Penentuan Lokasi Industri
Penentuan Lokasi Industri
Penentuan Lokasi Industri
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenaanNya, penyusunan makalah dengan judul “Analisa Penentuan Faktor-Faktor Lokasi
Industri Makanan di Kawasan SIER” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
membahas mengenai faktor-faktor yang dinilai paling berpengaruh dalam penentuan lokasi
industri makanan di SIER tersebut.
Makalah ini merupakan salah satu pemenuhan studi mata kuliah Analisa Lokasi dan
Keruangan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Dalam proses penulisan makalah ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-
dalamnya kami sampaikan :
Bapak Dr. Nanang Setiawan, Ibu Belinda Ulfa Aulia, MSc , selaku dosen pengajar
yang memberikan kami arahan serta koreksi dalam penulisan makalah ini
Stakeholder terkait yang telah membantu dalam pengumpulan data dan informasi.
Teman-teman yang selalu memberikan dukungan agar kami tidak pernah putus asa
dalam menyelesaikan masalah yang kami hadapi dalam penulisan makalah ini
Orang tua kami yang telah mendukung kami untuk selalu giat dalam belajar sehingga
menumbuhkan motivasi kami untuk lebih sungguh-sungguh lagi dalam belajar dalam
pembuatan makalah ini
Pihak-pihak terkait
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.4. Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 2
1.5. Kerangka Berpikir ............................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Industri ........................................................................................................... 4
2.2. Pengelompokan Jenis Industri ........................................................................................ 4
2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Industri ................................................ 5
2.4. Industrial Cluster .............................................................................................................. 7
2.4.1. Teori Weber ................................................................................................................... 7
2.4.2. Teori Marshallian .......................................................................................................... 8
2.4.3 Teori Porters ................................................................................................................... 9
2.5. Metode Penelitian AHP ....................................................................................................... 9
BAB III GAMBARAN UMUM .........................................................................................................11
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .....................................................................................13
4.1 Metode Analisis ...............................................................................................................13
4.1.1. Menentukan variabel dan hirarkri kriteria ...................................................................13
4.1.2. Pengumpulan data dan informasi ...............................................................................14
4.1.3. Analytic Hierarchy Process .........................................................................................14
BAB V PENUTUP .........................................................................................................................22
5.1. Kesimpulan ......................................................................................................................22
5.2. Lesson Learned ..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................24
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi
faktor-faktor yang dijadikan prioritas dalam penentuan lokasi industri makanan di
kawasan SIER serta sub faktor apa yang paling berpengaruh.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,
manfaat, rumusan masalah, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi penjelasan dasar teori lokasi industri
yang digunakan dalam studi kasus.
BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini berisi tentang kondisi atau gambaran umum
oada lokasi industri yang dipilih yaitu di Kawasan SIER
BAB IV ANALISA Bab ini berisi tentang pembahasan analisa pada kawasan studi
kasus yang akan diteliti dan interpretasi hasil analisis data yang dilakukan serta aplikasi
teori pada studi kasus.
BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan secara keseluruhan dari hasil
makalah dan rekomendasi yang ditawarkan penulis untuk permasalahan tersebut.
2
1.5. Kerangka Berpikir
Industri Dasar
Industri dasar meliputi kelompok industri mesin danlogam dasar
(IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Yang termasuk dalam IMLD
atara lain industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang,
kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk IKD adalah industri pengolahan kayu dan karet
alam, industri pestisida, industri pupuk, industri silikat dan sebagainya.
Industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, membantu struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi
yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat
mendorong terciptanya lapangan kerja secara besar.
4
eonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat
modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau
teknologi maju.
Industri Kecil
Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman dan
tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang dari
kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan,
penebitan, barang-barang karet dan plastik), industri kerajinan umum
(industri kayu, rotan, bambu dan barang galian bukan logam) dan industri
logam (mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dan logam dan
sebagainya).
Layanan Transportasi
Faktor kedua adalah layanan transportasi atau aksesibiltas. Kemudahan
dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi ke pusat pasar juga menjadi
pertimbangan tersendiri bagi suatu perusahaan untuk mendirikan industrinya.
