.6. Process Attribute Level................................................................ 145

4.6.1. Penentuan Nilai Kapabilitas ............................................... 145

4.6.2. Penentuan Level Kapabilitas .............................................. 150

4.6.3. Pencapaian Proses .............................................................. 152

4.6.4. Penilaian Risiko ................................................................. 162

4.7. Reporting the Result .................................................................... 172

4.7.1. Hasil Analisis Capability Level.......................................... 172

4.7.2. Gap dan Rekomendasi proses EDM03 .............................. 173

4.7.3. Gap dan Rekomendasi proses APO12 ............................... 176

4.7.4. Hasil Penilaian Risiko ........................................................ 178

4.7.5. Mitigasi Risiko ................................................................... 179

4.8. Pembahasan ................................................................................. 182

BAB V ................................................................................................................185
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................185
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 185

5.2. Saran ............................................................................................ 186

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................187


LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................190

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Cangkupan antara COBIT 5 dengan framework lain (ISACA, 2012)


............................................................................................................................... 21
Gambar 2. 2 COBIT 5 Principles (ISACA, 2012) .............................................. 24
Gambar 2. 3 Value Creation (ISACA, 2012) ...................................................... 25
Gambar 2. 4 Governance and Management (ISACA, 2012) .............................. 27
Gambar 2. 5 7 Tahap Implementasi COBIT (ISACA, 2012) .............................. 31
Gambar 2. 6 Process Reference Model (PRM) (ISACA, 2012).......................... 32
Gambar 2. 7 Generic Work Product (ISACA, 2012) .......................................... 43
Gambar 2. 8 Process Capability Model (PCM) (ISACA, 2012) ......................... 46
Gambar 2. 9 RACI Chart EDM03 (ISACA, 2012) ............................................. 63
Gambar 2. 10 Mapping COBIT 5 Enterprise goals to IT-related goals (ISACA,
2012) ..................................................................................................................... 67
Gambar 2. 11 Mapping IT-related goal (ISACA, 2012) .................................... 69
Gambar 2. 12 Mapping IT-related goal (ISACA, 2012) .................................... 70
Gambar 2. 13 Risk IT Framework (ISACA, 2009).............................................. 73
Gambar 2. 14 Example Risk Map ........................................................................ 84
Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir ........................................................................ 112
Gambar 4. 1 Struktur organisasi PT PLN P2B (Perdir.0034.//2017) ................ 116
Gambar 4. 2 Struktur organisasi divisi TI & Telekomunikasi (Perdir.0034.//2017)
............................................................................................................................. 118
Gambar 4. 3 Grafik proses EDM03 ................................................................... 150
Gambar 4. 4 Grafik proses APO12 .................................................................... 152

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Process Performance ........................................................................... 49


Tabel 2. 2 Performance Management (ISACA, 2012) ......................................... 49
Tabel 2. 3 Work Product Management (ISACA, 2012) ....................................... 51
Tabel 2. 4 Process Definition (ISACA, 2012) ...................................................... 52
Tabel 2. 5 Process Deployment (ISACA, 2012) .................................................. 54
Tabel 2. 6 Process Measurement (ISACA,2012) ................................................. 56
Tabel 2. 7 Process Control (ISACA, 2012) .......................................................... 57
Tabel 2. 8 Process Innovation (ISACA, 2012) ..................................................... 59
Tabel 2. 9 Process Optimisation (ISACA, 2012). ................................................ 61
Tabel 2. 10 Relevant Structures for Risk (ISACA, 2012) ................................... 63
Tabel 2. 11 Pemetaan Enterprise Goals terhadap Stakeholder Needs .................. 66
Tabel 2. 12 Generic IT Risk Scenarios (ISACA, 2009) ....................................... 79
Tabel 2. 13 Example Frequency Scales (ISACA, 2009) ...................................... 83
Tabel 2. 14 Example Impact Scales (ISACA, 2009) ............................................ 83
Tabel 2. 15 Parameter probability (Samaptoaji, 2014)......................................... 85
Tabel 2. 16 Parameter impact (Samaptoaji, 2014) ............................................... 85
Tabel 2. 17 Standar Parameter rating (Samaptoaji, 2014).................................... 86
Tabel 2. 18 Risk Map (Samaptoaji, 2014) ............................................................ 87
Tabel 2. 19 Parameter probability (Husein & Imbar, 2015)................................ 87
Tabel 2. 20 Parameter impact (Husein & Imbar, 2015) ....................................... 88
Tabel 2. 21 Risk Map (Husein & Imbar, 2015) .................................................... 88
Tabel 2. 22 Penilaian Skala Likert (Sugiyono, 2009) .......................................... 98
Tabel 2. 23 Pemetaan terhadap jawaban, nilai dan tingkat kapabilitas. ............. 100
Tabel 3. 1 Studi literatur sejenis .........................................................................106
Tabel 3. 2 Pemetaan RACI Chart ke Struktur Organisasi Proses EDM03 ........ 109
Tabel 3. 3 Pemetaan RACI Chart ke Struktur Organisasi Proses APO12 ......... 110
Tabel 4. 1 Pemetaan RACI Chart proses EDM03 ..............................................120
Tabel 4. 2 Pemetaan RACI Chart proses APO12 .............................................. 120
Tabel 4. 3 Rincian Jawaban Kuesioner EDM03.01 ........................................... 121

xvi
Tabel 4. 4 Rincian Jawaban Kuesioner EDM03.02 ........................................... 122
Tabel 4. 5 Rincian Jawaban Kuesioner EDM03.03 ........................................... 124
Tabel 4. 6 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.01 ............................................ 125
Tabel 4. 7 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.02 ............................................ 127
Tabel 4. 8 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.03 ............................................ 129
Tabel 4. 9 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.04 ............................................ 131
Tabel 4. 10 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.05 .......................................... 133
Tabel 4. 11 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.06 .......................................... 134
Tabel 4. 12 Tahap briefing ................................................................................. 136
Tabel 4. 13 Rekapitulasi jawaban kuesioner EDM03.01 (Evaluasi Manajemen
Risiko) ................................................................................................................. 139
Tabel 4. 14 Rekapitulasi jawaban kuesioner EDM03.02 (Mengarahkan
Manajemen Risiko) ............................................................................................. 140
Tabel 4. 15 Rekapitulasi jawaban kuesioner EDM03.03 (Mengawasi manajemen
risiko) .................................................................................................................. 141
Tabel 4. 16 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.01 (Mengumpulkan data) 141
Tabel 4. 17 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.02 (Menganalisis risiko) 142
Tabel 4. 18 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.03 (Mempertahankan profil
risiko) .................................................................................................................. 143
Tabel 4. 19 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.04 (Mengartikulasikan .... 143
Tabel 4. 20 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.05 (Mendefinisikan
portofolio tindakan manajemen risiko) ............................................................... 144
Tabel 4. 21 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.06 (Menanggapi risiko) .. 145
Tabel 4. 22 Penentuan tingkat kapabilitas EDM03 ............................................ 150
Tabel 4. 23 Penentuan tingkat kapabilitas APO12 ............................................. 151
Tabel 4. 24 Proses EDM03 PA 1.1 Process Performance ................................. 153
Tabel 4. 25 Proses EDM03 PA 2.1 Performance Management ......................... 154
Tabel 4. 26 Proses EDM03 PA 2.2 Work Product Management ....................... 155
Tabel 4. 27 Proses EDM03 PA 3.1 Process Definition...................................... 156
Tabel 4. 28 Proses EDM03 PA 3.2 Process Deployment .................................. 156
Tabel 4. 29 Proses APO12 PA 1.1 Process Performance .................................. 158

xvii
Tabel 4. 30 Proses APO12 PA 2.1 Performance Management .......................... 159
Tabel 4. 31 Proses APO12 PA 2.2 Work Product Management ........................ 160
Tabel 4. 32 Proses APO12 PA 3.1 Process Definition ...................................... 161
Tabel 4. 33 Proses APO12 PA 3.2 Process Deployment ................................... 161
Tabel 4. 34 Parameter probability (Diadopsi dari Samaptoaji, 2014) ................ 163
Tabel 4. 35 Parameter impact (Diadopsi dari Samaptoaji, 2014)....................... 164
Tabel 4. 36 Standar parameter rating (Diadopsi dari Samaptoaji, 2014) ........... 165
Tabel 4. 37 Rekapitulasi risiko berdasarkan aset ............................................... 165
Tabel 4. 38 Rekapitulasi risiko berdasarkan skenario risiko .............................. 166
Tabel 4. 39 Hasil penilaian risiko terhadap inherent risk berdasarkan aset ....... 167
Tabel 4. 40 Rekapitulasi hasil penilaian risiko terhadap inherent risk berdasarkan
skenario risiko ..................................................................................................... 168
Tabel 4. 41 Hasil peniliaian risiko terhadap residual risk berdasarkan kategori
aset....................................................................................................................... 169
Tabel 4. 42 Hasil penilaian risk terhadap residual risk berdasarkan skenario risiko
............................................................................................................................. 170
Tabel 4. 43 Risk map .......................................................................................... 171
Tabel 4. 44 Capability level pada proses EDM03 .............................................. 173
Tabel 4. 45 Gaps dan Rekomendasi EDM03 ..................................................... 174
Tabel 4. 46 Capability level pada proses APO12 ............................................... 176
Tabel 4. 47 Gaps dan Rekomendasi APO12 ...................................................... 177
Tabel 4. 48 Hasil nilai risiko .............................................................................. 179
Tabel 4. 49 Langkah mitigasi risiko ................................................................... 180

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi (TI) yang demikian pesat menjadi peran

penting bagi suatu organisasi atau perusahaan dalam memberikan inovasi produk

dan layanan berbasis teknologi informasi. Melalui TI, proses bisnis dapat

dilaksanakan lebih mudah, cepat, efisien dan efektif. Karenanya, IT governance

saat ini menjadi salah satu critical success factor (CSF) bagi organisasi untuk

mengoptimalkan peran TI dalam efektifitas peningkatan aset, capaian kinerja,

sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi (Handeri, 2014). Namun tidak dapat

dipungkiri bahwa kemungkinan berbagai ancaman dan risiko yang muncul dalam

penerapan IT governance akan mengganggu bahkan melumpuhkan aktivitas di

dalam penerapannya tidak dapat berjalan secara optimal (Rilyani et al., 2015). Hal

ini memberi perhatian dan kesadaran lebih menerapkan manajemen risiko

keamanan informasi untuk mengembangkan strategi yang efektif (Shamala et al.,

2017).

Risiko TI adalah risiko organisasi yang diakibatkan oleh penggunaan TI

dalam organisasi, terdiri atas semua kejadian terkait TI yang berpotensi memiliki

dampak pada organisasi (ISACA, 2009). Apabila kejadian tersebut tidak ditangani

secara serius, selain menimbulkan risiko operasional, juga mempengaruhi risiko

reputasi dan berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan publik (Samaptoaji,

2014).

1
Pemerintah RI melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-

01/MBU/2011 Tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan

yang Baik (Good Corporate Governance – GCG) pada Badan Usaha Milik Negara

pada bagian keenam Pasal 25 menyebutkan bahwa dalam setiap pengambilan

keputusan/tindakan, harus mempertimbangkan risiko usaha serta wajib

membangun dan melaksanakan program manajemen risiko korporasi secara

terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program GCG. Selain itu

berdasarkan PERDIR 0355.K/DIR/2014 menyebutkan bahwa dengan penerapan

Manajemen Risiko, maka diharapkan segenap unsur perusahaan mengenali risiko –

risiko yang di hadapi dalam pencapaian visi maupun sasaran / kinerja perusahaan,

sehingga dapat mempersiapkan langkah mitigasinya dengan memanfaatkan

sumberdaya yang dimilikinya secara optimal.

Manajemen risiko TI merupakan hal penting untuk menjaga keseimbangan

proses bisnis organisasi. Meskipun secara umum metode manajemen risiko untuk

organisasi memiliki persamaan, namun memiliki risiko yang berbeda-beda

sehingga diperlukan manajemen risiko secara khusus. Terkait dengan pemerintah

yang memberikan layanan publik, dampak dari risiko dapat diukur tidak hanya

secara ekonomi, namun juga pengaruh sosial. (Maliki, 2010)

PLN P2B (Pusat Pengatur Beban) adalah unit induk PLN yang dibentuk atas

Keputusan Direksi PLN nomor 093.K/023/DIR/1995, yang mempunyai tugas

mengelola operasi sistem tenaga listrik yang dalam hal ini memelihara dan

mengembangkan sistem operasi dan sarana penyaluran. Selain itu PLN P2B juga

mempunyai tugas dalam mengelola transaksi energi. PLN P2B sendiri bisa dibilang

2
sebagai jantung dari PT PLN (persero) karena besar kecil keuntungan PLN berada

di PLN P2B. PLN P2B. Dalam mengelola operasi sistem tenaga listik dan

mengelola transaksi energi PLN P2B didukung oleh divisi TI. Divisi TI mempunyai

tugas sebagai penyedia sarana infrastruktur, pengamanan jaringan, pengelolaan

data, user support yang mendukung proses kerja. Pengelolaan data mempunyai

dampak yang signifikan pada proses bisnis PLN P2B sehingga dapat dikategorikan

kritikal.

Diketahui PT PLN P2B Jawa Bali pernah mengalami kerugian akibat insiden

kehilangan data. Hal ini ditunjukan melalui laporan laba rugi PLN per 31 maret

2017 yang peneliti akses melalui website PLN. Adanya indikasi bahwa hal tersebut

terjadi karena kesalahan dalam pengelolaan data. Ketika PT PLN P2B Jawa Bali

menambahkan server dari 3-node clusters menjadi 6-node clusters terjadi

kegagalan migrasi data sehingga data yang dipindahkan tersebut hilang. Seperti

halnya Hartanto & Tjahyanto (2010), menyebutkan bahwa pengelolaan data

merupakan aset penting bagi perusahaan ataupun organisasi. Tata kelola teknologi

informasi pada proses pengelolaan data yang kurang baik akan menimbulkan

beberapa permasalahan yang merupakan kelemahan sehingga menimbulkan

ancaman atau risiko seperti kehilangan, perusakan, pencurian dan penyadapan data.

Langkah-langkah perbaikan yang berkelanjutan terhadap tata kelola teknologi

informasi khususnya pada proses pengelolaan data diharapkan akan mampu

meminimalisasi risiko.

Selain itu adanya kesalahan kedua adalah ketika back-up data yang

seharusnya menjadi langkah mitigasi risiko, tidak dapat meng-cover seluruh data

3
yang hilang akibat belum selesainya proses back-up data. Seperti halnya Falani

(2009), menyebutkan bahwa data perusahaan sangatlah penting dan harus

dilindungi atau dijaga untuk proses jalannya suatu perusahaan. Maka dimungkinkan

untuk melakukan backup data, agar dapat menghindari kehilangan data (data loss)

ataupun kerusakan yang terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja.

Berangkat dari permasalahan diatas diperlukan adanya pengelolaan teknologi

informasi yang tepat untuk dapat meminimalisir risiko yang ada. Untuk dapat

melakukan perbaikan tata kelola teknologi informasi, maka perusahaan atau

organisasi tersebut terlebih dahulu harus mampu memahami tingkat pengelolaan

teknologi informasi yang dimilikinya saat ini (as-is) dan tingkat pengelolaan

teknologi informasi yang diharapkan (to-be) sehingga langkah-langkah perbaikan

yang dilakukan akan efektif. Terdapat banyak tools untuk mengukur tingkat

kapabilitas tata kelola TI, salah satunya adalah COBIT.

COBIT 5 menyediakan referensi model proses yang mewakili semua proses

yang biasa ditemukan dalam suatu perusahaan terkait dengan kegiatan TI. Kerangka

COBIT menyediakan model proses yang pada umumnya ditemukan dalam aktivitas

TI dalam lima domain proses yang saling terkait, Evaluate, Direct and Monitor

(EDM) yang terdiri dari 5 sub domain, Align, Plan and Organise (APO) yang terdiri

dari 13 sub domain, Build, Aquire and Implementation (BAI) yang terdiri dari 10

sub domain, Deliver, Service and Support (DSS) yang terdiri dari 6 sub domain,

Monitor, Evaluate and Assess (MEA) yang terdiri dari 3 sub domain.

Untuk menentukan proses yang akan dikaji lebih lanjut, perlu dilakukan

pemetaan berdasarkan fakta-fakta yang terdapat di PT PLN P2B Jawa Bali.

4
Penentuan domain dilakukan berdasarkan justifikasi stakeholder needs maka

terpilih 2 proses yang akan dievaluasi lebih lanjut pada penelitian ini yaitu pada

proses EDM03 (Ensure Risk Optimisation) dan APO12 (Manage Risk). Untuk

mengukur tingkat kematangan PLN P2B dalam mengelola manajemen risiko TI

diperlukan adanya evaluasi terhadap pengelolaan manajemen risiko. Dengan

tahapan perhitungan tingkat kematangan, analisis gap, risk assessment yang

nantinya dapat menghasilkan sebuah rekomendasi dan strategi mitigasi yang dapat

meningkatkan capability level ke kondisi yang diharapkan dan meminimalisir

dampak dan terjadinya risiko.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis yang merupakan salah satu

mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengajukan proposal penelitian dengan

judul “EVALUASI MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI

MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5 (Studi Kasus: PT PLN P2B

JAWA BALI)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan

diatas adalah:

1. PT PLN P2B pernah mengalami kerugian finansial akibat kegagalan

migrasi data serta terjadinya kerusakan pada back-up data sehingga PT

PLN P2B kehilangan data.

2. Adanya peraturan pemerintah Peraturan Menteri Badan Usaha Milik

Negara No. PER-01/MBU/2011 Tanggal 1 Agustus 2011 tentang

5
Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance – GCG). Sehingga PT PLN P2B diwajibkan menerapkan

GCG

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan yaitu “Bagaimana melakukan evaluasi manajemen risiko TI

menggunakan framework COBIT 5 di PT PLN P2B Jawa Bali”

1.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Evaluasi tata kelola teknologi informasi dilakukan pada Divisi TI-

Telkom di kantor PT PLN P2B Jawa Bali

2. Penelitian ini hanya membahas pada proses manajemen risiko dan proses

pengoptimalan risiko menggunakan Framework COBIT 5. Serta

3. Tahapan metode penelitian ini menggunakan Assesment Process

Activities yang terdapat pada COBIT 5 (Process Assessment Model)

4. Tools kuesioner skala pengukuran tingkat kematangan menggunakan

skala likert.

1.4. Tujuan

Tujuan yang diharapkan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan

khusus. Tujuan umumnya adalah untuk mengevaluasi manajemen risiko teknologi

informasi menggunakan framework COBIT 5. Sedangkan tujuan khususnya yaitu

sebagai berikut:

6
1. Mengetahui Capability Level kondisi saat ini dan kondisi yang

diharapkan pada proses EDM03 (Ensure Risk Optimisation) dan APO12

(Manage Risk) di Divisi TI-Telkom PT PLN P2B Jawa Bali.

2. Menganalisa temuan-temuan dan gap pada proses EDM03 (Ensure Risk

Optimisation) dan APO12 (Manage Risk) di Divisi TI-Telkom PT PLN

P2B Jawa Bali.

3. Mengidentifikasi dampak dan menilai risiko-risiko yang ada pada Divisi

TI-Telkom PT PLN P2B Jawa Bali.

4. Memberikan rekomendasi dan langkah mitigasi kepada pihak Divisi TI-

Telkom PT PLN P2B Jawa Bali.

1.5. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dalam melakukan penelitian ini adalah:

1.5.1. Bagi perusahaan

1. Memberikan gambaran pada perusahaan mengenai tata kelola

teknologi informasi yang baik (good governance).

2. Membantu organisasi dalam mengetahui gap yang terdapat

dalam pengelolaan TI terutama pada proses manajemen risiko

TI.

3. Menjadi referensi acuan bagi perusahaan untuk dapat

memperbaiki tata kelola teknologi informasi sesuai dengan

framework COBIT 5.

7
1.5.2. Bagi Penulis

1. Menerapkan pemahaman mengenai audit sistem informasi dan

pemahaman mengenai framework COBIT 5.

2. Menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa

perkuliahan

3. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1),

Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1.6. Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan 2 metode penelitian yang terdiri dari:

1.6.1. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data merupakan metode yang digunakan

untuk mengetahui tentang kondisi yang sedang berlangsung dalam

perusahaan. Metode yang digunakan adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan pada divisi

IT. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Profil mengenai PT PLN P2B Jawa Bali secara umum

2) Mengamati lingkungan sekitar yang akan dijadikan

penelitian, seperti melihat langsung keadaan.

8
2. Wawancara

Melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak

yang terkait dengan objek penelitian. Pihak yang diwawancarai

adalah bagian IT dan orang orang yang terlibat didalam pengelolaan

teknologi informasi PT PLN P2B Jawa Bali

3. Kuesioner

Mengumpulkan data dengan cara memberikan lembaran kuesioner

kepada pihak yang ditentukan dengan menggunakan indentifikasi

Diagram RACI dalam COBIT 5.

1.6.2. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk dalam mengidentifikasi capability

level, menemukan gap dan menentukan rekomendasi, peneliti menggunakan

Assessment Process Activites berdasarkan kerangka kerja COBIT 5 yang

terdiri dari:

1. Initiation

Tahap ini menjelaskan tentang penggerak pada organisasi.

Indentifikasi penggerak perubahan saat ini dan kebutuhan

perubahan pada tingkat manajemen eksekutif. Tujuannya adalah

memperoleh pemahaman tentang organisasi saat ini.

2. Planning the Assessment

Tahap kedua adalah dilakukan rencana penilaian yang bertujuan

untuk mendapatkan hasil evaluasi penilaian capability level.

9
3. Briefing

Tahap ketiga adalah melakukan pengarahan kepada tim penilai

sehingga memahami masukan, proses dan keluaran dalam unit

organisasi yang akan dinilai yaitu Pusat Informasi dan Hubungan

Masyarakat dengan cara menentukan jadwal, kendala yang

dihadapi dalam melakukan penilaian, peran dan tanggung jawab,

kebutuhan sumber daya, dan lain-lain.

4. Data Collection

Tahap keempat adalah dilakukan pengumpulan data dari hasil

temuan yang terdapat pada Pusat Informasi dan Hubungan

Masyarakat yang bertujuan untuk mendapatkan bukti-bukti

penilaian evaluasi pada aktifitas proses yang telah dilakukan.

5. Data Validation

Tahap kelima adalah dilakukan validasi data yang bertujuan

untuk mengetahui hasil perhitungan kuesioner agar mendapatkan

evaluasi penilaian capability level.

6. Process Attribute Level

Tahap keenam adalah dilakukan proses memberi level pada

atribut yang ada disetiap indikator, yang bertujuan untuk

menunjukkan hasil capability level dari hasil perhitungan kuesioner

pada tahap-tahap sebelumnya dan melakukan analisis gap pada

tahapan berikutnya.

10
7. Reporting the Result

Tahap ketujuh adalah melaporkan hasil evaluasi yang bertujuan

untuk memberikan rekomendasi kepada Pusat Informasi dan

Hubungan Masyarakat dengan COBIT 5. Dalam praktik Tata

Kelola Teknologi Informasi pada COBIT 5 memiliki beberapa

ketentuan yang harus dipenuhi.

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada:

Tempat : PT PLN P2B Jawa Bali

Alamat : Jalan JCC, Gandul, Cinere, Kota Depok, Jawa Barat 16514

Waktu : September – November 2017

1.8. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan ini sistematika penulisannya terdiri dari 5

(lima) bab, adapun uraian dari masing-masing bab tersebut adalah sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan bagaimana latar belakang dari kasus yang

diambil sebagai objek penelitian, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, metodologi penelitian

dan lain-lain

11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis memaparkan teori apa saja yang dipakai yang

terkait dengan konsep sistem informasi, asuransi kesehatan dan lain-

lain.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, penulis menguraikan tentang metodologi yang

digunakan dalam penelitian ini yang mencakup metode

pengumpulan data dan metode analisis data dalam usulan model tata

kelola TI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menganalisis tata kelola teknologi informasi

dengan menggunaan metodologi PAM, yang dimana didalamnya

terdapat perhitungan dan pengolahan data kuesioner, memaparkan

hasil temuan dan gap, serta memberikan rekomendasi pada

perusahaan terkait.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari uraian yang

sudah diterangkan pada bab-bab sebelumnya dan saran guna untuk

pengembangan lebih lanjut.

12
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,

organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Menurut (Yunanda, 2009),

evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu

objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak

ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Menurut (Arikunto, 2010), evaluasi adalah suatu proses menentukan hasil

yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung

tercapainya tujuan.

Berdasarkan definisi diatas dapat diartikan bahwa evaluasi merupakan suatu

proses untuk menghasilkan sebuah nilai yang dapat dijadikan tolak ukur dalam

mencapai suatu tujuan.

2.2. Tata Kelola Teknologi Informasi

2.2.1. Pengertian Tata Kelola

Menurut Jogiyanto & Abdillah (2011), tata kelola (governance)

merupakan suatu proses yang dilakukan suatu organisasi atau masyarakat

untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

2.2.2. Pengertian Teknologi Infomasi

Teknologi informasi adalah penerapan teknologi komputer yang

berfungsi untuk menciptakan, menyimpan, mempertukarkan dan

menggunakan informasi dalam berbagai bentuk (Fauziyah, 2010). Teknologi

13
informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan setiap

teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan,

mengkomunikasikan dan menyampaikan informasi (Seesar, 2010).

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa teknologi

informasi berfungsi untuk menyimpan, memanipulasi dan menghasilkan

sebuah informasi yang digunakan untuk tujuan tertentu.

2.2.3. Pengertian Tata Kelola Teknologi Informasi

The IT Governance Institute (2007) mendefinisikan tata kelola TI

sebagai suatu bagian integral dari tata kelola perusahaan yang terdiri atas

kepemimpinan, struktur dan proses organisasional yang memastikan bahwa

TI organisasi berlanjut serta meningkatkan tujuan dan strategi organisasi.

Menurut Surendro (2009), tata kelola TI merupakan bagian terintegrasi

dari pengelolaan perusahaan yang mencakup kepemimpinan, struktur serta

proses organisasi yang memastikan bahwa teknologi informasi perusahaan

dapat digunakan untuk mempertahankan dan memperluas strategi dan tujuan

organisasi.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tata kelola TI

adalah bagian yang terintegrasi dari perusahaan yang mencakup

kepemimpinan, struktur dan proses organisasi yang memastikan bahwa TI

mendukung strategi dan tujuan organisasi.

14
2.2.4. Tujuan Tata kelola Teknologi Informasi

Tujuan tata kelola teknologi informasi adalah mengontrol

penggunaannya dalam memastikan bahwa kinerja TI memenuhi dan sesuai

dengan tujuan sebagai berikut (Surendro , 2009):

1. Menyelaraskan teknologi informasi dengan strategi organisasi

serta realisasi dari keuntungan-keuntungan yang telah dijanjikan

dari penerapan TI.

2. Penggunaan teknologi informasi memungkinkan organisasi

mengambil peluang-peluang yang ada, serta memaksimalkan

pemanfaatan TI dalam maksimalkan keuntungan dari penerapan

TI tersebut.

3. Bertanggungjawab terhadap penggunaan sumber daya TI.

4. Manajemen risiko-risiko yang ada terkait teknologi informasi

secara tepat.

2.2.5. Pentingnya Tata Kelola Teknologi Informasi

Pada era informasi ini, teknologi menjadi alat pendukung yang sangat

penting bagi perusahaan untuk mengolah data menjadi informasi. Namun

peran teknis atau operasional tersebut dapat berubah menjadi peran yang

strategik seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi. Untuk itu, jika

peran TI sudah strategik pengelolaan TI tidak hanya menjadi tanggung jawab

departemen TI saja, tetapi sudah menjadi tanggung jawab korporat (Jogiyanto

& Abdillah, 2011). Berikut beberapa alasan bahwa Tata Kelola Teknologi

Informasi sangat penting bagi perusahaan menurut Jogiyanto dan Abdillah:

15
1. Adanya perubahan peran TI, dari peran efisiensi ke peran

strategic yang harus ditangani di level korporat.

2. Banyak proyek TI strategik yang penting namun gagal dalam

pelaksanaannya karena hanya ditangani oleh teknisi TI.

3. Keputusan TI didewan direksi sering bersifat ad hoc atau tidak

terencana dengan baik.

4. TI merupakan pendorong utama proses transformasi bisnis yang

memberi imbas penting bagi organisasi dalam pencapaian misi,

visi dan tujuan strategik.

5. Kesuksesan pelaksanaan TI harus dapat terukur melalui metric

tatakelola TI.

2.3. Framework Tata Kelola Teknologi Informasi

2.3.1. ITIL

ITIL (Information Technology Infrastucture Library) merupakan

standar yang dikeluarkan pemerintah UK (United Kingdom) sebagai

framework yang dijadikan sebagai best practices proses dan prosedur dalam

manajemen operasionalnya. Pada dasarnya framework ini memiliki tujuan

meningkatkan efisiensi operasional TI dan kualitas layangan pelanggan.

Kerangka yang diberikan belum memberikan panduan pengelolaan TI yang

memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi (high level objective) di

perusahaan seperti pada framework COBIT (Sarno, 2009)

ITIL adalah seperangkat konsep dan praktik untuk mengelola layanan

TI, pengembangan dan operasi TI. ITIL memberi deskripsi rinci sejumlah

16
praktik penting TI dan menyediakan daftar komprehensif tugas dan prosedur

yang di dalamnya setiap organisasi dapat menyesuaikan dengan

kebutuhannya sendiri (Jogiyanto & Abdillah, 2011)

2.3.2. ISO

International Standar Organization (ISO) mengelompokkan standard

keamanan informasi yang umum dikenali secara internasional ke dalam

struktur penomoran yang standar yakni: ISO 17799. Pada awalnya standar

tersebut disusun oleh sekelompok perusahaan besar seperti Board of

Certification, British Telecom, Shell dan Unilever yang bekerja sama untuk

membuat suatu standar yang dinamakan British Standard 7799 (BS 7799)

sekitar awal 1995 (Sarno, 2009)

Terdapat keunggulan dan kelemahan dari penggunaan ISO.

Keunggulan penggunaan ISO bagi system tata kelola teknologi informasi

adalah ISO bersifat lebih rinci dengan menyediakan petunjuk tentang

bagaimana suatu dijalankan. ISO lebih cenderung digunakan oleh manajer

teknologi informasi dan manajer keamanan informasi. Sedangkan kelemahan

dari ISO ialah tidak terintegrasi dengan kerangka sistem tata kelola teknologi

informasi yang lebih luas. ISO lebih tepat digunakan untuk kepentingan

teknis, tidak digunakan sebagai pedoman umum dalam tata kelola teknologi

informasi dan diletakan pada level operasional (Jogiyanto & Abdillah, 2011)

2.3.3. COSO

Kerangka kerja COSO (Committee of Sponsoring Organization of the

Threadway Commission) terdiri atas tiga dimensi, sebagai berikut:

17
a) Komponen Kontrol COSO

COSO mengidentifikasi lima komponen control yang

diintergrasikan dan dijalanlan dalam semua unit bisnis, dan akan

membantu mencapai sasaran control internal, yakni monitoring,

information and communocations, control activities, risk

assessment, dan control environment.

b) Sasaran kontrol internal

Sasaran control internal dikategorikan menjadi beberapa area,

yakni (1) Operation, efisiensi dan efektifitas operasi dalam

mencapai sasaran biisnis yang juga meliputi tujuan performansi

dan keuntungan; (2) Financial Reporting, persiapan pelaporan

anggaran finansial yang dapat dipercaya; dan (3) Compliance,

pemenuhan hukum dan aturan yang dapat dipercaya 18

c) Unit/Aktifitas terhadap organisasi

Dimensi ini mengidentifikasikan unit/aktifitas pada organisasi

yang menghubungkan kontrol internal. Kontrol internal

menyangkut keseluruhan organisasi dan semua bagian-

bagiannya. Kontrol internal seharusnya diimplementasikan

terhadap unit-unit dan aktifitas organisasi (Kaban, 2009)

2.3.4. TOGAF ADM

The Open Group Architecture Framework (TOGAF) merupakan

kerangka kerja dan metode yang diterima secara luas dalam pengembangan

arsitektur perusahaan. Berawal dari Technical Architecture for Information

18
Management (TAFIM) di Departemen Pertahanan Amerika Serikat, kerangka

kerja itu diadopsi oleh Open Group pada pertengahan 1990-an. Spesifikasi

pertama TOGAF diperkenalkan pada tahun 1995. TOGAF merupakan hasil

pengembangan forum Open Group yang merupakan forum kerja sama antar

vendor dan penggunan (Surendro, 2009).

TOGAF memberikan metode yang detail mengenai bagaimana

membangun, mengelola, dan mengimplementasikan arsitektur enterprise dan

sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method

(ADM), dimana ADM merupakan hasil dari kerja sama praktisi arsitektur

dalam Open Group Architecture Forum. ADM merupakan metode generik

yang berisikan sekumpulan aktifitas yang mempresentasikan progresi dari

setiap fase ADM dan model arsitektur yang digunakan dan dibuat selama

tahap pengembangan Arsitektur Enterprise (Surendro, 2009).

2.3.5. CMMI

CMMI (Capability Maturity Model Integration) merupakan sebuah

model sebuah model yang digunakan untuk menilai tingkat kematangan

proses rekayasa perangkat lunak sebuah organisasi dan menyediakan hal-hal

praktis yang dapat digunakan organisasi untuk meningkatkan kematangan

proses tersebut. Model ini dikembangkan lebih lanjut memiliki tujuan

menangani integrasi pengembangan prangkat lunak dengan aktivitas

kerekayasaan lain termasuk rekayasa sistem, pengembangan produk dan

proses secara terintegrasi, dan sumber daya supplier. Model CMMI banyak

19
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model kematangan lain,

termasuk dalam arsitektur enterprise (Surendro, 2009)

2.3.6. COBIT

COBIT (Control Objective for Information and Related Technology)

merupakan sekumpulan dokumentasi dan panduan untuk

mengimplementasikan IT Governance, kerangka kerja yang membantu

auditor, manajemen dan pengguna (user) untuk menjembatani pemisah (gap)

antara risiko bisnis, kebutuhan control dan permasalahan-permasalahan

teknis. COBIT dikembangkan oleh IT Governance Institute (ITGI) yang

merupakan bagian dari Information System Audit and Control Association

(ISACA, 2012).

2.4. COBIT 5

COBIT 5 adalah sebuah kerangka kerja untuk tata kelola dan manajemen

teknologi informasi dan semua yang berhubungan, yang dimulai dari memenuhi

kebutuhan stakeholder akan informasi dan teknologi (ISACA, 2012).

COBIT 5 memiliki 2 (dua) area utama yaitu area tata kelola (governance) dan

area manajemen (management). Pengaturan (Govern) terkait hal-hal apa yang

mendasari tata kelola tersebut yang ditentukan melalui pendefinisian strategi dan

kontrol. Sedangkan pengelolaan (manage) terkait bagaimana tata kelola tersebut

dilaksanakan merupakan cakupan dari pengelolaan (manage) yang ditentukan

melalui rencana taktis.

COBIT 5 mendefinisikan dan menjelaskan secara rinci sejumlah tata kelola

dan manajemen proses. COBIT 5 menyediakan referensi model proses yang

20
mewakili semua proses yang biasa ditemukan dalam suatu perusahaan terkait

dengan kegiatan TI. Model proses yang diusulkan bukan hanya sekedar model

proses tetapi suatu model yang bersifat komprehensif. Setiap perusahaan harus

mendefinisikan bidang prosesnya sendiri, dengan mempertimbangkan situasi

tertentu dalam perusahaan tersebut. COBIT 5 juga menyediakan kerangka kerja

untuk mengukur dan memantau kinerja TI, berkomunikasi dengan layanan dan

meintegrasikan praktik pengelolaan terbaik (ISACA, 2012). Berikut ini merupakan

cakupan antara COBIT 5 dan framework lain:

Gambar 2. 1 Cangkupan antara COBIT 5 dengan framework lain (ISACA, 2012)


Pengembangan COBIT 5 adalah untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan

penting seperti:

1. Membantu stakeholder dalam menentukan apa yang mereka harapkan

dari informasi dan teknologi terkait seperti keuntungan apa, pada tingkat

risiko berapa, dan pada biaya berapa dan bagaimana prioritas mereka

dalam menjamin bahwa nilai tambah yang diharapkan benar-benar

21
tersampaikan. Beberapa pihak lebih menyukai keuntungan dalam jangka

pendek sementara pihak lain lebih menyukai keuntungan jangka panjang.

