Penentuan Lokasi Industri

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
perkenaanNya, penyusunan makalah dengan judul “Analisa Penentuan Faktor-Faktor Lokasi
Industri Makanan di Kawasan SIER” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
membahas mengenai faktor-faktor yang dinilai paling berpengaruh dalam penentuan lokasi
industri makanan di SIER tersebut.

Makalah ini merupakan salah satu pemenuhan studi mata kuliah Analisa Lokasi dan
Keruangan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Dalam proses penulisan makalah ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-
dalamnya kami sampaikan :
 Bapak Dr. Nanang Setiawan, Ibu Belinda Ulfa Aulia, MSc , selaku dosen pengajar
yang memberikan kami arahan serta koreksi dalam penulisan makalah ini
 Stakeholder terkait yang telah membantu dalam pengumpulan data dan informasi.
 Teman-teman yang selalu memberikan dukungan agar kami tidak pernah putus asa
dalam menyelesaikan masalah yang kami hadapi dalam penulisan makalah ini
 Orang tua kami yang telah mendukung kami untuk selalu giat dalam belajar sehingga
menumbuhkan motivasi kami untuk lebih sungguh-sungguh lagi dalam belajar dalam
pembuatan makalah ini
 Pihak-pihak terkait
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Surabaya, 18 Mei 2016

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.4. Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 2
1.5. Kerangka Berpikir ............................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Industri ........................................................................................................... 4
2.2. Pengelompokan Jenis Industri ........................................................................................ 4
2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Industri ................................................ 5
2.4. Industrial Cluster .............................................................................................................. 7
2.4.1. Teori Weber ................................................................................................................... 7
2.4.2. Teori Marshallian .......................................................................................................... 8
2.4.3 Teori Porters ................................................................................................................... 9
2.5. Metode Penelitian AHP ....................................................................................................... 9
BAB III GAMBARAN UMUM .........................................................................................................11
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .....................................................................................13
4.1 Metode Analisis ...............................................................................................................13
4.1.1. Menentukan variabel dan hirarkri kriteria ...................................................................13
4.1.2. Pengumpulan data dan informasi ...............................................................................14
4.1.3. Analytic Hierarchy Process .........................................................................................14
BAB V PENUTUP .........................................................................................................................22
5.1. Kesimpulan ......................................................................................................................22
5.2. Lesson Learned ..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Lokasi Studi Kawasan SIER ...................................................................................... 11


Gambar 2. Unit Pengembangan Rungkut 1 ................................................................................ 12
Gambar 3. Tahapan Analisis ........................................................................................................ 13
Gambar 4. Hirarki Kriteria ............................................................................................................. 13
Gambar 5. Output Proses Penilaian PT. Sukanda Jaya ........................................................... 15
Gambar 6.Output Proses Penilaian PT. Multirasa Nusantara ................................................... 16
Gambar 7.Output Proses Penilaian Akademisi Sumber : Hasil Analisis, 2016 ....................... 17
Gambar 8.Output Proses Kombinasi Responden ...................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan industri adalah salah satu sektor yang sangat berpengaruh dalam
pembangunan suatu perekonomian negara. Dalam suatu perekonomian suatu negara,
sektor industri juga menjadi sektor unggulan yang mana menjadi pimpinan sektor yang
lainnya. Karena industri menjadi sektor yang sangat penting bagi negara, adanya
sektor tersebut harus diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang mengatur industri
tersbebut sehingga pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan terkait
sektor industri.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 tahun1984 tentang perindustrian
bahwa upaya untuk mendorong pembangunan industri perlu dilakukan melalui
pembangunan lokasi industri yaitu berupa kawasan industri. Maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2009 tentang kawasan industri, dimana setiap perusahaan industri baru setelah
diberlakukannya Peraturan Pemerintah, wajib masuk ke dalam kawasan industri.
Pertimbangan tersebut mengharuskan industri baru masuk dalam kawasan industri
agar industri yang dibangun berada dalam tata ruang yang tepat dan benar, ramah
lingkungan, pengelolaan yang efektif dan efisien serta memudahkan dalam
perencanaan dan pengadaan infrastruktur yang nantinya akan diperlukan.
Selain kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah, faktor-faktor penentu lokasi
suatu industri juga perlu diperhatikan guna mengembangkan industri itu sendiri. Faktor-
faktor penentu yang diambil lalu menjadi landasan perancangan industri guna memilih
lokasi pemilihan yang tepat dengan begitu, industri dapat mengoptimalkan dan
menguntungkan industri tersebut. Faktor-faktor yang ada pada teori lokasi industri
yang digunakan pada makalah berdasarkan dari teori Weber serta Teori Marshall dan
Porter. Yang mana dalam teori tersebut dirangkum menjadi 4 faktor yang dibahas
yaitu faktor penyediaan sarana dan prasarana, faktor tenaga kerja, faktor bahan baku
dan faktor pasar.
Kawasan Industri menjadi sektor unggul pada Kota Surabaya. Kawasan yang
akan diambil ialah Kawasan SIER Surabaya yang mana faktor yang sudah dijelaskan
akan menjadi bahan acuan dalam proses analisa pada kawasan studi tersebut.

