Anda di halaman 1dari 31

Prototipe Kapal Tanpa Awak Pendeteksi Kadar Gas Belerang Dan Suhu

TIM :
I Gusti Ayu Nyoman Mariani NIM.1615051025
Putu Andika Wirasatriya NIM.1615051104
I Gusti Ayu Wandi Septiari NIM.1615051001

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
ABSTRAK
Prototipe kapal tanpa awak pendeteksi kadar gas belerang dan suhu ini bertujuan
untuk (1) memudahkan petani tambak dalam mendeteksi kadar gas belerang, suhu
dan pH, (2) meringankan beban petani dalam kematian ikan-ikannya. (3)
mengetahui hasil pengujian prototipe. Model pengembangan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah model prototyping. Pengembangan prototipe ini
meliputi pemilihan kebutuhan, membangun prototipe, pengkodean sistem,
pengujian sistem dan evaluasi sistem. Penelitian ini diimplementasikan dalam
bentuk prototipe alat pendeteksi kadar gas belerang dan suhu, prototipe ini
nantinya berjalan secara autonomous dan dapat dikendalikan secara manual.

Katakunci: Prototyping, autonomous, kadar gas belerang.


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perairan danau pada umunya berfungsi sebagai pemasok air permukaan,
daerah penyangga, tangkapan resapan air, juga sebagai tempat budi daya
perikanan, aktivitas olahraga dan objek daya tarik wisata. Namun dalam
perjalanannya, hampir semua danau memiliki masalah. Seperti kawasan wisata
dan sumberdaya perairan yang lain pembangunan infrastukur dan pemanfaatan
perairan danau untuk kegiatan perikanan akan mempengaruhi kelangsungan dan
kelestarian perairan danau.
Permasalahan utama yang terjadi di danau adalah tidak mempunyai outlet,
pencemaran bahan organic dari akumulasi limbah penduduk serta pencemaran
organic yang berasal dari limbah pemupukan pada lahan perkebunan, hortikultur
dan sayur-sayuran. Permasalahan lain yang cukup potensial menimbulkan
kematian ikan secara masal adalah akumulasi unsur belerang pada perairan danau
yang berasal dari aktivitas gunung. Terjadinya kematian ikan masal tersebut
membuat para petani mengalami kerugian yang besar, yang dimana tidak ikan
yang besar saja mengalami kematian tetapi ikan yang kecil-kecil belum siap untuk
dipanen pun mengalami kematian juga. Kematian massal ikan merupakan akibat
dari proses kompleks sebagai dampak dari akumulasi bahan organic baik pada
dasar perairan maupun kolom air. Kematian massal ikan merupakan akibat dari
proses kompleks sebagai dampak dari akumulasi bahan organic baik pada dasar
perairan maupun kolom air. Pada tahap awal akibat pemupukan bahan organic di
dasar perairan adalah pembentukan lapisan anaerobic yang makin besar.
Biota air biasa kerancuan (kehilangan keseimbangan) pada konsentrasi
𝐻2𝑆 0,1-0,2 mg/l (ppm) dan pada konsentrasi 0,25 mg/l kematian massal biasanya
terjadi. Oleh karena itu, konsentrasi asam belerang bagi biota budi daya adalah
kurang dari 0,1 mg/l (M. Ghufran H, 2010). Untuk mengatasi masalah tersebut
maka dibutuhkan sebuah teknologi. Teknologi yang dibutuhkan untuk mendeteksi
kadar belerang yang ada pada danau adalah teknologi yang mampu mengetahui
dan mengontrol sistem.
Sebelum mengimplementasikan langsung teknologi yang akan digunakan
untuk mendeteksi kadar belerang yang ada maka diperlukan sebuah prototipe.
Prototipe berfungsi untuk mengimplementasikan kondisi di lapangan ke dalam
bentuk purwa rupa (Suryadi & Bunawan,1996).
Selain itu dengan prototipe memudahkan dalam proses pengembangan.
Pada penelitian ini peneliti membuat sebuah prototype berupa kapal tanpa awak
yang dimana kapal tersebut membawa sensor-sensor untuk mendeteksi kadar
belerang yang ada pada danau, kapal tanpa awak adalah perangkat yang dapat
melakukan aksi untuk bergerak tanpa awak dan mengetahui posisi kapal berada
melalui titik koordinat. Kapal tersebut nantinya akan beroperasi secara otomatis
(autonomous) dan juga dapat dikendalikan secara manual (menggunakan remote
control). Sensor-sensor yang digunakan pada penelitian ini ada 3 yaitu, sensor gas
MQ-135 untuk mendeteksi kadar gas belerang yang berada pada danau, kemudian
ada sensor suhu DS18B20 untuk mencatat suhu yang berada pada air danau dan
yang terakhir yaitu sensor pH(keasaman) untuk mendeteksi kadar keasaman pada
air danau. Proses pemantauan data dilakukan dengan mencatat hasil yang didapat
kemudian hasil tersebut akan dikirim ke ground station.
Kontribusi peneliti dalam pengembangan prototipe kapal tanpa awak
pendeteksi kadar gas belereng dan suhu ini adalah perangkat dapat melakukan
aksi untuk mencatat suhu, kadar gas (oksigen), dan kadar keasaman (pH)
kemudian data yang diperoleh dapat dikirim ke ground station yang nantinya hasil
dari data tersebut berupa data yang sudah diolah, selain itu data yang dihasilkan
akan sudah tertera waktu dan tanggal pendeteksian. Kapal tanpa awak penditeksi
gas belerang ini melakukan aksi untuk bergerak tanpa awak dan mengetahui posisi
kapal berada melalui titik koordinat. Kapal tersebut nantinya akan beroperasi
secara otomatis (autonomous) dan juga dikendalikan secara manual
(menggunakan remote control). Hasil yang diharapkan dari pengembangan
prototipe ini petani lebih mudah mengetahui tanda-tanda akan munculnya
belerang dipermukaan danau dan mempermudah dalam menangani ikan-ikan
ditambak sehingga penanganan menjadi tidak terlambat dan sesuai dengan apa
yang diharapkan petani tambak.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dibuatnya Prototipe Kapal Pendeteksi Kadar Gas Belerang
Dan Suhu Berbasis Ardupilot ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil rancangan dan implementasi prototipe kapal tanpa
awak pendeteksi kadar gas belerang dan suhu.
2. Untuk mengetahui efektivitas dari prototipe kapal tanpa awak pendeteksi
kadar gas belerang dan suhu.