Adanya kemudahan aksesibiltas juga sangat berkaitan dengan biaya transportasi
total yang dikeluarkan suatu industri untuk melakukan pengangkutan bahan baku
5
(assembly cost) dan distribusi ke pusat pasar (distribution cost). Jenis kendaraan
yang digunakan juga sangat diperhatikan disini, bagaimana kemudahan dalam
akses kendaraan berat maupun kendaraan ringan dalam mencapai lokasi
industri.
Tenaga Kerja
Faktor ketiga adalah berkaitan tenaga kerja. Sebuah industri tidak akan
berjalan tanpa adanya tenaga kerja didalamnya, oleh karena itu faktor tenaga
kerja juga sangat diperhatikan dalam menentukan lokasi pendirian suatu industri.
Bagaimana tenaga kerja dapat menentukan lokasi sebuah industri yaitu
dilihatdari beberapa hal seperti ketersediaan tenaga kerja,
kemampuan/keterampilan yang dimiliki dan yang terakhir adalah upah minimum
yang ada di suatu kawasan atau daerah tertentu. Ketersediaan tenaga kerja
secara kuantitas yaitu industri yang mengutamakan jumlah tenaga kerja yang
murah dan dalam jumlah besar serta secara kualitas yaitu industri yang
mengutamakan tenaga kerja dengan keahlian atau kemampuan khusus.
Tenaga kerja yang dekat dengan industri sangat diperlukan dalam efisiensi
sebuah perusahaan sehingga perusahaan tidak perlu memperhatikan masalah
biaya transportasi karyawan yang tempat tinggalnya jauh dari letak industri.
Sedangkan untuk kemampuan atau ketrampilan, suatu industri akan sangat
membutuhkan banyak tenaga kerja dari berbagai tingkatan pendidikan, dari yang
tinggi yang meemgang manajemen perusahaan sampai yang terendah yang
bekerja sebagai pekerja kasar. Upah yang berlaku juga sangat diperhatikan,
tentunya perusahaan menginginkan pengeluaran yang lebih besar dibanding
dengan pendapatan yang masuk. Keuntungan yang besar pastinya menjadi
dambaan setiap perusahaan. Dengan pengeluaran yang minimum dapat
mendapatkan hasil atau keuntungan maksimum, itulah prinsip yang dipakai
setiap perusahaan dalam menentukan strategi industrinya.
Penyediaan Energi
Faktor keempat adalah ketersediaan sumber energi seperti listrik, gas, dan
lain sebagainya. Dalam proses pembuatan produk atau proses produksi sebuah
industri pasti membutuhkan sumber energi untuk menjalankan mesin
produksinya. Oleh karena itu, adanya sumber energi seperti listrik dan gas
sangat diperhatikan dalam mempertimbangkan lokasi suatu industri. Semakin
dekat lokasi industri dengan sumber energi maka proses produksi akan lebih
efisien dan efektif.
6
Penyediaan Air Bersih Layanan
Faktor kelima adalah penyediaan air bersih, baik itu berasal dari PDAM
maupun air tanah dengan memperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Sumber air
bersih sangat dibutuhkan pada setiap proses industri terlebih untuk industri yang
membutuhkan air yang banyak dalam proses pembuatannya, seperti contohnya
industri gula. Sehingga adanya ketersediaan air bersih di sekitar lokasi industri
juga sangat dipertimbangkan dalam penentuan lokasi industri.
7
maksimum. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku,
Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk
memperoleh lokasi optimum yang menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih
dekat ke lokasi bahan baku atau pasar. Istilah segitiga lokasional yang didasarkan
pada asumsi :
1. Bahwa daerah yang menjadi objek penelitian adalah daerah yang terisolasi.
Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat
memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.
2. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
3. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia
secara terbatas pada sejumlah tempat.
4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang
mobilitasnya tinggi.
8
ketika produksi seluruh perusahaan dalam wilayah perkotaan yang sama meningkat.
Penghematan karena berlokasi di wilayah perkotaan terjadi akibat skala suatu jenis
industri.