1
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi
faktor-faktor yang dijadikan prioritas dalam penentuan lokasi industri makanan di
kawasan SIER serta sub faktor apa yang paling berpengaruh.

1.3. Rumusan Masalah


Pada kawasan SIER Surabaya ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan industri tersebut, contohnya; faktor penyediaan sarana dan prasarana,
faktor tenaga kerja, faktor bahan baku dan faktor pasar. Dalam perkembangannya
pada kawasan industri tersebut yang sangat pesat dan berlandaskan pedoman yang
mengatur lokasi tersebut sehingga kawasan tersebut menjadi titik-titik penumpukan
tanpa adanya penimbulan persaingan yang tidak sehat, maka memunculkan
pertanyaan yang mana: faktor apa yang paling di proritaskan terhadap penentuan
lokasi industri khususnya makanan di kawasan SIER tersebut?

1.4. Sistematika Penulisan


Laporan tugas ini ini disusun dalam tiga bab yang dijabarkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,
manfaat, rumusan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi penjelasan dasar teori lokasi industri
yang digunakan dalam studi kasus.

BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini berisi tentang kondisi atau gambaran umum
oada lokasi industri yang dipilih yaitu di Kawasan SIER

BAB IV ANALISA Bab ini berisi tentang pembahasan analisa pada kawasan studi
kasus yang akan diteliti dan interpretasi hasil analisis data yang dilakukan serta aplikasi
teori pada studi kasus.

BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan secara keseluruhan dari hasil
makalah dan rekomendasi yang ditawarkan penulis untuk permasalahan tersebut.

2
1.5. Kerangka Berpikir

Penentuan Lokasi Industri di Kawasan Rungkut

Teori Lokasi Industri

Teori Weber Teori Marshallian Teori Porter

Variabel yang mempengaruhi penentuan lokasi industri

Sarana dan Bahan Baku Pasar Tenaga Kerja


Prasarana Jarak dengan Jarak terhadap Ketersediaan
Penyediaan bahan baku pasar tenaga kerja
energi Ketersediaan Daya beli konsuen Upah tenaga kerja
Penyediaan air bahan baku Permintaan Kemampuan/ketera
bersih konsumen mpilan tenaga kerja
Pembuangan
limbah

Kesesuaian Analisis Stakeholder


antara faktor
pemilihan
Menguji dan menentukan variabel
lokasi industri ANALISIS yang mempengaruhi lokasi
dengan teori industri di kawasan SIER
dan fakta
empiris
Analisis AHP (Analysis Hierarchy
Process)
Wawancara
dan kuisioner Menentukan stakeholders yang
sesuai untuk menguji variabel
penentu lokasi industri di
kawasan SIER
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Industri


Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan
penduduk. Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan
mutu sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya
alam secara optimal. UU Perindustrian No 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan
atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaanya termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri.
Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai suatu sistem, merupakan
perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia (Sumaatmaja, 1981).

2.2. Pengelompokan Jenis Industri


Departemen Perindustrian mengelompokan industri nasional Indonesia dalam 3
kelompok besar yaitu:

 Industri Dasar
Industri dasar meliputi kelompok industri mesin danlogam dasar
(IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Yang termasuk dalam IMLD
atara lain industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang,
kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk IKD adalah industri pengolahan kayu dan karet
alam, industri pestisida, industri pupuk, industri silikat dan sebagainya.
Industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, membantu struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi
yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat
mendorong terciptanya lapangan kerja secara besar.

 Aneka industri (AL)


Yang termasuk dalam aneka industri adalah industri yang menolah
sumber daya hutan, industri yang menolah sumber daya pertanian secara luas
dan lain-lain. Aneka industri mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan

4
eonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat
modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau
teknologi maju.

 Industri Kecil
Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman dan
tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang dari
kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan,
penebitan, barang-barang karet dan plastik), industri kerajinan umum
(industri kayu, rotan, bambu dan barang galian bukan logam) dan industri
logam (mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dan logam dan
sebagainya).

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Industri


Penentuan suatu lokasi industri sangat memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam keberlanjutan perkembangannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan lokasi suatu indusri tersebut antara lain adalah (menurut
Radjiman, G.1998):
 Lahan
Faktor pertama adalah lahan, yang merupakan dasar atau tempat suatu
industri dibangun dan berdiri. Lahan dijadikan dasar peletakan sebuah industri
karena lahan yang nantinya yang mengatur kesesuaiannya dengan RTRW, skala
pelayanan juga ditentukan dari letak suatu industri, untuk industri yang
berorientasi sumber daya alam akan memperhatikan ketersediaan sumber bahan
baku dari lahan tersebut. Lahan juga secara tidak langsung berkaitan dengan
aksesibiltas transportasi bahan baku dan distribusi ke pasar, kondisi topografi
yang tidak terlalu curam akan mempermudah pengangkutan, mengurangi
hambatan serta tidak membutuhkan biaya yang tinggi. Serta soal kepemilikan
tanah juga sangat diperhatikan disini, apakah itu tanah bebas yang telah dijatuhi
hak atau belum maupun apakah tanah itu adalah tanah adat juga sangat perlu
untuk dicari tahu terlebih dahulu sejarahnya seperti apa.