C. MANFAAT
Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari pengembangan prototipe kapal
tanpa awak pendeteksi kadar gas belerang dan suhu adalah sebagai berikut:
1. Bagi Petani Tambak ikan
1.1 Dengan adanya prototipe ini diharapkan sebagai alternatif untuk
mengetahui kadar belerang yang ada di danau.
1.2 Memudahkan petani tambak dalam proses pemantauan keadaan air
danau, karena tidak perlu lagi menggunakan cara tradisional untuk
mendeteksi kadar belerang pada air danau.

D. METODE
Metode penelitian bertujuan untuk mengetahui sistematika proses yang
berjalan pada pembuatan penulisan. Pada bagian ini akn dijelaskan terkait dengan
cara mengumpulkan data dan informasi sebagai bahan yang mendukung
kebenaran hasil. Adapun Kerangka penelitian bisa dilihat pada gambar berikut :
Tahapan yang dilakukan adalah observasi dan wawancara, studi literatur,
analisis, desain, pengembangan dan pengujian, serta yang terakhir kesimpulan.
Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut.
1. Observasi Lapangan Dan Wawancara
Pada observasi ini adapun aktivitas yang dilakukan yaitu
mengamati petani (petani tambak) dalam menangani proses kadar
belerang, dalam proses tersebut ditemukan bahwa petani kesulitan dalam
mendeteksi kadar belerang yang ada pada permukaan danau. Adapun
indikator penting dalam pendeteksian kadar belerang adalah suhu dan
kadar gas belerang. Hasil dari observasi ditemukan bahwa petani tambak
mengalami kesulitan dalam mendeteksi adanya kadar belerang yang
mengakibatkan matinya ikan-ikan yang ada ditambak tersebut.
Selain melaukan pengamatan, pada tahap ini juga dilakukan
kegiatan wawancara kepada petani tambak untuk menguatkan hasil dari
observasi pengamatan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan
hasil bahwa perubahan kualitas air danau disebabkan oleh beberapa faktor
salah satunya cuaca dan pencemaran pada danau. Ketika perubahan musim
dan cuaca makan air danau akan mengalami perubahan yang dimana akan
mucul belerang yang mengakibatkan ikan-ikan mati begitu saja. Adanya
kadar belerang tersebut disebabkan karena adanya bakteri beracun yang
mengkibatkan ikan mati dan berbau tidak sedap serta perubahan pada air
danau. Setelah mengetahui hasil dari observasi dan wawancara selanjutnya
dilakukan analisis untuk membuat suatu solusi terhadap proses
permasalahan serta menentukan rancangan pengembangan sistem yang
akan dibangun agar sesuai dengan yang diharapan.
2. Studi Literatur
Tahap ini dilakukan studi literature dengan cara manual yaitu dengan
cara mempelajari hasil penelitian dan artikel yang berhubungan dengan
konsep analisis dan perancangan dengan menggunakan system serta
programan pada mikrokontroler. Ditemukan tiga jurnal sejanis yang
berkaitan dengan penelitian ini, dari 3 jurnal tersebut diambil beberapa
kesimpulan seperti mikrokontroler yang dipakai, tolak ukur pengujian,
kelebihan, dan kekurangan penelitian dan sebagainnya. Perangkat telah
dikembangkan oleh Penelitian terkait dikembangkan oleh Riyan
Kurniawan Putra (2017). Perangkat prototipe ini memantau 2 parameter
yaitu pendeteksi gas belerang dan kekeruhan air. Pada pendeteksi gas
belerang menggunakan sensor MQ-135, hasil pemantauan akan
ditampilkan pada LCD. Selain itu pengembangan perangkat ini bisa
memberikan pakan otomatis pada ikan sehingga memudahkan petani
dalam pemberian pakan tersebut. Hal ini sudah efektif namun kurangnya
pendeteksian suhu pada air saat mendeteksi kadar belerang yang ada.
Sehingga petani harus mengecek suhu yang terdapat menggunakan alat
tradisional. Dan kurangnya menggunakan RTC untuk delay waktu yang
lebih akurat saat rancang keramba ikan pintar. Pada penelitian ini
penelitian kuantitatif akan didapatkan data seperti, jika air bersih (data
ADC >470) pemberian pakan ikan sesuai jadwal dan jika air kotor data
(ADC <470) akan ditunda pada jadwal berikutnya dan juga dapat
mendeteksi gas belerang yaitu ketika data ADC >30 buzzer akan menyala
sebagai peringatan bahaya. Pada kategori air bersih tegangan (2,3V)
dengan data ADC yang terbaca 470-490 dan kategori air kotor tegangan
(1,1 V) dengan data ADC yang terbaca 361-477. Saat gas belerang
tegangan (0,4V) dengan data ADC yang terbaca 77-100 dan saat tidak ada
gas belerang tegangan (0,15V) dengan data ADC yang terbaca 11-33.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lukman, Sutrisno & Agus
Hamdani (2013). Perangkat tersebut memantau suhu, oksigen terlarut, dan
kadar bahan organic. Parameter penunjang yang diukur adalah tingkat
kecerahan dan kadar klorofil dari strata kedalaman, kemudian suhu air
diukur menggunakan Van Dorn Sampler, lalu analiasis dilakukan dengan
pengambilan contoh air yang kemudian disimpan di dalam botol dan di
berikan pengawet asam. Hal ini belum efektif karena penelitian ini
dilakukan masih sangat manual tanpa bantuan sensor lainya.
Selain itu penelitian juga dilakukan oleh Pengembangan perangkat
juga dikembangkan oleh Yoga Eka Saputra (2014). Perangkat tersebut
memakai 2 paremeter utama yang diamati yaitu pH dan suhu, yang dimana
kualitas air minum mempunyai pH antara 6,5 – 8,5 (merupakan batas
minimum dan maksimunya) dan perairan dengan pH <4 merupakan
perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk
hidup, dan jika pH >9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat
menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Jadi pada
penelitian ini fungsinya untuk dapat melacak setiap jenis gerakan apakah
panas,tekanan,cahaya atau getaran di daerah tertentu. Hal ini dinyatakan
belum efektif karena pada penelitian ini Wireless Sensor Network
komunikasi tidak efesien dalam mengatur kondisi lingkungan yang ada
disekitarnya. Pada penelitiin ini penelitian kuantitatif yang ada yaitu pada
system membuat penilaian pH air, suhu air, dan waktu secara real time
menggunakan komunikasi nirkabel dan mendapatkan hasil percobaan
sebagaimana pada umunya persentase kesalahan (error) penilaian pH air
memakai sensor pH meter kit bernilai antara 0,37% sampai dengan
1,86%. Pada umunya peresentase kesalahan (error) penilaian suhu air
memakai sensor DS18B20 bernilai anatara 0,608% sampai dengan 0,73%.
Penelitian selanjutnya oleh Ni Made Rai Ratih C. Perbani (2014),
yang berjudul Pembangunan Sistem Penentuan Posisi dan Navigasi
Berbasiskan Sistem Unmanned Surface Vehicle (USV) untuk Survei
Batimetri. Penelitian ini bertujuan untuk membangun suatu sistem penentuan
posisi dan navigasi berbasiskan Sistem USV. Penggunaan ArdupilotMega
bertujuan sebagi pusat pengontrol perangkat dan sensor GPS sebagai navigasi
atau penentuan posisi wahana. Wahana akan bergerak secara otomatis ke arah
waypoint yang ditentukan dan posisi kapal diperlihatkan setiap saat melalui
perangkat lunak Mission Planner. Sistem penjejakan/tracking GPS berjalan
dengan baik dengan diperlihatkannya posisi setiap saat dari wahana melalui
perangkat lunak Mission Planner. Sistem Auto Navigation/Auto Pilot belum
bekerja dengan sempurna, namun wahana sudah bergerak secara otomatis ke
arah waypoint yang ditentukan.
Penelitian selanjutnya oleh Seno Nugroho (2016) yang berjudul
Sistem Navigasi Gerak Roboboat Berdasarkan GPS Menggunakan Metode
Waypoint. Pada Penelitian ini perancangan roboboat menggunakan perangkat
keras ArduPilotMega 2560 sebagai unit pemrosesan data. Roboboat akan
bergerak secara autonomous dengan menggnakan sistem navigasi yang
menggunakan algoritma waypoint. Dalam hal ini roboboat dapat bergerak
secara autonomous dengan dikendalikan secara otomatis menggunakan PC
(Personal Computer) sebagai antar muka pengguna dimana komunikasinya
menggunakan modul wireless RF 433 MHz, tanpa menggunakan remote
control dan bisa mengikuti jalur yang telah dibuat dengan bantuan perangkat
GPS (Global Positioning System).
Selain itu penelitian juga dilakukan oleh Muhammad Zaky, Alfatirta
Mufti & Aulia Rahman (2018) yang berjudul Perancangan Sistem Kendali
Berbasis GPS (Global Positioning System) Pada Kapal Tanpa Awak.
Penelitian ini membahas Sistem kendali berbasis GPS yang mampu
mengerakan kapal secara otomatis dengan menggunakan mikrokontroller
sebagai pusat sistem yang mengatur pergerakan kapal pada koordinat atau
waypoint. Kapal tanpa awak bekerja dengan membaca data GPS kemudian
diproses pada APM 2.6 dan dikirim data pada mission planner yang
kemudian memberi intruksi pada kapal tanpa awak untuk mengikuti waypoint
yang telah ditentukan. Sistem kendali berbasis GPS pada kapal tanpa awak
berhasil diterapkan pada kapal tanpa untuk berpindah secara otonom menuju
waypoint yang telah di tentukan.
Berdasarkan hasil studi literature sejenis yang dilakukan maka
didapat beberapa informasi pendukung dan perbandingan dalam penelitian
ini yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan
kebelbihan penelitian ini. Adapun yang menjadi acuan dari pengembangan
yang akan dilakukan adalah perototipe yang akan dikembangkan mengacu
pada 3 indikator yaitu gas, suhu, dan pH. Selain itu untuk menangani
terjadinya perubahan pada ketiga indikator tersebut maka dibuatkan
sebuah alat yang nantinya dapat mengatur agar indikator tetap pada
standar yang sudah ditentukan. Selain itu, untuk memudahkan petani
tambak dalam mengetahui data yang sudah direkam atau dicatat maka
peneliti akan menambahkan sebuah alat untuk mengirimkan data ke
ground station yang nantinya hasil dari data tersubut akan tampil berupa
data olahan yang nantinya juga akan dapat memunculkan waktu dan
tanggal pendeteksian.
3. Analisis
Setelah melakukan studi literature selanjutnya melakukan analisis
berdasarkan hasil observasi dilapangan dan wawancara dengan petani
tambak. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani tambak memiliki
masalah yang dimana ditemukan bahwa petani kesulitan dalam mendeteksi
kadar belerang yang ada pada permukaan air danau dan menentukan suhu
air yang berada pada air danau, sehingga dalam kejadian ini petani tambak
mengalami kerugian yang begitu besar karena mengakibatkan ikan-ikan
yang berada ditambaknya mati akibat kadar belerang tersebut.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil bahwa perubahan
kualitas air danau disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya cuaca
dan pencemaran pada danau. Ketika perubahan musim dan cuaca maka air
danau akan mengalami perubahan yang dimana akan mucul belerang yang
mengakibatkan ikan-ikan mati begitu saja. Adanya kadar belarang tersebut
disebabkan karena adanya bakteri beracun yang mengkibatkan ikan mati
dan berbau tidak sedap serta perubahan pada air danau.

