Anda di halaman 1dari 81

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

KARDIOLOGI

NEBULISER
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Pemberian obat dalam bentuk asap yang dihisap ke paru-paru
Tujuan 1. Mendapatkan dosis terapeutik dari obat yang diinginkan
sebagai aerosol dalam bentuk partikel yang dapat direspirasi
dalam jangka waktu pendek, biasanya 5 – 10 menit
Kebijakan Surat permintaan konsul dari dokter
Prosedur I. PERSIAPAN
1. TENAGA
- Alat nebulizer dipersiapkan oleh perawat
2. PERALATAN
A. Tabung oksigen atau kompressor udara
B. Nebulizer cup
C. Sungkup atau mouthpiece
D. Selang kanul
E. Obat nebule

1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Procedure 3. PENDERITA
1. Baringkan dalam posisi berbaring setengah duduk atau
duduk, tenangkan dan hilangkan cemas
2. Beritahu bahwa akan dilakukan nebulizer,
3. Ajarkan menghisap asap yang keluar dari alat dengan
mulut terbuka dan keluarkan nafas dari hidung.

II. LANGKAH KERJA


 Beritahu penderita bahwa akan dilakukan nebulizer,
tenangkan dan hilangkan cemas dan jangan tegang.
 Masukkan obat nebule ke dalam nebulizer cup, tutup
dengan mouth piece.
 Hubungkan selang kanul ke mesin compressor atau ke
tabung oksigen
 Pasang mouth piece ke pasien
 Nyalakan oksigen 3-5 l/m atau nyalakan mesin
compressor
 Lakukan nebulisasi sampai obat habis
 Setelah obat habis, matikan mesin compressor dan
lepaskan mouthpiece dari pasien.
 Lepaskan selang kanul dari mesin compressor atau
dari tabung oksigen.

III. PEMELIHARAAN ALAT


1. Sebelum bekerja periksa dulu alat nebulizer
2. Alat selalu dalam posisi stop bila tidak digunakan
3. Mesin nebulizer dibersihkan pakai lap kering
4. Kabel digulung jangan sampai terjadi lipatan patah
5. Alat-alat ditutup dengan kain penutup
6. Alat-alat siap untuk di pakai
Unit terkait KSM Spesialis Jantung

2
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

TREAD MILL
RS. Dr. Moh Hoesin No. Dokumen No. Revisi Halaman
Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Alat uji latih jantung dengan menggunakan ban berjalan yang dapat
diatur derajat kemiringannya, dengan layar monitor terhadap EKG,
tekanan darah, frekuensi jantung dan irama, kelainan yang timbul
pada jantung dengan mesin treadmill selama tes dilakukan
Tujuan 1. Mencari diagnosa iskemi sebagai penyebab sakit dada /
angina pektorik.
2. Menilai fungsi jantung
3. Mendeteksi penyakit jantung koroner yang tidak / belum
menimbulkan gejala (asimtomatik)
4. Mendeteksi aritmia yang timbul pada saat kerja fisik
5. Menilai hasil pengobatan dengan obat anti aritmia atau anti
angina.

3
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Kebijaksanaa - Surat permintaan / KOnsul dari dokter untuk dilakukan tread


Mill
- Menyelesaikan urusan administrasi di dana inter /PHB

Prosedur A. Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang


akan dilakukan
B. Informed consent, pasien apabila setuju harus
menandatangani surat persetujuan
C. Tenaga
- Tread mill dikerjakan oleh dokter ahli dan dibantu oleh
perawat khusus
D. Alat
1. Siapkan alat tread mill
2. Siapkan alat DC shock
3. Oxigen
4. Tensimeter dan stetoskop
5. Timbangan BB/ TB
6. Magnerod dan red dot
7. Scan jelly
8. Baju / celana khusus
9. Kapas alcohol
10. Tissue

Procedure
E. Obat emergency
 Xylocard amp, adrenalin amp, sulfas atropin
amp, isoptin amp, dopamin amp, kalsium glukonas amp,
valium amp, rhytmodan amp, cairan infus : Nacl 0,95,
dekstrose 5%, dekstrose 10%, ringer laktat, infus set dan
spuit disposible, microdrive, rythmodan tab, sulfas atropin
tab, verapamil tab, cedocard tab
F. Penderita
1. Cukup istirahat malam menjelang test
2. Tidak makan terlalu banyak sebelum tes meskipun
dianjurkan untuk makan ringan 1 – 2 jam sebelum tes
3. Tidak merokok atau minum alkohol pada hari test
4. Stop obat-obat yang berhubungan dengan jantung
5. Beri penerangan mengenai treadmill dan kalau ada keluhan
jangan berhenti sendiri, beri tahu operator.
Unit Terkait Departemen Penyakit Dalam Subbagian Kardiologi

4
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

HOLTER MONITORING
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph, SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Alat perekam irama jantung dalam waktu lebih kurang 24 jam secara
terus menerus dengan alat perekam (analyzer) yang digerakkan oleh
baterai kemudian dihubungkan dengan penderita dengan memakai
electrode yang ditempelkan pada penderita.

Tujuan & Indikasi 1. Aritmia berbagai jenis : Sick sinus syndrome, bradiaritmia,
takiaritmia, gangguan konduksi, syndrome WPW
2. Iskemia miokard : Prinzmetal angina, angina pektoris lainnya
3. Lain-lain : evaluasi obat anti aritmia dan angina, evaluasi
pacu jantung buatan, tindak lanjut infark miokard akut,

5
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

analisis keluhan yang sulit diterangkan misalnya : dizziness,


effort, intolerance

Kebijakan 1. Surat permintaan / konsul dari dokter


2. Menyelesaikan urusan administrasi di askes
Procedure I. Prosedure

1. Penderita yang dilakukan holter monitoring adalah penderita


dari ruang rawat inap RSMH, poliklinik unit rawat jalan /
rujukan RS lain, dokter memberikan penjelasan pada
penderita tentang dilakukan holter monitoring, petugas
memeriksa dan menyelesaikan kelengkapan administrasi
2. Tenaga holter monitoring disiapkan oleh perawat khusus dan
di baca oleh dokter ahli
3. Peralatan alat holter : personal komputer, printer, interface,
analyzer, retdot, baterai (energizer), kertas HVS, kertas
catatan penderita, kapas alkohol, plester
4. Penderita dianjurkan memakai baju yang longgar
5. Penderita boleh melakukan aktifitas sehari-hari sebagaimana
mestinya
6. Berikan buku catatan kecil untuk memcatat bila bel berbunyi,
catat gejala pada waktu aktivitas dan pengaruhnya terhadap
keluhan
7. Penderita harus menjaga agar electrode tetap kering dan
jangan basah atau lepas
8. Jangan mencoba memegang electrode apalagi
memindahkannya karena dapat menimbulkan kesalahan
dalam perekaman.

II. PEMELIHARAAN ALAT


1. Personal komputer dibersihkan pakai lap kering
2. Lead ECG dibersihkan pakai lap basah alkohol dan
dikeringkan
3. Kabel lead ECG digulung, jangan sampai patah atau terlipat
kemudian disimpan pada tempatnya
4. Baterai dianalizer dilepaskan dan analyzer disimpan pada
tempatnya
5. Alat-alat di tutup dengan kain penutup
6. Alat-alat selalu dalam keadaan siap pakai

Unit terkait Departemen Penyakit Dalam subbagian Kardiologi

6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

AMBULATORY BLOOD PRESSURE (ABP)


RS. Dr. Moh Hoesin No. Dokumen No. Revisi Halaman
Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Alat perekam tekanan darah yang di pasang pada perekam selang
waktu lebih kurang 24 jam. Pengukuran dilakukan selama 24 jam.
Pengukuran dilakukan secara operasional dengan selang waktu
(periodik), kemudian hasil rekam pada alat yang dipasang pada
penderita tersebut dianalisa dengan komputer.
Tujuan 1. Untuk mengetahui tekanan darah sehari penuh (24 jam)
2. Untuk memonitor frekuensi tekanan darah harian
3. Untuk mengetahui pengaruh aktifitas sehari-hari terhadap
tekanan darah.
Kebijakan 1. Surat permintaan/ konsul dari dokter
2. Menyelesaikan urusan administrasi di askes
Procedure

7
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

1. Penderita yang dilakukan holter monitoring adalah penderita


dari ruang rawat inap RSMH, poliklinik unit rawat jalan /
rujukan RS lain, dokter memberikan penjelasan pada penderita
tentang dilakukan holter monitoring, dan petugas memeriksa dan
menyelesaikan kelengkapan administrasi
2. Tenaga holter monitoring disiapkan oleh perawat khusus dan
di baca oleh dokter ahli
3. Peralatan alat holter : personal komputer, printer, interface,
analyzer, retdot, baterai (energizer), kertas HVS, kertas catatan
penderita, kapas alkohol, plester
4. Penderita dianjurkan memakai baju yang longgar
5. Penderita boleh melakukan aktifitas sehari-hari sebagaimana
mestinya
6. Berikan buku catatan kecil untuk mencatat bila bel berbunyi,
catat gejala pada waktu aktivitas dan pengaruhnya terhadap
keluhan
7. Penderita harus menjaga agar electrode tetap kering dan
jangan basah atau lepas
Unit terkait -

PENATALAKSANAAN PASIEN
RS. Dr. Moh Hoesin SEBELUM DAN SESUDAH KATETERISASI JANTUNG
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Tujuan Untuk menilai ruang jantung, katup, pembuluh besar jantung dan
arteri koroner.
Informasi umum Seringkali prosedur kateterisasi digunakan untuk tindakan
pengobatan (valvuloplasty, angioplasty)
Indikasi a. Kateterisasi jantung kanan
- Intra cardiac shunt
- Myocardial disfunction
- Pericardial contriction
- Pulmonary vascular disease

8
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

- Valvular heart disease


b. Kateterisasi jantung kiri
- Aortic dissection
- Congenital heart disease
- Valvular disease
Procedure I. Persiapan pasien :
- Ganti baju operasi
- Cukur di daerah pubis
- Ukur tinggi badan dan berat badan, pasang kateter urine
- Persiapan mental
- Pasang IV (lengan kiri)
- Premedikasi : paradrill dan dexamethason 1 amp
II. Administrasi :
- Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Informed consent, pasien apabila setuju harus menadatangani
surat persetujuan
- Slip tindakan
- Pemeriksaan penunjang : EKG, rontgen, laboratorium, Echo,
dan treadmill test.
a. Observasi daerah penusukan terhadap perdarahan atau
hematoma, selanjutnya setiap 30 menit sampai stabil
b. Berikan nutrisi sesuai diet
c. Anjurkan pasien minum banyak (1,5-2 liter pada 6 – 8
jam)

III. Prosedur :
- Sebelum tindakan : cek persiapan
- Setelah tindakan :
a. Observasi tanda vital setiap 15 menit pada
1 jam pertama, selanjutnya setiap 30 menit sampai
stabil.
b. Observasi tanda-tanda reaksi alergi
c. Bila tindakan melalui daerah brachialis,
pasien diistirahatkan di tempat tidur selama 9 jam,
bila perlu pasang bidai
d. Bila tindakan melalui daerah femoralis,
immobilisasi 8 – 12 jam, letakkan bantal pasir
selama 4 – 6 jam.
Unit terkait Departemen Penyakit Dalam Subbagian Kardiologi

9
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

PENGOPERASIAN SUCTION PUMP


RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Menjalankan alat atau mesin untuk tindakan suction sesuai prosedur.

Tujuan 1. Dapat memonitor keadaan pasien serta dapat melaksanakan


tindakan dan terapi
2. Mencegah terjadinya kerusakan alat dan mesin
3. Mencegah terjadinya kesalahan dalam memberikan tindakan
dan menjalankan mesin

10
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Kebijakan Pemasangan/ pelaksanaan suction dilakukan oleh paramedis


Procedure 1. Penderita diberitahu, alat-alat disiapkan
2. Sambungkan alat suction pump ke sumber listrik yang benar,
sesuai petunjuk pada pasien
3. Hidupkan alat dan pastikan tidak ada arus listrik yang
membahayakan
4. Sambungkan kateter suction, ukurannya sebaiknya 1/3 dari
diameter ETT, bila penderita memakai ETT.
5. Test alat apakah berfungsi dengan baik dengan cara
memasukkan ujung cateter suction ke dalam cairan anti septic
yang telah disiapkan perhatikan dan daya isap dari alat
6. Bila daya isap baik, alat siap untuk dipakai
7. Habis dipakai, mesin dimatikan
Unit terkait -

PENGOPERASIAN ALAT OXIGEN


RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Menjalankan alat atau mesin untuk pemberian terapi sesuai dengan
prosedur

Tujuan 1. Menjamin pemberian / penggunaan O2 yang aman


2. Mencegah terjadinya kerusakkan alat dan mesin
3. Mencegah terjadinya kesalahan dalam memberikan tindakan
dan menjalankan mesin

11
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Kebijakan Pemasangan / pemberian oksigen dilakukan oleh paramedis


keperawatan
Procedure 1. Pastikan bahwa tabung konektor dinding berlabel oksigen
2. Regulator humidifier dipasangkan ke tabung oksigen
3. Humidifier diisi dengan aquades / air es sampai di garis yang
ditentukan
4. Selang oksigen (nasal canule) yang sudah bersih
disambungkan ke canule regulator oksigen
5. Klep oksigen di buka sesuai dengan kebutuhan / instruksi
dokter
6. Canule baru dipasangkan di lubang hidung penderita
7. Setelah O2 terpenuhi klep oksigen dimatikan
8. Alat dibersihkan dan siap dipakai kembali
Unit terkait -

EKHOKARDIOGRAFI
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Alat diagnostik non invasive dan non traumatic yang tekniknya
berdasarkan ultrasound terhadap bagian-bagian jantung. Teknik
utamanya memakai gelombang ultrasound, yaitu gelombang suara di
atas daya tangkap pendengaran manusia. Gelombang ini dipancarkan
oleh tranduser dan dipantulkan kembali oleh bagian-bagian jantung.
Pantulan inilah disebut Echo yang ditangkap oleh tranduser yang
sama kemudian dipantulkan pada sebuah osiloskope secara