 Layanan Transportasi
Faktor kedua adalah layanan transportasi atau aksesibiltas. Kemudahan
dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi ke pusat pasar juga menjadi
pertimbangan tersendiri bagi suatu perusahaan untuk mendirikan industrinya.
Adanya kemudahan aksesibiltas juga sangat berkaitan dengan biaya transportasi
total yang dikeluarkan suatu industri untuk melakukan pengangkutan bahan baku

5
(assembly cost) dan distribusi ke pusat pasar (distribution cost). Jenis kendaraan
yang digunakan juga sangat diperhatikan disini, bagaimana kemudahan dalam
akses kendaraan berat maupun kendaraan ringan dalam mencapai lokasi
industri.

 Tenaga Kerja
Faktor ketiga adalah berkaitan tenaga kerja. Sebuah industri tidak akan
berjalan tanpa adanya tenaga kerja didalamnya, oleh karena itu faktor tenaga
kerja juga sangat diperhatikan dalam menentukan lokasi pendirian suatu industri.
Bagaimana tenaga kerja dapat menentukan lokasi sebuah industri yaitu
dilihatdari beberapa hal seperti ketersediaan tenaga kerja,
kemampuan/keterampilan yang dimiliki dan yang terakhir adalah upah minimum
yang ada di suatu kawasan atau daerah tertentu. Ketersediaan tenaga kerja
secara kuantitas yaitu industri yang mengutamakan jumlah tenaga kerja yang
murah dan dalam jumlah besar serta secara kualitas yaitu industri yang
mengutamakan tenaga kerja dengan keahlian atau kemampuan khusus.
Tenaga kerja yang dekat dengan industri sangat diperlukan dalam efisiensi
sebuah perusahaan sehingga perusahaan tidak perlu memperhatikan masalah
biaya transportasi karyawan yang tempat tinggalnya jauh dari letak industri.
Sedangkan untuk kemampuan atau ketrampilan, suatu industri akan sangat
membutuhkan banyak tenaga kerja dari berbagai tingkatan pendidikan, dari yang
tinggi yang meemgang manajemen perusahaan sampai yang terendah yang
bekerja sebagai pekerja kasar. Upah yang berlaku juga sangat diperhatikan,
tentunya perusahaan menginginkan pengeluaran yang lebih besar dibanding
dengan pendapatan yang masuk. Keuntungan yang besar pastinya menjadi
dambaan setiap perusahaan. Dengan pengeluaran yang minimum dapat
mendapatkan hasil atau keuntungan maksimum, itulah prinsip yang dipakai
setiap perusahaan dalam menentukan strategi industrinya.

 Penyediaan Energi
Faktor keempat adalah ketersediaan sumber energi seperti listrik, gas, dan
lain sebagainya. Dalam proses pembuatan produk atau proses produksi sebuah
industri pasti membutuhkan sumber energi untuk menjalankan mesin
produksinya. Oleh karena itu, adanya sumber energi seperti listrik dan gas
sangat diperhatikan dalam mempertimbangkan lokasi suatu industri. Semakin
dekat lokasi industri dengan sumber energi maka proses produksi akan lebih
efisien dan efektif.

6
 Penyediaan Air Bersih Layanan
Faktor kelima adalah penyediaan air bersih, baik itu berasal dari PDAM
maupun air tanah dengan memperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Sumber air
bersih sangat dibutuhkan pada setiap proses industri terlebih untuk industri yang
membutuhkan air yang banyak dalam proses pembuatannya, seperti contohnya
industri gula. Sehingga adanya ketersediaan air bersih di sekitar lokasi industri
juga sangat dipertimbangkan dalam penentuan lokasi industri.

 Pajak, retribusi, pungutan, insentif


Faktor keenam adalah yang berhubungan dengan kebijakan fiskal yaitu
pajak, retribusi, pungutan atau insentif perusahaan. Besarnya biaya pajak atau
retribusi yang harus perusahaan keluarkan kepada pemerintah daerah dimana
perusahaan berada sangat menentukan pemilihan lokasi pembangunan suatu
industri. Karena perusahaan juga memperhatikan pendapatan atau pemasukan
dari kegiatan industri tersebut terlebih dahulu, dan coba dibandingkan dengan
biaya pajak atau retribusi lain yang harus dikeluarkan perusahaan. Sekali lagi
prinsip keuntungan masih menjadi patokan disini.

 Kegiatan usaha yang berdekatan


Pembangunan sebuah industri juga akan memperhatikan lokasi yang
berdekatan dengan industri lainnya. Selain karena berpatokan pada kawasan
industri yang direncanakan pada RTRW, juga karena adanya aglomerasi industri
akan membawa pada beberapa keuntungan bagi kegiatan industri disana. Jika
biaya pembangunan sebuah IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah) sebesar 25
Juta Rupiah untuk satu kegiatan industri, jika dalam suatu kawasan ada 5 industri
yang sejenis yang lokasinya berdekatan maka akan mengurangi biaya yang
harus dikeluarkan tiap-tiap industri. Oleh karena itu, faktor untuk meminimalkan
biaya yang harus dikeluarkan suatu industri dapat diperoleh dari adanya
aglomerasi industri yang sejenis.

