1 Laporan Hasil Tindak Kepemimpinan Fina
1 Laporan Hasil Tindak Kepemimpinan Fina
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan segala
isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat dan taslim senantiasa
tercurah atas junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW. Berkat curahan rahmat dan
kasih sayang Allah SWT jualah, sehingga laporan akhir kegiatan On The Job
Learning (OJL) pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah yang berjudul
“Meningkatkan Kompetensi Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) Dalam Mengelola
Administrasi Kepegawaian Melalui Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer” ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan ini, merupakan
suatu pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis. Walau diakui
terasa sangat melelahkan, namun berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari
berbagai pihak, khususnya Bapak dan Ibu pendamping Diklat, Alhamdulillah
akhirnya laporan kegiatan OJL ini selesai juga. Oleh karena itu, penulis merasa
berkewajiban untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Dr. Andi
Muliati, MM., Ir. A. Makmur, M. Sc., Ph. D., Drs. Yuli Cahyono, M. Pd., dan Drs.
Ahkam Zubair, M. Pd. atas bimbingan dan arahannya.
Demikian pula ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan
kepada Drs. H. Mukhtar Nonci, S. Sos., M. Pd. selaku Kepala Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Jeneponto yang telah banyak membantu sejak awal
seleksi sampai pelaksanaan diklat selesai. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan
kepada Dra. Hj. Rahmawati, M.Si. selaku Kepala Bidang ketenagaan Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Jeneponto yang menjadi
penanggungjawab pelaksanaan diklat calon kepala sekolah yang telah banyak
membantu sejak seleksi sampai pelaksanaan diklat selesai.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Ferawati Azis, SS., M.
Pd. selaku Kepala Seksi Diklat Bidang Ketenagaan Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Jeneponto yang menjadi ketua pelaksana diklat. Beliau telah
banyak membantu dan melayani peserta diklat sejak awal seleksi sampai kegiatan
diklat calon kepala sekolah selesai dilaksanakan.
Ucapan terima kasih terkhusus penulis sampaikan kepada Drs. Syahrir Saini
sebagai Kepala SMP Negeri 1 Binamu dan H. Saripuddin D., S. Pd., SE., MM.
ii
Sebagai Kepala SMP Negeri Khusus Jeneponto yang telah banyak membantu,
memberikan masukan dan bimbingan selama pelaksanaan magang pada kegiatan
OJL.
Teristimewa, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada adinda
Rahmawati Sainong, S. Pd. sebagai guru yunior SMPN 1 Binamu yang bersedia
diobservasi pada kegiatan supervisi akademik peserta diklat calon kepala sekolah.
Tak terlupakan, ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada guru-
guru dan pegawai SMPN 1 Binamu dan SMPN Khusus Jeneponto yang telah banyak
membantu memberikan data dan informasi kepada penulis dalam melakukan kajian-
kajian dan pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan calon kepala sekolah.
Terakhir, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada
semua teman peserta diklat calon kepala sekolah kabupaten Jeneponto tahun 2011
atas kerja sama yang terbangun selama ini mulai dari awal seleksi sampai kegiatan
OJL berakhir.
Kiranya laporan kegiatan OJL ini dapat bermanfaat, dan semoga segala
bantuan, pengorbanan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak, mendapat
ganjaran dan pahala dari Allah SWT, Amin.
Penulis,
iii
Daftar Isi
Halaman
iv
Daftar Lampiran
Nomor Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar perlu dikelola
secara baik dan benar. Keberhasilan suatu sekolah mencapai tujuan yang diharapkan
sangat tergantung kepada bagaimana model pengelolaan terhadap segala sumber
daya yang dimiliki sekolah tersebut. Sumber daya sekolah yang memadai bukan
jaminan akan mewujudkan harapan-harapan warga sekolah yang telah dirumuskan
menjadi tujuan sekolah tersebut jika kepala sekolah sebagai pimpinan tidak mampu
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.
Kepala sekolah adalah guru yang diserahi tugas tambahan untuk memimpin
dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai
seorang guru, kepala sekolah sejatinya adalah juga pendidik yang harus mampu
membina guru-guru disekolahnya menjadi guru kreatif dan selalu melakukan inovasi
dalam pembelajaran. Dengan adanya tugas tambahan tersebut, kepala sekolah tidak
hanya dituntut untuk membina guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk
membina dan mengelola seluruh komponen sekolah lainnya seperti tenaga
adminstrasi sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium dan lain sebagainya.