12
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

elektronik.
Tujuan Untuk menilai :
1. Penyakit katub jantung
2. Penyakit miokard, kardiomiopati
3. Penyakit pericard
4. Penyakit kelainan jantung bawaan
5. Penyakit tumor jantung
6. Penyakit jantung iskemik
7. Pembesaran ruang jantung
8. Mengetahui fungsi pompa jantung
9. Menganalisa fungsi katub, sesudah penggantian katub
Kebijakan 1. Surat permintaan / konsul dari dokter untuk dilakukan
ekokardiografi
2. Menyelesaikan urusan administrasi ke dana intern/ PHB
Procedure - Penderita dirujuk dari ruangan poliklinik, RS lain dan dokter
pasien
- Penderita di jadwal satu hari sebelumnya / kecuali cito
- Dokter memberikan penjelasan pada penderita tentang tujuan
dilakukan ekokardiogradi
- Petugas memeriksa dan menyelesaikan kelengkapan
administrasi
Prosedure kerja I. Persiapan Transtorakal ekokardiografi (TTE)
- Dikerjakan oleh dokter ahli dan dibantu perawat khusus
- Peralatan : stabilizer, alat ekokardiografi, tranduser, red dot,
scan jelly, oksigen, handuk kecil, kapas alkohol, tissue,
timbangan BB/ TB, tensimeter dan stetoskop
- Langkah kerja :
- Langkah pertama :
 Ukur TB/ BB penderita
 Tidurkan penderita dalam posisi telentang, tenangkan,
hilangkan rasa cemas / atur pada posisi tertentu
 Beritahu penderita akan dilakukan tindakan
- Langkah kedua :
 Hidupkan stabilizer (tekan power)
 Hidupkan mesin echo, tunggu sampai kalibrasi
 Matikan tranduser (tekan freeze)
 Cek mesin echo, film, video kaset, film printer
 Hubungkan tranduser yang kan dipakai pada
tempatnya
 Pasang lead EKG echo pada penderita
 Buat data penderita (tekan new patient dan huruf Y)
tekan enter, lalu buat data penderita sesuai dengan yang
diminta di layar. Lalu enter
 Copy data penderita
- Langkah ketiga (tempat pengambilan) :
 Ruang interkostal 3 dan 4 parasternal kiri
13
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

 Tempat lain pada pemeriksaan tertentu di suprasternal


dan subxyphodius
 Apikal
- Langkah keempat :
 LAX : meletakkan Tranduser pada
posisi parasternal kiri pada ruang intercostal 2 – 5 dan
penderita di miringkan pada sisi kiri
 SAX : meletakkan tranduser pada
lokasi parasternal kiri pada ruang intercostal 2 – 5 dan
penderita dimiringkan pada sisi kiri kemudian tranduser di
putar ke arah jarum jam atau pada posis subcostal
 A4C : meletakkan tranduser pada
posisi apex
 RAO : apical 2 chamber view
II. Persiapan Transesophageal Ekokardiografi
- Dikerjakan oleh dokter ahli dan dibantu perawat khusus
- Peralatan : stabilizer, personal echo, suction, tang spate,
bengkok, handscon, oksigen, tissue, Tendimeter dan
stetoskop, spuit disposible, xylocain jelly 2%, cylocain sprey
10%, Buscopan 1 amp valium 5 mg 1amp, kapas alkohol,
obat emergensy, baskom besar : satu berisi cairan desinfektan
dan satu berisi air bersih
- Penderita dipuasakan 6 jam sebelum tindakan
- Membuat surat persetujuan akan dilakukan tindakan
- Langkah kerja :
- Langkah pertama :
 Penderita di tidurkan di tempat tidur,
tenangkan, hilangkan rasa cemas
 Beritahu penderita akan dilakukan
pemeriksaan
 Lakukan tes xylocain sprey 10% pada
kulit lengan bawah penderita
 Beri injeksi busocopan 1 amp im dan
valium 5 mg im bila perlu
- Langkah kedua :
 Hidupkan stabilizer
 Hidupkan echo sampai kalibrasi
 Matikan trarnducer
 Sambungkan transduser TEE melalui
socket
 Atur probe, pindahkan ke probe TEE
 Cek echo : film, video kaset
 Membuat data : tekan new patient,
tekan huruf Y, tulis data penderita sesuai yang tertulis
pada monitor

14
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

 Copy data penderita


- Langkah ketiga :
 Semprotkan xylocain sprey 10% lebih
kurang 4 semprotan di daerah oropharing atas bawah kiri
kanan
 Hubungkan lead ECG echo pada
penderita
 Atur posisi tidur miring dengan letak
kepala extensi
 Beri penerangan penderita untuk
menelan tranduser agar lebih mudah masuk ke esophagus
 Operator memasang handscon
 Pasang mouth piece untuk mencegah
agar tranduser tidak tergigit
 Olesi ujung tranduser dengan xylocain
jelly 20%
 Operator memasukkan tranduser
melalui esophagus untuk melakukan pemeriksaan tepat di
belakang jantung
 TEE selesai, alat dimatikan
 Alat dan penderita dirapikan
 Hasil disimpan
Unit terkait -

PENGOPERASIAN ALAT ECG


RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
15
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Pengertian Menjalankan alat / mesin canggih, khususnya ECG sesuai dengan


prosedur
Tujuan - Memonitor keadaan pasien serta dapat memberikan tindakan
dan terapi
- Mencegah terjadinya kerusakan alat dan mesin
- Mencegah terjadinya kesalahan dalam memberikan tindakan
dan kesalahan mesin
Kebijakan Yang menjalankan alat/ mesin adalah tenaga medis dan paramedis
yang terlatih dan mempunyai sertifikat
Procedure - Sambungkan alat ke sumber listrik
- Pasangkan orde ke masa
- Bersihkan daerah yang akan di pasang ECG Record dengan
alkohol
- Pasang ECG ekstrmitas di daerah kedua tangan dan kaki
- Pasang tombol pericardial di daerah :
 V1, sela tiga ke IV sebelah kanan di tengah garis clavicula
 V2, sela tiga ke IV sebelah kiri di tengah garis clavicula
 V3, diantara V2 dan V$
 V4, sela tiga ke V sebelah kiri garis tengah Aksila
 V5, sela tiga ke V sebelah kiri garis tengah Aksila
- Tekan tombol power on
- Lakukan kalibrasi alat tekan Vol MM
- Tekan tombol start
- Pindahkan tombol lead sesuai dengan yang diinginkan kita
untuk ECG
- Beri etiket pada hasil ECG yang dibuat dan nama serta jam
pengambilan ECG pada pinggir kiri atas kertas ECG
Unit Terkait -

PULMONOLOGI

WATER SEAL DRAINNAGE ( WSD)


RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

16
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Pemasangan tube ke dalam rongga pleura pada penderita dengan
gangguan pernapasan, untuk mengeluarkan cairan dan udara dari
rongga pleura
Tujuan Untuk mengeluarkan cairan, misalnya : nanah / darah dari dalam
rongga dada dan adanya udara
Prosedur 1. Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani
surat persetujuan
3. Letakkan penderita setengah duduk, tangan pada daerah yang
sakit di letakkan di kepala, maksudnya supaya tulang iga
terenggang dan paru tertarik ke atas
4. Perawat dan dokter cuci tangan kemudian memakai sarung
tangan
5. Kulit dihapus hamakan dan duk bolong di pasang
6. Anestesi dilakukan (lokal)
7. Dokter diberi pisau kemudian insisi dilakukan, perdarahan di
rawat, jaringan dibebaskan
8. Dokter diberi trochart dan dimasukkan antara tulang iga sesuai
tempat lain sampai menembus dinding thorax
9. Perawat menyiapkan drain, ujung drain di klem, diberikan pada
dokter, menarik mandrin trocart cepat-cepat, kemudian drain
dimasukkan ke dalam trochart
10.Setelah drain masuk ke trochart perlahan dikeluarkan. Drain di
klem lagi dekat permukaan kulit, klem yang di ujung tadi di
buka dan trochart dikeluarkan
11.Sementara itu perawat menyiapkan botol dan slangnya, botol
diisi sublimat lebih kurang 200 cc. Pipa di tusukkan melalui
karet penutup botol, pipa panjang harus direndam sublimat, pipa
menghubungkan udara ke botol
12.Pasang slang karet pada pipa yang terendam dan ujungnya yang
lain disambungkan dengan memakai penyambung botol
diletakkan di lantai

17
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur 13.Klem di buka, biarkan cairan dan darah keluar dan masuk ke
botol. Jika botol penuh, drain di klem, cairan dibuang dan
dicatat banyaknya, kemudian botol di isi lagi dengan sublimat
baru dipasang kembali. Demikian dilakukan sampai habis
14.Bila cairan habis, luka dijahit dan drain di jahit ke kulit lalu di
tutup dengan kasa steril dan di plester
15.Slang di fisaksi ke kasur atau laken penderita memakai plester
atau lem, supaya tidak tergantung karena penderita akan merasa
sakit
16.Alat dibersihkan
Unit Terkait

PUNGSI PLEURA / BIOPSI


RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Menusukkan jarum ke dalam rongga pleura pada garis scapula antara
kosta VII dan kosta VIII untuk mengeluarkan cairan yang ada di
rongga pleura dengan menggunakan semprit
Tujuan - Mengurangi sesak napas
- Memberikan pengobatan
Kebijakan Dilakukan penderita dengan pleura effusion

18
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Procedure 1. Penderita diberi pengertian tentang


tindakakan yang akan dilakukan
2. Informed consent, pasien apabila
setuju harus menandatangani surat persetujuan
3. Pasang sampiran
4. Penderita dalam posisi duduk tangan
pada daerah yang kan di tusuk diangkat di atas kepala sambil
memiringkan kepalanya ke sebelah yang akan di tusuk
5. Dokter cuci tangan dan memasang
sarung tangan
6. Bagian yang ditusuk diberi yodium
lalu dengan alcohol
7. Duk bolong dipasangkan, anestesi
dilakukan
8. Beri jarum pleura dengan arteri klem,
lalu dokter menjepitnya arteri klem pada selang jarum pleura dan
memasukkannya ke dalam rongga pleura
9. Selanjutnya arteri klem di pegang oleh
perawat, dokter lalu menghisapnya dengan spuit 20 cc. Saat
menghisap klem di buka dan melepasnya harus di klem
10. Jarum di cabut dengan memaki kain
kasa, lalu bekas tusukan diberi yodium lalu di tutup dengan kasa
dan plester
11. Alat dibersihkan
Unit Terkait -

BRONKOSKOPI
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Tindakan invasif dengan memasukkan alat bronkoskop ke dalam
percabangan bronkus

19
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Tujuan - Menilai keadaan percabangan bronkus


- Mengambil bahan (spesimen) pemeriksaan untuk diagnostic
- Melakukan tindakan terapeutik
Indikasi a. Diagnostik
Pada Penyakit :
- Kanker paru
- Nodul paru soliter
- Penyakit paru interstisial (ILD)
- TB endobronkial
- Batuk yang menetap atau terdapat keluhan perubahan dahak
(sputum)
- Pneumotoraks (bila paru tidak mengambang)
- Batuk darah, untuk menentukan sumber perdarahan
- Foto toraks normal, sedangkan sputum sitologi positif

Pada keadaan khusus :


- Paralisis N. Recurrens / diafragma
- Suara serak yang belum jelas penyebabnya
- Mengi lokal
- Cedera inhalasi akut
- Pada keadaan tertentu (pengambilan spesimen, menilai letak
ujung / tip pipa trakea) pada pasien dengan ventilasi mekanik.

b.Terapeutik
- Pengeluaran benda asing
- Evakuasi akumulasi sekret bronkus / mucus plug (bronkial toilet)
- Aspirasi
- Penanganan batuk darah masif
- Abses Paru
- Terapi kanker dengan laser
- Pemasangan stent trakeobronkial
c. Perioperatif

Kontraindikasi Absolut

Tidak ada, sangat tergantung pada keterampilan operator dan teknik


yang digunakan

Relatif
- Ganguan fungsi paru / jantung yang berat
- Keadaan umum yang berat / jelek, baik karena deman, atau
penyebab yang lain
- Hipoksemia sedang (PO2<60 mmHg)
- Aritmia
- Penderita tidak koorperatif

20
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Persiapan a. Bahan & Alat

- 1 set peralatan bronkoskopi


- Sumber oksigen dengan aparatusnya
- Sulfas atropin (SA) 0,25 mg (1 ampul)
- Diazepam 5 mg
- Semprit 3 buah, 5, 10 & 20 cc
- Kain penutup mata penderita
- Mouth pice
- Betadin yang diencerkan ( untuk mencuci bronkoskop)
- Kasa
- Cairan NaCI 0,9 %
-Set kedaruratan, obat-obat kedaruratan (adrenalin,
deksametason, SA, bicnat, bronkodilator) dan alat-alat infus
” IV line” (venocath set, infus, cairan infus, semprit)
- Formulir status bronkoskopi
- Formulir laporan tindakan bronkoskopi

b. Penderita

- Codein 10 mg/kali dan ekstrak belladona 2 tablet/kali yang


diminum 12 jam dan 6 jam sebelum tindakan
- Foto toraks PA dan lateral terbaru, CT toraks (bila ada)
- EKG terbaru/konsultasi kardiologi (usia > 40 tahun/ atas
indikasi)
- Puasa sekurang-kurangnya 4 jam sebelum tindakan

c. Ruang dan Fasilitas

Tindakan bronkoskopi sebaiknya dilakukan di ruang


tindakan, namun dapat juga dilakukan di ruang perawatan
apabila keadaan gawat darurat.

Prosedur - Permintaan tindakan dari dokter yang merawat


- Buat status bronkoskopi
- Pasien disiapkan di ruang persiapan dengan memeriksa
tanda-tanda vital, status paru dan jantung
- Premedikasi dengan SA 0,25 mg IM dan atau diazepam 5 mg
IM, tergantung umur dan kondisi pasien
- Anestesi lokal dengan kumur tenggorok menggunakan
lidocain 2 % sebanyak 5 ml selama 5 menit dalam posisi
duduk
- Anestesi lokal lanjutan di daerah laringofaring serta pita
suara dengan bantuan kaca laring menggunakan xylocaine
spray 10 % (5-7 semprot) dilanjutkan dengan instalasi
lidocain 2% sebanyak 2 ml ke dalam trakea melalui pita suara
- Pasien siap diperiksa dalam posisi telentang dengan kepala
21
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

ekstensi maksimal (posisi duduk bila tidak bisa telentang)


dan operator berdiri dibelakang kepala pasien.
- Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk pasien, kanul
hidung dipasang dan oksigen diberikan sebesar 3-4 1/menit
dan kedua mata ditutup dengan kain penutup untuk mencegah
terkena larutan lidocain / cairan pembilas
- Mouth piece diletakan antara gigi atas dan bawah untuk
mencegah tergigitnya bronkoskopi (jika brongkoskopi
dilakukan melalui mulut)
- Bila telah sampai pita suara atau pasien terbatuk selama
melakukan tindakan, dapat diberikan instalasi lidocain 1-2 ml
melalui bronkoskop (dosis maksimal lidocain 400 mg) Insersi
bronkoskop, baik melalui mulut (tersering) atau melalui
hidung ke dalam faring, laring & pita suara sampai ke daerah
bronkus.
- Nilai keadaan pita suara, trakea, karina, bronkus kanan dan
kiri beserta cabang-cabangnya sampai bronkus subsegmen.
- Membuat laporan hasil bronkoskopi.

