Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi sumber daya
kelautan dan perikanan yang besar. Berdasarkan Undang – undang Nomor 17 tahun
2007 tentang rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025 telah
menetapkan salah satu misi untuk mendukung terwujudnya Indonesia sebagai poros
maritim dunia yaitu salah satunya dengan membangun ekonomi kelautan secara
terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara
berkelanjutan (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015).
Akuakultur atau lebih dikenal perikanan budidaya kini telah menjadi tulang
punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor perikanan.
Produksi akuakultur yang dapat ditingkat dengan lebih cepat, menyebabkan
akuakultur diharapkan dunia dan Indonesia. Akuakultur menjadi subsektor yang
dapat memenuhi pangan yang sehat untuk masyarakat dunia sebagai konsumsinya
sehari-hari. Berdasarkan data tahun 2013 yang dirilis FAO tahun 2015 ini, produksi
perikanan budidaya dunia sudah lebih besar dibandingkan dengan perikanan
tangkap dunia.
Indonesia sendiri memiliki beberapa komoditas yang menjadi andalan
dalam subsektor akuakultur yang dikembangkan dan menjadi fokus dalam
peningkatan produksi perikanan budidaya diantaranya udang, rumput laut,
bandeng, kerapu, kakap, nila, mas, lele, patin dan gurame. Menurut Ketua Umum
Shrimp Club Indonesia (SCI) Iwan Sutanto, budidaya udang Indonesia harus
didorong karena udang merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya
andalan utama Indonesia. Lanjutnya “Budidaya udang ini memang tempatnya
mencari uang dan devisa. Di usaha ini pula kita bisa ciptakan banyak entrepreneur
baru”.
Pada awal mula jenis udang yang dibudidayakan adalah udang windu.
Tetapi dalam 2 dekade terakhir terjadi penurunan produksi. Penyebabnya yaitu
terkena serangan penyakit mematikan yang dikenal dengan nama white spot
syndrome (Yasin, 2013). Lalu pada tanggal 12 juli 2001 melalui SK Menteri

1
Kelautan dan Perikanan RI No. 41/2001 setelah menurunnya produksi udang
penaeus monodon (windu) pemerintah secara resmi melepas Penaeus vannamei
(udang vaname) sebagai varietas unggul untuk dibudidayakan petambak di
Indonesia.
Kelebihan udang vaname antara lain mempunyai nafsu makan tinggi dan
lebih tahan terhadap serangan penyakit, selain itu udang vaname juga memiliki
pasar yang baik di tingkat internasional maupun domestik (Ariawan dkk., 2005).
Kehadiran varietas udang vaname tidak hanya menambah pilihan bagi petambak
tetapi juga dapat menopang kebangkitan usaha udang di Indonesia.
Pada saat berbudidaya udang yang harus diperhatikan dengan baik yaitu
pada saat kegiatan pembesaran (Hendrajat dan Mengampa, 2007). Kelalaian dalam
proses pembesaran, terutama dari manajemen pakan dan kualitas air dapat
mengakibatkan serangan penyakit yang tidak dapat dihindarkan dan kemungkinan
terburuk bisa terjadi gagal panen. Penerapan teknologi dengan pengendalian
parameter kualitas air merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
(Adiwijaya dkk., 2001).
Manajemen kualitas air merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
oleh para pembudidaya untuk meningkatkan produksi udang vaname. Parameter
kualitas air yang diperhatikan adalah kadar oksigen yang terlarut di dalam air dan
pH (Supriyadi dan Androva, 2015). Menurut Haliman dan Adijaya (2005),
Parameter-parameter tersebut akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh
udang, seperti keaktifan mencari pakan, proses pencernaan, dan pertumbuhan
udang.
Pada tambak udang di desa labuhan mempunyai luas lahan kurang lebih
1000 meter. Kepadatannya tinggi yaitu 200 / meter2. Sehingga memerlukan
pengukuran DO dan pH. Sementara itu pengukuran parameter DO di tambak desa
labuhan masih dilakukan secara manual, yaitu dengan menggunakan alat DO meter
dan pH paper.
Saya melakukan wawancara terhadap pemilik tambak yaitu Bapak Shohirin,
beliau mengatakan pengukuran DO dilakukan pagi dan sore hari dan pengukuran
dilakukan di satu titik tetapi alat ukurnya harus sampai dasar dikarenakan udang
adalah hewan yang hidup didasar air bukan dipermukaan air.