Tuntutan-tuntutan ini adalah merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang guru
yang diserahi tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah
berupa peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika seluruh komponen
sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing melalui
pembinaan dan pengelolaan seorang kepala sekolah yang profesional.
Karena begitu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala sekolah maka
untuk menjadi seorang kepala sekolah yang profesional tentu tidaklah mudah.
Diperlukan waktu yang cukup untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas-tugas
yang baru tersebut. Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi calon kepala
sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh pihak terkait dalam
rangka melahirkan pemimpin sekolah yang berkualitas yang diharapkan mampu
untuk memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan.
Peraturan menteri pendidikan nasional (permendikas) Republik Indonesia
nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah memberikan
1
angin segar bagi peningkatan profesionalisme seorang kepala sekolah ataupun calon
kepala sekolah.
Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru yang telah
dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan mengikuti pendidikan dan
pelatihan sebagai kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoretik maupun
praktik yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Berdasarkan permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kompetensi
kepala sekolah menetapkan dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah
merupakan dimensi kompetensi yang menuntut 16 kompetensi. Jumlah kompetensi
ini merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kompetensi pada dimensi
kompetensi kepribadian, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Tingkat kemampuan
kepala sekolah dalam mengarahkan, memberdayakan, menggerakkan, dan
mengembangakan sumber daya sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah sangat bergantung kepada kompetensi manajerial seorang kepala sekolah.
SMPN 1 Binamu sebagai sekolah tempat mengajar penulis misalnya,
memiliki 20 tenaga kependidikan yang berfungsi sebagai tenaga administrasi sekolah
merupakan SDM yang cukup untuk terlibat dalam usaha meningkatkan pelayanan
pendidikan menuju peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Namun kenyataannya,
SDM yang demikian besar seakan tidur tanpa memperlihatkan prestasi kerjanya.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama mengabdi di SMPN 1 Binamu,
menemukan beberapa tenaga administrasi sekolah hanya datang kemudian pulang
tanpa berbuat sesuatu. Sebahagian lagi malas masuk kantor dengan alasan tidak ada
yang mereka bisa kerjakan.
Pendidikan dan pelatihan yang dijalani calon kepala sekolah dalam kegiatan
tatap muka (in servis-1) dalam kurun waktu 70 jam merupakan modal awal untuk
menjalani praktek lapangan on the job learning (OJL) selama kurang lebih 3 bulan.
Kegiatan OJL penting bagi peserta diklat untuk mempraktekkan kompetensi yang
telah dipelajari selama kegiatan tatap muka. Dalam OJL dipraktekkan bagaimana
mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah, RKAS/RKJM, pengelolaan keuangan,
produksi dan jasa, pembinaan tenaga administrasi sekolah, pengelolaan peserta didik,
sarana dan prasarana, pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, pemanfaatan
TIK, monitoring dan evaluasi serta program supervisi akademik.
2
Sehubungan dengan hasil penilaian analisis kebutuhan pengembangan
keprofesian (AKPK) penulis sebagai peserta diklat calon kepala sekolah yang
menemukan kelemahan terbanyak pada dimensi manajerial, maka penulis akan
mengangkat tema tulisan yang terkait dengan dimensi manajerial kepala sekolah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengangkat tema tulisan dengan judul “Meningkatkan Kompetensi Tenaga
Administrasi Sekolah (TAS) dalam Mengelola Administrasi Kepegawaian melalui
Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer”
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tema yang diangkat dalam tulisan ini
adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS)
dalam mengelola administrasi kepegawaian,
2. Untuk meningkatkan kompetensi tenaga administrasi sekolah (PAS) dalam
mengelola administrasi kepegawaian.
C. Kompetensi Sasaran
Berdasarkan hasil analisis AKPK penulis yang menyimpulkan kelemahan
terbesar pada dimensi kompetensi manajerial, maka sasaran yang ingin dicapai dalam
tulisan ini adalah pengembangan dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah
melalui pembinaan tenaga administrasi sekolah (TAS) dalam mengelola administrasi
kepegawaian.
BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG
3
Tahun pelajaran 2011/2012 ini SMPN 1 Binamu membina sebanyak 1043
siswa yang terbagi ke dalam 30 rombongan belajar dengan masing-masing 10
rombongan belajar pertingkatan kelas. Setiap ruang kelas menampung rata-rata
sebanyak 36 siswa.
SMPN 1 Binamu kini memiliki guru sebagai tenaga pendidik dan tenaga
administrasi sekolah yang cukup memadai. Jumlah guru sebanyak 54 orang dengan
rincian 44 guru PNS dan 10 orang non PNS sedang jumlah tenaga asministrasi
sebanyak 20 orang yang terdiri dari 8 orang PNS dan 12 orang non PNS.
Sekolah ini memiliki sarana dan prasana laboratorium yang cukup yaitu
laboratorium Fisika, Biologi, Bahasa dan Komputer. Sekolah juga memiliki 30 ruang
belajar, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil-wakil kepala sekolah, 1 ruang guru, 1
ruang BK, 2 gedung perpustakaan, 1 ruang multimedia, 1 gedung mushallah, 1 ruang
OSIS, 3 kamar WC guru, 10 kamar WC siswa, 1 pos keamanan, 2 kantin dan 1 aula
mini.
Prestasi guru yang diraih SMPN 1 Binamu empat tahun terakhir yaitu juara I
tiga tahun berturut-turut guru berprestasi tahun 2007-2009 dan juara II tahun 2010
tingkat kabupaten Jeneponto, juara II inovasi pembelajaran tingkat nasional.
Sedangkan prestasi siswa yaitu juara I lomba mengarang, pidato (putra dan putri),
baca puisi (putra dan putri) pada acara HARDIKNAS tahun 2009.
Kinerja SMPN 1 Binamu dilihat dari pencapaian delapan standar pendidikan
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMPN 1 Binamu telah memiliki kurikulum sendiri yang dikembangkan
dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan mempertim-bangkan
karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya, usia peserta didik, dan
kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah Makassar dan baca tulis al-
qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang merupakan kebutuhan sosial
masyarakat Jeneponto yang mayoritas beragama Islam yang ingin melestrasikan
bahasa daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan dua mata
pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni
Budaya, Penjas, TIK, Bahasa Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam
pelajaran. Mata pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa
4
Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran. Mata pelajaran IPS
juga diberikan alokasi waktu 4 jam pelajaran. Pengembangan diri memperoleh
alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara 40 menit.
Jumlah jam pelajaran perminggu 32 jam pelajaran per kelas, sehingga total jumlah
jam pelajaran tatap muka sebanyak 32 jam pelajaran per rombel 30 rombel = 960
jam pelajaran perminggu.
Program pembelajaran remedial dan pengayaan bagi siswa belum berjalan
secara sistematis sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang dinyatakan belum
mencapai nilai ketuntasan minimal dalam pencapaian kompetensi hanya diberikan
kesempatan belajar sendiri indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai
untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti ulangan perbaikan. Pembelajaran
remedial dan pengayaan mestinya dilaksanakan diluar jam pelajaran terjadual disore
hari. Hal ini dilakukan untuk memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang
memerlukan penjelasan ulang tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang
ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan
pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang disediakan
diantaranya pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, LDK, karate, basket dan sepak
bola.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan dengan
menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga konseling yang
dimiliki berjumlah 4 yang masing-masing memiliki program rencana dan
pelaksanaan layanan BK. Empat guru BK belum sebanding dengan siswa yang
berjumlah 1043 orang. Artinya setiap guru BK memberikan layanan rata-rata kepada
261 orang siswa. Dalam hal ini setidaknya sekolah masih membutuhkan tenaga
konseling sebanyak 1 atau 2 orang guru BK.
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran.
Diakui bahwa silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya berasal
5
dari hasil pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh silabus dari
sekolah-sekolah lain dengan beberapa perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi ke
dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun
berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran
muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus,
kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. RPP
yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP sekolah lain dengan
beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah
menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan
memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang
ada dalam masyarakat Jeneponto.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP
sebahagian sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
kreatif, menantang dan memotivasi siswa. Sebahagian guru masih ada yang
menggunakan pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran langsung.
