Wachid Putranto*
ABSTRAK
Penatalaksanaan hipertensi meliputi non farmakologi yaitu perbaikan pola hidup baik
pengaturan makanan maupun aktifitas fisik dan dengan farmakologi menggunakan obat –
obat hipertensi.
Kedua strategi tersebut bertujuan untuk menurunkan tekanan darah dan juga untuk
mencegah kerusakan target organ. Obat- obat hipertensi terdiri dari berbagai macam
golongan. Salah satu golongan yang pernah digunakan sebagai lini pertama adalah Beta
bloker. Karena beberapa efek sampingnya Beta bloker sempat hanya digunakan pada kondisi
tertentu saja. Namun saat ini semakin diketahui mekanisme kerja Beta bloker yang ternyata
tidak lebih inferior dibandingkan obat hipertensi golongan lain
PENDAHULUAN
Hipertensi yang tidak terkontrol mempunya pengaruh yang sangat signifikan untuk
terjadinya komplikasi terhadap organ target. Beberapa organ target yang akan rusak akibat
tekanan darah tinggi ini diantaranya adalah otak, jantung, dan ginjal, di mana organ tersebut
merupakan organ yang sangat vital dalam kehidupan manusia. (Coats, Jain;2017)
Banyak factor yang mempengaruhi variasi tekanan darah, baik itu factor neural,
vascular, humoral, lingkungan , dan faktor – faktor individu seperti emosional dan pola
tingkah laku atau behavioral. (Loutradis, Bikos; 2018)
Pada saat ini penggunaan Beta bloker masih sedikit dibandingkan penggunaan obat
hipertensi golongan lain seperti ACE-Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker
(ARB), maupun Calcium Channel Blocker (CCB). Sedangkan beta blocker sebenarnya
mempunyai banyak keuntungan apabila digunakan pada pasien hipertensi dengan aktivasi
simpatik berlebihan, gagal jantung, dan juga untuk mencegah, penyakit jantung coroner.
(Weir A, Herzog A; 2018)
DIAGNOSIS HIPERTENSI
Saat pertama kali memeriksa pasien dan mendapatkan hasil tekanan darah yang lebih
tinggi dari normal, tidak serta merta pasien tersebut bisa didiagnosis menderita hipertensi.
Namun untuk mendiagnosis hipertensi harus dilakukan pemeriksaan paling tidak dua kali
dalam waktu berbeda atau sebelumnya pasien menderita hipertensi. (JNC 7)
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Untuk mencapai target tekanan darah yang optimal maka penatalaksanaan hipertensi
harus tepat. Dalam penatalaksanaan ini meliputi penatalaksanaan dengan menggunakan obat
farmakologi maupun tanpa menggunakan obat (non farmakologi). Penatalaksanaan yang baik
dimulai dengan non farmakologi yang berupa perbaikan pola hidup apabila hipertensi belum
menyebabkan komplikasi terhadap target organ. Namun apabila non farmakologi tensi belum
terkontrol atau pada hipertensi yang sudah terjadi komplikasi target organ maka kita harus
menggunakan obat dan disertai dengan non farmakologi. Jadi tidak benar apabila
penatalaksanaan hipertensi hanya memberikan obat tanpa edukasi perbaikan pola hidup
PERBAIKAN POLA HIDUP DALAM PENANGANAN HIPERTENSI*
Approximate Systolic
Modification Recomendation
BP reduction, Range
Weight reduction Maintain normal body weight (BMI 18,5 – 5-10 mmHg/10kg
24,9) weight loss
Adopt DASH eating Consume a diet rich in fruits, vegetables, 8 – 14 mmHg
plan and low-fat dairy product with a reduce
content of saturated fat and total fat
Dietary sodium Reduce dietary sodium intake to no more 2 – 8 mmHg
reduction than 100 mEq/L (2,4 g sodium chloride)
Physical activity Engage in regular aerobic physical activity 4 – 9 mmHg
such as brisk walking (at least 30 minutes
per day, most days a week)
Moderation of Limit consumption to no more than two 2 – 4 mmHg
alcohol consumption drinks per day (1 oz atau 30 ml ethanol {24
oz beer, 10 oz wine, or 30 oz proof
whiskey}) in most man and no more than
one drink per day in woman and lighter –
weight person.
Pada awalnya, beta bloker digunakan sebagai obat anti aritmia. Namun sejak tahun
1970 beta bloker digunakan secara luas sebagai obat antihipertensi karena efek sampingnya
yang lebih jarang dibandingkan obat antihipertensi lainnya. Selama tahun 1980 sampai 1990
betabloker bersama dengan diuretic dianjurkan sebagai obat hipertensi lini pertama oleh
National Hypertension Guidelines. British National Institute menganjurkan penggunaan
betabloker sebagai lini pertama pada keadaan hipertensi usia muda dan bukan kulit hitam.
Demikian juga European Society of Hypertension pada tahun 2007 menganjurkan Beta
Bloker sebagai lini pertama obat anti hipertensi. (Kumar A, Joshi A;2011)
Beta Bloker menghambat aktifitas Beta-1 reseptor. Penghambatan ini akan berakibat
penurunan keluarnya katekolamin dari sistem saraf pusat, mengurangi kecepatan denyut
jantung dan selanjutnya menghambat pelepasan Renin. Penurunan kadar renin akan
menghambat Katekolamin dan sekresi Aldosterone dari kelenjar Adrenal dan pembentukan
Angiotensin –II, akibat dari semuanya tersebut akan terjadi pengurangan vasokonstriksi
arterial dan terjadi penurunan tekanan darah.
Beta bloker Nebivolol mempunyai peranan penting dalam memperbaiki pembuluh
darah arteri dengan jalan memperbaiki disfungsi endotel, mengurangi kekakuan pembuluh
darah. Nebivolol juga meningkatkan kadar nitric oxide, suatu vasodilator sehingga akan
terjadi vasodilatasi perifer, mengurangi afterload jantung, dan memperbaiki remodeling
arteri. Beta Bloker banyak dipakai pada kondisi hipertropi ventrikel kiri, penyakit jantung
koroner, dan gagal jantung (Borghi C,2017; Luno J, 2018). Carvedilol dan Nebivolol lebih
efektif dibandingkan irbesartan untuk mengurangi hipertropi ventrikel kiri (Degermenci H,
2014).
RINGKASAN
Daftar Pustaka