4. Pengembangan Dan Pengujian


A. Pemilihan kebutuhan
Pada tahap pengumpulan kebutuhan protoipe maka dilakukan
observasi dilapangan, guna mengetahui apa saja yang sebenarnya
dibutuhkan dalam proses mendeteksi kadar gas belerang dan suhu
tersebut. Setelah mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan,
kemudian melakukan pencaraian data-data dan referensi tentang
bagaimana merancang suatu prototype alat untuk mendeteksi suhu,
mendeteksi pH dan mendeteksi kadar gas belerang, cara merangkai
dari komponen tersebut sehingga berjalan dengan baik. Setelah itu
selanjutnya membangun prototype, pada tahap ini dilakukan
pembuatan perangkat secara cepat,lebih memfokuskan pada
input/output perangkat sesuai kebutuhan umum yang diketahui. Jika
perangkat yang dibuat mengalami kendala pada saat pembuatan
produk dan mengalami kesulitan maka akan didiskusikan kepada
dosen pembimbing agar mendapatkan solusi yang baik. Dan jika
evaluasi tidak sesuai maka tahap selanjutnya adalah mengulangi tahap
pengumpulan kebutuhan.
B. Pengkodean Sistem
Setelah mendapatkan informasi baru tentang kebutuhan aplikasi, dan
prototype sudah benar-benar jadi dan layak maka selalunjutkan akan
dilakukan pengkodean system ini dilakukan didalam software arduino
IDE yang dimanakan agar protipe dapat berjalan dengan
menggunakan program dan aplikasi yang sudah digunakan.
C. Pengujian Sistem
Tahap ini, prototype pendeteksi kadar gas belerang dan suhu
dilakukan pengujian dari ahli median dan ahli isi. Hal ini bertujuan
untuk memberikan validasi pada produk tersebut, bahwa produk
tersebut layak dijadikan sebagai alat pendeteksi kadar gas belerang
dan suhu. Tahapan validasi, diikuti dengan rangkaian kegiatan validasi
oleh ahli dan uji coba produk.
1. Uji Black Box dan White Box
Adapun jenis pengujian yang dilakukan menggunakan pengujian
black box dan white box. Pengujian black box yaitu pengujian
yang dilakukan hanya mengamati hasil eksekusi melalui data uji
dan memeriksa fungsional dari perangkat keras. Sedangkan
pengujian white box adalah pengujian yang didasarkan pada
pengecekan terhadap detail perancangan, menggunakan struktur
kontrol dari desain program secara procedural untuk membagi
pengujian ke dalam beberapa kasus pengujian.
2. Validasi oleh ahli
Pada proses ini untuk penilaian rancangan produk baru secara
rasional layak digunakan dengan cara meminta penilaian ahli
yang berpengalaman. Pada tahap ini desain yang telah disusun
kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing yang telah
berkompeten dalam menguasain pembuatan prototype. Ahli
tersebut adalah dosen ahli isi seseorang yang ahli dibidangnya
dan paham akan dalam mengatasi belerang, suhu dan pH dan
dosen ahli media dalam bidang elektronika (Jurusan pendidikan
teknik informatika Universitas Pendidikan Ganesha), serta
seorang ahli media yang paham betul mengenai penggunaan
sensor-sensor yang digunakan nantinya (seorang programmer
sekaligus seorang ahli dibidang elektronka).Setelah
mendapatkan masukan dari ahli, dalam hal ini peneliti
mendapatkan saran dan masukan dari dosen pembimbing maka
desain alat yang sebelumnya dapat ditambahkan sesuai saran
yang diberikan. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk
dikurangi dengan cara memperbaiki produk yang
dikembangkan. Produk yang sudah direvisi dan mendapat
predikat baik, maka produk tersebut dilanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu uji coba produk.
3. Uji coba produk
Dalam uji coba produk ini dimana akan diuji keefektifan dan
kepraktisan dari pengggunakan produk tersebut bahwa produk
tersebut sudah layak untuk digunakan.
4. Evaluasi Sistem
Pada tahap ini, prototype akan di evaluasi oleh pemakain,
selanjutnya jika user merasa setuju maka proses pembuatan
dinyatakan selesai dan jika pemakai merasa ada yang perlu
diperbaiki atau ditambahkan maka akan dikembangkan
dipenelitian selanjutnya.
6. Kesimpulan
Proses pengembangan Prototipe Kapal Tanpa Awak Pendeteksi Kadar
Gas Belerang Dan Suhu akan diakhiri dengan proses penarikan
keseimpulan dari cara pengembangan serta efektivitas perangkat. Hasil
dari kesimpulan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
E. DESAIN
Desain yang dibuat meliputi desain rangkaian alat pada kapal, desain
rangkaian pada remote, desain kapal RC boat, dan flowchat.
A. Desain Rangkaian Kapal
Setelah proses desain rangkaian alat selesai, selanjutnya yaitu
proses desain kapal. Fungsi dari desain ini untuk memberikan
gagasan tentang bagaimana cara kerja, membantu
mengindentifikasi masalah dari desain. Selain itu, dapat menguji
berbagai aspek yang ingin dicoba. Berikut adalah desain dari
kapal :