Beberapa pihak siap untuk mengambil risiko tinggi sementara beberapa

pihak tidak. Perbedaan ini dan terkadang konflik mengenai harapan harus

dihadapi secara efektif. Stakeholder tidak hanya ingin terlibat lebih

banyak tapi juga menginginkan transparansi terkait bagaimana ini akan

terjadi dan bagaimana hasil yang akan diperoleh.

2. Membahas peningkatan ketergantungan kesuksesan organisasi pada

organisasi lain dan rekan TI, seperti outsource, pemasok, konsultan, klien,

cloud, dan penyedia layanan lain, serta pada beragam alat internal dan

mekanisme untuk memberikan nilai tambah yang diharapkan.

3. Mengatasi jumlah informasi yang meningkat secara signifikan.

Bagaimana perusahan memilih informasi yang relevan dan kredibel yang

akan mengarahkan organisasi kepada keputusan bisnis yang efektif dan

efisien. Informasi juga perlu untuk dikelola secara efektif dan model

informasi yang efektif dapat membantu untuk mencapainya.

4. Mengatasi TI yang semakin meresap kedalam organisasi. TI semakin

menjadi bagian penting dari bisnis. Seringkali TI yang terpisah tidak

cukup memuaskan walaupun sudah sejalan dengan bisnis. TI perlu

menjadi bagian penting dari proyek bisnis, struktur organisasi,

managemen risiko, kebijakan, kemampuan proses dan sebagainya. Tugas

dari CIO dan fungsi TI sedang berkembang sehingga semakin banyak

orang dalam organisasi yang memiliki kemampuan TI akan dilibatkan

22
dalam keputusan dan operasi TI. TI dan bisnis harus diintegrasikan

dengan lebih baik.

5. Menyediakan panduan lebih jauh dalam area inovasi dan teknologi baru.

Hal ini berkaitan dengan kreativitas, penemuan, pengembangan produk

baru, membuat produk saat ini lebih menarik bagi pelanggan, dan meraih

tipe pelanggan baru. Inovasi juga menyiratkan perampingan

pengembangan produk, produksi dan proses supply chain agar dapat

memberikan produk ke pasar dengan tingkat efisiensi, kecepatan, dan

kualitas yang lebih baik.

6. Mendukung perpaduan bisnis dan TI secara menyeluruh, dan mendukung

semua aspek yang mengarah pada tata kelola dan manajemen TI

organisasi yang efektif, seperti struktur organisasi, kebijakan, dan budaya.

7. Mendapatkan kontrol yang lebih baik berkaitan dengan solusi TI.

8. Memberikan manfaat bagi perusahan, antara lain:

a. Nilai tambah melalui penggunanaan TI yang efektif dan inovatif.

b. Kepuasan pengguna dengan keterlibatan dan layanan TI yang baik.

c. Kesesuaian dengan peraturan, regulasi, persetujugan, dan kebijakan

internal.

d. Peningkatan hubungan antara kebutuhan bisnis dengan tujuan TI.

9. Menghubungkan dan bila relevan, menyesuaikan dengan framework dan

standar lain seperti ITIL, TOGAF, PMBOK, PRINCE2, COSO dan ISO.

Hal ini akan membantu stakeholder mengerti bagaimana kaitan berbagai

23
framework, berbagai standar antar satu sama lain, dan bagaimana mereka

bisa digunakan bersama-sama.

10. Mengintegrasikan semua framework dan panduan ISACA dengan fokus

pada COBIT, Val IT dan Risk IT, tetapi juga mempertimbangkan BMIS,

ITAF, dan TGF sehingga COBIT 5 mencakup seluruh organisasi dan

menyediakan dasar untuk integrasi dengan framework dan standar lain

menjadi satu kesatuan framework.

2.4.1. Prinsip COBIT 5

Gambar 2. 2 COBIT 5 Principles (ISACA, 2012)


1. Memenuhi Kebutuhan Pemangku Kepentingan (Meeting

Stakeholder Needs)

Pada prinsip ini menjelaskan bahwa organisasi berusaha untuk

menciptakan nilai (create values) bagi para stakeholders.

Organisasi harus mempertimbangkan semua pemangku

kepentingan yang terlibat ketika pengambilan keputusan terkait

keuntungan, sumber daya dan keputusan penilain risiko.

24
Kebutuhan dari para pemangku kepentingan diubah menjadi

sebuah strategi bagi organisasi. Tujuan dari COBIT 5 adalah

menerjemahkan kebutuhan para pemangku kepentingan

menjadi tujuan yang spesifik dan disesuaikan dengan konteks

organisasi/organisasi serta tujuan dan sasaran yang berkaitan

dengan TI dan enabler.

Gambar 2. 3 Value Creation (ISACA, 2012)


2. Mencakup Sampai Proses Akhir Suatu Organisasi (Covering the

Enterprise End to End)

Pada prinsip ini menjelaskan bahwa COBIT 5 mengintegrasikan

tata kelola TI (IT Governance) dengan tata kelola organisasi

(Enterprise Governance). COBIT 5 tidak hanya fokus pada

pengelolaan fungsi TI tapi juga menganggap Teknologi

Informasi sebagai sebuah asset yang harus dilindungi seperti

halnya aset lain dalam organisasi.

3. Menggunakan Satu Kerangka Kerja Terintegrasi (Applying a

Single Integrated Framework)

25
Pada prinsip ini menjelaskan bahwa COBIT 5 memungkinkan

digunakan oleh organisasi sebagai tata kelola menyeluruh dan

kerangka kerja manajemen integrator.

4. Melakukan Pendekatan Secara Menyeluruh (Enabling a

Holistic Approach)

Pada prinsip ini menjelaskan bahwa COBIT 5 mendefinisikan

sekumpulan enabler untuk mendukung penerapan dari tata

kelola secara komprehensif dan system manajemen TI

organisasi.

5. Memisahkan Tata Kelola Dari Manajemen (Separating

Governance from Management)

Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam kerangka kerja COBIT 5

membuat perbedaan yang jelas diantara tata kelola (governance)

dan manajemen (management). Tata kelola (governance)

melibatkan pengambilan keputusan pada high level, tanggung

jawab direksi di bawah kepimpinan ketua, sedangkanm,

manajemen adalah tanggung jawab eksekutif dibawah

kepemimpinan CEO.

26
Gambar 2. 4 Governance and Management (ISACA, 2012)
2.4.2. 7 Enablers

Enablers adalah sekumpulan faktor yang mempengaruhi sesuatu yang

akan dikerjakan oleh organisasi (ISACA, 2012). Dalam hal ini terkait

pengelolaan Teknologi Informasi di organisasi.

COBIT 5 enabler dijelaskan oleh kerangka kerja COBIT 5 di dalam

7 kategori enablers, yaitu:

1. Prinsip, Kebijakan dan Kerangka Kerja (Principles, Policies

and Framework)

Prinsip, kebijakan dan kerangka kerja adalah alat atau

pendorong untuk menerjemahkan tingkah laku ke dalam

panduan praktis untuk manajemen sehari-hari.

2. Proses (Processes)

Proses menjelaskan tentang sekumpulan kegiatan yang

terorganisir untuk mencapai tujuan tertentu dan menghasilkan

sekumpulan output dalam mendukung pencapaian tujuan IT.

27
3. Struktur Organisasi (Organizational Structures)

Struktur organisasi adalah entitas dalam organisasi sebagai

kunci dalam membuat keputusan.

4. Budaya, Etika dan Perilaku (Culture, Ethics and Behaviour)

Budaya, etika dan perilaku individu dan organisasi merupakan

factor keberhasilan dalam kegiatan tata kelola dan manajemen.

5. Informasi (Information)

Informasi dalam organisasi terdiri dari informasi yang

dihasilkan dan digunakan. Informasi dibutuhkan agar organisasi

dapat berjalan dengan baik.

6. Layanan, Infrastruktur dan Aplikasi (Service, Infrastructure and

Applications)

Layanan, infrastruktur dan aplikasi melibatkan infrastruktur

teknologi dan aplikasi yang menyediakan proses dan layanan

Teknologi Informasi bagi organisasi.

7. Orang, kemampuan dan Kompetensi (People, Skills and

Competencies)

Berhubungan dengan seorang individu dan kebutuhan untuk

memenuhi semua akifitas untuk mencapain kesuksesan dan

membuat keputusan yang tepat dengan langkah yang tepat.

2.4.3. Tahap Implementasi COBIT 5

COBIT 5 memiliki tujuh tahapan yang terdapat dalam siklus hidup

implementasi COBIT, berikut penjelasan tahapan-tahapan tersebut:

28
1. Tahap 1-Initiate Progamme

Tahap 1 mengidentifikasikan penggerak perubahan dan

menciptakan keinginan untuk berubah di level manajemen

eksekutif, yang kemudian diwujudkan berupa kasus bisnis.

Penggerak perubahan dapat berupa kejadian internal maupun

eksternal, dan kondisi atau isu penting yang memberikan dorongan

untuk berubah. Kejadian, tren, masalah kinerja, implementasi

perangkat lunak, dan bahkan tujuan dari perusahan dapat menjadi

penggerak perubahan. Risiko yang terkait dengan implementasi

dari program ini sendiri akan dideskripsikan di dalam kasus bisnis,

dan dikelola sepanjang siklus hidupnya. Menyiapkan, menjaga, dan

mengawasi kasus bisnis sangatlah mendasar dan penting untuk

pembenaran, mendukung, dan kemudian memastikan hasil akhir

yang sukses dari segala inisiatif, termasuk pengembangan GEIT.

Mereka memastikan fokus yang berkelanjutan terhadap

keuntungan dari program dan perwujudannya.

2. Tahap 2-Define Problems and Opportunities

Tahap 2 membuat agar tujuan TI dengan strategi dan risiko

perusahaan sejajar, dan memprioritaskan tujuan perusahaan, tujuan

TI, dan proses TI yang paling penting. COBIT 5 menyediakan

panduan pemetaan tujuan perusahaan terhadap tujuan TI terhadap

proses TI untuk membantu penyeleksian. Dengan mengetahui

tujuan perusahaan dan TI, proses penting yang harus mencapai

29
tingkat kapabilitas tertentu dapat diketahui. Manajemen perlu tahu

kapabilitas yang ada saat ini dan dimana kekurangan terjadi. Hal ini

dapat dicapai dengan cara melakukan penilaian kapabilitas proses

terhadap proses-proses yang terpilih.

3. Tahap 3-Define Road Map

Tahap 3 menetapkan target untuk peningkatan, diikuti oleh

analisis selisih untuk mengidentifikasi solusi potensial. Beberapa

solusi akan berupa quick wins dan beberapa berupa tugas jangka

panjang yang lebih sulit. Prioritas harus diberikan kepada proyek

yang lebih mudah untuk dicapai dan lebih mungkin memberikan

keuntungan yang paling besar. Tugas jangka panjang perlu dipecah

menjadi bagian-bagian yang lebih mudah untuk diselesaikan.

4. Tahap 4-Plan Programme

Tahap 4 merencanakan solusi praktis yang layak dijalankan

dengan mendefinisikan proyek yang didukung dengan kasus bisnis

yang dapat dibenarkan dan mengembangkan rencana perubahan

untuk implementasi. Kasus bisnis yang dibuat dengan baik akan

membantu memastikan bahwa keuntungan proyek teridentifikasi,

dan diawasi secara terus menerus.

5. Tahap 5-Execute Plan

Tahap 5 mengubah solusi yang disarankan menjadi kegiatan

hari per hari dan menetapkan perhitungan dan sistem pemantauan

untuk memastikan kesesuaian dengan bisnis tercapai dan kinerja

30
dapat diukur. Kesuksesan membutuhkan pendekatan, kesadaran

dan komunikasi, pengertian dan komitmen dari manajemen tingkat

tinggi dan kepemilikan dari pemilik proses TI dan bisnis yang

terpengaruh.

6. Tahap 6-Realede Benefits

Tahap 6 berfokus dalam transisi berkelanjutan dari pengelolaan

dan praktik manajemen yang telah ditingkatkan ke operasi bisnis

normal dan pemantauan pencapaian dari peningkatan

menggunakan metrik kinerja dan keuntungan yang diharapkan.

7. Tahap 7-Review Effectiveness

Tahap 7 mengevaluasi kesuksesan dari inisiatif secara umum,

mengidentifikasi kebutuhan tata kelola atau manajemen lebih jauh,

dan meningkatkan kebutuhan akan peningkatan secara terus-

menerus. Tahap ini juga memprioritaskan kesempatan lebih banyak

untuk meningkatkan GEIT.

Gambar 2. 5 7 Tahap Implementasi COBIT (ISACA, 2012)

31
2.4.4. Process Reference Model (PRM)

COBIT 5 model proses referensi (process reference model) terbagi

dalam dua jenis area yaitu governance dan management process dari

enterprise IT yang terdiri dari 37 proses.

Gambar 2. 6 Process Reference Model (PRM) (ISACA, 2012)


1. Evaluate, Direct and Monitor

EDM adalah proses tata kelola yang berhubungan dengan tata

pemangku kepentingan yang terdiri dari pengiriman tujuan, nilai,

optimisasi risiko dan sumber daya. Tujuannya adalah mengevaluasi

pilihan strategis, memberikan arahan kepada TI dan melakukan

pemantauan hasil. Pada domain EDM terdapat beberapa proses

yaitu:

a. EDM01 (Ensure Governance Framework Setting and

Maintenance).

32
Pada proses ini dilakukan analisa terhadap persyaratan

untuk tata kelola TI di organisasi, prinsip-prinsip, proses dan

praktek yang jelas terhadap tanggung jawab dan wewenang

untuk mencapai visi, misi, tujuan dan objek organisasi.

b. EDM02 (Ensure Benefits Delivery).

Pada proses ini mengoptimalkan kontribusi nilai bisnis dari

proses bisnis, layanan dan asset TI yang dihasilkan dari

investasi yang dilakukan oleh organisasi.

c. EDM03 (Ensure Risk Optimisation).

Pada proses ini memastikan bahwa risiko yang ada di

organisasi dipahami, diartikulasikan dan dikomunikasikan

dengan baik. Risiko terhadap nilai organisasi terkait dengan

penggunaan TI yang diidentifikasi dan dikelola.

d. EDM04 (Ensure Resource Optimisation).

Pada proses ini memastikan bahwa ketersediaan TI yang

ada memadai dan cukup. Ketersediaan sumber daya tersebut

terdiri dari orang (people), proses (process) dan teknologi

(technology) untuk mendukung tujuan organisasi secara efektif

dengan biaya yang optimal.

e. EDM05 (Ensure Stakeholder Transparency).

Pada proses ini memastikan bahwa adanya kesesuaian

terhadap pengukuran kinerja TI organisasi dan adanya

pelaporan yang transparan dengan para pemangku kepentingan.

33
Para pemangku kepentingan menyetujui tujuan dan tindakan

perbaikan yang diperlukan bagi organisasi. .

2. Align, Plan and Organise (APO)

APO mencakup strategi dan taktik untuk mengidentifikasi cara

terbaik TI dalam berkontribusi pada tujuan organisasi. APO

memberikan arah untuk solusi pengiriman (BAI) dan penyediaan

layanan dan dukungan. Pada domain APO terdapat 13 proses, yaitu:

a. APO01 (Manage the IT Management Framework).

Pada proses ini memperjelas visi, misi organisasi dan

memelihara tata kelola TI. Menerapkan dan memelihara

mekanisme untuk mengelola informasi dan penggunaan TI di

organisasi dalam mendukung tujuan pengelolaan yang sejalan

dengan prinsip dan kebijakan yang ada.

b. APO02 (Manage Strategy)

Pada proses ini memberikan pandangan yang menyeluruh

dari bisnis saat ini dan lingkungan TI, arah masa depan dan

inisiatif yang diperlukan untuk lingkungan di masa depan.

c. APO03 (Manage Enterprise Architecture)

Pada proses ini membangun arsitektur umum yang terdiri

dari proses bisnis, informasi, data, aplikasi dan teknologi untuk

mewujudkan strategi organisasi dan TI yang efektif dan efisien.

d. APO04 (Manage Innovation)

34
Pada proses ini menjelaskan tentang kesadaran terhadap

teknologi informasi dan tren layanan terkait, mengidentifikasi

peluang, inovasi dan merencanakan cara memperoleh

keuntungan dari inovasi tersebut.

e. APO05 (Manage Portfolio).

Pada proses ini menjelaskan tentang pengaturan strategi

untuk investasi yang sejalan dengan visi, arsitektur dan

karakteristik organisasi yang diinginkan dari investasi dan jasa

terkait portfolio.

f. APO06 (Manage Budget and Costs)

Pada proses ini menjelaskan tentang pengelolaan kegiatan

keuangan yang berkaitan dengan TI dalam bisnis dan fungsi TI

yang meliputi anggaran, biaya, manfaat manajemen dan

prioritas pengeluaran.

g. APO07 (Manage Human Resources)

Pada proses ini menjelaskan tentang melakukan pendekatan

terstruktur untuk memastikan struktur yang optimal,

penempatan, hak keputusan dan keterampilan sumber daya

manusia.

h. APO08 (Manage Relationships)

Pada proses ini menjelaskan tentang pengelolaan hubungan

antara bisnis dan TI secara formal dan transparan yang fokus

35
pada pencapaian tujuan bersama. Mendasarkan hubungan

saling percaya dan terbuka.

i. APO09 (Manage Service Agreements)

Pada proses ini menjelaskan tentang ketersediaan layanan

TI dan tingkat layanan dengan kebutuhan pada organisasi

termasuk identifikasi, spesifikasi, desain, penerbitan,

persetujuan dan pemantauan layanan TI, tingkat pelayanan dan

indikator kinerja.

j. APO10 (Manage Supplier).

Pada proses ini menjelaskan tentang pengelolaan terkait

layanan TI yang diberikan oleh semua jenis pemasok untuk

memenuhi kebutuhan organisasi. Termasuk di dalamnya

pemilihan pemasok, pengelolaan hubungan, manajemen

kontrak dan pemantauan kinerja pemasok untuk efektivitas dan

kepatuhan.

k. APO11 (Manage Quality)

Pada proses ini menetapkan dan mengkomunikasikan

persyaratan kualitas dalam semua proses, prosedur dan hasil

pada organisasi termasuk kontrol, pemantauan dan penggunaan

praktek dan standar dalam perbaikan, efisiensi upaya yang terus

menerus.

l. APO12 (Manage Risk)

36
Pada proses ini mengidentifikasi, menilai dan mengurangi

risiko TI dalam tingkat toleransi yang ditetapkan oleh

manajemen eksekutif organisasi.

m. APO13 (Manage Security)

Pada proses ini menjelaskan tentang proses penentuan,

operasi dan monitor sistem manajemen keamanan infomasi

pada organisasi.

3. Build, Acquire and Implement (BAI)

BAI mengidentifikasi solusi TI yang perlu dikembangkan,

diterapkan dan diintegrasikan ke dalam proses bisnis. Pada domain

BAI terdapat 10 proses, yaitu:

a. BAI01 (Manage Programmes and Projects)

Pada proses ini menjelaskan tentang pengelolaan program

dan projek dari investasi portfolio yang sejalan dengan strategi

organisasi yang terkoordinasi.

b. BAI02 (Manage Requirements Definition)

Pada proses ini mengidentifikasi solusi, menganalisa

persyaratan sebelum akuisisi atau pembuatan untuk

memastikan kesesuaian dengan persyaratan strategis organisasi

yang meliputi proses bisnis, aplikasi, informasi/data,

infrastuktur dan layanan.

c. BAI03 (Manage Solutions Identification)

37
Pada proses ini menetapkan dan memelihara solusi yang

diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan organisasi yang

meliputi desain, pengembangan, pengadaan/sumber dan

bekerja sama dengan pemasok/vendor.

d. BAI04 (Manage Availability and Capacity)

Pada proses ini mengatur ketersediaan kebutuhan saat ini an

masa depan, kinerja dan kapasitas dengan penyediaan layanan

yang hemat biaya.

e. BAI05 (Manage Organisational Change Enablement)

Pada proses ini memaksimalkan kemungkinan keberhasilan

dalam penerapan perubahan pada organisasi yang berkelanjutan

dengan cepat dan mengurangi risiko.

f. BAI06 (Manage Changes)

Pada proses ini mengelola semua perubahan secara

terkontrol termasuk standar perubahan dan prosedur, penilaian

dampak, prioritas dan otoritas, pelacakan, pelaporan, perawatan

darurat yang berkaitan dengan proses bisnis, aplikasi dan

infrastruktur, penutupan dan dokumentasi.

g. BAI07 (Manage Change Acceptance and Transitioning)

Pada proses ini menerima dan membuat solusi operasional

yang baru termasuk perencanaan pelaksanaan, sistem dan

konversi data, pengujian penerimaan, komunikasi, persiapan

38
rilis, promosi untuk produksi proses bisnis baru dan layanan TI,

dukungan produksi awal dan pasca pelaksanaan.

h. BAI08 (Manage Knowledge).

Pada proses ini menjaga ketersediaan pengetahuan yang

relevan saat ini, divalidasi dan dapat diandalkan untuk

menunjang kegiatan proses dan memfasilitasi pengambilan

keputusan.

i. BAI09 (Manage Assets).

Pada proses ini mengelola asset TI melalui siklus hidupnya

untuk memastikan bahwa penggunaannya memberikan nilai

pada biaya yang optimal, sesuai dengan tujuan organisasi.

j. BAI10 (Manage Configuration)

Pada proses ini mendefinisikan dan memelihara hubungan

antara sumber daya dan kemampuan yang diperlukan untuk

memberikan ketersediaan layanan TI termasuk pengumpulan

informasi konfigurasi, menetapkan baseline, memverifikasi dan

memperbaharui repositori konfigurasi.

4. Deliver, Service and Support (DSS)

DSS menerima solusi yang akan digunakan oleh pengguna akhir

(end user). Domain ini berkaitan dengan dukungan layanan yang

dibutuhkan meliputi pelayanan, pengelolaan keamanan dan

kelangsungan, dukungan layanan bagi pengguna, manajemen data

dan fasilitas operasional. Pada domain DSS terdapat 6 proses, yaitu:

39
a. DSS01 (Manage Operations)

Pada proses ini mengkoordinasikan dan melaksanakan

kegiatan dan prosedur operasional yang dibutuhkan untuk

memberikan layanan TI bagi internal dan outsourcing.

Termasuk juga pelaksanaan prosedur standar operasi dan

kegiatan pemantauan yang dibutuhkan.

b. DSS02 (Manage Service Requests and Incidents)

Pada proses ini memberikan respon yang tepat waktu dan

efektif untuk permintaan pengguna dan resolusi semua jenis

kejadian.

c. DSS03 (Manage Problems)

Pada proses ini mengidentifikasi dan mengklasifikasikan

masalah, akar penyebab masalah dan memberikan solusi

perbaikan yang tepat.

d. DSS04 (Manage Continuity)

Pada proses ini membangun dan memelihara rencana yang

memungkinkan bisnis dan TI menanggapi kejadian dan

gangguan sehingga dapat melanjutkan proses operasi bisnis

penting, menjaga ketersediaan informasi pada organisasi.

e. DSS05 (Manage Security Services)

Pada proses ini melindungi informasi organisasi untuk

mempertahankan tingkat risiko keamanan informasi yang dapat

diterima organisasi sesuai dengan kebijakan keamanan.

40
f. DSS06 (Manage Business Process Controls)

Pada proses ini mendefinisikan dan mempertahankan

kontrol proses bisnis yang tepat untuk memastikan bahwa

informasi memenuhi persyaratan pengendalian informasi yang

relevan.

5. Monitor, Evaluate and Assess (MEA)

MEA meliputi kegiatan pemantauan pengendalian internal,

kepatuhan terhadap peraturan dan tata kelola. Penilaian terhadap

proses TI dilakukan secara teratur dan mengikuti panduan yang ada.

Pada domain MEA terdapat 3 proses, yaitu:

a. MEA01 (Monitor, Evaluate and Assess Performance and

Conformance)

Pada proses ini mengumpulkan, memvalidasi dan

mengevaluasi bisnis TI dan tujuan. Memantau proses kinerja

sesuai dengan tujuan dan memberikan pelaporan yang

sistematis dan tepat waktu.

b. MEA02 (Monitor, Evaluate and Assess the System of

Internet Control)

Pada proses ini dilakukan pemantauan secara terus menerus

dan evaluasi lingkungan pengendalian untuk mengidentifikasi

kekurangan kontrol dan efisiensi untuk memulai tindakan

perbaikan.

41
c. MEA03 (Monitor, Evaluate and Assess Compliance with

External Requirements)

Pada proses ini menilai bahwa proses TI dan proses bisnis

TI sesuai dengan undang-undang, peraturan dan persyaratan

kontrak. Memperoleh keyakinan bahwa persyaratan telah

diidentifikasi dan dipenuhi.

2.4.5. Process Assesment Model

Model ini merupakan dasar untuk penilaian kemampuan proses TI

suatu perusahaan pada COBIT 5. Model penilaian ini memungkinkan

penilaian oleh peruhsaan untuk mendukung perbaikan proses. Panduan ini

diberikan untuk memilih proses yang akan dievaluasi, termasuk penggunaan

pemetaan COBIT 5 yang diterbitkan oleh ISACA untuk menentukan proses

yang akan dinilai.

COBIT 5 PAM yang mendukung kinerja penilaian dengan memberikan

indikator untuk bimbingan pada interpretasi dari tujuan proses perusahaan.

COBIT 5 PAM terdisi dari satu set indikator kinerja proses dan kemampuan

proses. Indikator – indikator yang digunakan sebagai dasar untuk

mengumpulkan bukti objektif yang memungkinkan penilai untuk menetapkan

peringkat

Ada dua jenis indikator penilaiannya, yaitu:

1. Indikator proses atribut kapabilitas/kemampuan (process capability

attribute) untuk kemampuan pada tingkat 0 – 5.

42
2. Indiaktor proses kinerja (process performance) untuk kemampuan

pada tingkat 1.

Indikator proses atribut kapabilitas/kemampuan digunakan di proses

penilaian kapabilitas COBIT 5 berupa:

1. Praktik Umum (Generic Practice (GP))

2. Hasil Kerja Umum (Generic Work Product (GWP))

Gambar 2. 7 Generic Work Product (ISACA, 2012)


2.4.5.1. Assessment Process Activities

Assessment Process Activities merupakan tahapan – tahapan

aktifitas dalam melakukan proses penilaian capability level untuk

perusahaan (ISACA, 2012)

1) Initiation

Initiation merupakan tahapan pertama dalam Assessment

Process Activities yang ada pada Process Assessment

43
Model COBIT 5. Bertujuan untuk menjelaskan hasil

identifikasi dari beberapa informasi yang dapat

dikumpulkan

2) Planning the Assessment

Tahap kedua adalah dilakukan rencana penilaian yang

bertujuan untuk mendapatkan hasil evaluasi penilaian

capability level. Dengan pengisian angket kuesioner

oleh beberapa staff di PLN P2B sesuai dengan

identifikasi diagram RACI terhadap kebutuhan aktifitas

yang akan dinilai

3) Briefing

Tahap ketiga adalah melakukan pengarahan kepada tim

penilai sehingga memahami input, process dan output

dalam unit organisasi yang akan di nilai dengan cara

menentukan jadwal, kendala yang dihadapi dalam

melakukan penilaian, peran dan tanggung jawab,

kebutuhan sumber daya, dan lain-lain.

4) Data Collection

Tahap keempat adalah dilakukan pengumpulan data dari

hasil temuan yang terdapat pada PLN P2B yang

bertujuan untuk mendapatkan bukti-bukti penilaian

evaluasi pada aktifitas proses yang telah dilakukan.

5) Data Validation

44
Tahap kelima adalah dilakukan validasi data yang

bertujuan untuk mengetahui hasil perhitungan kuesioner

agar mendapatkan evaluasi penilaian capability level.

6) Process Attribute Level

Tahap keenam adalah dilakukan proses memberi level

pada atribut yang ada disetiap indikator, yang bertujuan

untuk menunjukan hasil capability level dari hasil

perhitungan kuesioner pada tahap-tahap sebelumnya dan

melakukan analisis gap pada tahapan berikutnya

7) Reporting the Result

Tahap ketujuh adalah melaporkan hasil evaluasi yang

bertujuan untuk memberikan rekomendasi untuk PLN

P2B dengan COBIT 5. Dalam praktik tata kelola

teknologi informasi pada COBIT 5

45
2.4.6. Model Proses Kapabilitas (Process Capability Model)

Menurut ISACA (2013), Indikator kapabilitas proses adalah

kemampuan proses dalam meraih tingkat kapabilitas yang ditentukan oleh

atribut proses. Bukti atas indikator kapabilitas proses akan mendukung

penilaian atas pencapaian atribut proses.

Gambar 2. 8 Process Capability Model (PCM) (ISACA, 2012)


Dimensi kapabilitas dalam model penilaian proses mencakup enam

tingkat kapabilitas. Di dalam enam tingkat tersebut terdapat indikator atribut

proses. Tingkat 0 tidak memiliki indikator apapun, karena tingkat 0

menyatakan proses yang belum diimplementasikan atau proses yang gagal,

meskipun sebagian, untuk mencapai hasil akhirnya. Kegiatan penilaian

membedakan antara penilaian untuk level 1 dengan level yang lebih tinggi.

Hal ini dilakukan karena level 1 menentukan apakah suatu proses mencapai

46
tujuannya, dan oleh karena itu sangat penting untuk dicapai, dan juga menjadi

pondasi dalam meraih level yang lebih tinggi.

Menurut ISACA (2013), dalam penilaian di tiap levelnya, hasil akan

diklasifikasikan dalam 4 kategori sebagai berikut:

1. N (Not achieved/tidak tercapai)

Dalam kategori ini tidak ada atau hanya sedikit bukti atas pencapaian

atribut proses tersebut. Range nilai yang diraih pada kategori ini berkisar

0 – 15%.

2. P (Partially achieved/tercapai sebagian)

Dalam kategori ini terdapat beberapa bukti mengenai pendekatan, dan

beberapa pencapaian atribut atas proses tersebut. Range nilai yang diraih

pada kategori ini berkisar 15-50%.

3. L (Largely achieved/secara garis besar tercapai)

Dalam kategori ini terdapat bukti atas pendekatan sistematis, dan

pencapaian signifikan atas proses tersebut, meski mungkin masih ada

kelemahan yang tidak signifikan. Range nilai yang diraih pada kategori

ini berkisar 50-85%.

4. F(Fully Ahieved/tercapai penuh)

Dalam kategori ini terdapat bukti atas pendekatan sistematis dan lengkap,

dan pencapaian penuh atas atribut proses tersebut. Tidak ada kelemahan

terkait atribut proses tersebut. Range nilai yang diraih pada kategori ini

berkisar 85-100%.

47
Menurut ISACA (2013), suatu proses cukup meraih kategori Largely

achieved (L) atau Fully achieved (F) untuk dapat dinyatakan bahwa proses

tersebut telah meraih suatu level kapabilitas tersebut, namun proses tersebut

harus meraih kategori Fully achieved (F) untuk dapat melanjutkan penilaian

ke level kapabilitas berikutnya, misalnya bagi suatu proses untuk meraih level

kapabilitas 3, maka level 1 dan 2 proses tersebut harus mencapai kategori

Fully Achieved (F), sementara level kapabilitas 3 cukup mencapai kategori

Largely achieved (L) atau Fully achieved (F).

Menurut ISACA (2013) untuk penilaian capability level terbagi

menjadi level-level sebagai berikut:

0. Incomplete process

Pada level ini proses tidak diterapkan atau gagal untuk mencapai tujuan

prosesnya. Pada tingkat ini, ada bukti sedikit atau tidak ada dari setiap

pencapaian sistematis tujuan proses.

1. Performed Process

Pada level ini menentukan apakah suatu proses mencapai tujuannya.

Ketentuan atribut proses pada level 1 adalah sebagai berikut:

a. Process Activity 1.1 Process Performance

Pengukuran mengenai seberapa jauh tujuan dari suatu proses berhasil

diraih. Pencapaian penuh atas atribut ini mengakibatkan proses

tersebut meraih tujuan yang sudah ditentukan, seperti ditunjukkan

dalam tabel dibawah ini.

48
Tabel 2. 1 Process Performance
PA 1.1 Process Performance
Hasil atas pencapaian Hasil Kerja Umum
Praktik Umum (GPs)
penuh atribut (GWPs)
GP 1.1.1 Meraih Hasil
Hasil kerja telah dibuat
Proses meraih tujuan yang Proses.
sehingga menyediakan
sudah ditentukan Ada bukti bahwa praktir-
bukti atas hasil proses.
praktik dasar dilakukan.

2. Managed Process

Performa proses pada tahap ini dikelola yang mencakup perencanaan,

monitor, dan penyesuaian. Work products-nya dijalankan, dikontrol, dikelola

dengan tepat. Ketentuan atribut proses pada level 2 adalah sebagai berikut:

a. Process Activity 2.1 Performance Management

Mengukur sampai mana performa proses di kelola. Sebagai hasil

pencapaian penuh atribut ini, ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2. 2 Performance Management (ISACA, 2012)


PA 2.1 Performance Management
Hasil atas pencapaian Praktik Umum (GPs)
Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
a. Objektif performa dari GP 2.1.1 Identifikasikan GPW 1.0 Dokumentasi
proses teridentifikasi objektif performa dari proses harus menguraikan
proses. Objektif performa, lingkup proses.
digabungkan dengan GWP 2.0 Rencana Proses
asumsi dan batasan, harus menyediakan detil-
diidentifikasikan dan detik dari objektif performa
dikomunikasikan proses.
b. Performa dari proses GP 2.1.2 Merencanakan GWP 2.0 Rencana Proses
direncanakan dan dan memonitor perfotma harus menggambarkan
dimonitor dari proses untuk secara detil objektif
memenuhi objektif yang performa proses.
telah ditentukan. Dasar GWP 9.0 Performa Proses
mengukur perfotma catatannya harus
proses yang berhubungan menggambarkan hasil yang
dengan objektif bisnis detil.
ditetapkan dan dimonitor. Catatan: Pada level ini,
Termasuk didalam dasar setiap catatan performa
tersebut adalah key proses dapat berbentuk
milestones, aktivitas- report, daftar masalah, dan
aktivitas yang diperlukan, catatan informal
estimasi dan jadwal.

49
PA 2.1 Performance Management
Hasil atas pencapaian Praktik Umum (GPs)
Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
c. Performa dari proses GP 2.1.3 Menyesuaikan GWP 4.0 Catatan Kualitas
disesuaikan untuk performa dari proses. harus menyediakan detil
memenuhi perencanaan Mengambil tindakan dari tindakan yang
ketika performa yang dilakukan ketika performa
direncanakan tidak tidak mencapai target.
tercapai. Tindakan
meliputi identifikasi dari
masalah performa dan
penyesuaian rencana dan
jadwal yang lebih sesuai
d. Tanggung jawab dan GP 2.1.4 Mendefinisikan GWP 1.0 Dokumentasi
otoritas dari melakukan tanggung jawab dan Process harus menyediakan
proses didefinisikan, otoritas dalam melakukan detil dari pemilik proses dan
ditugaskan dan proses. Tanggung jawab siapa saja yang terlibat,
dikomunikasikan. kunci dan otoritas dalam bertanggung jawab,
menjalankan aktivitas Dikonsultasika dan/atau
kunci dari proses diinformasikan (RACI).
didefinisikan, ditugaskan GWP 2.0 Rencana Proses
dan dikomunikasikan. harus meliputi detil dari
Pengalaman yang process communication
dibutuhkan, pengetahuan plan demikian juga
dan keahlian ditetapkan. pengalaman dan keahlian
yang dibutuhkan dari
menjalankan proses.
e. Sumber daya dan GP 2.1.5 Identifikasi dan GWP 2.9 Rencana Proses
informasi yang sediakan sumber daya harus menyediakan detil
dibutuhkan untuk untuk melakuka proses dari proses perencanaan
menjalankan proses sesuai dengan rencana. pelatihan dan proses
diidentifikasi, Sumber daya dan perencanaan sumber daya.
disediakan, informasi yang
dialokasikan dan dibutuhkan untuk
digunakan. menjalankan aktivitas
kunci dari proses
diidentifikasi, disediakan,
dialokasi dan digunakan.
f. Antarmuka antara pihak GP 2.1.6 Mengelola GWP 1.0 Dokumentasi
yang terlibat dikelola antarmuka antara pihak Proses harus menyediakan
untuk memastikan yang terlibat. Individu dan detil dari individu fan grup
komunikasi efektif dan grup yang terlibat dengan yang terlibat (supplier,
tugas yang jelas antar proses diidentifikasi, customer dan RACI)
pihak yang terlibat. tanggung jawab GWP 2.0 Rencana proses
didefininisikan dan harus menyediakan detil
mekanisme komunikasi dari process
yang efektif diterapkan. communication plan

50
b. Process Activites 2.2 Work Product Management

Mengukur sejauh mana hasil kerja yang dihasilkan oleh proses

dikelola. Hasil kerja yang dimaksud dalam hal ini adalah hasil dari

proses. Sebagai hasil pencapaian penuh atribut ini, ditunjukkan dalam

tabel dibawah ini.