2
Hal ini cukup membebani petambak karena pengecekan yang dilakukan
berulangkali disamping pengukuran kualitas air lainnya seperti suhu, CO2,
salinitas, amonia dan nitrit harus dilakukan juga. Selain itu peralatan monitoring
kualitas air yang digunakan penambak udang seperti DO meter, hasil
pengukurannya tidak dapat di kontrol secara real time dan tidak dapat di simpan
untuk mengamati perkembangan tambak udang secara signifikan.
Air dalam tambak dapat mengalami penurunan kadar oksigen sehingga
penambahan udara diperlukan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam air.
Penambahan udara ini dapat dilakukan dengan menggunakan kincir air.
Biasanya para petani tambak melakukan pengoperasian kincir (on/off)
berdasarkan kadar oksigen menggunakan DO meter atau suhu air yang diukur
dengan cara manual, sehingga perlu melakukan otomatisasi sistem untuk
mengendalikan kincir air untuk sirkulasi udara tambak. Berdasarkan perubahan
data kadar oksigen di dalam air tambak, maka dapat dibuat suatu sistem pengendali
kincir air.
Pada penelitian ini membuat 2 sistem yaitu sistem pertama untuk memonitor
kadar DO dan pH dan sistem kedua untuk mengontrol kincir air tambak serta
mengaktifkan alarm ketika pH tidak sesuai dengan nilai optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1. Bagaimana mengintegrasikan sensor DO dan sensor pH ke arduino sehingga
hasil datanya dapat dilihat di web?
2. Bagaimana menguji sistem kontrol dan monitoring DO dan pH berbasis IoT?
3. Menjaga kualitas DO dan pH agar tetap di nilai optimalnya.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1. Membuat kodingan agar sistem kontrol dan monitoring dapat bekerja dengan
baik.
2. Data DO dan pH dapat dilihat di WEB secara real time

3
3. Mampu mengontrol kincir otomatis serta mengaktifkan alarm ketika data DO
dan pH tidak sesuai dengan nilai optimal sehingga biaya pengeluaran atau hasil
produksi dapat meningkat.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian dalam penyusunan skripsi ini yaitu membuat
petambak udang vaname bisa mengurangi produksi biaya serta meningkatkan hasil
produksi.

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1. Kualitas air yang diukur hanya DO dan pH.
2. Pengujian dilakukan pada tambak udang vaname di desa labuhan, kota
Lamongan.
3. Pengukuran dilakukan real time.
4. Alarm digunakan untuk mengetahui nilai optimal dari sebuah pH.
5. 4 kincir yang dikontrol

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pembuatan rancang bangun sistem kontrol dan monitoring DO dan


pH sangat diperlukan pemahaman tentang teori dasar yang meliputi beberapa teori
di tambak udang vaname serta teknologi yang digunakan.

2.1 Penelitian Terdahulu


Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun
hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik
penelitian yaitu mengenai sistem kontrol dan monitoring kualitas air tambak.
Penelitian pertama yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Mardhiya (2017) yang berjudul “Sistem Akuisisi Data Pengukuran
Kadar Oksigen Terlarut Pada Air Tambak Menggunakan Sensor Dissolve Oxygen
(DO). Tujuan dari penelitian tersebut yaitu mengetahui nilai kadar DO di suatu
medium yang terisi air serta terdapat aerator atau kincir. Hasil dari pengukuran DO
dapat dilihat di laptop. Penelitian ini menggunakan kabel data untuk pengiriman
nilai kadar DO nya dan medium yang digunakan hanya menggunakan wadah bukan
di tempat tambaknya langsung.
Dari penelitian tersebut maka dapat saya kembangkan yaitu dengan
mengubah cara pengiriman data yang awalnya menggunakan kabel saya ganti
dengan menggunakan jaringan internet. Saya menggunakan jaringan internet agar
jarak tidak menjadi halangan ketika melakukan pengukuran dan pengelola tambak
dapat memonitoring kualitas DO dan pH dimanapun dan kapanpun selama jaringan
internet tersedia. Pengukuran yang akan saya lakukan di lokasi real tambak bukan
di suatu medium, sehingga data yang dapatkan dapat menjadi acuan untuk
pengelola tambak.
Pada penelitian kedua yang saya dapatkan yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Fiyanti (2017) yang berjudul “Sistem Otomasi Kincir Air Untuk Respirasi
Udang Tambak Menggunakan Sensor Dissolved Oxygen (DO)”. Tujuan dari
penelitian tersebut yaitu dapat menggerakkan kincir secara otomatis ketika DO

5
tidak berada di nilai optimalnya. Pada penelitian tersebut kincir yang dikontrol
hanya 1 kincir dikarenakan medium yang digunakan bukan di lokasi real tambak
serta pengiriman datanya masih menggunakan kabel.
Dari penelitian tersebut dapat saya kembangkan, yaitu dengan mengubah
pengiriman data menggunakan kabel menjadi pengiriman data menggunakan
jaringan internet. Tempat pengukuran juga berbeda sehingga kincir yang saya
kontrol lebih dari 1 kincir.
Pada penelitian ketiga yang saya dapatkan yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Rozik (2019) yang berjudul “Sistem Kontrol dan Monitoring Jarak Jauh
Menggunakan SMS Berbasis Microcontroller Arduino Pada Instalasi Otomasi
Kelistrikan Industri”. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu dapat mengetahui nilai
tegangan dan arus di suatu pabrik industri dan dapat dilakukan pengontrolan secara
otomatis. Penelitian tersebut menggunakan SMS untuk melakukan monitoring dan
pengontrolan jarak jauh.
Dari penelitian tersebut mempunyai persamaan dengan penelitian yang akan
saya lakukan, persamaannya yaitu sama – sama melakukan kontrol dan monitoring,
dengan menggunakan sensor dan relay. Lalu dari penelitian tersebut saya
kembangkan yaitu pengiriman data dari sensor yang awalnya menggunakan SMS
saya ganti dengan menggunakan jaringan internet. Tempat monitoring serta sensor
yang digunakan berbeda. Pada penelitian tersebut monitoringnya dilakukan di
pabrik industri sedangkan penelitian saya di tambak udang vaname, serta hasil yang
diharapkan juga berbeda. Penelitian tersebut hasil yang didapat berupa nilai
tegangan dan arus sedangkan saya yaitu nilai DO dan pH.

