Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN POST
KOLOSTOMI DENGAN PEMASANGAN VENTILATOR DISERTA
KOMPLIKASI PNEUMONIA DI RUANG 12 RSUD
Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Case Study: Nursing Care Toward Post kolostomi dengan
pemasangan ventilator disertai komplikasi pneumonia Patient (Mr. S) at
Room 12 in The Hospital of dr. Saiful Anwar Malang
Yuyun indarti*, Ageng Lumadi**.
*Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Maharani Malang
E-mail: yuyunindarti123@gmail.com

ABSTRAK
Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus. Di
Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya.
Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia
yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan Untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada pasien dengan Post operasi kolostomi Ileus meliputi
pengkajian (analisa), membuat diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan post operasi kolostomi ileus masalah-masalah keperawatan: nyeri akut
dengan etiologi terputusnya kontinuitas jaringan, nausea dengan etiologi distensi
abdomen, risiko infeksi dengan etiologi pembedahan Post operasi kolostomi
ileus harus dilakukan secara komprehensif, artinya teliti dalam pengkajian dan
memprioritaskan kebutuhan pasien, adanya kesesuaian antara proses keperawatan
dan sumber daya yang ada, serta kesungguhan dalam implementasi untuk
menghindari komplikasi yang mungkin terjadi. Saran penulis bagi rumah sakit
agar melakukan pemberian edukasi terkait agen penyakit dan bagi keluarga pasien
agar lebih memperhatikan polah hidup sehat.

Kata kunci : ileus obstruktif , post op kolostomi

ABSTRACT
Obstruction ileus is a mechanical blockage of the intestine where the blockage
completely shut down or disrupt the course of the intestinal contents. In the
United States suffer from ileus estimated at around 300,000-400,000 annually. In
Indonesia, there were 7,059 cases of paralytic ileus and obstructive without hernia
who are hospitalized and 7,024 outpatients
To investigate nursing care in patients with a colostomy Postoperative ileus
include assessment (analysis), making nursing diagnosis, intervention,
implementation and evaluation of nursing.
After nursing care in patients with postoperative ileus colostomy nursing acute
pain etiology network interruption of continuity, nausea with abdominal
distension etiology, risk of infection with the etiologic surgery
Conclusions: Postoperative ileus colostomy have to be comprehensive, rigorous
means to review and prioritize the needs of patients, lack of compatibility between
the nursing process and available resources, as well as seriousness in
implementation to avoid possible complications. Advice writer for the hospital in
order to carry out the provision of education related to the disease agent and the
patient's family to pay more attention doings of healthy living.

Keywords: obstructive ileus, post op colostomy

PENDAHULUAN Biasanya nyeri hilang timbul akibat


Pada zaman modern dengan adanya sumbatan usus dan diikut
adanya peningkatan derajat ekonomi muntah muntah dan perut menjadi
yang juga terjadi pada masyarakat distensi/kembung. Bila ada
sangat berpengaruh terhadap gaya perdarahan yang tersembunyi,
hidup sehari-hari,misalnya pola biasanya gejala yang muncul anemia,
aktifitas dan pekerjaan,namun tanpa hal ini sering terjadi pada tumor yang
disadari bahaya yang mengancam letaknya pada usus besar sebelah
kesehatan juga tidak dapat di hindari kanan. (dermawan, 2010 )
(Sjamsuhidayat, 2006). Ileus Setiap tahunnya 1 dari 1000
obstruktif adalah suatu penyumbatan penduduk dari segala usia
mekanis pada usus dimana didiagnosis ileus. Di Amerika
merupakan penyumbatan yang sama diperkirakan sekitar 300.000-400.000
sekali menutup atau menganggu menderita ileus setiap tahunnya. Di
jalannya isi usus. Sekitar 20% pasien Indonesia tercatat ada 7.059 kasus
ke rumah sakit datang dengan ileus paralitik dan obstruktif tanpa
keluhan akut abdomen oleh karena hernia yang dirawat inap dan 7.024
obstruksi pada saluran cerna, 80% pasien rawat jalan (Deparetemen
obstruksi terjadi pada usus halus Kesehatan RI, 2010). Kolostomi
(Emedicine, 2009). pada ileus merupakan jenis
Penyebab obstruksi kolon pembedahan darurat abdomen yang
yang paling sering ialah karsinoma paling sering dilakukan di Negara-
terutama pada daerah rektosigmoid negara barat. Ileus dapat terjadi pada
dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi setiap usia, perbandingan antara pria
usus merupakan tanda lanjut(late dan wanita mempunyai kemungkinan
sign) dari karsinoma kolon. yang sam untuk menderita penyakit
Obstruksi ini adalah obstruksi usus ini. Namun penyakit ini sering
mekanik total yang tidak dapat dijumpai pada dewasa muda antara
ditolong dengan cara pemasangan umur 20-30 tahun (Smeltzer, 2007).