2.4. Industrial Cluster

2.4.1. Teori Weber


Teori Lokasi merupakan sebuah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan
ekonomi. Alfred Weber memiliki teori yang menyebutkan bahwa lokasi industri
sebaiknya diletakkan di tempat yang memiliki biaya yang paling minimal. Menurut
teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber
menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan
tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang

7
maksimum. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku,
Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk
memperoleh lokasi optimum yang menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih
dekat ke lokasi bahan baku atau pasar. Istilah segitiga lokasional yang didasarkan
pada asumsi :

1. Bahwa daerah yang menjadi objek penelitian adalah daerah yang terisolasi.
Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat
memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.
2. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
3. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia
secara terbatas pada sejumlah tempat.
4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang
mobilitasnya tinggi.

2.4.2. Teori Marshallian


Teori Marshallian merupakan teori pengelompokan industri yang diperkenalkan
oleh Alfred Marshall. Sebelumnya Alfred Marshall lahir pada tanggal 26 Juli 1842
dan meninggal di Cambridge, Inggris 13 Juli 1924. Dia adalah seorang ahli ekonomi
Inggris yang paling berpengaruh di zamannya. Dia tumbuh di daerah suburban
London. Meskipun pada awalnya ia ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi
rohaniawan, namun prestasinya di Universitas Cambridge membuatnya berkarier di
jalur akademis. Ia menjadi profesor dalam bidang ekonomi politik pada tahun 1868.
Teori yang dibawakan oleh Marshall ini adalah bahwa “kluster industri pada
dasarnya merupakan kelompok aktivitas produksi yang amat terkonsentrasi secara
spasial dan biasanya terspesialisasi pada hanya satu atau dua industri utama saja”.
Yang berarti disini, Marshall hanya fokus pada industri-industri yang sejenis
(homogen). Konsentrasi aktivitas ekonomi suatu kota merujuk pada dua ekternalitas
ekonomi yaitu localicational economies (penghematan lokalisasi) dan urbanisation
economies (penghematan urbanisasi). Yang mana dari kedua penghematan tersebut
akan merujuk pada aglomerasi sebuah kawasan industri.
Kedua penghematan yang mengacu pada aglomerasi ekonomi tersebut secara
implisit memperlihatkan hubungan antara industrialisasi dan urbanisasi dalam proses
pembangunan. Penghematan akibat lokasi terjadi apabila produksi perusahaan pada
suatu produksi menurun ketika produksi total industri meningkat. Artinya dengan
berlokasi di dekat perusahaan lain dalam industri yang sama, suatu perusahaan
dapat menikmati beberapa manfaat seperti minimasi biaya produksi. Sedangkan
penghematan urbanisasi terjadi apabila biaya produksi suatu perusahaan menurun

8
ketika produksi seluruh perusahaan dalam wilayah perkotaan yang sama meningkat.
Penghematan karena berlokasi di wilayah perkotaan terjadi akibat skala suatu jenis
industri.

2.4.3 Teori Porters


Michael Eugene Porter (lahir 1947) adalah pengajar di Sekolah Bisnis
Universitas Harvard dengan keahlian utama di bidang manajemen strategis dan
keunggulan kompetitif perusahaan. Ia telah menulis berbagai buku dan artikel tentang
manajemen dan antara lain dikenal dengan teori analisis lima kekuatan Porter (Porter
five forces analysis). Pendekatan Cluster model Porter merupakan pengembangan
dari industrial district atau kawasan industri yang dikembangkan oleh Alfred Marshall
pada 1920 (Desrochers dan Sautet, 2004).Teori yang dicetuskan Porter ini memiliki
keterkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan industri dalam klaster industri.
Berbeda dengan Marshall yang hanya fokus pada perusahaan-perusahaan sejenis,
Cluster model Porter tidak membatasi hanya pada satu industri, tetapi lebih luas lagi.
Di dalam teori persaingan ada suatu teori dari Michael Porter yang sangat
terkenal. Teori tersebut terkenal dengan istilah Porter Five Forces Model. Menurut
pendapat Porter, ia menilai bahwa perusahaan secara nyata tidak hanya bersaing
dengan perusahaan yang ada dalam industri saat ini. Dalam five forces model
digambarkan bahwa kita bersaing dengan pesaing potensial kita, yaitu mereka yang
akan masuk, para pemasok atau suplier,para pembeli atau konsumen, dan produsen
produk-produk pengganti.

2.5. Metode Penelitian AHP


Analytical Hierarchy Process atau biasa disebut AHP dikembangkan oleh Prof.
Thomas L. Saaty, seorang Guru Besar Matematika dari University of Pittsburgh pada
tahun 1970. Metoda ini merupakan alat bantu sistem pendukung keputusan yang
dinilai luas untuk penyelesaian problem keputusan multikriteria. Metode ini mensintesis
perbandingan „judgement‟ pengambil keputusan yang berpasangan pada setiap level
hirarki keputusan yang berpasangan pada setiap level hirarki keputusan. Caranya
dengan menetapkan bobot prioritas relatif setiap elemen keputusan, dimana bobot ini
merepresentasikan intensitas preferensi atas suatu keputusan (Saaty, 1993).
Prinsip pokok AHP adalah prinsip berpikir analitis. Pengambilan keputusan dalam
metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok, yaitu:
1. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-
bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus.
Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria

9
dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh
menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain.
Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen.
Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-
elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan
tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar
harus dibuatkan level yang baru.

