KARDIOLOGI
NEBULISER
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Procedure 3. PENDERITA
1. Baringkan dalam posisi berbaring setengah duduk atau
duduk, tenangkan dan hilangkan cemas
2. Beritahu bahwa akan dilakukan nebulizer,
3. Ajarkan menghisap asap yang keluar dari alat dengan
mulut terbuka dan keluarkan nafas dari hidung.
2
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
TREAD MILL
RS. Dr. Moh Hoesin No. Dokumen No. Revisi Halaman
Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)
3
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Procedure
E. Obat emergency
Xylocard amp, adrenalin amp, sulfas atropin
amp, isoptin amp, dopamin amp, kalsium glukonas amp,
valium amp, rhytmodan amp, cairan infus : Nacl 0,95,
dekstrose 5%, dekstrose 10%, ringer laktat, infus set dan
spuit disposible, microdrive, rythmodan tab, sulfas atropin
tab, verapamil tab, cedocard tab
F. Penderita
1. Cukup istirahat malam menjelang test
2. Tidak makan terlalu banyak sebelum tes meskipun
dianjurkan untuk makan ringan 1 – 2 jam sebelum tes
3. Tidak merokok atau minum alkohol pada hari test
4. Stop obat-obat yang berhubungan dengan jantung
5. Beri penerangan mengenai treadmill dan kalau ada keluhan
jangan berhenti sendiri, beri tahu operator.
Unit Terkait Departemen Penyakit Dalam Subbagian Kardiologi
4
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
HOLTER MONITORING
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
Tujuan & Indikasi 1. Aritmia berbagai jenis : Sick sinus syndrome, bradiaritmia,
takiaritmia, gangguan konduksi, syndrome WPW
2. Iskemia miokard : Prinzmetal angina, angina pektoris lainnya
3. Lain-lain : evaluasi obat anti aritmia dan angina, evaluasi
pacu jantung buatan, tindak lanjut infark miokard akut,
5
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
6
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
7
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
PENATALAKSANAAN PASIEN
RS. Dr. Moh Hoesin SEBELUM DAN SESUDAH KATETERISASI JANTUNG
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)
8
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
III. Prosedur :
- Sebelum tindakan : cek persiapan
- Setelah tindakan :
a. Observasi tanda vital setiap 15 menit pada
1 jam pertama, selanjutnya setiap 30 menit sampai
stabil.
b. Observasi tanda-tanda reaksi alergi
c. Bila tindakan melalui daerah brachialis,
pasien diistirahatkan di tempat tidur selama 9 jam,
bila perlu pasang bidai
d. Bila tindakan melalui daerah femoralis,
immobilisasi 8 – 12 jam, letakkan bantal pasir
selama 4 – 6 jam.
Unit terkait Departemen Penyakit Dalam Subbagian Kardiologi
9
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
10
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
11
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
EKHOKARDIOGRAFI
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)
12
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
elektronik.
Tujuan Untuk menilai :
1. Penyakit katub jantung
2. Penyakit miokard, kardiomiopati
3. Penyakit pericard
4. Penyakit kelainan jantung bawaan
5. Penyakit tumor jantung
6. Penyakit jantung iskemik
7. Pembesaran ruang jantung
8. Mengetahui fungsi pompa jantung
9. Menganalisa fungsi katub, sesudah penggantian katub
Kebijakan 1. Surat permintaan / konsul dari dokter untuk dilakukan
ekokardiografi
2. Menyelesaikan urusan administrasi ke dana intern/ PHB
Procedure - Penderita dirujuk dari ruangan poliklinik, RS lain dan dokter
pasien
- Penderita di jadwal satu hari sebelumnya / kecuali cito
- Dokter memberikan penjelasan pada penderita tentang tujuan
dilakukan ekokardiogradi
- Petugas memeriksa dan menyelesaikan kelengkapan
administrasi
Prosedure kerja I. Persiapan Transtorakal ekokardiografi (TTE)
- Dikerjakan oleh dokter ahli dan dibantu perawat khusus
- Peralatan : stabilizer, alat ekokardiografi, tranduser, red dot,
scan jelly, oksigen, handuk kecil, kapas alkohol, tissue,