tube lambung, puasa dan infus. Akan Insiden antara laki-laki dan
tetapi harus segera ditolong dengan perempuan pada usia ini
operasi (laparatomi). Umumnya menunjukkan frekuensi yang sama,
gejala pertama timbul karena akan tetapi pada usia 25 tahun, pada
penyulit yaitu gangguan faal usus laki-laki frekuensinya lebih tinggi
berupa gangguan system saluran dengan rasio 3:2 dari perempuan
cerna, sumbatan usus, perdarahan (Issebalcher, 2006).
atau akibat penyebaran tumor.
Gangrene dan perforasi metode deskriptif dengan pendekatan
biasanya terjadi sesudah 24-36 jam. studi kasus yaitu metode ilmiah yang
Oleh karena itu pada pasien yang bersifat mengumpulkan data,
sudah terdiagnosa Ileus obstruksi, menganalisis data dan menarik
maka harus segera dilakukan kesimpulan data.
tindakan pembedahan sewaktu-
waktu. Keterlambatan pembedahan Metode deskriptif adalah
dapat menyebabkan berbagai suatu metode studi kasus yang
komplikasi, diantaranya 20% dilakukan dengan tujuan utama
mengalami perforasi appendiks, membuat gambaran atau deskriptif
peritonitis, abses appendiks dan tentang suatu keadaan secara
bahkan kematian. (Issebalcher, obyektif (Notoatmodjo, 2012). Studi
2006). kasus ini dilakukan pada Tn. S umur
71 tahun dengan Ileus obstruktif di
Dengan fenomena tersebut RSUD dr. Saiful Anwar Malang
diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) Definisi Operasional
dengan mengangkat judul “Asuhan Asuhan keperawataan
Keperawatan Pada Tn. S Dengan pada pasien ileus obstruktif
kolostomi Pada Ileus Obstruksi Di yaitu suatu tindakan yang
intensive care unit (ICU)”. Tujuan diberikan pada pasien yang
penelitian ini adalah untuk mengalami keluhan akibat
mengetahui Bagaimana memberi penyakit yang diderita dengan
asuhan keperawatan pada pasien tujuan mampu mengurangi
post operasi tindakan kolostomi pada keluhan sakit yang dialami
Ileus obtruksi DI RS. SAIFUL pasien dan menangani secara
ANWAR MALANG komprehensif seperti bio-spiko-
sos-ekonomi. Sehingga pasien
Rancangan Penelitian mampu merasa sehat nyama dan
Rancangan penelitian mampu beraktifitas seperti
merupakan hasil akhir dari suatu biasanya serta dapat menerima
tahap keputusan yang dibuat penyakit yang dialaminya.