2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments).


Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua
elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari
elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka.
Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan
menghasilkan prioritas.

3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan
prioritas dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap
elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau
dikenal dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti
prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.

10
BAB III
GAMBARAN UMUM
Wilayah studi yang diteliti dalam makalah ini adalah kawasan industri SIER yang
terletak di Kecamatan Rungkut. Berikut adalah batas administrasi dari kawasan SIER yang
meliputi:
Utara : Kelurahan Kendangsari dan Kali Rungkut
Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Barat : Kecamatan Tenggilis Mejoyo (Kelurahan Kutisari dan Kendangsari)
Timur :Rungkut Kidul, Rungkut Tengah dan Rungkut Menanggal

Gambar 1.Lokasi Studi Kawasan SIER

Sumber : Citra Satelit

Pada gambar diatas ditunjukkan luasan kawasan SIER yang menjadi lokasi penelitian.
Kawasan tersebut berada di antara tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tenggilis Mejoyo,
Kecamatan Rungkut dan Kecamatan Gunung Anyar. Kawasan SIER memiliki luas lahan 245
Ha dan telah ditempati oleh hampir 300 perusahaan yang menampung puluhan ribu pekerja.
PT.SIER juga menyediakan 50 Ha di Kawasan Berikat yang digunakan untuk membantu
meningkatkan aktivitas ekspor.
Kawasan industri SIER merupakan perseroan atau badan usaha milik negara (BUMN)
yang didirikan pada tanggal 28 Februari 1974, dengan proporsi saham 50% dimiliki oleh
Pemerintah Pusat RI, 25% Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur, dan 25% Pemerintah
Daerah Tingkat II Surabaya. Kawasan industri ini merupakan salah satu dari kawasan
industri yang dapat menyelesaikan pembebasan tanahnya. Pendirian PT.Surabaya Industrial
Estate Rungkut-SIER (persero) bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang

11
kebijaksanaan dan program pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan nasional
khususnya dalam bidang pembangunan dan pengelolaan kawasan lndustri. Penggunaan
lahan di kompleks SIER mayoritas digunakan untuk industri dan pergudangan yakni sebesar
187,2 (RTRK Kawasan SIER).

Gambar 2. Unit Pengembangan Rungkut 1

Sumber : RTRK Kawasan SIER

Adapun jenis-jenis industri yang diperbolehkan masuk adalah jenis industri ringan
dengan skala besar, menengah dan kecil dengan syarat terlebih dahulu mendapatkan izin
persetujuan dari instansi berwenang (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Pemda, dsb)
serta memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh PT. SIER. Selain itu
perseroan ini juga memiliki sistem pengolahan air limbah yang menggunakan sistem
pengolahan biologis tanpa menggunakan bahan kimia apapun.
Sarana dan prasarana yang disediakan oleh PT SIER sendiri tergolong lengkap yang
meliputi pusat pengolahan air limbah, pembuangan sampah terpusat, pemadam kebakaran,
jaringan gas, air, listrik dan telepon, bank, masjid serta fasilitas-fasilitas olahraga seperti
lapangan futsal dan lain sebagainya.

12
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Metode Analisis


Adapun tahapan dalam penelitian analisa faktor penetuan lokasi industri
makanan di SIER ini, dapat dijelaskan dalam diagram berikut :

Gambar 3. Tahapan Analisis


Sumber : Hasil Analisis, 2016

4.1.1. Menentukan variabel dan hirarkri kriteria


Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengidentifikasi faktor yang paling
berpengaruh dalam penentuan lokasi industri makanan di SIER (Surabaya Industry
Estate Rungkut). Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka perlu ditentukan
variabel-variabel yang akna menjadi input analisis penelitian. Variabel-variabel
tersebut yaitu faktor-faktor yang dinilai berpengaruh dalam menentukan lokasi industri
makanan di SIER, sebagai berikut :

Gambar 4. Hirarki Kriteria


Sumber : Hasil Analisis, 2016

13
4.1.2. Pengumpulan data dan informasi
Data dan informasi diperoleh dengan menggunakan kuesioner analisa
penentuan lokasi industri makanan di SIER yang diisi oleh sampel stakeholder yang
dinilai dapat merepresentasikan informasi dan data yang diperlukan. Pengumpulan
data dan informasi diperoleh dari stakeholder-stakeholder berikut :

 PT. Sukanda Jaya yang merupakan industri makanan di bidang es krim


Fiamond Cold Store.
 PT. Multirasa Nusantara, merupakan industri makanan fastfood.
 Akademisi yang diwakili oleh dosen.