9
dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh
menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain.
Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen.
Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-
elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan
tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar
harus dibuatkan level yang baru.
3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan
prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap
elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau
dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti
prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
10
BAB III
GAMBARAN UMUM
Wilayah studi yang diteliti dalam makalah ini adalah kawasan industri SIER yang
terletak di Kecamatan Rungkut. Berikut adalah batas administrasi dari kawasan SIER yang
meliputi:
Utara : Kelurahan Kendangsari dan Kali Rungkut
Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Barat : Kecamatan Tenggilis Mejoyo (Kelurahan Kutisari dan Kendangsari)
Timur :Rungkut Kidul, Rungkut Tengah dan Rungkut Menanggal
Pada gambar diatas ditunjukkan luasan kawasan SIER yang menjadi lokasi penelitian.
Kawasan tersebut berada di antara tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tenggilis Mejoyo,
Kecamatan Rungkut dan Kecamatan Gunung Anyar. Kawasan SIER memiliki luas lahan 245
Ha dan telah ditempati oleh hampir 300 perusahaan yang menampung puluhan ribu pekerja.
PT.SIER juga menyediakan 50 Ha di Kawasan Berikat yang digunakan untuk membantu
meningkatkan aktivitas ekspor.
Kawasan industri SIER merupakan perseroan atau badan usaha milik negara (BUMN)
yang didirikan pada tanggal 28 Februari 1974, dengan proporsi saham 50% dimiliki oleh
Pemerintah Pusat RI, 25% Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur, dan 25% Pemerintah
Daerah Tingkat II Surabaya. Kawasan industri ini merupakan salah satu dari kawasan
industri yang dapat menyelesaikan pembebasan tanahnya. Pendirian PT.Surabaya Industrial
Estate Rungkut-SIER (persero) bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang
11
kebijaksanaan dan program pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan nasional
khususnya dalam bidang pembangunan dan pengelolaan kawasan lndustri. Penggunaan
lahan di kompleks SIER mayoritas digunakan untuk industri dan pergudangan yakni sebesar
187,2 (RTRK Kawasan SIER).
Adapun jenis-jenis industri yang diperbolehkan masuk adalah jenis industri ringan
dengan skala besar, menengah dan kecil dengan syarat terlebih dahulu mendapatkan izin
persetujuan dari instansi berwenang (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Pemda, dsb)
serta memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh PT. SIER. Selain itu
perseroan ini juga memiliki sistem pengolahan air limbah yang menggunakan sistem
pengolahan biologis tanpa menggunakan bahan kimia apapun.
Sarana dan prasarana yang disediakan oleh PT SIER sendiri tergolong lengkap yang
meliputi pusat pengolahan air limbah, pembuangan sampah terpusat, pemadam kebakaran,
jaringan gas, air, listrik dan telepon, bank, masjid serta fasilitas-fasilitas olahraga seperti
lapangan futsal dan lain sebagainya.
12
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
13
4.1.2. Pengumpulan data dan informasi
Data dan informasi diperoleh dengan menggunakan kuesioner analisa
penentuan lokasi industri makanan di SIER yang diisi oleh sampel stakeholder yang
dinilai dapat merepresentasikan informasi dan data yang diperlukan. Pengumpulan
data dan informasi diperoleh dari stakeholder-stakeholder berikut :
14
Gambar 5. Output Proses Penilaian PT. Sukanda Jaya
15
Faktor Tenaga Kerja
Hasil pembobotan sub faktor tenaga kerja, alternatif
kemampuan/keterampilan tenaga kerja memiliki bobot yang berpengaruh
terhadap kriteria faktor tenaga kerja dengan bobot sebesar 0,637.
16
Faktor Pasar
Pada faktor pasar diperoleh pembobotan sebagai berikut jarak terhadap
pasar sebesar 0,701 , sub faktor daya beli konsumen 0, 202 , dan sub
faktor permintaan konsumen 0,097. Berdasarkan hasil analisis pembobotan
tersebut, maka alternatif jarak terhadap pasar dinilai paling berpengaruh.