oleh peneliti berhubungan
dengan bagaimana suatu
penelitian bisa diterapkan Teknik Pengumpulan Data
(Nursalam, 2013). Teknik pengumpulan data
Penelitian ini merupakan suatu proses
menggunakan metode kualitatif. pendekatan kepada subyek dan
Menurut Brog and Gall (1989) proses pengumpulan
dalam Sugiyono (2011) penelitian karakteristik subyek yang
kualitatif adalah metode yang diperlukan dalam suatu
sering kali disebut dengan metode penelitian (Nursalam, 2013).
penelitian naturalistic karena Ada 2 metode untuk
penelitiannya dilakukan pada memperoleh data, yaitu:
kondisi yang alamiah (natural Data Primer
setting). Data primer adalah secara
Pada penyusunan Karya langsung diambil dari obyek
Tulis Ilmiah ini penulis susun dengan penelitian oleh peneliti
perorangan atau organisasi abdomen, dan respirasi
(Ridwidikdo, 2013). Data paradoks (retraksi abdomen
primer dalam penelitian ini saat inspirasi). Pola napas ini
meliputi: dapat terjadi jika otot-otot
1) Pemeriksaan B1 sampai interkostal tidak mampu
B6 menggerakan dinding dada
Menurut Nursalam (2013), Sputum yang keluar harus
pemeriksaan fisik dinilai warnanya, jumlah dan
digunakan untuk konsistensinya. Mukoid
mengetahui keadaan fisik sputum biasa terjadi pada
pasien secara sistematis bronkitis kronik dan astma
dengan cara: bronkiale; sputum yang
B 1 : Breathing purulen (kuning hijau) biasa
(Pernafasan/Respirasi) terjadi pada pnemonia,
Pola napas : Di nilai brokhiektasis, brokhitis akut;
kecepatan, irama, dan kualitas. sputum yang mengandung
Bunyi napas: Bunyi napas darah dapat menunjukan
normal; Vesikuler, broncho adanya edema paru, TBC, dan
vesikuler. Penurunan atau kanker paru.
hilangnya bunyi napas dapat B 2 : Bleeding (Kardiovaskuler /
menunjukan adanya atelektasis, Sirkulasi)
pnemotorak atau fibrosis pada Irama jantung :
pleura.Rales (merupakan tanda Frekuensi ..x/m, reguler atau
awal adanya CHF. irregular Distensi Vena
emphysema) merupakan bunyi Jugularis Tekanan Darah :
yang dihasilkan oleh aliran Hipotensi dapat terjadi akibat
udara yang melalui sekresi di dari penggunaan ventilator
dalam trakeobronkial dan Bunyi jantung : Dihasilkan
alveoli. Ronchi (dapat terjadi oleh aktifitas katup jantung S1
akibat penurunan diameter : Terdengar saat kontraksi
saluran napas dan peningkatan jantung / sistol ventrikel.
usaha napas) Bentuk dada : Terjadi akibat penutupan katup
Perubahan diameter anterior – mitral dan trikuspid. S2 :
posterior (AP) menunjukan Terdengar saat akhir kotraksi
adanya COPD Ekspansi dada : ventrikel. Terjadi akibat
Dinilai penuh / tidak penuh, penutupan katup pulmonal dan
dan kesimetrisannya. katup aorta. S3 : Dikenal
Ketidaksimetrisan mungkin dengan ventrikuler gallop,
menunjukan adanya atelektasis, manandakan adanya dilatasi
lesi pada paru, obstruksi pada ventrikel. Murmur : terdengar
bronkus, fraktur tulang iga, akibat adanya arus turbulansi
pnemotoraks, atau penempatan darah. Biasanya terdengar pada
endotrakeal dan tube pasien gangguan katup atau
trakeostomi yang kurang tepat. CHF. Pengisian kapiler :
Pada observasi ekspansi dada normal kurang dari 3 detik
juga perlu dinilai : Retraksi Nadi perifer : ada / tidak dan
dari otot-otot interkostal, kualitasnya harus diperiksa.
substrernal, pernapasan Aritmia dapat terjadi akibat
adanya hipoksia miokardial. dengan sekitarnya, sikapnya
PMI (Point of Maximal acuh tak acuh.