timbangan BB/ TB, tensimeter dan stetoskop
- Langkah kerja :
- Langkah pertama :
Ukur TB/ BB penderita
Tidurkan penderita dalam posisi telentang, tenangkan,
hilangkan rasa cemas / atur pada posisi tertentu
Beritahu penderita akan dilakukan tindakan
- Langkah kedua :
Hidupkan stabilizer (tekan power)
Hidupkan mesin echo, tunggu sampai kalibrasi
Matikan tranduser (tekan freeze)
Cek mesin echo, film, video kaset, film printer
Hubungkan tranduser yang kan dipakai pada
tempatnya
Pasang lead EKG echo pada penderita
Buat data penderita (tekan new patient dan huruf Y)
tekan enter, lalu buat data penderita sesuai dengan yang
diminta di layar. Lalu enter
Copy data penderita
- Langkah ketiga (tempat pengambilan) :
Ruang interkostal 3 dan 4 parasternal kiri
13
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
14
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
PULMONOLOGI
16
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
17
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Prosedur 13.Klem di buka, biarkan cairan dan darah keluar dan masuk ke
botol. Jika botol penuh, drain di klem, cairan dibuang dan
dicatat banyaknya, kemudian botol di isi lagi dengan sublimat
baru dipasang kembali. Demikian dilakukan sampai habis
14.Bila cairan habis, luka dijahit dan drain di jahit ke kulit lalu di
tutup dengan kasa steril dan di plester
15.Slang di fisaksi ke kasur atau laken penderita memakai plester
atau lem, supaya tidak tergantung karena penderita akan merasa
sakit
16.Alat dibersihkan
Unit Terkait
18
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
BRONKOSKOPI
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
19
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
b.Terapeutik
- Pengeluaran benda asing
- Evakuasi akumulasi sekret bronkus / mucus plug (bronkial toilet)
- Aspirasi
- Penanganan batuk darah masif
- Abses Paru
- Terapi kanker dengan laser
- Pemasangan stent trakeobronkial
c. Perioperatif
Kontraindikasi Absolut
Relatif
- Ganguan fungsi paru / jantung yang berat
- Keadaan umum yang berat / jelek, baik karena deman, atau
penyebab yang lain
- Hipoksemia sedang (PO2<60 mmHg)
- Aritmia
- Penderita tidak koorperatif
20
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
b. Penderita
Unit terkait -
22
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
PLEURODESIS
RS. Dr. Moh Hoesin
Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
23
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
24
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Alat dan Bahan - Spinal Needle G.23 / 25 (TTNA) dan Core biopsy (TTA)
- Duk lubang steril
- Sarung tangan steril
- Anestesi local (likokain 2 %)
- Gelas objek
- Pot ukuran sedang di isi cairan fiksasi (alkohol 96%)
- Cairan antiseptik (betadin dan alkohol 70 %)
- Kasa sterill
- Plester
Prosedur - Foto dada posisi PA dan lateral, dapat menggunakan CT Scan
thorak atau tuntunan USG thoraks
- Cuci tangan yang bersih, keringkan dan pakai sarung tangan
yang bersih, sebelumnya tentukan titik tindakan pada pasien,
lakukan tindakan A dan antiseptik daerah tindakan
- Pasang duk lubang steril
- Lakukan anestesi lokal pada daerah tindakan
- Lakukan penetrasi jarum kemudian mandrin jarum dilepas,
lakukan gerakan biopsi naik turun beberapa kali kemudian
jarum dilepas dan disemprotkan aspirat ke gelas objek dan
lakukan gesekan diantara dua gelas objek
- Sedian sesegera mungkin dilakukan fiksasi dengan alkohol
96 %, selanjutnya sediaan dikirim ke Patologi Anatomi.
Unit terkait
REMATOLOGI
26
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
27
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
- Desinfektan iodine
- Alkohol
- Kassa steril
- Sarung tangan
- Pulpen / spindol
- Plester
- Klump
- Tabung gelas
- Tabung steril
- Lidocain 1 % atay 22% atau spray etiklorida
- Kortikosteroid atau Hyaluronan
- Botol penampung aspirasi cairan sendi
Prosedur Penderita diberi pengertian tentang tindakan yang akan dilakukan.