Keterbatasan jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah mengakibat-kan
terbatasnya sumber belajar dari buku. Kebijakan pelarangan penjualan buku paket di
sekolah dan terbatasnya anggaran pengadaan buku paket sangat merugikan siswa
sendiri. Buku-buku yang disediakan sekolah paling lama bertahan satu atau dua
tahun dimanfaatkan oleh siswa. Umur penggunaan buku-buku paket yang singkat
sangat terkait dengan kepribadian siswa yang senang merusak atau menghilangkan
buku-buku yang dipinjamkan.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
pengawas, kepala SMPN 1 Binamu, wakil kepala sekolah dan guru senior yang
berkompeten, melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja
kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
6
dan 5,62, Bahasa Inggris 7,27 dan 8,13, Matematika 7,41 dan 8,24 serta IPA 7,81
dan 7,95. Kecuali untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dikatakan bahwa
hasil ini menggambarkan adanya peningkatan pencapaian kompetensi siswa artinya
siswa sudah memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target yang
ditetapkan SKL.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama khusunya Islam dan budaya
masyarakat Jeneponto, SMPN 1 Binamu melaksanakan kegiatan pesantren kilat
setiap bulan ramadhan bekerja sama dengan pondok pesantren IMMIM Putra
Makassar. Selain itu, sekolah membudayakan saling memberi salam setiap bertemu,
baik guru ataupun siswa.
7
Ruang perpustakaan terdiri dari dua unit dengan luas masing-masing (1015)
m2. Jumlah buku teks pelajaran masih kurang dari jumlah siswa.
Laboratorium yang dimiliki terdiri dari laboratorium fisika, biologi, bahasa
dan komputer. Laboratorium komputer memiliki jaringan LAN yang terkoneksi
dengan jaringan internet speedy schoolnet dari jardiknas dan dilengkapi dengan 2
buah pendingin udara.
Ruang kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 1 kamar kecil (WC), 2
lemari buku, 1 pasang meja dan kursi kepala sekolah, 1 set kursi tamu, 1 lemari piala,
1 set komputer PC, dan 1 pendingin udara.
Ruang wakil kepala sekolah berukuran (45)m2 terdapat 5 pasang meja dan
kursi, 1 set komputer PC, 3 buah lemari buku, 1 pendingin udara dan dilengkapi
dengan jaringan internet speedy schoolnet.
Sarana dan prasana sekolah lainnya adalah ruang tata usaha, ruang guru BK,
ruang UKS, kantin, mushallah, kantin kejujuran, gudang, jamban (WC) siswa.
6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMP Negeri 1 Binamu sudah
disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun pemangku kepentingan
melalui beberapa cara diantaranya menuliskannya ditembok dinding sekolah,
dipasang di blog guru, dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun rencana
kerja jangka menengah (RKJM) belum disosialisasikan kepada warga sekolah.
Demikian pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS) belum
disosialisasikan kepada warga sekolah. Sekolah belum pernah melakukan pengisian
EDS sehingga RKAS yang disusun masih mengacu pada cara lama namun sudah
mengelompokkan ke dalam delapan standar.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan
sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem informasi
berbasis ICT program office. Sebagian data dan informasi sekolah dapat diakses
melalui telepon, jardiknas Jeneponto ataupun blog guru.
7. Standar Pembiayaan
8
SMPN 1 Binamu mempunyai RKAS namun hanya disusun oleh kepala
sekolah, beberapa guru dan bendahara sekolah. Penyusunan RKAS belum
melibatkan secara langsung pihak komite sekolah ataupun pemangku kepentingan
yang relevan, namun demikian tetap mempertimbangkan usulan-usulannya.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah berupa
dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis pemerintah provinsi Sulawesi Selatan
dan pemerintah kabupaten Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber
keuangan lain misalnya dengan membangun kerja sama yang saling menguntungkan
dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara transparan,
efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah
sebagai pemberi dana.
9
Pembina dan SMAN Khusus Jeneponto. Ketiga sekolah ini dipimpin oleh satu orang
kepala sekolah yang kini dijabat oleh H. Saripuddin D.
SMPN Khusus Jeneponto dibangun untuk membina khususnya putra-putri
Jeneponto yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kebijakan pemerintah
kabupaten Jeneponto dalam pendirian sekolah ini dimaksudkan untuk menjamin
pembinaan siswa-siswa cerdas menjadi putra Jeneponto yang unggul sebagai
pattabba’ (penembak).