Tabel 2. 3 Work Product Management (ISACA, 2012)


PA 2.1 Work Product Management
Hasil atas pencapaian
Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
a. Kebutuhan akan hasil GP 2.2.1 Menetapkan GWP 3.0 Rencana kualitas
kerja proses ditetapkan. kebutuhan untuk kerja, harus menyediakan detil
meliputi struktur isi dan dari kriteria kualitas dan isi
kriteria kualitas. dari hasil kerja.
b. Kebutuhan untuk GP 2.2.2 Menetapkan GWP 1.0 Dokumentasi
dokumentasi dan kebutuhan dari proses harus menyediakan
kontrol dari hasil kerja dokumentasi dan kontrol detil dari kontrol (matrix
ditetapkan dari hasil kerja. Ini harus kontrol)
meliputi identifikasi dari GWP 3.0 Rencana kualitas
ketergantungan, harus menyediakan detil
persetujuan dan dari hasil kerja, kriteria
kemudahan dalam kualitas, dokumentasi yang
melacak kebutuhan. dibutuhkan dan kontrol
perubahan.
c. Hasil kerja GP 2.2.3 Identifikasi, GWP 3.0 Recana Kualitas
diidentifikasi dengan dokumentasi, dan kontrol harus menyediakan detil
baik, didokumentasikan hasil kerja. Hasil kerja dari hasil kerja, kriteria
dan dikontrol adalah subjek dari kontrol kualitas, kebutuhan
perubahan, begitu juga dokumentasi dan control
dengan perubahan versi perubahan.
dan managemen
konfigurasi.
d. Hasil kerja di ulas GP 2.2.4 Ulas kembali GWP 4.0 Catatan Kualitas
kembali sesuai dengan dan menyesuaikan hasil harus menyediakan jejak
rencana pengaturan dan kerja untuk memenuhi audit dari pengulasan
disesuaikan sesuai kebutuhan yang telah kembali yang telah
kebutuhan untuk didefinisikan. Hasil kerja dilakukan.
mencapai kebutuhan. adalah subjek terdapat
pengulasan kembali
terhadap kebutuhan yang
disesuaikan dengan
pengaturan yang
direncanakan dan isu-isu
lain yang muncul
diselesaikan

51
3. Established Process

Proses yang telah dibangun kemudian diimplementasi menggunakan

proses yang telah didefinisikan yang mampu untuk mencapai hasil dari

proses. Ketentuan atribut proses pada level 3 adalah sebagai berikut:

a. Process Activity 3.1 Process Definition

Mengukur sejauh mana proses standar dikelola untuk mendukung

pengerjaan dari proses yang telah didefinisikan. Sebagai hasil

pencapaian penuh atribut ini, ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2. 4 Process Definition (ISACA, 2012)


PA 3.1 Process Definition
Hasil atas pencapaian Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
a. Proses standard, GP 3.1.1 Mendefinisikan GWP 5.0 Kebijakan dan
meliputi panduan dasar standard dari proses yang standard harus
yang layak, mendukung pengerjaan menyediakan detil dari
dedifinisikan sehingga dari proses yang telah objektif organisasi untuk
mendeskripsikan didefinisikan. Sebuah proses, standard minimum
elemen fundamental proses standard dari performa, prosedur
yang harus ada dalam didefinisikan yang standard, dan pelaporan dan
proses yang didefinisi mengidentifikasi elemen kebutuhan monitoring.
proses fundamental dan Bukti yang diperlukan pada
menyediakan panduan dan level ini bukan hanya pada
prosedur untuk adanya kebijakan dan
mendukung implementasi standard tapi juga dengan
dan panduan tentang diterapkannya kebijakan
bagaimana standard dan standard tersebut.
tersebut dapat diubah saat
dibutuhkan
b. Urutan dan interaksi GP 3.1.2 Menetapkan GWP 5.0 Kebijakan dan
dari proses standard urutan dan interaksi antar standard harus
dengan proses lainnya proses sehingga dapat menyediakan proses
ditetapkan bekerja sebagai sistem pemetaaan dengan detil dari
yang terintegrasi dalam proses standard dengan
proses. Urutan standard urutan yang diharapkan dan
proses dan interaksi interaksinya. Bukti yang
dengan proses lain diperlukan pada level ini
ditentukan dan dikelola bukan hanya pada adanya
ketika sebuah proses kebijakan dan standard tapi
diimplementasikan pada juga dengan diterapkannya
bagian lain dalam kebijakan dan standard
organisasi. tersebut.

52
PA 3.1 Process Definition
Hasil atas pencapaian Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
c. Kompetensi yang GP 3.1.3 GWP 5.0 Kebijakan dan
dibutuhkan dan peran Mengidentifikasi peran standard harus
untuk melakukan dan kompetensi dari menyediakan detil dan
proses diidentifikasi menjalankan proses kompetensi dari proses
sebagai bagian dari standard yang dilakukan. Bukti yang
proses standard diperlukan pada level ini
bukan hanya pada adanya
kebijakan dan standard tapi
juga dengan diterapkannya
kebijakan dan standard
tersebut
d. Infrastruktur yang GP 3.1.4 Identifikasi GWP 5.0 Kebijakan dan
diperlukan dan infrastruktur yang standard harus
lingkungan kerja yang dibutuhkan dan mengidentifikasi kebutuhan
dibutuhkan untuk lingkungan kerja untuk minimum dari infrastruktur
melakukan proses melakukan proses dan lingkungan kerja untuk
diidentifikasi sebagai standard.Infrastruktur melakukan proses. Bukti
bagian (fasilitas, alat, metode, dll) yang diperlukan pada level
dan lingkungan kerja ini bukan hanya pada
untuk melakukan proses adanya kebijakan dan
standard diidentifikasi. standard tapi juga dengan
diterapkannya kebijakan
dan standard tersebut
e. Metode yang sesuai GP 3.1.5 Menetapkan GWP 5.0 Kebijakan dan
untuk monitoring metode yang sesuai untuk standard harus
kefektifan dan memonitor kefektifan dan menyediakan detil dari
kesesuaian dari proses kesesuaian dengan proses objektif organisasi terhadap
ditetapkan standard, meliputi proses, standard minimum
pemastian terhadap performa proses, prosedur
kriteria yang layak dan standard, dan pelaporan
data yang dibutuhkan serta kebutuhan monitoring.
untuk memonitor Bukti yang diperlukan pada
kefektifan dan kesesuaian level ini bukan hanya pada
dari proses didefinisikan, adanya kebijakan dan
dan menetapkan standard tapi juga dengan
kebutuhan untuk diterapkannya kebijakan
melakukan audit internal dan standard tersebut.
dan ulas kembali GWP 4.0 Catatan kualitas
managemen. dan GWP 9.0 Catatan
performa proses harus
menyediakan bukti dari ulas
kembali yang telah
dilakukan

b. Process Activity 3.2 Process Deployment

Mengukur sejauh mana proses standar secara efektif telah dijalankan

seperti proses yang telah didefinisikan untuk mencapai hasil dari

53
proses. Sebagai hasil pencapaian penuh atribut ini, ditunjukkan dalam

tabel dibawah ini.

Tabel 2. 5 Process Deployment (ISACA, 2012)


PA 3.2 Process Deployment
Hasil atas pencapaian Hasil Kerja Umum
Praktik Umum (GPs)
penuh atribut (GWPs)
a. Sebuah proses yang GP 3.2.1 Menjalankan GWP 5.0 Kebijakan dan
telah didefinisikan sebuah proses yang telah standard harus
dijalankan berdasarkan didefinisikan yang mendefinisikan standard
standard proses yang memuaskan konteks. yang harus diikuti oleh
telah ditentukan Ketika proses yang sama seluruh impelementasi dari
digunakan pada area yang proses. Bukti yang
berbeda pada organisasi, diperlukan pada level ini
proses tersebut dilakukan bukan hanya pada adanya
berdasarkan proses kebijakan dan standard tapi
standard, diatur selayak juga dengan diterapkannya
mungkin, dengan kebijakan dan standard
konformasi pada tersebut.
kebutuhan yang telah
didefinisikan pada proses
yang telah diverifikasi.
b. Peran yang dibutuhkan, GP 3.2.2 Menugaskan dan GWP 5.0 Kebijakan dan
tanggung jawab dan mengkomunikasikan standard harus
otoritas yang peran, tanggung jawab dan menyediakan detil,
dibutuhkan untuk otoritas untuk tanggung jawab dan otoritas
menjalankan proses menjalankan proses yang untuk melakukan aktivitas
yang telah didefinisikan telah didefinisikan. dari proses.Bukti yang
ditugaskan dan Ketika prosess yang sama diperlukan pada level ini
dikomunikasikan. digunakan pada area yang bukan hanya pada adanya
berbeda dalam organisasi, kebijakan dan standard tapi
Otoritas dan peran untuk juga dengan diterapkannya
melakukan aktivitas dari kebijakan dan standard
proses telah ditugaskan tersebut.
dan dikomunikasikan.
c. Personil yang GP 3.2.3 Memastikan GWP 1.0
melakukan proses yang kompetensi yang Dokumentasi proses harus
didefinisikan kompeten dibutuhkan untuk menyediakan detil dari
dalam basis edukasi menjalankan performa kompetensi dan pelatihan
yang sesuai, pelatihan dari proses yang yang dibutuhkan
dan pengalaman didefinisikan. Ketika GWP 2.0 Rencana proses
proses yang sama harus meliputi detil dari
digunakan dalam area process communication
yang berbeda pada plan, rencana pelatihan
organisasi, kompetensi dan rencana sumber daya
yang layak untuk personil untuk setiap instansi dari
yang ditugaskan proses.
diidentifikasikan dan
pelatihan yang sesuai
disediakan untuk
menjalankan proses yang

54
PA 3.2 Process Deployment
Hasil atas pencapaian Hasil Kerja Umum
Praktik Umum (GPs)
penuh atribut (GWPs)
disediakan, dialokasikan
dan digunakan.
d. Sumber daya yang GP 3.2.4 Menyediakan GP 2.0 Rencana proses
dibutuhkan dan sumber daya dan informasi harus meliputi detil dari
informasi yang untuk mendukung rencana sumber daya untuk
diperlukan untuk performa dari proses yang setiap instansi dari proses
melakukan proses yang didefinisikan. Ketika
didefinisikan proses yang sama
disediakan, digunakan dalam area
dialokasikan dan yang berbeda dalam
digunakan. organisasi, kebutuhan
sumber daya manusia dan
informasi untuk
melakukan proses
disediakan, dialokasikan
dan digunakan.
e. Infrastruktur dan GP 3.2.5 Menyediakan GWP 2.0 Rencana proses
lingkungan kerja untuk proses infrastruktur yang harus meliputi detil dari
melakukan proses yang layak untuk mendukung proses infrastruktur dan
didefinisikan performa dari proses yang lingkungan kerja dari setiap
disediakan, dikelola, didefinisikan. Ketika instansi dari proses.
dan diperlihara. proses yang sama
digunakan dalam area
yang berbeda dalam
organisasi, dukungan
organisasi yang
dibutuhkan, infrastruktur,
dan lingkungan kerja
disediakan, dialokasikan
dan digunakan.

4. Predictable process

Proses yang telah dibangun kemudian dioperasikan dengan batasan-

batasan agar mampu meraih harapan dari proses tersebut. Ketentuan atribut

proses pada level 4 adalah sebagai berikut:

a. Process Activity 4.1 Process Measurement

Pengukuran mengenai seberapa jauh hasil pengukuran digunakan

untuk memastikan bahwa performa proses mendukung pencapaian

tujuan proses untuk mendukung tujuan perusahaan. Pengukuran bisa

55
berupa pengukuran proses ataupun pengukuran produk atau kedua-

duanya. Sebagai hasil pencapaian penuh atribut ini, ditunjukkan dalam

tabel dibawah ini.

Tabel 2. 6 Process Measurement (ISACA,2012)


PA 4.2 Process Measurement
Hasil atas pencapaian
Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
a. Informasi yang GP 4.1.1 Identifikasikan GWP 6.0 Rencana
dibutuhkan proses kebutuhan informasi, peningkatan proses harus
untuk mendukung dalam hubungannya menyediakan tujuan
tujuan bisnis telah dengan tujuan bisnis. peningkatan proses dan
ditetapkan. Tujuan bisnis dan menyarankan tindakan
informasi yang peningkatan.
dibutuhkan pemegang
kepentingan telah
ditetapkan sebagai dasar
untuk menentukan tujuan
pengukuran performa
proses.
b. Tujuan pengukuran GP 4.1.2 Dapatkan tujuan GWP 7.0 Rencana
proses didapatkan dari pengukuran proses dari pengukuran proses harus
kebutuhan informasi. kebutuhan informasi. menyediakan detil dari
tujuan pengukuran yang
disarankan.
c. Tujuan kuantitatif untuk GP 4.1.3 Tetapkan tujuan GWP 7.0 Rencana
performa proses dalam kuantitatif atas performa pengukuran proses harus
mendukung tujuan dari proses, berdasarkan menyediakan detil dari
perusahaan telah kesesuaian proses dengan ukuran dan indikator
ditetapkan. tujuan perusahaan. Tujuan pengukuran.
pengukuran kuantitatif
telah ditetapkan dan
secara eksplisit
menggambarkan tujuan
perusahaan dan telah
dipastikan realistis dan
berguna oleh manajemen
dan pelaku proses
d. Pengukuran dan GP 4.1.4 Identifikasikan GWP 7.0 Rencana
frekuensinya telah pengukuran produk dan pengukuran proses
diidentifikasi dan proses yang mendukung menyediakan detil dari
ditetapkan sejalan pencapaian tujuan ukuran dan indikator
dengan tujuan kuantitatif atas performa pengukuran sekaligus
pengukuran proses dan proses. Pengukuran prosedur pengumpulan data
tujuan kuantitatif atas mendetil untuk produk dan prosedur analisa.
performa prosesnya. dan proses telah
diidentifikasi, sekaligus
dengan frekuensi
pengumpulan data dan
pengukuran, juga
mekanisme verifikasi.

56
PA 4.2 Process Measurement
Hasil atas pencapaian
Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
e. Hasil pengukuran GP 4.1.5 Mengumpulkan GWP 7.0 Rencana
dikumpulkan, dianalisa hasil pengukuran produk pengukuran proses harus
dan dilaporkan untuk dan proses dengan menyediakan detil atas
memantau seberapa melakukan proses yang prosedur analisa yang
jauh tujuan kuantitatif telah ditentukan. Hasil disarankan.
proses tercapai. pengukuran dikumpulkan, GWP 9.0 Catatan performa
dianalisa, dan dilaporkan proses harus menyediakan
sesuai rencana yang telah detil atas pengukuran yang
ditetapkan. telah dikumpulkan dan
dianalisa
f. Hasil pengukuran GP 4.1.6 Menggunakan GWP 9.0 Catatan performa
digunakan untuk hasil pengukuran untuk proses harus menyediakan
menggambarkan memantau dan detil atas pengukuran yang
performa proses. memverifikasi pencapaian sudah dikumpulkan dan
atas tujuan performa dianalisa.
proses. Hasil pengukuran
dianalisa untuk
memastikan pencapaian
terhadap tujuan performa
proses. Teknik yang
sesuai digunakan untuk
memahami performa
dan kapabilitas proses
dalam batasan yang sudah
ditentukan.

b. Process Activity 4.2 Process Control

Pengukuran tentang seberapa jauh suatu proses secara kuantitatif bisa

menghasilkan proses yang stabil, mampu, dan bisa diprediksi dalam

batasan telah ditentukan. Sebagai hasil pencapaian penuh atribut ini,

ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2. 7 Process Control (ISACA, 2012)


PA 4.2 Process Control
Hasil atas pencapaian Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
a. Teknik analisa dan GP 4.2.1 Tentukan teknik GWP 1.0
kontrol telah ditentukan analisa dan kontrol yang Dokumentasi proses harus
dan diaplikasikan. sesuai untuk mengontrol menyediakan detil
performa proses. Metode pengontrolan (matriks
untuk mengukur kontrol)
efektivitas kontrol telah GWP 8.0 Rencana
didefinisikan dan pengendalian proses harus
divalidasi. ada dan menjelaskan

57
PA 4.2 Process Control
Hasil atas pencapaian Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
pendekatan pengukuran
untuk setiap proses.
b. Pengontrolan batas GP 4.2.2 Tetapkan GWP 8.0 Rencana
variasi telah ditetapkan parameter yang cocok pengontrolan proses harus
untuk performa proses untuk mengontrol ada dan menjelaskan
normal. performa proses. Definisi batasan pengontrolan untuk
standar atas proses performa normal.
dimodifikasi untuk
memasukkan metode
pengendalian proses dan
batasan pengontrolan telah
ditetapkan.
c. Data pengukuran GP 4.2.3 Analisa hasil GWP 9.0 Catatan performa
dianalisa untuk pengukuran proses dan proses harus menyediakan
mengetahui penyebab produk untuk detil atas pengukuran yang
khusus atas suatu mengidentifikasikan telah dikumpulkan dan
variasi. variasi dan performa dianalisa.
proses. Hasil pengukuran
pengontrolan proses
dianalisa untuk
menentukan masalah yang
perlu diperhatikan dan
diteruskan untuk
penanggulangan.
d. Tindakan koreksi GP 4.2.4 Identifikasi dan GWP 9.0 Catatan performa
diambil untuk implementasikan tindakan proses harus menyediakan
memecahkan penyebab koreksi untuk mengatasi detil atas pengukura yang
khusus variasi. sumber masalah. Tindakan telah dikumpulkan dan
koreksi diambil untuk dianalisa.
mengatasi masalah
pengontrolan proses dan
hasilnya dipantau dan
dievaluasi.
e. Batasan kontrol GP 4.2.5 Tetapkan GWP 8.0 Rencana
ditetapkan kembali kembali batasan kontrol pengendalian proses harus
(apabila dibutuhkan) setelah tindakan koreksi. ada dan menjelaskan
sebagai respon Batasan kontrol proses batasan kontrol untuk
terhadap tindakan dimodifikasi sesuai peforma normal.
koreksi kebutuhan setelah
tindakan koreksi
dilakukan.

5. Optimizing Process

Proses yang telah dijelaskan sebelumnya, proses diprediksi terus

ditingkatkan untuk memenuhi tujuan bisnis yang relevan saat ini dan

proyeksi.

58
a. Process Activity 5.1 Process Innovation

Mengukur sebuah perubahan proses yang telah diidentifikasi dari

analisis penyebab umum dari adanya variasi di dalam performa, dan

dari investigasi pendekatan inovatif untuk mendefinisikan dan

melaksanakan proses. Sebagai hasil pencapaian penuh atribut ini,

ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 2. 8 Process Innovation (ISACA, 2012)


PA 5.1 Process Innovation
Hasil atas pencapaian Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
a. Tujuan dari GP 5.1.1 GWP 7.0 Rencana
peningkatan masing- Mendefinisikan tujuan peningkatan proses harus
masing proses peningkatan proses untuk menyediakan tujuan
diidentifikasi untuk mendukung tujuan bisnis peningkatan proses dan
mendukung tujuan yang relevan. tindakan yang dilakukan
bisnis yang relevan. Arahan untuk inovasi untuk peningkatan tersebut.
proses telah diatur.
Tujuan peningkatan
proses secara kualitatif
dan kuantitatif didasarkan
pada potensi inovasi
proses seperti visi dan
goals yang telah
didefinisikan dan
didokumentasikan.
b. Data yang tepat GP 5.1.2 Analisis GWP 9.0 Catatan performa
dianalisis agar dapat pengukuran data proses proses harus menyediakan
mengidentifikasi untuk mengidentifikasi penjelasan mengenai
penyebab umum dari variasi yang nyata dan kumpulan dan analisa
variasi performa proses. berpotensi di dalam pengukuran.
performa proses. Data
performa proses dianalisis
untuk mengidentifikasi
variasi di dalam performa
proses bersama dengan
akar penyebab dari
masalah performa proses
secara umum.
c. Data yang tepat GP 5.1.3 Identifikasi GWP 6.0 Rencana
dianalisis agar dapat peluang peningkatan peningkatan proses harus
mengidentifikasi proses berdasarkan menyediakan penjelasan
peluang untuk inovasi dan praktik mengenai analisis praktik
terbaik. Peluang terbaik.

59
PA 5.1 Process Innovation
Hasil atas pencapaian Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
pelaksanaan praktik peningkatan proses
terbaik dan inovasi diidentifikasi berdasarkan
perbandingan dengan
praktik terbaik industri.
d. Peluang peningkatan GP 5.1.4 Didasarkan pada GWP 6.0 Rencana
yang bermula dari peluang peningkatan dari peningkatan proses harus
teknologi baru dan teknologi dan konsep menyediakan penjelasan
konsep proses baru proses baru. Peluang mengenai analisis peluang
diidentifikasikan. peningkatan proses peningkatan teknologi.
diidentifikasi berdasarkan
review dan analisis
mengenai inovasi
teknologi dan konsep
proses, yang dilanjutkan
pada perubahan
lingkungan bisnis
termasuk munculnya
risiko bisnis.
e. Strategi implementasi GP 5.1.5 Definisikan GWP 6.0 Rencana
dibuat untuk mencapai strategi implementasi peningkatan proses harus
tujuan dari peningkatan berdasarkan visi dan menyediakan penjelasan
proses. tujuan peningkatan jangka mengenai strategi
panjang. Strategi implementasi untuk
peningkatan proses peningkatan proses.
didefinisikan dan
divalidasi berdasarkan
goal dan objektif dari
peningkatan. Komitmen
untuk meningkatkan
didemokan oleh manager
dan pemilik proses.

b. Process Activity 5.2 Process Optimisation

Mengukur perubahan untuk definisi, manajemen, dan performa proses

agar memiliki hasil yang berdampak secara efektif untuk mencapai

tujuan dari proses peningkatan. Sebagai hasil pencapaian penuh

atribut ini, ditunjukkan dalam tabel dibawah ini

60
Tabel 2. 9 Process Optimisation (ISACA, 2012).

PA 5.2 Process Optimisation


Hasil atas pencapaian Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
penuh atribut
a. Dampak dari perubahan GP 5.2.1 Menilai dampak GWP 6.0 Rencana
yang telah dilakukan di dari masing- masing peningkatan proses harus
nilai kesesuaiannya perubahan yang telah menyediakan rincian
dengan tujuan dari dilakukan apakah telah mengenai pendekatan
proses yang telah sesuai dengan tujuan dari kualitas proyek peningkatan
didefinisikan dan proses proses standard dan proses proses
standar yang telah didefinisikan.
Dampak dari perubahan
yang telah dilakukan
dinilai kesesuaiannya agar
dapat menentukan
dampak dari kualitas
produk dan performa
proses apakah telah sesuai
dengan proses lain yang
berhubungan.
b. Implementasi dari GP 5.2.2 Mengelola GWP 6.0 Rencana
perubahan yang telah implementasi dari peningkatan proses harus
disetujui dikelola untuk perubahan yang telah menyediakan rincian
memastikan bahwa disetujui untuk memilih mengenai strategi
perbedaan- perbedaan area dari proses standar implementasi peningkatan
performa proses dan proses yang telah proses dan perubahan yang
dimengerti dan didefinisi sesuai dengan terdiri dari:
dilakukan setelahnya. strategi implementasi. - GWP 1.0 Dokumentasi
Implementasi dari proses
perubahan yang telah - GWP 3.0 Rencana
disetujui dikelola sesuai kualitas
dengan manajemen - GWP 5.0 Kebijakan
perubahan dan proses dan standar
pendukung perubahan
c. Berdasarkan performa GP 5.2.3 Berdasarkan GWP 6.0 Rencana
saat ini, keefektivitasan performa saat ini, evaluasi peningkatan proses harus
perubahan proses keefektivitasan perubahan menyediakan rincian
dievaluasi berdasarkan proses sesuai dengan mengenai pendekatan
persyaratan produk dan performa proses, tujuan kualitas proyek peningkatan
tujuan proses untuk kapabilitas, dan tujuan proses.
menentukan hasil bisnis. Keefektifitasan
memiliki penyebab perubahan membuat
umum atau khusus. proses tersebut perlu
diukur, dievaluasi, dan
dilaporkan setelah
implementasi.

61
2.4.7. RACI (Responsible, Accountable, Consulted, Informed) Chart

COBIT 5 menyediakan sebuah RACI chart yaitu sebuah matrik dari

semua aktivitas atau wewenang dalam mengambil keputusan yang dilakukan

dalam sebuah organisasi terhadap semua orang atau peran untuk setiap proses.

Berikut ini penjelasan mengenai RACI Chart: (ISACA, 2012)

1. Responsible

Menjelaskan tentang siapa yang mendapatkan tugas yang harus dilakukan.

Hal ini merujuk pada peran utama atau penanggung jawab pada kegiatan

operasional, memenuhi kebutuhan dan menciptakan hasil yang diinginkan

dari organisasi.

2. Accountable

Menjelaskan tentang siapa yang bertanggung jawab atas keberhasilan

tugas. Hal ini merujuk pada pertanggung jawaban secara keseluruhan atas

tugas yang telah dilakukan.

3. Consulted

Menjelaskan tentang siapa yang memberikan masukan. Hal ini merujuk

pada peran yang bertanggung jawab untuk memperoleh informasi dari

unit lain atau mitra eksternal. Masukan harus dipertimbangkan dan

pengambilan tindakan yang tepat.

4. Informed

Menjelaskan tentang siapa yang menerima informasi. Hal ini merujuk

pada peran yang bertanggung jawab untuk menerima informasi yang tepat

untuk mengawasi setiap tugas yang dilakukan.

62
Berikut ini merupakan salah satu diagram RACI berdasarkan

framework COBIT

Gambar 2. 9 RACI Chart EDM03 (ISACA, 2012)


Berikut ini tabel penjelasan mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam

struktur COBIT 5 (ISACA, 2012:76), yaitu:

Tabel 2. 10 Relevant Structures for Risk (ISACA, 2012)


Relevant Structures for Risk
Jabatan Deskripsi Jabatan pada proses risiko
Board Kelompok eksekutif paling senior Memberikan pengawasan atas
dan/atau direktur non-eksekutif dari dampak risiko perusahaan
organisasi yang bertanggung jawab terhadap tujuan perusahaan
untuk tata kelola organisasi dan
memiliki control keseluruhan
sumber daya.
CEO Orang yang memiliki kedudukan Memberikan dukungan eksekutif
tinggi yang bertanggung jawab dari dan berkolaborasi dalam
manajemen keseluruhan organisasi. menentukan keputusan risiko
Strategy (IT Sekelompok eksekutif senior yang Proaktif dalam mengelola risiko
Executive) ditunjukan oleh dewan untuk yang terkait dengan portofolio
committee memastikan bahwa dewan terlibat investasi TI
dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan TI. Komite ini
bertanggung jawab untuk mengelola
portofolio investasi IT-enabled,
layanan TI dan asset TI. Memastikan
nilai yang disampaikan dan risiko
dikelola. Komite ini biasanya
dipimpin oleh anggota dewan.

63
Relevant Structures for Risk
Jabatan Deskripsi Jabatan pada proses risiko
Chief Operating Seseorang yang memiliki jabatan Berkonsultasi mengenai risiko
Officer senior pada organisasi yang operasional
bertanggung jawab untuk operasi
organisasi.
Business executive Sebuah manajemen individu senior Berkonsultasi mengenai risiko
yang bertanggung jawab untuk yang terkait dengan lini bisnis
operasi unit bisnis tertentu atau anak atau departemen
perusahaan.
CIO/Chief Pejabat senior pada organisasi yang Berkonsultasi tentang aspek
technology officer bertanggung jawab untuk teknis dari risiko dan tindakannya
(CTO) menyelaraskan TI dan strategi bisnis
dan akuntabel untuk perencanaan,
sumber daya dan mengelola
pengiriman layanan dan solusi untuk
mendukung tujuan TI organisasi
Business Process seseorang yang bertanggung jawab Berkonsultasi pada risiko yang
Owner pada proses kinerja untuk terkait dengan proses bisnis
mewujudkan tujuannya, mendorong Menerima kepemilikan atas
perbaikan proses dan menyetujui risiko yang telah dinilai dan
perubahan proses. laporan atas progres mitigasi
Chief Information pejabat senior pada organisasi yang Berkonsultasi pada risiko
Security Officer bertanggung jawab untuk keamanan keamanan
informasi organisasi dalam segala
bentuknya.
CFO seseorang yang memiliki jabatan Berkonsultasi pada tingkat
senior pada organisasi yang kerugian yang dapat diterima,
bertanggung jawab untuk semua faktor risiko yang penting dan
aspek manajemen keuangan, biaya pada pilihan respon
termasuk risiko dan control terhadap risiko
keuangan dan rekening terpercaya
dan akurat.
Business seorang individu yang mengelola, Berkonsultasi mengenai
Continuity merancang, mengawasi dan/atau gangguan pada operasi
Manager menilai kemampuan kelangsungan perusahaan
usaha suatu organisasi, untuk
memastikan bahwa fungsi organisasi
tetap beroperasi pada saat kritis.
IT Process Seseorang yang bertanggung jawab Berkonsultasi mengenai risiko
(service) owners atas proses dan layanan TI yang yang terkait dengan proses atau
diberikan layanan TI
Menerima kepemilikan atas
risiko yang telah dinilai dan
laporan atas progres mitigasi
Service Manager seorang individu yang mengelola Berkonsultasi dengan manajemen
pengembangan, implementasi, layanan terkait risiko

64
Relevant Structures for Risk
Jabatan Deskripsi Jabatan pada proses risiko
evaluasi dan pengelolaan
berkelanjutan baru dan yang sudah
ada.
Head of HR pejabat senior pada organisasi yang Berkonsultasi tentang aspek
bertanggung jawab untuk manusia terkait dengan risiko dan
perencanaan dan kebijakan terhadap tindakannya
semua sumber daya manusia di
organisasi.
Privacy Officer Seorang yang bertanggung jawab Berkonsultasi tentang aspek
untuk mematau risiko dan dampak utama yang terkait dengan
bisnis undang-undang privasi dan pemantauan risiko dan dampak
untuk membimbing dan koordinasi bisnis peraturan dan kebijakan
pelaksanaan kebijakan dan kegiatan privasi
yang akan memastikan bahwa
arahan privasi terpenuhi. Privacy
Officer juga disebut sebagai petugas
perlindungan data.
Project and Seseorang yang bertanggung jawab Mengarikulasikan risiko yang
programme untuk mendukung program dan terkait dengan program dan
steering committee proyek manajer, mengumpulkan, proyek
menilai dan melaporkan informasi
tentang pelaksabaab program dan
proyek konstituen.
Chief Insurance Pejabat paling senior diperusahaan Dikonsultasikan untuk transfer
Officer dalam mengelola polis asuransi dan pembagian risiko
Procurement Fungsi yang melibatkan dan Berkonsultasi dan memberi saran
mengelola pihak ketiga dan proses dalam mengelola risiko pihak
yang terkait, seperti kontrak, dan ketiga
keseluruhan rantai pasokan

2.5. Pemetaan Tujuan Terkait TI Terhadap Proses COBIT 5

Dalam proses pemilihan domain diperlukan proses identifikasi masalah

sehingga penentuan domain lebih tepat sasaran (Fitroh, Siregar, & Rustamaji,

2017). Domain proses yang dipilih untuk dilakukan evaluasi berdasarkan

kebutuhan dan di dukung oleh kerangka kerja COBIT 5. Adapun ditemukan fakta

terkait dengan pengelolaan TI di divisi TI-Telkom PLN P2B, yaitu pernah

65
terjadinya kegagalan migrasi data pada server serta terjadinya kerusakan pada back-

up data mengakibatkan PT PLN P2B kehilangan data transaksi.

Berdasarkan fakta tersebut, maka dilakukan pemetaan Enterprise Goals

terhadap Stakeholder Needs yang selaras dengan stakeholders needs yang selaras

dengan fakta yang terjadi.

Tabel 2. 11 Pemetaan Enterprise Goals terhadap Stakeholder Needs

Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, Enterprise Goals yang selaras dan

dipilih adalah nomor tiga yaitu, Managed business risk (safeguarding of assets).

Kemudian setelah menentukan Enterprise Goals dalam penelitian ini selanjutnya

menentukan IT-related goals yang selaras, dengan melakukan pemetaan Enterprise

goals terhadap IT-related goals.

66
Gambar 2. 10 Mapping COBIT 5 Enterprise Goals to IT-related Goals (ISACA,
2012)
Diketahui bahwa kolom dengan tanda P berarti Primary menunjukan bahwa

memiliki hubungan yang penting atau memiliki dukungan primer. Sedangkan S

berarti Secondary menunjukan bahwa memiliki hubungan yang kuat tapi kurang

penting. Pada kolom Enterprise Goals nomor tiga Managed business risk

67
(safeguarding of assets), diketahui terdapat tiga IT-related goals yang memiliki

hubungan yang penting yaitu, (4) Managaed IT-related business risk, (10) Security

of information, processing infrastructure and applications, (16) Competent and

motivated business and IT personnel. Berdasarkan pemetaan tersebut dengan

diskusi dan fokus evaluasi yang akan dilakukan pada Divisi TI-Telkom, maka IT

Related goals yang selaras dengan Enterprise goals yang dipilih dalam penelitian

adalah nomor empat (4) Managed IT-related business risk.Setelah menentukan IT-

related goals selanjutnya adalah menentukan domain yang digunakan dalam

penelitian ini, dengan melakukan pemetaan terhadap 37 process yang terdapat pada

COBIT 5. Berikut ini merupakan gambar Mapping IT related goals pada proses

yang terdapat dalam COBIT 5:

68
Gambar 2. 11 Mapping IT-related goal (ISACA, 2012)
Pada gambar diatas diketahui pemetaan IT-related goal terhadap proses –

proses yang terdapat dalam COBIT 5 pada domain EDM dan APO.

69
Gambar 2. 12 Mapping IT-related goal (ISACA, 2012)
Pada gambar diatas diketahui bahwa P memiliki arti Primary yaitu memiliki

hubungan yang penting, sedangkan S untuk Secondary yaitu memiliki hubungan

yang kuat namun kurang penting. Pada kolom IT-related goals nomor empat

Manage IT-related business risk terdapat 15 proses yang memiliki hubungan yang

70
penting terhadap IT-related goals. Berdasarkan hasil pemetaan tersebut peneliti

melakukan kuesioner (pra penelitian) kepada pihak Divisi TI-Telkom untuk

menentukan domain mana yang akan menjadi fokus pada penelitian ini. Hasil dari

kuesioner (pra penelitian), proses yang dipilih untuk dikaji lebih lanjut dalam

penelitian ini adalah EDM03 (Ensure Risk Optimisation) dan APO12 (Manage

Risk) yang dimana hasilnya peneliti lampirkan pada dokumen lampiran.

2.6. Fokus Area Tata Kelola Teknologi Informasi

Fokus area domain yang dipilih adalah domain Evaluate, Direct and Monitor

pada proses EDM03 (Ensure Optimisation Risk) dan Align, Plan and Organise pada

proses APO12 (Manage Risk).

Menurut ISACA (2012), EDM03 adalah memastikan besarnya risiko dan

toleransi yang dapat diterima perusahaan dimengerti, diartikulasi serta

dikomunikasikan, dan dilakukan kegiatan pengidentifikasian dan pengelolaan

risiko-risiko yang berhubungan dengan nilai TI pada perusahaan.

Tujuan dari proses tersebut adalah memastikan bahwa risiko TI perusahaan

tidak melebihi kemampuan dan toleransi perusahaan dalam menerima risiko, serta

mengidentifikasi dan mengelola dampak dari risiko TI terhadap nilai-nilai pada

perusahaan, dan mengurangi terjadinya kegagalan.

Menurut ISACA (2012), deskripsi dari APO12 adalah secara terus menerus

mengidentifikasi, menilai dan mengurangi risiko yang berhubungan dengan TI

didalam level toleransi yang ditentukan oleh manajemen perusahaan.