Gambar 3 Desain Prototipe


Gambar 3 Menjelaskan desain prototipe kapal pendeteksi
kadar gas belerang dan suhu yang digunakan nantinya. Desain
tersebut adalah kerangka prototipe yang akan dibuat. Terdapat
beberapa komponen dalam prototipe seperti unit mikrokontroler,
sensor-sensor, batterai, motor DC dll. Disini juga menjelaskan
kelebihan dari prototype yang dibuat ini bisa berlayar mengelilingi
danau nantinya untuk mendeteksi kadar gas belerang dan suhu
yang ada pada danau dibandingkan dengan alata tradisional
sebelumnya yang hanya mendeteksi kadar belerang mengunakan
alat seadanya dan harus dilakukan secara berpindah-pindah.
Panjang keseluruhan prototype kapal rc boat ini sekitar 40cm
dengan tinggi 16cm, yang dimana prototype ini dapat bertahan
pada iklim atau cuaca yang buruk disekitar danau, karena pada
prototype ini dilindungi oleh pelapis yang sudah didesain
sedemikian rupa dan juga alat-alat yang digunakan cukup tahan air.
Kecepatan pada prototype ini sedang tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu lambat sebab pada prototype ini digunakan hanya untuk
mendeteksi kadar gas belerang dan suhu yang ada disekitar danau
bukan sebagai prototype kapal RC boat yang dilombakan untuk
mengukur kecepatan laju kapal. Battrai yang digunakan pada
prototype ini cukup tahan lama sekitar 3jam-4jam dan jika sudah
habis bisa diisi daya kembali. Pengaruh positif pada penggunaan
alat ini yaitu memudahkan petani tambak untuk mengetahui akan
adanya bahaya belerang yang akan muncul disekitaran danau,
sehingga para petani tambak dapat segera menangani ikan-ikan
yang berada pada keranjang jaring apung mereka. Dan untuk
pengaruh negative pada alat ini mungkin belum ada karena alat ini
dibuat untuk memenuhi kebutuhan petani tambak yang ada
disekitaran danau..

F. ANALISIS KERJA
Setelah melakukan studi literature selanjutnya melakukan analisis
berdasarkan hasil observasi dilapangan dan wawancara dengan petani
tambak. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani tambak memiliki masalah
yang dimana ditemukan bahwa petani kesulitan dalam mendeteksi kadar
belerang yang ada pada permukaan air danau dan menentukan suhu air yang
berada pada air danau, sehingga dalam kejadian ini petani tambak mengalami
kerugian yang begitu besar karena mengakibatkan ikan-ikan yang berada
ditambaknya mati akibat kadar belerang tersebut.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil bahwa perubahan kualitas
air danau disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya cuaca dan
pencemaran pada danau. Ketika perubahan musim dan cuaca maka air danau
akan mengalami perubahan yang dimana akan mucul belerang yang
mengakibatkan ikan-ikan mati begitu saja. Adanya kadar belarang tersebut
disebabkan karena adanya bakteri beracun yang mengkibatkan ikan mati dan
berbau tidak sedap serta perubahan pada air danau.
Selain melakukan analisis terhadap masalah yang didapatkan, analisis
juga dilakukan terhadap kebutuhan fungsional dan non fungsional yang akan
dikembangkan. Berikut adalah kebutuhan non fungsional dari prototype yang
akan dibuat.Adapun kebutuhan non fungsional hardware yang digunakan
dalam pembuatan prototipe pendeteksi kadar gas belerang dan suhu sebagai
berikut :
Tabel 3. 1 Daftar alat untuk membuat prototipe pendeteksi kadar gas belerang
dan suhu
No Nama Alat Jumlah
1 Laptop 1 Unit
2 Solder 1 Buah
3 Timah 1 Roll
4 Gunting 1 Buah
5 Obeng 1 Buah
6 Geregaji 1 Buah
7 Tang 1 Buah
8 Lem Fox 1 Buah
9 Lem G 1 Buah
10 Penggaris 1 Buah
11 Pensil 1 Buah
12 Cat 2 Buah
13 Kuas 1 Buah
14 Cutter 1 Buah
15 Box 1 Buah