Komposisi responden di atas dinilai dapat memberikan informasi pengaruh


faktor lokasi dengan mempertimbangkan pengetahuan maupun pemahaman terkait
pemilihan faktor lokasi industri makanan tersebut memilih lokasi di SIER. Tahapan
pengumpulan data dan informasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

4.1.3. Analytic Hierarchy Process


Tahapan analisis ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi Expert Choice 11.
Aplikasi ini merupaka teknik analisa yang mengorganisasikan suatu informasi untuk
menentukan alternatif pilihan yang paling disukai (prioritas) berdasarkan persepsi
rasional seseorang (expert/tenaga ahli). Hasil penilaian masing-masing stakeholder
akan menentukan pembobotan setiap kriteria. Berikut ini beberapa hasil output
pembobotan masing masing stakeholder :

1. PT. Sukanda Jaya


Berikut output hasil pembobotan kriteria yang diperhitungkan dalam faktor-
faktor penentuan lokasi industri makanan di SIER berdasarkan penilaian PT.
Sukanda Jaya.

14
Gambar 5. Output Proses Penilaian PT. Sukanda Jaya

Sumber : Hasil Analisis, 2016

Tingkat perbandingan antar faktor menunjukkan pengaruh kriteria


Penyediaan sarana dan prasarana memiliki bobot paling tinggi yaitu 0,592
kemudian diikuti dengan faktor tenaga kerja 0,052 dan faktor pasar 0,238.
Dengan penjelasan sebagai berikut :

 Faktor Penyediaan Sarana dan Prasarana


Pada faktor penyediaan sarana dan prasarana sub faktor air bersih dan
sub faktor energi memiliki bobot yang sama yakni 0,429. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua subfakor ini menjadi alternatif yang
diperhitungkan dalan kriteria penyediaan prasarana dan sarana penentuan
lokasi industri makanan di SIER.
 Faktor Bahan Baku
Jarak dengan bahan baku memiliki bobot 0,75 dibanding sub faktor
ketersediaan bahan baku 0,25. Hal ini menunjukkan bahwa sub faktor jarak
dengan bahan baku merupakan alternatif yang paling diperhitungkan dalam
kriteria faktor bahan baku.
 Faktor Pasar
Pada faktor pasar diperoleh pembobotan sebagai berikut jarak terhadap
pasar sebesar 0,567, sub faktor daya beli konsumen 0, 110, dan sub faktor
permintaan konsumen 0,323. Berdasarkan hasil analisis pembobotan
tersebut, maka alternatif jarak terhadap pasar dinilai paling berpengaruh.

15
 Faktor Tenaga Kerja
Hasil pembobotan sub faktor tenaga kerja, alternatif
kemampuan/keterampilan tenaga kerja memiliki bobot yang berpengaruh
terhadap kriteria faktor tenaga kerja dengan bobot sebesar 0,637.

2. PT. Multirasa Nusantara


Berikut hasil pembobotan dari penilaian PT. Multirasa Nusantara, yang
dapat dijelaskan melalui output proses expert choice.

Gambar 6.Output Proses Penilaian PT. Multirasa Nusantara


Sumber : Hasil Analisis, 2016
Hasil pembobotan penilaian PT. Multirasa Nusantara menunjukkan bahwa
faktor penyediaan sarana dan prasarana merupakan faktor yang paling
berpengaruh, dengan bobot 0,612. Berikut penjelasan pembobotan antar sub
faktor :
 Faktor Penyediaan Sarana dan Prasarana
Alternatif prasarana pengolahan limbah memiliki dinilai paling berpengaruh
dengan bobot 0,659. Selain itu sub faktor penyediaan air bersih memiliki
bobot 0,156 dan bobot sub faktor penyediaan energi 0,185.
 Faktor Bahan Baku
Jarak dengan bahan baku memiliki bobot 0,833 dibanding sub faktor
ketersediaan bahan baku 0,25 artinya sub faktor jarak dengan bahan baku
merupakan alternatif yang paling diperhitungkan dalam kriteria faktor bahan
baku.

16
 Faktor Pasar
Pada faktor pasar diperoleh pembobotan sebagai berikut jarak terhadap
pasar sebesar 0,701 , sub faktor daya beli konsumen 0, 202 , dan sub
faktor permintaan konsumen 0,097. Berdasarkan hasil analisis pembobotan
tersebut, maka alternatif jarak terhadap pasar dinilai paling berpengaruh.
 Faktor Tenaga Kerja
Sub faktor kemampuan dan keterampilan memiliki bobot 0,778 yang
emnunjukkan bawah sub faktor ini dinilai paling berpengaruh dibandingkan
sub faktor lainnya. Sub faktor ketersediaan tenaga kerja dan upah tenaga
kerja memiliki bobot yang sama sebesar 0,111.
3. Akademisi
Berikut merupakan output proses pembobotan faktor-faktor penentuan
lokasi industri makanan di SIER berdasarkan penilaian penilaian akademisi.

Gambar 7.Output Proses Penilaian Akademisi


Sumber : Hasil Analisis, 2016

Hasil pembobotan penilaian akademisi menunjukkan bahwa faktor


penyediaan sarana dan prasarana merupakan faktor yang paling berpengaruh,
dengan bobot 0,586. Berikut penjelasan pembobotan antar sub faktor :

 Faktor Penyediaan Sarana dan Prasarana


Alternatif prasarana pengolahan limbah memiliki dinilai paling berpengaruh
dengan bobot 0,390. Selain itu sub faktor penyediaan air bersih memiliki
bobot 0,241 dan bobot sub faktor penyediaan energi 0,369. Alternatif yang
paling diperhitungkan yakni prasarana pengolahan air limbah.