2.2 Landasan Teori


Suatu konsep berupa pernyataan yang tertata dengan rapi dan secara
sistematis yang memiliki variabel dalam penelitian dikarenakan landasan teori akan
menjadi landasan yang kuat didalam sebuah penelitian yang akan dilakukan
peneliti.

2.1 Udang Vaname


Secara internasional, udang vaname dikenal sebagai White Leg Shrimp atau
Pacific White Leg Shrimp dalam dunia perdagangan. Di Indonesia, selain dikenal

6
sebagai udang vaname juga dikenal sebagai udang kaki putih. Udang vannamei
menyandang nama ilmiah Litopenaeus Vannamei. Udang vaname digolongkan
dalam famili Penaidae. Penggolongan udang vannamei secara lengkap adalah
sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaide
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Nama lokal : Udang vaname, udang kaki putih, udang putih amerika
Udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang sering
dibudidayakan. Hal ini disebabkan udang tersebut memiliki prospek dan profit yang
menjanjikan. Kegiatan kultivasi vaname meliputi kegiatan pembenihan dan
pembesaran. Untuk menghasilkan komoditas vaname yang unggul, maka proses
pemeliharaan harus memperhatikan aspek internal yang meliputi asal dan kualitas
benih; serta faktor eksternal mencakup kualitas air budidaya, pemberian pakan,
teknologi yang digunakan, serta pengendalian hama dan penyakit. Kesehatan udang
salah satunya dipengaruhi oleh kualitas air. Kualitas air yang baik mampu
mendukung pertumbuhan secara optimal. Hal itu berhubungan dengan faktor stress
udang akibat perubahan parameter kualitas air (Yuni Kilawati, dkk, 2015).
Keberhasilan dalam budidaya udang vaname dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas air. Kelangsungan hidup udang
ditentukan oleh derajat keasaman (pH), kadar garam (salinitas), kandungan oksigen
terlarut (DO), kandungan amoniak, H2S, kecerahan air, kandungan plankton, dan
lain-lain (Aan Pratama, dkk, 2017).

2.3 Tambak Udang Di Desa Labuhan Kota Lamongan


Di Desa Labuhan Kota Lamongan terdapat tambak udang vaname yang
sudah beroperasi sejak tahun 2014. Tambak udang vaname di Desa Labuhan
mempunyai lahan ukuran 35 m x 30 m dengan luas 1050 m2. Pada lahan tersebut

7
terdapat 6 kincir dimana setiap kincir berjarak kurang lebih 7 meter dan 2 pompa
dimana fungsi pompa untuk mensirkulasikan air di lahan.
Pada awal penebaran benih urang (benur) pengelola tambak mengaktifkan
2 kincir. Lalu setelah 30 hari umur udang pengelola tambak mengaktifkan 2 kincir
lagi. Jumlah kincir yang diaktifkan antara pagi, siang dan malam berbeda
dikarenakan nilai oksigen yang terlarut juga berbeda, maka dilakukan pengecekan
menggunakan DO meter. Ketika hasil DO meter tidak sesuai dengan yang
diharapkan, pengelola tambak wajib untuk mengaktifkan kincir di tambak secara
manual agar tidak terjadi kemungkinan terburuk yaitu gagal panen.
Pengelola tambak juga melakukan pengecekan kualitas air berupa pH, suhu,
salinitas dan kekeruhan. Setelah saya melakukan wawancara terhadap pengelola
tambak yang bernama Bapak Shohirin, beliau mengatakan bahwa dari parameter –
parameter kualitas air tersebut yang paling mempengaruhi terhadap kualitas air
serta mengalami fluktuasi yang tajam yaitu pH.
Pengukuran pH di tambak udang di Desa Labuhan masih menggunakan cara
manual, yaitu dengan mengambil sampel air dengan menggunakan botol, dimana
botol tersebut dimasukkan ke paling dasar. Lalu dari botol yang sudah terisi air
dilakukan pengukuran pH menggunakan pH paper. Ketika setelah melakukan
pengukuran nilai pH tidak sesuai yang diharapkan maka pengelola tambak
melakukan aksi yaitu dengan cara menambahkan kapur di lahan.
Dari 2 cara pengukuran DO dan pH yang masih menggunakan cara manual,
dapat merugikan pengelola yaitu tidak effesien dan efektif dan ketika terjadi human
error mengakibatkan kemungkinan hal buruk terjadi yaitu gagal panen.

2.4 Kualitas Air Tambak


Air merupakan media hidup bagi kultivan di tambak, ditinjau dari segi fisik,
air merupakan tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi kultivan (ikan,
udang, kepiting) sedang dari segi kimia, air mempunyai fungsi sebagai pembawa
unsur-unsur hara, mineral, vitamin, dan gas-gas terlarut. Selanjutnya dari segi
biologis air merupakan media untuk kegiatan biologi dalam pembentukan dan
penguraian bahan-bahan organik. Air untuk budidaya harus mempunyai kualitas
yang baik, yaitu memenuhi berbagai persyaratan dari segi fisika, kimia maupun