Impuls): Diameter normal 2 Delirium, yaitu
cm, pada interkostal ke lima gelisah, disorientasi (orang,
kiri pada garis midklavikula. tempat, waktu),
Pergeseran lokasi menunjukan memberontak, berteriak-
adanya pembesaran ventrikel teriak, berhalusinasi, kadang
pasien hipoksemia kronis. berhayal. Somnolen
Edema : Dikaji lokasi dan (Obtundasi, Letargi), yaitu
derajatnya. kesadaran menurun, respon
B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik) psikomotor yang lambat,
Tingkat kesadaran mudah tertidur, namun
Penurunan tingkat kesadaran kesadaran dapat pulih bila
pada pasien dengan respirator dirangsang (mudah
dapat terjadi akibat dibangunkan) tetapi jatuh
penurunan PCO2 yang tertidur lagi, mampu memberi
menyebabkan vasokontriksi jawaban verbal. Stupor
cerebral. Akibatnya akan (soporo koma), yaitu keadaan
menurunkan sirkulasi seperti tertidur lelap, tetapi
cerebral.Untuk menilai ada respon terhadap nyeri.
tingkat kesadaran dapat Coma (comatose), yaitu tidak
digunakan suatu skala bisa dibangunkan, tidak ada
pengkuran yang disebut respon terhadap rangsangan
dengan Glasgow Coma Scale apapun (tidak ada respon
(GCS). GCS memungkinkan kornea maupun reflek
untuk menilai secara obyektif muntah, mungkin juga tidak
respon pasien terhadap ada respon pupil terhadap
lingkungan. Komponen yang cahaya).
dinilai adalah : Respon Perubahan tingkat kesadaran
terbaik buka mata, respon dapat diakibatkan dari
motorik, dan respon verbal. berbagai faktor, termasuk
Nilai kesadaran pasien adalah perubahan dalam lingkungan
jumlah nilai-nilai dari ketiga kimia otak seperti keracunan,
komponen tersebut. Tingkat kekurangan oksigen karena
kesadaran adalah ukuran dari berkurangnya aliran darah ke
kesadaran dan respon otak, dan tekanan berlebihan
seseorang terhadap di dalam rongga tulang
rangsangan dari lingkungan, kepala.
tingkat kesadaran dibedakan Adanya defisit tingkat
menjadi : Compos Mentis kesadaran memberi kesan adanya
(conscious), yaitu kesadaran hemiparese serebral atau sistem
normal, sadar sepenuhnya, aktivitas reticular mengalami injuri.
dapat menjawab semua Penurunan tingkat kesadaran
pertanyaan tentang keadaan berhubungan dengan peningkatan
sekelilingnya.. Apatis, yaitu angka morbiditas (kecacatan) dan
keadaan kesadaran yang mortalitas (kematian).
segan untuk berhubungan Jadi sangat penting dalam mengukur
status neurologikal dan medis pasien.
Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan selang endotrakeal dan
salah satu bagian dari vital sign. GCS nasotrakeal.
(Glasgow Coma Scale) yaitu skala 3. Distensi abdomen
yang digunakan untuk menilai Dapat disebabkan oleh
tingkat kesadaran pasien, (apakah penumpukan cairan.
pasien dalam kondisi koma atau Asites dapat diketahui
tidak) dengan menilai respon pasien dengan memeriksa
terhadap rangsangan yang diberikan. adanya gelombang air
.B 4 : Bladder (Perkemihan – pada abdomen. Distensi
Eliminasi Uri/Genitourinaria) abdomen dapat juga
1. Kateter urin terjadi akibat
2. Urine : warna, jumlah, perdarahan yang
dan karakteristik disebabkan karena
urine, termasuk berat penggunaan IPPV.
jenis urine. Penyebab lain
3. Penurunan jumlah perdarahan saluran
urine dan peningkatan cerna pada pasien
retensi cairan dapat dengan respirator
terjadi akibat adalah stres,
menurunnya perfusi hipersekresi gaster,
pada ginjal. penggunaan steroid
4. Distesi kandung yang berlebihan,
kemih kurangnya terapi
. B 5 : Bowel (Pencernaan – antasid, dan kurangnya
Eliminasi Alvi/Gastrointestinal) pemasukan makanan.