Kinerja SMPN Khusus Jeneponto dilihat dari pencapaian delapan standar
pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Standar Isi
SMPN Khusus Jeneponto telah memiliki kurikulum sendiri yang
dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan
mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya,
usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran. Mata pelajaran bahasa daerah
Makassar dan baca tulis al-qur’an adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang
merupakan kebutuhan sosial masyarakat Jeneponto yang mayoritas beragama Islam
yang ingin melestrasikan bahasa daerah Makassar.
Kurikulum sekolah memuat 10 mata pelajaran muatan nasional dan dua mata
pelajaran muatan lokal. Alokasi waktu mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn, Seni
Budaya, Penjas, TIK, Bahasa Daerah Makassar dan BTQ masing-masing 2 jam
pelajaran. Mata pelajaran yang diujinasionalkan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika dan IPA masing-masing 4 jam pelajaran. Sedangkan mata
pelajaran IPS diberikan alokasi waktu terbanyak yaitu 6 jam pelajaran dengan
pertimbangan mata pelajaran IPS mempelajari tiga materi pokok yakni ekonomi,
sejarah dan geografi. Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen
dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan 40 menit. Jumlah jam
pelajaran perminggu 3 jam per kelas, sehingga total jumlah jam pelajaran tatap muka
sebanyak 36 jam pelajaran per rombel 3 rombel = 108 jam pelajaran perminggu.
Sama dengan di SMPN 1 Binamu, program pembelajaran remedial dan
pengayaan bagi siswa SMPN Khusus juga belum berjalan secara sistematis
sebagaimana mestinya. Bagi siswa yang dinyatakan belum mencapai nilai ketuntasan
minimal dalam pencapaian kompetensi hanya diberikan kesempatan belajar sendiri
indikator-indikator kompetensi yang belum dikuasai untuk mempersiapkan diri
10
dalam mengikuti ulangan perbaikan. Pembelajaran remedial dan pengayaan mestinya
dilaksanakan diluar jam pelajaran secara terjadual disore hari. Hal ini dilakukan
untuk memastikan tercapainya pelayanan kepada siswa yang memerlukan penjelasan
ulang tentang kompetensi yang belum dikuasai ataupun yang ingin dikembangkan.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan
pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang disediakan
yakni pembinaan kepramukaan, PMR, OSIS, LDK, karate, basket, bulutangkis, tenis
meja, futsal dan pembinaan kultum keagamaan.
Pemenuhan akan kebutuhan pengembangan pribadi siswa dilakukan dengan
menyediakan layanan bimbingan dan konseling (BK). Jumlah tenaga konseling yang
dimiliki satu orang melayani 60 orang siswa.
2. Standar Proses
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI),
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran.
Silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya berasal dari hasil
pemikiran sendiri namun sebahagian masih mencontoh silabus dari sekolah-sekolah
lain dengan beberapa perbaikan-perbaikan.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus belum membagi ke
dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur (KMTT).
Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun
berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran
muatan nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus,
kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri ataupun
berkelompok dalam pertemuan MGMP sekolah ataupun MGMP mata pelajaran. RPP
yang disusun guru sebahagian masih meng-copy paste RPP sekolah lain dengan
beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga beberapa guru yang telah
menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan
memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang
ada dalam masyarakat Jeneponto.
11
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP
sudah menggunakan metode yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, kreatif,
menantang dan memotivasi siswa.
Jumlah buku referensi yang dimiliki sekolah masih sangat sedikit
mengakibatkan terbatasnya sumber belajar dari buku. Pemerintah daerah yang
mengeluarkan kebijakan pelarangan penjualan buku paket di sekolah memberi
dampak kepada motivasi siswa dan orang tua untuk membeli buku paket sendiri.
Pemenuhan buku paket siswa terbentur pada terbatasnya anggaran pengadaan buku
paket yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,
pengawas, kepala SMPN Khusus dibantu wakil kepala sekolah melakukan supervisi
dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum dilakukan
secara berkala dan berkelanjutan.
12
sebanyak 33%. Sedangkan pegawai administrasi berkualifikasi S1 sebanyak 20% dan
SMA sebanyak 80%.
Standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan SMPN Khusus
Jeneponto belum terukur karena belum ada hasil penilaian yang mengukur berapa
tingkat pencapaian kompetensi masing-masing.
6. Standar Pengelolaan
Visi dan misi serta tujuan pendidikan SMPN Khusus Jeneponto sudah
disosialisasikan kepada warga sekolah, masyarakat ataupun pemangku kepentingan
melalui rapat komite sekolah dan melalui persuratan.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) ataupun rencana
kerja jangka menengah (RKJM) disosialisasikan kepada warga sekolah. Demikian
pula dengan rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS yang disusun
13
berdasarkan rekomendasi dari evaluasi diri sekolah (EDS) yang mengacu pada
pengelompokan ke dalam delapan standar pendidikan.
Kegiatan supervisi belum dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan
sehingga masih sulit untuk mengukur dan menilai kinerja untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Pengumpulan dan penggunaan data sudah menggunakan sistem informasi
berbasis ICT program office. Sebagian data dan informasi sekolah dapat diakses
melalui telepon, jardiknas Jeneponto ataupun blog SMPN Khusus Jeneponto.
7. Standar Pembiayaan
SMPN Khusus Jeneponto mempunyai RKAS yang disusun oleh kepala
sekolah dan guru-guru dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari siswa dan
komite sekolah.
Sumber keuangan sekolah masih tergantung pada bantuan pemerintah berupa
dana BOS APBN dan dana pendidikan gratis pemerintah provinsi Sulawesi Selatan
dan pemerintah kabupaten Jeneponto. Sekolah belum mampu untuk mencari sumber
keuangan lain misalnya dengan membangun kerja sama yang saling menguntungkan
dengan dunia usaha dan industri.
Penyusunan rencana keuangan sekolah belum dilakukan secara transparan,
efisien dan akuntabel. Laporan keuangan sekolah hanya ditujukan kepada pemerintah
sebagai pemberi dana.
14
untuk perbaikan. Setiap guru menyampaikan hasil penilaian sikap dan akademik
siswa kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah urusan kurikulum.
Hasil penilaian dijadikan dasar bagi sebahagian guru sebagai koreksi untuk
melakukan perbaikan pembelajaran berikutnya.
15
tentang kualifikasi dan kompetensi minimal yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga
administrasi sekolah.
Ketersediaan tenaga administrasi merupakan modal sumber daya yang harus
dikelola secara optimal oleh kepala sekolah. Sebagai seorang manajer, kepala
sekolah harus mampu mengelola TAS dan ketatausahaan dalam mendukung
pencapaian tujuan sekolah yang sudah ditetapkan.
16
a. Dimensi kompetensi kepribadian meliputi: kompetensi memiliki integritas
dan akhlak mulia, etos kerja, pengendalian diri, rasa percaya diri, fleksibilitas,
ketelitian, kedisiplinan, kreativitas dan inovasi, serta tanggung jawab.
b. Dimensi kompetensi sosial meliputi: kompetensi bekerja dalam tim,
memberikan pelayanan prima, kesadaran berorganisasi, berkomunikasi
efektif, dan membangun hubungan kerja.
c. Dimensi kompetensi teknis meliputi: kompetensi melaksanakan administrasi
kepegawaian, keuangan, sarana prasarana, hubungan sekolah dengan
masyarakat, persuratan dan pengarsipan, administrasi kesiswaaan,
administrasi kurikulum, administrasi layanan khusus, dan penerapan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
d. Dimensi kompetensi manajerial (khusus bagi kepala tenaga administrasi
sekolah) meliputi: kompetensi mendukung pengelolaan standar nasional
pendidikan, menyusun program dan laporan kerja, mengorganisasikan staf,
mengembangkan staf, mengambil keputusan, menciptakan iklim kerja yang
kondusif, mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya, membina staf,
mengelola konflik, dan menyusun laporan.
Masing-masing kompetensi ini dalam permendikas nomor 24 tahun 2008
kemudian dijabarkan dalam sub kompetensi yang lebih rinci agar dapat dilaksanakan
sesuai dengan tugas dan fungsi dalam setiap jenis dan jabatan administrasi sekolah
dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.