8
biologi (Buwono, 1993). Parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas air
untuk budidaya adalah parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika
setidaknya meliputi suhu, kecerahan, sedangkan parameter kimia meliputi pH,
kandungan nitrat, fosfat, oksigen terlarut, karbon dioksida, salinitas (Wardoyo dkk,
2002).
Oksigen terlarut didalam air merupakan faktor yang signifikan dalam
pembudidayaan udang. Oksigen terlarut dalam air tidak lepas dari kondisi air
tambak itu sendiri. Kualitas air tambak memegang peranan penting di dalam dunia
pertanian tambak. Beberapa parameter yang harus diajaga seperti habitat aslinya
agar kebutuhan biologis ikan didalam tambak dapat terpenuhi. Salah satu faktor
petani tambak mengalami gagal panen karena parameter kualitas air tambak yang
buruk. Ada beberapa parameter air yang berpengaruh pada ikan atau udang di
tambak seperti suhu, oksigen terlarut (DO), pH, dan salinitas. Parameter tersebut
perlu dijaga kestabilannya untuk kelangsungan hidup ikan atau udang sesuai
dengan habitatnya (Nurlia dan sanjaya, 2013).

2.5 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)


Menurut Nybakken (1988) dalam Simanjuntak (2007) Oksigen terlarut
adalah oksigen yang tersedia dalam air yang berasal dari difusi udara atau
perpindahan udara dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dan hasil
fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan. Proses sintesis
karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen
dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesis.
Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk
pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat
mengurangi efesiensi pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat
menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya
(Hutabarat dan Evans, 1984). Kualitas oksigen terlarut (DO) pada air merupakan
salah satu parameter penting bagi kehidupan udang sehingga penting dilakukan
pengukuran oksigen terlarut (DO) dengan rutin untuk mengetahui kualitas air.
oksigen terlarut (DO) dihasilkan dari penggunaan kincir pada tambak. Kincir
merupakan salah satu faktor produksi yang berperan dalam menjaga kandungan

9
oksigen dalam air tambak (Fuady dkk, 2013). Kincir pada tambak atau disebut juga
aerator semakin sering digunakan dalam budidaya karena aerasi erat kaitannya
dengan peningkatan oksigen per satuan luas atau volume air pada kolam maupun
tambak. Kincir air tambak masih jadi pilihan utama selain karena biayanya lebih
terjangkau, transfer oksigen dengan kincir tambak lebih efisien.
Kadar Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen yang tersedia dalam
suatu badan air. Kekurangan kadar oksigen dapat menyebabkan stress, mudah
tertular penyakit dan menghambat pertumbuhan (Kordi dan Tacung, 2007). Tingkat
konsumsi udang akan menurun jika kebutuhan oksigen dalam air tidak terpenuhi
dan mengakibatkan penurunan kondisi kesehatan udang bahkan menyebabkan
kematian (Budiardi dkk, 2005). Konsentrasi oksigen terlarut (DO) ideal untuk
pertumbuhan udang adalah 4,5 mg/L sampai 7 mg/L (Komarawidjaja, 2006).

2.6 pH
pH berfungsi sebagai indikator untuk reaksi kimia dan biologi dalam
metabolisme akuatik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat
membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman tinggi), kandungan
oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun,
aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada
suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik
dalam air adalah pH 7.5– 8.5.

2.7 Sensor Dissolved Oxygen (DO) Kit


Perkembangan teknologi sensor mengikuti kemajuan teknologi
mikroelektronika. Kecenderungan penelitian tentang sensor saat ini adalah berupa
miniaturisasi sistem sensor, pembuatan sensor array, multi-sensor dan pembuatan
sistem sensor yang cerdas atau intelligent. Sedangkan untuk aplikasi dari teknologi
sensor dapat ditemui dalam banyak peralatan konsumen, otomotif, laboratorium,
pengelolaan lingkungan, konservasi energi, pabrikasi, industri, kedokteran,
pertambangan, pertanian, dan sebagainya. Aplikasi sistem sensor ini masih dan
akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. Penguasaan teknologi sensor ini
sangat diperlukan mengingat aplikasinya yang terus berkembang dan kebutuhan

10
sensor khususnya sebagai alat deteksi ataupun pemantauan, salah satunya adalah
sebagai deteksi atau pemantauan kualitas air (Debataraja dkk, 2011).
Sensor oksigen terlarut merupakan bagian dari sensor elektrokimia, reaksi
gas oksigen dengan larutan elektrolit menghasilkan sinyal elektrik dengan besaran
yang sebanding dengan jumlah konsentrasi oksigen. Bagian-bagian utama dari
sensor oksigen terlarut ini antara lain sensing electrode/working electrode,
reference electrode, dan counter electrode. Ketiga elektroda ini dipisahkan oleh
larutan elektrolit tipis serta bagian luar sensor ditutup oleh gas permeable
membrane. Membran ini memiliki fungsi untuk melewatkan gas oksigen melalui
proses difusi sehingga bereaksi dengan larutan elektrolit dan mencegah kebocoran
larutan elektrolit. Sensing electrode berfungsi sebagai elektroda, proses
elektrokimia berlangsung. Reference electrode digunakan sebagai titik referensi
pada pengukuran beda potensial terhadap elektroda lainnya, dalam hal ini adalah
sensing electrode. Sedangkan counter electrode berfungsi sebagai koneksi elektris
ke larutan elektrolit sehingga arus dapat mengalir ke sensing electrode. Jenis
reference electrode yang digunakan adalah perak-perak klorida, calomel, thalamid,
dan elektroda mercury sulfate. Terdapat dua metode yang digunakan untuk
mengetahui dan menentukan konsentrasi oksigen terlarut di dalam air yaitu metode
amperometrik dan metode galvanik. Metode amperometrik disebut juga sebagai
polarografik atau voltametrik, dimana perubahan arus yang dihasilkan sebanding
dengan jumlah oksigen yang bereaksi pada elektroda.
Sensor Dissolved Oxygen (DO) yang digunakan merupakan produk Atlas
Scientific dan memiliki konektor BNC. Sensor Dissolved Oxygen (DO) produk
Atlas Scientific ini ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Sensor Dissolved Oxygen (DO)