1. Rongga mulut 4. Nyeri
Penilaian pada mulut 5. Dapat menunjukan
adalah ada tidaknya lesi adanya perdarahan
pada mulut atau gastriintestinal
perubahan pada lidah 6. Pengeluaran dari NGT :
dapat menunjukan jumlah dan warnanya
adanya dehidarsi. 7. Mual dan muntah.
2. Bising usus B 6 : Bone (Tulang – Otot –
Ada atau tidaknya dan Integumen)
kualitas bising usus    Keluhan lemah,
harus dikaji sebelum cepat lelah, pusing, dada rasa
melakukan palpasi berdenyut dan berdebar
abdomen. Bising usus       Keluhan sulit tidur
dapat terjadi pada (karena adanya ortopnea,
paralitik ileus dan dispnea nokturnal
peritonitis. Lakukan paroksimal, nokturia dan
observasi bising usus keringat pada malam hari)
selama ± 2 menit. Istirahat tidur : kaji
Penurunan motilitas kebiasaan tidur siang dan
usus dapat terjadi akibat malam, berapa jam klien
tertelannya udara yang tisur dalam 24 jam dan
berasal dari sekitar apakah klien mengalami
sulit tidur dan bagaimana
perubahannya setelah klien
mengalami gangguan pada 2) Studi Kepustakaan
sistem percernaan . Perlu Bahan pustaka merupakan
diketahui, klien dengan hal yang penting dalam
ileus obstruktif sering menunjang latar belakang
terbangun dan susah tidur teoritis dari suatu kasus
karena nyeri dada dan (Notoatmodjo, 2013).
sesak napas Aktivitas : kaji Studi kasus ini di ambil
aktivitas klien di rumah dari jurnal – jurnal
atau di rumah sakit. referensi tentang ileus
Apakah ada kesenjangan obstruktif
yang berarti misalnya
pembatasan aktivitas.
Aktivitas klien biasanya Analisa Data
berubah karena klien Menurut Sugiyono
merasa sesak napas saat (2010), Analisis data adalah
beraktivitas. proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang
2 Data sekunder diperoleh dari hasil wawancara,
Data sekunder adalah data catatan lapangan, dan
yang di dapat tidak secara dokumentasi, dengan cara
langsung dari obyek penelitian. mengorganisasikan data ke
Peneliti mendapatkan data dalam kategori, menjabarkan ke
yang sudah jadi yang di dalam unit-unit, melakukan
kumpulkan pihak lain dengan sintesa, menyusun kedalam pola,
berbagai metode baik secara memilih bagian mana yang
komersil maupun non komersil penting dan yang akan
(Riwidikdo, 2013). Data dipelajari, dan membuat
sekunder di peroleh dengan kesimpulan sehingga mudah
cara sebagai berikut: dipahami oleh diri sendiri
1) Studi Dokumentasi maupun orang lain.
Studi Dokumentasi adalah Tujuan menganalisa
setiap bahan tertulis yang data yang dikumpulkan dalam
disiapkan karena adanya studi kasus adalah untuk
permintaan seorang menggambarkan data yang isi
penyidik. Pada laporan bermakna. Untuk menganalisis
kasus ini penulis penelitian, maka dilakukan
mendokumentasikan setiap dengan beberapa analisis sebagai
tahapan asuhan berikut:
keperawatan dengan
system SOAP (Nursallam, 3.8.1 Content Analysis
2013). Pengambilan studi Content analysis
kasus ini menggunakan (analisis isi) dengan
catatan informasi dan menggukan interactive model.
catatan medik yang ada di Model ini mengandung 4
ruang 12 RSUD dr. Saiful komponen yang saling
Anwar Malang. berkaitan yaitu:
1. Pengumpulan data
2. Penyederhanaan atau disusun rapi, agar mudah
reduksi data dibaca dan dipahami.
