Anda di halaman 1dari 4

Dracunculiasis

1.1 Siklus hidup


Siklus hidup Dracunculus akan berlanjut bila hospes definitif terminal lain termakan
Cyclops yang mengandung larva stadium tiga. Larva akan keluar dari Cyclops dengan bantuan
cairan lambung penderita. Selanjutnya larva akan menembus mukosa usus penderita dan
bermigrasi melalui dinding saluran pencernaan menuju jaringan ikat longgar, biasanya jaringan
retroperitoneal. Disanalah larva stadium tiga tersebut berkembang menjadi cacing dewasa, jantan
dan betina. Waktu yang diperlukan untuk proses tersebut sekitar 8-12 bulan. Kopulasi cacing
jantan dan betina juga terjadi di jaringan ikat longgar, bukan di saluran cerna.
Cacing betina yang telah dibuahi/gravid juga mengalami proses pematangan di jaringan
retro-peritoneal. Hampir keseluruhan tubuh cacing betina gravid ini dipenuhi oleh uterus yang
berkembang dan berisi dengan larva stadium pertama. Selanjutnya cacing tersebut akan
bermigrasi ke jaringan subcutan dan permukaan kulit, terutama bagian tubuh yang banyak
kontak dengan air. Saat ujung kepala cacing betina gravid mencapai kulit, terbentuklah lesi
berupa papula. Hal ini terjadi karena dikeluarkannya sejumlah toksin yang merusak jaringan
disekitar cacing itu berada. Dalam waktu 24 jam, lesi dapat berubah menjadi vesikula tetapi
terkadang dapat pula membesar sampai beberapa hari sebelum menjadi vesikula. Dan dalam
waktu 2 minggu, vesikula tersebut akan pecah dan membentuk ulkus. Uterus cacing akan keluar
melalui bagian terdepan dari dinding vesikula yang pecah dan kemudian mengeluarkan larva
stadium pertama. Proses pengeluaran larva ini berlangsung sampai beberapa kali hingga semua
larva habis dan uterus benar-benar kosong. terjadi selama 3 minggu. Seekor cacing betina gravid
dapat mengeluarkan larva stadium pertama sampai 3 juta ekor. Larva tersebut dapat bertahan
hidup 1-2 minggu, dan akan mati bila tidak dimakan oleh Cyclops.
Larva yang dimakan oleh Cyclops masuk ke dalam saluran pencernaan dan mengalami
dua kali perubahan sampai menjadi bentuk infektif. Proses perubahan ini memerlukan waktu
sekitar 14 hari, pada suhu 26C dan larva tidak akan menjadi infektif jika tidak mengalami
metamorfosis. Dalam kondisi normal Cyclops dapat bertahan hidup sampai 3 bulan dan mampu
memakan 15-20 larva. Bila Cyclops tidak dimakan oleh hospes terminal, dengan sendirinya
Cyclops dan larva di dalamnya akan mati. Siklus ini berlangsung terus seperti diatas. Sementara
itu, cacing betina gravid yang gagal mencapai permukaan kulit, akan mati dan mengalami proses
pengapsulan di jaringan ikat. Begitu pula cacing jantan dewasa yang mati akan mengalami
proses yang sama.
1.2 Pathogenesis
Penyebaran penyakit ini tergantung pada faktor : sumber air minum yang terkontaminasi
Cyclops,kontak langsung / penggunaan sumber air yang terkontaminasi, penularan dari
penderita ke sumber air Larva cacing dranculus (guinea) hidup di dalam tubuh cyclops (kutu air).
Telurnya menetas di sungai atau air yang terinfeksi dan beberapa tertelan oleh cyclops. Ketika
hospes minum air yang terkontaminasi, kutu air akan masuk ketubuh hospes lalu dicerna dan
meninggalkan telur cacing Guinea yang tetap utuh tidak dapat tercerna lalu menetas dalam usus
(anehnya telur di dalam kutu yang tertelan masuk ketubuh manusia ini tidak bias mati atau tidak
terbunuh oleh asam lambung). Cacing jantan akan mati setelah kawin dalam tubuh hospes ,
sementara cacing betina terus tumbuh dalam waktu singkat, tumbuh menjadi sekitar lebih dari
dua inci per minggu. Cacing ini perlu 6 minggu untuk sepenuhnya muncul keluar dari kulit
hospes . Dalam setahun cacing ini perlahan-lahan mengeluarkan diri dari tubuh hospes difinitif
yang ditempati, pertama menjulurkan kepala di bawah kaki hospes difinitif. Proses ini
menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Lubang luka tempat keluar caing ini akan membesar .

1.3 Gejalah klinis


1.4 Diagnosis
Mendiagnosa dracunculiasis dengan menggunakan pemeriksaan berdasarkan sebagai berikut
menemukan cacing dewasa, baik dengan penyinaran cahaya maupun saat ujung anterior cacing
betina gravid sampai pada permukaan kulit. Ditemukannya larva pada cairan vesikula yang
diperiksa secara mikroskopik. Ditemukannya kalsifikasi pada jaringan subcutan pada
pemeriksaan
radiologis. Tes intradermal dengan cara menyuntikkan antigen cacing. Eosinofilia pada
pemeriksaan darah rutin.

1.5 Pengobatan
Pemberian obat cacing nematoda dracunculus yaitu Metronidazole, diberikan dengan dosis
3x250 mg selama 10 hari dan juga dapat menggunakan Thiabendazole 50 mg/bb/hari selama 2
hari. Obat ini memiliki efek samping yang lebih minimal dari pada Metronidazole.Obat-obat ini
umumnya lebih bersifat menekan peradangan daripada aksi spesifik terhadap cacing dewasanya.
Tindakan operasi mengeluarkan cacing, merupakan tindakan yang paling tepat untuk
memperkecil terjadinya infeksi sekunder dan mempercepat proses penyembuhan yang sempurna.

1.6 Pemberantasan dan pencegahan

Penularan penyakit ini tergantung pada sumber air minum yang terkontaminasi
Cyclops. kontak langsung / penggunaan sumber air yang terkontaminasi penularan dari penderita
ke sumber air sehinggha Tindakan pemberantasan yang dilakukan secara baik dan serentak
sangat besar
pengaruhnya terhadap eradikasi Cyclops. penyakit ini dapat dielliminasi dalam kurun waktu 1-2
tahun dengan penyediaan air minum yang bersih dan aman. dengan menaikkan beberapa derajat
suhu air, dapat mengurangi jumlah Cyclops pada sumber air tersebut. Pemberian zat kimia
seperti Kalium Karbonat, diperkirakan sama efektifnya dengan menaikkan suhu air. pemberian
perkhlorida setiap 14 hari pada sumber air minum juga dapat mengontrol Cyclops.
Pemberantasan secara biologis terkadang juga dilakukan yaitu dengan memelihara ikan
Barbus puckelli, predator Cyclops, yang sangat rakus memangsa Cyclops.
Daftar pustaka

Griffiths, henry j.1978. A handbook of veteriner parasitology domestic animal of nourt america.
Universitas of Minnesota press. America

Anda mungkin juga menyukai