Sensor Dissolved Oxygen (DO) produk Atlas Scientific ini memiliki


spesifikasi sebagai berikut.

11
• Range : 0 – 20mg/L
• Body material : Epoxy dan Noryl
• Suhu maksimum : 50 oC
• PSI maksimum : 690 kPa (100 PSI)
• Calibration : single point in air
• Dimensi : 16,5 mm x 116 mm
Sensor ini dilengkapi dengan DO circuit yang merupakan rangkaian
berbasis mikrokontroler PIC16F1825 yang digunakan untuk mengakusisi data dari
sensor Dissolved Oxygen (DO). Sebelum menggunakan sensor Dissolved Oxygen
(DO) ini, perlu dilakukan pengnolan menggunakan dissolved oxygen test solution
yang mempunyai kadar oksigen terlarut 0mg/L. Langkah pengnolan dilakukan
dengan cara memasukkan probe sensor Dissolved Oxygen (DO) ke dalam air
selama beberapa saat kemudian memasukkan probe sensor Dissolved Oxygen (DO)
ke dalam dissolved oxygen test solution selama (Zulkarnain, 2015).

2.8 Sensor pH
Sensor pH adalah sensor yang digunakan untuk mengetahui derajat
keasaman. Sensor pH yang digunakan dalam penelitian ini adalah SKU SEN 0161
yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Sensor pH SKUN SEN 0161


Adapun spesifikasinya sebagai berikut :
1. Module Power : 5.00V
2. Circuit Board Size : 43mm×32mm
3. pH Measuring Range : 0-14
4. Measuring Temperature: 0-60 Ԩ
5. Accuracy : ± 0.1pH (25 Ԩ)
6. Response Time : ≤ 1 min
7. pH Sensor with BNC Connector

12
8. PH2.0 Interface (3 foot patch)
9. Gain Adjustment Potentiometer
10. Power Indicator LED
Untuk konfigurasi hardwarenya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Konfigurasi Hardware

2.9 Kincir
Kincir air yang banyak digunakan di tambak udang sepintas bentuknya
seperti sepeda air, memiliki dua atau empat buah kipas atau baling – baling di kiri
dan kanan. Beberapa pembudidaya menggunakan kincir yang memiliki lebih dari 4
buah kipas atau baling – baling. Setiap baling – baling kincir ini memiliki 8 buah
mata kipas yang diberi lubang serta dibentuk sedikit cekung dibagian ujungnya.
Kekuatan gerakan air ini ditentukan oleh kekuatan tenaga putar dari kipas
melalui motor. Ukuran motor pada kincir air yang umum diperdagangkan adalah
0.5 – 2.0 tenaga kuda (HP). Setiap kincir berkekuatan 1 HP pada tambak yang
memiliki pergantian air cukup mampu menspluai oksigen untuk 500 kg udang
vaname. Untuk kincir dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kincir Air

2.10 Kebutuhan Kincir


Menurut zulfikar (2020) perhitungan jumlah kincir dilihat seberapa banyak
biomassa yang kita inginkan. Sebagai contoh ambak udang dengan luas lahan
1000m2 kepadatan 100 ekor/m2 atau dengan jumlah udang 100.000 ekor. Target
yang ingin dipanen saat udang size 50 (Rata – rata berat udang = 20 gram / ekor)
dan survival rate (SR) = 100%

13
Total biomassa
100.000 ekor x 20 gram / ekor = 2000 kg atau 2 ton
Jumlah kincir
2000 kg / 500 = 4 kincir
Dengan catatan 1 kincir = 1 HP)

2.11 Kadar DO yang dihasilkan oleh kincir


Penelitian yang dilakukan oleh Mardhiya (2017) penggunaan kincir dapat
meningkatkan kadar DO sebesar 44.13%. Pada penelitian tersebut pada keadaan
dengan menggunakan 2 kincir menghasilkan DO rata – rata 5 – 7 mg/L, lalu pada
pada keadaan hujan dengan menggunakan 1 kincir air menghasil DO rata – rata 3 -
5 mg/L lalu pada saat mendung dengan menggunakan 1 kincir air mampu
menghasilkan DO rata – rata 3 – 7 mg/L.

2.12 Monitoring
Monitoring adalah proses untuk mengumpulkan informasi atau data dari
beberapa macam sumber daya. Sistem monitoring ini biasanya berupa data atau
informasi yang akan diambil yaitu data secara real-time. Monitoring dilakukan agar
dapat menemukan kesalahan secepat mungkin atau pencegahan sehingga
mengurangi risiko yang lebih besar. Untuk mendapatkan evaluasi dari tindakan apa
yang harus dilakukan bersumber dari hasil informasi monitoring. Monitoring dibagi
menjadi tiga proses yaitu diawali dengan proses mengumpulkan data monitoring,
setelah itu dilanjutkan pada tahap proses menganalisis data monitoring dan proses
terakhir adalah proses menampilkan data monitoring dapat berupa gambar, tabel,
dan lain-lain (Juwariyah, Prayitno, & Mardhiya, 2018).