3. Penyajian data 4. Penarikan Dan Pengujian
4. Penarikan dan pengujian Atau Verifikasi Kesimpulan
atau verifikasi kesimpulan Pada tahap akhir akan ditarik
3.8.2 Pattern Matching kesimpulan dari seluruh
Teknik analisis rangkain kegiatan penelitian
pencocokan pola (pattern ini. Kesimpulannya dapat
matching) yaitu berupa perawatan berhasil
membandingkan antara pola- dilakukan atau sebaliknya.
pola yang diperoleh secara Diagnosa Keperawatan
empirik dengan pola yang
dipredikskan secara teoritik. Berdasarkan hasil
perumusan masalah dan analisa
3.8.3 Analysis data, maka ditetapkan 3
Teknik analisis diagnosa utama dalam asuhan
yaitu cara menganalisis data keperawatan pada Tn. S dengan
studi kasus dengan diagnosis ileus obstruktif .
membangun penjelasan 1. Ketidakefektifan bersihan
secara sangat rinci tentang jalan nafas berhubungan
kasus tersebut. Teknik dengan obstruksi jalan
terakhir ini sangat relevan nafas: penumpukan secret.
untuk menjawab pertanyaan 2. Nutrisi kurang dari
kausal "mengapa". kebutuhan tubuh
Dalam penelitian berhubungan dengan
ini peneliti menggunakan penyerapan usus menurun
content analisis dengan 3. Hipertermi berhubungan
menggunakan interactive dengan inflamasi proses
model. Model ini infeksi
mengandung empat 4. Resiko integritas kulit
komponen yang saling berhubungan dengan tirah
berkaitan yaitu: baring lama
1. Pengumpulan Data 5. Deficit perawatan diri
Peneliti mengumpulkan berhubungan dengan
informasi melalui kelemahan fisik
wawancara, pemeriksaan Konstipasi berhubngan dengan
fisik, dokumentasi, kelumpuhan intestinal
maupun observasi
langsung. Kesimpulan
2. Penyederhanaan atau Reduksi Berdasakan pembahasan
Data yang diuraikan dalam bab 4 studi
Peneliti memilih informasi kasus pada Tn. S dengan Ileus
mana yang sesuai dan tidak obstruktif, maka dapat ditarik
sesuai dengan masalah kesimpulan sebagai berikut:
penelitian. 1. pengkajian yang dilakukan
3. Penyajian Data pada TN. S didaptakan yaitu
Data disajikan dalam bentuk keadaan umumnya lemah,
laporan yang diketik dan sesak nafas.dan muntah (+)
2. Penegakan diagnosa diangkat didapatkan hasil evaluasi,
keperawatan pada kasus Tn. yaitu masalah ketidakefektifan
S dibuat berdasarkan bersihan jalan nafas dapat diatasi
kebutuhan dasar manusia sebagian,. Nutrisi kurang dari
menuntut hirarki Maslow dan kebutuhan tubuh berhubungan
prioritas masalah yang dengan penyerapan usus menurun
mengancam kehidupan diatas.i sebagaian, dan Resiko syock
pasien, uraian teoritis hipovolemia berhubngan dengan
mengenai diagnosa dehidrasi tidak teratsi teratasi
keperawatan yang mungkin sebagain
timbul pada pasien ileus
obstruktif . Diagnosa DAFTAR PUSTAKA
keperawatan sesuai prioritas
yang muncul pada Tn.S ada Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala.
6, yaitu:1. 2011. Gangguan Gastrointestinal
1. Ketidakefektifan bersihan jalan : Aplikasi Asuhan Keperawatan
nafas berhubungan dengan Medikal bedah. Jakarta :
obstruksi jalan nafas: Salemba medika.
penumpukan secret.