3. Administrasi Kepegawaian
Kegiatan administrasi kepegawaian sekolah dapat dibagi menjadi tiga bidang
administrasi sebagai berikut :
a. Bidang administrasi material yaitu kegiatan administrasi yang menyangkut
bidang-bidang materi seperti: ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan,
alat-alat perlengkapan.
b. Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya persoalan guru
dan pegawai sekolah dan sebagainya.
c. Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya pelaksanaan
kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan silabus, perisapan harian, dan
sebagainya
17
Administrasi kepegawaian yang dimaksudkan dalam tulisan ini administrasi
personal pegawai sekolah dalam bidang pengelolaan administrasi kepegawaian.
18
penataran, kegiatan MGMP ataupun lokakarya berdasarkan bidangnya masing-
masing.
Sebagai manajer, kepala sekolah juga harus mampu mendorong keterlibatan
seluruh komponen sekolah dalam setiap kegiatan sekolah. Keterlibatan dan
partisipasi aktif mereka akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan sekolah.
5. Kerangka Pemikiran
Kompetensi yang diatur dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor
24 tahun 2008 merupakan kompetensi standar atau kompetensi minimal yang harus
dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah. Kenyataan di sekolah-sekolah
memperlihatkan banyaknya tenaga administrasi sekolah yang memiliki kompetensi
di bawah standar kompetensi yang diharapkan. Hal ini terjadi karena proses
perekrutan mereka menjadi tenaga administrasi sekolah tidak mengacu kepada
pemenuhan kompetensi berdasarkan permendiknas tersebut. Mereka diangkat
menjadi pegawai administrasi jauh sebelum diterbitkannya permendiknas tersebut.
Akibatnya, pengelolaan administrasi kepegawaian tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
Kompetensi tenaga administrasi sekolah harus berkembang mengikuti
perubahan dan kemajuan dibidang pendidikan khususnya dan kemajuan dibidang
teknologi informasi dan komunikasi umumnya. Tingkat kompetensi yang dimiliki
tenaga administrasi dalam mengelola administrasi sekolah ikut menentukan
keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.
Ketersediaan sumberdaya tenaga administrasi dalam jumlah yang memadai di
sekolah sudah merupakan satu modal besar untuk dapat dikelola secara optimal.
Kompetensi tenaga administrasi yang belum memenuhi standar dapat dikembangkan
menjadi tenaga administrasi yang memenuhi standar melalui pengelolaan dan
pembimbingan yang terarah oleh kepala sekolah. Sebagai manajer, kepala sekolah
mempunyai kewajiban mengelola staf administrasi untuk mengarahkan,
memberdayakan, menggerakkan dan mengembangkan guna membantu mencapai
tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Uraian di atas menggambarkan pentingnya peran kepala sekolah sebagai
manajer dalam mengelola sumberdaya tenaga administrasi guna membantu
19
mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya menjadi tenaga administrasi
yang memenuhi standar TAS.
B. Implementasi Program
1. Rancangan tindakan siklus 1
Pada tahap rancangan tindakan siklus 1, dilakukan penyusunan atau
pengadaan instrumen-instrumen yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan
tindakan siklus 1. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Menyusun instrumen identifikasi kompetensi tenaga administrasi sekolah
(TAS) dalam mengelola administrasi kepegawaian.
b. Mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola administrasi
kepegawaian melalui pengisian instrumen.
c. Memilih tenaga administrasi atau guru yang dapat diberdayakan membantu
calon kepala sekolah dalam melakukan pembimbingan terhadap tenaga
administrasi berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan.
d. Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus 1.
20
penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula bahwa apapun yang
diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka.
21
6. Pelaksanaan tindakan siklus 2
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus 2 yaitu melakukan
pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan pada kompetensi-kompetensi yang
masih kurang atau rendah berdasarkan analisis hasil kegiatan monev 1.
Pembimbingan dilakukan bersama-sama dengan tenaga administasi dan guru yang
sudah ditunjuk sebelumnya. Pembimbingan dilakukan paling lama dua minggu
dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan. Pelaksanaan bimbingan
dilakukan diwaktu-waktu lowongnya tenaga pembimbing atau saat jam istirahat
siswa yang berkisar 30 – 90 menit .
22
tersebut adalah tugas seorang kepala sekolah membina dan mengembangkan
kompetensi TAS dalam perannya sebagai manajer di sekolah.