Sebelum melakukan tindakan harus ada Informed consent, yaitu
pasien apabila setuju harus menandatangani surat persetujuan.
Sebaiknya penyuntikan dilakukan pada lingkungan yang aseptik.
Hendaklah ditimbulkan kesan pada penderita bahwa prosedur ini
bukan prosedur sulit. Jarang diperlukan obat penenang. Penentuan
tempat yang tepat sangat penting. Keberhasilan suntikan lokal sangat
tergantung pada : pengetahuan anatomis daerah yang bersangkutan.
Sebelum melakukan penyuntikan dokter harus mempunyai gambaran
yang jelas tentang tempat yang akan di suntik dan jalur yang akan
dilalui oleh jarum suntik. Penderita harus dalam posisi sedemikian
rupa sehingga struktur di sekitar sasaran suntikan dalam keadaan
rileks. Kemudian dilakukan pembersihan serta tindakakan asepsis
dan antisepsis pada tempat yang akan di suntik. Draping hanya
diperlukan pada penderita imunokompromis atau jika diperkirakan
prosedur akan berlangsung lama atau sulit. Tindakan yang akan
mengurangi sensasi tusukan jarum terkadang diperlukan.
Lama tindakan 10 menit
28
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
29
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Indikasi Diagnostik :
1. Membantu diagnostik arthritis septik
2. Memberikan konfirmasi diagnostik klinik
3. Selama pengobatan arthritis septic dilakukan
secara serial untuk menghitung jumlah leukosit, pengecatan gram,
dan kultur cairan sendi
Terapeutik :
1. Artrosentesis
- Evakuasi kristal untuk mengurangi inflamasi pada
pseudogout akut dan kristal induced arthritis yang lain
- Evakuasi serial pada arthritis septic untuk mengurangi
destruksi (drainase)
2. Pemberian kortikosteroid intra artikuler
- Mengontrol inflamasi steril pada sendi secara maksimal
merupakan kunci dimana obat anti inflamasi nonsteroid telah
gagal, kemungkinan akan gagal atau merupakan
kontraindikasi
- Mempersingkat periode kesakitan pada inflamasi yang self
limited (gout arthritis)
- Menghilangkan nyeri inflamasi dengan cepat, membantu
terapi fisik pada kontraktur sendi`
Kontraindikasi Diagnostik :
- Infeksi jaringan lunak yang menutupi sendi
- Bakteremia
- Anatomis tidak bisa dilakukan
Terapeutik :
- Instabilitas sendi
- Nekrosis avaskuler
- Artritis septic
- Osteonekrosis
- Sendi neurotropik
30
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Umum :
1. Sebelum melakukan aspirasi cairan sendi
- Lakukan pemeriksaan fisis sendi dan bila diperlukan periksa
otot sendi yang akan dilakukan aspirasi
- Harus dikuasai anatomi regional sendi yang akan diaspirasi
untuk menghindari kerusakan struktur vital seperti pembuluh
darah dan saraf. Hati-hati jangan sampai mencongkel rawan
sendi karena tidak dapat sembuh sendiri
2. Harus dilakukan teknik yang steril untuk menghindari terjadinya
arthritis septik. Untuk desinfeksi perlu dipakai iodine dan
alkohol. Dokter harus memakai sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan darah dan cairan sendi pasien
3. Untuk mengurangi sendi dapat digunakan semprotan
etilklorida. Bila diperlukan dapat digunakan prolain untuk
anestesi lokal.
4. Selama dilakukan prosedur aspirasi harus diingatkan pada pasien
untuk selalu rileks dan tak banyak menggerakkan sendi
31
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Khusus :
1. Sendi lutut pada efusi yang besar,
tusukan dari lateral secara langsung pada tengah-tengah tonjolan
supra patela lebih mudah dan lebih enak untuk pasien. Tonjolan
pada kantong supra patella ini dapat diperjelas dengan menekan
ke lateral dan bagian medial. Dengan ujung pulpen dilakukan
pemberian tanda pada daerah target. Lebih kurang pada tepi atas
patela.