Departemen Kesehatan Republik
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
Indonesia. 2010. Profil
tubuh berhubungan dengan
Kesehatan Indonesia. Jakarta :
penyerapan usus menurun
Departemen kesehatan Republik
3. Hipertermi berhubungan
Indonesi.
dengan inflamasi proses infeksi
4. Resiko integritas kulit Emedicine. 2009. Small-Bowel
berhubungan dengan tirah baring Obstruction.
lama
5. Deficit perawatan diri Zwari. 2007. Asuhan Keperawatan
berhubungan dengan kelemahan Pada Pasien Dengan Obstruksi Usus
fisik
6. Konstipasi berhubngan dengan Yates K. Bowel obstruction. In:
kelumpuhan intestinal Cameron P, Jelinek G, Kelly
7.Resiko infeksi berhubungan AM, Murray L, Brown AFT,
dengan tidak adekuatnya Heyworth T, editors. Textbook
pertahanan tubuh of adult emergency medicine.
Perencanaan keperawatan yang 2nd ed. New York: Churchill
dirumuskan pada pasien Tn. S dibuat Livingstone;2009. p.306-9.
berdasarkan diagnosa yang muncul. Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku
Tindakan keperawatan pada pasien Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
Tn. S pada dasarnya mengikuti 10. Jakarta : EGC.
perencanaan yang telah dibuat dalam
intervensi keperawatan yang Dermawan, D : Rahayuningsih, T,
disesuaikan dengan kondisi pasien. 2010. Keperawatan Medikal Bedah
Evaluasi tindakan yang dilakukan Sistem Pencernaan.
selama 3 hari, sejak tanggal 31 - 2
oktober November 2016 Doenges Marilynn E. Rencana
berdasarkan tujuan dan kriteria hasil. Asuhan Keperawatan (Pedoman
Dari 6 diagnosa keperawatan yang Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan portalkalbe.com/files/obstruksiil
Pasien). Edisi 3. Penerbit Buku eus.pdf
Kedikteran EGC. Tahun 2010.
Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.
Rahayu Rejeki handayani, bahar Carpenito, Lynda Juall. 2009.
asril. Buku ajar ilmu penyakit Diagnosis Keperawatan:
Dalam. Jakarta : Departemen Aplikasi pada Praktik Klinik.
Pendidikan Ilmu Penyakit Jakarta: EGC
Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jilid III Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku
edisi IV ; 2007. 1405-1410. Saku Patofisiologis. Jakarta:
ECG
Roy, Sampurna. 2009. Normal
Histology of the Large Intestine for Depkes RI. 2010. Riset Kesehatan
Anatomic Phatologyst. Diakses Dasar Tahun 2010. Badan
melalui         : Penelitian dan
http://www.histopathology- Pengembangan Kesehatan
india.net/LINormal.htm  Departemen Kesehatan RI.
Perry and Potter. 2006. Fundamental
Barron, Jon. 2010. Anatomy of the Keperawatan. EGC. Jakarta
Small Intestine. Diakses melalui
:
http://www.jonbarron.org/enzy
mes/digestive-health-anatomy-
small-intestine-newsletter

Wilkinson M, Judith. 2007. Buku


Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 10. Jakarta : EGC.
Alimul, Hidayat Aziz . 2007.
Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan Edisi 2 .
Jakarta : Salemba Medika
Ansari P. Intestinal obstruction.
[Online]. 2007 September [cited
2008 May 21];[4 screens].
Availabl from:
URL:http://www.merck.com/m
mpe/sec02/choll/chollh.html.
12.
Manif Niko, Kartadinata. Obstruksi
Ileus. Cermin Dunia Kedokteran
No.29 [Online]. 1983 [cited2008
May 16];[3 screens].
AvailablefromURL:http://www.

Anda mungkin juga menyukai