Faktor Tenaga Kerja
Sub faktor kemampuan dan keterampilan memiliki bobot 0,778 yang
emnunjukkan bawah sub faktor ini dinilai paling berpengaruh dibandingkan
sub faktor lainnya. Sub faktor ketersediaan tenaga kerja dan upah tenaga
kerja memiliki bobot yang sama sebesar 0,111.
3. Akademisi
Berikut merupakan output proses pembobotan faktor-faktor penentuan
lokasi industri makanan di SIER berdasarkan penilaian penilaian akademisi.
17
Faktor Bahan Baku
Jarak dengan bahan baku memiliki bobot 0,781 dibanding sub faktor
ketersediaan bahan baku 0,129 artinya sub faktor jarak dengan bahan
baku merupakan alternatif yang paling diperhitungkan dalam kriteria faktor
bahan baku.
Faktor Pasar
Pada faktor pasar diperoleh pembobotan sebagai berikut jarak terhadap
pasar sebesar 0,652 , sub faktor daya beli konsumen 0, 202 , dan sub
faktor permintaan konsumen 0,219. Berdasarkan hasil analisis pembobotan
tersebut, maka alternatif jarak terhadap pasar dinilai paling berpengaruh.
Faktor Tenaga Kerja
Sub faktor kemampuan dan keterampilan memiliki bobot 0,726 yang
menunjukkan bawah sub faktor ini dinilai paling berpengaruh dibandingkan
sub faktor lainnya. Sub faktor ketersediaan tenaga kerja memiliki bobot
0,135 dan faktor upah tenaga kerja 0,140.
18
Faktor Penyediaan Sarana dan Prasarana
Alternatif prasarana pengolahan limbah memiliki bobot paling berpengaruh
dengan bobot 0,390. Selain itu sub faktor penyediaan air bersih memiliki
bobot 0,241 dan bobot sub faktor penyediaan energi 0,369.
Faktor Bahan Baku
Jarak dengan bahan baku memiliki bobot 0,781 dibanding sub faktor
ketersediaan bahan baku 0,219 artinya sub faktor jarak dengan bahan
baku merupakan alternatif yang paling diperhitungkan dalam kriteria faktor
bahan baku.
Faktor Pasar
Pada faktor pasar diperoleh pembobotan sebagai berikut jarak terhadap
pasar sebesar 0,652 , sub faktor daya beli konsumen 0, 129 , dan sub
faktor permintaan konsumen 0,219. Berdasarkan hasil analisis pembobotan
tersebut, maka alternatif jarak terhadap pasar dinilai paling berpengaruh.
Faktor Tenaga Kerja
Sub faktor kemampuan dan keterampilan memiliki bobot 0,726 yang
emnunjukkan bawah sub faktor ini dinilai paling berpengaruh dibandingkan
sub faktor lainnya seperti faktor ketersediaan tenaga kerja 0,135 dan upah
0,140.
19
Ketersediaan bahan baku
Dengan tetap mengarah pada hasil analisis diatas, maka perlu diidentifikasi tingkat
kepentingan faktor tersebut. Faktor penyediaan prasarana dan sarana menjelaskan
mengenai pemilihan lokasi industri makanan pada kawasan SIER didukung dengan adanya
penyediaan prasarana dan sarana yang memadai. PT. Surabaya Industrial Estate Rungkut-
SIER menyediakan kawasan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang
mendukung. Terutama pada alternatif penyediaan sarana pengolahan limbah. Pengolahan
limbah membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga untuk meminimalisasinya industri-
industri makanan ini berupaya mencari lokasi industri dimana pengelolaan limbah dapat
dilakukan secara komunal sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Dan kawasan SIER
menjawab hal tersebut dengan menyediakan Instalasi Pengelolaan Limbah yang melayani
secara komunal industri-industri yang menempati kawasan SIER.
Terkait dengan faktor pasar, maka jaringan distribusi hasil produksi industri-industri
makanan pada kawasan ini cukup luas. Sehingga tidak terpusat hanya pada satu lokasi
pasar melainkan tersebar hingga ke luar kota. Namun jarak terhadap pasar dan itingkat
permintaan juga menjadi pertimbangan keberadaan lokasi industri-industri makanan
tersebut.