17
 Faktor Bahan Baku
Jarak dengan bahan baku memiliki bobot 0,781 dibanding sub faktor
ketersediaan bahan baku 0,129 artinya sub faktor jarak dengan bahan
baku merupakan alternatif yang paling diperhitungkan dalam kriteria faktor
bahan baku.
 Faktor Pasar
Pada faktor pasar diperoleh pembobotan sebagai berikut jarak terhadap
pasar sebesar 0,652 , sub faktor daya beli konsumen 0, 202 , dan sub
faktor permintaan konsumen 0,219. Berdasarkan hasil analisis pembobotan
tersebut, maka alternatif jarak terhadap pasar dinilai paling berpengaruh.
 Faktor Tenaga Kerja
Sub faktor kemampuan dan keterampilan memiliki bobot 0,726 yang
menunjukkan bawah sub faktor ini dinilai paling berpengaruh dibandingkan
sub faktor lainnya. Sub faktor ketersediaan tenaga kerja memiliki bobot
0,135 dan faktor upah tenaga kerja 0,140.

4. Hasil kombinasi responden

Hasil kombinasi responden merupakan output combine participant,


sehingga diperoleh hasil bahwa faktor-faktor penentuan pemilihan lokasi industri
makanan di kawasan SIER memiliki kriteria yang paling diperhitungkan atau
dominan yakni penyediaan sarana dan prasarana.

Gambar 8.Output Proses Kombinasi Responden

Sumber : Hasil Analisis, 2016

18
 Faktor Penyediaan Sarana dan Prasarana
Alternatif prasarana pengolahan limbah memiliki bobot paling berpengaruh
dengan bobot 0,390. Selain itu sub faktor penyediaan air bersih memiliki
bobot 0,241 dan bobot sub faktor penyediaan energi 0,369.
 Faktor Bahan Baku
Jarak dengan bahan baku memiliki bobot 0,781 dibanding sub faktor
ketersediaan bahan baku 0,219 artinya sub faktor jarak dengan bahan
baku merupakan alternatif yang paling diperhitungkan dalam kriteria faktor
bahan baku.
 Faktor Pasar
Pada faktor pasar diperoleh pembobotan sebagai berikut jarak terhadap
pasar sebesar 0,652 , sub faktor daya beli konsumen 0, 129 , dan sub
faktor permintaan konsumen 0,219. Berdasarkan hasil analisis pembobotan
tersebut, maka alternatif jarak terhadap pasar dinilai paling berpengaruh.
 Faktor Tenaga Kerja
Sub faktor kemampuan dan keterampilan memiliki bobot 0,726 yang
emnunjukkan bawah sub faktor ini dinilai paling berpengaruh dibandingkan
sub faktor lainnya seperti faktor ketersediaan tenaga kerja 0,135 dan upah
0,140.

Sehingga berdasarkan interpretasi di atas dapat dirumuskan ranking prioritas faktor


penentuan lokasi industri makanan di SIER sebagai berikut :

Tabel 1. Ranking Prioritas

No. Ranking Prioritas Faktor Sub Faktor

1. 1 Penyediaan Penyediaan sarana


prasarana dan pengolahan limbah
sarana Penyediaan energi (gas,
listrik dll)
Penyediaan air bersih

2. 2 Pasar Jarak terhadap pasar


Permintaan Konsumen
Daya beli konsumen
3. 3 Bahan baku Jarak dengan bahan baku

19
Ketersediaan bahan baku

4. 4 Tenaga Kerja Kemampuan/keterampilan


tenaga kerja
Ketersediaan tenaga kerja
Upah tenaga kerja
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Dengan tetap mengarah pada hasil analisis diatas, maka perlu diidentifikasi tingkat
kepentingan faktor tersebut. Faktor penyediaan prasarana dan sarana menjelaskan
mengenai pemilihan lokasi industri makanan pada kawasan SIER didukung dengan adanya
penyediaan prasarana dan sarana yang memadai. PT. Surabaya Industrial Estate Rungkut-
SIER menyediakan kawasan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang
mendukung. Terutama pada alternatif penyediaan sarana pengolahan limbah. Pengolahan
limbah membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga untuk meminimalisasinya industri-
industri makanan ini berupaya mencari lokasi industri dimana pengelolaan limbah dapat
dilakukan secara komunal sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Dan kawasan SIER
menjawab hal tersebut dengan menyediakan Instalasi Pengelolaan Limbah yang melayani
secara komunal industri-industri yang menempati kawasan SIER.

Terkait dengan faktor pasar, maka jaringan distribusi hasil produksi industri-industri
makanan pada kawasan ini cukup luas. Sehingga tidak terpusat hanya pada satu lokasi
pasar melainkan tersebar hingga ke luar kota. Namun jarak terhadap pasar dan itingkat
permintaan juga menjadi pertimbangan keberadaan lokasi industri-industri makanan
tersebut.

Umumnya industri-industri makanan yang berlokasi di kawasan SIER ini memiliki


supply bahan bahan baku yang dinilai dijamin kontinuitasnya. Sehingga yang menjadi
pertimbangan yang perlu diperhitungkan yakni jarak denga bahan baku karena berkaitan
dengan biaya transportasi bahan baku.