2.13 Internet Of Things (IoT)


Internet of things (IoT) adalah model komunikasi terbaru, di mana benda
dan peralatan dari kehidupan sehari-hari akan dilengkapi dengan teknologi untuk
berkomunikasi, dan protokol yang sesuai yang akan membuat mereka mampu
berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan pengguna, yang menjadi bagian
integral dari internet (Zanella, 2014).

14
IoT akan mendorong perkembangan sejumlah aplikasi yang berpotensi
besar dan berbagai data yang dihasilkan oleh benda-benda tersebut untuk
mempermudah penggunaan layanan lama maupun memberikan layanan baru
kepada warga, perusahaan, dan administrasi publik, Dengan memungkinkan akses
yang mudah dan interaksi dengan berbagai macam perangkat. Internet of things
menggambarkan arsitektur sistem yang terintegrasi antar sensor, software, jaringan,
dan interface yang sesuai yang akan memberikan kesadaran real-time dan
mengintegrasikan orang, proses, dan pengetahuan untuk mengumpulkan intelejen
untuk dapat mengambil keputusan yang baik (Harmon, 2015). Selain itu IoT dapat
memberikan infrastruktur komunikasi yang terpadu, sederhana, dan akses
ekonomis ke sejumlah pelayanan publik, sehingga melepaskan potensi sinergi dan
meningkatkan transparansi kepada warga. Sebuah IoT perkotaan, memang, dapat
membawa sejumlah manfaat dalam pengelolaan dan optimalisasi pelayanan publik
tradisional, seperti transportasi dan parkir, pencahayaan, pengawasan dan
pemeliharaan tempat umum, pelestarian warisan budaya, pengumpulan sampah,
kesehatan baik rumah sakit, dan sekolah (Zanella, 2014). Selain itu, ketersediaan
berbagai jenis data, yang dikumpulkan oleh perkotaan IoT meresap, juga dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan transparansi dan mempromosikan tindakan
pemerintah daerah terhadap warga, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
status kota mereka, merangsang partisipasi aktif dari warga dalam pengelolaan
administrasi publik, dan juga merangsang penciptaan layanan baru atas orang-orang
yang diberikan oleh IoT.
Pengaplikasian dari IoT bisa diklasifikasikan menjadi berbagai macam
berdasarkan network availability, ukuran, liputan, dan repeatability yang bisa
dilihat di gambar 6. (Hallaj Asghar, Mohammadzadeh, & Negi, 2015).

2.14 Arduino Uno


Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah
chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM,
memori program, atau keduanya), dan perlengkapan input output. Dengan kata lain,
mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan
keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara

15
khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data.
Mikrokontroler merupakan komputer didalam chip yang digunakan untuk
mengontrol peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya.
Secara harfiahnya bisa disebut “pengendali kecil” dimana sebuah sistem elektronik
yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen pendukung seperti IC
TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan akhirnya terpusat serta
dikendalikan oleh mikrokontroler ini.
Arduino merupakan rangkaian elektronik yang bersifat open source, serta
memiliki perangkat keras dan lunak yang mudah untuk digunakan. Arduino dapat
mengenali lingkungan sekitarnya melalui berbagai jenis sensor dan dapat
mengendalikan lampu, motor, dan berbagai jenis aktuator lainnya. Arduino
mempunyai banyak jenis, di antaranya Arduino Uno, Arduino Mega 2560, Arduino
Fio, dan lainnya.
Arduino UNO adalah sebuah board mikrokontroler yang didasarkan pada
ATmega328. Arduino UNO mempunyai 14 pin digital input/output (6 di antaranya
dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input analog, sebuah osilator kristal 16
MHz, sebuah koneksi USB, sebuah power jack, sebuah ICSP header, dan sebuah
tombol reset. Gambar 7. menunjukkan gambar dari Arduino UNO.

Gambar 7. Arduino UNO


Spesifikasi Arduino Uno sebagai berikut :
Tabel 1. Spesifikasi Arduino Uno

16
2.15 Integrated Developtment Enviroenment (IDE)
Integrated Developtment Enviroenment (IDE), atau secara bahasa
mudahnya merupakan lingkungan terintegrasi yang digunakan untuk melakukan
pengembangan. Disebut sebagai lingkungan karena melalui software inilah
Arduino dilakukan pemrograman untuk melakukan fungsi-fungsi yang dibenamkan
melalui sintaks pemrograman.
Arduino menggunakan bahasa pemrograman sendiri yang menyerupai
bahasa C. Bahasa pemrograman Arduino (Sketch) sudah dilakukan perubahan
untuk memudahkan pemula dalam melakukan pemrograman dari bahasa aslinya.
Sebelum dijual ke pasaran, IC mikrokontroler Arduino telah ditanamkan suatu
program bernama bootlader yang berfungsi sebagai penengah antara compiler
Arduino dengan mikrokontroler. Arduino IDE dibuat dari bahasa pemrograman
JAVA. Arduino IDE juga dilengkapi dengan library C/C++ yang biasa disebut
wiring yang membuat operasi input dan output menjadi lebih mudah. Arduino IDE
ini dikembangkan dari software processing yang dirombak menjadi Arduino IDE
khusus untuk pemrograman dengan Arduino.