Ketersediaan tenaga kerja untuk bekerja pada industri-industri makanan pada kawasan
SIER ini bukan hanya berasal dari dalam kota Surabaya, melainkan juga berdatangan dari
luar kota Surabaya. Untuk memperoleh tenaga kerja, perusahaan-perusahaan ini
mengakses tenaga kerja secara online dari pasar tenaga kerja. Sehingga, kemapuan dan
keterampilan sangat dibutuhkan untuk mendukung kualitas produk yang dihasilkan.
Faktor-faktor di atas dapat dikaitkan dengan teori-teori lokasi yang juga menjadi
referensi pertimbangan lokasi industri. Teori analisa lokasi klasik Weber dengan asumsi
20
Weber yang membahas tentang aglomerasi industri yaitu, pemusatan lokasi bisnis atau
industri di suatu lokasi tertentu. Selain itu teori-teori lokasi lainnya berupaya menjelaskan hal
ini seperti teori Marshall Kluster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas
produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan biasanya terspesialisasi pada hanya
satu atau dua industri utama saja. Mengacu pada kondisi eksisting perkembangan industri
pada kawasan SIER ini yang bukan hanya terdiri dari industri makanan sebagai industri
utama melainkan berkembang dan mendukung perkembangan teori Porter mengenai klaster
industri yang terdiri dari berbagai jenis industri.
21
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Tujuan dari penenlitian ini yakni untuk menganalisa faktor-faktor yang dijadikan
prioritas dalam penentuan lokasi industri makanan di kawasan industri SIER. Untuk
mencapai tujuan penelitian ini maka informasi dan data diperoleh melalui pengisian
kuesioner AHP oleh stakeholder terkait. Kuesioner AHP tersebut merupakan
perbandingan tingkat kepentingan antar faktor maupun sub faktor. Sehingga data
penilaian stakeholder dapat menjadi input proses AHP.
Kawasan industri SIER merupakan salah satu bentuk pelaksanaan PT. SIER
dalam menunjang kebijakan dan program Pemerintah untuk mendorong pembangunan
ekonomi yakni dengan menempatkan kawasan industri secara terpadu dalam satu
kawasan. Salah satu kriteria pertimbangan pemilihan lokasi industri makanan pada
kawasan SIER yakni penyediaan prasarana dan sarana yang diberikan bagi
perusahaan-perusahaan yang memilih untuk berlokasi pada kawasan ini. Integrasi
lokasi ini atau dalam teori klasik dikenal dengan aglomerasi lokasi industri cenderung
akan membantu meminimalisasi biaya, sehingga akan cenderung lebih
menguntungkan.
1. Dalam menentukan lokasi industri, dikenal beberapa asumsi yang identik dengan
teori-teori lokasi yang dapat menjadi bahan referensi dalam penentuan lokasi
industri seperti teori Weber dengan kaitannya dalam asumsi aglomerasi industri
serta teori Porter yang menjelskan mengenai kluster industri. Dimana dalam
22
implementasinya teori-teori tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi
eksisting yang berlangsung.
2. Setiap kriteria memiliki tingkat kepentingan yang berbeda-beda, tetapi setiap
kriteria maupun alternatif memberikan kontribusi pengaruh bagi penentuan
lokasi, sehingga setiap kriteria maupun alternatif tidak dapat diabaikan.
3. Penentuan faktor maupun kriteria pada masing-masing industri berbeda-beda
tergantung jenis industrinya. Semisal untuk untuk industri makanan faktor yang
berpengaruh adalah faktor penyediaan sarana dan prasarana, bisa jadi berbeda
untuk jenis industri lainnya karena kebutuhan yang dijadikan prioritas masing-
masing industri berbeda.
23
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Eko Budi, dkk. 2012. Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan (RP09 1209). Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS.
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/457/jbptunikompp-gdl-imeldafran-22844-3-unikom_i-i.pdf
(diakses pada tanggal 26 Maret 2016 pukul 22.25 WIB)
24
25