1. Rancangan tindakan
Pada tahap rancangan tindakan, dilakukan penyusunan atau pengadaan
instrumen-instrumen yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan tindakan.
Instrumen-instrumen yang digunakan menggunakan instrumen yang telah digunakan
di SMPN 1 Binamu, yaitu:
a. Instrumen identifikasi kompetensi tenaga administrasi sekolah (TAS) dalam
mengelola administrasi kepegawaian.
b. Instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan.
Kegiatan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan tindakan adalah
mengidentifikasi kompetensi TAS dalam mengelola administrasi kepegawaian.
Kegiatan identifikasi diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal TAS yang
kemudian dijadikan sebagai dasar pembimbingan.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen dua TAS yang mengelola administrasi
kepegawaian, diperoleh rata-rata kemampuan awal TAS adalah 68%. Rata-rata
kompetensi TAS masih rendah pada aspek yang berhubungan dengan penyusunan
dan penyajian data statistik kepegawaian termasuk penyajian data statistik dengan
menggunakan TIK.
2. Pelaksanaan tindakan.
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan yaitu melakukan
pembimbingan tenaga administrasi berdasarkan hasil identifikasi kompetensi yang
dianggap rendah atau tidak memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
permendiknas nomor 24 tahun 2008. Pembimbingan dilakukan selama dua minggu
23
dengan jumlah pertemuan minimal 4 kali pertemuan. Pelaksanaan bimbingan
dilakukan pada saat kunjungan pengkajian dengan mempertimbangkan ketersediaan
waktu dari TAS yang akan dibimbing, kadang sebelum atau sesudah melakukan
pengkajian.
24
Pemahaman penulis tentang penyusunan RK sekolah belum utuh dan
sempurna karena belum pernah menyusun RK sekolah secara lengkap. Untuk
memaksimalkan penguasaan kompetensi penulis tentang penyusunan RKS/RKJM,
penulis berharap agar dalam penyusunan RK sekolah pada tahun berikutnya dapat
dilibatkan secara langsung guna mempraktekkan ilmu yang telah dimiliki.
2. Kajian Kurikulum
Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan kurikulum kemudian
mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah tempat magang, penulis lebih mengerti
tentang pengelolaan kurikulum sekolah, proses penyusunan kurikulum, bentuk-
bentuk silabus dan RPP. Penulis merasa belum sepenuhnya mampu menyusun
silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai karakter bangsa sesuai dengan SK dan
KD yang dikembangkan. Untuk memaksimalkan kompetensi pengelolaan
kurikulum sekolah, termasuk penyusunan silabus dan RPP yang memuat nilai-nilai
karakter, penulis akan lebih banyak belajar dan berusaha selalu terlibat secara
langsung dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah.
25
sekolah magang. Penulis juga mendapat pemahaman tentang perencanaan
pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan sarana prasarana sekolah.
Standar sarana dan prasarana sekolah menurut permendiknas nomor 24 tahun 2007
harus dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana
sekolah.
26
Setelah mempelajari bahan pembelajaran TIK dalam pembelajaran
kemudian mengkaji pemanfaatn TIK dalam pembelajaran sekolah tempat magang,
penulis mendapat informasi tentang sumber daya sarana dan prasarana yang
dimiliki sekolah yang masuk dalam ketegori TIK serta mendapat gambaran
kompetensi pendidik (guru) dalam penguasaan TIK terutama komputer.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil pelaksanaan tindakan
kepemimpinan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus maka dibuat kesimpulan
sebagai berikut:
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka terdapat saran-
saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:
27
1. Kepala sekolah secara berkala sebaiknya melakukan monitoring evaluasi diri
TAS untuk mengidentifikasi tingkat kompetensi mereka sehingga dapat
dijadikan dasar untuk melakukan pengembangan kompetensi TAS yang
memenuhi standar mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi di
bidang pendidikan.
2. Dalam usaha meningkatkan kompetensi TAS, kepala sekolah sebaiknya
memberdayakan tenaga administrasi lain atau guru yang memiliki
kompetensi lebih untuk membantu melakukan pembimbingan terhadap
tenaga administrasi yang kompetensinya masih tergolong kategori rendah
atau di bawah standar.
28
29