Penyulit - Reaksi obat-obat anestesi


- Trauma
- Spasme laring / bronkus
- Hipoventilasi
- Aritmia
- Hipoksemia
- Infeksi pancabronkoskopi
- Infark miokard
- Bradikardi
Interpretasi - Orifisium (lumen) : terbuka / menyempit / kompresi
- Karina : mukosa dalam batas normal / pucat / hiperemis /
licin / irreguler / berbenjol-benjol / edema/ infiltratif / parut
- Sekret : tidak ada / ada (mukoid / purulen / mukopurulen)
- Massa : tidak ada / ada ( permukaan rata / tidak rata /
berbenjol-benjol / mudah berdarah)
- Perdarahan / bekuan darah : tidak terlihat / terlihat, sebutkan
lokasi
- Benda asing : tidak tampak / tampak. Sebutkan lokasi

Unit terkait -

22
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

PLEURODESIS
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Adalah tindakan memasukkan obat atau darah pasien sendiri
kedalam rongga pleura melalui selang WSD
Tujuan Melekatkan pleura visceral dengan pleura parietal

23
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Indikasi  Pneumotoraks berulang


 Pneumotoraks dengan lesi luas
 Efusi pleura ganas
Persiapan Tindakan a. Bahan dan alat
- Tetrasiklin 1000 mg atau bleomisin 40 mg
- Lidocain 10 ampul, petidin 50 mg
- Semprit 20 cc dan 5 cc masing-masing satu buah
- NaC1 0,9 %
- Venocath no. 14 & blood set
b. Pasien
Foto toraks terakhir dan paru sudah mengembang sempurna
Prosedur - Posisi pasien duduk
- Siapkan 02
- Pasang infus NaCI 0,9 %
- Berikan lidocain 2% melalui selang WSD, kemudian pasien
diubah-ubah posisinya merata diseluruh permuikaan pleura
- Injeksikan petidin 50 mg IM 15 menit sebelum pemberian
tetrasiklin
- Masukan zat tetrasiklin yang telah dilarutkan 20 cc steril atau
bleomisin
- Bilas dengan NaCI
- Pasien diubah - ubah posisinya
- Klem WSD selama 2 jam
- Klem dilepas pasang continous suction tekanan – 20 cm H20
- Observasi efek samping
- WSD dilepas setelah 2x24 jam
Penyulit - syok neurogenik
- Reaksi terhadap obat
Interprestasi - Paru tetap mengembang
- Efusi pleura berkurang atau minimal
Unit terkait -

24
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

TRANSTHORASIS NEEDLE ASPIRATION (TTNA) / BIOPSI


RS. Dr. Moh Hoesin TRANSTORAKAL (TTB)
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Adalah suatu metode diagnosis investif dengan cara menusukan alat
core biopsy (TTB) atau Spinal needle G.23/25 (TTNA) melalui
dinding dada untuk mengambil sample
Tujuan Untuk diagnosis kanker paru
Indikasi  Masa atau soliter nodul
 Lesi pada mediastinal atau dihillus
 Invasi tumor paru ke dinding dada
 Konsolidasi atau infiltrat di paru
25
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Alat dan Bahan - Spinal Needle G.23 / 25 (TTNA) dan Core biopsy (TTA)
- Duk lubang steril
- Sarung tangan steril
- Anestesi local (likokain 2 %)
- Gelas objek
- Pot ukuran sedang di isi cairan fiksasi (alkohol 96%)
- Cairan antiseptik (betadin dan alkohol 70 %)
- Kasa sterill
- Plester
Prosedur - Foto dada posisi PA dan lateral, dapat menggunakan CT Scan
thorak atau tuntunan USG thoraks
- Cuci tangan yang bersih, keringkan dan pakai sarung tangan
yang bersih, sebelumnya tentukan titik tindakan pada pasien,
lakukan tindakan A dan antiseptik daerah tindakan
- Pasang duk lubang steril
- Lakukan anestesi lokal pada daerah tindakan
- Lakukan penetrasi jarum kemudian mandrin jarum dilepas,
lakukan gerakan biopsi naik turun beberapa kali kemudian
jarum dilepas dan disemprotkan aspirat ke gelas objek dan
lakukan gesekan diantara dua gelas objek
- Sedian sesegera mungkin dilakukan fiksasi dengan alkohol
96 %, selanjutnya sediaan dikirim ke Patologi Anatomi.

Unit terkait

REMATOLOGI

PENYUNTIKAN INTRA ARTRIKULER


RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pegertian Suatu terapi lokal dengan tujuan memberikan efek analgesik anti
inflamasi di daerah sendi

26
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

1. Aspirasi cairan sendi tindakan ini penting dalam


rangka `memastikan diagnosis jika penyebab efusi sendi berupa
sepsis deposit kristal atau perdarahan. Juga berguna dalam
membedakan kelainan sendi inflamatif atau non inflamatif.
Aspirasi juga mempunyai arti terapeutik dengan jalan
memgeluarkan darah, pus, cairan sendi yang terlalu banyak atau
yang mengandung kristal
Indikasi 2. Suntikan pemberian obat : penyuntikan bahan tertentu
ke dalam ruang sendi merupakan prosedur terapeutik dan
dilakukan dalam keadaan sebagai berikut :
- Hanya 1 atau beberapa sendi yang meradang
- Hanya 1 atau beberapa sendi yang lebih meradang dari yang
lain
- Jika terapi sistemik di kontra indikasi
- Sebagai pelengkap terapi sitemik terhadap kelainan sendi
yang sulit diatasi
- Membantu mobilisasi dan mencegah deformitas sendi
bersama dengan program rehabilitasi
- Keluhan reumatik extra artikulerbursitis tenosinovitis dsb
- Menghilangkan nyeri dengan cepat
- Pada penderita osteoarthritis, kecuali pada kasus tertentu
yaitu untuk menghilangkan nyeri pada osteoarthritis yang
menunjukkan tanda inflamasi lokal.
Kontraindikasi - Infeksi lokal
- Hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikkan
- Diatesa Hemoragik
- Sendi yang tidak stabil
- Fraktur intra artikuler
- Sendi yang tidak bisa dicapai
- Osteoporosis juxta-artikuler yang berat
- Kegagalan suntikan yang terdahulu
- Gangguan hemostatis
- Statis aliran limfa pada tungkai
- Gangguan kulit disekitar sendi
- Diabetes mellitus yang tidak terkontrol
- Joint protesa

27
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Persiapan Bahan dan alat :


- Spuit sesuai keperluan:
 Jarum no. 25 untuk sendi kecil
 Jarum no. 21 untuk sendi besar
 Jarum no. 8 – 15 untuk sendi yang purulen

- Desinfektan iodine
- Alkohol
- Kassa steril
- Sarung tangan
- Pulpen / spindol
- Plester
- Klump
- Tabung gelas
- Tabung steril
- Lidocain 1 % atay 22% atau spray etiklorida
- Kortikosteroid atau Hyaluronan
- Botol penampung aspirasi cairan sendi
Prosedur Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan dilakukan.
Sebelum melakukan tindakan harus ada Informed consent, yaitu
pasien apabila setuju harus menandatangani surat persetujuan.
Sebaiknya penyuntikan dilakukan pada lingkungan yang aseptik.
Hendaklah ditimbulkan kesan pada penderita bahwa prosedur ini
bukan prosedur sulit. Jarang diperlukan obat penenang. Penentuan
tempat yang tepat sangat penting. Keberhasilan suntikan lokal sangat
tergantung pada : pengetahuan anatomis daerah yang bersangkutan.
Sebelum melakukan penyuntikan dokter harus mempunyai gambaran
yang jelas tentang tempat yang akan di suntik dan jalur yang akan
dilalui oleh jarum suntik. Penderita harus dalam posisi sedemikian
rupa sehingga struktur di sekitar sasaran suntikan dalam keadaan
rileks. Kemudian dilakukan pembersihan serta tindakakan asepsis
dan antisepsis pada tempat yang akan di suntik. Draping hanya
diperlukan pada penderita imunokompromis atau jika diperkirakan
prosedur akan berlangsung lama atau sulit. Tindakan yang akan
mengurangi sensasi tusukan jarum terkadang diperlukan.
Lama tindakan 10 menit

28
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Komplikasi Komplikasi suntikan lokal :


- Infeksi dari insidens 1 dari 1000 –10.000 pada dokter yang
berpengalaman
- Perdarahan yang merata harus dicurigai trauma atau
gangguan mekanisme perdarahan. Lalu lakukan aspirasi dan
jangan lakukan penyuntikan
- Kerusakan rawan sendi dapat terjadi oleh trauma ujung jarum
suntik
- Nekrose aseptik terjadi akibat infark tulang subkondral
- Atrofi kulit dan jarang subkutan
- Sinovitis kristal
- Ruptur tendo/ ligament
- Supresi korteks adrenal
Unit terkait -

ASPIRASI CAIRAN SENDI/ ARTROSENTESIS


RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Tindakan aspirasi dan analisis cairan sendi sangat penting artinya
dalam diagnosis dan tata laksana. Beberapa penyakit sendi seperti
arthritis septic dan arthritis gout. Sendi tertentu seperti sendi lutut
lebih sering mengalami efusi dari pada sendi lainnya

29
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Indikasi Diagnostik :
1. Membantu diagnostik arthritis septik
2. Memberikan konfirmasi diagnostik klinik
3. Selama pengobatan arthritis septic dilakukan
secara serial untuk menghitung jumlah leukosit, pengecatan gram,
dan kultur cairan sendi
Terapeutik :
1. Artrosentesis
- Evakuasi kristal untuk mengurangi inflamasi pada
pseudogout akut dan kristal induced arthritis yang lain
- Evakuasi serial pada arthritis septic untuk mengurangi
destruksi (drainase)
2. Pemberian kortikosteroid intra artikuler
- Mengontrol inflamasi steril pada sendi secara maksimal
merupakan kunci dimana obat anti inflamasi nonsteroid telah
gagal, kemungkinan akan gagal atau merupakan
kontraindikasi
- Mempersingkat periode kesakitan pada inflamasi yang self
limited (gout arthritis)
- Menghilangkan nyeri inflamasi dengan cepat, membantu
terapi fisik pada kontraktur sendi`
Kontraindikasi Diagnostik :
- Infeksi jaringan lunak yang menutupi sendi
- Bakteremia
- Anatomis tidak bisa dilakukan
Terapeutik :
- Instabilitas sendi
- Nekrosis avaskuler
- Artritis septic
- Osteonekrosis
- Sendi neurotropik

30
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Persiapan Bahan dan alat :


- Spuit sesuai keperluan :
 Jarum No. 25 untuk sendi kecil
 Jarum No. 21 untuk sendi besar
 Jarum No. 8 – 15 untuk sendi purulen
- Desinfektan iodine
- Alkohol
- Kasa steril
- Anastesi lokal
- Sarung tangan
- Pulpen
- Plester
- Tabung gelas
- Tabung steril untuk kultur
- Lain-lain sesuai kebutuhan : media kultur. Kortikosteroid
- Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Informed consent, pasien apabila setuju harus
menandatangani surat persetujuan

Umum :
1. Sebelum melakukan aspirasi cairan sendi
- Lakukan pemeriksaan fisis sendi dan bila diperlukan periksa
otot sendi yang akan dilakukan aspirasi
- Harus dikuasai anatomi regional sendi yang akan diaspirasi
untuk menghindari kerusakan struktur vital seperti pembuluh
darah dan saraf. Hati-hati jangan sampai mencongkel rawan
sendi karena tidak dapat sembuh sendiri
2. Harus dilakukan teknik yang steril untuk menghindari terjadinya
arthritis septik. Untuk desinfeksi perlu dipakai iodine dan
alkohol. Dokter harus memakai sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan darah dan cairan sendi pasien
3. Untuk mengurangi sendi dapat digunakan semprotan
etilklorida. Bila diperlukan dapat digunakan prolain untuk
anestesi lokal.
4. Selama dilakukan prosedur aspirasi harus diingatkan pada pasien
untuk selalu rileks dan tak banyak menggerakkan sendi

31
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Khusus :
1. Sendi lutut pada efusi yang besar,
tusukan dari lateral secara langsung pada tengah-tengah tonjolan
supra patela lebih mudah dan lebih enak untuk pasien. Tonjolan
pada kantong supra patella ini dapat diperjelas dengan menekan
ke lateral dan bagian medial. Dengan ujung pulpen dilakukan
pemberian tanda pada daerah target. Lebih kurang pada tepi atas
patela.
Tanda ini masih akan tetap terlihat pada waktu yang cukup untuk
melakukan desinfeksi, anestesi dan artrosentesis, pada efusi sendi
yang sedikit lebih baik dilakukan tusukan dari medial di bawah
titik tengah patela.
Prosedur 2. Bahu pada pasien duduk dilakukan
paipasi pada tonjolan korakoid pada 45 derajat interior dan lateral
dari tonjolan tersebut akan didapatkan sendi glenohumeri. Pada
lokasi tersebut tusukan jarum lurus ke posterior ke ruang sendi.
3. Pergelangan tangan sendi
4.Subtalar pada pasien posisi terlentang kaki 90 derajat terhadap
tungkai bawah, tusukan jarum secara horizontal ke ruang sendi di
interior dari ujung maleolus lateral dan posterior dari sinus tarsus.
5.Metatarsofalangeal, untuk mengidentifikasikan garis sendi ini
dapat dilakukan dengan fleksi dan ekstensi sendi. Untuk
mempermudah memasuki sendi ini dilakukan tarikan dan plantar
fleksi 30 derajat. Tusukan jarum pada garis sendi pada posisi 90
derajat
6.Pergelangan tangan , sendi pergelangan tangan terletak diantara
prosesus stiloideus radius dan ulna. Ruang sendi ini dapat dicapai
melalui salah satu sisi pada bagian dorsal yaitu sedikit disebelah
distal radius atau sedikit distal ulna.

Komplikasi 1.Infeksi iatrogenic


2. Perdarahan pada tempat aspirasi
3. Hemartrosis
4. Luka pada rawan sendi
5. Episode vasofegal pada saat atau setelah tindakan
Unit terkait

32
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

RSUP PEMERIKSAAN DENSITOMETRI


Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan


Standar
Direktur Medik & Keperawatan
Operasional
Procedure (SOP)
Dr.H.KM. Yamin Alsoph, SpB(K) Onk
NIP.1954 0425 1982 11 1001
Pengertian Suatu tata cara yang dilakukan untuk menerima pasien yang ingin
melakukan pemeriksaan Densitometri

Tujuan Memberikan pelayanan Densitometri secara efektif dengan hasil yang


akurat

Surat Pengantar dari dokter yang merujuk


Kebijakan
Prosedur 1. Pasien menyerahkan surat pengantar dari dokter yang merujuk kepada
petugas densitometri
2. Petugas densitometri membaca surat rujukan dari dokter
3. Untuk pasien umum/swasta : setelah mengetahui jenis pemeriksaan
yang akan dilakukan, petugas densitometri membuat bukti tindakan
dan biayanya
4. Petugas densitometri menyerahkan bukti tindakan tersebut dan meminta
pasien menyelesaikan administrasi keuangan di kasir Graha Spesialis
5. Untuk pasien jaminan perusahaan atau pasien yang menggunakan
Askes komersial : Petugas meminta fotocopy kartu askes atau
persyaratan lain yang sudah ditentukan
6. Jika semua persyaratan dilengkapi, baru dilakukan tindakan
densitometri
7. Pasien diminta datang untuk mengambil hasil pemeriksaan sesuai
waktu yang dijanjikan

Unit Terkait Departemen Penyakit Dalam Subbagian Reumatologi

33
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

RSUP USG MUSKULOSKELETAL


Dr. Moh. Hoesin
Palembang. No. Dokumen No. Revisi Halaman

Standar Ditetapkan
Operasional Tanggal Terbit Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr.H.KM. Yamin Alsoph, SpB(K)Onk


NIP.1954 0425 1982 11 1001
Sustu teknik pencitraan diagnostik dengan menggunakan gelombang
ultrasonic untuk mengamati sendi, jaringan sekitar sendi seperti
Pengertian ligamentum dan tendon, otot, pembuluh darah dan saraf secara melintang,
tegak lurus, obligue sesuai dengan kebutuhan

Untuk menentukan diagnosa sonogram pada organ muskuloskeletal.