71
Tujuan dari proses tersebut mengintegrasikan management dari risiko TI

perusahaan dengan keseluruhan ERM (Enterprise Risk Management), dan

menyeimbangkan biaya dan keuntungan dari mengelola risiko TI perusahaan.

2.7. Risiko

Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang

dapat menimbulkan kerugian. Sedangkan manajemen risiko adalah usaha yang

secara rasional ditujukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari

risiko yang dihadapi. Risiko tidak cukup dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara

cara yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian., risiko dapat

dikelompokan menjadi 2 jenis: (Kasidi, 2010)

1. Risiko Spekulatif

Risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu kemungkinan yang

menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Contoh: pembelian

saham, pembelian valuta asing

2. Risiko Murni

Risiko yang mengandung satu kemungkinan yaitu kemungkinan rugi saja.

Contoh: bencana alam

2.8. Risiko TI

Risiko TI adalah risiko organisasi yang diakibatkan oleh penggunaan TI

dalam organisasi, terdiri atas semua kejadian terkait TI yang berpotensi memiliki

dampak pada organisasi (ISACA, 2009). Perspektif umum lingkup risiko TI

semakin berkembang, tidak hanya terkait dengan operasional organisasi tetapi

risiko secara keseluruhan pada organisasi tersebut.

72
Gambar 2. 13 Risk IT Framework (ISACA, 2009)
Risiko dan Value merupakan dua sisi mata uang yang berbeda tetapi

perusahaan atau organisasi perlu untuk memastikan bahwa peluang (opportunity)

untuk menciptakan nilai tidak hilang karena keinginan untuk mengeliminasi risiko,

harus ada keseimbangan.

Menurut ISACA (2009), risiko TI dikategorikan menjadi tiga yaitu sebagai

berikut:

1. IT Benefit/Value Enablement Risk

Terkait dengan (hilangnya) oppotunity penggunaan teknologi bagi penginkatan

efisiensi dan efektifitas proses bisnis atau sebagai enabler bagi inisiatif bisnis baru.

2. IT Program and Project Delivery Risk

Terkait dengan kontribusi TI bagi solusi bisnis baru atau memperbaiki solusi

bisnis dalam bentuk proyek atau program.

3. IT Operations and Service Delivery Risk

Terkait dengan seluruh aspek kinerja sistem dan layanan TI, yang dapat

merusak atau mereduksi nilai organisasi atau perusahaan.

2.9. Manajemen Risiko TI

Menurut IT Governance, IT Audit dan IT Security (dalam Spremic 2008),

manajemen risiko TI adalah proses untuk memahami dan memberikan respon

73
terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam autentikasi, non-

repudiation, kerahasiaan, integritas atau ketersediaan dari sistem informasi.

Menurut Samaptoaji (dalam Stoneburner, 2014), manajemen risiko TI

merupakan proses identifikasi risiko , penilaian risiko, dan pengambilan langkah-

langkah untuk menurunkan risiko sampai tingkatan yang dapat diterima

Menurut Westerman (2007), manajemen risiko adalah proses identifikasi

pengkajian, pengembangan strategi mitigasi dan komunikasi risiko TI yang

berpotensi merugikan atau berdampak negatif terhadap organisasi.

2.9.1. Langkah Mengelola Risiko Teknologi Informasi

Menurut Indrajit (2014) terdapat sepuluh aktivitas yang harus

dilakukan terkait dengan pengelolaan risiko TI, yaitu:

1. Mengkali dan menentukan profil risiko yang dihadapi dimana

setiap organisasi atau perusahaan pasti memiliki potensi ancaman

atau sisi kerawanan yang jika tidak ditangani sungguh – sungguh

dapat mengganggu beroperasinya organiasi yang dimaksud.

2. Memahami relevansi risiko dengan obyektif bisnis atau organisasi

– dimana dicoba untuk dipahami dan disadari dampak serius yang

dihadapi organisasi seandainya risiko yang ada tidak dikelola

secara sungguh – sunggu oleh pimpinan dan manajemen usaha.

3. Memahami relevansi risiko dengan obyektif proses bisnis – dimana

selain memahami dampak risiko terhadap keberlangsungan bisnis,

juga dipetakan dampaknya terhadap kelancaran pelaksanaan proses

bisnis yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.

74
4. Mengidentifikasi obyektif teknologi informasi dan posisi risiko –

dimana organisasi memahami secara sungguh – sungguh peranan

serta manfaat teknologi informasi dan komunikasi bagi bisnis dan

potensi risiko apa saja yang membayanginya.

5. Mengidentifikasi kejadian (event) yang terkait dengan risiko

organisasi – dimana secara sistematis organisasi melakukan

identifikasi terhadap kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan

seperti apa saja yang mampu dihadapi organiasi dan tingkat

probabilitas kemungkinan terjadinya.

6. Mengkaji risiko terkait dengan potensi kejadian – dimana terhadap

setiap risiko yang telah didefinisikan, diperkirakan dampak potensi

atau eksposur negatif yang mungkin menimpa organisasi.

7. Menentukan dan mengevaluasi model tanggapan terhadap risiko

yang mungkin terjadi – dimana risiko organisasi menyusun strategi

pendekatan dalam menghadapi risiko yang dimaksud, sesuai

dengan tingkat kepentingan dan kapabilitas organisasi.

8. Memprioritaskan dan merencanakan aktivitas pengendalian –

dimana terhadap seluruh risiko yang dihadapi, dilakukan pemetaan

untuk menetapkan tingkat prioritas, dimana yang tertinggi harus

diberikan kepada potensi kejadian yang memiliki probabilitas

tinggi dan memiliki dampak negatif yang besar terhadap kinerja

organisasi.

75
9. Menyepakati dan memastikan adanya rencana aksi yang disetujui –

dimana pimpinan dan manajemen secara formal menyetujui dan

menginstitusionalisasikan keputusan penerapan manajemen risiko

yang telah ditentukan untuk diterapkan organisasi.

10. Memantau dan mengawasi rencana penanganan risiko – dimana

organisasi melakukan monitoring terhadap implementasi tata

kelola manajemen risiko yang telah ditetapkan oleh pimpinan

organisasi atau perusahaan.

2.10. Risk Assessment

Menurut ISACA (2012), menyatakan bahwa Risk Assessment berfungsi untuk

melakukan identifikasi risiko potensial yang berasal dari internal dan eksternal

organisasi, dan juga berfungsi untuk menilai sejauh mana impact yang ditimbulkan

oleh risiko tersebut bisa mengganggu atau menghambat berjalannya proses bisnis

dan pencapaian dari tujuan organsiasi. Besar dampak (impact) dapat dihitung

menggunakan penilaian Inherent Risk dan Residual Risk, serta melakukan analisis

terhadap dua perspektif yang terdiri dari perspektif Probability/Likelihood (Peluang

atau kemungkinan) dan perspektif impact (dampak).

Risk Assessment merupakan sebuah pengkajian atau identifikasi yang terdiri

dari kegiatan / proses Risk Evaluation dan Risk Analysis. Risk Evaluation adalah

proses untuk melakukan perbandingan risiko yang sudah teridentifikasi dengan

kriteria risiko yang sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan Risk Analysis adalah

suatu proses sistematis dalam melakukan pemanfaatan informasi yang dimiliki

untuk memantau probability (peluang/kemungkinan) terjadinya risiko yang udah

76
teridentifikasi serta memastikan dan menentukan seberapa besar impact (dampak)

yang diterima dikarenakan adanya risiko tersebut. Proses Risk Assessment

mempunyai tujuan antara lain sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi terhadap probability (peluang) dan impact

(dampak) dari setiap risiko yang ada.

2. Melakukan identifikasi terhadap proses bisnis penting atau vital yang

harus segera dijalankan setelah terjadinya gangguan dan bencana dari

setiap risiko agar tidak menimbulkan kerugian besar dan terhentinya

proses bisnis organisasi.

3. Melakukan penilaian cost-effective yang berfungsi untuk meminimalisir

dampak yang ditimbulkan dan berupaya untuk menghindari terjadinya

risiko tersebut.

4. Menyediakan input data atau informasi penting dan relevan dalam

menerapkan manajemen risiko.

2.10.1. Skenario Risiko Teknologi Informasi

Menurut ISACA (2009), Skenario Risiko Teknologi Informasi

merupakan sebuah uraian sketsa dari kejadian – kejadian yang terkait dengan

teknologi informasi, yang apabila terjadi akan dapat menimbulkan impact

(dampak) bagi suatu perusahan. Dari gambar berikut ini dapat dilihat dan

diperhatikan mengenai lima komponen penyusun dalam skenario risiko

teknologi informasi.

Lima komponen penyusun skenario risiko teknologi informasi tersebut

memiliki penjelasan sebagai berikut:

77
1. Aktor (Actor)

Aktor merupakan pelaku atau aktor yang dapat menimbulkan

ancaman (risiko) bagi perusahaan, aktor terbagi menjadi 2 kategori

yaitu aktor yang berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Aktor

internal meliputi staff dan kontraktor, sedangkan aktor eksternal

meliputi partner bisnis komppetitor dan lain sebagainya.

2. Tipe Ancaman (Threat Type)

Threat Type merupakan suatu peristiwa atau kondisi yang menjadi

sumber suatu ancaman (risiko), yang terjadi secara disengaja maupun

tidak disengaja. Yang termasuk dalam threat type meliputi kejahatan,

error, kecelakaan, bencana alam dan sebagainya.

3. Kejadian (event)

Event merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi

diperusahaan dan dapat menimbulkan ancaman (risiko). Yang

termasuk kedalam event meliputi gangguan pada sistem atau proyek,

kebocoran informasi, kerusakan ataupun pencurian pada infrastruktur

Teknologi Informasi (TI) perusahaan dan lain sebagainya.

4. Aset / Sumber Risiko

Asset / Resource adalah suatu objek bernilai yang dimiliki oleh

perusahaan yang dapat terpengaruhi oleh kondisi dan kejadian

tertentu, sehingga dapat mendatangkan impact (dampak) terhadap

bisnis perusahaan yang berpeluang menjadi sumber ancaman (risiko).

Yang termasuk dalam Aset / Sumber Risiko tersebut meliputi

78
aplikasi, infrastruktur Teknologi Informasi, fasilitas, informasi dan

lain sebagainya.

5. Waktu (Time)

Time disini adalah keadaan dimana suatu skenario risiko terjadi yang

tertuang dalam satuan waktu.

Skenario Risiko Teknologi Informasi digunakan sebagai petunjuk atau

acuan dalam mengidentifikasi risiko terhadap teknologi informasi. Terdapat

36 High Level Scenario terkait teknologi informasi yang terdapat pada

pedoman yang diberikan oleh ISACA yang tertuang dalam Generic IT Risk

Scenarios. Dari table 2. Berikut ini dapat dilihat dan diperhatikan mengenai

36 High Level Scenario didalam Generic IT Risk Scenarios.

Tabel 2. 12 Generic IT Risk Scenarios (ISACA, 2009)

No High Level Risk Scenario Definisi


1 Technology Selection Risiko yang berkaitan dengan
pemilihan jenis teknologi yang akan
diterapkan atau digunakan oleh
organisasi untuk mencapai tujuan
2 New Technology Risiko yang berkaitan dengan
pengembangan teknologi baru untuk
meningkatkan perkembangan suatu
organisasi.
3 IT Programme Selection Risiko yang berkaitan dengan
pemilihan proyek – proyek teknologi
informasi guna menunjang tercapainya
sasaran organisasi.
4 Accountability Over IT Risiko yang berkaitan dengan
pertanggung jawaban dalam
pemakaian Teknologi Informasi
didalam organisasi.
5 IT Investment Decision Making Risiko yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang
investasi yang berkaitan dengan
Teknologi Informasi perusahaan.

79
No High Level Risk Scenario Definisi
6 Integration of IT Within Business Risiko yang berkaitan dengan upaya
Procesess mengintegrasikan Teknologi
Informasi dengan proses bisnis
organisasi.
7 IT Expertise and Skills Risiko yang berkaitan dengan
keterampilan dan keahlian yang
dimiliki oleh Teknologi Informasi
yang diterapkan oleh organisasi.
8 IT Staff Risiko yang berkaitan dengan pegawai
atau staff di bidang Teknologi
Informasi.
9 Destruction of Infrastructure Risiko yang berkaitan dengan
perusahaan terhadap infrastruktur
yang dimiliki oleh organisasi.
10 Infrastructure Theft Risiko yang berkaitan dengan
pencurian terhadap infrastruktur yang
dimiliki oleh organisasi.
11 Selection / Performance of Third-party Risiko yang berkaitan dengan
Suppliers pemilihan pihak ketiga beserta dengan
prestasi atau kinerjanya.
12 Project Quality Risiko yang berkaitan dengan kualitas
penyampaian dari proyek Teknologi
Informasi
13 Project Delivery Risiko yang berkaitan dengan
perencanaan perhitungan anggaran
dari setiap proyek Teknologi Informasi
yang dijalankan oleh organisasi
14 IT Project Economics Risiko yang berkaitan dengan
perencanaan perhitungan anggaran
dari setiap proyek Teknologi Informasi
yang dijalankan oleh organisasi.
15 IT Project Termination Risiko yang berkaitan dengan
pemberhentian atau pemutusan proyek
yang berkaitan dengan Teknologi
Informasi oleh organisasi
16 Software Implementatio Risiko yang berkaitan dengan
pengimplementasian atau penerapan
software
17 Regulatory Compliance Risiko yang berkaitan dengan
kepatuhan terhadap aturan kebijakan
yang telah dibuat.

80
No High Level Risk Scenario Definisi
18 Architectural Agility & Flexibility Risiko yang berkaitan dengan
penerapan arsitektur Teknologi
Informasi yang andal dan fleksibel.
19 Ageing of Application Software Risiko yang berkaitan dengan
penggunaan Aplikasi atau Software
yang telah renta dan tua
20 State of Infrastructure Technology Risiko yang berkaitan dengan kondisi
infrastruktur penunjang Teknologi
Informasi yang digunakan untuk
menunjang proses bisnis dalam suatu
organisasi.
21 Software Integrity Risiko yang berkaitan dengan upaya
mengintegrasikan beberapa software
yang diterapkan oleh organisasi.
22 Software Performance Risiko yang berkaitan dengan kinerja
dari suatu software yang telah terapkan
atau di implementasikan didalam
organisasi.
23 Infrastructure (Hardware) Risiko yang berkaitan dengan
infrastruktur utamanya adalah
hardware.
24 Logical Attacks Risiko yang berkaitan dengan dampak
atau efek yang ditimbulkan atau
disebabkan dari serangan logic
terhadap organisasi, seperti virus dan
sebagainya.
25 Malware Risiko yang berkaitan dengan dampak
atau efek yang ditimbulkan atau
disebabkan oleh serangan malware
yang ditujukan kepada organisasi.
26 Ageing of Infrastructural Software Risiko yang berkaitan dengan penuaan
infrastruktur software yang
dipergunakan oleh perusahaan, seperti
software yang sudah tua dan renta
maupun software dengan versi lama.
27 System Capacity Risiko yang berkaitan dengan
kemampuan dan kapasitas sistem
dalam mengolah dan menampung
suatu transaksi yang berjalan dalam
organisasi.

81
No High Level Risk Scenario Definisi
28 Information Media Risiko yang berkaitan dengan media
informasi atau data yang dimiliki oleh
organisasi.
29 Utilities Performance Risiko yang berkaitan dengan kinerja
utilitas.
30 Industrial Action Risiko yang berkaitan dengan aksi
industry atau serikat kerja yang
berskala organisasi maupun nasional.
31 Operational IT Errors Risiko yang berkaitan dengan
kegagalan atau kesalahan operasional
dalam penerapan Teknologi Informasi
suatu organisasi.
32 Logical Trespassing Risiko yang berkaitan dengan
penyalahgunaan atau penyelewengan
akses logic dalam organisasi.
33 Data (base) Integrity Risiko yang berkaitan dengan mutu
atau integritas dari suatu data atau
informasi dalam database yang
dimiliki oleh organisasi.
34 Contractual Compliance Risiko yang berkaitan dengan
kepatuhan terhadap perjanjian atau
kontrak yang telah dibuat.
35 Environmental Risiko yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar organisasi.
36 Acts of Nature Risiko yang berkaitan dengan aktivitas
alam yang dapat menimbulkan
gangguan dan kerugian bagi
organisasi.

2.10.2. Mendeskripsikan dan Mengekspresikan Risiko

Menurut ISACA (2009), ketika melakukan analisis skenario risiko, ada

2 hal yang harus dinilai dalam setiap skenario risiko, yaitu frekuensi dan

besarnya dampak. Frekuensi dalam COBIT memiliki makna yang sama

dengan likelihood atau probability yaitu jumlah kejadian dalam sebuah durasi

waktu tertentu. Beberapa perusahaan lebih memilih menggunakan

Menggunakan hanya label (very frequent, frequent, dan rare) tidak

82
disarankan karena dia dapat berarti berbeda untuk berbagai skenario dan

sebagai konsekuensinya dapat menimbulkan kebingungan. Berikut ini contoh

dari skala frekuensi.

Tabel 2. 13 Example Frequency Scales (ISACA, 2009)

Magnitude atau Impact atau Exposure digunakan untuk

mendeskripsikan besarnya konsekuensi dari risiko yang terjadi. Skala untuk

impact dapat ditentukan sendiri oleh organisasi sesuai dengan terminologi

tujuan organisasi yang dimiliki. Berikut ini contoh dari skala impact.

Tabel 2. 14 Example Impact Scales (ISACA, 2009)

83
2.10.3. Risk Map

Menurut ISACA (2009), Tehnik yang umum dan mudah untuk

mempresentasikan risiko adalah dengan menggunakan Risk Map, dimana

risiko diplot pada diagram dua dimensi, dengan frekuensi dan dampak pada

dimensinya. Representasi Risk Map sangat kuat dan memberikan pandangan

yang lengkap tentang risiko TI dan area tindakan yang jelas. Pada Gambar 2.

Menunjukan contoh Risk Map.

Gambar 2. 14 Example Risk Map


2.10.4. Parameter - Parameter Penilaian Manajemen Risiko

Sebelum melakukan penilaian risiko terlebih dahulu menentukan

standart penilaian berupa parameter probability, parameter impact dan

parameter rating risiko. Menurut ISACA (2009), analisis risiko

membutuhkan perkiraan frekuensi pada setiap kejadian dan besar dampaknya.

Banyak perusahaan yang menggunakan skala yang mereka kembangkan

sendiri. Setiap perusahaan harus memilih cara sendiri untuk mengekspresikan

dampak keseluruhan. Tidak ada salah atau benar, masing-masing metode

tersebut memiliki ciri khas sendiri.

84
Terdapat beberapa penelitian yang peneliti jadikan acuan untuk

menentukan parameter penilaian manajemen risiko yang digunakan pada

penelitian ini, seperti yang disebutkan pada penelitian Samaptoaji (2014),

tentang evaluasi pengelolaan risiko teknologi informasi pada instansi

pemerintahan di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kementerian Dalam Negeri. Berikut ini parameter-parameter yang digunakan

pada penelitian tersebut:

Tabel 2. 15 Parameter probability (Samaptoaji, 2014)


Nilai Probabiltiy Keterangan
1 N ≤ 0,1 Sangat Jarang
2 0,1 < N ≤ 1 Jarang
3 1 < N ≤ 10 Kadang – kadang
4 10 < N ≤ 100 Sering
5 N > 100 Sangat Sering

Adapun parameter impact yang digunakan pada penelitian tersebut

ditampilkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 16 Parameter impact (Samaptoaji, 2014)


Nilai Impact
Strategis Operasional Legal Reputasi
1 Sangat Tidak memiliki Tidak memiliki Tidak memiliki Tidak memiliki
Kecil dampak. dampak. dampak. dampak.
2 Kecil Tertundanya Operasional Adanya keberanian Terbentuknya
implementasi rencana terganggu namun dari pihak opini negatif antar
organisasi dalam jangka dapat diatasi segera stakeholder kelompok kerja,
pendek (s/d 1 tahun). dengan sumber daya terhadap sehingga
Namun tidak mengubah yang ada. pelanggaran berdampak
rencana strategis. ketentuan hilangnya
perundang – kepercayaan pada
undangan. organisasi.
3 Sedang Tertundanya Operasional Adanya surat Terbentuknya
implementasi rencana terganggu dan tidak peringatan dari opini negatif dari
organisasi dalam jangka bisa diatasi segera individu atau pihak eksternal
pendek (> 1 tahun). dengan sumber daya instansi yang (pihak pelapor),
Namun tidak mengubah yang ada, namun berwenang, namun sehingga
rencana strategis. tidak menimbulkan berdampak

85
Nilai Impact
Strategis Operasional Legal Reputasi
tidak menghentikan kerugian signifikan hilangnya
proses bisnis lain. terhadap organisasi kepercayaan pada
internal organisasi
4 Besar Tertundanya Operasional Adanya tuntutan Terbentuknya
Implementasi rencana terganggu dan tidak hukum dari individu opini negatif yang
strategis, sehingga bisa diatas segera dan/atau terjadi sampai
organisasi harus dengan sumber daya instansiyang masyarakat luas
melakukan perubahan yang ada, sehingga berwenang, dan publikasi oleh
rencana strategis sebagian proses bisnis sehingga dapat media massa,
lainnya terhenti menimbulkan sehingga
kerugian signifikan berdampak
terhadap organisasi, hilangnya
namun tidak sampai kepercayaan pada
menyebabkan organisasi secara
organisasi terhenti keseluruhan
namun tidak
menyebabkan
organisasi terhenti
5 Sangat Tidak dapat Operasional Adanya tuntutan Terbentuknya
Besar mengimplementasikan terganggu dan tidak hukum dari dari opini negatif yang
rencana strategis dapat diatasi segera individu dan/atau terjadi sampai
sehingga organisasi sehingga sebagian instansi yang dengan
gagal dalam besar proses bisnis berwenang terhadap masyarakat luas
melaksanakan peran lainnya terhenti keseluruhan dan publikasi oleh
dan fungsinya organisasi, sehingga media massa,
menimbulkan sehingga
kerugian sangat berdampak
besar dan dapat hilangnya
menyebabkan kepercayaan dan
organisasi terhenti / terhentinya
dilarang beroprasi organisasi secara
keseluruhan

Adapun standar parameter rating yang digunakan pada penelitian

tersebut ditampilkan pada dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. 17 Standar Parameter rating (Samaptoaji, 2014)


Rentang Rating Risiko Deskripsi
14< R ≤25 Tinggi
9< R ≤14 Menengah Tinggi
3< R ≤9 Menengah
2< R ≤3 Menengah Rendah
≤2 Rendah

86
Berdasarkan standar paramater rating yang telah dibuat kemudian

dibuatlah matriks risiko menggunakan risk map sesuai dengan standar yang

dibuat. Ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. 18 Risk Map (Samaptoaji, 2014)


Impact
Sangat Sangat
Nilai Kecil Sedang Besar
Kecil Besar
(2) (3) (4)
(1) (5)
Sangat Menengah
Rendah Rendah Menengah Menengah
Jarang rendah
(1) (2) (4) (5)
(1) (3)
Menengah
Jarang Rendah Menengah Menengah Menengah
tinggi
(2) (2) (4) (6) (8)
(10)
Probability

Kadang - Menengah Menengah


Menengah Menengah Tinggi
kadang Rendah Tinggi
(6) (9) (15)
(3) (3) (12)
Menengah
Sering Menengah Menengah Tinggi Tinggi
Tinggi
(4) (4) (8) (16) (20)
(12)
Sangat Menengah
Menengah Tinggi Tinggi Tinggi
Sering tinggi
(5) (15) (20) (25)
(5) ( 10)

Selain itu Husein & Imbar (2015) melakukan penelitian analisis

manajemen risiko teknologi informasi penerapan pada Document

Management System di PT Jabar Telematika (Jatel). Adapun penelitian

parameter parameter yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai

berikut:

Tabel 2. 19 Parameter probability (Husein & Imbar, 2015)

87
Adapun parameter impact yang digunakan dalam penelitian tersebut

adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 20 Parameter impact (Husein & Imbar, 2015)

Kemudian dibuat matriks risiko menggunakan risk map. Ditampilkan

dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. 21 Risk Map (Husein & Imbar, 2015)

Sangat
Besar Medium Medium High High High
(5)

Besar
Low Medium Medium High High
(4)
Impact

Sedang
Low Medium Medium Medium High
(3)

Kecil
Low Low Medium Medium High
(2)

Sangat
Kecil Low Low Low Medium Medium
(1)
Sangat Kadang - Sangat
Jarang Sering
Jarang kadang Sering
(2) (4)
(1) (3) (5)
Probability

88
2.11. Risk Response (Respon Risiko)

Menurut ISACA (2012), menyatakan bahwa Risk Response yang berarti

respon terhadap risiko, berfungsi untuk menyelaraskan antara risiko yang

ditemukan dengan batas toleransi risiko organsiasi yang telah ditentukan

sebelumnya. Berikut ini merupakan langkah atau tindakan yang dapat diambil

dalam merespon risiko yang telah ditemukan, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Risk Avoidance

Merupakan metode untuk merespon risiko dengan cara menghentikan

atau menghindari penyebab terjadi risiko.

b. Risk Reduction / Mitigation

Merupakan metode untuk merespon risiko dengan cara mengurangi

besarnya Likelihood/Probability (Peluang atau kemungkinan) munculnya

risiko dan impact (dampak) yang dapat ditimbulkan dari risiko.

c. Risk Shared / Transfer

Merupakan metode untuk merespon risiko dengan cara menyerahkan

sebagian atau seluruh penanganan risiko kepada pihak lain.

d. Risk Acceptance

Merupakan metode untuk merespon risiko dengan cara menerima atau

membiarkan kerugian (impact) yang ditimbulkan oleh risiko tanpa

melakukan upaya penanganan apapun.

2.12. Business Continuity Plan

Menurut (Snedaker & Rima, 2014), Business continuity planning adalah

metodologi yang digunakan untuk menciptakan dan memvalidasi rencana untuk

89
mempertahankan operasi bisnis yang berkensinambungan sebelum, selama dan

setelah bencana dan kejadian yang mengganggu. BCP berkaitan dengan

pengelolaan elemen operasional yang memungkinkan bisnis berfungsi normal agar

menghasilkan pendapatan. Seringkali sebuah konsep yang digunakan dalam

mengevaluasi berbagai strategi teknologi. Misalnya, beberapa perusahaan tidak

dapat mentolerir downtime apapun. Termasuk Lembaga keuangan, perusahaan

utilitas, organisasi kesehatan, pengecer online dengan volume tinggi. Mereka

mungkin memutuskan bahwa biaya untuk sistem yang sepenuhnya berlebihan

downtime selama 5 atau 10 menit dapat menghabiskan biaya jutaan dolar atau

menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada perusahaan. Perusahaan

– perusahaan ini mengharuskan bisnis mereka berjalan terus menerus dan

keseluruhan rencana operasional mereka mencerminkan prioritas ini.

Kesinambungan bisnis berkaitan dengan menjaga agar perusahaan tetap berjalan,

terlepas dari potensi risiko, ancaman atau penyebab pemadaman listrik

Ketersediaan berkelanjutan merupakan bagian dari kelangsungan bisnis. Hal

ini juga dikenal sebagai persyaratan zero-downtime dan sangat mahal untuk

direncanakan dan diterapkan. Bagi beberapa perusahaan, mungkin bernilai baik

karena biaya downtime lebih rendah daripada biaya penerapan langkah-langkah

ketersediaan berkelanjutan.

Memang setiap bisnis yang mengandalkan teknologi ingin menghindari

melakukan bisnis tanpa teknologi. Setiap bisnis yang mengandalkan teknologi akan

terganggu dan terganggu sampai tingkat tertentu

90
2.13. Disaster Recovery Plan

Menurut Solehudin (2005), Disaster Recovery adalah bagian dari business

continuity dan menangani dampak langsung pada sebuah peristiwa. Disaster

Recovery biasanya memiliki beberapa langkah dalam tahap perencanaan. Disaster

Recovery melibatkan penghentian dampak bencana secepat mungkin dan ditangani

sesegera mungkin. Dengan mengevaluasi sistem mana yang terkena dampak banjir

atau gempa bumi, dan menentukan cara terbaik untuk menanganinya

Disaster Recovery Plan atau DRP adalah penerapan dari Business Continuity

Plan atau disebut juga “BCP in action” yaitu implementasi BCP saat terjadi

bencana. DRP memberikan langkah-langkah pada organisasi jika kejadian bencana

timbul. DRP akan mengurangi kebingungan yang terjadi saat ada bencana dan

meningkatkan kemampuan organisasi saat menghadapi keadaan krisis.

Pada saat ada kejadian bencana tentunya organisasi tidak akan memiliki

waktu banyak untuk membuat rencana pemulihan dilokasi bencana saat terjadi.

Dengan perencanaan yang baik dan proses simulasi benar sebelum ada kejadian

bencana, maka organisasi akan dapat memperkirakan kemampuannya dalam

menghadapi suatu bencana.

Secara umum manfaat atau tujuan penyusunan disaster recovery plan bagi

perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Melindungi organisasi dari kegagalan layanan komputer utama

2. Meminimalisasi risiko organisasi terhadap penundaan (delay) dalam

penyediaan layanan

91
3. Menjamin kehandalan dari sistem yang sedia melalui pengetesan dan

simulasi

4. Meminimalisasi proses pengambilan keputusan oleh personal/manusia

selama bencana.

2.13.1. Proses Pengembangan DRP

Proses DRP adalah pengembangan dan pembuatan rencana pemulihan

yang sama dengan proses BCP. Dengan telah dilakukannya proses

pengembangan BCP maka proses pengembangan DRP tidak perlu melakukan

identifikasi dan justifikasi. Perencanaan dibuat hanya untuk menghadapi

bencana, yaitu dengan menentukan strategi dan prosedur yang akan dilakukan

bila bencana benar-benar terjadi. Intinya proses perencanaan pemulihan

bencana meliputi dua hal berikut, yaitu:

1. Perencanaan Keberlanjutan Pemrosesan Data; Perencanaan terhadap

adanya bencana dan membuat rencana untuk menanganinya

2. Pemeliharaan Rencana Pemulihan Data; Menajaga rencana tetap up to

data dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan organisasi.

2.13.2. Pemilihan Strategi Pemulihan

Pemilihan strategi pemulihan meliputi dua hal yaitu: penentuan cara

atau strategi untuk melakukan pemulihan fasilitas teknologi informasi dan

aktifitas bisnis apa saja yang harus dilakukan selama fasilitas teknologi

informasi sedang dipulihkan.

Asuransi tidak bisa digunakan untuk perencanaan, tapi pada saat ada

bencana atau kecelakaan baru bisa diasuransikan. Namun dengan adanya

92
perencanaan yang memadai, maka biaya premi asuransi biasanya akan lebih

kecil. Asuransi sangat bermanfaat untuk mengurangi atau bahkan mengganti

kerugian finansial yang ditimbulkan karena bencana atau kecelakaan.

Strategi bussiness continuity saat terjadi bencana antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Tidak melakukan apa-apa sampai pemulihan fasilitas sudah beroperasi

kembali

2. Melakukan prosesdur secara manual

3. Memfokuskan pada proses yang penting seperti yang berhubungan

dengan pelanggan, produksi dan lainnya.

4. Menggunakan PC untuk data capture dengan pengolanan minimal.

Perencanaan Keberlangsungan Pemrosesan Data adalah menentukan

proses backup atau alternative pemrosesan data saat terjadinya bencana yang

menginterupsi aplikasi bisnis yang berjalan. Berikut adalah strategi yang

dapat dipilih dalam menentukan alternative data processing saat terjadi

bencana:

1. Melakukan duplikasi terhadap fasilitas proses informasi

2. Hot sites: Sepenuhnya dijalankan oleh fasilitas operasi dan data

alternative yang dilengkapi dengan perangkat keras dan perangkat lunak

yang memadai selama dampak bencana masih berlangsung. Caara ini

penting untuk aplikasi yang critical, namun biayanya sangat mahal.

93
3. Warm site: Fasilitas alternative yang memilikinya sarana yang lebih

sedikit. Misalnya ada listrik, jaringan, telepon, printer, tetapi tanpa

komputer yang mahal.

4. Cold site: Fasilitas yang memiliki prasarana penunjang untuk operasi

komputer, misalnya ruangan yang memiliki listrik dan AC. Tapi belum

ada komputernya

5. Perjanjian dengan perusahaan lain, yaitu bekerja sama dengan

perusahaan lain yang memiliki kebutuhan sistem komputer yang sama

seperti pada konfigurasi hardware atau software, atau kesamaan jaringan

komunikasi data atau akses internet.

6. Multiple Center: Proses sistem dan data tersebar di masing-masing unit

organisasi. Strategi ini hamper sama dengan mutual aid agreement, namu

dilaksanakan secara internal dalam satu organisasi

7. Out Source: Perusahaan melakukan kontrak dengan pihak ke tiga untuk

memberikan alternative layanan proses backup.

2.13.3. Pemilihan lokasi pemulihan dari bencana

Dalam pemilihan lokasi alternative untuk memulihkan bisnis dari

bencana, maka perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

1. Jarak dari Fasilitas Utama; pilihlah lokasi yang tidak terlalu dekat dan

terlalu jauh dari Gedung utama.

2. Potensi Risiko dari Bencana: apakah lokasi tersebut juga memiliki risiko

terkena bencana

94
3. Ketersediaan staff setempat: apakah ada staff setempat yang bisa

mengoperasikan proses bisnis utama

4. Ketersediaan dan kualitas tenaga listrik/batere; apakah tenaga listrik atau

baterai tersedia, dan apakah mencukupi untuk waktu lebih dari 27 jam.

5. Nearby Fiber Routes: untuk kepentingan jaringan komunikasi data,

alangkah lebih baik kalau tidak jauh dari kabel fibera

6. Spesific IT Criteria: Teknologi informasi dapat berfungsi pada lokasi

tersebut.

7. Tax Incentive; Lokasi diluar perkotaan mungkin akan jauh lebih murah

biayanya.

2.13.4. Pemeliharaan DRP

Disaster recovery plan sering sudah out of date atau tidak sesuai lagi

dengan kondisi organisasi atau perkembangan yang terjadi disekitar baik

ancaman bencana maupun tingkat persaingan. Organisasi mungkin telah

mereorganisasi dan mungkin saja unit bisnis critical telah berbeda dari saat

direncanakan dahulu. Perubahan infrastruktur jaringan juga akan mengubah

lokasi atau konfigurasi dari hardware, software dan komponen lainnya. Juga

mungkin karena masalah administrasi seperi turn over dari pegawai dan

berkurangnya ketertarikan pegawai terhadap masalah BCP dan DRP

2.14. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

2.14.1. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

95
Observasi adalah teknik atau pendekatan untuk memperoleh

data dengan cara mengamati langsung objek datanya. Terdapat

dua jenis pengamatan yaitu observasi partisipan dan observasi

nonpartisipan. Pada observasi partisipan, pengamat terlibat

langsung dengan kegiatan sehari-hari objek yang diamati.

Sedangkan pada observasi nonpartisipan, peneliti tidak terliat

dan hanya sebagai pengamat independen (Jogiyanto, 2008).

2. Wawancara

Wawancara adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan

data dari responden. Wawancara dilakukan untuk menemukan

masalah secara lebih terbuka melalui pendapat dan ide yang

disampaikan oleh responden

3. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

4. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan cara membaca buku-buku dan

website referensi yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi

keseluruhan proses studi, agar kebenaran hasil studi dapat

dipertanggungjawabkan. Data yang dikumpulkan melalui

metode studi pustaka ini berguna untuk mendukung data-data

96
yang telah didapat melalui metode yang sudah dilakukan

sebelumnya (Jogiyanto, 2008).

2.14.2. Metode Analisis Data

1. COBIT 5 Assessment Process Activitied

Assessment Process Activities adalah manajemen proyek dasar

dari praktik yang baik dan memberikan penilaian pada enam

tahap untuk menjamin hasil evaluasi sesuai pada tujuan

organisasi

2. Penentuan Capability Level

Tingkat kemampuan pada suatu perusahaan yang dinilai apakah

sudah sesuai dengan tujuan dan visi misi pada organisasi

tersebut

3. Analisis Gap

Mengidentifikasi perbaikan yang potensial. Gap yang

dimaksud, yaitu antara posisi As is dan To be dari proses-proses

TI yang dipilih dan dinilai lalu mentranslasikan gap ini menjadi

peluang perbaikan.

4. Rekomendasi

Hasil dari audit yang telah dilakukan merupakan kesimpulan

yang didapatkan dari hasil temuan audit. Dari hasil temuan audit

tersebut kemudian akan difokuskan untuk penyusunan laporan

hasil audit sebagai bahan untuk perbaikan proses yang

berkelanjutan.