Tanda ini masih akan tetap terlihat pada waktu yang cukup untuk
melakukan desinfeksi, anestesi dan artrosentesis, pada efusi sendi
yang sedikit lebih baik dilakukan tusukan dari medial di bawah
titik tengah patela.
Prosedur 2. Bahu pada pasien duduk dilakukan
paipasi pada tonjolan korakoid pada 45 derajat interior dan lateral
dari tonjolan tersebut akan didapatkan sendi glenohumeri. Pada
lokasi tersebut tusukan jarum lurus ke posterior ke ruang sendi.
3. Pergelangan tangan sendi
4.Subtalar pada pasien posisi terlentang kaki 90 derajat terhadap
tungkai bawah, tusukan jarum secara horizontal ke ruang sendi di
interior dari ujung maleolus lateral dan posterior dari sinus tarsus.
5.Metatarsofalangeal, untuk mengidentifikasikan garis sendi ini
dapat dilakukan dengan fleksi dan ekstensi sendi. Untuk
mempermudah memasuki sendi ini dilakukan tarikan dan plantar
fleksi 30 derajat. Tusukan jarum pada garis sendi pada posisi 90
derajat
6.Pergelangan tangan , sendi pergelangan tangan terletak diantara
prosesus stiloideus radius dan ulna. Ruang sendi ini dapat dicapai
melalui salah satu sisi pada bagian dorsal yaitu sedikit disebelah
distal radius atau sedikit distal ulna.
32
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
33
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Standar Ditetapkan
Operasional Tanggal Terbit Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)
Langkah-langkah
1. Pasien tidur telentang atau telungkup
2. Pakaian dilepas sehingga bagian yang akan diperiksa terbuka
3. Objek yang akan diperiksa diberi jelly secukupnya
Prosedur 4. Dibuat foto-foto pada film printer secara split, kadang-kadang dengan
pembesaran
5. Dibuat eksterpise dari foto-foto tersebut
6.
Unit Terkait Departemen Penyakit Dalam Subbagian Reumatologi
34
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
1. Pasien menyerahkan status / kartu rekam medis dengan atau tanpa surat
pengantar kepada perawat ruangan yang didapat dari loket pendaftaran.
2. Untuk pasien umum, petugas menjelaskan persyaratan dan biaya kepada
pasien/keluarga pasien
3. Untuk pasien Askin/Askes, keluarga pasien diminta melengkapi persyaratan
administrasi Askin/Askes.
4. Setelah melengkapi seluruh persyaratan administrasi pasien disarankan
Prosedur menunggu di ruang tunggu sampai panggilan petugas untuk dilakukan
pemeriksaan.
5. Untuk pasien swasta perawat ruangan membuatkan slip pembayaran tindakan
dan meminta keluarga pasien melakukan pembayaran di kasir Graha Spesialis
6. Meminta keluarga pasien untuk menyerahkan rangkapan bukti lunas
pembayaran pada petugas ruangan
35
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
ALERGI IMUNOLOGI
Kontraindikasi Daerah yang di tes bebas dari dermatitis, pasien yang sedang minum
obat antihistamin dan steroid
36
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Kontraindikasi Pasien dalam serangan asma, pasien yang sedang minum obat
antihistamin, steroid dan ibu hamil
37
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Komplikasi Reaksi alergi berupa asma, rinitis, urtikaria, syok anafilaksis (sangat
jarang terjadi)
Unit Terkait -
38
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
39
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Unit terkait -
40
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
41
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
42
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
HEMATOLOGI
43
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Unit terkait -
44
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
45
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Unit yang terkait Departemen / Instalasi lain yang memberikan Transfusi darah di RSMH
47
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
kasa steril.
Procain 2% / lidocain 2%
Spuit 5 cc dan 20 cc masing-masing 2 buah
Sarung tangan dan duk bolong steril
Set jarum aspirasi sumsum tulang (14 – 18G)
Botol bersih untuk koleksi aspirat yang sudah berisi
antikoagulan titriplex atau EDTA, objek gelas/dek gelas untuk
blood filem
48
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
PENGAMBILAN SAMPEL
RSUP. Dr. Moh DARAH TEPI DAN HEMOSTASIS
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
Prosedur 1. Siapkan botol bersih untuk koleksi darah yang sudah berisi
antikoagulan dobel oksalat, objek gelas/dek gelas untuk
pemeriksaan darah rutin. Untuk pemeriksaan hemostasis siapkan
tabung yang berisi antikoagulan sitras
2. Cuci tangan yang bersih, keringkan dan pakai sarung tangan yang
steril. Sebelumnya tentukan titik tindakan pada pasien.