Tujuan
Dilakukan oleh dokter yang telah memiliki sertifikasi khusus dan dibantu
Kebijakan oleh perawat mahir

Langkah-langkah
1. Pasien tidur telentang atau telungkup
2. Pakaian dilepas sehingga bagian yang akan diperiksa terbuka
3. Objek yang akan diperiksa diberi jelly secukupnya
Prosedur 4. Dibuat foto-foto pada film printer secara split, kadang-kadang dengan
pembesaran
5. Dibuat eksterpise dari foto-foto tersebut
6.
Unit Terkait Departemen Penyakit Dalam Subbagian Reumatologi

34
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

RSUP. Dr. Moh PENERIMAAN PASIEN REUMATOLOGI UNTUK KONSULTASI


Hoesin Palembang
No. Dokumen No. revisi Halaman

Standar Tanggal Terbit Ditetapkan


Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr.H.KM. Yamin Alsoph, SpB(K)Onk


NIP.1954 0425 1982 11 1001
Pengertian Suatu tata cara yang dilakukan dalam menerima pasien yang ingin
melakukan pemeriksaan gangguan muskuloskeletal

Memberikan pemeriksaan dan pengobatan kepada penderita yang


Tujuan mengalami gangguan muskuloskeletal.

1. Pasien menyerahkan status / kartu rekam medis dengan atau tanpa surat
pengantar kepada perawat ruangan yang didapat dari loket pendaftaran.
2. Untuk pasien umum, petugas menjelaskan persyaratan dan biaya kepada
pasien/keluarga pasien
3. Untuk pasien Askin/Askes, keluarga pasien diminta melengkapi persyaratan
administrasi Askin/Askes.
4. Setelah melengkapi seluruh persyaratan administrasi pasien disarankan
Prosedur menunggu di ruang tunggu sampai panggilan petugas untuk dilakukan
pemeriksaan.
5. Untuk pasien swasta perawat ruangan membuatkan slip pembayaran tindakan
dan meminta keluarga pasien melakukan pembayaran di kasir Graha Spesialis
6. Meminta keluarga pasien untuk menyerahkan rangkapan bukti lunas
pembayaran pada petugas ruangan

Unit Terkait Departemen Penyakit Dalam Subbagian Reumatologi

35
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

ALERGI IMUNOLOGI

TEST TEMPEL (PATCH TEST)


RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Tes kulit yang umumnya dilakukan di punggung dengan
menempelkan plester khusus dan di baca setelah 48 jam (reaksi
hipersensitivitas tipe IV)

Tujuan Untuk mengetahui adanya kontak penyebab alergi

Indikasi Dermatitis kontak

Kontraindikasi Daerah yang di tes bebas dari dermatitis, pasien yang sedang minum
obat antihistamin dan steroid

Persiapan Bahan dan alat :


6. Berbagai allergen yang sering menimbulkan alergi kontak
7. Plester khusus
Pasien :
Tidak minum antihistamin dan steroid, tes dilakukan setelah
wash out period ( 3 hari sampai 1 minggu tergantung dari
jenis obat yang di minum)

Prosedur Tes di tempel di punggung


Siapkan semua plester yang telah di taruh allergen lalu tempelkan
satu persatu di punggung. Diamkan selama 48 jam, pasien tidak
boleh mandi. Setelah 48 jam plester di buka dan tunggu ½ - 1 jam,
baru di baca

Penilaian (-) tak ada reaksi


+ reaksi lemah (nonvesikuler)
++ reaksi kuat (vesikuler atau edematous)
+++ reaksi ekstrim (bulosa dan ulseratif)
Lama tindakan 48 jam

Unit terkait Kulit dan kelamin

36
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

TEST TUSUK (SKIN PRICK TEST)


RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Tes kulit yang pada umumnya dilakukan di bagian volar lengan
bawah dengan memasukkan alergen melalui tusukan jarum di kulit

Tujuan Untuk mengetahui adanya sensitisasi terhadap alergen.


Indikasi Pasien Asma, Rhinitis, Konjungtivis alergi, Dermatitis atopi, dan
Urtikaria

Kontraindikasi Pasien dalam serangan asma, pasien yang sedang minum obat
antihistamin, steroid dan ibu hamil

Persiapan Bahan dan alat :


Ekstrak alergen yang sering menimbulkan alergi, jarum
khusus skin prick test atau dapat juga jarum G 26, kapas dan
alkohol
Pasien :
Tidak minum antihistamin dan steroid, test dilakukan setelah
wash out periode (3 hari sampai 1 minggu tergantung dari
obat yang di minum)

Prosedur 1. Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan dilakukan


8. Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani
surat persetujuan
9. Tes dilakukan divolar lengan bawah
10. Bersihkan bagian bawah yang akan di tes dengan tissue yang
diteteskan alkohol 70% tunggu sampai kering
11. Gambar batas tiap alergen dengan pulpen sebanyak jumlah
allergen yang akan di tes
12. Teteskan allergen di tempat yang telah ditandai
13. Jarak tetesan alergen 1,5 – 2,5 cm untuk menghindari
bercampurnya dua alergen yang kemungkinan bereaksi positif.
14. Tempat tetesan digores dengan jarum skin prick test. Jangan
sampai terjadi perdarahan (0,5 mm)
15. Tes di baca setelah 15 menit

37
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Penilaian (-) tak ada reaksi sebesar kontrol (nol)


+ indurasi 1-2 mm
++ indurasi 3-5 mm
+++ indurasi 6-9 mm sebesar kontrol (+) histamin.
++++ indurasi > 9 mm

Lama tindakan 15 – 30 menit

Komplikasi Reaksi alergi berupa asma, rinitis, urtikaria, syok anafilaksis (sangat
jarang terjadi)

Unit Terkait -

38
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

TEST PROVOKASI BRONKUS


RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Tes untuk mengetahui adanya hiperaktivitas bronkus

Tujuan Mendiagnosis asma bronchial

Indikasi Pasien asma bronchial yang tidak terdiagnosis dengan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan non invasif

Kontraindikasi Adanya obstruksi saluran napas

Persiapan Bahan dan alat :


1.Histamin dalam konsentrasi 5%, 2,5%, 1,25%, 0,625%
2.NaCl 0,9%
3.Spirometri :
4.Obat bronkodilator (adrenalin, beta 2 agonis, aminofilin)
5.Tabung oksigen
Pasien :
Pasien bebas asma selama 12 jam

Prosedur 1. Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan dilakukan


2. Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani
surat Persetujuan
3. Pasien menjalani pengukuran spirometri pertama
4. Kemudian diminta membuka mulut lebar lebar dan disemprotkan
ke dalamnya NaCl 0,9% sebanyak 3-5 kali semprot lalu hisap ke
dalam paru-paru
5. Ditunggu selama 1 menit lalu dilakukan spirometri kedua
6. Ulang kembali spirometri ketiga setelah satu menit kemudian
7. Tunggu beberapa saat (1-2 menit) ulangi tindakan 4 dan 5 dengan
histamin 0,625%
8.Lakukan hal sama pada konsentrasi histamin 1,25% dan
seterusnya sampai dicapai konsentrasi histamin yang memberikan
hasil provokasi positit ( peningkahan FEVI > 20%)

39
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Penilaian Positif : Bila ada pengukuran menilai FEV1 setelah dilakukan


provokasi dengan histamin dosis tertentu terdapat perbedaan sebesar
>20% disbanding FEV1 awal
Negatif : bila pada pengukuran spirometri setelah dilakukan
provokasi dengan histamin sampai konsentrasi 5% tidak didapat
perbedaan FEV1 sebesar > 20% dibanding dengan spirometri awal

Unit terkait -

40
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

TEST PROVOKASI OBAT


RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Tes yang dilakukan mulai dari memberikan obat dengan dosis yang
lebih kecil dari dosis yang diduga akan menimbulkan reaksi berat,
lalu dosis ditingkatkan dan diberikan jarak tertentu sampai tercapai
dosis penuh sesuai dengan yang diharapkan
Tujuan Untuk mengetahui adanya sensitivitas terhadap obat tersebut. Bila
terjadi reaksi, masih dalam tahap ringan sehingga prosedur
dihentikan dan gejala dapat diobati. Biasanya digunakan untuk
menguji obat anestesi lokal sebelum digunakan dosis penuh
Indikasi Jika dalam riwayat penyakit ada tanda-tanda yang mengarah ke
alergi obat
Kontraindikasi - Pasien yang sudah jelas diketahui ada alergi terhadap obat tertentu
tidak perlu dilakukan tes lagi
- Pasien yang sedang minum obat antihistamin dan steroid
- Pasien penyakit jantung dan pasien penyakit berat lainnya
- Pasien yang dengan obat yang akan test pernah memberikan reaksi
syok anafilaksi atau SJS
Persiapan - Kit anafilaksis, infus set, obat/ bahan yang akan di tes
- Pasien tidak minum obat antihistamin dan steroid tes, dilakukan
setelah wash out periode.
- Adrenalin, Dexametason, Antagonis H2 (simetidin)
- - Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan dilakukan
- - Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani surat
per setujuan
- Tes dilakukan dengan jumlah yang sesuai dengan kadar yang akan
digunakan dan jangan menggunakan bahan yang mengandung
epinefrin

41
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur - Mula-mula dilakukan prick test dengan anestesi yang tidak


diencerkan sebanyak 1 tetes :
Bila negatif, lanjutkan dengan 0,1 ml larutan 1 : 100 subkutan
Bila negatif, lanjutkan dengan 0,1 ml larutan 1 : 10 subkutan
Bila negatif, lanjutkan dengan 0,5 ml larutan tak diencerkan
subkutan
Bila negatif, lanjutkan dengan 2 ml larutan 1 : 100 tak diencerkan
subkutan
- Suntikan diberikan dengan jarak 15 menit
Komplikasi Reaksi alergi ringan, sedang , berat. Anafilaksis sampai kematian

Unit terkait Anestesi / ICU bila timbul komplikasi berat

42
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

HEMATOLOGI

PROSEDUR PEMBERIAN KEMOTERAPI


RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Kemoterapi adalah zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan
dari sel kanker.

Tujuan Menghancurkan sel-sel kanker dengan memberikan kemoterapi


sesuai dengan indikasi dan prosedur dengan memperhatikan jenis,
cara kerja dan efek samping obat-obat kemoterapi yang diberikan.

Indikasi 1. Kanker darah (leukemia, mieloma multipel, limfoma


maligna, myeloproliferatif disease) dan kanker jaringan padat
( kanker payudara, nasofaring, mata, paru, ginekologi,
gastrointestinal, testis, dll).
2. Terapi immunosupresi pada SLE

Kebijakan  Semua pelaksana pelayanan harus mengerti indikasi,


persiapan pemberian kemoterapi yang benar (skala kebugaran
>50%, BB, TB, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan) dan
efek samping obat kemoterapi yang diberikan kepada pasien.
 Semua pelaksana pelayanan harus memberikan
pelayanan yang sama sesuai dengan protap regimen kemoterapi
baku yang diberikan kepada pasien.
 Pasien berhak mendapatkan pelayanan yang cepat,
tepat, terpadu dan paripurna.
 Pasien berkewajiban untuk mematuhi peraturan demi
kelancaran pelayanan pemberian kemoterapi.

43
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur 1. Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan


dilakukan
2. Informed consent, pasien apabila setuju harus
menandatangani surat persetujuan
3. Periksa label obat, dosis obat dan cara pemberian /
pencampuran obat kemoterapi yang benar.
4. Cari vena yang paling distal dari tangan, tidak boleh di kaki
dan di atas sendi pergelangan tangan atau cubiti.
5. Pemasangan infus jangan pada tangan / lengan yang dioperasi
payudaranya (tangan emas), atau sirkulasi tidak lancar, ada
flebitis atau adanya sindroma vena cava superior.
6. Dua kali gagal memasukkan kateter vena panggil teman
untuk gantian.
7. Pastikan infus berjalan lancar masuk vena dengan cara
aspirasi darah dalam kateter vena.
Jangan gunakan langsung kemoterapi tetapi mulai dengan
pemberian cairan netral seperti NaCl 0,9% atau Dextrose 5%.
8. Suntikan kemoterapi pelan-pelan sekali sambil infus
dijalankan cepat (running infusion).
9. Pemberian sesuai dengan instruksi, misal : obat A harus lebih
dulu dari obat B. Contoh :
- Leucovorin lebih dulu dari 5 Fluoropuracil
- Metotrexat harus 24 jam lebih dulu dari leucovorin.
10. Obat-obat kemoterapi yang terurai dengan sinar
matahari/cahaya harus dibungkus dengan kertas karbon (contoh :
bleomisin, dacarbazin). Obat kemoterapi golongan Paclitaxel
(Contoh : Taxol, Paxus) akan bereaksi dengan plastik botol infus
sehingga harus diberikan dalam botol kaca / botol khusus dengan
infus yang khusus juga.
11. Pemberian anti muntah, minimal dimulai setengah jam
sebelum pemberian kemoterapi. Kadang-kadang diperlukan obat-
obat tertentu premedikasi 1 atau beberapa hari sebelumnya.