97
2.14.3. Metode Perhitungan Skala Likert

Penelitian ini menggunakan skala pengukuran dengan skala likert.

Menurut Azwar (2011), Skala Likert merupakan metode penskalaan

pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar

penentuan nilai skalanya. Nama skala ini diambil dari nama penciptanya

Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan

penggunaannya.

Menurut Sugiyono (2015), Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh

peneliti dan selanjutnya disebut sebagai variable penelitian. Data yang telah

terkumpul melalui kuesioner, kemudian diolah kedalam bentuk kuantitatif,

yaitu dengan cara menetapkan skor jawaban dari pertanyaan yang telah

dijawab oleh responden, dimana pemberian skor tersebut didasarkan pada

ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2. 22 Penilaian Skala Likert (Sugiyono, 2009)


Alternatif Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1

Dalam menentukan nilai dan tingkat kapabilitas dari proses EDM03

dan APO12, peneliti menggunakan metode perhitungan skala likert yang

98
digunakan oleh Krisdanto Suhendro pada bukunya yang berjudul

Implementasi Tata Kelola TI

1. Menghitung Rekapitulasi Jawaban Kuesioner

𝐻
𝐶= × 100%
𝐽𝑅

Keterangan:

C: Rekapitulasi jawaban kuesioner Capability Level (dalam

bentuk persentase pada masing – masing pilihan jawaban a, b,

c, d, e atau f di masing masing aktivitas).

H: Jumlah jawaban kuesioner Capability Level pada masing –

masing pilihan jawaban a, b, c, d, e atau f di setiap aktivitas.

JR: Jumlah Responden/Narasumber

2. Menghitung Nilai dan Level Kapabilitas

(𝑁𝑘 × 𝐿𝑃)𝑎 + (𝑁𝑘 × 𝐿𝑃)𝑏 + (𝑁𝑘 × 𝐿𝑃)𝑐 + (𝑁𝑘 × 𝐿𝑃)𝑑 + (𝑁𝑘 × 𝐿𝑃)𝑒 + (𝑁𝑘 × 𝐿𝑃)𝑓
𝑁𝐾 =
1

Keterangan:

NK : Nilai kapabilitas pada proses TI

LP : Level percentage (Tingkat persentase pada setiap distribusi

jawaban kuesioner capability level).

Nk : Nilai kapabilitas yang tertera pada tabel pemetaan jawaban,

nilai dan tingkat kapabilitas.

Pada penelitian ini dilakukan pembedaan istilah antara nilai

kapabilitas dan tingkat kapabilitas. Nilai kapabilitas bisa bernilai tidak bulat

(bilangan pecahan), yang mempresentasikan proses pencapaian menuju suatu

99
tingkat kapabilitas tertentu. Sedangkan tingkat kapabilitas lebih menunjukkan

tahapan atau kelas yang dicapai dalam proses kapabilitas, yang dinyatakan

dalam bilangan bulat. (Surendro, 2009).

Untuk lebih memperjelas tingkat kapabilitas secara jelas dapat

melihat pengasumsian setiap sub proses memiliki nilai serta pembobotan

terhadap tingkat kapabilitas yang sama terhadap proses pada tabel berikut:

Tabel 2. 23 Pemetaan terhadap jawaban, nilai dan tingkat kapabilitas.


Rentang Nilai Jawaban Nilai Tingkat Kapabilitas
Kapabilitas
0 – 0.50 1 0,00 0 Non-Existent
0,51 – 1,50 2 1,00 1 Performed Process
1,51 – 2,50 3 2,00 2 Manage Process
2,51 – 3,50 4 3,00 3 Established Process
3,51 – 4,50 5 4,00 4 Predictable Process
4,51 – 5,00 6 5,00 5 Optimising Process
2.15. Penelitian Sejenis

Berikut ini adalah kajian studi literature pada penelitian sebelumnya:

1. Samaptoaji (2016)

Penelitian ini berjudul Evaluasi Pengelolaan Risiko Teknologi Informasi

(TI) pada Instansi Pemerintahan: Studi Kasus Direktorat Jenderal

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kementerian Dalam Negeri. Penelitian

bertujuan untuk menyusun profil risiko TI sebagai salah satu langkah untuk

melakukan pengelolaan risiko TI dengan menggunakan standar framework

RiskIT. Hasil dari penelitian ini adalah teridentifikasi terdapat 64 risk issue

dalam penggunaan TI, yang dikelompokan ke dalam 23 high level skenario

risiko. Secara umum tingkat risiko penggunaan TI untuk mendukung proses

kerja utama Ditjen Dukcapil adalah rendah yaitu 85,94% (59 Risk Issue) dan

100
7,81% (5 Risk Issue) yang tingkat risiko diatas batas risk appetite (risiko yang

dapat diterima perusahaan). Risiko tertinggi adalah terjadinya sabotase pada

Data Center memiliki nilai 15 dan salah satu langkah mitigasi yang diberikan

dengan meningkatkan keamanan lingkungan data center yaitu memasang

CCTV (memperbanyak).

2. Rilyani et. Al (2015)

Penelitian ini berjudul Analisis Risiko Teknologi Informasi Berbasis Risk

Management Menggunakan ISO31000 (Studi Kasus: i-Gracias Telkom).

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan tahapan dan proses analisis risiko

teknologi informasi berbasis risk management sesuai dengan standar dan

kerangka kerja ISO 31000 selain itu juga bertujuan untuk mengetahui tingkat

risiko teknologi informasi i-Gracias saat ini serta perlakuan risiko yang

diberikan. Hasil dari penelitian ini diketahui terdapat 43 Risk Issue yang

teridentifikasi. Risiko paling tinggi yaitu database server down. Adapun

langkah mitigasi yang berikan dengan memberikan pendingin ruangan yang

cukup untuk menjaga suhu dan temperatur ruangan agar tetap dingin sehingga

perangkat terhindar dari risiko akibat overheat.

3. Nurcahyo & Djunaedi (2013)

Penelitian ini berjudul Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Risiko

Teknologi Informasi pada Kantor Arsip Daerah Kota Samarinda dengan

Menggunakan The RiskIT Framework. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana pelaksanaan manajemen risiko teknologi

informasinya. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kondisi tingkat

101
kematangan saat ini di Kantor Arsip Daerah Kota Samarinda untuk domain

Tata Kelola Risiko rata-rata repeatable but intuitive, domain Evaluasi Risiko

rata-rata defined dan domain Respon Risiko rata-rata repeatable but intuitive

yang dimana berarti tingkat kematangannya berada dalam kondisi proses

pengembangan kedalam tahapan yang prosedur dan serupa diikuti oleh pihak-

pihak yang berbeda untuk pekerjaan yang sama.

4. Tampubulon (2015)

Penelitian ini berjudul Manajemen Risiko Teknologi Informasi

Menggunakan Framework ISO 31000:2009 Studi Kasus: Pembobolan ATM

BCA Tahun 2010. Penelitian ini bertujuan membahas konsep dan

implementasi ISO 31000 kedalam sebuah perusahaan perbankan untuk

mencegah hal yang sama terulang kembali (pembobolan ATM). Hasil dari

penelitian ini adalah diketahui bahwa mitigasi menjadi langkah yang tepat

dalam perlakuan risiko terhadap pembobolan ATM. Dengan menguatkan

sistem keamanan di bilik ATM dan menganjurkan nasabah akan lebih hati-

hati dalam melakukan transaksi di ATM.

5. Pratama & Suhardi (2013)

Penelitian ini berjudul Analisis Nilai & Manajemen Risiko Teknologi

Informasi (Studi Kasus PT Bank Tabungan Negara. Tbk). Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis nilai dan manajemen risiko RI yang terdapat di

PT. Bank Tabungan Negara, Tbk. Penelitian ini menggunakan framework ISO

31000. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi

prioritas Bank BTN dalam manajemen risiko adalah layanan ATM ,

102
Hardware & Software penunjang operasional, infrastruktur dan sms banking.

Karena masuk dalam kategori tinggi. Dari hasil penelitian tersebut diketahui

langkah mitigasi yang diambil adalah dengan melakukan penyempurnaan

kebijakan dan prosedur manajemen risiko.

103
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metode

kualitatif, yaitu dengan menekankan pada aspek pemahaman terhadap suatu

permasalahan yang dalam hal ini menggunakan sebuah studi kasus, yaitu suatu cara

yang sistematis dalam melihat suatu kejadian, mengumpulkan data, menganalisis

informasi dan melaporkan hasilnya. Dalam studi kasus ini, metode pengumpulan

data dilakukan dengan wawancara yang dipandu berdasarkan COBIT 5, selain itu

juga dilakukan observasi untuk memperkuat hasil penelitian.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer

(berdasarkan kuesioner, observasi dan hasil wawancara dengan pihak organisasi

terkait) dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber (studi pustaka yang

dapat dilihat dari penelitian sebelumnya ataupun dari internet serta buku – buku

yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.2. Initiation

Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi awal profil PT PLN P2B

bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang organisasi saat ini. Pada tahap ini

juga dilakukan pengumpulan data dan informasi untuk mengetahui kondisi

organisasi saat ini yang nantinya akan dievaluasi. Metode pengumpulan data yang

dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

104
3.2.1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang dikumpulkan

dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

Observasi pada PT PLN P2B dimulai pada september 2017 sampai

November 2017 dengan mengunjungi kantor PT PLN P2B yang

beralamatkan di Jalan JCC, Cinere, Gandul Kota Depok. Jenis observasi

yang peneliti dilakukan yaitu observasi nonpartisipan, peneliti tidak terlibat

dan hanya sebagai pengamat independen.

3.2.2. Wawancara

Wawancara dilakukan 2 kali pada tanggal 29 September dan tanggal

12 Oktober bertempat di kantor PT PLN P2B. Wawancara dilakukan dengan

cara diskusi dengan Bapak Bagus Widyantoro selaku Supervisor TI di PLN

P2B. Melalui wawancara pertama diketahui informasi mengenai profil

perusahaan seperti visi misi, struktur organisasi serta permasalahan umum

dalam pengelolaan TI. Dari wawancara tersebut diketahui sering terjadinya

insiden terkait dengan pengelolaan server. Serta Bapak Bagus Widyantoro

memberikan penjelasan mengenai peran TI dalam perusahaan yakni dimana

TI berperan cukup besar, dimana proses bisnis yang berjalan banyak yang

menggunakan TI untuk mempercepat proses pengerjaan. Pada wawancara

kedua pertanyaan lebih membahas pada pengelolaan server atau data center.

Dari hal tersebut diketahui bahwa PLN P2B pernah mengalami insiden

kegagalan migrasi data.

105
3.2.3. Kuesioner

Penulis mengajukan kuesioner penelitian kepada para responden

yang telah ditentukan melalui indetifikasi diagram RACI. Pertanyaan dibuat

berdasarkan aktivitas yang terdapat dalam proses COBIT 5 yakni proses

EDM03 (Ensure Risk Optimisation) dan APO12 (Manage Risk) yang

dimana pada proses EDM03 terdapat 3 sub proses dan APO12 terdapat 6

sub proses yang terdiri dari beberapa pertanyaan mewakili tiap sub

prosesnya. Setiap pertanyaan diukur menggunakan skala likert yang

memiliki ketentuan jarak nilai dari 0-5. Tiap pertanyaan untuk mengetahui

kondisi saat ini (as is) dan kondisi yang diharapkan (to be).

3.2.4. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari teori – teori yang

berkaitan dengan manajemen risiko, COBIT 5. Teori tersebut didapat dari

buku – buku, jurnal, ebook, dan penelitian sejenis. Berikut ini adalah

referensi penelitian:

Tabel 3. 1 Studi literatur sejenis

NO Nama Tahun Judul


Sigit Samaptoaji 2014 Evaluasi Pengelolaan Risiko
Teknologi Informasi (TI) pada
Instansi Pemerintahan: Studi Kasus
Direktorat Jenderal Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kementerian
Dalam Negeri
Penelitian ini menggunakan framework RiskIT. Hasil penilaian risiko
tersebut diketahui terdapat 64 risk issue dalam penggunaan TI,
85,94% dari jumlah risk issue (59) tersebut masih dikategorikan
rendah dan masih dalam batas risk appetite. Sedangkan, 5 risk issue
perlu dilakukan mitigasi.

106
Andi Novia Rilyani 2015 Analisis Risiko Teknologi
Informasi Berbasis Risk
Management Menggunakan
ISO31000 (Studi Kasus: i-Gracias
Telkom University)
Penelitian ini menggunakan framework ISO31000. Dari hasil
penelitian tersebut diketahui bahwa risiko yang memiliki risiko
tertinggi adalah Database Server Down, untuk itu langkah mitigasi
yang perlu ditangani adalah dengan melakukan pemeliharaan
database seperti menghilangkan log yang menggunakan kapasitas
yang besar menggunakan pendingin ruangan yang cukup untuk
menjaga suhu dan temperatur ruangan agar tetap dingin sehingga
perangkat terhindar dari risiko akibat overheat.
Damar Nurcahyono 2013 Evaluasi Pelaksanaan Manajemen
Risiko Teknologi Informasi pada
Kantor Arsip Daerah Kota
Samarinda dengan Menggunakan
The Risk IT Framework
Pada penelitian ini menggunakan framework RiskIT. Dari hasil
penelitian tersebut diketahui nilai dari atribut tata kelola risiko berada
pada tingkat 2 yang berarti tata kelola risiko saat ini berada pada
tingkat kematangan Repeatable but Intuitive. Sedangkan pada
domain Evaluasi Risiko nilai tingkat kematangan berada pada tingkat
3 yang berarti domain evaluasi risiko saat ini berada pada tingkat
kematangan Defined. Pada domain Respon Risiko juga berada pada
tingkat 2 yang berarti tingkat kematangan Repeatable but Intuitive.
Anthon R 2015 Manajemen Risiko Teknologi
Tampubolon Informasi
Menggunakan Framework ISO
31000:2009 Studi Kasus :
Pembobolan ATM BCA Tahun
2010
Pada penelitian ini menggunakan framework ISO 31000. Dari hasil
penelitian tersebut diketahui bahwa manajemen risiko penting
dilakukan untuk menjaga tercapainya tujuan. BCA mengambil
langkah mitigasi dengan menguatkan sistem keamanan di bilik ATM
dan menganjurkan nasabah untuk mengganti PIN ATM.
Enda Esyudha 2013 Analisis Nilai & Manajemen Risiko
Pratama Teknologi Informasi
(studi kasus PTBank Tabungan
Negara.Tbk)

107
Pada penelitian ini menggunakan framework ISO31000. Dari hasil
penelitian tersebut diketahui langkah mitigasi yang diambil adalah
dengan melakukan penyempurnaan pada kebijakan dan prosedur
pengelolaan manajemen, serta mengembangkan kemampuan SDM di
bidang manajemen risiko.

3.3. Planning the Assessment

Tahap kedua melakukan rencana penilaian yang bertujuan untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan pada EDM03 (Ensure Risk Optimisation) dan

APO12 (Manage Risk). Mengkonversikan struktur organisasi yang terdapat di

COBIT 5 terhadap fungsional-fungsional yang terdapat dalam struktur organisasi

Divisi TI-Telkom PLN P2B, kemudian membuat kuesioner yang dikembangkan

dari COBIT 5. Pertanyaan yang dibuat pada kuesioner dikembangkan dari

framework COBIT 5. Pada penelitian ini menggunakan kuesioner Capability Level

dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Pembuatan Kuesioner Capability Level

Kuesioner dibuat berdasarkan key management practice dalam COBIT 5

proses EDM03 Ensure Risk Optimisation dan APO12 Manage Risk. Yang

terdiri dari kuesioner:

a. EDM03.01 : Mengevaluasi manajemen risiko

b. EDM03.02 : Mengarahkan manajemen risiko

c. EDM03.03 : Mengawasi manajemen risiko

d. APO12.01 : Mengumpulkan data

e. APO12.02 : Menganalisis risiko

f. APO12.03 : Mempertahankan profil risiko

108
g. APO12.04 : Mengartikulasikan risiko

h. APO12.05 : Mendefinisikan portofolio tindakan manajemen

risiko

i. APO12.06 : Menanggapi risiko

Kuesioner disini dimaksudkan sebagai alat dalam membantu

pengumpulan data. Kuesioner ini juga ditujukan pada responden yang

sesuai dengan diagram RACI. Objek pertanyaan dikembangkan dari

model capability level COBIT 5 pada domain EDM03 Ensure Risk

Optimisation dan APO12 Manage Risk. Tiap activities yang terpada

COBIT 5 dijadikan pertanyaan untuk mengetahui tingkat kematangan dan

kondisi yang diharapkan oleh PT PLN P2B. Pengukuran yang digunakan

pada penelitian ini menggunakan skala likert

2. Purposive Sampling

Pada teknik purposive sampling untuk proses EDM03 dan APO12

ditentukan dengan identifikasi diagram RACI yang terdapat pada COBIT

5. Berdasarkan diagram RACI yang terdapat pada EDM03 dan APO12

telah dikonversikan dengan struktur organisasi yang berada di divisi TI.

Berikut ini adalah pihak – pihak yang akan dijadikan responden pada

penelitian kali ini:

Tabel 3. 2 Pemetaan RACI Chart ke Struktur Organisasi Proses EDM03


NO Fungsi Struktur Divisi TI
Fungsional Struktur COBIT
PT PLN P2B
1 Chief Executive Officer Supervisor TI
2 Business Executive Supervisor TI

109
NO Fungsi Struktur Divisi TI
Fungsional Struktur COBIT
PT PLN P2B
3 Chief Risk Officer Supervisor TI
4 Chief Information Officer Kadiv Aplikasi TI
5 Chief Information Security Officer Kadiv Infrastruktur TI

Tabel 3. 3 Pemetaan RACI Chart ke Struktur Organisasi Proses APO12


Fungsi Struktur Divisi TI
NO Fungsional Struktur COBIT
PT PLN P2B
1 Business Process Owners Supervisor TI
2 Project Management Office Supervisor TI
3 Chief Risk Officer Supervisor TI
4 Head Architect Supervisor TI
5 Head IT Administration Supervisor TI
6 Business Continuity Manager Supervisor TI
7. Head Development Kadiv. Aplikasi TI
8. Chief Information Security Officer Kadiv. Infrastruktur TI
9. Head IT Operations Kadiv. Infrastruktur TI
10. Service Manager Kadiv. Infrastruktur TI
11. Information Security Manager Kadiv. Infrastruktur TI

3.4. Briefing

Pada tahap ini peneliti memberikan pengarahan kepada responden yang ada

pada diagram RACI sehingga memahami input, proses dan output dalam unit

organisasi dan menjelaskan jadwal penelitian yang akan dilakukan baik komunikasi

secara langsung maupun tidak langsung untuk menentukan jadwal pengisian

kuesioner, pemberitahuan kendala yang dihadapi dalam melakukan penilaian.

110
3.5. Data Collection

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dari hasil temuan yang

terdapat pada sistem yang dijalankan oleh PLN P2B. Dilakukan dengan observasi

dan wawancara kepada pihak yang terkait dengan sistem yang dijalankan tersebut

untuk dapat menemukan bukti – bukti dari aktivitas pada proses yang telah

dilakukan.

3.6. Data Validation

Pada tahap ini peneliti melakukan validasi data dari kuesioner yang telah diisi

para responden sesuai dengan identifikasi diagram RACI. Tahap ini meliputi

rekapitulasi jawaban masing – masing responden, rekapitulasi hasil perhitungan

kemudian melakukan interpretasi data yang menunjukan tingkat kematangan atau

Capability Level saat ini dan Capability Level yang diharapkan.

3.7. Process Attributte Level

Pada tahap ini peneliti memberikan tingkat pada atribut yang ada pada setiap

indikator proses kapabilitas. Untuk menunjukan hasil capability level dari hasil

perhitungan kuesioner pada tahap sebelumnya dan melakukan analisis gap pada

tahap selanjutnya.

3.7.1. Penilaian Risiko

Sebelum dapat memberikan rekomendasi. Peneliti melakukan

penilaian risiko untuk memperinci langkah mitigasi yang dapat diambil.

Dengan melakukan identifikasi risiko berdasarkan aset dan skenario risiko

yang terdapat dalam COBIT. Kemudian dari risiko yang telah teridentifikasi

tersebut dilakukan penilaian terhadap Inherent Risk dan Residual Risk.

111
3.8. Reporting the Result

Pada tahap ini peneliti melaporkan hasil dari evaluasi yang telah dilakukan

dengan memberikan laporan dari hasil identifikasi risiko dan analisis kesenjangan

yang dimananya bisa dijadikan perusahaan untuk dapat mencapai level yang

diharapkan (to be). Langkah mitigasi dan usulan perbaikan diarahkan agar

perusahaan dapat mencapai tingkat kematangan yang diharapkan.

3.9. Kerangka Berpikir

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi

beberapa teknik seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir

112
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Initiation

4.1.1. Sejarah PT PLN P2B

Pembentukan organisasi ini merupakan Keputusan Direksi PLN

nomor 093.K/023/DIR/1995. Tujuannya adalah lebih memfokuskan usaha

pengelolaan operation system, memelihara dan mengembangkan system

operasi dan sarana penyaluran, mengelolan transaksi energi dan mengelola

pengusahaan jasa telekomunikasi masing-masing sesuai kebijakan Perseroan

secara komersil sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan oleh Direksi

Perseroan. Waktu itu, P3B JB dipimpin oleh Hizban Ahmad. Pembentukan

PLN P3B memisahkan fungsi transmisi (penyaluran dari anak perusahaan

PLN yaitu : PLN KJB akan menjadi PLN Pembangkitan Jawa Bali I (PJB I)

dan PLN KJT menjadi PLN Pembangkitan Jawa Bali II (PJB II).

Pada awal pembentukkannya, unit ini mengelola sistem tegangan

ekstra tinggi 500 kV, Tegangan Tinggi 150 kV, Tegangan Menengah 70 kV

dan tegangan rendah 20 kV dan dalam perjalanannya tegangan rendah,

pengelolalaannya dilimpatkan ke PLN Unit Distribusi. Pengalihan aset

tersebut terjadi di awal tahun 2000-an. Pengalihan termasuk migrasi pegawai

PLN P3B JB ke PLN Distribusi.

2 November 2000: Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit

Bisnis Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, maka PT

PLN (Persero) P3B yang merupakan unit pusat laba (profit center) berubah

113
menjadi unit pusat investasi (investment center) dengan nama Unit Bisnis

Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (UBS P3B).

Perubahan status tersebut dilakukan untuk menatisipasi jika UU nomor 20

tahun 2000 tentang ketenagalistrikan diberlakukan.

Tim Implementasi UBS P3B berdasarkan Keputusan Pemimpin P3B

nomor: 001.K/021/PP3B/2001. Tim ini dibawah arahan langsung Basuki

Prayitno dibantu EH Gultom, Nandy Arsjad dan Bambang Waskito. Sebagai

Ketua Muljo Adji AG

Tim ini dibagi menjadi beberapa Bidang. Bidang Perencanaan

ditunjuk Muljo Adji AG. Tim II (Bidang Teknik) diketuai Suyono, Tim III

Bidang Keuangan dan Niaga Parlidungan Siagian, Tim IV Bidang SDMO

dikomandani Iwan Bachtiar, Tim V : Bidang Umum/General Affair

(Nazaruddin Said), Tim VI Bidang Audit Internal (Halomoan Sibarani), Tim

VII Unit Setelmen Ulysses R Simanjuntak, Tim VIII Unit Bidang Operasi

Sistem diketuai Edy Wahyudi. Bidang-bidang tersebut merupakan cikal

bakal bidang-bidang yang ada sekarang ini di Kantor Induk.

Tidak kalah pentingnya adalah Tim IX dan Tim X. Tim pertama

bertugas melakukan implementasi pelimpahan asset trafo distribusi. Tim ini

diketua mantan Kepala Sektor Jakarta Djoko Hastowo. Sedangkan tim kedua

ditugaskan untuk mempercepat implementasi regionalisasi dan regrouping

tragi. Jika sebelumnya terdapat banyak sektor dan unit transmisi dan gardu

induk (utragi), dengan terbentuknya UBS, dirampingkan menjadi 4 regional.

Keempatnya adalah region Jakarta dan Banten (R1), region Jawa Barat (R2),

114
region Jawa Tengah dan DIY (R3) dan region Jawa Timur dan Bali (R4).

Ketua Tim ini Muljo Adji AG untuk R1, Kikid Sukantomo Adibroto (R2),

Edy Wahyudi (R3), dan Djoko Hastowo (R4). Tim XI : Pengabungan Proyek

ke UBS P3B yang dipimpin Djodi Suprapto. Namun niat tersebut urung

dilakukan karena hingga sekarang tidak bisa dilaksanakan.

4.1.2. Visi dan Misi PT PLN P2B

1. Visi

“To be A World Class System Operator in 2020”

2. Misi

▪ Mengelola operasi sistem tenaga listrik.

▪ Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan

tinggi secara efektif, efisien, andal dan akrab lingkungan.

▪ Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetetif,

transparant dan andil.

4.1.3. Struktur Organisasi PT PLN P2B

Berikut ini adalah struktur organisasi PT PLN P2B berdasarkan

Perdir.0034.P//2017

115
Gambar 4. 1 Struktur organisasi PT PLN P2B (Perdir.0034.//2017)

4.1.4. Peran dan Tanggung Jawab

1. General Manager bertanggung jawab atas tersedianya analisa

dan mitigasi risiko serta proses bisnis, pengelolaan pengusahaan

melalui optimalisasi seluruh sumber daya secara efektif, efisien

dan sinergis, mengelola Operasi Sistem tenaga listrik secara

andal, mengelola transaksi tenaga listrik secara akurat,

kompetitif, transparan dan adil, meningkatkan mutu dan

keandalan pelayanan serta memastikan terlaksananya Good

Corporate Governance (GCG) di Pusat Pengatur Beban (P2B).

2. Bidang Perencanaan bertanggung jawab dan menjamin

tersedianya Perencanaan yang baik di unit kerja, Penyusunan

Rencana dan Pengendalian investasi dan Operasi, Pengelolaan

116
Kinerja dan Mutu, menganalisa dan mengevaluasi terkait

pemantauan kinerja sistem, kinerja instalasi pembangkitan dan

penyaluran.

3. Bidang Operasi Sistem bertanggung jawab dan menjamin

terlaksananya pengelolaan dan pengembangan proses “bidding

energy”, pengaturan dan pengendalian sistem tenaga listrik,

pengelolaan proses baca meter, AMR dan Neraca Energi, Proses

settlement dan penerbitan tagihan pembayaran serta

penyelesaian permasalahan transaksi.

4. Bidang Teknik bertanggung jawab dan menjamin terlaksananya

perencanaan, pengelolaan dan pengembangan SCADATEL di

control centre, perencanaan dan analisa fasilitas operasi sistem

transmisi untuk miningkatkan ketersediaan hardware dan

software Master Station, Remote Station (RTU & SOGI),

Telekomunikasi, Teknologi Informasi, Proteksi Sistem dan

peralatan pendukung.

4.1.5. Struktur Organisasi Divisi TI dan Telekomunikasi

Dalam penelitian ini peneliti akan berfokus pada permasalahan yang

berada pada divisi Teknologi Informasi dan Telekomunikasi, berikut ini

merupakan struktur organisasi divisi Teknologi Informasi dan

Telekomunikasi PT PLN P2B :

117
Gambar 4. 2 Struktur organisasi divisi TI & Telekomunikasi (Perdir.0034.//2017)
1. Deputi Manajer Teknologi Informasi dan Telekomunikasi

bertanggung jawab mengendalikan fungsi pengelolaan

database, fungsi aplikasi informasi, fungsi jaringan data, sekuriti

data dan layanan agar diperoleh sistem teknologi informasi yang

handal sesuai dengan Enterprise Information Architecture

Planning / Information Technology Master Plan / Information

Technology Planning PLN, serta mengelola peralatan

telekomunikasi untuk ketersediaan fungsi link komunikasi

backbound 500kV, 150kV dan 70kV.

2. Supervisor Teknologi Informasi bertanggung jawab mengelola

dan mengkoordinir perancangan, pengembangan serta

pemeliharaan infrastruktur teknologi informasi agar handal dan

efisien, Memonitor dan mengevaluasi ketersediaan aplikasi dan

pengembangannya andal, aman, mudah dipakai (user friendly),

serta sesuai dengan kebutuhan.

118
3. Divisi Infrastruktur Teknologi Informasi bertanggung jawab

membuat usulan perancangan serta melaksanakan pemeliharaan

infrastruktur Teknologi Informasi agar handal dan efisien,

melaksanakan rencana pemeliharaan dan pengembangan

fasilitas hardware TI untuk memenuhi persyaratan sistem sesuai

roadmap TI, memelihara server – server di kantor P2B agar

dapat digunakan secara optimal, serta melaksanakan

pengelolaan sekuriti infrastruktur jaringan agar dapat bekerja

secara optimal.

4. Divisi Aplikasi Sistem Teknologi Informasi bertanggung jawab

memastikan ketersediaan aplikasi dan pengembangan yang

andal, aman, mudah dipakai (user friendly), serta sesuai dengan

kebutuhan. Melaksanakan usulan dan renacana kerja dari fungsi

pengelolaan database untuk dimintakan persetujuan serta

membantu bidang memperoleh informasi secara cepat dan

akurat.

4.2. Planning the Assessment

Hasil dari tahap penilaian ini adalah sebagai berikut:

4.2.1. Identifikasi Diagram RACI

Peneliti menentukan responden penelitian dengan menggunakan

RACI Chart serta mempertimbangkan dan menyesuaikan tugas dan fungsi

dari struktur organisasi divisi TI PLN P2B kepada Roles and Organisational

Structures dalam RACI Chart COBIT 5. Pemilihan responden ini juga tidak

119
serta merta memasukkan seluruh struktur organisasi yang ada di PLN P2B.

Peneliti juga memilihnya dengan mengumpulkan data sebagai acuan

pemilihan responden yang dirasa sesuai dengan kondisi intansi saat ini.

Berikut ini responden penelitian dari hasil pemetaan tersebut:

Berdasarkan matrik RACI Chart proses EDM03, peneliti

mendapatkan 3 responden yang sesuai dengan COBIT 5. Ke 3 responden

tersebut tercantum dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4. 1 Pemetaan RACI Chart proses EDM03


No. Fungsional Struktur COBIT Fungsi Struktur PT PLN P2B

1 Chief Executive Officer, Business Supervisor TI


Executive, Chief Risk Officer
2. Chief Information Officer Kepala Div Aplikasi TI

3. Chief Information Security Officer Kepala Div Infrastruktur TI

Berdasarkan matrik RACI Chart proses APO12, peneliti mendapatkan

3 responden yang sesuai dengan COBIT 5. Ke 3 responden tersebut

tercantum dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4. 2 Pemetaan RACI Chart proses APO12


No. Fungsional Struktur COBIT Fungsi Struktur PT PLN P2B

1 Business Process Owners, Project Supervisor TI


Management Office, Chief Risk
Officer, Head Architect, Head IT
Administration, Business Continuity
Manager
2. Chief Information Officer Kepala Div Aplikasi TI

3. Chief Information Security Officer Kepala Div Infrastruktur TI

120
4.2.2. Rincian Jawaban Kuesioner EDM03 (Ensure Risk

Optimisation)

1. Aktivitas proses EDM03.01 (Evaluasi Manajemen Risiko)

Tabel 4. 3 Rincian Jawaban Kuesioner EDM03.01

Berdasarkan tabel rincian kuesioner EDM03.01 menunjukan

bahwa pada aktifitas 1 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 2 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be, 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 3 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden yang memberi

penilaian pada level 4. Sementara pada kondisi to be, 2 responden

121
memberi penilaian pada level 3 dan 1 respoden memberi penilaian

pada level 5.

Pada aktifitas 4 pada kondisi as is terdapat 2 responden memberi

penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian pada level

3. Sementara pada kondisi to be, 2 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 orang memberi penilaian pada level 4.

Pada aktifitas 5 pada kondisi as is terdapat 1 responden memberi

penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian pada level 3

dan 1 responden memberi penilaian pada level 4. Semenetara pada

kondisi to be, 1 responden memberi penilaian pada level 3, 1

responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden memberi

penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 6 pada kondisi as is terdapat 2 responden memberi

penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4. Sementara pada kondisi to be, 2 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 5.

2. Aktivitas EDM03.02 Mengarahkan Manajemen Risiko

Tabel 4. 4 Rincian Jawaban Kuesioner EDM03.02

122
Berdasarkan tabel rincian kuesioner EDM03.02 menunjukan

bahwa pada aktifitas 1 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 2 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 2 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 2 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 2 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 2 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 3 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 4 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 5 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

123
pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 6 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

3. Aktivitas EDM03.03 Mengawasi Manajemen Risiko

Tabel 4. 5 Rincian Jawaban Kuesioner EDM03.03

Berdasarkan tabel rincian kuesioner EDM03.03 menunjukan

bahwa pada aktifitas 1 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

124
Pada aktifitas 2 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 3 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 4 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

4.2.3. Rincian Jawaban Kuesioner APO12 (Manage Risk)

1. Aktivitas APO12.01 (Mengumpulkan Data)

Tabel 4. 6 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.01

125
Berdasarkan tabel rincian kuesioner APO12.01 menunjukan

bahwa pada aktifitas 1 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 2 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 3 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 2 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 2 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 4 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 2 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 2 responden memberi penilaian pada level

4.

126
Pada aktifitas 5 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 2 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 2 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 6 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 7 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

2. Aktivitas Proses APO12.02 (Menganalisis Risiko)

Tabel 4. 7 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.02

127
Berdasarkan tabel rincian kuesioner APO12.02 menunjukan

bahwa pada aktifitas 1 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 2 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 3 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 4 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 5 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 2 responden memberi penilaian

128
pada level 3. Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 2 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 6 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 7 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 4 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

3. Aktivitas proses APO12.03 (Mempertahankan Profil Risiko)

Tabel 4. 8 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.03

Berdasarkan tabel rincian kuesioner APO12.03 menunjukan

bahwa pada aktifitas 1 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

129
memberi penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 4 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 2 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 3 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 4 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 5 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

130
penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 6 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 7 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

4. APO12.04 Mengartikulasikan Risiko

Tabel 4. 9 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.04

Berdasarkan tabel rincian kuesioner APO12.04 menunjukan

bahwa pada aktifitas 1 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

131
penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 2 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

Pada aktifitas 3 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 4 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 5 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 4. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

132
penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

5.

5. APO12.05 Mendefinisikan Portofolio Tindakan Manajemen

Risiko

Tabel 4. 10 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.05

Berdasarkan tabel rincian kuesioner APO12.05 menunjukan

bahwa pada aktifitas 1 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 2 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

Pada aktifitas 3 pada kondisi as is terdapat 2 responden yang

memberi penilaian pada level 2 dan 1 responden memberi penilaian

pada level 3. Sementara pada kondisi to be 2 responden memberi

133
penilaian pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level

4.

6. APO12.06 Menanggapi Risiko

Tabel 4. 11 Rincian Jawaban Kuesioner APO12.06

Berdasarkan tabel rincian kuesioner APO12.06 menunjukan

bahwa pada aktifitas 1 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 2 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

134
Pada aktifitas 3 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

Pada aktifitas 4 pada kondisi as is terdapat 1 responden yang

memberi penilaian pada level 2, 1 responden memberi penilaian

pada level 3 dan 1 responden memberi penilaian pada level 4.

Sementara pada kondisi to be 1 responden memberi penilaian pada

level 3, 1 responden memberi penilaian pada level 4 dan 1 responden

memberi penilaian pada level 5.

4.3. Briefing

Peneliti membuat penentuan jadwal penelitian yang akan dijelaskan kepada

para responden. Tahapan ini dilakukan dengan pihak divisi TI di PLN P2B terkait

dengan dokumen dibutuhkan untuk menjadi proses input, proses yang akan

dilakukan peneliti dan juga output yang akan dihasilkan dari penelitian ini. Peneliti

memberitahukan pelaksanaan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

yaitu mulai tanggal 23 Oktober 2017 sampai 27 Oktober 2017. Pengumpulan

dokumen untuk kelengkapan dokumen capability level mulai dari tanggal 1

November 2017 sampai tanggal 8 November 2017 dan melakukan rekapitulasi hasil

perhitungan pada tanggal 9 November 2017 sampai tanggal 15 November 2017.

135
Tabel 4. 12 Tahap briefing
September Oktober November Desember

Initiation

Planning the
Assessment
Briefing

Data Collection

Data Validation

Process Attribute
Level
Reporting the Result

4.4. Data Collection

Setelah ditentukan jadwal penelitian dengan responden yang telah ditetapkan.