Ketersediaan tenaga kerja untuk bekerja pada industri-industri makanan pada kawasan
SIER ini bukan hanya berasal dari dalam kota Surabaya, melainkan juga berdatangan dari
luar kota Surabaya. Untuk memperoleh tenaga kerja, perusahaan-perusahaan ini
mengakses tenaga kerja secara online dari pasar tenaga kerja. Sehingga, kemapuan dan
keterampilan sangat dibutuhkan untuk mendukung kualitas produk yang dihasilkan.

Faktor-faktor di atas dapat dikaitkan dengan teori-teori lokasi yang juga menjadi
referensi pertimbangan lokasi industri. Teori analisa lokasi klasik Weber dengan asumsi

20
Weber yang membahas tentang aglomerasi industri yaitu, pemusatan lokasi bisnis atau
industri di suatu lokasi tertentu. Selain itu teori-teori lokasi lainnya berupaya menjelaskan hal
ini seperti teori Marshall Kluster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas
produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan biasanya terspesialisasi pada hanya
satu atau dua industri utama saja. Mengacu pada kondisi eksisting perkembangan industri
pada kawasan SIER ini yang bukan hanya terdiri dari industri makanan sebagai industri
utama melainkan berkembang dan mendukung perkembangan teori Porter mengenai klaster
industri yang terdiri dari berbagai jenis industri.

21
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Tujuan dari penenlitian ini yakni untuk menganalisa faktor-faktor yang dijadikan
prioritas dalam penentuan lokasi industri makanan di kawasan industri SIER. Untuk
mencapai tujuan penelitian ini maka informasi dan data diperoleh melalui pengisian
kuesioner AHP oleh stakeholder terkait. Kuesioner AHP tersebut merupakan
perbandingan tingkat kepentingan antar faktor maupun sub faktor. Sehingga data
penilaian stakeholder dapat menjadi input proses AHP.

Berdasarkan proses AHP faktor penyediaan prasarana dan sarana menjadi


faktor yang paling berpengaruh dalam penentuan lokasi industri makanan dengan
bobot 0,586., yang diikuti dengan faktor pasar 0,251, faktor bahan baku 0,094, serta
faktor tenaga kerja 0,069. Pada kriteria penyediaan prasarana dan sarana, variabel
penyediaan sarana limbah diidentifikasi paling berpengaruh. Pada kriteria pasar,
variabel jarak dengan pasar menjadi pertimbangan yang paling diperhitungkan karena
memiliki bobot yang cukup tinggi. Kriteria bahan baku menunjukkan variabel jarak
dengan bahan baku memiliki bobot yang tinggi. Serta kriteria tenaga kerja dimana
keterampilan dan kemampuan tenaga kerja memiliki bobot yang sangat penting.

Kawasan industri SIER merupakan salah satu bentuk pelaksanaan PT. SIER
dalam menunjang kebijakan dan program Pemerintah untuk mendorong pembangunan
ekonomi yakni dengan menempatkan kawasan industri secara terpadu dalam satu
kawasan. Salah satu kriteria pertimbangan pemilihan lokasi industri makanan pada
kawasan SIER yakni penyediaan prasarana dan sarana yang diberikan bagi
perusahaan-perusahaan yang memilih untuk berlokasi pada kawasan ini. Integrasi
lokasi ini atau dalam teori klasik dikenal dengan aglomerasi lokasi industri cenderung
akan membantu meminimalisasi biaya, sehingga akan cenderung lebih
menguntungkan.

5.2. Lesson Learned


Mengarah pada hasil dari penelitian analisa faktor-faktor lokasi penentuan
industri makanan di SIER ini, maka pelajaran yang dapat diambil yakni :

1. Dalam menentukan lokasi industri, dikenal beberapa asumsi yang identik dengan
teori-teori lokasi yang dapat menjadi bahan referensi dalam penentuan lokasi
industri seperti teori Weber dengan kaitannya dalam asumsi aglomerasi industri
serta teori Porter yang menjelskan mengenai kluster industri. Dimana dalam

22
implementasinya teori-teori tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi
eksisting yang berlangsung.
2. Setiap kriteria memiliki tingkat kepentingan yang berbeda-beda, tetapi setiap
kriteria maupun alternatif memberikan kontribusi pengaruh bagi penentuan
lokasi, sehingga setiap kriteria maupun alternatif tidak dapat diabaikan.
3. Penentuan faktor maupun kriteria pada masing-masing industri berbeda-beda
tergantung jenis industrinya. Semisal untuk untuk industri makanan faktor yang
berpengaruh adalah faktor penyediaan sarana dan prasarana, bisa jadi berbeda
untuk jenis industri lainnya karena kebutuhan yang dijadikan prioritas masing-
masing industri berbeda.

23
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Eko Budi, dkk. 2012. Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan (RP09 1209). Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/457/jbptunikompp-gdl-imeldafran-22844-3-unikom_i-i.pdf
(diakses pada tanggal 26 Maret 2016 pukul 22.25 WIB)

http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-hedwinpram-401-2-babii.pdf (diakses pada


tanggal 26 Maret 2016 pukul 22.27 WIB)

http://repository.petra.ac.id/PDM_rully (diakses pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 19.45 WIB)

24
25

Anda mungkin juga menyukai