Tabel 3. 2 Daftar bahan untuk membuat prototipe pendeteksi kadar gas


belerang dan suhu
No Nama Alat Jumlah
1 Mikrokontroler Arduino 1 Unit
2 Sensor Gas MQ135 1 Buah
3 Sensor Suhu 1 Buah
4 Sensor pH 1 Buah
5 NRF24L01 5 Buah
6 Batterai Litinum 3,7 volt 4 Buah
7 Saklar 1 Buah
8 Kabel Jumper 1 Buah
9 Mikrokontroler Ardupilot 1 Buah
10 Module GPS+Compass 1 Buah
11 Telemetry 1 Buah
12 Power Module 1 Buah
13 ESC 1 Buah
14 Motor Brusheless 1 Buah
15 Propeller 1 Buah
16 Kabel Jumper 30 Buah
17 Motor Servo 1 Buah
18 Rudder 1 Buah
19 Batterai Lipo 1 Buah
20 Radio Control 1 Buah

Selain kebutuhan non-fungsional pada alat dan bahan disini juga terdapat
non-fungsional pada pembuatan pengembangan prototype kapal pendeteksi
kadar gas belerang dan suhu berbasis arduino yaitu sebagai berikut :
1. Business Life
Untuk menjaga kenyaman dan kemudahan dalam menggunakan
alat yang akan dirancang, maka akan selalu melakukan
pengupdatetan alat yang dirancang agar dapat lebih canggih lagi dari
yang sebelumnya, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas dari
alat yang akan di rancang. Tujuan ini adalah sebagai berikut :
a. Petani tambak akan lebih mudah melihat hasil pemantauan
suhu, kadar gas dan kadar keasaman (pH).
b. Petani tambak akan lebih mudah dalam menangani dan
menangulangi ikan-ikannya saat terjadinya kadar belerang
yang bermunculan.
c. Petani tambak akan lebih mudah mengetahui hasil data yang
diperoleh melalui data logger.
d. Data-data yang dihasilkan akan terus tersimpan dalam memori
card meskipun terdapat data yang berubah-ubah nantinya.
2. Performance
Alat ini akan dapat meringankan beban petani tambak, sebab
dengan adanya alat ini maka pendapatan hasil tambak ikan petani
akan dapat meningkat dari sebelumnya. Alat ini akan dapat berfungsi
dengan baik dan akan memberikan data yang akurat disetiap
pemantauannya. Dengan adanya alat ini juga petani tambak tidak
perlu khawatir dengan adanya kadar belerang yang bermunculan
secara tiba-tiba,sebab dengan menggunakan alat ini kita akan
mengetahui langsung seberapa banyaknya kadar belerang yang ada
dipermukaan air danau nantinya. Dan alat ini akan sangat
memudahkan dan meringankan beban petani tambak nantinya.
Selain menjelaskan kebutuhan non-fungsional,pengembangan
prototype kapal pendeteksi kadar gas belerang dan suhu berbasis
arduino juga melakukan kebutuhan fungsional antara lain :
1. System yang dibuat harus bisa menampilkan kadar gas dalam
milliliter, suhu dalam celcius dan kadar keasaman(pH) dalam
derajat celcius dan mempunyai tombol pengaturan input yang
berfungsi untuk memberikan masukan yang akan
menghasilkan perubahan luaran (output).
2. System yang dibuat harus bisa menjalankan aksinya terhadap
kondisi suhu, kadar gas dan kadar keasaman (pH) yang
berada dilapangan nantinya,yang dimana akan dapat
menghasilkan suatu inputan yang menghasilkan suatu kondisi
saat itu.
3. System yang dibuat harus bisa menampilkan catatan hasil
dari pemantauan yang telah didapatkan dan hasil tersebut
dapat ditampilkan, agar lebih mudah mengetahui perubahan
yang terjadi nantinya secara real time.
4. System yang dibuat harus bisa menyimpan hasil dari data
yang diperoleh kedalam memori card yang nantinya akan
menghasilkan data berupa modul.
5. System yang dibuat harus bisa mengapung dan berlayar
dengan seimbang ketika berada diatas air.

G. IMPLEMENTASI
1) Pengembangan
Tahap pengembangan ini menggunakan 2 fase yaitu
pengembangan hardware dan fase pengembangan software.
a. Tahap Pengembangan Hardware
Tahap pengembangan hardware adalah tahap untuk memulai
merangkai desain sampai seluruh komponen yang akan digunakan
berdasarkan desain yang sudah dibuat sebelumnya, tahap tersebut
meliputi.
1. Merangkai sensor suhu dan RTC ke arduino.