Kemudian dilakukan Data Collection, tahap ini peneliti mengumpulkan bukti –

bukti atau temuan – temuan yang terdapat pada divisi TI PT PLN P2B Jawa Bali

berdasarkan setiap aktivitas dalam proses EDM03 dan APO12

4.4.1. Proses EDM03

a. EDM03.01 (Evaluasi Manajemen Risiko)

Divisi TI secara berkala melakukan identifikasi dan penilaian

terkait risiko teknologi informasi setiap tahun dan dilaporkan

dari setiap bidang yang ada di PLN P2B. Ditemukan dokumen

berupa profil risiko yang disusun oleh divisi TI. Yang nantinya

akan dievaluasi oleh Top Level Management. Tingkat toleransi

136
yang disetujui terdapat di dalam PER DIR Nomor

0335.K/DIR/2014 dan sebagai acuan nya menggunakan

dokumen Risk Framework.

b. EDM03.02 (Mengatur Manajemen Risiko)

Kebijakan terkait penerapan manajemen risiko tercantum dalam

PER DIR Nomor 0335.K/DIR/2014 tentang penerapan

manajemen risiko di lingkungan PT PLN (Persero) yang dimana

didalamnya berisi tentang kebijakan dan sasaran utama terkait

penerapan menajemen risiko.

c. EDM03.03 (Memantau Manajemen Risiko)

Divisi TI melakukan identifikasi terhadap setiap risiko yang

dilakukan setiap tahunnya dan dimonitor secara berkala tiap

triwulan. Dilaporkan dalam bentuk profil risiko kepada bidang

perencanaan yang dalam hal ini sebagai koordinator tim

manajemen risiko di PLN P2B, yang kemudian akan

dikumpulkan dan kemudian dilaporkan ke PLN pusat melalui

laporan ERM.

4.4.2. Proses APO12

a. APO12.01 (Mengumpulkan Data)

Divisi TI PLN P2B sudah melakukan pengumpulan data terkait

dengan risiko yakni data pada lingkungan operasi yang

berhubungan dengan risiko, data kejadian risiko dan faktor yang

137
mempengaruhinya serta isu risiko ditampilkan pada dokumen

Profil Risiko.

b. APO12.02 (Menganalisis Risiko)

Divisi TI telah melakukan upaya analisis risiko dengan

memperhatikan faktor – faktor penyebab risiko serta menambah

skenario risiko secara teratur. Hal ini dapat ditemukan dalam

dokumen profil risiko yang berisi isu risiko yang ada pada divisi

TI.

c. APO12.03 (Mempertahankan Profil Risiko)

PLN P2B mengumpulkan semua informasi profil risiko dari tiap

bidang yang ada kemudian dikumpulkan menjadi kumpulan

profil risiko. Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumentasi

skenario risiko berdasarkan bisnis dan fungsinya yang ada pada

dokumen profil risiko.

d. APO12.04 (Mengartikulasikan Risiko)

Setelah melakukan analisis, PLN P2B sudah melaporkan hasil

analisis risiko kepada semua stakeholders untuk kemudian dapat

mendukung keputusan perusahaan. Proses ini dibuktikan dengan

adanya laporan ERM dari manajemen pusat untuk melakukan

tindakan/respon terhadap risiko risiko yang telah diidentifikasi

di profil risiko.

e. APO12.05 (Mendefinisikan Portofolio Tindakan Manajemen

Risiko)

138
Dalam mendefinisikan tindakan manajemen risiko perusahaan,

terdapat dalam laporan profil risiko terkait dengan rencana

mitigasi yang akan dilakukan beserta siapa saja entitas dalam

organisasi yang bertanggung jawab dalam mengawasi risiko.

f. APO12.06 (Menanggapi Risiko)

PLN P2B melakukan penerapan terhadap risiko dengan

melakukan rencana tindakan yang sesuai untuk meminimalisir

dampak. Dan mengkomunikasikan dampak tersebut untuk

membuat keputusan. Dalam hal ini terdapat dokumen yang

membuktikan adanya proses tersebut yaitu adanya laporan

kepada tiap stakeholders. Rencana tindakan terdapat dalam

laporan profil risiko.

4.5. Data validation

Pada tahapan ini, berisikan hasil rekapitulasi jawaban kuesioner yang telah

diisi oleh responden. Hasil pengolahannya adalah sebagai berikut

Tabel 4. 13 Rekapitulasi jawaban kuesioner EDM03.01 (Evaluasi Manajemen


Risiko)
No. Aktivitas (Pertanyaan) Statu Distribusi Jawaban (%)
s 0 1 2 3 4 5
1. Menentukan tingkat risiko As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
TI To be 0 0 0 33,33 33,33 33,33
2. Mengevaluasi ambang As is 0 0 66,67 0 33,33 0
batas risiko TI To be 0 0 0 66,67 0 33,33
3. Menentukan tingkat As is 0 0 66,67 0 33,33 0
keselarasan strategi risiko To be 0 0 0 66,67 0 33,33
TI dan strategi perusahaan
4. Mengevaluasi faktor – As is 0 0 66,67 33,33 0 0
faktor risiko TI To be 0 0 0 66,67 33,33 0
5. Menentukan penggunaan As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
TI yang digunakan sesuai To be 0 0 0 33,33 33,33 33,33
subjek penilaian risiko
As is 0 0 66,67 0 33,33 0

139
6. Mengevaluasi aktivitas To be 0 0 0 66,67 0 33,33
manajemen risiko untuk
memastikan kemampuan
perusahaan
TOTAL As is 0 0 55,55 16,67 27,78 0
To be 0 0 0 55,55 16,67 27,78

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden

menilai kondisi saat ini (as is) dalam hal ini mengevaluasi manajemen risiko berada

di tingkat 2 (Managed Process) dengan persentase 55,55%, sementara kondisi yang

diharapkan (to be) jumlah responden terbanyak mengharapkan berada pada tingkat

3 (Established Process) dengan persentase 55,55%.

Tabel 4. 14 Rekapitulasi jawaban kuesioner EDM03.02 (Mengarahkan


Manajemen Risiko)
No. Aktivitas (Pertanyaan) Statu Distribusi Jawaban (%)
s 0 1 2 3 4 5
1. Meningkatkan kesadaran As is 0 0 33,33 66,67 0 0
risiko TI To be 0 0 0 33,33 66,67 0
2. Mengarahkan intergrasi As is 0 0 33,33 66,67 0 0
antara IT Risk Strategy To be 0 0 0 33,33 66,67 0
dengan Keputusan risiko
perusahaan
3. Pengembangan Risk As is 0 0 66,67 33,33 0 0
Communication Plans To be 0 0 0 66,67 33,33 0
4. Mekanisme yang tepat As is 0 33,33 33,33 0 33,33 0
untuk merespon perubahan To be 0 0 33,33 33,33 0 33,33
risiko
5. Tingkat identifikasi risiko, As is 0 0 66,67 33,33 0 0
peluang, masalah dan To be 0 0 0 66,67 33,33 0
kekhawatiran
6. Identifikasi tujuan utama, As is 0 0 66,67 33,33 0 0
metrik tata kelola To be 0 0 0 66,67 33,33 0
TOTAL As is 0 5,56 50 38,88 5,56 0
To be 0 0 5,56 50 38,88 5,56

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden

menilai kondisi saat ini (as is) dalam hal ini mengarahkan manajemen risiko berada

di tingkat 2 (Managed Process) dengan persentase 50%, sementara kondisi yang

140
diharapkan (to be) jumlah responden terbanyak mengharapkan berada pada tingkat

3 (Established Process) dengan persentase 50%

Tabel 4. 15 Rekapitulasi jawaban kuesioner EDM03.03 (Mengawasi manajemen


risiko)
No. Aktivitas (Pertanyaan) Status Distribusi Jawaban (%)
0 1 2 3 4 5
1. Tingkat pengawasan risiko As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
untuk dikelola To be 0 0 33,33 33,33 33,33
2. Pemantau tujuan utama As is 0 0 66,67 33,33 0 0
dan metrik dari tata kelola To be 0 0 66,67 33,33 0
risiko
3. Stakeholders meninjau As is 0 0 66,67 33,33 0 0
kemajuan perusahaan To be 0 0 0 66,67 33,33 0
4. Melaporkan semua As is 0 0 66,67 33,33 0 0
masalah terkait manajemen To be 0 0 0 66,67 33,33 0
risiko
TOTAL As is 0 0 58,33 33,33 11,11 0
To be 0 0 0 58,33 33,33 11,11

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menilai

kondisi saat ini (as is) dalam hal ini mengawasi manajemen risiko berada di tingkat

2 (Managed Process) dengan persentase 58,33%, sementara kondisi yang

diharapkan (to be) jumlah responden terbanyak mengharapkan berada pada tingkat

3 (Established Process) dengan persentase 58,33%

Tabel 4. 16 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.01 (Mengumpulkan data)


No. Aktivitas (Pertanyaan) Statu Distribusi Jawaban (%)
s 0 1 2 3 4 5
1. Tingkat pengawasan risiko As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
untuk dikelola To be 0 0 0 33,33 33,33 33,33
2. Pemantau tujuan utama As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
dan metrik dari tata kelola To be 0 0 0 33,33 33,33 33,33
risiko
3. Stakeholders meninjau As is 0 0 33,33 0 66,67 0
kemajuan perusahaan To be 0 0 0 33,33 0 66,67
4. Melaporkan semua As is 0 0 33,33 66,67 0 0
masalah terkait manajemen To be 0 0 33,33 66,67 0
risiko
5. Mengatur data yang As is 0 0 33,33 66,67 0 0
terkumpul dan melihat To be 0 0 0 33,33 66,67 0
faktor - faktornya
6. Menentukan kondisi yang As is 0 0 66,67 0 33,33 0
berisiko To be 0 0 0 66,67 0 33,33

141
7. Analisis faktor risiko As is 0 0 66,67 0 33,33 0
untuk mengidentifikasi To be 0 0 0 66,67 0 33,33
masalah baru
TOTAL As is 0 0 42,85 28,57 28,57 0
To be 0 0 0 42,85 28,57 28,57

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menilai

kondisi saat ini (as is) dalam hal ini mengumpukan data berada di tingkat 2

(Managed Process) dengan persentase 42,85%, sementara kondisi yang diharapkan

(to be) jumlah responden terbanyak mengharapkan berada pada tingkat 3

(Established Process) dengan persentase 42,85%

Tabel 4. 17 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.02 (Menganalisis risiko)


No. Aktivitas (Pertanyaan) Statu Distribusi Jawaban (%)
s 0 1 2 3 4 5
1. Mendefinisikan upaya As is 0 0 66,67 0 33,33 0
analisis risiko yang sesuai To be 0 0 0 66,67 0 33,33
2. Membangun dan As is 0 0 66,67 0 33,33 0
menambah skenario risiko To be 0 0 0 66,67 0 33,33
TI
3. Memperkirakan frekuensi As is 0 0 66,67 33,33 0 0
dan besarnya untung rugi To be 0 0 66,67 33,33 0
4. Membandingkan residual As is 0 0 66,67 33,33 0 0
risk yang dapat ditoleransi To be 0 0 66,67 33,33 0
5. Menganalisis untung rugi As is 0 0 33,33 66,67 0 0
dari kemungkinan risk To be 0 0 0 33,33 66,67 0
response
6. Memnentukan high-level As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
requirements untuk projek To be 0 0 0 33,33 33,33 33,33
7. Memvalidasi hasil analisis As is 0 0 0 66,67 33,33 0
risiko sebelum mengambil To be 0 0 0 0 66,67 33,33
keputusan
TOTAL As is 0 0 47,61 33,33 19,04 0
To be 0 0 0 47,61 33,33 19,04

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menilai

kondisi saat ini (as is), dalam hal ini menganalisis risiko berada di tingkat 2

(Managed Process) dengan persentase 47,61%, sementara kondisi yang diharapkan

142
(to be) jumlah responden terbanyak mengharapkan berada pada tingkat 3

(Established Process) dengan persentase 47,61%.

Tabel 4. 18 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.03 (Mempertahankan profil


risiko)
No. Aktivitas (Pertanyaan) Statu Distribusi Jawaban (%)
s 0 1 2 3 4 5
1. Mengelola inventaris As is 0 0 0 66,67 33,33 0
bisnis proses To be 0 0 0 66,67 33,33
2. Menentukan dan As is 0 33,33 33,33 33,33 0
menyetujui layanan TI dan To be 0 0 33,33 33,33 33,33
Infrastruktur
3. Mengumpulkan skenario As is 0 0 66,67 0 33,33 0
risiko To be 0 0 0 66,67 0 33,33
4. Merekam semua informasi As is 0 0 66,67 33,33 0 0
profil risiko To be 0 0 66,67 33,33 0
5. Mendefinisikan indikator As is 0 0 66,67 33,33 0 0
dari risiko To be 0 0 0 66,67 33,33 0
6. Menangkap informasi pada As is 0 0 66,67 0 33,33 0
kejadian risiko TI To be 0 0 0 66,67 0 33,33
7. Menangkap informasi dari As is 0 0 66,67 0 33,33 0
status risk action plan To be 0 0 0 66,67 0 33,33
TOTAL As is 0 0 52,38 23,81 23,81 0
To be 0 0 0 52,38 23,81 23,81

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menilai

kondisi saat ini (as is), dalam hal ini menganalisis risiko berada di tingkat 2

(Managed Process) dengan persentase 52,38%, sementara kondisi yang diharapkan

(to be) jumlah responden terbanyak mengharapkan berada pada tingkat 3

(Established Process) dengan persentase 52,38%.

Tabel 4. 19 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.04 (Mengartikulasikan


risiko)
No. Aktivitas (Pertanyaan) Statu Distribusi Jawaban (%)
s 0 1 2 3 4 5
1. Melaporkan hasil analisis As is 0 0 66,67 0 33,33 0
risiko ke stakeholders To be 0 0 0 66,67 0 33,33
2. Menyediakan pengambilan As is 0 0 66,67 0 33,33 0
keputusan To be 0 0 0 66,67 0 33,33
3. Melaporkan profil risiko As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
saat ini kepada To be 0 0 0 33,33 33,33 33,33
stakeholders

143
4. Melihat hasil penilaian As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
pihak ketiga dan audit To be 0 0 0 33,33 33,33 33,33
internal
5. Mengidentifikasi peluang As is 0 0 66,67 33,33 0
teknologi yang mungkin To be 0 0 0 66,67 0 33,33
mendapatkan risiko
TOTAL As is 0 0 53,33 13,33 33,33 0
To be 0 0 0 53,33 13,33 33,33

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menilai

kondisi saat ini (as is), dalam hal ini mengartikulasikan risiko berada di tingkat 2

(Managed Process) dengan persentase 53,33%, sementara kondisi yang diharapkan

(to be) jumlah responden terbanyak mengharapkan berada di tingkat 3 (Established

Process) dengan persentase 53,33%.

Tabel 4. 20 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.05 (Mendefinisikan


portofolio tindakan manajemen risiko)
No. Aktivitas (Pertanyaan) Statu Distribusi Jawaban (%)
s 0 1 2 3 4 5
1. Memelihara inventori dari As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
aktivitas kontrol untuk To be 0 0 33,33 33,33 33,33
mengelola risiko
2. Menentukan setiap entitas As is 0 0 66,67 33,33 0 0
organisasi mengawasi To be 0 0 0 66,67 33,33 0
risiko
3. Mendefinisikan As is 0 0 66,67 33,33 0 0
keseimbangan suatu To be 0 0 66,67 33,33 0
seperangkat proposal
untuk mengurangi risiko
TOTAL As is 0 0 55,56 33,33 11,11 0
To be 0 0 0 55,56 33,33 11,11

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menilai

kondisi saat ini (as is), dalam hal ini mendefinisikan portofolio tindakan manajemen

risiko berada di tingkat 2 (Managed Process) dengan persentase 55,56%, sementara

kondisi yang diharapkan (to be) jumlah responden terbanyak mengharapkan berada

di tingkat 3 (Established Process) dengan persentase 55,56%.\

144
Tabel 4. 21 Rekapitulasi jawaban kuesioner APO12.06 (Menanggapi risiko)
No. Aktivitas (Pertanyaan) Statu Distribusi Jawaban (%)
s 0 1 2 3 4 5
1. Menyiapkan, memelihara As is 0 0 33,33 66,67 33,33 0
dan rencana uji coba To be 0 0 0 33,33 66,67 0
langkah untuk
mengendalikan risiko
2. Mengkategorikan insiden- As is 0 0 66,67 33,33 0 0
insiden, dan To be 0 0 0 66,67 33,33 0
membandingkan ambang
batas toleransi risiko
3. Menerapkan rencana As is 0 0 66,67 33,33 0 0
tindakan yang sesuai untuk To be 0 0 0 66,67 33,33 0
meminimalisir risiko
4. Memeriksa kerugian di As is 0 0 33,33 33,33 33,33 0
masa lalu dan peluang To be 0 0 0 33,33 33,33 33,33
yang terlewat
TOTAL As is 0 0 50 41,67 16,67 0
To be 0 0 0 50 41,67 16,67

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menilai

kondisi saat ini (as is), dalam hal ini menanggapi risiko berada di tingkat 2

(Managed Process) dengan persentase 50%, sementara kondisi yang diharapkan (to

be) jumlah responden terbanyak mengharapkan berada pada tingkat 3 (Established

Process) dengan persentase 50%.

4.6. Process Attribute Level

Tahap selanjutnya adalah pemberian level pada setiap sub proses yang

selanjutnya menghasilkan analisis gap

4.6.1. Penentuan Nilai Kapabilitas

Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai kapabilitas proses EDM03

(Ensure Risk Optimisation):

145
a. Nilai kapabilitas EDM03.01 (Evaluate Risk Management)

As is

(0×0)+(0×1)+(55.55×2)+(16.67×3)+(27.78×4)+(0×5)
NK = = 2.72
100

To be

(0×0)+(0×1)+(0×2)+(55.55×3)+(16.67×4)+(27.78×5)
NK = = 3.72
100

Nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses

EDM03.01 yaitu 2,72 artinya tingkat kapabilitasnya terdapat

pada level 3, sedangkan kondisi yang diharapkan (to be) adalah

3,67 yang berarti tingkat kapabilitasnya berada pada level 4.

b. Nilai kapabilitas EDM03.02 (Direct Risk Management)

As is

(0×0)+(5.56×1)+(50×2)+(38.88×3)+(5.56×4)+(0×5)
NK = =2.44
100

To be

(0×0)+(0×1)+(5.56×2)+(50×3)+(38.88×4)+(15.56×5)
NK = =3.94
100

Nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses

EDM03.02 yaitu 2,49 artinya tingkat kapabilitasnya terdapat

pada level 2, sedangkan kondisi yang diharapkan (to be) adalah

3,85 yang berarti tingkat kapabilitasnya berada pada level 4.

c. Nilai kapabilitas EDM03.03 (Monitor Risk Management)

As is

(0×0)+(0×1)+(58.33×2)+(33.33×3)+(11.11×4)+(0×5)
NK= 100
= 2.61

146
To be

(0×0)+(0×1)+(0×2)+(58.33×3)+(33.33×4)+(11.11×5)
NK= = 3.63
100

Nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses

EDM03.03 yaitu 2,61 artinya tingkat kapabilitasnya terdapat

pada level 3, sedangkan kondisi yang diharapkan (to be) adalah

3,50 yang berarti tingkat kapabilitasnya berada pada level 4.

Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai kapabilitas proses APO12

(Manage Risk):

a. Nilai kapabilitas APO12.01 (Collect Data)

As is

(0×0)+(0×1)+(42.85×2)+(28.57×3)+(28.57×4)+(0×5)
NK = =2.85
100

To be

(0×0)+(0×1)+(0×2)+(42.85×3)+(28.57×4)+(28.57×5)
NK = =3.85
100

Nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses

APO12.01 yaitu 2,85 artinya tingkat kapabilitasnya terdapat

pada level 3, sedangkan kondisi yang diharapkan (to be) adalah

3,90 yang berarti tingkat kapabilitasnya berada pada level 4.

b. Nilai kapabilitas APO12.02 (Analyse Risk)

As is

(0×0)+(0×1)+(47.61×2)+(33.33×3)+(19.04×4)+(0×5)
NK = =2.71
100

To be

(0×0)+(0×1)+(0×2)+(47.61×3)+(33.33×4)+(19.04×5)
NK = 100
=3.71

147
Nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses

APO12.02 yaitu 2,71 artinya tingkat kapabilitasnya terdapat

pada level 3, sedangkan kondisi yang diharapkan (to be) adalah

3,57 yang berarti tingkat kapabilitasnya berada pada level 4.

c. Nilai kapabilitas APO12.03 (Maintain Risk Profile)

As is

(0×0)+(4.76×1)+(28.57×2)+(42.85×3)+(23.80×4)+(0×5)
NK = =2.85
100

To be

(0×0)+(0×1)+(23.80×2)+(4.76×3)+(33.33×4)+(38.09×5)
NK = =3.85
100

Nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses

APO12.03 yaitu 2,85 artinya tingkat kapabilitasnya terdapat

pada level 3, sedangkan kondisi yang diharapkan (to be) adalah

3,85 yang berarti tingkat kapabilitasnya berada pada level 4

d. Nilai kapabilitas APO12.04 (Articulate Risk)

As is

(0×0)+(0×1)+(53.33×2)+(13.33×3)+(33.33×4)+(0×5)
NK = =2.79
100

To be

(0×0)+(0×1)+(0×2)+(53.33×3)+(13.33×4)+(33.33×5)
NK = =3.79
100

Nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses

APO12.04 yaitu 2,73 artinya tingkat kapabilitasnya terdapat

pada level 3, sedangkan kondisi yang diharapkan (to be) adalah

3,67 yang berarti tingkat kapabilitasnya berada pada level 4.

148
e. Nilai kapabilitas APO12.05 (Define a Risk Management Action

Portfolio)

As is

(0×0)+(0×1)+(55.56×2)+(33.33×3)+(11.11×4)+(0×5)
NK = =2.55
100

To be

(0×0)+(0×1)+(0×2)+(55.56×3)+(33.33×4)+(11.11×5)
NK = =3.55
100

Nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses

APO12.05 yaitu 2,55 artinya tingkat kapabilitasnya terdapat

pada level 3, sedangkan kondisi yang diharapkan (to be) adalah

3,33 yang berarti tingkat kapabilitasnya berada pada

level 3.

f. Nilai kapabilitas APO12.06 (Respond to Risk)

As is

(0×0)+(0×1)+(50×2)+(33.33×3)+(16.67×4)+(0×5)
NK = =2.66
100

To be

(0×0)+(0×1)+(0×2)+(50×3)+(33.33×4)+(16.67×5)
NK = =3.66
100

Nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses

APO12.06 yaitu 2,66 artinya tingkat kapabilitasnya terdapat

pada level 3, sedangkan kondisi yang diharapkan (to be) adalah

3,90 yang berarti tingkat kapabilitasnya berada pada level 4.

149
4.6.2. Penentuan Level Kapabilitas

Berikut ini adalah penentuan tingkat kapabilitas EDM03 berdasarkan

hasil perhitungan nilai kapabilitas yang terdapat pada tiap sub prosesnya

Tabel 4. 22 Penentuan tingkat kapabilitas EDM03


No. Sub – Domain Nilai Capability Level
Kapabilitas
As is To be As is To be
1. EDM03.01 2.72 3.72 3 4
2. EDM03.02 2.44 3.94 2 4
3. EDM03.03 2.61 3.63 3 4
Rata – Rata 2.59 3.76 3 4

Berdasarkan tabel diatas diketahui proses EDM03.01 capability level

saat ini berada pada level 3 dengan nilai kapabilitas 2.72, pada proses

EDM03.02 capability level saat ini berada pada level 3 dengan nilai

kapabilitas 2.44, pada proses EDM03.03 capability level saat ini berada

pada level 4 dengan nilai kapabilitas 2.61. Dari ketiga sub proses tersebut

sehingga diketahui nilai kapabilitas untuk proses EDM03 adalah 2.59

EDM03 (Ensure Risk Optimisation)


As is To be Max

EDM03.01
5
4
3
2
1
0

EDM03.03 EDM03.02

Gambar 4. 3 Grafik proses EDM03

150
Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa kondisi saat ini pada

proses EDM03 (Ensure Risk Optimisation) berada pada tingkat 3 dengan

nilai kapabilitas 2,61, pada level ini divisi TI PLN P2B telah menerapkan

Established Process sedangkan kondisi yang di harapkan (to be) berada

pada tingkat 4 dengan nilai kapabilitas 3,67 yang dimana pada tahap ini telah

diterapkan Predictable Process.

Berikut ini adalah penentuan tingkat kapabilitas APO12 berdasarkan

hasil perhitungan nilai kapabilitas yang terdapat pada setiap sub prosesnya

Tabel 4. 23 Penentuan tingkat kapabilitas APO12


No. Sub – Domain Nilai Kapabilitas Capability Level
As is To be As is To be
1. APO12.01 2.85 3.85 3 4
3. APO12.03 2.85 3.85 3 4
4. APO12.04 2.79 3.79 3 4
5. APO12.05 2.55 3.55 3 4
6. APO12.06 2.66 3.66 3 4
Rata – Rata 2.73 3.73 3 4
Berdasarkan tabel diatas diketahui pada sub proses APO12.01

capability level saat ini berada pada level 3 dengan nilai kapabilitas 2.85,

pada sub proses APO12.02 capability level saat ini berada pada level 3

dengan nilai kapabilitas 2.71, pada sub proses APO12.03 capability level

saat ini berada pada level 3 dengan nilai kapabilitas 2.85, pada sub proses

APO12.04 capability level saat ini berada pada level 3 dengan nilai

kapabilitas 2.79, pada sub proses APO12.05 capability level saat ini berada

pada level 3 dengan nilai kapabilitas 2.55, pada sub proses APO12.06

capability level saat ini berada pada level 3 dengan nilai kapabilitas 2.66.

151
Dari keenam sub proses tersebut dapat diketahui nilai kapabilitas pada

proses APO12 berada pada level 3 dengan nilai kapabilitas 2.73.

APO12 (Manage Risk)


As is To be Max

APO12.01
5
4
APO12.06 3 APO12.02
2
1
0

APO12.05 APO12.03

APO12.04

Gambar 4. 4 Grafik proses APO12 (Manage Risk)

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kondisi saat ini pada

proses APO12 (Manage Risk) berada pada tingkat 3 dengan nilai kapabilitas

2,72, pada level ini divisi TI PLN P2B telah menerapkan Established

Process sedangkan kondisi yang di harapkan (to be) berada pada tingkat 4

dengan nilai kapabilitas 3,62 yang dimana pada tahap ini telah diterapkan

Predictable Process.

4.6.3. Pencapaian Proses

Pada subbab ini, peneliti melakukan pemeriksaan pada domain

EDM03 (Ensure Risk Optimisation) dan APO12 (Manage Risk) apakah telah

memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi pada masing – masing level

dengan ketentuan kategori dari hasil penilaian di tiap levelnya. Dari hasil

perhitungan capability level diketahui tingkat kapabilitas pada proses

EDM03 berada pada level 3 yang artinya organisasi harus memenuhi

152
persyaratan proses atribut dari level 1 sampai level 3. Sedangkan hasil tingkat

kapabilitas as is pada APO12 berada pada level 3 yang dimana organisasi

harus memenuhi proses atribut dari level 1 sampai level 3.

Pada level 1 berdasarkan Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum

(GWPs) yang ada pada COBIT 5, maka PLN P2B harus bisa menyediakan

bukti – bukti atau dokumen bahwa adanya proses yang telah dilakukan pada

domain EDM03 dan APO12. Sehingga hasil proses digunakan untuk

mengukur seberapa jauh tujuan dari suatu proses yang telah ditentukan.

Berikut tabel pencapaian proses EDM03 dan APO12 di PLN P2B untuk

memenuhi process attribute dalam kapabilitas proses di level 1

Tabel 4. 24 Proses EDM03 PA 1.1 Process Performance


Work Products Deskripsi Exist Evidence
Pedoman batas toleransi √ Risk Framework
EDM03-WP1
risiko
Kebijakan Tingkat √ PER DIR Nomor
EDM03-WP2
toleransi yang disetujui 0355/DIR/2014
EDM03-WP3 Evaluasi kegiatan √ Laporan ERM
manajemen risiko (Enterprise Risk
Management)
Kebijakan manajemen √ PER DIR Nomor
EDM03-WP4
risiko 0355/DIR/2014
Sasaran utama memantau √ PER DIR Nomor
EDM03-WP5
manajemen risiko 0355/DIR/2014
Proses persetujuan untuk √ PER DIR Nomor
EDM03-WP6 mengukur manajemen 0355/DIR/2014
risiko
EDM03-WP7 Isu manajemen risiko √ Profil Risiko
EDM03-WP8 Tindakan perbaikan √ Profil Risiko
untuk manajemen risiko
Rata – rata Skor 100%

153
Pada level 2 menurut Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum

(GWPs) yang ada pada COBIT 5, maka PLN P2B harus memenuhi indikator

yang ada dalam Performance Management dan Work Product Management.

Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan pencapaian PLN P2B untuk proses

EDM03

Tabel 4. 25 Proses EDM03 PA 2.1 Performance Management

No Work Products Exist Evidence


1 Identifikasi ruang lingkup dan √ PER DIR Nomor
tujuan proses optimasi risiko 0355/DIR/2014
2 Merencanakan dan √ Profil Risiko
memonitoring proses optimasi
risiko
3 Menyesuaikan kinerja proses √ Laporan ERM
optimasi risiko (Enterprises Risk
Management)
4 Mengidentifikasi tanggung √ Profil Risiko (RASCI
jawab proses optimasi risiko Chart)
5 Mengindentifikasi dan √ Profil Risiko
menyediakan sumber daya
proses optimasi risiko
6 Mengelola antarmuka proses √ Profil Risiko
optimasi risiko
Rata – rata Skor 100%

Berdasarkan tabel Performance Management dapat diketahui terdapat

6 poin yang harus dipenuhi oleh PLN P2B. Dalam mengidentifikasi tujuan

proses optimasi risiko tercantum dalam PER.DIR Nomor 0355/DIR/2014

dijelaskan tujuan dan ruang lingkup yang harus terpenuhi. Perencanaan dan

monitoring proses optimasi tercantum dalam dokumen profil risiko. Dalam

menyesuaikan kinerja proses optimasi risiko terdapat dalam dokumen

154
laporan ERM yang berisi tentang persetujuan langkah – langkah mitigasi

yang dapat diambil. Dalam mengidentifikasi tanggung jawab proses optimasi

risiko juga tercantum dalam dokumen profil risiko terkait dengan RASCI

Chart, dijelaskan siapa saja yang bertanggung jawab dan memiliki

kewenangan dalam proses ini. Dalam mengidentifikasi dan menyediakan

sumber daya optimasi risiko telah terdokumentasi dalam dokumen profil

risiko. Dalam melaporkan isu-isu apa saja terkait risiko, tercantum dalam

dokumen Profil Risiko.

Tabel 4. 26 Proses EDM03 PA 2.2 Work Product Management


No Work Products Exist Evidence
1 Kriteria kualitas dan hasil kerja √ Dok. KPI (Key Performance
Indicator)
2 Menetapkan kebutuhan dari hasil √ Profil Risiko
kerja
3 Dokumentasi hasil kinerja √ Laporan ERM (Enterprises
Risk Management)
4 Evaluasi hasil kinerja √ Laporan ERM (Enterprises
Risk Management)
Rata – rata Skor 100%

Berdasarkan tabel Work Product Management dapat diketahui

terdapat 4 poin yang harus dipenuhi oleh PLN P2B. Dalam menentukan

kriteria kualitas dan hasil kerja tercantum dalam dokumen KPI (Key

Performance Indicator). Dalam menetapkan dari hasil kerja tercantum dalam

dokumen Profil Risiko. Dokumentasi dan evaluasi hasil kinerja terncantum

dalam Laporan ERM.

Pada level 3 menurut Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum

(GWPs) yang ada pada COBIT 5, maka PLN P2B harus memenuhi indikator

155
yang ada dalam Process Definition dan Process Deployment. Berikut ini

adalah tabel yang menjelaskan pencapaian PLN P2B untuk proses EDM03

Tabel 4. 27 Proses EDM03 PA 3.1 Process Definition


No Work Products Exist Evidence
1 Mendefinisikan Standar dari √ Dok. Risk Framework
Proses Optimasi Risiko
2 Menetapkan urutan dari proses √ Laporan ERM
Optimasi Risiko
3 Mengidentifikasi peran dan √ Profil Risiko
kompetensi
4 Identifikasi infrastruktur yang √ Profil Risiko
dibutuhkan dan lingkungan kerja
5 Menetapkan metode yang sesuai √ Dok. Risk Framework
untuk optimasi risiko
Rata – rata Skor 100%
Berdasarkan tabel Process Definition dapat diketahui terdapat 5 poin

yang harus dipenuhi oleh PLN P2B. Dalam mendefinisikan Standar dari

proses optimasi risiko tercantum dalam dokumen Risk Framework yang

digunakan. Dalam Menetapkan urutan dari proses optimasi risiko tercantum

dalam dokumen laporan ERM terkait langkah – langkah apa saja yang akan

diambil. Dalam mengidentifikasi peran dan kompetensi serta

mengidentifikasi infrastruktur yang dibutuhkan serta lingkungan kerja

didefinisikan dalam dokumen profil risiko. Namun dalam menetapkan

metode yang sesuai belum ditemukan adanya dokumen tersebut.

Tabel 4. 28 Proses EDM03 PA 3.2 Process Deployment


No Work Products Exist Evidence
1 Menjalankan sebuah proses √ Laporan ERM
optimasi risiko yang telah
didefinisikan

156
No Work Products Exist Evidence
2 Menugaskan dan √ Profil Risiko
mengkomunikasikan peran,
tanggung jawab, dan otoritas
3 Memastikan kompetensi dan √ Dok. Key Performance
pelatihan yang dibutuhkan Indicator
4 Menyediakan sumber daya dan -
informasi untuk
-
mendukung performa optimasi
risiko
5 Menyediakan proses infrastruktur - -
yang layak
6 Mengumpulkan dan menganalisis √ Profil Risiko
data
Rata – rata Skor 66,67%

Berdasarkan tabel Process Deployment dapat diketahui terdapat 6

poin yang harus dipenuhi oleh PLN P2B. Dalam menjalankan proses

optimasi risiko, hasilnya dapat terlihat dari adanya Laporan ERM. Praktik

identifikasi risiko juga dilakukan secara berkala. Penjelasan mengenai

komunikasi, peran dan tanggung jawab tercantum dalam dokumen profil

risiko. Dalam memastikan kompetensi yang dibutuhkan tercantum dalam

Key Performance Indicator sebagai acuan dalam kinerja proses. Belum

ditemukan adanya proses maupun evidence bahwa PLN P2B menyediakan

sumber daya dan informasi yang akan mendukung performa serta

menyediakan proses infrastruktur yang layak. Dalam mengumpulkan dan

menganalisis data telah terdokumentasi dalam dokumen profil risiko. Dari

semua kategori tersebut PLN P2B dikategorikan.

157
Tabel 4. 29 Proses APO12 PA 1.1 Process Performance

Work Products Deskripsi Exist Evidence


APO12-WP1 Data pada lingkungan √ Profil Risiko
operasi yang berhubungan
dengan risiko
APO12-WP2 Data kejadian risiko dan √ Profil Risiko
faktor yang mempengaruhi
APO12-WP3 Menampilkan isu risiko dan √ Profil Risiko
faktornya
APO12-WP4 Lingkup upaya analisis risiko - -
APO12-WP5 Skenario risiko TI √ Profil Risiko
APO12-WP6 Hasil analisis risiko √ Profil Risiko
APO12-WP7 Dokumentasi skenario risiko √ Profil Risiko
berdasarkan bisnis dan
fungsinya
APO12-WP8 Kumpulan profil risiko √ Profil Risiko
termasuk tindakan
manajemen risiko
APO12-WP9 Laporan ke stakeholders √ Laporan ERM
terkait analisis risiko dan
profil risiko
APO12-WP10 Hasil dari penilaian risiko - -
oleh pihak ketiga
APO12-WP11 Peluang untuk menerima √ Profil Risiko
risiko terburuk
APO12-WP12 Proposal untuk mengurangi √ Profil Risiko
risiko (per Bidang)
APO12-WP13 Rencana respon kejadian √ Profil Risiko
terkait risiko
APO12-WP14 Komunikasi dampak risiko √ Profil Risiko
APO12-WP15 Penyebab kejadian berisiko √ Profil Risiko
Rata – rata Skor 86,67%

Pada level 2 menurut Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum

(GWPs) yang ada pada COBIT 5, maka PLN P2B harus memenuhi indikator

158
yang ada dalam Performance Management dan Work Product Management.

Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan pencapaian PLN P2B untuk proses

APO12

Tabel 4. 30 Proses APO12 PA 2.1 Performance Management

No Work Products Exist Evidence


1 Identifikasi ruang lingkup dan √ PER DIR Nomor
tujuan proses pengelolaan 0355/DIR/2014
risiko
2 Merencanakan dan √ Profil Risiko
memonitoring proses
pengelolaan risiko
3 Menyesuaikan kinerja proses √ Laporan ERM
pengelolaan risiko (Enterprises Risk
Management)
4 Mengidentifikasi tanggung √ Profil Risiko (RASCI
jawab proses pengelolaan Chart)
risiko
5 Mengindentifikasi dan √ Profil Risiko
menyediakan sumber daya
proses pengelolaan risiko
6 Mengelola antarmuka proses √ Profil Risiko
pengelolaan risiko
Rata – rata Skor 100%

Berdasarkan tabel Performance Management dapat diketahui terdapat

6 poin yang harus dipenuhi oleh PLN P2B. Dalam mengidentifikasi tujuan

proses optimasi risiko tercantum dalam PER.DIR Nomor 0355/DIR/2014

dijelaskan tujuan dan ruang lingkup yang harus terpenuhi. Perencanaan dan

monitoring proses optimasi tercantum dalam dokumen profil risiko. Dalam

menyesuaikan kinerja proses optimasi risiko terdapat dalam dokumen

Laporan ERM yang berisi tentang persetujuan langkah-langkah mitigasi

159
yang dapat diambil. Dalam mengidentifikasi tanggung jawab proses optimasi

risiko juga tercantum dalam dokumen profil risiko terkait dengan RASCI

Chart, dijelaskan siapa saja yang bertanggung jawab dan memiliki

kewenangan dalam proses ini. Dalam mengidentifikasi dan menyediakan

sumber daya optimasi risiko telah terdokumentasi dalam dokumen profil

risiko. Dalam melaporkan isu isu apa saja terkait risiko, tercantum dalam

dokumen Profil Risiko.

Tabel 4. 31 Proses APO12 PA 2.2 Work Product Management


No Work Products Exist Evidence
1 Kriteria kualitas dan hasil kerja √ Dok. KPI (Key Performance
Indicator)
2 Menetapkan kebutuhan dari hasil √ Profil Risiko
kerja
3 Dokumentasi hasil kinerja √ Laporan ERM (Enterprises
optimasi risiko Risk Management)
4 Evaluasi hasil kinerja optimasi √ Laporan ERM (Enterprises
risiko Risk Management)
Rata – rata Skor 100%

Berdasarkan tabel Work Product Management dapat diketahui

terdapat 4 poin yang harus dipenuhi oleh PLN P2B. Dalam menentukan

kriteria kualitas dan hasil kerja tercantum dalam dokumen KPI (Key

Performance Indicator). Dalam menetapkan dari hasil kerja tercantum dalam

dokumen Profil Risiko. Dokumentasi dan evaluasi hasil kinerja terncantum

dalam Laporan ERM.

Pada level 3 menurut Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum

(GWPs) yang ada pada COBIT 5, maka PLN P2B harus memenuhi indikator

160
yang ada dalam Process Definition dan Process Deployment. Berikut ini

adalah tabel yang menjelaskan pencapaian PLN P2B untuk proses APO12.

Tabel 4. 32 Proses APO12 PA 3.1 Process Definition


No Work Products Exist Evidence
1 Mendefinisikan Standar dari √ Dok. Risk Framework
Proses Manajemen Risiko
2 Menetapkan urutan dari proses √ Laporan ERM
Manajemen Risiko
3 Mengidentifikasi peran dan √ Profil Risiko
kompetensi
4 Identifikasi infrastruktur yang √ Profil Risiko
dibutuhkan dan lingkungan kerja
5 Menetapkan metode yang sesuai -
untuk Manajemen Risiko
Rata – rata Skor 80%

Berdasarkan tabel Process Definition dapat diketahui terdapat 5 poin

yang harus dipenuhi oleh PLN P2B. Dalam mendefinisikan Standar dari

proses optimasi risiko tercantum dalam dokumen Risk Framework yang

digunakan. Dalam Menetapkan urutan dari proses optimasi risiko tercantum

dalam dokumen laporan ERM terkait langkah – langkah apa saja yang akan

diambil. Dalam mengidentifikasi peran dan kompetensi serta

mengidentifikasi infrastruktur yang dibutuhkan serta lingkungan kerja

didefinisikan dalam dokumen profil risiko. Namun dalam menetapkan

metode yang sesuai belum ditemukan adanya dokumen tersebut.

Tabel 4. 33 Proses APO12 PA 3.2 Process Deployment


No Work Products Exist Evidence
1 Menajalankan sebuah proses √ Laporan ERM
yang telah didefinisikan

161
2 Menugaskan dan √ Profil Risiko
mengkomunikasikan peran,
tanggung jawab, dan otoritas
3 Memastikan kompetensi dan √ Key Performance Indicator
pelatihan yang dibutuhkan
4 Menyediakan sumber daya dan - -
informasi untuk
mendukung performa
5 Menyediakan proses infrastruktur - -
yang layak
6 Mengumpulkan dan menganalisis √ Profil Risiko
data
Rata – rata Skor 100%

Berdasarkan tabel Process Deployment dapat diketahui terdapat 6

poin yang harus dipenuhi oleh PLN P2B. Dalam menjalankan proses

optimasi risk, hasilnya dapat terlihat dari adanya Laporan ERM. Praktik

identifikasi risiko juga dilakukan secara berkala. Penjelasan mengenai

komunikasi, peran dan tanggung jawab tercantum dalam dokumen profil

risiko. Dalam memastikan kompetensi yang dibutuhkan tercantum dalam

Key Performance Indicator sebagai acuan dalam kinerja proses. Dalam

menyediakan sumber daya dan informasi yang akan mendukung performa

serta menyediakan proses infrastruktur yang layak tercantum dalam rencana

anggaran pembiayaan tahunan. Dalam mengumpulkan dan menganalisis data

telah terdokumentasi dalam dokumen profil risiko.

4.6.4. Penilaian Risiko

Penilaian risiko dilakukan dengan menggabungkan risk analysis dan

risk evaluation. Risk analysis bertujuan untuk menentukan seberapa sering

risiko tersebut dapat terjadi dan seberapa besar dampak yang dihasilkan oleh

risiko tersebut. Risk analysis diawali dengan melakukan identifikasi risiko,

162
menentukan parameter probability, parameter impact risiko dan rating

risiko. Setelah itu peneliti melakukan penilaian risiko terhadap inherent risk

dan residual risk.

Sedangkan risk evaluation bertujuan untuk mengevaluasi apakah

risiko-risiko tersebut dapat ditoleransi atau tidak oleh perusahaan. Risk

evaluation dilakukan dengan menggambarkan hubungan antara probability

(kecenderungan) dan impact (dampak) ke dalam sebuah matriks yang disebut

dengan risk map. Selanjutnya dapat diketahui risko yang akan diprioritaskan

untuk segera diatasi.

4.6.4.1. Menetapkan Standar Parameter Risiko

Sebelum memasuki tahap identifikasi risiko, pada tahap ini

peneliti menentukan Standar Parameter yang digunakan untuk menilai

risiko. Penentuan standar parameter didapatkan melalui studi literature

dan hasil diskusi dengan pihak PLN P2B. Adapun standar parameter

yang digunakan menggunakan parameter dari Samaptoaji (2014) yang

telah disesuaikan dengan kondisi PLN P2B

Tabel 4. 34 Parameter probability (Diadopsi dari Samaptoaji, 2014)


Nilai Probabiltiy Keterangan
1 ≤ 10% Sangat Jarang
2 > 10% - 30% Jarang
3 > 30% - 70% Kadang – kadang
4 > 70% - 90% Sering
5 > 90% Sangat Sering

Adapun parameter impact yang digunakan pada penelitian kali ini

ditampilkan pada tabel berikut ini:

163
Tabel 4. 35 Parameter impact (Diadopsi dari Samaptoaji, 2014)
Nilai Impact
Strategis Operasional Legal Reputasi
1 Sangat Tidak memiliki Tidak memiliki Tidak memiliki Tidak memiliki
Kecil dampak. dampak. dampak. dampak.
2 Kecil Tertundanya Operasional Adanya keberanian Terbentuknya
implementasi rencana terganggu namun dari pihak opini negatif antar
organisasi dalam jangka dapat diatasi segera stakeholder kelompok kerja,
pendek (s/d 1 tahun). dengan sumber daya terhadap sehingga
Namun tidak mengubah yang ada. pelanggaran berdampak
rencana strategis. ketentuan hilangnya
perundang – kepercayaan pada
undangan. organisasi.
3 Sedang Tertundanya Operasional Adanya surat Terbentuknya
implementasi rencana terganggu dan tidak peringatan dari opini negatif dari
organisasi dalam jangka bisa diatasi segera individu atau pihak eksternal
pendek (> 1 tahun). dengan sumber daya instansi yang (pihak pelapor),
Namun tidak mengubah yang ada, namun berwenang, namun sehingga
rencana strategis. tidak menghentikan tidak menimbulkan berdampak
proses bisnis lain. kerugian signifikan hilangnya
terhadap organisasi kepercayaan pada
internal organisasi
4 Besar Tertundanya Operasional Adanya tuntutan Terbentuknya
Implementasi rencana terganggu dan tidak hukum dari individu opini negatif yang
strategis, sehingga bisa diatas segera dan/atau terjadi sampai
organisasi harus dengan sumber daya instansiyang masyarakat luas
melakukan perubahan yang ada, sehingga berwenang, dan publikasi oleh
rencana strategis sebagian proses bisnis sehingga dapat media massa,
lainnya terhenti menimbulkan sehingga
kerugian signifikan berdampak
terhadap organisasi, hilangnya
namun tidak sampai kepercayaan pada
menyebabkan organisasi secara
organisasi terhenti keseluruhan
namun tidak
menyebabkan
organisasi terhenti
5 Sangat Tidak dapat Operasional Adanya tuntutan Terbentuknya
Besar mengimplementasikan terganggu dan tidak hukum dari dari opini negatif yang
rencana strategis dapat diatasi segera individu dan/atau terjadi sampai
sehingga organisasi sehingga sebagian instansi yang dengan
gagal dalam besar proses bisnis berwenang terhadap masyarakat luas
melaksanakan peran lainnya terhenti keseluruhan dan publikasi oleh
dan fungsinya organisasi, sehingga media massa,
menimbulkan sehingga
kerugian sangat berdampak
besar dan dapat hilangnya
menyebabkan kepercayaan dan
organisasi terhenti / terhentinya
dilarang beroprasi organisasi secara
keseluruhan

164
Adapun standar parameter rating yang digunakan pada penelitian

kali ini ditampilkan pada dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. 36 Standar Parameter rating (Diadopsi dari Samaptoaji,


2014)
Rentang Rating Risiko Deskripsi
14< R ≤25 Tinggi
9< R ≤14 Menengah Tinggi
3< R ≤9 Menengah
2< R ≤3 Menengah Rendah
≤2 Rendah

4.6.4.2. Identifikasi Risiko

Pada tahap ini yang dilakukan pertama oleh peneliti adalah

menemukan risk issue yang terdapat di PT PLN P2B. Risk issue

diperoleh dari hasil wawancara dan observasi langsung. Dari hasil

tersebut ditemukan terdapat 17 risk issue yang kemudian dikelompokan

berdasarkan aset dan skenario risiko yang telah didefinisikan oleh

COBIT. Adapun pengelompokan risiko berdasarkan aset ditampilkan

dalam tabel berikut ini:

Tabel 4. 37 Rekapitulasi risiko berdasarkan aset


No. Kategori Aset Jumlah Risk Persentase
Issue
1 Aplikasi 3 17.6%
2 Fasilitas 1 5,9%
3 Infrastruktur TI 5 29.4%
4 Informasi / Data 3 17.6%
5 Proses 2 11.8%
6 SDM 3 17.6%
TOTAL 17 100%

Berdasarkan tabel diatas terdapat 6 buah kategori aset, 3 risk issue

masuk ke dalam kategori aset aplikasi, 1 risk issue masuk ke dalam

165
kategori aset fasilitas, 5 risk issue masuk ke dalam kategori aset

infrastruktur TI, 3 risk issue masuk ke dalam kategori aset Informasi, 2

risk issue masuk ke dalam kategori aset proses, dan 3 risk issue masuk

ke dalam kategori aset SDM. Pemetaan ini dilakukan agar perusahaan

mengetahui kategori aset mana yang memiliki jumlah risk issue terbesar

dan memudahkan dalam penilaian risiko.

Setelah mengelompokan setiap risk issue kedalam 6 kategori aset,

selanjutnya risiko tersebut dikelompokan kembali berdasarkan skenario

risiko. Adapun pengelompokan berdasarkan skenario risiko ditampilkan

dalam tabel berikut ini.

Tabel 4. 38 Rekapitulasi risiko berdasarkan skenario risiko


No. Skenario Risiko Jumlah Risk Issue
1. Ageing of Application Software 1
2. Software Implementation 2
3. Utilities Performance 1
4. Infrastructure Theft 1
5. Destruction of Infrastructure 1
6. Infrastructure (Hardware) 1
7. Ageing of Infrastructural Software 1
8. Acts of Nature 1
9. Database Integrity 1
10. Logical Trespassing 1
11. Operational IT Errors 1
12. Malware 1
13. Logical Attacks 1
14. IT Staff 2
15. IT Expertise and Skills 1
Total 17

Berdasarkan tabel rekapitulasi risiko berdasarkan skenario dapat

diketahui bahwa Software Implementation dan IT staff mempunyai

166
jumlah risk issue terbanyak dengan jumlah masing-masing 2. Sebagai

contoh risk issue dari Software Implementation adalah tidak selarasnya

update software dan hardware menyebabkan software tidak dapat

dijalankan dan menyebabkan gangguan berjalannya operasional bisnis.

4.6.4.3. Hasil Penilaian Risiko terhadap Inherent Risk

Inherent Risk merupakan risiko yang dinilai tanpa memasukan

unsur pengendalian yang telah diterapkan dalam perusahaan. Penilaian

risiko terhadap inherent risk dilakukan dengan melakukan pemetaan

terhadap kelompok risiko berdasarkan aset dan skenario risiko. Adapun

rekapitulasi hasil penilaian risiko terhadap inherent risk yang disusun

berdasarkan aset ditampilkan tabel 4.30

Tabel 4. 39 Hasil penilaian risiko terhadap inherent risk berdasarkan aset


No. Kategori Aset Nilai Risiko Dasar
Rendah Menengah Menengah Menengah Tinggi
Rendah Tinggi
1 Aplikasi 2 1
2 Fasilitas 1
3 Infrastruktur TI 5
4 Informasi 1 2
5 Proses 2
6 SDM 3
Total 1 13 3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil penilaian

Inherent Risk terhadap 6 kategori aset memiliki 1 buah risiko yang

termasuk dalam kategori rendah menengah rendah, 12 buah risiko yang

termasuk dalam kategori menengah dan 3 buah risiko termasuk dalam

kategori menengah tinggi yaitu, aset informasi dan aset aplikasi. Kedua

167
kategori aset tersebut yang nantinya mendapat perhatian khusus untuk

diambil langkah pengendalian agar dapat turun ke level risiko yang

dapat diterima oleh perusahaan. Selanjutnya hasil penilaian inherent

risk berdasarkan aset dijadikan acuan untuk melakukan penilaian

inherent risk berdasarkan skenario risiko. Berikut ini hasil penilaian

risiko terhadap inherent risk berdasarkan skenario risiko.

Tabel 4. 40 Rekapitulasi hasil penilaian risiko terhadap inherent risk berdasarkan


skenario risiko
No. Skenario Risiko Nilai Risiko Dasar
Rendah Menengah Menengah Menengah Tinggi
Rendah Tinggi
1 Ageing of Application 1
Software
2 Software Implementation 1 1
3 Utilities Performance 1
4 Infrastructure Theft 1
5 Destruction of Infrastructure 1
6 Infrastructure (Hardware) 1
7 Ageing of Infrastructural 1
Software
8 Acts of Nature 1
9 Database Integrity 1
10 Logical Trespassing 1
11 Operational IT Errors 1
12 Malware 1
13 Logical Attacks 1
14 IT Staff 2
15 IT Expertise and Skills 1
Total 1 13 3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari kelima tingkat

rating penilaian tidak terdapat risiko yang tergolong dalam kategori

rendah, terdapat satu buah risiko yang tergolong dalam kategori rendah,

terdapat 13 buah risiko dalam kategori menengah dan 3 kategori yang

tergolong menengah tinggi yaitu Software Implementation, Database

168
Integrity dan Operational IT Errors. Ketiga skenario risiko tersebut

menjadi fokus utama dalam melakukan langkah pengendalian.

4.6.4.4. Hasil Penilaian Risiko terhadap Residual Risk

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan beberapa

perwakilan divisi TI-Telkom, diketahui bahwa PLN P2B telah

melakukan pengendalian terhadap risiko-risiko yang ada. Pengendalian

tersebut digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap

risiko akhir setelah dilakukan pengendalian (Residual Risk). Dimana

dari hasil tersebut, risk issue yang memiliki nilai diatas batas risiko yang

dapat diterima oleh perusahaan (Risk Appetite) harus di kelola kembali

agar setiap risk issue tersebut dapat masuk dalam level risiko yang dapat

diterima oleh perusahan. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi penilaian

risiko terhadap residual risk yang disusun berdasarkan aset.

Tabel 4. 41 Hasil peniliaian risiko terhadap residual risk berdasarkan kategori


aset
No. Kategori Aset Nilai Risiko Dasar
Rendah Menengah Menengah Menengah Tinggi
Rendah Tinggi
1 Aplikasi 3
2 Fasilitas 1
3 Infrastruktur TI 4 1
4 Informasi 1 2
5 Proses 2
6 SDM 1 2
Total 10 2 5

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil penilaian

residual risk terhadap 6 kategori aset memiliki 10 buah risiko yang

termasuk dalam kategori rendah, 2 buah risiko yang termasuk dalam

169
kategori menengah rendah dan 5 buah risiko termasuk dalam kategori

menengah. Hasil penilaian residual risk berdasarkan aset dijadikan

acuan untuk melakukan penilaian residual risk berdasarkan skenario

risiko.

Adapun rekapitulasi hasil penilaian risiko terhadap Residual Risk

yang disusun berdasarkan skenario risiko ditampilkan dalam tabel

berikut ini.

Tabel 4. 42 Hasil penilaian risk terhadap residual risk berdasarkan skenario risiko
No. Skenario Risiko Nilai Risiko Dasar
Rendah Menengah Menengah Menengah Tinggi
Rendah TInggi
1 Ageing of Application 1
Software
2 Software Implementation 2
3 Utilities Performance 1
4 Infrastructure Theft 1
5 Destruction of Infrastructure 1
6 Infrastructure (Hardware) 1
7 Ageing of Infrastructural 1
Software
8 Acts of Nature 1
9 Database Integrity 1
10 Logical Trespassing 1
11 Operational IT Errors 1
12 Malware 1
13 Logical Attacks 1
14 IT Staff 1 1
15 IT Expertise and Skills 1
Total 11 1 5

Dari tabel hasil penilaian residual risk berdasarkan skenario risiko

di atas, dapat diketahui lebih rinci risiko apa saja yang memiliki nilai

residual risk di atas batas risiko yang dapat diterima oleh perusahaan.

Dari kelima kategori penilaian residual risk tersebut, terdapat 5 risiko

yang tergolong dalam kategori menengah yaitu risiko yang terkait

170
dengan Acts of Nature, Logical trespassing, Operational IT Errors, IT

Staff dan IT Expertise dan Skills. Selain itu juga terdapat 2 buah risiko

yang terdapat dalam kategori menengah rendah Database Integrity dan

IT Staff serta sisanya mengalami penurunan hingga tergolong dalam

kategori rendah. Terdapat 6 skenario risiko yang perlu diambil langkah

mitigasi

4.6.4.5. Risk Map

Setelah melakukan penilaian risiko pada seluruh risk issue

dengan menganalisis dampak dan frekuensinya. Maka setiap risk issue

tersebut dipetakan kedalam grafik dua dimensi yang disebut risk map

seperti dalam Tabel 4.43 Dengan menggunakan risk map perusahaan

dapat lebih mudah memahami rating risiko dari setiap risk issue.

Tabel 4. 43 Risk map


Impact
Sangat Sangat
Nilai Total
Kecil Kecil Sedang Besar Besar
(1) (2) (3) (4) (5)
Sangat
Jarang
(1) (11) (1) (1) 13
Jarang
(2) (1) (3) 4
Kadang
Probability

-
kadang
(3)
Sering
(4)
Sangat
Sering
(5)
Total 12 4 1

171
Berdasarkan risk map di atas, untuk mengetahui rating risiko

didapat dari perkalian nilai impact dan probability. Dari hasil tersebut

diketahui bahwa distribusi risiko berdassarkan dampaknya yang

termasuk dalam kategori kecil ada 12 buah risiko, kategori sedang 4

buah risiko dan besar 1 risiko. Sedangkan dari sisi kecenderungan

(probability), dalam kategori sangat jarang terdapat 13 buah risiko dan

kategori jarang tedapat 4 buah risiko.

Dari risk map dapat diketahui ada 6 risk issue yang masih berada

di luar batas risiko yang dapat diterima perusahaan. Oleh karena itu

perlu diambil langkah mitigasi pada setiap risk issue tersebut.

4.7. Reporting the Result

Pada tahap ini mengulas hasil laporan dan hasil penilaian dari tahap – tahap

sebelumnya. Disini dipaparkan gaps dan kesenjangan yang terdapat pada setiap

proses serta rekomendasi untuk mencapai tingkat kapabilitas proses yang

diharapkan oleh PT PLN P2B Jawa Bali. Selain itu untuk melengkapi proses

evaluasi risiko, pada tahap ini peneliti memberikan saran mitigasi berdasarkan

penilaian risiko yang telah peneliti buat.

4.7.1. Hasil Analisis Capability Level

Berikut ini merupakan hasil dari penilaian capability level secara

keseluruhan dari proses proses yang telah dilakukan penilaian:

1. Capability Level saat ini (as is) pada proses EDM03 Ensure Risk

Optimisation berada pada level 3 (Established Process) dengan nilai

kapabilitas 2.59 sedangkan untuk capability level yang diharapkan (to

172
be) berada pada level 4 (Predictable Process) dengan nilai kapabilitas

3.76.

2. Capability Level saat ini (as is) pada proses APO12 Manage Risk

berada pada level 3 (Established Process) dengan nilai kapabilitas

2.73 sedangkan untuk capability level yang diharapkan (to be) berada

pada level 4 (Predictable Process) dengan nilai kapabilitas 3.73.

Berdasarkan data hasil penilaian pada masing – masing proses,

selanjutnya penulis memberikan rekomendasi sebagai usulan perbaikan agar

tercapainya kondisi yang diharapkan pada masing – masing proses sesuai

dengan standar COBIT 5.

4.7.2. Gap dan Rekomendasi proses EDM03

Nilai yang didapat pada penilaian capability level berada pada level 3

dengan kondisi yang diharapkan berada pada level 4, untuk tercapainya

tingkat kapabilitas tersebut, gap dan rekomendasi ini didapat dari hasil

pemenuhan proses yang sudah dipaparkan pada tahap Process Attribute

Level sehingga rekomendasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

organisasi saat ini. Adapun hasil rekapitulasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 44 Capability level pada proses EDM03


Process Process Capalibility Level
Name 0 1 2 3 4 5
F L Target
100 % 83.33% Level
F 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2
EDM03
100%
F F F L
100% 100% 100% 66,67%
Ket: N(Not Achieved, 0-15%) P(Partially Achieved,>15%-50%) L(Largely
Achieved,>50%-85%) F(Fully Achieved,>85%-100%)

173
Berdasarkan tabel diatas diketahui indikator kapabilitas pada level 1

sudah tercapai 100% dalam kategori Fully Achieved, sehingga penilaian

lanjut pada level berikut. Indikator kapabilitas pada level 2, terdapat 2 poin

yang harus dipenuhi yaitu Performance Management dan Work Product

Management yang dimana keduanya sudah tercapai 100%. Sehingga nilai

capability level pada level 3 masih termasuk dalam kategori Largely

Achieved dengan persentase 83.33%. Pada level 3 juga terdapat 2 poin yang

harus dipenuh yaitu Process Definition dan Process Deployment. Pada

Process Definition sudah mencapai level 100% sedangkan pada Process

Deployment hanya mencapai 66,67%. Sebelum fokus untuk mencapai pada

tingkat yang diharapkan. PLN P2B dianjurkan untuk memenuhi gaps yang

terdapat pada level-level sebelumnya. Berikut ini adalah rekomendasi yang

berikan oleh peneliti sesuai dengan temuan yang didapatkan pada tahap

pemenuhan indikator kapabilitas:

Tabel 4. 45 Gaps dan Rekomendasi EDM03


EDM03 Ensure Risk Optimisation
Gaps Rekomendasi
Belum teridentifikasinya ✓ PLN P2B direkomendasikan
pengidentifikasian tanggung jawab untuk melaksanakan
pada proses optimasi risiko. pembagian peran dan tanggung
Walaupun sudah adanya dokumen jawab sesuai dengan dokumen
terkait, tapi pembagian peran dan KPI. Selain itu akan lebih baik
tanggung jawab masih sebatas jika PLN P2B menyesuaikan
diatas kertas. Khususnya dalam keahlian SDM dengan peran
optimasi risiko, karena masih dan tanggung jawabnya.
belum ada kejelasan dengan siapa Terutama untuk pengoptimalan
yang bertanggung jawab. risiko, dibuat tim khusus pada
divisi TI atau individu yang
bertanggung jawab penuh atas
proses pengoptimalan risiko.
Belum teridentifikasinya proses ✓ PLN P2B direkomendasikan
penyediaan sumber daya dan untuk menyediakan sumber

174
EDM03 Ensure Risk Optimisation
Gaps Rekomendasi
informasi untuk mendukung daya dan informasi yang dapat
performa optimasi risiko mendukung performa dalam
mengoptimasi risiko, salah
satunya dengan memberikan
pelatihan terkait penerapan
optimasi risiko untuk
meningkatkan kompetensi
SDM
Belum ditemukannya dokumen ✓ Divisi TI-Telkom harus
dalam mengidentifikasi proses melakukan identifikasi terkait
penyediaan infrastruktur yang infrastruktur apa saja yang
layak dapat mengurangi
kemungkinan ada risiko yang
dijalankan. Mengidentifikasi
setiap infrastruktur yang
bersifat vital dan memiliki
nilai risiko yang tinggi.
Belum optimalnya divisi TI dalam ✓ Mendokumentasikan
merespon sebuah perubahan risiko mekanisme yang tepat dalam
dengan cepat mengelola sebuah perubahan
risiko secara rinci dengan
melakukan proses identifikasi
terhadap risiko risiko apa saja
yang tidak terduga, seperti
teknologi baru.
Belum ditemukan adanya proses ✓ Divisi TI PLN P2B
menentukan teknik analisis dan direkomendasikan untuk
kontrol performa optimasi risiko mendokumentasikan detail
pengontrolan (matriks kontrol)
optimasi risiko dan
mengimplementasikan rencana
pengendalian.

Berdasarkan tabel diatas diketahui terdapat 5 gap yang harus dipenuhi

oleh PLN P2B agar dapat memenuhi persyaratan ke level 3 pada proses

EDM03. salah satunya PLN P2B direkomendasikan untuk menyediakan

sumber daya dan informasi yang dapat mendukung performa dalam

mengoptimasi risiko, Salah satunya dengan memberikan pelatihan terkait

175
penerapan optimasi risiko untuk meningkatkan kompetensi SDM. Sehingga

dapat memenuhi gap belum teridentifikasinya penyediaan sumber daya

informasi. Sebelum melakukan proses pada level selanjutnya, PLN P2B

diharuskan untuk memenuhi perbaikan yang ada di level level sebelumnya.

4.7.3. Gap dan Rekomendasi proses APO12

Nilai yang didapat pada penilaian capability level berada pada level 3

dengan kondisi yang diharapkan berada pada level 4, untuk tercapainya

tingkat kapabilitas tersebut, gap dan rekomendasi ini didapat dari hasil

pemenuhan proses yang sudah dipaparkan pada tahap Process Attribute

Level sehingga rekomendasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

organisasi saat ini. Adapun hasil rekapitulasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 46 Capability level pada proses APO12


Process Process Capalibility Level
Name 0 1 2 3 4 5
F L Target
100 % 73.33% Level
F 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2
APO12
86.67%
F F F L
100% 100% 80% 66.67%
Ket: N(Not Achieved, 0-15%) P(Partially Achieved,>15%-50%) L(Largely
Achieved,>50%-85%) F(Fully Achieved,>85%-100%)

Berdasarkan tabel diatas diketahui indikator kapabilitas pada level 1

baru mencapai 86.67% walaupun sudah masuk dalam kategori Fully

Achieved, tetapi masih terdapat beberapa Work Products yang harus dipenuhi

agar penilaian pada level 1 mencapai 100%. Penilaian lanjut pada level

berikutnya. Indikator kapabilitas pada level 2, terdapat 2 poin yang harus

dipenuhi yaitu Performance Management dan Work Product Management.

176
keduanya sudah tercapai 100%. Pada level 3 nilai capability level pada masih

termasuk dalam kategori Largely Achieved dengan persentase 73.33%. Pada

level 3 juga terdapat 2 poin yang harus dipenuh yaitu Process Definition dan

Process Deployment. Pada Process Definition mencapai level 80%

sedangkan pada Process Deployment hanya mencapai 66,67%. Sebelum

fokus untuk mencapai pada tingkat yang diharapkan. PLN P2B dianjurkan

untuk memenuhi gaps yang terdapat pada level-level sebelumnya. Berikut

ini adalah rekomendasi yang berikan oleh peneliti sesuai dengan temuan

yang didapatkan pada tahap pemenuhan indikator kapabilitas:

Tabel 4. 47 Gaps dan Rekomendasi APO12


APO12 Manage Risk
Gaps Rekomendasi
Belum adanya dokumen yang ✓ Divisi TI-Telkom PLN P2B
menjelaskan lingkup dari analisis direkomendasikan untuk
risiko.Terkhusus untuk lingkup TI. menentukan lingkup upaya
analisis risikonya. Yang berisi
dari Batasan unit/instansinya
tentang apa saja kegiatan dan
strateginya. Siapa pemilik
risikonya dan luasnya.
Direkomendasikan untuk
membuat analisis risiko
dengna lingkup Divisi TI-
Telkom PLN P2B
Belum teridentifikasinya proses ✓ Dalam mengelola risiko, PLN
penyediaan sumber daya dan P2B direkomendasikan untuk
informasi untuk mendukung menyediakan sumber daya dan
performa optimasi risiko informasi yang dapat
mendukung performa dalam
mengoptimasi risiko, salah
satunya dengan memberikan
pelatihan terkait penerapan
optimasi risiko untuk
meningkatkan kompetensi
SDM
Tidak adanya hasil penilaian oleh ✓ Direkomendasikan PLN P2B
pihak ketiga. bekerja sama dengan pihak

177
APO12 Manage Risk
Gaps Rekomendasi
ketiga dalam melakukan
penilaian risiko guna
melengkapi internal audit.
Mendapatkan validitas dari
pihak yang telah bersertifikasi.
Belum ditemukan adanya metode ✓ Divisi TI-Telkom
yang sesuai untuk manajemen Direkomendasikan mencari
risiko metode yang sesuai untuk
proses manajemen risiko.
Lakukan perbandingan
metode, agar dapat ditemukan
metode yang sesuai.
Belum ditemukannya dokumen ✓ Divisi TI harus melakukan
dalam mengidentifikasi proses identifikasi terkait infrastruktur
penyediaan infrastruktur yang layak apa saja yang dapat
mengurangi kemungkinan ada
risiko yang dijalankan
Belum adanya entitas perusahaan ✓ Divisi TI direkomendasikan
yang secara khusus mengawasi dan untuk menyediakan staff IT
memiliki akuntabilitas untuk yang secara khusus
melakukan hal tersebut. bertanggung jawab dalam
proses monitoring dan evaluasi
terhadap proses pengelolaan
risiko
Belum optimalnya penggunaan ✓ PLN P2B direkomendasikan
SOP terkait dengan pengelolaan untuk mengupdate SOP yang
database digunakan saat ini, agar lebih
efektif menyesuaikan dengan
kondisi yang ada pada saat ini.

4.7.4. Hasil Penilaian Risiko

Berdasarkan hasil penilaian yang peneliti lakukan dengan mencari

nilai dampak dan probability dari setiap risk issue yang telah teridentifikasi

dapat diketahui besarnya nilai suatu risiko. Berikut ini adalah risiko-risiko

yang memiliki nilai residual risk diatas batas risk appetite sesuai dengan

hasil rekapitulasi penilaian riisko yang telah peneliti lampirkan pada

dokumen lampiran 4. Setelah itu digambarkan dalam risk map seperti yang

178
tertera pada tabel 4.43. Berikut ini merupakan risiko-risiko yang melebihi

batas risk appetite perusahaan sesuai dengan yang digambarkan dalam risk

map.

Tabel 4. 48 Hasil nilai risiko


No Skenario Risiko Nilai Risiko
1. Logical Trespassing 6
2. Operational IT Errors 6
3. IT Staff 6
4. IT Expertise Skills 6
5. Acts of Nature 4
6. Database Integrity 3

Berdasarkan tabel diatas diketahui terdapat 6 risiko yang perlu diambil

tindakan langkah mitigasi guna mengurangi nilai risikonya. 5 risk issue

berada dalam kategori menengah dan 1 risk issue berada dalam kategori

menengah rendah. Karena sesuai standar parameter rating yang digunakan

kategori risiko yang masih dapat ditoleransi adalah risiko yang berada dalam

kategori rendah dengan nilai ≤ 2. Pada skenario risiko Logical Trespassing,

Operational IT Errors, IT Staff, IT Expertise Skills semua sama mempunyai

nilai 6, sedangkan skenario risiko Acts of Nature mempunyai nilai 4 dan

skenario risiko Database Integrity mempunya nilai 3.

4.7.5. Mitigasi Risiko

Berikut ini adalah saran langkah mitigasi terhadap 6 risiko yang

berada diatas batas risk appetite yang peneliti rekomendasikan untuk

mengurangi nilai risiko sesuai dengan panduan COBIT:

179
Tabel 4. 49 Langkah mitigasi risiko
Skenario Risiko Langkah Mitigasi
1. Acts of Nature ✓ Menentukan dan
Deskripsi Risiko: mengimplementasikan langkah
Kerusakan yang diakibatkan pengamanan fisik sesuai dengan
bencana alam, kebakaran persyaratan. Salah satunya
dengan menempatkan database
server di tempat yang aman.
✓ Mengembangkan IT Continuity
Plans berdasarkan kerangka kerja
yang didesain untuk mengurangi
dampak terhadap fungsi dan
proses bisnis utama. Dengan
membuat DRP (Disaster
Recovery Plan)
2. Database Integrity ✓ Menentukan dan menerapkan
Deskripsi: prosedur untuk backup dan
Gagal migrasi data restorasi sistem, aplikasi, data
dan dokumentasi sesuai dengan
kebutuhan bisnis dan rencana
kontinuitas
✓ Secara berkala meninjau data
konfigurasi untuk memverifikasi
dan mengkonfirmasi integritas
konfigurasi, meninjau software
yang terinstall terhadap kebijakan
penggunaan perangkat lunak
terkait lisensi.
✓ Menetapkan dan menerapkan
prosedur penyimpanan data yang
efektif dan efisien, pengarsipan
yang efektif dan efisien untuk
memenuhi tujuan bisnis.
Kebijakan keamanan dan
persyaratan peraturan organisasi
3. Logical Trespassing ✓ Memastikan semua pengguna
Deskripsi: dan aktivitasnya pada sistem TI
Akses ilegal ke dalam sistem (Aplikasi bisnis, lingkungan TI,
operasi sistem, pengembangan
dan pemeliharaan) dapat dikenali
✓ Mengkonfirmasi hak akses
pengguna terhadap sistem dan
data sesuai dengan bisnis yang
didefinisikan dan terdokumentasi
✓ Memastikan hak akses pengguna
disetujui oleh pemilik sistem dan

180
Skenario Risiko Langkah Mitigasi
diterapkan oleh orang
bertanggung jawab terhadap
keamanan
4. Operational IT Errors ✓ Menentukan, menerapkan dan
Deskripsi Risiko: mempertahankan prosedur
Kesalahan pada input data operasi TI, memastikan anggota
staf operasi terbiasa dengan
semua tugas operasi yang
relevan.
✓ Menetapkan masukan data agar
dilakukan tepat waktu oleh staf
yang sudah diberikan tanggung
jawab dan wewenang
✓ Koreksi dan penyampaian ulang
data yang keliru dimasukan harus
dilakukan tanpa mengorbankan
tingkat otorisasi transaksi.
5. IT Staff ✓ Melaksanakan proses untuk
Deskripsi Risiko: memastikan bahwa organisasi
Kurangnya peran orang yang memiliki tenaga kerja TI yang
bertanggung jawab tepat digunakan dengan
keterampilan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan
organisasi.
✓ Memberikan pelatihan yang
sesuai untuk mempertahankan
keterampilan, kemampuan,
kontrol internal dan kesadaran
keamanan pada tingkat yang
dibutuhkan untuk mencapai
tujuan
✓ Memahami kebutuhan akan
sumber daya TI saat ini dan masa
depan berdasarkan pandangan TI
terkini dan pandangan ke depan
dari investasi portofolio
✓ Kenali dan memberikan
perhatian khusus pada personil TI
yang kurang dan siapa yang
dibutuhkan.
6. IT Expertise and Skills ✓ Melaksanakan proses untuk
Deskripsi Risiko: memastikan bahwa organisasi
Adanya gap terkait kemampuan memiliki tenaga kerja TI yang
yang dimiliki oleh staff IT tepat digunakan dengan
keterampilan yang diperlukan

181
Skenario Risiko Langkah Mitigasi
untuk mencapai tujuan
organisasi.
✓ Memberikan pelatihan yang
sesuai untuk mempertahankan
keterampilan, kemampuan,
kontrol internal dan kesadaran
keamanan pada tingkat yang
dibutuhkan untuk mencapai
tujuan.