Unit terkait -

44
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH


RSUP. Dr. Moh No. Dokumen No. Revisi Halaman
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Direktur Medik & Keperawatan
Standar Operasional
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Transfusi darah : pemberian darah baik darah lengkap, komponen
darah, fraksi plasma ataupun produk darah.
Tujuan Untuk pengobatan atau untuk pemulihan kesehatan
1. Mengganti volume darah :
Perdarahan (> 1000 ml), trauma, luka bakar.
2. Untuk mengganti kekurangan :
 Sel darah merah (Hb < 7 g/dl dengan gangguan
hemodinamik)
 Leukosit : sudah mulai ditinggalkan
 Trombosit
 Faktor koagulasi
2. Transfusi tukar (exchange transfusion)
3. Bedah pintas kardiopulmoner (open heart surgery)

Kebijakan  Semua pelaksana pelayanan harus memberikan pelayanan yang


sama terhadap pasien, memberikan transfusi darah yang cepat,
aman, profesional dan paripurna.
 Semua pelayanan transfusi darah harus diawasi oleh dokter dan
paramedis yang bertugas.
 Semua efek samping transfusi darah harus dilaporkan oleh dokter
dan paramedis yang bertugas, secara tertulis dalam waktu 24 jam
dan menngisi blanko yang sudah tersedia
 Ca gluconas diberikan 1 ampul setiap pemberian darah lengkap 3
kantong (900 ml) atau sel darah merah konsentrat (PRC) 4
kantong (600 ml)
 Pasien berkewajiban untuk mematuhi peraturan demi kelancaran
transfusi darah.
 Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan dilakukan
 Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani
surat persetujuan

45
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur A. Persiapan alat / cairan pada transfusi darah :


1. Set transfusi khusus dengan penyaring (filter) atau blood set
untuk transfusi darah lengkap dengan PRC
2. Transfusi trombosit : infus trombosit (Terumo kode A 200 B
Terufusion Platelet Administration set)
3. Cairan yang dipakai hanya cairan NaCI 0,9%
4. Alat penghangat darah (blood warmer) dan alat pemompa
darah elektronik
B. Permintaan Darah / Komponen darah :
- Formulir permintaan darah harus diisi lengkap oleh dokter/
paramedis, nama harus 2 kata misal : Amir Umar
- Formulir permintaan darah harus ditandangani oleh dokter dengan
memberikan nama jelas.
- Paramedis mengambil sampel darah 2 – 5ml. Pada sampel darah
ini harus ditempelkan label yang kuat bertuliskan nama lengkap
(sesuai formulir), jenis kelamin, umur, nomor rekam medik,
tanggal pengambilan dan ruang perawatan.
C. Pemberian transfusi darah / komponen darah.
- Identifikasi yang benar dengan mencocokan identifikasi di
kantong darah dengan identifikasi pasien yang menerima darah.
- Memberikan premedikasi sebelum transfusi darah dengan
deksametason 5 – 10 mg bolus pelan-pelan selama 5 menit dan
diphenhidramin 1 ml diencerkan dengan NaCl 0,9% sebanyak 9
ml, diberikan bolus pelan-pelan 5 – 10 menit.
- Pada saat dimulai pemberian transfusi, pasien harus diawasi selama
5 – 10 menit pertama, kemudian diawasi secara periodik sampai
tindakan transfusi selesai.
- Dokter harus berada di area yang terjangkau (di rumah sakit)
selama pemberian transfusi, sehingga bila timbul keadaan darurat
dapat segera hadir dan menanganinya.
- Darah / komponen darah dihangatkan dulu (bila ada dengan blood
warmer). Pada orang dewasa kecepatan transfusi darah jangan
melebihi 100ml/jam, karena berkaitan dengan risiko tinggi henti
jantung.
- Jangan menyimpan darah / komponen darah pada suhu kamar lebih
lama, bila memerlukan waktu transfusi lebih dari 4 jam,
darah/komponen darah harus dicicil pengambilannya, sisanya
disimpan di Bank darah sampai saat yang diperlukan.
- Jangan menambah obat-obat ke dalam darah/komponen darah.
Juga jangan memberikan obat suntik bersamaan dengan
pelaksanaan transfusi darah.

Unit yang terkait Departemen / Instalasi lain yang memberikan Transfusi darah di RSMH

PROSEDUR ASPIRASI SUMSUM TULANG


46
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

RSUP. Dr Moh (BONE MARROW PUNCTION/BMP)


Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Melakukan aspirasi sumsum tulang di spina iliaka superior posterior
(SIPS) atau manubrium sternum.

Tujuan 1. Untuk menegakkan diagnosa anemia, MDS, MPD, leukemia


dan mieloma multipel
2. Untuk mengetahui adakah keterlibatan sumsum tulang dalam
keganasan (limfoma maligna)
3. Untuk melakukan evaluasi perkembangan penyakit (MDS)
dan hasil pengobatan (leukemia)

Indikasi 1. Anemia dan sitopenia lainnya yang tidak dapat diterangkan


(unexplained).
2. Leukositosis dan atau trombositosis yang tidak dapat
diterangkan
3. Dugaan leukemia, MDS atau mieloptisis.
4. Limfoma maligna, multipel mieloma

Kebijakan  Semua pelaksana pelayanan harus memberikan pelayanan


yang sama terhadap pasien
 Aspirasi sumsum tulang dilakukan di laboratorium
hematologi Penyakit Dalam oleh dokter spesialis penyakit dalam
atau residen penyakit dalam dibawah pengawasan dokter spesialis
penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik.
 Pasien berhak mendapatkan pelayanan yang cepat, aman dan
paripurna.
 Pasien berkewajiban untuk mematuhi peraturan demi
kelancaran pelayanan pengobatan.

1. Penderita diberi pengertian


tentang tindakan yang akan
Prosedur dilakukan
2. Informed consent, pasien apabila
setuju harus menandatangani surat persetujuan
3. Menyediakan bahan dan alat di
atas meja dorong yang berisi :
 Bahan tindakan aseptik : povidon iodine, kapas lidi steril, dan

47
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

kasa steril.
 Procain 2% / lidocain 2%
 Spuit 5 cc dan 20 cc masing-masing 2 buah
 Sarung tangan dan duk bolong steril
 Set jarum aspirasi sumsum tulang (14 – 18G)
 Botol bersih untuk koleksi aspirat yang sudah berisi
antikoagulan titriplex atau EDTA, objek gelas/dek gelas untuk
blood filem

 Perlengkapan untuk mengatasi renjatan neurogenik dan


renjatan anafilaksis seperti adrenalin, atropin sulfat dan cairan
serta set infus
4. Cuci tangan yang bersih, keringkan dan pakai sarung tangan yang
steril. Sebelumnya tentukan titik tindakan pada pasien. Lakukan
tindakan A dan antiseptik daerah tindakan.
5. Pasang duk bolong steril untuk menjaga daerah tindakan dan
prosedur terjaga aseptik.
6. Lakukan anestesi lokal tegak lurus permukaan mulai dari subkutis
sampai periosteal.
7. Lakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus dengan diputar kiri-
kanan secara lembut menembus kulit sampai membentur tulang /
periosteum kemudian perhatikan tingginya jarum, untuk jarum
sternal sesuaikan pembatas / pengaman setinggi  0,3 – 0,5 cm
dari kulit, kemudian lanjutkan penetrasi jarum untuk menembus
tabula eksterna dengan memberikan tekanan lebih besar secara
mantap dan lembut setelah terasa seperti menembus kertas pada
saat menembus diploe dan perbedaan tinggi jarum yang masuk 
0,3 – 0,5 cm untuk sternum,  0,5 – 1,5 cm untuk SIPS/ SIAS /
Krista iliaka, selanjutnya cabut mandrein dan pasang spuit 20 cc
kemudian lakukan aspirasi perlahan tapi mantap (pasien akan
merasa sakit) sebanyak  1 – 2 ml (untuk sitomorfologi saja), 2 ml
dengan heparin untuk pemeriksaan sitogenetik. Jika terlalu banyak
akan terencerkan dengan darah perifer yang akan menyulitkan
penilaian, kemudian spuit dicabut, jarumnya biarkan saja.
8. Teteskan aspirat secukupnya ke gelas objek diratakan di atas kaca
slide, maka akan terlihat partikel sumsum tulang.
9. Sisanya masukkan ke dalam botol koleksi kemudian dikirim ke
laboratorium.
10. Jika diperlukan untuk alaan lain dapat dilakukan aspirasi dengan
spuit yang lain kemudian dikoleksi pada botol yang lain yang telah
diisi antikoagulan.
11. Setelah selesai jarum aspirasi dicabut pelan-pelan tetapi mantap
dengan cara diputar seperti ketika memasukkannya.
12. Daerah perlukaan dilakukan penutupan luka (dressing) dengan kasa
yang telah diberi antiseptik. Jika diperlukan seperti adanya
trombositopenia atau fragilitas kapiler yang meningkat (defisiensi
hemostasis primer) dilakukan penekanan dulu sekitar 10 -15 menit,
setelah yakin tidak ada perdarahan baru dilakukan dressing.
Daerah perlukaan jangan dibasahi selama 3 hari, dan dressing
dibuka setelah 3 hari

48
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Penyulit 1. Pneumomediastinum jika tindakan dilakukan disternum


2. Perdarahan
Unit Kerkait

PENGAMBILAN SAMPEL
RSUP. Dr. Moh DARAH TEPI DAN HEMOSTASIS
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Melakukan tindakan pengambilan darah vena untuk pemeriksaan
darah rutin dan hemostasis, atau melakukan penusukan di jari untuk
membuat preparat apus dari darah kapiler.

Tujuan 1. Membuat preparat apus untuk melihat morfologi sel-sel darah


2. Untuk melihat kadar hemoglobin
3. Untuk menghitung jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit
4. Untuk memeriksa waktu perdarahan, waktu pembekuan,
aPTT, PT, INR, fibrinogen dan D-dimer

Indikasi 1. Untuk melihat kelainan darah rutin dan hemostasis penderita


yang baru MRS.
2. Untuk evaluasi hasil pengobatan.

Kebijakan  Semua pelaksana pelayanan harus memberikan


pelayanan yang sama terhadap pasien
 Pasien berhak mendapatkan pelayanan yang cepat,
aman dan paripurna
 Pasien berkewajiban untuk mematuhi peraturan demi
kelancaran pelayanan pengobatan

Prosedur 1. Siapkan botol bersih untuk koleksi darah yang sudah berisi
antikoagulan dobel oksalat, objek gelas/dek gelas untuk
pemeriksaan darah rutin. Untuk pemeriksaan hemostasis siapkan
tabung yang berisi antikoagulan sitras
2. Cuci tangan yang bersih, keringkan dan pakai sarung tangan yang
steril. Sebelumnya tentukan titik tindakan pada pasien.

49
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

3. Pasang manset khusus untuk membendung vena yang akan


diambil darahnya
4. Lakukan tindakan A dan antiseptik daerah tindakan.
5. Lakukan penusukan vena yang sudah diprediksi, bila keluar
darah di dalam spuit lakukan penarikan secara pelan-pelan
sampai jumlah darah 2 ml untuk darah rutin, atau 4 ml untuk
hemostasis. Untuk darah rutin darah dari dalam spuit langsung
dituangkan pelan-pelan ke dalam botol yang berisi antikoagulan
dobel oksalat lalu diputar perlahan-lahan, sedang untuk
hemostasis dimasukkan dalam tabung yang berisi sitras.
6. Daerah perlukaan dilakukan penutupan luka (dressing) dengan
kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%. Jika diperlukan
seperti adanya trombositopeni atau fragilitas kapiler yang
meningkat (defisiensi hemostasis primer), dilakukan penekanan
dulu sekitar 10 – 15 menit, setelah yakin tidak ada perdarahan
baru dilakukan dressing.

Unit Terkait Unit rawat inap dan rawat jalan seluruh departemen yang
berhubungan dengan kelainan darah dan hemostasis

50
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

GASTRO HEPATOLOGI
KOLONOSKOPI
RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Suatu tindakaan untuk mengadakan observasi keadaan lumen usus
besar secara langsung dengan menggunakan endokskop

Tujuan Identifikasi lesi lumen usus besar

Indikasi - Mengevaluasi kelainan yang di dapat pada pemeriksaan Colon in


Loop
- Perdarahan peranum tidak diketahui penyebabnya.
- Diare kronik / inflammatory bowel disease
- Obtipasi
- Menegakkan diagnosis keganasan kolon / untuk mendapatkan
jaringan biopsy dari kolon
- Evaluasi pasca anastomosis
- Surveilance : kelompok resiko tinggi, misalnya colitis ulseratif,
tindak lanjut sesudah operasi pengangkatan polip atau kanker

Komplikasi - Gangguan kardiovaskuler dan pernapasan


- Perforasi kolon
- Perdarahan
- Distensi pasca kolonoscopi
- Reaksi vasovagal
- Flebitis
- Infeksi
- Volvulus

51
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur - Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan


dilakukan
- Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani
surat persetujuan
- Meniup (inflasi) udara diusahakan seminimal mungkin
- Sedapat mungkin harus melihat lumen kolon dengan baik
dengan menarik alat atau memutarnya ke kiri atau ke kanan serta
menghindari timbulnya loops. Kadang-kadang alat perlu di
dorong menyusuri dinding kolon tanpa melihat lumennya. Hal
ini dapat dilakukan tanpa resiko selama alat tersebut menyusur
dengan mudah tanpa paksaan. Bila ada tahanan , apalagi pasien
sakit maka alat harus ditarik mundur
- Rasa sakit merupakan suatu tanda bahwa kita harus hati-hati
menarik alat dan memendekkan kolon dengan cara menghisap,
merupakan salah satu cara keberhasilan mencapai caecum

Unit Terkait -

52
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK


RSUP. Dr. Moh (NGT ATAU FLOCARE)
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Pemasangan selang ke dalam lambung melalui hidung pada keadaan
pasien tidak dapat menelan makanan oleh berbagai sebab untuk
menjamin pemberian nutrisi enteral. Pemasangan NGT juga
dilakukan pada pasien dengan perdaraan saluran cerna bagian atas,
pankreatitis akut, ileus paralitik / obstruksi

Tujuan - Pemberian nutrisi enteral pada pasien yang tidak dapat menelan
oleh berbagai sebab.
- Dekompresi / menyalurkan cairan lambung keluar pada ileus
paralitik / obstruksi dan pankreatitis akut
- Bilas lambung pada perdarahan SCBA

Indikasi - Pasien tidak dapat menelan oleh berbagai sebab


- Perdarahan saluran cerna bagian atas
- Pankretitis akut, ileus obstruktif / paralitik
Kontraindikasi Pasien tidak kooperatif

Komplikasi Erosi pada esophagus dan lambung

Prosedur 1. Penderita diberi pengertian tentang tindakan


yang akan dilakukan.
2. Informed consent, pasien apabila setuju
harus menandatangani surat persetujuan
3. Pasien posisi telentang atau miring ke kiri /
kanan dengan kepala sedikit di tekuk ke depan.
4. Selang di masukkan ke dalam hidung
setelah ujungnya di beri jeli
5. Setelah mencapai lambung, biasanya pada
tanda 3 strip hitam yaitu kira-kira 50 cm dari lambung di
masukkan udara melalui selang. Hal ini bisa menimbulkan
suara yang dapat di dengar dengan stetoskop yang ditempelkan
kira-kira di atas lambung. Jika terdapat banyak cairan lambung,
biasanya cairan lambung keluar melalui selang
Unit Terkait

53
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

ESOFAGO-GASTRO-DUODENOSKOPI
Halaman No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)
Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk
NIP. 195404251982111001
Pengertian Pemeriksaan intra lumen esophagus, gaster, dan duodenum dengan
menggunakan alat endoskop (serat optic atau EVIS)

Tujuan Identifikasi lesi mucosal intralumen di esophagus, gaster dan


duodenum.