Gambar 4. 1 Rangkaian sensor suhu dengan arduino


Rangkaian sensor suhu pada gambar diatas menjelaskan
bahwa terdapat 3 buah kabel yaitu analog input pin A0, SDA
dan SCL. Kabel A0, SD dan SCL akan terhubung ke RTC
yang dimana kabel A0 akan terhubung ke DS,SDA akan
terhubung ke SDA dan SCL akab terhubung ke SCL. Dan
kabel pada sensor suhu akan terhung ke port tiny RTC.
2. Merangkai sensor gas ke arduino.
Gambar 4. 2 Rangkaian Sensor gas dengan Arduino
Rangkaian sensor gas pada gambar diatas menjelaskan
bahwa terdapat 1 buah kabel yang terhubung ke arduino nano
yaitu pada kabel SDA yang berada pada arduino nano akan
terhubung ke AO output.
3. Merangkai sensor pH ke arduino

Gambar 4. 3 Rangkaian sensor pH dengan Arduino


Pada rangkaian sensor pH diatas menjelaskan bahwa
terdapat 1 buah kabel yang dimana pada arduino nano A2 akan
dihubungkan ke Po(pH out)

b. Tahap Pengembangan Software


setelah melakukan tahap pengembangan hardware selanjutnya
yaitu tahap pengembangan software yang terdiri meliputi.
1. Membuat program untuk pergerakan pada kapal.
2. Membuat program untuk mendeteksi data suhu,kadar gas
belerang dan kadar pH.
2) Pengujian
a. Tahap Pengujian Sensor Suhu
Untuk mengetahui sensor suhu dapat bekerja dengan baik dan
mengetahui tingkat keakuratannya diperlukan beberapa pengujian.
Berikut adalah pengujian yang dilakukan yaitu dengan uji coba
menggunakan alat manual dan uji coba menggunakan sensor suhu.
Uji coba pada suhu peneliti menggunakan 2 alat bantu yaitu ;
1. Dengan thermometer.
2. Dengan sensor suhu.
Pada percobaan ini saya menggunakan 3 sampel yaitu:
- Air Dingin
- Air Biasa
- Air hangat

Gambar 4. 4 Pengujian manual pada thermometer air


Gambar 4.14 menjelaskan dimana proses pengujian suhu
menggunakan alat manual yaitu dengan menggunakan thermometer
suhu air yang dimana hasilnya nantinya akan dicatat.
Gambar 4. 5 Pengujian sensor suhu ke arduino
No Kondisi Belerang Hasil Pengukuran Sensor Keterangan
1 Tanpa Pembakaran 17,6% Rendah
2 Sedikit 30,6% Sedang

Pembakaran
3 Pembakaran Penuh 60,6% Tinggi

Gambar 4.15 menjelaskan dimana proses pengujian suhu pada


sensor suhu diprogram sudah berjalan dengan baik dan program sudah
dapat membaca pendeteksian dari sensor suhu tersebut. Dan nilai yang
didapatkan akan tertera pada table di bawwah ini.
Tabel 4. 1 Hasil Percobaan Sensor Suhu
60

50

40

30 termometer
sensor suhu
20

10

0
air dingin air biasa air hangat

Gambar 4. 6 Grafik Hasil Percobaan

Dari table 4.3 dan gambar 4.16 dapat disimpulkan dari pengujian
suhu pada thermometer dan sensor suhu pada table diatas memiliki
rentangan yang tidak jauh berbeda dengan nilai rata-rata yang diperoleh
yaitu 3,9.

b. Tahap Pengujian Sensor pH


Pengujian sensor ph sama terkait dengan sensor lainya yaitu
diperlukan beberapa pengujian untuk mengetahui dapat berkerja dengan
baik dan mengetahui tingkat keakuratan dari sensor ph itu sendiri.
Uji coba pada pH peneliti menggunakan 5 sampel untuk diuji cobakan
yaitu :
- Air AQUA
- Air Jeruk
- Cuka
- Tetes Mata
- Air Kapur Sirih
Dengan uji coba pH peneliti menggunakan alat bantu yaitu berupa
universalindikator pH 0-14.
Gambar 4. 7 Pengujian pH dengan universalindikator
Gambar 4.16 menjelaskan pengujian pada pH dilakukan dengan
cara manual yang dimana pada kertas universalindikator dicelupkan
pada air dan nantinya warnanya akan dicocokkan pada kotak warna
yang sudah tersedia.

Gambar 4. 8 Pengujian sensor pH ke Arduino

Gambar 4.18 menjelaskan pengujian pH dengan menggunakan


ensor pH yang dimana dihubungkan ke arduino, program sudah
membaca dengan baik dan hasil dari pendeteksian dari sensor pH sudah
terlihat hasilnya.
Tabel 4. 2 Hasil Percobaan Sensor pH
Hasil Pengukuran
N
Bahan Universal Alat Sensor pH Rentangan
o
Indikator
1 Air AQUA 6 6,6 0,6
2 Juruk 4 4,24 0,24
3 Cuka 2 2,42 0,42
4 Tetes Mata 11 10,42 1,42
5 Air Kapur 13 10,45 2,55
Sirih
Rata-rata 1,046

14
12
10
8
6
4 Universalindikator
2 sensor pH
0

Gambar 4. 9 Grafik Hasil Percobaan


Table 4.4 dan gambar 4.19 menyimpulkan bahwa dari pengujian pH
pada universalindikator dan sensor pH pada table diatas memiliki
rentangaan yang tidak jauh berbeda dengan nilai rata-rata yang
diperoleh yaitu 1,046.
c. Tahap Pengujian Sensor Gas Belerang
Pada akurasi gas belerang peneliti memakai belerang padat untuk diuji
cobakan. Uji coba pada gas belerang memakai 3 kategori yaitu :
- Tanpa Pembakaran
- Sedikit Pembakaran
- Pembakaran Penuh
Gambar 4. 10 Pengujian gas belerang
Gambar 4.20 menjelaskan dimana pengujian gas belerang pada
sensor gas menggunakan belerang pada dan hasiln yang didapatkan
akan dicatat.