49
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Unit Terkait Unit rawat inap dan rawat jalan seluruh departemen yang
berhubungan dengan kelainan darah dan hemostasis
50
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
GASTRO HEPATOLOGI
KOLONOSKOPI
RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang No. Dokumen No. Revisi Halaman
51
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Unit Terkait -
52
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Tujuan - Pemberian nutrisi enteral pada pasien yang tidak dapat menelan
oleh berbagai sebab.
- Dekompresi / menyalurkan cairan lambung keluar pada ileus
paralitik / obstruksi dan pankreatitis akut
- Bilas lambung pada perdarahan SCBA
53
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
ESOFAGO-GASTRO-DUODENOSKOPI
Halaman No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)
Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk
NIP. 195404251982111001
Pengertian Pemeriksaan intra lumen esophagus, gaster, dan duodenum dengan
menggunakan alat endoskop (serat optic atau EVIS)
Indikasi - Dispepsia
- Disfagia
- Perdarahan gastrointestinal
- Konfirmasi abnormalitas pada pemeriksaan radiology
- Penapisan keganasan saluran cerna bagian atas
- Muntah hebat
- Berat badan turun tanpa sebab
- Dispepsi yang menetap setelah terapi empiric
- Occult standing berkurang dan tidak diketahui sebabnya.
- Ligasi / STE varises esofragus
- Pengambilian benda asing
54
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
55
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
SKLEROTERAPI HEMOROID
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. Moh
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Operasional Direktur Medik & Keperawatan
Procedure (SOP)
56
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Unit Terkait -
57
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
GINJAL HIPERTENSI
58
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Prosedur PERSIAPAN
Persiapan Pasien Sebelum Operasi
1. Memberi salam
2. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan
3. Izin tindakan dari keluarga pasien
4. Periksa laboratorium :
- Darah lengkap : Hb, Ht, Gol.darah, Trombosit, leukosit, LED,
BT, CT
- Kimia darah : Ureum, kreatinin, gula darah, HbsAg
5. EKG
6. Toraks Foto
7. Konsul anastesi
8. Hemodialisa 1 hari sebelum dilakukan operasi
9. Cukur rambut daerah abdomen sampai simpisis
10. Puasa 8 jam sebelum operasi
11. Lavement rendah
59
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Prosedur PELAKSANAAN
1. Setelah dilakukan pemasangan kateter CAPD di ruang operasi,
pasien menjalani rawat inap selama lebih kurang 7-10 hari untuk
penyembuhan luka.
2. Pasien tetap menjalani hemodialisa selama masa rawat inap tersebut
sambil pasien kontrol ke center CAPD
3. Perawat khusus CAPD melakukan pembilasan cairan dikateter
sambil menguji fungsi kateter tersebut. Disamping itu perawat juga
memberikan pelatihan prosedur pertukaran cairan yang aseptik
kepada pasien dan keluarga pasien
4. Bila kateter berfungsi baik maka CAPD dapat dilakukan setelah
luka sembuh
5. Prosedur Pertukaran Cairan Yang Aseptik :
Persiapan Alat-Alat:
a. Bersihkan tempat yang akan digunakan
b. Siapkan Twinbag CAPD System, masker, minicap dan
ultraclamp
c. Pakai masker dan cuci tangan
d. Pisahkan kantong yang berisi cairan baru tidak bocor dan jernih
e. Keluarkan Transfer Set dari pakaian. Yakinkan masih dalam
keadaan tertutup
f. Jika diresepkan, tambahkan obat-obatan sesuai petunjuk dokter
Pengeluaran Cairan :
a. Gantung kantong cairan
b. Letakkan kantong untuk pembuangan di bawah
c. Buka Twistclamp pada Transfer set untuk mengeluarkan
cairan.Lihat apakah cairan yang keluar keruh