Indikasi - Dispepsia
- Disfagia
- Perdarahan gastrointestinal
- Konfirmasi abnormalitas pada pemeriksaan radiology
- Penapisan keganasan saluran cerna bagian atas
- Muntah hebat
- Berat badan turun tanpa sebab
- Dispepsi yang menetap setelah terapi empiric
- Occult standing berkurang dan tidak diketahui sebabnya.
- Ligasi / STE varises esofragus
- Pengambilian benda asing

Komplikasi Refleks vasovagal, perdarahan, aspirasi, perforasi

Prosedur - Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan


dilakukan
- Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani
surat persetujuan
- Melalui mouth piece, ujung sekop di insersikan ke dalam mulut,
faring, spingter esophagus superior dan masuk ke dalam
esophagus
- Esophagus di evaluasi, lalu melalui spingter esophagus bawah ,
skop di masukkan ke dalam gaster
- Evaluasi dilakukan di daerah kardia, fundus, korpus dan antrum
- Melalui pylorus skop dimasukkan ke dalam bulbus dan pars
desenden duodenum
-
Unit terkait -

54
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

SKLEROTERAPI DAN LIGASI VARISES ESOPHAGUS


RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan,


Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Merupakan prosedur semi invasive yaitu pemeriksaan dengan
menggunakan gastroskop dengan fungsi sebagai diagnostik dan
terapi

Tujuan Melakukan eradikasi varises esophagus dengan cara melakukan


prosedur berulang dengan rata-rata sebanyak 3 - 4 kali

Indikasi - Perdarahan akibat pecahnya varises esophagus / kardia pada


sirosis hepatic dengan hipertensi portal
- Perdarahan ulkus peptikum
-
Komplikasi Hipoksia, refleks vagal, perdarahan ulang, demam pleuritis,
empiema dan disfagia

Prosedur - Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan dilakukan


- Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani surat
persetujuan
- Prosedur ini dilakukan secara legeartis oleh tenaga yang terampil dan
berpengalaman. Sebab resiko tindakan ini akan meningkat bila
dilakukan oleh operator yang tidak berpengalaman dan sebaliknya
resiko akan menjadi kecil bila dikerjakan oleh operator yang
berpengalaman
- Sifat prosedur ini bisa elektif atau emergensi. Khususnya untuk
prosedur emergensi preparasi sebelum tindakan dilakukan dengan
sebaik mungkin. Dengan memperhatikan resiko yang dapat terjadi
pada saat tindakan maupun sesudah tindakan
- Evaluasi : hasil prosedur ini harus dilakukan evaluasi secara klinis dan
endoskopi. Prosedur endoskopi dilakukan 3 kali berturut-turut dengan
tenggang waktu satu minggu, setelah itu dilakukan 1 bulan setelah
prosedur yang ke 3 selanjutnya dengan tenggang waktu 1-6 bulan,
tergantung pada kemajuan pengobatan . Tindakan ini dapat dilakukan
di luar jadwal bila terdapat tanda-tanda klinis perdarahan: melena
dengan atau tanpa hematemesis, penurunan HB akibat perdarahan
samar, disfagia akibat striktur pasca skleroterapi
-
Unit terkait -

55
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

SKLEROTERAPI HEMOROID
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)

Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk


NIP. 195404251982111001
Pengertian Prosedur tindakan terapi untuk mengobati hemoroid dengan cara
menyuntikkan obat sklerosan dengan bantuan anoskop / endoskop
dan jarum suntik

Tujuan Untuk mengobatai hemoroid menjadi sklerotik


Untuk menghentikan perdarahan aktif hemoroid

Komplikasi Perdarahan, abses anus, demam, rasa sakit di dubur, bakteremia,


ulkus anaorektal, stenosis/ striktur anus

56
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur - Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan


dilakukan
- Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani
surat persetujuan
- Setelah dioleskan jeli, kolonoskop dimasukkan ke dalam anus
- Untuk melihat posisi skop dapat langsung lurus foreward view
atau melalui Uturn. Kanul jarum sklerosing dimasukkan ke
dalam chanel biopsy
- Setelah ujung kanul sklerosing di tempelkan ke hemoroid interna
sasaran di atas linea dentate, jarum dikeluarkan dan obat
etoksisklerol disuntikkan sebanyak 0,5-1cc intra hemoroid
- Jarum dicabut atau dimasukkan dan kanul tetap pada hemoroid
selama 1-2 menit
- Setiap hemoroid dapat di suntik obat etoksisklerol dengan cara
yang sama. Penyuntikan etoksisklerol sebaiknya jangan
diberikan peri hemoroid, karena dapat menimbulkan stenosis/
striktur anus
- Setelah dioleskan jeli pada anus dan anuskopnya, lalu anuskop di
masukkan ke dalam anus
- Jarum suntik berisi etoksisklerol di tusukkan ke dalam hemoroid.
Setelah di suntik bekas suntikan ditekan dengan kasa steril yang
telah dicelup betadine 1-2 menit
- Hemoroid lain dilakukan tindakan yang sama. Penyuntikan
etoksisklerol sebaiknya jangan di berikan peri hemoroid, karena
dapat menimbulkan stenosis / striktur anus

Unit Terkait -

57
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

GINJAL HIPERTENSI

RSUP. PROSEDUR TINDAKAN CAPD


DR. MOH. HOESIN
PALEMBANG No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur Medik & Keperawatan
Standar Operasional
Procedure (SOP)
Dr.H.KM. Yamin Alsoph, SpB(K) Onk
NIP. NIP.1954 0425 1982 11 1001
Pengertian Memasukkan cairan dialysis kedalam rongga perut melalui selang
kateter yang telah dipasang permanen dalam rongga peritoneum
melalui pembedahan sederhana dalam jumlah banyak dan dalam
waktu tertentu

Tujuan 1. Sebagai tindakan pengobatan


2. Untuk membuang produk yang sudah tidak bermanfaat bagi tubuh
(Ureum / Kreatinin)
3. Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
4. Untuk mengatur tekanan darah

Kebijakan 1. Dilakukan oleh dokter bedah digestive untuk pemasangan kateter


2. Dilakukan oleh perawat mahir untuk pergantian cairan CAPD

58
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur PERSIAPAN
Persiapan Pasien Sebelum Operasi
1. Memberi salam
2. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan
3. Izin tindakan dari keluarga pasien
4. Periksa laboratorium :
- Darah lengkap : Hb, Ht, Gol.darah, Trombosit, leukosit, LED,
BT, CT
- Kimia darah : Ureum, kreatinin, gula darah, HbsAg
5. EKG
6. Toraks Foto
7. Konsul anastesi
8. Hemodialisa 1 hari sebelum dilakukan operasi
9. Cukur rambut daerah abdomen sampai simpisis
10. Puasa 8 jam sebelum operasi
11. Lavement rendah

Persiapan Alat Untuk Operasi


1. Tenckoff kateter 1 buah
2. Extended transfer set 1 buah
3. Titanium adaptor 1 buah
4. Ultraklamp 2 buah
5. Cairan dianel 1,5 % 2 bag
6. NaCl 0.9% 3 kolf
7. Infus set 2 buah
8. Mini cap 1 bh
9. Heparin 1 vial
10. Spuit 3 cc 1 buah
11. Buku catatan dan timbangan

59
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur PELAKSANAAN
1. Setelah dilakukan pemasangan kateter CAPD di ruang operasi,
pasien menjalani rawat inap selama lebih kurang 7-10 hari untuk
penyembuhan luka.
2. Pasien tetap menjalani hemodialisa selama masa rawat inap tersebut
sambil pasien kontrol ke center CAPD
3. Perawat khusus CAPD melakukan pembilasan cairan dikateter
sambil menguji fungsi kateter tersebut. Disamping itu perawat juga
memberikan pelatihan prosedur pertukaran cairan yang aseptik
kepada pasien dan keluarga pasien
4. Bila kateter berfungsi baik maka CAPD dapat dilakukan setelah
luka sembuh
5. Prosedur Pertukaran Cairan Yang Aseptik :
Persiapan Alat-Alat:
a. Bersihkan tempat yang akan digunakan
b. Siapkan Twinbag CAPD System, masker, minicap dan
ultraclamp
c. Pakai masker dan cuci tangan
d. Pisahkan kantong yang berisi cairan baru tidak bocor dan jernih
e. Keluarkan Transfer Set dari pakaian. Yakinkan masih dalam
keadaan tertutup
f. Jika diresepkan, tambahkan obat-obatan sesuai petunjuk dokter

Sambungkan Ke Twinbag CAPD System :


a. Jepit selang pengisian dengan Ultraclamp
b. Patahkan frangible (segel hijau) dekat kantong yang berisi
cairan
c. Tangan kanan memegang Patient Connection End kemudian
tangan kiri menarik Pull Ring
d. Pegang Transfer set dengan tangan kiri, lepaskan Minicap dari
transfer set dengan tangan kanan
e. Segera hubungkan transfer set ke Twinbag CAPD System.
Pegang Transfer Set dengan baik saat memutar Twinbag CAPD
System sampai tersambung dengan baik

Pengeluaran Cairan :
a. Gantung kantong cairan
b. Letakkan kantong untuk pembuangan di bawah
c. Buka Twistclamp pada Transfer set untuk mengeluarkan
cairan.Lihat apakah cairan yang keluar keruh
d. Setelah cairan selesai dikeluarkan, tutup Twistclamp pada
Transfer set

Pembilasan :
a. Lepaskan Ultraclamp pada selang pengisian
b. Hitung sampai 5 secara perlahan dan lihat cairan akan mengalir
ke dalam kantong pembuangan
c. Jepit selang pengeluaran dengan ultraclamp

60
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Cap Off :
a. Buka Minicap yang baru
b. Lihat apakah kapas betadine di dalamnya masih basah
c. Lepaskan Twinbag CAPD System dari Transfer Set
d. Dengan ujung Transfer set mengarah ke bawah, sambungkan
Minicap dan putar pada Transfer set sampai tertutup dengan
baik
e. Amati cairan yang telah dikeluarkan, catat di buku catatan
harian, kemudian buang cairan dan Minicap yang telah
digunakan
6. Menyarankan pasien untuk kontrol ulang sebulan sekali atau bila
ada keluhan

Unit Terkait Dokter Spesialis bedah Digestiv & Dokter Spesialis pentakit Dalam
(Ginjal Hipertensi)

61
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

BIOPSI GINJAL
RSUP.Dr.Moh No. Dokumen No. Revisi Halaman
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Direktur Medik & Keperawatan
Operasional
Procedure (SOP)
Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk
NIP. 195404251982111001
Pengertian Pengambilan contoh jaringan ginjal

Tujuan Untuk mengetahui dan mengevaluasi penyakit ginjal

Indikasi 1. Untuk mengevaluasi dan mengikuti perjalanan penyakit yang


diduga mempunyai sindrom glomerular, interstitial atau
vaskuler seperti sindrome nefrotik
2. Gagal ginjal akut yang tidak jelas penyebabnya atau
perjalanan penyakitnya cepat
3. Penyakit sistemik yang diduga melibatkan ginjal seperti lupus
eritematosus sistemik
4. Pada resipien transplantasi ginjal yang mengalami rejeksi atau
penyakit yang rekuren

62
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur 1. Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan dilakukan


2. Informed consent, pasien apabila setuju harus menandatangani surat
persetujuan
3. Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Pasien dalam posisi tengkurap dengan bantal diletakan di bawah perut
untuk memfiksasi ginjal terhadap punggung
5. Kedua ginjal diperiksa dengan bantuan USG dan ditentukan pada ginjal
yang mana akan dilakukan biopsi, tandai titik biopsi dengan spidol
6. Tempat biopsi biasanya 1 jari dibawah iga (XII), kira-kira 7-8 cm dari
corpus vertebrata thorakalis
7. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis
8. Dengan probe biopsi USG yang steril, tentukan lokasi yang tepat untuk
titik biopsi
9. Lakukan anestesi lokal pada daerah biopsi
10. Dilakukan biopsi perkutan dengan bantuan probe biopsy USG dengan
menggunakan jarum biopsi Trochart, sebelumnya tempat biopsi
dilebarkan dengan jarum eksplorasi
11. Pada saat biopsi, pasien harus menahan napas (inspirasi dalam)
12. Setelah dilakukan biopsi, pada biopsi diberi pembalut tekan, penderita
tetap dalam posisi tengkurap
13. Jaringan biopsi dibagi 2, sebagian dimasukkan dalam larutan formalin
10% untuk pemeriksaan mikroskop cahaya, sebagian lagi diberi gel dan
disimpan dalam termos es untuk pemeriksaan imunofluoresen
14. Pasien biopsi pasien tetap dalam posisi tengkurap selama lebih kurang 6
jam dan selama periode ini diobservasi kemungkinan timbulnya
perdarahan ginjal

Komplikasi - Hematuria (mikroskopik atau gross)


- Hematom perirenal
- Infeksi
- Aneurisma
Unit terkait - Departemen Bedah-subbagian bedah Urologi

63
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

HEMODIALISA
RSUP.Dr.Moh No. Dokumen No. Revisi Halaman
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Direktur Medik & Keperawatan
Operasional
Procedure (SOP)
Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk
NIP. 195404251982111001
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan untuk pasien yang mengalami gagal
ginjal

Tujuan Memberikan pertolongan kepada penderita yang mengalami gagal


ginjal dengan menggunakan mesin / alat hemodialisis sebagai
pengganti fungsi ginjal.

Indikasi 1. Pada gagal ginjal kronik dengan laju filtrasi glomerulus < 15
mL / menit
2. Keadaan umum yang buruk dan gejala klinis yang nyata
3. K serum > 6 mEq/L
4. Ureum darah > 200 mg/dL
5. pH darah < 7,1 (asidens yang berulang)
6. Anuria berkepanjangan (>5 hari)
7. Overload cairan

Prosedur PERSIAPAN
1. Tenaga
Tindakan hemodialisa dilakukan oleh tenaga perawat khusus
hemodialisa dibawah pengawasan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Sub Spesialis Ginjal Hipertansi.
Penderita menyerahkan surat rujukan / pengantar dokter kepada
perawat ruangan

2. Peralatan medis
- Mesin Hemodialisa
- Mesin water treatment
- Trolley khusus untuk perlengkapan :
a. Steril :
o Duk biasa 1 buah
o Duk bolong 1 buah
o Sarung tangan 2 pasang
o Klem lurus sedng 2 -3 buah
o Kain kassa secukupnya
o Mangkok kecil stenlis 1 buah
64
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

o Spuit 20 cc 1 buah
o Spuit 10 cc 1 buah
o Spuit 1 cc 1 buah
o Blood transfusi set 1 buah
b. On steril :
o Tempat alhohol 40 – 70 %
o Tempat betadine
o Gunting kassa / verban 1 buah
o Verban 5 inchi 2 buah
o Plester secukupnya
o Tensoplast secukupnya
o Bengkok 1 buah
o Matkan 1 buah
c. Obatan – obatan :
o Heparin injeksi
o NaCI 0,9% 4 kolf
o Lidocain 2 % injeksi

3. Persiapan alat hemodialisa


Disposible hemodialisis set untuk satu kali tindakan hemodialisa :
 Dialyzer 1 buah
 Arterial venous blood lines 1 pasang
 A.V fistula cannulation needle 2 buah
 Diasol concentrate :
A. Acetate 5 liter atau
B. Bicarbonat : bicnat 7,5 liter + Acid 5 liter

4. Persiapan Sirkulasi dialisat (persiapan mesin) :


 Hidupkan water treatment
 Pastikan kran aliran air ke mesin sudah terbuka
 Hidupkan mesin hemodialisa, selanjutnya :
a. Sterilisasi sirkulasi dialisat
Sebelum dan sesudah dipakai mesin hendaknya
dilakukan rinse (pembilasan) dan desinfeksi terlebih
dahulu dengan bahan-bahan desinfektan , sebagai
bahan desinfektan dapat dipergunakan larutan sodium
hipoklorit formalin 4 -5 %

b. Mencampur dialisat
Pilih jenis diasol konsentrat yang dibutuhkan : Acetat
atau Bicarbonate
Pada proportioning sistem, selang langsung
dihubungkan dengan konsentrat dan secara otomatis
mesin dapat mencampur air dengan perbandingan
tertentu dan pada monitor akan tampak apakah
65
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

konduktifitinya sudah sesuai. Pada batch sistem


dialisat dibuat dengan perbandingan campuran air :
dialisol konsentrat = 35-40 : 1, setelah dicampur
diukur konduktifitinya dengan alat conductifity meter.