Gambar 4. 11 Pengujian sensor gas ke Arduino


Gambar 4.21 menjealsakn pengujian sensor gas yang
dihubungkan pada arduino yang nantinya program akan membaca hasil
yang didapatkan pada sensor gas tersebut.

Tabel 4. 3 Hasil Percobaan Gas Belerang


No Kondisi Belerang Hasil Pengukuran Sensor Keterangan
1 Tanpa Pembakaran 17,6% Rendah
2 Sedikit 30,6% Sedang

Pembakaran
3 Pembakaran Penuh 60,6% Tinggi

keterangan
70

60

50

40 keterangan

30

20

10

0
rendah sedang tinggi

Gambar 4. 12 Grafik Hasil Percobaan

Kesimpulan dari pengujian kadar gas belerang pada sensor gas


MQ135 pada table diatas memiliki keterangan yang berbeda-beda yang
dimana, jika nilai pengukuran sensor <30% maka dikategorikan
rendah, jika nilai pengukuran sensor >30% maka dikategorikan sedang,
jika nilai pengukuran sensor <60% maka dikategorikan sedang dan jika
nikai sensor >60% maka di katergorikam tinggi.
d. Tahap Pengujian Remote
Pada tahap pengujian remote ini dimana peneliti akan mengukur
jarak respon remote terhadap kapal ketika kapal dioperasikan apakah
kapal berjalan normal saat jalankan dengan jarak jauh atau kapal jalan
namun dengan delay atau tidak akan jalan dan bergerak sama sekali.
Berikut table hasil percobaan yang telah dilakukan.
Tabel 4. 4 Hasil Percobaan Remote
No Jarak Respon Delay
1 5m Normal dan baik -
2 10m Normal dan baik -
3 15m Normal dan baik -
4 25m Normal dan baik -
5 35 Normal dan baik -

Kesimpulan pada table diatas menyatakan bahwa tidak adanya


delay saat kapal digerakkan dan dijalankan sejauh 35m. Dan jika di uji
cobakan dengan jarak yang lebih jauh lagi peneliti tidak bisa sebab
kendalanya tempat yang digunakan pada saat uji coba tidak
memungkinkan.
e. Tahap Pengujian Secara Keseluruhan.
Setelah masing-masing alat dicoba maka proses selanjutnya yaitu
tahap pengujian alat secara keseluruhan, pengujian ini bertujuan apakah
secara sekeluruhan prototipe yang dibuat dapat bekerja dengan baik.
Dari pengujian konektivitas dapat dilihat pada tabel hasil pengujian
berikut.
Tabel 4. 5 Pengujian Secara Keseluruhan
Dengan
Tidak dengan Perbedaa
Percobaan Sample Prototip
prototipe n
e
Air dingin 13,6 º C  10º C 3,6
Percobaan
Air biasa 40,6 38  2,6
suhu
Air hangat 55,6 50  5,6
Air aqua  6,6 º C  6 º C 0,6
Air jeruk  4,42 4 0,24
Percobaan
Cuka  2,42  2 0,42
pH
Tetes mata  10,42  11 1,42
Air kapur sirih  10,45 13  2,55
Tanpa Rendah
pembakaran  17,7%   -
Percobaan
Sedikit Sedang
gas
pembakaran  30,6% - 
belerang
Pembakaran Tinggi
penuh  60,6% - 

Table diatas merupakan beberapa hasil pengujian yang sudah


dilakukan. Hasil pengujian secara keseluruhan menyimpulkan bahwa
perangkat dapat bekerja dengan baik dengan tingkat akurasi tingggi.
f. Tahap Pengujian Ke Petani Tambak.
Setelah semua tahap terlewati proses selanjutnya yaitu pengujian
kepada petani tambak. Terdapat 2 pengujian prototipe yaitu pengujian
efektivitas dan pengujian kepraktisan. Seluruh pengujian melibatkan 10
orang responden yang merupakan petani tambak yang berada di danau
batur dilakukan dengan cara memberikan angket,berikut adalah hasil
dari pengujian yang sudah dilakukan.

H. DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Ghufran, M. K. (2001). Usaha Pembesaran Ikan Kerapu di Tambak. Yogyakarta:


KANISIUS.

Ghufran, M. K. (2010). Budidaya Ikan kerapu Batik. Jakarta: Akademia.

Lukman, Sutrisno, & Agus Hamdani. (2013). Pengamatan Pola Stratifikasi Di


Danau Maninjau Sebagai Potensi Tubo Belerang. Pusat Penelitian
Limnologi,LIPI

Made, N., Ratih, R., Suwardhi, D., Teknik, J., & Ilmu, F. (2014). Pembangunan
Sistem Penentuan Posisi dan Navigasi Berbasiskan Sistem Unmanned
Surface Vehicle ( USV ) untuk Survei Batimetri. XVIII(1), 9–22.

Nugroho, S., Fiky, I., Suratman, Y., & Nugraha, R. (2016). Sistem Navigasi
Gerak Roboboat Berdasarkan Gps Menggunakan Metode Waypoint. 3(2),
1453–1461.

Riyan Kurniawan Putra (2017). Rancang Bangun Pendeteksi Gas Belerang Dan
Kekeruhan Air Untuk Pemberian Pakan Ikan Otomatis.

Zaky, M., Mufti, A., & Rahman, A. (2018). Perancangan Sistem Kendali
Berbasis GPS ( Global Positioning System ) Pada Kapal Tanpa Awak. 3(2), 60–
67.

Anda mungkin juga menyukai