d. Setelah cairan selesai dikeluarkan, tutup Twistclamp pada
Transfer set
Pembilasan :
a. Lepaskan Ultraclamp pada selang pengisian
b. Hitung sampai 5 secara perlahan dan lihat cairan akan mengalir
ke dalam kantong pembuangan
c. Jepit selang pengeluaran dengan ultraclamp
60
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Cap Off :
a. Buka Minicap yang baru
b. Lihat apakah kapas betadine di dalamnya masih basah
c. Lepaskan Twinbag CAPD System dari Transfer Set
d. Dengan ujung Transfer set mengarah ke bawah, sambungkan
Minicap dan putar pada Transfer set sampai tertutup dengan
baik
e. Amati cairan yang telah dikeluarkan, catat di buku catatan
harian, kemudian buang cairan dan Minicap yang telah
digunakan
6. Menyarankan pasien untuk kontrol ulang sebulan sekali atau bila
ada keluhan
Unit Terkait Dokter Spesialis bedah Digestiv & Dokter Spesialis pentakit Dalam
(Ginjal Hipertensi)
61
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
BIOPSI GINJAL
RSUP.Dr.Moh No. Dokumen No. Revisi Halaman
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Direktur Medik & Keperawatan
Operasional
Procedure (SOP)
Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk
NIP. 195404251982111001
Pengertian Pengambilan contoh jaringan ginjal
62
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
63
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
HEMODIALISA
RSUP.Dr.Moh No. Dokumen No. Revisi Halaman
Hoesin Palembang
Tanggal terbit Ditetapkan,
Standar Direktur Medik & Keperawatan
Operasional
Procedure (SOP)
Dr. H.KM.Yamin Alsoph,SpB.K. Onk
NIP. 195404251982111001
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan untuk pasien yang mengalami gagal
ginjal
Indikasi 1. Pada gagal ginjal kronik dengan laju filtrasi glomerulus < 15
mL / menit
2. Keadaan umum yang buruk dan gejala klinis yang nyata
3. K serum > 6 mEq/L
4. Ureum darah > 200 mg/dL
5. pH darah < 7,1 (asidens yang berulang)
6. Anuria berkepanjangan (>5 hari)
7. Overload cairan
Prosedur PERSIAPAN
1. Tenaga
Tindakan hemodialisa dilakukan oleh tenaga perawat khusus
hemodialisa dibawah pengawasan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Sub Spesialis Ginjal Hipertansi.
Penderita menyerahkan surat rujukan / pengantar dokter kepada
perawat ruangan
2. Peralatan medis
- Mesin Hemodialisa
- Mesin water treatment
- Trolley khusus untuk perlengkapan :
a. Steril :
o Duk biasa 1 buah
o Duk bolong 1 buah
o Sarung tangan 2 pasang
o Klem lurus sedng 2 -3 buah
o Kain kassa secukupnya
o Mangkok kecil stenlis 1 buah
64
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
o Spuit 20 cc 1 buah
o Spuit 10 cc 1 buah
o Spuit 1 cc 1 buah
o Blood transfusi set 1 buah
b. On steril :
o Tempat alhohol 40 – 70 %
o Tempat betadine
o Gunting kassa / verban 1 buah
o Verban 5 inchi 2 buah
o Plester secukupnya
o Tensoplast secukupnya
o Bengkok 1 buah
o Matkan 1 buah
c. Obatan – obatan :
o Heparin injeksi
o NaCI 0,9% 4 kolf
o Lidocain 2 % injeksi
b. Mencampur dialisat
Pilih jenis diasol konsentrat yang dibutuhkan : Acetat
atau Bicarbonate
Pada proportioning sistem, selang langsung
dihubungkan dengan konsentrat dan secara otomatis
mesin dapat mencampur air dengan perbandingan
tertentu dan pada monitor akan tampak apakah
65
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
c. Tempertur dialisat
Dialisat dipanaskan dulu sampai suhu 37-38 oC
A. Pengawasan Mesin
Pengawasan sirkulasi darah diluar tubuh
Pengawasan kecepatan aliran
kecepatan aliran darah harus konstan, kecepatan yang
mendadak dinaikkan dapat menimbulkan keadaan kolaps
dari pembuluh darah dan bahaya hipotensi. Sedangkan
aliran yang terlalu pelan dan terseendat-sendat
mengurangi efektifitas dialisis.