c. Tempertur dialisat
Dialisat dipanaskan dulu sampai suhu 37-38 oC

5. Persiapan sirkulasi darah


Sebelum dipergunakan sirkulasi darah harus dipriming dengan
normal salin yaitu mengisi sirkulasi darah dengan cairan NaCI
fisiologis, priming dapat dilakukan dengan mesin atau tanpa
mempergunakan mesin.
Disini dipakai priming tanpa mempergunakan mesin yaitu
dengan cara :
 Hubungkan bagian dialyzer inlet dengan arterial blood line
dan bagian dialyzer outlet dengan venous blood line
 Hubungkan blood transfusi set yang sudah siap dengan
cairan NaCI pada bagian arterial blood line
 Alirkan NaCI dan aliran gelembung udara yang ada
sehingga sirkulasi darah seluruhnya terisi dengan NaCI
 Hubungan konektor arteial dan venous blood line dan buka
klem pada kedua sisi tersebut
 Pasang set sirkulasi darah tersebut pada mesin hemodialisa
dengan cara :
o Pasang segmen pump pada blood pump
o Pasang air buble trap pada tempatnya atau air buble
detector
o Hubungkan arterial presure dan venous pressure ke
mesin
o Pasang spuit haparin pada syringe pump
 Setelah temperatur dialisat dan konduktifiti siap,
hubungkan konektor dialisat inlet dan outlet dengan
dialyzer
 Buka dialisat flow, alirkan dialisat ke dialyzer untuk
perendaman selama + 10 menit
 Hidupkan blood pump untuk sirkulasi pada kompartemen
darah, perhatikan kalau masih ada sisa udara buang ke arah
bubble trap
 Suntikkan haparin 1000 iu pada sirkulasi darah
 Tes sistem alarm pada mesin apakah berfungsi dengan
baik
 Catat semua kegiatan persiapan mesin dan alat pada
lembar formulir hemodialisa yang tersedia
 Mesin dan alat telah siap dioperasikan kepada pasien
66
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur PELAKSANAAN HEMODIALISA

Setelah semua persiapan dilaksanakan dengan baik maka hemodialisis


dapat dimulai :
 Catat data-data pasien pada lembar formulir hemodialisis
 Timbang berat badan
 Penderita dibaringkan dengan posisi telentang ditempat tidur,
kalau sesak napas setengah duduk dan sebaiknya digunakan
tempat tidur yang dapat dirubah posisi
 Ukur tekanan darah, nadi dan frekuensi pernapasasn
 Tentukan daerah yang akan dilakukan venous punksi untuk
sarana hubungan sirkulasi ke mesin
 Desinfeksi daerah yang akan dilakukan venous punksi dengan
betadine dan alkohol
 Pasang duk
 Bila diperlukan berikan suntikan anestensi dengan lidokain 2
%
 Lakukan pemasangan venous punksi jarum inlet dan outlet dan
berikan loading heparin sesuai dengan dosisnya. Dosis sebesar
25 – 150 iu/kgBB, dosis ini sebagian besar diberikan pada
punksi yang terakhir pada fistula
 Pada saat venous pungksi ini bila diperlukan dapat langsung
diambil contoh darah untuk pemeriksaan predialisa ureum,
kreatinin, narium, kalium, fosfor
 Selanjutnya hubungan sirkulasi sistemik dapat dihubungkan
dengan mesin, terlebih dulu hubungkan bagian inlet ke mesin.
Jalankan blood pump dengan kecepatan 100 ml/menit, setelah
darah mengisi semua bagian sirkulasi darah tutup klem outlet
pada pasien
 Jalankan lagi blood pump dengan kecepatan antara 100-125
ml/menit selama 5 sampai 10 menit kemudian ukur tekanan
darah dan nadi penderita, apabila tidak ada tanda-tanda
penurunan tekanan darah secara perlahan dinaikkan kecepatan
blood pump sampai mencapai 150 – 200 ml / menit.
 Lakukan pengaturan ultrafiltrasi yang sesuai bila diperlukan
untuk mengatasi kelebihan cairan tubuh
 Lakukan pengawasan selama hemodialisis, meliputi :

A. Pengawasan Mesin
Pengawasan sirkulasi darah diluar tubuh
 Pengawasan kecepatan aliran
kecepatan aliran darah harus konstan, kecepatan yang
mendadak dinaikkan dapat menimbulkan keadaan kolaps
dari pembuluh darah dan bahaya hipotensi. Sedangkan
aliran yang terlalu pelan dan terseendat-sendat
mengurangi efektifitas dialisis.
67
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

 Pengawasan tekanan (pressure).


Untuk mendeteksi adanya sumbatan akibat bekuan darah
hematom pada outlet, blood line yang tertekuk dan klem
yang terkunci. Tekanan yang melampaui batas maksimum
500 mmHg akan menyebabkan kebocoran darah pada
fiber dialyzer

 Pengawasan terhadap kebocoran udara


Udara yang masuk kedalam sirkulasi darah dapat
menyebabkan emboli udara / emboli busa dengan
gelembung kecil. Dapat terjadi karena sambungan –
sambungan pada blood lines yang kurang rapat, juga
apabila sering terjadi negative arterial pressure
 Pengawasan pemberian heparin
Mengawasi jalannya heparin pump dan heparin syringe
yang dpat terganggu akibat negative pressure dari arterial
fistula. Untuk mencegah macetnya heparin atau terlalu
cepat habis.

Pemberian heparin ada 2 jenis :


1. Sistematik
Heparin aktif beredar pada sirkulasi mesin dan sirkulasi
sistematik terbagi 2 cara :
1.1..Intermitten setiap 1 jam
Setelah pemberian loading dose, selanjtnya diberikan
suntikan pada sirkulasi darah setiap jam. Sebagian
pedoman dosisi heparin antara 1000 – 2000 IU/jam sesuai
dengan BB penderita.
1.2.Continous
Dengan pertolongan heparin pump pada mesin selama
dialisis berlangsung dosis sama dengan diatas.

2. Regional
Heparin aktif hanya pada sirkulasi mesin. Pada umumnya
dosis sama dengan dosis pemberian sistematik, sedangkan
dosis protamin untuk menetralkan efek heparin adalah 1-1,5
mg untuk tiap 1 mg (120 iu) heparin.
Catatan : tidak boleh memberikan 50 mg protamin dalam
waktu 10 menit, harus lebih lama
.
B. Pengawassan sirkulasi cairan dialisis
 Conductifity
Conductifity dipertahankan antara 13 – 15 mS.
Konsentrasi yang berubah-ubah dengan cepat melebihi 2%
dapat menyebabkan hemolisis, disfungsi serebri.
 Temperatur

68
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Temperatur dialist diipertahankan antara 36 oC – 42o C.


Pada temperatur 45oC dapat terjadi hemolisis

 Pressure
Pengaturan transmembran pressure melalui dialisat
pressure pada hemodialisis untuk menentukan ultrafiltrasi
cairan yang diinginkan selama hemodialisis
 Kecepatan aliran (flow)
Kecepatan aliran dialisat 500 mm/menit harus diawasi
agar tercapai tujuan hemodialisis yang optimum
 Kebocoran darah
Selain dari sistem alarm, kebocoran darah dapat diketahui
dari perubahan warna dialisat

C. Pengawasan penderita
 Secara periodik dilakukan pengukuran tekanan darah, nadi
dan pernapasan bila tidak ada keluhan dilakukan setiap 1
jam
 Memperhatikan pengeluran cairan dengan ultrafiltrasi
 Memperhatikan jalannya tetesan blood transfusi pada
waktu hemodialisis
 Mengatasi keadaan – keadaan / komplikasi seperti :
 Nyeri dada
 Cardiac aryhtmia
 Konvulsi
 Kram otot
 Deman dan mengigil
 Sakit kepala
 Hematoma
 Hipertensi
 Hipotensi
 Nausea dan vomitus
 Sesak napas
 Asidosis dan hipoksia
 Komplikasi lain :
 Terjadi clothing pada mesin
Dapat disebabkan karena kekurangan pemberian
heparin
Tindakan : upayakan untuk mencegah masuknya
bekuan darah sirkulasi sistemik. Apabila tidak
dapat diatasi dengan pemberian tambahan heparin
segera hentikan hemodialisis. Bila diperlukan
berikan transfusi darah sejumlah volume darah
pada sirkulasi mesin.

 Kebocoran darah.
69
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Kebocoran darah sering terjadi pada dialyzer


Tindakan : observasi tingkat kebocoran, bila
kebocoran kecil.
 Hentikan ultrafiltrasi sementara
 Kurangi kecepatan blood pump
 Hentikan heparin pump sementara
 Lakukan pengawasan yang kontinyu, apabila
dengan cara ini dalam tempo kurang dari 30
menit tidak dapat diatasi ganti dialyzer dengan
yang baru

D. Mengakhiri hemodialisis
Hemodialisis berlangsung antara 3 – 5 jam. Setelah waktu
yang ditentukan untuk hemodialisis tercapai, maka prosedur
pengakhiran dialisis mulai dilakukan :
 Ukur tekanan nadi
 Ambil contoh darah untuk post dialisis, ureum, kreatinin,
natrium, bila diperlukan.
 Kurangi kecepatan blood pump sampai minimal ( 75-100
ml/menit)
 Kemudian matikan blood pump
 Mula-mula dilepaskan arterial line dari pasien, segera
tekan luka bekas tusukan jarum
 Darah yang ada pada sirkulasi mesin didorong masuk ke
tubuh dengan NaCI atau dengan udara dengan
menghidupkan kembali blood pump pada kecepatan
minimal
 Setelah perdarahan berhenti luka ditutup dengan plester
kassa atau kain kassa steril. Bila perlu balutan verban
untuk menekan bekas luka

 Penderita tetap berbaring ditempat tidur beberapa saat


(dapat sampai 15 menit) untuk mencegah terjadinya
ortostatik hipotensi
 Tekanan darah dan nadi diukur kembali dan dicatat pada
formular hemodialisis
 Bila keadaan penderita sudah stabil penderita sudah boleh
meninggalkan ruangan dialisis dan sebelumnya timbangan
berat badan post dialisis
Unit Terkait

70
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

RSUP PROSEDUR STERILISASI DIALISER PAKAI ULANG


DR. MOH. HOESIN DI RUANG HEMODIALISIS
PALEMBANG
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur Medik & Keperawatan
Standar Operasional
Procedure (SOP)
Dr.H.KM. Yamin Alsoph, SpB(K) Onk
NIP. NIP.1954 0425 1982 11 100
Pengertian Prosedur sterilisasi dialiser dengan menggunakan bahan kimia
untuk proses pembersihan kemudian dilanjutkan dengan
pembilasan dan sterilisasi

Tujuan 1. Menurunkan pemaparan bahan kimia yang digunakan di


pabrik.
2. Meningkatkan biokomtabilitas dialiser/menurunkan aktivasi
sistem imun
3. Mengurangi gejala pemakaian pertama (first use syndrome)
4. Menurunkan harga tindakan hemodialisis

Kebijakan - Dilakukan oleh perawat mahir / terlatih


- Dilakukan pada dialiser pasien dengan jaminan askes PNS

Prosedur PERSIAPAN:
a) Tenaga.
Pelaksanaan prosedur sterilisasi ginjal buatan dilakukan oleh
tenaga perawat yang telah dilatih atau perawat hemodialisis
yang diawasi oleh perawat yang terlatih.
b) Sarana dan peralatan yang diperlukan.
 Ruangan yang memenuhi syarat untuk melakukan
prosedur sterilisasi dialiser.
 Peralatan :
1. Unit Water Treatment;
- Debit air terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
- Tersedianya bahan habis pakai untuk water treatment :
a. Membran Reverse Osmosis
b. Karbon aktif
c. Filter benang
d. Cleaner membran

71
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Prosedur 2. Instalasi unit reprosesing


- Instalasi pipa dilengkapi dengan pengatur tekanan air,
monitor tekanan air, kran air.
- Wastafel
- Meja porselen
3. Bahan reprosesing yaitu bahan habis pakai untuk proses
sterilisasi dialiser:
- Cairan NaCl 0,9%
- Cairan renalin 3’5%
- H2O2 3%
- Heparin
- Glukosa klinitest tablet

4. Alat perlindung diri (APD), berupa :


- Sarung tangan yang tebal 1 buah
- Masker 1buah
- Baju khusus 1 buah
- Sepatu khusus 1 buah
- Kacamata khusus 1 buah

Langkah –langkah prosedur sterilisasi dialiser di ruang


cuci:
1. Setiap dialiser diberi nama penderita sebelum dipakai atau
dipergunakan pertama kali.
2. Segera setelah cuci darah berakhir, dialiser dilepaskan
dari bloodlines dengan memisahkan bagian arterial line
dan venus line. Bilas dialiser dengan air RO dengan
tekanan 25 psi
3. Masukkan hidrogen peroksida 3% atau peratic acid 2%
kedalam kompartemen darah dan kompartemen dialisat
dengan tekanan yang cukup untuk membuang sisa darah
tetapi tidak membuang deposit protein pada membran.
Dapat juga digunakan Bleach (sodium hipokloride) dengan
konsentrasi 1% untuk melarutkan deposit protein pada
fiber. Biarkan 3-5 menit kemudian bilas kembali ginjal
buatan dengan air RO.
4. Tes kualitas. Kualitas dialiser harus dipertahankan demi
kepentingan pasien.Cara untuk mengetahuinya :
 Visual: dilihat apakah masih ada bekuan darah didalam
dialiser tersebut, bila ada maka dialiser tidak layak
pakai.
 Mengukur volume priming: cara ini lebih akurat,
dengan cara mengeluarkan cairan didalam dialiser dan
diukur dengan gelas ukur, bila volume priming kurang
dari 80% dari aslinya, maka dialiser tidak layak pakai.