2.16 Relay
Menurut Owen Bishop, (2004 H 55).Relay adalah sebuah saklar yang di
kendalikan oleh arus. Relay memiliki sebuah kumparan tegangan rendah yang
dililitkan pada sebuah inti dan arus nominal yang harus dipenuhi output rangkaian
pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus
DC. Relay adalah saklar elektronik yang dapat membuka atau menutup rangkaian
dengan menggunakan kontrol dari rangkaian elektronik lain. Pada dasarnya, Relay
terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
1. Electromagnet (Coil)
2. Armature
3. Switch Contact Point (Saklar)
4. Spring
Sebuah relay tersusun atas kumparan, pegas, saklar (terhubung pada pegas)
dan 2 kontak elektronik (normally close dan normally open).

17
a) Normally close (NC) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay tidak aktif
atau dapat dikatakan saklar dalam kondisi terbuka.
b) Normally open (NO) : saklar terhubung dengan kontak ini saat relay aktif atau
dapat dikatakan saklar dalam kondisi tertutup.
Berdasarkan pada prinsip dasar cara kerjanya, relay dapat bekerja karena
adanya medan magnet yang digunakan untuk menggerakkan saklar. Saat kumparan
diberikan tegangan sebesar tegangan kerja relay maka akan timbul medan magnet
pada kumparan karena adanya arus yang mengalir pada lilitan kawat. Kumparan
yang bersifat sebagai elektromagnet ini kemudian akan menarik saklar dari kontak
NC ke kontak NO. Jika tegangan pada kumparan dimatikan maka medan magnet
pada kumparan akan hilang sehingga pegas akan menarik saklar ke kontak NC.
Relay yang digunakan pada rangkaian ini memiliki spesifikasi SRU 12 VDC-SL-
C. Jumlah pin pada relay ada 5 dan bertegangan kerja 12 VDC. Kemampuan arus
yang dapat dilewatkan kontaktor adalah 10A pada tegangan 250VAC, 15A pada
tegangan 120VAC, dan 10A pada tegangan30VDC (Nugroho, 2012).

2.17 Alarm
Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer
hampir sama dengan loudspeaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang
terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga
menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar,
tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada
diafragma, maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara
bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara (D-
robotics, 2010). Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah
selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).
Menurut Sulistyowati dan Febriantoro (2012), buzzer adalah sebuah
komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi
getaran suara. Gambar buzzer dapat dilihat pada Gambar 10.

18
Gambar 10. Alarm

2.18 ESP8266
ESP8266 adalah sebuah komponen chip terintegrasi yang menawarkan
solusi networking Wi-Fi yang lengkap dan menyatu, yang dapat digunakan sebagai
penyedia aplikasi atau untuk memisahkan semua fungsi networking Wi-Fi ke
pemproses aplikasi lainnya. ESP8266 memiliki kemampuan on-board prosesing
dan storage yang memungkinkan chip tersebut untuk diintegrasikan dengan sensor-
sensor atau dengan aplikasi alat tertentu melalui pin input output (Novian, 2017).
ESP8266 dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. ESP8266

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan di tambak udang vaname, di Desa Labuhan, Kota
Lamongan. Luas lahan yang dijadikan tempat pengukuran yaitu seluas 1000m2. Di
lahan tersebut terdapat 6 kincir yang terpasang. Pada saat awal penebaran sampai
dengan panen, 2 kincir aktif secara terus menerus dan 4 kincir sisanya aktif secara
bergantian tergantung pada pagi dan malam serta umur udang.
Kemudian pengukuran DO dan pH dilakukan secara real time. Untuk
menentukan titik pengukuran dilakukan pengukuran setiap 5 – 10 meter di lahan,
Lalu hasil dari setiap pengukuran dapat ditemukan nilai rata – ratanya. Sehingga
penentuan titik pengukurannya berada pada yang paling mendekati nilai rata – rata.
Metode yang digunakan dalam pembuatan alat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut: rancangan sistem, rancangan penelitian, desain sistem serta alur
pengerjaan penelitian. Pada sistem penelitian kali ini menggunakan 2 sensor yaitu
sensor DO dan sensor pH sebagai parameter kualitas air yang diuji, arduino uno,
relay serta alarm yang berbasis IoT.

3.2 Rancangan Sistem


Perancangan sistem akan dilakukan sebagai langkah awal sebelum
terbentuknya suatu sistem beserta rangkaian eketronik pendukungnya yang siap
direalisasikan. Hal ini dilakukan agar sistem yang dibuat dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
Pada penilitian kali ini menggabungkan 2 sistem, yaitu sistem monitoring
parameter DO dan pH serta sistem kontrol kincir. Sistem pertama menggunakan
input yaitu sensor DO dan pH, sensor DO dan pH mengambil data lalu diproses
menggunakan Arduino, setelah itu dikirim dengan bantuan ESP8266 dan diterima
laptop atau HP yang mana data dapat dilihat di WEB. Ketika hasil yang diterima
tidak sesuai dengan yang diharapkan maka otomatis menggerakkan sistem kedua,
dimana sistem kedua input nya yaitu data dari sistem pertama lalu diproses di
arduino, setelah itu dari arduino dihubungkan ke relay untuk menghubungkan arus

20
listrik dan ketika nilai pH tidak sesuai dengan yang diharapkan maka
menngaktfikan alarm yang berada di tambak.