67
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
2. Regional
Heparin aktif hanya pada sirkulasi mesin. Pada umumnya
dosis sama dengan dosis pemberian sistematik, sedangkan
dosis protamin untuk menetralkan efek heparin adalah 1-1,5
mg untuk tiap 1 mg (120 iu) heparin.
Catatan : tidak boleh memberikan 50 mg protamin dalam
waktu 10 menit, harus lebih lama
.
B. Pengawassan sirkulasi cairan dialisis
Conductifity
Conductifity dipertahankan antara 13 – 15 mS.
Konsentrasi yang berubah-ubah dengan cepat melebihi 2%
dapat menyebabkan hemolisis, disfungsi serebri.
Temperatur
68
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Pressure
Pengaturan transmembran pressure melalui dialisat
pressure pada hemodialisis untuk menentukan ultrafiltrasi
cairan yang diinginkan selama hemodialisis
Kecepatan aliran (flow)
Kecepatan aliran dialisat 500 mm/menit harus diawasi
agar tercapai tujuan hemodialisis yang optimum
Kebocoran darah
Selain dari sistem alarm, kebocoran darah dapat diketahui
dari perubahan warna dialisat
C. Pengawasan penderita
Secara periodik dilakukan pengukuran tekanan darah, nadi
dan pernapasan bila tidak ada keluhan dilakukan setiap 1
jam
Memperhatikan pengeluran cairan dengan ultrafiltrasi
Memperhatikan jalannya tetesan blood transfusi pada
waktu hemodialisis
Mengatasi keadaan – keadaan / komplikasi seperti :
Nyeri dada
Cardiac aryhtmia
Konvulsi
Kram otot
Deman dan mengigil
Sakit kepala
Hematoma
Hipertensi
Hipotensi
Nausea dan vomitus
Sesak napas
Asidosis dan hipoksia
Komplikasi lain :
Terjadi clothing pada mesin
Dapat disebabkan karena kekurangan pemberian
heparin
Tindakan : upayakan untuk mencegah masuknya
bekuan darah sirkulasi sistemik. Apabila tidak
dapat diatasi dengan pemberian tambahan heparin
segera hentikan hemodialisis. Bila diperlukan
berikan transfusi darah sejumlah volume darah
pada sirkulasi mesin.
Kebocoran darah.
69
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
D. Mengakhiri hemodialisis
Hemodialisis berlangsung antara 3 – 5 jam. Setelah waktu
yang ditentukan untuk hemodialisis tercapai, maka prosedur
pengakhiran dialisis mulai dilakukan :
Ukur tekanan nadi
Ambil contoh darah untuk post dialisis, ureum, kreatinin,
natrium, bila diperlukan.
Kurangi kecepatan blood pump sampai minimal ( 75-100
ml/menit)
Kemudian matikan blood pump
Mula-mula dilepaskan arterial line dari pasien, segera
tekan luka bekas tusukan jarum
Darah yang ada pada sirkulasi mesin didorong masuk ke
tubuh dengan NaCI atau dengan udara dengan
menghidupkan kembali blood pump pada kecepatan
minimal
Setelah perdarahan berhenti luka ditutup dengan plester
kassa atau kain kassa steril. Bila perlu balutan verban
untuk menekan bekas luka
70
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Prosedur PERSIAPAN:
a) Tenaga.
Pelaksanaan prosedur sterilisasi ginjal buatan dilakukan oleh
tenaga perawat yang telah dilatih atau perawat hemodialisis
yang diawasi oleh perawat yang terlatih.
b) Sarana dan peralatan yang diperlukan.
Ruangan yang memenuhi syarat untuk melakukan
prosedur sterilisasi dialiser.