72
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

Langkah kerja pengukuran volume priming:


a. Pegang dialiser dengan posisi vertikal diatas gelas ukur.
Klem bagian bloodline yang mengarah keatas, lepaskan
blood line dan keluarkan air bilasan dari kompartemen
darah dengan cara gravitasi kedalam gelas ukur, setelah itu
berikan tekanan dengan spuit 10cc secukupnya untuk
mengeluarkan sisa air yang masih tertinggal.
b. Hitung cairan yang ada dalam gelas ukur. Bila kurang dari
80% dari volume priming awal dialiser tidak dapat
digunakan lagi
5. Letakkan dialiser pada mesin reuse dan lakukan setting pada
mesin reuse sesuai dengan jenis dialiser
Setelah proses sterilisasi selesai tutup inlet dan outlet dialiser
serta kompartemen dialisat dengan konektor , simpan dialiser
pada lemari sesuai dengan hari tindakan pasien.
Sebelum dilakukan pembilasan kembali untuk membuang
germisida pada saat dialisis berikutnya, dilakukan pengukuran
volume priming seperti pada langkah 5 pada tes kualitas untuk
menentukan apakah luas permukaan dialiser masih memenuhi
persyaratan diatas 80%.
Langkah kerja pembersihan germisida.
Setelah proses diatas selesai, sebelum dipakai ulang dialiser harus
mendapat perlakuan khusus untuk menghilangkan dampak negatif yang
mungkin timbul yaitu dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang
dipakai dalam proses tersebut. Cara ini disebut dengan proses priming
yaitu membilas dialiser dengan NaCl 0,9%. Adapun prosesnya sebagai
berikut:
a. Letakkan dialiser posisi inlet (merah) diatas dan outlet (biru)
dibawah. Hubungkan dengan konektor dialisat, alirkan dialisat
kedalam kompartemen dialisat dialiser dengan menggunakan
tekanan (TMP) 200 mmHg selama 15 menit.
b. Kemudian posisi dialiser dibalik, bagian inlet dan outlet
dihubungkan dengan arterial venus line yang baru,. Jalankan
bloodpump mulai dari 100 cc/menit sampai 200cc/menit dengan
menggunakan NaCl 0,9% 500 ml sebanyak 5 botol (2500 cc).
c. Hentikan blood pump, Setelah habis NaCl 0,9 % pada langkah b
, matikan bloodpump dan sambungkan arteriline dan
venousline dengan menggunakan konektor yang telah
disiapkan. Buka kedua klem bloodline, jalankan bloodpump 150 –
200 Cc/mt untuk sirkulasi tertutup.
UNIT TERKAIT Departemen Penyakit dalam subdivisi Ginjal Hipertensi

73
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

PENERIMAAN PASIEN DI RUANG HEMODIALISA


RSUP.Dr.Moh No. Dokumen No. Revisi Halaman
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Direktur Medik & Keperawatan
Operasional
Procedure (SOP)
Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk
NIP. 195404251982111001
Pengertian Suatu tata cara yang dilakukan dalam menerima pasien yang ingin
melakukan tindakan cuci darah (hemodialisa)

Tujuan Memberikan pertolongan kepada penderita yang mengalami gagal


ginjal dengan menggunakan mesin / alat hermodialisis sebagai
pengganti fungsi ginjal.

Indikasi 1. Pada gagal ginjal kronik dengan laju filtrasi glomerulus < 15
mL / menit
2. Keadaan umum yang buruk dan gejala klinis yang nyata
3. K serum > 6 mEq/L
4. Ureum darah > 200 mg/d5. pH darah < 7,1 (asidens yang berulang)
6. Anuria berkepanjangan (>5 hari)
7. Overload cairan

Prosedur  Penderita menyerahkan surat rujukan / pengantar dokter kepada


perawat ruangan.
 Perawat ruangan membaca surat rujukan dari dokter Spesialis
Penyakit Dalam Konsulen Ginjal Hipertensi
 Untuk pasien umum, petugas menjelaskan persyaratan dan biaya
kepada pasien / keluarga pasien
 Untuk pasien Askes / Askin, keluarga pasien diminta melengkapi
persyaratan adminitrasi Askes / Askin
 Keluarga pasien diarahkan untuk mendaftar ke loket pendaftaran
 Setelah melengkapi seluruh persyaratan administasi pasien
disarankan menunggu di ruang tunggu sampai panggilan petugas
untuk dilakukan tindakan HD
 Untuk pasien swasta perawat HD membuat slip pembayaran
tindakan dan meminta keluarga pasien melakukan pembayaran
dikasir Graha Spesialis
 Meminta keluarga pasien untuk menyerahkan rangkapan bukti
lunas pembayaran pada petugas HD

74
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

RSUP. PROSEDUR TINDAKAN CAPD


DR. MOH. HOESIN
PALEMBANG No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur Medik & Keperawatan
Standar
Operasional
Prosedure (SOP)
Dr.H.KM. Yamin Alsoph, SpB(K) Onk
NIP. NIP.1954 0425 1982 11 1001
Pengertian Memasukkan cairan dialysis kedalam rongga perut melalui selang
kateter yang telah dipasang permanen dalam rongga peritoneum
melalui pembedahan sederhana dalam jumlah banyak dan dalam
waktu tertentu

Tujuan 1.Sebagai tindakan pengobatan


2.Untuk membuang produk yang sudah tidak bermanfaat bagi tubuh
(Ureum / Kreatinin)
3.Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit
4.Untuk mengatur tekanan darah

Kebijakan 1.Dilakukan oleh dokter bedah digestive untuk pemasangan kateter


2.Dilakukan oleh perawat mahir untuk pergantian cairan CAPD

PROSEDUR Persiapan Pasien Sebelum Operasi


1.Memberi salam
2.Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan
3.Izin tindakan dari keluarga pasien
4.Periksa laboratorium :
- Darah lengkap : Hb, Ht, Gol.darah, Trombosit, leukosit, LED,
BT, CT
- Kimia darah : Ureum, kreatinin, gula darah, HbsAg
5.EKG
6.Toraks Foto
7.Konsul anastesi
8.Hemodialisa 1 hari sebelum dilakukan operasi
9.Cukur rambut daerah abdomen sampai simpisis
10.Puasa 8 jam sebelum operasi
11.Lavement rendah

75
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

PROSEDUR
Persiapan Alat Untuk Operasi
12. Tenckoff kateter 1 buah
13. Extended transfer set 1 buah
14. Titanium adaptor 1 buah
15. Ultraklamp 2 buah
16. Cairan dianel 1,5 % 2 bag
17. NaCl 0.9% 3 kolf
18. Infus set 2 buah
19. Mini cap 1 bh
20. Heparin 1 vial
21. Spuit 3 cc 1 buah
22. Buku catatan dan timbangan

PELAKSANAAN
6. Setelah dilakukan pemasangan kateter CAPD di ruang operasi,
pasien menjalani rawat inap selama lebih kurang 7-10 hari untuk
penyembuhan luka.
7. Pasien tetap menjalani hemodialisa selama masa rawat inap tersebut
sambil pasien kontrol ke center CAPD
8. Perawat khusus CAPD melakukan pembilasan cairan dikateter sambil
menguji fungsi kateter tersebut. Disamping itu perawat juga
memberikan pelatihan prosedur pertukaran cairan yang aseptik
kepada pasien dan keluarga pasien
9. Bila kateter berfungsi baik maka CAPD dapat dilakukan setelah luka
sembuh
10. Prosedur Pertukaran Cairan Yang Aseptik :
Persiapan Alat-Alat:
a. Bersihkan tempat yang akan digunakan
b. Siapkan Twinbag CAPD System, masker, minicap dan
ultraclamp
c. Pakai masker dan cuci tangan
d. Pisahkan kantong yang berisi cairan baru tidak bocor dan jernih
e. Keluarkan Transfer Set dari pakaian. Yakinkan masih dalam
keadaan tertutup
f. Jika diresepkan, tambahkan obat-obatan sesuai petunjuk dokter

Sambungkan Ke Twinbag CAPD System :


f. Jepit selang pengisian dengan Ultraclamp
g. Patahkan frangible (segel hijau) dekat kantong yang berisi cairan
h. Tangan kanan memegang Patient Connection End kemudian
tangan kiri menarik Pull Ring
i. Pegang Transfer set dengan tangan kiri, lepaskan Minicap dari
transfer set dengan tangan kanan
j. Segera hubungkan transfer set ke Twinbag CAPD System.
Pegang Transfer Set dengan baik saat memutar Twinbag CAPD
System sampai tersambung dengan baik

76
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

PROSEDUR
Pengeluaran Cairan :
a. Gantung kantong cairan
b. Letakkan kantong untuk pembuangan di bawah
c. Buka Twistclamp pada Transfer set untuk
mengeluarkan cairan.Lihat apakah cairan yang keluar
keruh
d. Setelah cairan selesai dikeluarkan, tutup Twistclamp
pada Transfer set

Pembilasan :
a. Lepaskan Ultraclamp pada selang pengisian
b. Hitung sampai 5 secara perlahan dan lihat cairan
akan mengalir ke dalam kantong pembuangan
c. Jepit selang pengeluaran dengan ultraclamp

Pengisian Cairan :
a) Buka Twistclamp pada Transfer set untuk mengisi cairan
b) Setelah pengisian selesai, jepit selang pengisian dengan
Ultraclamp yang lain
c) Tutup Twistclamp pada Transfer set

Cap Off :
a.Buka Minicap yang baru
b.Lihat apakah kapas betadine di dalamnya masih basah
c.Lepaskan Twinbag CAPD System dari Transfer Set
d.Dengan ujung Transfer set mengarah ke bawah, sambungkan
Minicap dan putar pada Transfer set sampai tertutup dengan
baik
e.Amati cairan yang telah dikeluarkan, catat di buku catatan
harian, kemudian buang cairan dan Minicap yang telah
digunakan
f.Menyarankan pasien untuk kontrol ulang sebulan sekali atau
bila ada keluhan

UNIT TERKAIT Dokter Spesialis bedah Digestiv & Dokter Spesialis pentakit Dalam
(Ginjal Hipertensi)

77
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

RSUP PROSEDUR STERILISASI DIALISER PAKAI ULANG


DR. MOH. DI RUANG HEMODIALISIS
HOESIN
PALEMBANG No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan


Direktur Medik & Keperawatan
PROSEDUR
TETAP
Dr.H.KM. Yamin Alsoph, SpB(K) Onk
NIP. NIP.1954 0425 1982 11 1001
PENGERTIAN Prosedur sterilisasi dialiser dengan menggunakan bahan kimia untuk
proses pembersihan kemudian dilanjutkan dengan pembilasan dan
sterilisasi

TUJUAN 1.Menurunkan pemaparan bahan kimia yang digunakan di pabrik.


2.Meningkatkan biokomtabilitas dialiser/menurunkan aktivasi sistem imun
3.Mengurangi gejala pemakaian pertama (first use syndrome)
4.Menurunkan harga tindakan hemodialisis

KEBIJAKAN - Dilakukan oleh perawat mahir / terlatih


- Dilakukan pada dialiser pasien dengan jaminan askes PNS
Prosedur PERSIAPAN:
1.Tenaga.
Pelaksanaan prosedur sterilisasi ginjal buatan dilakukan oleh
tenaga perawat yang telah dilatih atau perawat hemodialisis
yang diawasi oleh perawat yang terlatih.
2.Sarana dan peralatan yang diperlukan.
 Ruangan yang memenuhi syarat untuk melakukan prosedur
sterilisasi dialiser.
Peralatan

78
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

PROSEDUR  :
1. Unit Water Treatment;
- Debit air terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
- Tersedianya bahan habis pakai untuk water treatment :
a. Membran Reverse Osmosis
b. Karbon aktif
c. Filter benang
d. Cleaner membran

2. Instalasi unit reprosesing


- Instalasi pipa dilengkapi dengan pengatur tekanan air,
monitor tekanan air, kran air.
- Wastafel
- Meja porselen

3. Bahan reprosesing yaitu bahan habis pakai untuk proses


sterilisasi dialiser:
- Cairan NaCl 0,9%
- Cairan renalin 3’5%
- H2O2 3%
- Heparin
- Glukosa klinitest tablet

4. Alat perlindung diri (APD), berupa :


- Sarung tangan yang tebal 1 buah
- Masker 1buah
- Baju khusus 1 buah
- Sepatu khusus 1 buah
- Kacamata khusus 1 buah
Langkah –langkah prosedur sterilisasi dialiser di ruang cuci:
1. Setiap dialiser diberi nama penderita sebelum dipakai
atau dipergunakan pertama kali.
2. Segera setelah cuci darah berakhir, dialiser dilepaskan
dari bloodlines dengan memisahkan bagian arterial line
dan venus line. Bilas dialiser dengan air RO dengan
tekanan 25 psi.
3. Masukkan hidrogen peroksida 3% atau peratic acid 2%
kedalam kompartemen darah dan kompartemen dialisat
dengan tekanan yang cukup untuk membuang sisa darah
tetapi tidak membuang deposit protein pada membran.
Dapat juga digunakan Bleach (sodium hipokloride)
dengan konsentrasi 1% untuk melarutkan deposit
protein pada fiber. Biarkan 3-5 menit kemudian bilas
kembali ginjal buatan dengan air RO.

79
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

4. Tes kualitas. Kualitas dialiser harus dipertahankan demi


kepentingan pasien.Cara untuk mengetahuinya :
5. Visual: dilihat apakah masih ada bekuan darah didalam
dialiser tersebut, bila ada maka dialiser tidak layak
pakai.
6. Mengukur volume priming: cara ini lebih akurat,
dengan cara mengeluarkan cairan didalam dialiser dan
diukur dengan gelas ukur, bila volume priming kurang
dari 80% dari aslinya, maka dialiser tidak layak pakai.
Langkah kerja pengukuran volume priming:
3. Pegang dialiser dengan posisi vertikal diatas gelas ukur. Klem
bagian bloodline yang mengarah keatas, lepaskan blood line dan
keluarkan air bilasan dari kompartemen darah dengan cara gravitasi
kedalam gelas ukur, setelah itu berikan tekanan dengan spuit 10cc
secukupnya untuk mengeluarkan sisa air yang masih tertinggal.
4. Hitung cairan yang ada dalam gelas ukur. Bila kurang dari 80%
dari volume priming awal dialiser tidak dapat digunakan lagi

c. Letakkan dialiser pada mesin reuse dan lakukan setting pada


mesin reuse sesuai dengan jenis dialiser
Setelah proses sterilisasi selesai tutup inlet dan outlet dialiser serta
kompartemen dialisat dengan konektor , simpan dialiser pada
lemari sesuai dengan hari tindakan pasien.
Sebelum dilakukan pembilasan kembali untuk membuang germisida
pada saat dialisis berikutnya, dilakukan pengukuran volume priming
seperti pada langkah 5 pada tes kualitas untuk menentukan apakah luas
permukaan dialiser masih memenuhi persyaratan diatas 80%.

Langkah kerja pembersihan germisida.


Setelah proses diatas selesai, sebelum dipakai ulang dialiser harus
mendapat perlakuan khusus untuk menghilangkan dampak negatif yang
mungkin timbul yaitu dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang
dipakai dalam proses tersebut. Cara ini disebut dengan proses priming
yaitu membilas dialiser dengan NaCl 0,9%. Adapun prosesnya sebagai
berikut:

d. Letakkan dialiser posisi inlet (merah) diatas dan outlet (biru)


dibawah. Hubungkan dengan konektor dialisat, alirkan dialisat
kedalam kompartemen dialisat dialiser dengan menggunakan
80
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN

tekanan (TMP) 200 mmHg selama 15 menit.


e.
f. Kemudian posisi dialiser dibalik, bagian inlet dan outlet
dihubungkan dengan arterial venus line yang baru,. Jalankan
bloodpump mulai dari 100 cc/menit sampai 200cc/menit dengan
menggunakan NaCl 0,9% 500 ml sebanyak 5 botol (2500 cc).
g. Hentikan blood pump, Setelah habis NaCl 0,9 % pada langkah b
, matikan bloodpump dan sambungkan arteriline dan
venousline dengan menggunakan konektor yang telah
disiapkan. Buka kedua klem bloodline, jalankan bloodpump 150 –
200 Cc/mt untuk sirkulasi tertutup.

UNIT TERKAIT Departemen Penyakit dalam subdivisi Ginjal Hipertensi

81

Anda mungkin juga menyukai