Anda di halaman 1dari 4

aya akan mulai dari awal sekali.

Saya lahir dari sebuah keluarga besar di kota kecil


bernama Sabang, yang terletak di pulau Sumatra. Kehidupan kami sangat miskin
dan hanya punya uang pas-pasan untuk membeli makan. Orang tua saya bekerja
tujuh hari dalam seminggu di pelabuhan, namun mereka hanya mendapatkan gaji
yang sangat kecil. Saat itu, saya sudah memiliki 3 saudara perempuan dan 2
saudara laki-laki, dan seluruh keluarga kami yang berjumlah 8 orang itu harus
tinggal berdesak-desakan dalam sebuah rumah kontrakan kecil berukuran 35 meter
persegi. Saat itu adalah masa-masa yang sangat berat bagi kami.

(Foto dari arsip keluarga / tahun 2009)


Saat tumbuh dewasa, dan sudah waktunya bagi saya untuk kuliah, orang tua saya
bilang kalau mereka membutuhkan saya untuk membantu mencari uang, dan kalau
saya kuliah, mereka tidak akan mampu membiayai keluarga kami. Saya harus
merelakan cita-cita saya untuk kuliah dan harus bekerja di pelabuhan sebagai
tukang bantu-bantu. Ini berlangsung selama hampir 5 tahun, dan pada suatu waktu,
saya menderita stres berat karena tekanan mental yang tidak ada habisnya. Saat
sedang dirawat di rumah sakit saya menyadari kalau saya sudah tidak bisa lagi
melanjutkan hidup seperti ini, saya perempuan yang masih muda dan cantik dan
saya ingin menjalani hidup yang layak.
Setelah keluar dari rumah sakit, saya mengemasi semua barang saya dan pergi
merantau ke Jakarta, demi mencari kehidupan yang bahagia. Tapi setelah sampai di
ibu kota, saya harus menelan kekecewaan. Berbagai perusahaan menolak
memberikan saya pekerjaan yang bagus, dengan alasan bahwa saya tidak memiliki
pendidikan yang tinggi. Akhirnya saya harus bekerja sebagai petugas pembersih
toilet untuk sebuah jaringan supermarket besar. Saya menerima gaji 3 juta
rupiah saja per bulannya, dan harus bekerja 7 hari seminggu hingga jam 10 malam.
Saat saya pulang ke rumah di malam hari, saya hanya bisa menangis sebelum tidur.
Dan ini berlangsung selama hampir setahun.
Mungkin saya akan terus hidup seperti ini dan harus membersihkan toilet sepanjang
hidup saya jika tidak karena teman sekosan saya. Di Internet dia membaca tentang
jimat atau amulet Tibet kuno yang katanya mampu menghadirkan keberuntungan
dan kebahagiaan, dan selain itu, harganya tidak mahal sama sekali.

Awalnya saya sangat skeptis hal-hal semacam ini, karena saya sudah melihat
sendiri betapa sulitnya bagi orang tua saya untuk mendapatkan uang. Karena itu,
saya langsung mengatakan pada teman kosan saya itu kalau saya tidak
mempercayai omong kosong itu dan satu-satunya orang yang akan mendapatkan
uang jika saya membeli amulet ini adalah penjual amuletnya. Saya sudah pasrah
tidak memiliki kebahagiaan dan uang, dan keadaan ini mungkin tidak akan berubah
untuk selamanya.
Tentu saja, dia tidak mendengarkan perkataan saya dan tetap membeli amulet itu.
Saya mulai mengolok-oloknya kalau tidak lama lagi uang akan jatuh dari langit ke
hadapannya. Saat itu dia tersinggung sekali, dan saya menunggu hingga dia
melupakan amulet ini dengan segala dongeng yang menyertainya.
Sama sekali tidak ada yang terjadi selama 2 bulan, tapi dia terus menggunakan
amulet itu. Dan suatu hari dia pulang ke rumah di malam hari dengan sangat
bahagia, matanya penuh dengan kegembiraan, dan saat itu dia memberitahu saya
kalau dia akan pindah. Seorang bule yang sangat kaya melamarnya, mereka akan
melangsungkan pernikahan minggu depan, dan kemudian akan tinggal di rumah
besar suaminya di Kanada.
Saya sangat terkejut ketika mendengar ceritanya. Terutama karena teman
sekosan saya ini bisa dibilang tidak terlalu cantik. Ini foto teman sekosan saya
dan pasangannya:
Setelah itu, saya merasa bagaikan habis dihipnotis. Awalnya saya mengira semua
itu hoaks atau fiksi belaka, tapi ternyata semua itu nyata. Karena itu, saya
memutuskan untuk membeli amulet ini untuk saya sendiri, dan yang paling penting
sekarang saya percaya pada kekuatannya! Tentu saja, bagaimana saya bisa tidak
percaya saat teman sekosan saya berhasil pindah dari kos-kosan sempit berukuran
12 meter persegi ke rumah besar di Kanada dengan suami yang ganteng :)
Jadi, saya pun menanyakan pada mantan teman sekosan saya itu alamat situs
tempat dia memesan amulet itu, dan setelah itu saya pun memesannya. Seminggu
kemudian, amuletnya sampai, dan saya menaruhnya di tas saya dan selalu
membawanya kemanapun saya pergi.
Tidak ada kejadian apapun sama sekali selama satu bulan. Tidak ada promosi
di tempat kerja, tidak ada pria ganteng kaya yang mendekati saya, sama sekali
tidak ada kejadian apapun!
Akhirnya saya pun berkesimpulan kalau semua ini hanyalah hoaks, dan mantan
teman sekosan saya hanya beruntung saja. Saya bahkan sempat menyesal
menghabiskan uang untuk membeli amulet ini.
Sebulan kemudian, saya sudah lupa dengan mantan teman sekosan saya dan
amulet itu, dan masih bekerja membersihkan toilet di supermarket dan harus tahan
jadi bawahan bos saya yang kelakuannya menjijikkan.
Dan suatu hari, saya dan teman saya pergi liburan akhir pekan ke kota Ketapang, di
sana ada taman yang sangat cantik dengan pemandangan yang sangat indah.
Ngomong-ngomong, saya merekomendasikan kalian untuk mengunjunginya!
Kami berkeliling tempat-tempat yang indah di sana dan secara tidak sengaja
menemukan danau kecil yang tersembunyi dari para pendatang. Kami bertukar
pandangan dan bagaikan langsung bisa membaca pikiran masing-masing. Kami pun
membuka semua pakaian kami dan berlari untuk berenang di danau itu.
Kami sedang berenang dan menikmati hari yang indah, melupakan semua masalah
kami, saat tiba-tiba kaki saya tergores terkena batu besar di dalam air. Setelah tidak
lagi terasa nyeri, saya memutuskan untuk mengeluarkan batu itu dari dalam air
supaya orang lain tidak terluka karenanya.

Anda mungkin juga menyukai