Peralatan :
1. Unit Water Treatment;
- Debit air terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
- Tersedianya bahan habis pakai untuk water treatment :
a. Membran Reverse Osmosis
b. Karbon aktif
c. Filter benang
d. Cleaner membran
71
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
72
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
73
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
Indikasi 1. Pada gagal ginjal kronik dengan laju filtrasi glomerulus < 15
mL / menit
2. Keadaan umum yang buruk dan gejala klinis yang nyata
3. K serum > 6 mEq/L
4. Ureum darah > 200 mg/d5. pH darah < 7,1 (asidens yang berulang)
6. Anuria berkepanjangan (>5 hari)
7. Overload cairan
74
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
75
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
PROSEDUR
Persiapan Alat Untuk Operasi
12. Tenckoff kateter 1 buah
13. Extended transfer set 1 buah
14. Titanium adaptor 1 buah
15. Ultraklamp 2 buah
16. Cairan dianel 1,5 % 2 bag
17. NaCl 0.9% 3 kolf
18. Infus set 2 buah
19. Mini cap 1 bh
20. Heparin 1 vial
21. Spuit 3 cc 1 buah
22. Buku catatan dan timbangan
PELAKSANAAN
6. Setelah dilakukan pemasangan kateter CAPD di ruang operasi,
pasien menjalani rawat inap selama lebih kurang 7-10 hari untuk
penyembuhan luka.
7. Pasien tetap menjalani hemodialisa selama masa rawat inap tersebut
sambil pasien kontrol ke center CAPD
8. Perawat khusus CAPD melakukan pembilasan cairan dikateter sambil
menguji fungsi kateter tersebut. Disamping itu perawat juga
memberikan pelatihan prosedur pertukaran cairan yang aseptik
kepada pasien dan keluarga pasien
9. Bila kateter berfungsi baik maka CAPD dapat dilakukan setelah luka
sembuh
10. Prosedur Pertukaran Cairan Yang Aseptik :
Persiapan Alat-Alat:
a. Bersihkan tempat yang akan digunakan
b. Siapkan Twinbag CAPD System, masker, minicap dan
ultraclamp
c. Pakai masker dan cuci tangan
d. Pisahkan kantong yang berisi cairan baru tidak bocor dan jernih
e. Keluarkan Transfer Set dari pakaian. Yakinkan masih dalam
keadaan tertutup
f. Jika diresepkan, tambahkan obat-obatan sesuai petunjuk dokter
76
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
PROSEDUR
Pengeluaran Cairan :
a. Gantung kantong cairan
b. Letakkan kantong untuk pembuangan di bawah
c. Buka Twistclamp pada Transfer set untuk
mengeluarkan cairan.Lihat apakah cairan yang keluar
keruh
d. Setelah cairan selesai dikeluarkan, tutup Twistclamp
pada Transfer set
Pembilasan :
a. Lepaskan Ultraclamp pada selang pengisian
b. Hitung sampai 5 secara perlahan dan lihat cairan
akan mengalir ke dalam kantong pembuangan
c. Jepit selang pengeluaran dengan ultraclamp
Pengisian Cairan :
a) Buka Twistclamp pada Transfer set untuk mengisi cairan
b) Setelah pengisian selesai, jepit selang pengisian dengan
Ultraclamp yang lain
c) Tutup Twistclamp pada Transfer set
Cap Off :
a.Buka Minicap yang baru
b.Lihat apakah kapas betadine di dalamnya masih basah
c.Lepaskan Twinbag CAPD System dari Transfer Set
d.Dengan ujung Transfer set mengarah ke bawah, sambungkan
Minicap dan putar pada Transfer set sampai tertutup dengan
baik
e.Amati cairan yang telah dikeluarkan, catat di buku catatan
harian, kemudian buang cairan dan Minicap yang telah
digunakan
f.Menyarankan pasien untuk kontrol ulang sebulan sekali atau
bila ada keluhan
UNIT TERKAIT Dokter Spesialis bedah Digestiv & Dokter Spesialis pentakit Dalam
(Ginjal Hipertensi)
77
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
78
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
PROSEDUR :
1. Unit Water Treatment;
- Debit air terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
- Tersedianya bahan habis pakai untuk water treatment :
a. Membran Reverse Osmosis
b. Karbon aktif
c. Filter benang
d. Cleaner membran
79
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN MEDIK DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RS. Dr. MOH. HOESIN
81