4.8. Pembahasan

Pada hasil assessment risk, risiko yang teridentifikasi digambarkan melalui

risk map, hal ini sesuai dengan teori dari ISACA (2009), yaitu tehnik yang umum

dan mudah untuk mempresentasikan risiko adalah dengan menggunakan Risk Map,

dimana risiko diplot pada diagram dua dimensi, dengan frekuensi dan dampak pada

dimensinya representasi risk map sangat kuat dan memberikan pandangan yang

lengkap tentang risiko TI dan area tindakan yang jelas. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian Samaptoaji (2014) yang menggunakan risk map dan membaginya dalam

5 kategori risiko.

Selain itu pada hasil risk assessment didapatkan rekomendasi berupa

implementasi DRP. Hal ini sesuai dengan teori dari ISACA (2009), tentang

penerapan bussines IT continuity plan pada skenario Database Integrity dan Acts of

Natures. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Lozupone (2017) yang menerapkan

DRP pada rekam medis, yang dimana menurutnya sangat penting untuk sebuah

bisnis mempunyai strategi yang valid untuk mengembalikan data mereka dari

bencana.

182
Berdasarkan hasil analisis gap pada proses EDM03 dan APO12 yang telah

dijabarkan pada tabel 4.45 dan 4.46 peneliti memberikan rekomendasi berupa

penyesuaian keahlian SDM dengan peran dan tanggung jawabnya. Terutama untuk

pengoptimalan risiko, dibuat tim khusus pada divisi TI atau individu yang

bertanggung jawab penuh atas proses pengoptimalan risiko. Serta

mendokumentasikan mekanisme yang tepat dalam mengelola sebuah perubahan

risiko secara rinci dengan melakukan proses identifikasi terhadap risiko risiko apa

saja yang tidak terduga, seperti teknologi baru.

Berdasarkan hasil assessment risk, peneliti memberikan rekomendasi dari

langkah mitigasi seperti yang ada tabel 4.47. Salah satunya dengan menentukan dan

mengimplementasikan langkah pengamanan fisik sesuai dengan persyaratan. Salah

satunya dengan menempatkan database server di tempat yang aman. Serta

mengembangkan IT Continuity Plan berdasarkan kerangka kerja yang didesain

untuk mengurangi dampak terhadap fungsi dan proses bisnis utama. Dengan

membuat DRP (Disaster Recovery Plan). Karena DRP dapat mengurangi

kebingungan yang terjadi saat ada bencana dan meningkatkan kemampuan

organisasi saat menghadapi keadaan krisis. Dengan menerapkan DRP peruhsaaan

dapat terlindung dari kegagalan layanan komputer utama, meminimalisasi riisko

organisasi akibat delay saat penyediaan layanan, dapat menjamin kehandalan dari

sistem serta dapata meminimalisasi proses pengambilan keputusan oleh

personal/manusia selama bencana.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu, ruang lingkup penelitian

hanya pada divisi TI saja. Sehingga penentuan narasumber pun berdasarkan struktur

183
organisasi divisi TI. Serta penelitian ini hanya sampai tahap penilaian dan

pemberian rekomendasi saja tidak sampai tahap implementasi.

184
113
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan evaluasi manajemen risiko TI di PT PLN P2B dengan

mengetahui tingkat kemampuan dalam mengelola risiko serta menganalisis dan

melakukan penilaian terhadap risiko-risiko yang ada dengan menggunakan

framework COBIT 5 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kapabilitas saat ini (as is) Divisi TI-

Telkom PLN P2B dalam mengelola risiko TI rata rata berada berada pada level

3 (Established Process). Sementara tingkat kapabilitas yang diharapkan dalam

mengelola risiko TI berada pada level 4 (Predictable Process)

2. Berdasarkan hasil penilaian risiko terdapat 17 risk issue dalam penggunaan TI.

Secara umum tingkat risiko TI adalah rendah yaitu 64,7% (11 risk issue) dan

35,29% (6 risk issue) yang tingkat risikonya di atas batas risk appetite.

3. Besarnya gap yang terbentuk antara nilai capability saat ini dan nilai capability

yang diharapkan adalah sebesar 1. Hal ini terlihat dari belum adanya entitas

perusahaan yang secara khusus mengawasi dan memiliki akuntabilitas untuk

melakukan hal tersebut.

4. PLN P2B direkomendasi menentukan dan menerapkan prosedur untuk backup

dan restorasi sistem, aplikasi, data dan dokumentasi sesuai dengan kebutuhan

bisnis dan rencana kontinuitas.

185
5. PLN P2B direkomendasikan mengembangkan IT Continuity Plan berdasarkan

kerangka kerja yang didesain untuk mengurangi dampak terhadap fungsi dan

proses bisnis utama.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan evaluasi, peneliti memberikan saran yang dapat

dijadikan pertimbangan oleh penelitian selanjutnya yakni sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya disarannkan dapat menggunakan ruang lingkup yang lebih

luas agar informasi yang didapatkan tidak hanya dari divisi TI saja, tapi juga dari

top level management.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode atau kerangka

kerja lain dalam mengukur capability level dari penerapan manajemen risiko

teknologi informasi. Seperti ISO 31000, NIST 800-300, OCTAVE, COSO ERM,

atau framework manajemen risiko lainnya

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilanjutkan sampai tahap perancangan

dan implementasi.

186
185
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Fauziyah. (2010). Pengantar Teknologi Informasi. Bandung: Muara Indah.
Fitroh (2012). Penilaian Tingkat Kematangan Tata Kelola TI pada Sistem
Informasi Manajemen Akademik. SNATI
Fitroh, Siregar, s., & Rustamaji, E. (2017). Determining Evaluated Domain Process
through Problem Identification using COBIT 5 Framework. Cyber and IT
Service Management. 108
Hakim, A., Saragih, H., & Suharto, A. (2014), Evaluasti Tata Kelola Teknologi
Informasi dengan Framework COBIT 5di Kementerian ESDM
Handeri. (2014). Good IT Governance: Framework and Prototype for Higher
Education, (1), 1–5. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Husein, G. & Imbar R. (2015), Analisis Manajemen Risiko Teknologi Informasi
Penerapan Pada Document Management System di PTJabar Telematika.
Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi. Bandung
Indrajit, R. E. (2014). Manajemen Organisasi dan Tata Kelola Teknologi Informasi.
Graha Ilmu.
ISACA. (2009), The Risk IT Practitioner Guide . USA

ISACA. (2009). The Risk IT Framework Excerpt. USA.

ISACA. (2012), COBIT 5 For Risk . USA

ISACA. (2012). COBIT 5 A Business Framework for the Governance and


Management of Enterprise IT. USA: IT Governance Institute.
ISACA. (2012). COBIT 5 Enabling Processes. USA: IT Governance Institute.
ISACA. (2013). COBIT 5 Process Assessment Model. USA: IT Governance
Institute.
ITGI. (2007). COBIT 4.1. USA: IT Governance Institute.
Jogiyanto. (2008). Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Jogiyanto, H., & Abdillah, W. (2011). Sistem Tata Kelola Teknologi Informasi.
Yogyakarta: Andi.
Kasidi. (2010). Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia.

187
Lozupone, V. (2017). Disaster recovery plan for medical records company.
International Journal of Information Management, 37(6), 622–626.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2017.05.015
Novia, A., Yanuar, R., W, F. A., & Dwi, D. J. (2015). Analisis Risiko Teknologi
Informasi Berbasis Risk Management Menggunakan ISO Information
Technology Risk Analysis Based On Risk Management Using Iso 31000 (
Case Study : i-Gracias Telkom University ), 31000(2), 6201–6208.
Nurcahyono, D., & Djunaedi, A.(2013) Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Risiko
Teknologi Informasi pada Kantor Arsip Daerah Kota Samarinda dengan
Menggunakan The Risk IT Framework. JNTETI

Pratama, Enda E., & Suhardi (2013) Analisis Nilai & Manajemen Risiko Teknologi
Informasi (Studi Kasus PT Bank Tabungan Negara, Tbk). Bandung:
Institute Teknologi Bandung
Sarno, R. (2009). Audit Sistem dan Teknologi Informasi. Surabaya: ITS Press.
Samaptoaji, S. (2014) evaluasi pengelolaan risiko teknologi informasi pada
Instansi Pemerintah : Studi Kasus Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri. Jakarta : Universitas
Indonesia
Shamala, P., Ahmad, R., Zolait, A., & Sedek, M. (2017). Integrating information
quality dimensions into information security risk management (ISRM).
Journal of Information Security and Applications, 36, 1–10.
https://doi.org/10.1016/j.jisa.2017.07.004Handeri. (2014). Good IT
Governance: Framework and Prototype for Higher Education, (1), 1–5.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Snedaker, S., & Rima, C. (2014). Business Continuity and Disaster Recovery
Planning for IT Professionals Business Continuity and Disaster Recovery
Planning for IT Professionals Second Edition.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (22nd ed.).
Alfabeta.
Surendro , K. (2009). Implementasi Tata Kelola Teknologi Informasi. Bandung:
Informatika.
Suwarno, F. R. (2014). Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan
Framwork COBIT 5 Fokus pada Proses Manage Relationship (APO08)
Studi Kasus: PT Oto Multiartha.
Tampubulon, Anthon R (2015), Manajemen Risiko Teknologi Informasi
Menggunakan Framework ISO 31000:2009 Studi Kasus : Pembobolan
ATM BCA Tahun 2010. Bandung: Institute Teknologi Bandung.

188
Westerman, George and Richard Hunter. (2007). IT Risk: Turning Business Threats
Into Competitive Advantage. Harvard Business School Press

189
LAMPIRAN-LAMPIRAN

190
Lampiran 1 – Wawancara

WAWANCARA 1
PT.PLN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA-BALI

Nama : Bagus Widyantoro


Jabatan : Supervisor TI
Tanggal : Jakarta, 29 September 2017

1. Apa visi dan misi dari PT.PLN P2B ?


Jawab :
Visi
“To Be A World Class System Operator in 2020”
Misi
▪ Mengelola operasi sistem tenaga listrik.
▪ Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi
secara efektif, efisien, andal dan akrab lingkungan
▪ Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetetif, transparan dan
andil.

2. Bagaimana struktur organisasinya?


Jawab : Struktur organisasi PT. PLN P2B berdasarkan Perdir.0034.P//2017

3. Apa tugas dan wewenang yang dijalankan dari Divisi TI PLN P2B?
Jawab :
▪ Deputi Manajer Teknologi Informasi dan Telekomunikasi
bertanggung jawab mengendalikan fungsi pengelolaan database,
fungsi aplikasi informasi, fungsi jaringan data, sekuriti data dan
layanan agar diperoleh sistem teknologi informasi yang handal sesuai
dengan Enterprise Information Architecture Planning / Information
Technology Master Plan / Information Technology Planning PLN, serta
mengelola peralatan telekomunikasi untuk ketersediaan fungsi link
komunikasi backbound 500kV, 150kV dan 70kV.
▪ Supervisor Teknologi Informasi bertanggung jawab mengelola dan
mengkoordinir perancangan, pengembangan serta pemeliharaan
infrastruktur teknologi informasi agar handal dan efisien, Memonitor
dan mengevaluasi ketersediaan aplikasi dan pengembangannya andal,
aman, mudah dipakai (user friendly), serta sesuai dengan kebutuhan.
▪ Divisi Infrastruktur Teknologi Informasi bertanggung jawab
membuat usulan perancangan serta melaksanakan pemeliharaan
infrastruktur Teknologi Informasi agar handal dan efisien,
melaksanakan rencana pemeliharaan dan pengembangan fasilitas
hardware TI untuk memenuhi persyaratan sistem sesuai roadmap TI,
memelihara server – server di kantor P2B agar dapat digunakan
secara optimal, serta melaksanakan pengelolaan sekuriti infrastruktur
jaringan agar dapat bekerja secara optimal.
▪ Divisi Aplikasi Sistem Teknologi Informasi bertanggung jawab
memastikan ketersediaan aplikasi dan pengembangan yang andal,
aman, mudah dipakai (user friendly), serta sesuai dengan kebutuhan.
Melaksanakan usulan dan renacana kerja dari fungsi pengelolaan
database untuk dimintakan persetujuan serta membantu bidang
memperoleh informasi secara cepat dan akurat.

4. Apa saja sistem informasi / sistem yang digunakan (aplikasi internal)? Dan apa
kegunaannya?
Jawab : Untuk aplikasi enterprise kita ada website yang di kelola dan SAP tapi
hanya sebagai user sedangkan aplikasi lokal, kita mempunyai aplikasi yang
mendukung operasional sebagai core bisnis kita untuk mempercepat pengambilan
keputusan dalam membeli listrik dari pembangkit. Lalu kita juga ada aplikasi
untuk surat menyurat dari pihak internal. Dan masih banyak sistem yang
digunakan untuk mendukung proses yang berjalan.

5. Apa terdapat kendala / hambatan dari penggunaan atau dalam pengoperasionalan


sistem tersebut?
Jawab : Kendalanya kalau pada divisi TI ada di pengelolaan server, karena
beberapa kali terjadi insiden terkait dengan server. Selain itu adanya perubahan
kebutuhan sistem yang tidak diiringin dengan dukungan dari top level.

6. Apa ada SOP dalam setiap pengoperasionalan sistem tersebut?


Jawab : Beberapa sudah ada.

7. Apa saja solusi yang dilakukan oleh Divisi TI?


Jawab : Penambahan pada infrastruktur server dan melakukan komunikasi dengan top
level management
8. Siapa saja yang menggunakan sistem informasi tersebut?
Jawab : Kebanyakan aplikasi digunakan hanya untuk pihak internal saja. Dan
aplikasi tertentu yang hanya digunakan oleh bagian bagian tertentu. Terkadang
ada permintaan aplikasi oleh bagian keuangan, yang memakai tentunya orang
keuangan saja.

9. Apakah ada pelatihan dari divisi IT untuk user?


Jawab : Ada, kita mempunyai pelatihan rutin dari pusat setiap tahun.

10. Apakah penerapan TI di perusahaan sudah memenuhi / memberikan dampak bagi


pencapaian tujuan PLN?
Jawab : Untuk saat ini sudah cukup. Dengan adanya TI di perusahaan
membantu berjalannya proses bisnis PLN P2B. Tanpa TI proses bisnis dapat
berjalan hanya saja, memekan waktu yang lebih lama
WAWANCARA 2
PT.PLN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA-BALI

Nama : Bagus Widyantoro


Jabatan : Supervisor TI
Tanggal : Jakarta, 12 Oktober 2017

1. Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya, divisi TI memiliki proses perencanaan dan


kebijakan TI, penyediaan sarana infrastruktur, pengelolaan data, pemeliharaan kualitas,
pengoperasian dan pemeliharaan layanan, pengamanan jaringan, dan user support yang
mendukung proses kerja?
Jawab : Ya, betul.

2. Dari setiap proses tersebut, proses apa saja yang menurut bapak dikategorigan kritikal?
Mempunyai dampak yang signifikan pada proses bisnis?
Jawab : Proses pengelolaan data, karena proses tersebut yang sangat berpengaruh pada
proses bisnis PLN P2B. Sifatnya sangat kritikal. Kedua penyediaan sarana
insfrastruktur.

3. Apakah semua proses diatas sudah dibakukan dalam bentuk SOP?


Jawab : Belum semuanya, tapi beberapa sudah ada yang dibekukan dalam bentuk SOP.

4. Bagaimana dengan efektivitas SOP sebagai kontrol mengendalikan risiko?


Jawab : Belum terlalu efektif, karena perlu adanya penilaian risiko sendiri.

5. Apakah bapak setuju setiap aktivitas dalam memberikan layanan TI selalu mengandung risiko?
Jawab : Ya, setuju.

6. Apakah risiko tersebut perlu di kelola?


Jawab : Pasti, karena jika tidak dikelola dengan baik pasti akan ada dampak kerugian
yang diterima oleh PLN.

7. Mengapa pengelolaan risiko TI sangat penting untuk organisasi?


Jawab : Supaya tau antisipasinya sehingga dapat diminamilisir kerugiannya jika terjadi.

8. Insiden apa yang pernah terjadi dan mendapatkan perhatian serius dari manajemen?
Jawab : Insiden kegagalan migrasi data, terjadi pada saat PLNP2B ingin menambahkan
database server dari 3 node ke 6 node. Ketika akan di migrasikan terdapat error. Sehingga
data mengalami corrupt.

9. Disebabkan oleh apa insiden tersebut?


Jawab : Gagal update, migrasi data error Ketika akan di migrasikan terdapat error.
Sehingga data mengalami corrupt. Terlebih back-up yang kita punya juga tidak secara
real time memback-up.
10. Dampak dari terjadinya insiden tersebut?
Jawab : Downtime selama 24 jam dan menyebabkan kerugian kurang lebih 8 Miliar /
jam. Data data selama sebulan hilang, dan semua harus dinput kembali secara manual

11. Langkah kendali apa yang dilakukan PLN untuk mengurangi risiko tersebut?
Jawab : Mengulang dari 0 dimulai dari : 1) Recovery data, 2) membuat SOP dan
mengupdate setiap 6 bulan sekali, 3) ORACLE data guard

12. Seberapa sering risiko tersebut terjadi?


Jawab : Terjadi hanya sekali tapi dampak yang di timbulkan sangat luar biasa.

13. Seberapa efektifkah kendali tersebut?


Jawab : Sementara sudah cukup efektif, tetapi untuk ke depan kami tetap akan terus
memperbaiki

14. Dari kelima level risiko, ST, T, S, R, SR, level risiko mana yang masih dapat diterima oleh
PLN?
Jawab : SR, sangat rendah

15. Seberapa besar tingkat sensifitas informasi yang dikelola?


Jawab : Sangat tinggi karena informasi disini bersifat rahasia.

16. Dampak potensial terhadap organisasi jika informasi diungkapkan kepada personel yang tidak
berhak?
Jawab : Rugi secara finansial.

17. Seberapa besar tingkat ketergantungan terhadap layanan TI untuk menjalankan tugas pokok
dan fungsi organsisasi?
Jawab : Sebenarnya PLN P2B tanpa TI pun tetap bisa berjalan, hanya saja tanpa TI
semua pekerjaan dilakukan secara manual. Dengan menggunakan TI sangat membantu
dalam pengambilan keputusan dan kinerja menjadi lebih cepat. Contoh saja dalam
penentuan keputusan dalam membeli pasokan listrik. Diperlukan analisis cepat untuk
mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Untuk itu TI berperan dalam
mempermudah pengambilan keputusan
Lampiran 2 – Kuesioner

Kuesioner Pra-Penelitian
KUESIONER

EVALUASI MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN


ALIGN, PLANNING AND ORGANISE DI PLN P2B

CAPABILITY MODEL

Kuisoner ini adalah bagian dari penelitian skripsi mahasiswa Program Studi
Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang bertujuan untuk mendapatkan data dan pendapat Bapak/Ibu mengenai manajemen
risiko di PLN P2B sebagai pihak yang terkait khususnya bagian yang termasuk pada RACI
COBIT 5 dalam APO12 (Manage Risk)
Kuisoner ini merupakan pengukuran Capability Level yang dikembangkan dari
COBIT 5 untuk mengetahui tingkat kematangan pada proses pengelolaan risiko baik untuk
kondisi saat ini (as is), maupun kondisi yang diharapkan (to be), yang selanjutnya dapat
dijadikan dasar yang cukup untuk identifikasi prioritas peningkatan (improvement) pada
proses pengelolaan risiko.
Kuisoner ini mempunyai 6 (enam) pilihan jawaban. Pilihan tersebut dari a sampai f
secara berturut-turut merepresentasikan tingkat kematangan yang semakin meningkat
terhadap suatu atribut pada proses Manage Risk dimana terdapat nilai 0, 1, 2, 3, 4 dan 5.
Pada kolom “Jawaban”, responden dapat memilih salah satu jawaban yang dianggap paling
bisa mewakili kondisi kematangan baik yang saat ini maupun yang diharapkan, terkait
dengan atribut kematangan tertentu dalam proses pengelolaan data dengan memberikan
tanda centang () pada tempat yang tersedia.

Nama Responden :
Jabatan :

Keterangan Indikator Kapabilitas


0 → Tidak adanya proses yang dilaksanakan atau gagal untuk mencapai tujuan
1 → Adanya proses namun belum ditentukan apakah suatu proses sudah memberikan hasil
yang sesuai
2 → Adanya perencanaan, monitoring dan penyesuaian pada pelaksanaan proses.
3 → Adanya implementasi proses yang telah mampu dalam mencapai hasil proses.
4 → Adanya proses dan dijalankan secara konsisten dengan batasan-batasan agar mampu
meraih tujuan dari proses tersebut.
5 → Adanya proses dan terprediksi terus-menerusditingkatkan untuk memenuhi tujuan
bisnis dan tujuan proyek perusahaan.
Contoh pengerjaan:
Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
Sejauh mana PLN P2B
menentukan tingkat risiko TI yang
 
harus diambil perusahaan untuk
memenuhi tujuannya

APO12.01 (Mengumpulkan data)


Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
Sejauh mana PLN P2B membangun
dan memelihara metode untuk
pengumpulan, pengklasifikasian dan
menganalisis data terkait risiko TI.
Mengakomodasi macam – macam
kejadian, macam – macam risiko TI
dan faktor – faktor risiko.
Sejauh mana PLN P2B merekam data
yang berhubungan dengan internal
perusahaan dan lingkungan luar yang
berperan dalam pengelolaan risiko TI
Sejauh mana PLN P2B mencari dan
menganalisis data histori terkait
dengan risiko TI dan kehilangan data
yang tersedia secara eksternal
Sejauh mana PLN P2B merekam data
pada kejadian risiko yang
mempengaruhi IT benefit/value
enablement, IT programme and project
delivery dan IT operations and service
delivery. Merekam data yang
berhubungan dengan masalah tersebut.

Sejauh mana PLN P2B mengatur data


yang terkumpul dan melihat faktor –
faktor yang mempengaruhi.

Sejauh mana PLN P2B menentukan


kondisi dimana terdapat kejadian
berisiko, frekuensi kejadian dan
besarnya kerugian yang mempengaruhi
kondisi.
Sejauh mana PLN P2B melakukan
analisis faktor risiko dan kejadian
untuk mengidentifikasi masalah baru
dan mendapatkan pemahaman terkait
faktor risiko internal dan eksternal.

APO12.02 (Menganalisis risiko)


Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
Sejauh mana PLN P2B mendefinisikan
upaya analisis risiko yang sesuai,
mengingat semua faktor faktor risiko
dan aset aset berharga dalam bisnis.
Mempersiapkan batasan analisis risiko
setelah melakukan analisis untung rugi
Sejauh mana PLN P2B membangun
dan menambah skenario risiko TI
secara teratur, termasuk skenario dari
jenis risiko yang tidak diduga dan
mengembangkan ekspetasi untuk
aktivitas pengelolaan, kemampuan
untuk mendeteksi tanggapan lain.
Sejauh mana PLN P2B memperkirakan
frekuensi dan besarnya untung rugi
dengan IT risk scenarios.
Memperhitungkan semua faktor yang
mungkin, mengevaluasi kontrol
operasional yang diketahui dan
memperkirakan residual risk levels.
Sejauh mana PLN P2B
membandingkan residual risk untuk
dapat diterima toleransi risiko dan
mengidentifikasi hal yang memerlukan
tindakan risiko
Menganalisis untung rugi dari
kemungkinan pilihan risk response
seperti menghindari, mengurangi,
memindahkan dan mengambil.
Mengusulkan tindakan respon yang
optimal.
Sejauh mana PLN P2B enentukan
high-level requirements untuk projek
atau program yang akan
diimplementasikan dalam melakukan
tanggapan terhadap risiko yang
terpilih. Mengidentifikasi kebutuhan
dan ekspetasi untuk pengelola utama
yang sesuai untuk mengurangi risiko.
Sejauh mana PLN P2B memvalidasi
hasil analisis risiko sebelum digunakan
untuk pengambilan keputusan,
memastikan bahwa analisis sejajar
dengan persyaratan perusahaan dan
memverifikasi perkiraan itu benar.

APO12.03 (Mempertahankan profil risiko)


Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
a b c d e f a b c d e f
Sejauh mana PLN P2B mengelola
inventaris bisnis proses, termasuk
sumber daya pendukung, aplikasi,
infrastruktur, fasilitas, vendor,
suppliers serta mendokumentasikan
ketergantungan antara management
layanan TI dan sumber daya
infrastruktur TI.
Sejauh mana PLN P2B menentukan
dan menyetujui layanan TI dan sumber
daya infrastruktur TI sangat penting
untuk menopang operasi dari proses
bisnis.
Sejauh mana PLN P2B mengumpulkan
skenario risiko saat ini berdasarkan
kategori, business line, dan area
fungsional
Sejauh mana PLN P2B merekam
semua informasi profil risiko dan
mengkonsolidasikannya menjadi
kumpulan profil risiko.
Berdasarkan semua data profil risiko,
sejauh mana PLN P2B mendefinisikan
indikator dari risiko agar dapat
mengidentifikasi secara cepat dan
pengawasan pada tren risiko saat ini.
Sejauh mana PLN P2B menangkap
informasi pada kejadian risiko TI yang
terwujud, untuk penyertaan pada profil
risiko TI perusahaan.
Menangkap informasi dari status risk
action plan, untuk penyertaan dalam
profil risiko TI di perusahaan.

APO12.04 (Mengartikulasikan risiko)


Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
a b c d e f a b c d e f
Sejauh mana PLN P2B melaporkan
hasil dari analisis risiko kepada semua
stakeholders sesuai dengan aturan dan
format yang berguna untuk mendukung
keputusan perusahaan.
Sejauh mana PLN P2B menyediakan
pengambilan keputusan dengan
memahami situasi terburuk dan
skenario paling mungkin, paparan uji
kelayakan dan reputasi penting,
pertimbangan regulasi.
Sejauh mana PLN P2B melaporkan
profil risiko saat ini kepada semua
stakeholders, termasuk efektifitas dari
proses manajemen risiko, control
effectiveness, gaps, inconsistencies,
redudancies, remediation status dan
pengaruh pada profil risiko.
Sejauh mana PLN P2B melihat hasil
penilaian pihak ketiga, audit internal
dan ulasan jaminan mutu, dan
memetakan ke profil risiko. Mengulas
identifikasi kesenjangan untuk
menentukan kebutuhan analisis risiko
tambahan.
Untuk area yang memiliki risiko,
Sejauh mana PLN P2B
mengidentifikasi peluang teknologi
informasi yang memungkinkan
penerimaan risiko yang lebih besar dan
juga meningkatkan pertumbuhan serta
keuntungan.

APO12.05 (Mendefinisikan portofolio tindakan manajemen risiko)


Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
a b c d e f a b c d e f
Memelihara inventori dari aktivitas
kontrol yang ditempatkan untuk
mengelola risiko dan yang
memperbolehkan risiko untuk diambil
sejalan dengan risiko yang di toleransi.
Mengklasifikasi aktivitas kontrol dan
memetakan hal tersebut kedalam risiko
IT spesifik dan kumpulan risiko IT.
Menentukan apakah setiap entitas
organisasi mengawasi risiko dan
menerima akuntabilitas untuk
beroperasi dalam tingkatan toleransi
portofolio.
Mendefinisikan keseimbangan suatu
seperangkat proposal projek yang
dirancang untuk mengurangi risiko dan
proyek yang mengizinkan kesempatan
strategi perusahaan,
mempertimbangkan untung dan rugi,
pengaruh dari profile risiko peraturan
saat ini.

APO12.06 (Menanggapi risiko)


Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
a b c d e f a b c d e f
Sejauh mana PLN P2B menyiapkan,
memelihara dan rencana uji coba yang
mendokumentasikan langkah yang
harus diambil ketika risiko
mempengaruhi operasi penting atau
insiden yang memberikan dampak
serius pada bisnis.
Mengkategorikan insiden – insiden,
dan membandingkan ambang batas
toleransi risiko sebenarnya.
Mengkomunikasikan dampak bisnis
untuk pembuat kepurusan sebagai
bagian dari laporan dan mengupdate
profil risiko.
Menerapkan rencana tindakan yang
sesuai untuk meminimalisir dampak
ketika terjadi insiden risiko
Memeriksa kerugian di masa lalu dan
peluang yang terlewat dan menentukan
akar permasalahannya.
Mengkomunikasikan akar
permasalahan, tambahan kebutuhan
tindakan risiko dan proses
memperbaiki pembuat keputusan yang
sesuai dan memastikan penyebabnya,
respon persyaratan dan proses
perbaikan termasuk proses tata kelola
risiko.
KUESIONER

EVALUASI MANAJEMEN RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN


EVALUATE, DIRECT AND MONITOR DI PLN P2B

CAPABILITY MODEL

Kuisoner ini adalah bagian dari penelitian skripsi mahasiswa Program Studi
Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang bertujuan untuk mendapatkan data dan pendapat Bapak/Ibu mengenai manajemen
risiko di PLN P2B sebagai pihak yang terkait khususnya bagian yang termasuk pada RACI
COBIT 5 dalam EDM03 (Ensure Optimisation Risk)
Kuisoner ini merupakan pengukuran Capability Level yang dikembangkan dari
COBIT 5 untuk mengetahui tingkat kematangan pada proses pengelolaan risiko baik untuk
kondisi saat ini (as is), maupun kondisi yang diharapkan (to be), yang selanjutnya dapat
dijadikan dasar yang cukup untuk identifikasi prioritas peningkatan (improvement) pada
proses pengelolaan risiko.
Kuisoner ini mempunyai 6 (enam) pilihan jawaban. Pilihan tersebut dari a sampai f
secara berturut-turut merepresentasikan tingkat kematangan yang semakin meningkat
terhadap suatu atribut pada proses Ensure Optimisation Risk dimana terdapat nilai 0, 1, 2,
3, 4 dan 5. Pada kolom “Jawaban”, responden dapat memilih salah satu jawaban yang
dianggap paling bisa mewakili kondisi kematangan baik yang saat ini maupun yang
diharapkan, terkait dengan atribut kematangan tertentu dalam proses pengelolaan data
dengan memberikan tanda centang () pada tempat yang tersedia.

Nama Responden :
Jabatan :

Keterangan Indikator Kapabilitas


0 → Tidak adanya proses yang dilaksanakan atau gagal untuk mencapai tujuan
1 → Adanya proses namun belum ditentukan apakah suatu proses sudah memberikan hasil
yang sesuai
2 → Adanya perencanaan, monitoring dan penyesuaian pada pelaksanaan proses.
3 → Adanya implementasi proses yang telah mampu dalam mencapai hasil proses.
4 → Adanya proses dan dijalankan secara konsisten dengan batasan-batasan agar mampu
meraih tujuan dari proses tersebut.
5 → Adanya proses dan terprediksi terus-menerus ditingkatkan untuk memenuhi tujuan
bisnis dan tujuan proyek perusahaan
Contoh pengerjaan:
Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
Sejauh mana PLN P2B
menentukan tingkat risiko TI yang
 
harus diambil perusahaan untuk
memenuhi tujuannya

EDM03.01 (Mengevaluasi manajemen risiko)


Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
Bagaimana PLN P2B menentukan
tingkat risiko TI yang perusahaan akan
ambil untuk mencapai tujuannya.
Sejauh mana PLN P2B dalam
mengevaluasi dan menyetujui usulan
ambang batas risiko TI terhadap tingkat
risiko dan peluang yang dapat diterima
oleh perusahaan.
Sampai saat ini, sejauh mana PLN P2B
dalam menentukan tingkat keselarasan
antara strategi risiko IT dan strategi
risiko perusahaan.
Sejauh mana PLN P2B mengevaluasi
faktor faktor risiko TI pada keputusan
strategi perusahaan yang tertunda dan
memastikan bahwa perusahaan
menyadari risiko keputusan yang
dibuat.
Bagaimana PLN P2B menentukan
penggunaan TI yang digunakan sesuai
subjek penilaian dan evaluasi risiko,
seperti yang dijelaskan dalam standar
nasional dan internasional yang relevan
Sejauh mana PLN P2B mengevaluasi
aktivitas manajemen risiko untuk
memastikan kemampuan perusahaan
dalam menangani kerugian terkait TI
dan toleransi pemimpin terkait hal
tersebut.

EDM03.02 (Mengarahkan manajemen risiko)


Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
Sejauh mana PLN P2B meningkatkan
kesadaran risiko TI dan kemampuan
perusahaan untuk mengidentifikasi
risiko TI, kesempatan dan potensi
bisnis.
Bagimana PLN P2B mengarahkan
integrasi antara IT Risk Strategy and
Operations dengan keputusan strategi
dan pengoperasian risiko perusahaan.
Sampai saat ini, Sejauh mana PLN P2B
mengarahkan pengembangaan dari
Risk Communication Plans sebaik
dengan pengembangan Risk Action
Plans.
Sejauh mana PLN P2B menerapkan
mekanisme yang tepat untuk merespon
dengan cepat perubahan risiko dan
melaporkan segera ke tingkat
manajemen secara tepat serta
dukungan pada prinsip-prinsip ekalasi
(Apa yang dilaporkan, kapan, dimana
dan bagaimana).
Sejauh mana tingkat risiko, peluang,
masalah dan kekhawatiran dapat
diidentifikasi dan dilaporkan oleh
siapapun kapanpun. Dimana risiko
harus dikelola sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang diterbitkan dan
diperluas kepada pembuatan keputusan
yang sesuai.
Bagaimana tingkat identifikasi tujuan
utama, metrik tata kelola dan proses
manajemen untuk mengawasi dan
menyetujui pendekatan, metode, teknik
dan proses dalam melaporkan
informasi pengukuran.

EDM03.03 (Mengawasi manajemen risiko)


Yang Diharapkan (To
Saat ini (As Is)
Aktifitas Proses be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
Sejauh mana tingkat pengawasan risiko
untuk dikelola dalam batas risiko yang
diinginkan.
Bagaimana pemantauan tujuan utama,
metrik dari tata kelola risiko dan proses
manajemen terhadap sasaran-sasaran,
menganalisis penyebab penyimpangan,
dan memulai tindakan perbaikan untuk
mengatasi penyebab yang
mendasarinya.
Sejauh mana para stakeholders
meninjau kemajuan perusahaan
menuju tujuan yang telah
diidentifikasi.
Sejauh mana laporan semua masalah
terkait dengan manajemen risiko ke
dewan atau komite eksekutif.
Lampiran 3– Evidence Work Product

Dokumen Risk Framework


Dokumen Profil Risiko
Perdir 0355.10/DIR/2014

Laporan ERM
Dokumen Key Performance Indicator
\

Anda mungkin juga menyukai