3.4 Rancangan Penelitian


Metode perancangan yang dilakukan merupakan deskripsi yang
disederhankan dari proses tahapan penelitian, yaitu proses perancangan alat yang
sekuensial dimulai dari tahap analisis sistem sampai pengujian atau evaluasi yang
diperlihatkan pada gambar 12.

Gambar 12. Rancangan Penelitian

Penjelasan pada gambar 12 yaitu awal penelitian akan dilakukan melalui


studi literatur dengan mengumpulkan sumber-sumber jurnal nasional sebagai

21
referensi, dilanjutkan dengan merancang dan menguji coba rancangan alat, jika
rancangan berhasil maka diteruskan dengan dilakukannya implementasi alat.
Implementasi ini kemudian dilakukan uji coba secara langsung bagaimana
efektifitas dari sistem kontrol dan monitoring jarak jauh berbasis IoT.

3.5 Desain Sistem


Berikut adalah rancangan perangkat keras yang digunkan untuk
memonitoring parameter DO dan pH serta dapat mengontrol kincir air tambak dan
mengaktifkan alarm yang ditunjukkan pada Gambar 13 (a), (b) dan (c) serta Gambar
14 sebagai berikut :

Gambar 13 (a) Pengambilan Data Sensor, 13 (b) User, 13(c) Sistem Kontrol

22
Gambar 13 menunjukkan diagram blok sistem hardware yang nantinya akan
dibuat. Gambar 13 (a) yaitu pengambilan data sensor DO dan sensor pH akan
kemudian data kedua nilai tersebut akan diterima oleh arduino. Arduino kemudian
akan mengirimkan data tersebut ke user dan sistem kontrol dengan menggunakan
ESP8266. Lalu pada Gambar 13 (b) yaitu user dimana pengelola atau pemilik
tambak bisa memonitor data dari DO dan pH dari jarak jauh karena bisa dilihat di
WEB. Kemudian Gambar 13 (c) merupakan sistem kontrol dimana ketika nilai DO
dan pH tidak sesuai dengan nilai optimal maka akan otomatis mengaktifkan relay
dan alarm. Relay aktif akan mengakibatkan kincir berputar secara otomatis.

Gambar 14. Rancangan Perangkat Hardware

Gambar 14 merupakan gambar untuk menunjukkan alat – alat atau hardware


yang digunakan di dalam penelitian ini. Dimana terdapat 2 arduino uno, 2 sensor
yaitu DO dan pH, ESP8266 untuk proses pengiriman data, dot matrix display panel
10 untuk menampilkan data DO dan pH, alarm atau buzzer untuk peringatan ketika

23
pH tidak sesuai dengan nilai optimal serta relay untuk mengaktifkan kincir ketika
DO tidak sesuai dengan nilai optimalnya.

3.6 Alur Pengerjaan Penelitian


Alur tahapan untuk pengerjaan penelitian ini dimulai dari penentuan konsep
studi literatur, membuat software dan diakhiri dengan analisis. Analisis dapat
dilakukan apabila alat sudah di uji coba dan sistem sudah berjalan dengan baik
dengan hasil parameter DO dan pH dapat ditampilkan dan dapat menggerakkan
kincir secara otomatis serta mengaktifkan alarm ketika pH tidak sesuai dengan nilai
optimalnya. Flowchart alur pengerjaan ditujukan pada Gambar 15 sebagai berikut :

Gambar 15. Flowchart Penelitian

24
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Khairul dan iskandar. 2008. Budidaya Udang Vaname. Gramedia.


Fiyanti, Ari. 2017. Sistem Otomasi Kincir Air Untuk Respirasi Udang Tambak
Menggunakan Sensor Dissolved Oxygen (DO). Lampung : Universitas
Lampung.
Fuady, M., Supardjo, M. & Haeruddin. 2013. Pengaruh Pengelolaan Kualitas Air
Terhadap Tingkat Kelulusahidupan dan Laju Pertumbuhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di PT. Indokor Bangun Desa, Yogyakarta.
Diponegoro Journal of Maquares vol. 2, No. 4.
Guritno, Bagus. 2017. Deteksi Kebakaran Rumah Tinggal Berbasis WiFi.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Mardhiya, Inda. 2017. Sistem Akuisisi Data Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut
Pada Air Tambak Udang Menggunakan Sensor Dissolve Oxygen (DO).
Lampung : Universitas Lampung.
Rozik, M. 2019. Sistem Kontrol Dan Monitoring Jarak Jauh Menggunakan SMS
Berbasis Microkontroller Arduino Pada Instalasi Otomasi Kelistrikan
Industri. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Supono. 2017. Teknologi Produksi Udang. Yogyakarta : Plantaxia.
Zulfikar, Wildan. 2020. “Tips Menentukan Letak dan Jumlah Kincir”
https://app.jala.tech/kabar_udang/tips-menentukan-letak-dan-jumlah-kincir
Diakses pada 6 Oktober 2020.

25

Anda mungkin juga menyukai