Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan. Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan
oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit tersebut telah
disajikan sesuai dengan kriteria yang ada.

Merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit
yang cukup berkualitas agar dapat mencapai tujuan audit. Menurut Arens, dkk yang
diterjemahkan oleh tim Dejacarta (2003:17), Auditor harus memiliki kualifikasi
tertentu dalam memahami criteria yang digunakan serta harus kompeten (memiliki
kecakapan) agar mengetahui tipe dan banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan
untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti audit tersebut selesai diuji.
Seorang auditor pun harus memiliki sikap mental yang independen. Kompetensi yang
dimiliki seseorang dalam melaksanakan proses audit hanya bernilai sedikit saja jika ia
tidak memilki sikap objektif pada saat pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti
audit ini.

1.2 Rumusan Makalah


Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi:

1. Apa yang dimaksud dengan sifat bukti ?

2. Bagaimana keputusan bukti audit?

3. Apa yang dimaksud dengan persuasivitas bukti ?

1
4. Apa sajakah jenis-jenis bukti audit ?

5. Apa yang dimaksud dengan dokumentasi audit ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sifat bukti.

2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keputusan bukti audit.

3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan persuasivitas bukti.

4. Mengetahui jenis-jenis bukti audit.

5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan dokumentasi audit.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat Audit

Bukti audit didefinisikan sebagai setiap setiap informasi yang digunakan oleh
auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Bukti audit mencakup informasi yang sangat
persuasif, seperti perhitungan auditor atas sekuritas yang dapat diperjualbelikan, dan
informasi yang kurang persuasif, seperti respons atas pertanyaan-pertanyaan dari para
karyawan klien.

Perbedaan Bukti Audit dengan Bukti Hukum dan Ilmiah

Penggunaan bukti bukan hal yang aneh bagi auditor. Bukti juga digunakan
secara ekstensif oleh para ilmuan, pengacara, dan ahli sejarah. Dalam kasus-kasus
hukum, ada aturan tentang bukti yang tertata rapi yang digunakan oleh hakim untuk
melindungi pihak yang tidak bersalah. Dalam eksperimen ilmiah, para periset
memperoleh bukti untuk menguji hipotesis dengan menggunakan eksperimen yang
terkendali, seperti uji coba suatu jenis obat untuk menguji keampuhan pengobatan
medis baru. Meskipun para profesional ini mengandalkan jenis bukti berbeda, dan
menggunakan bukti pada lingkungan yang berbeda serta dalam cara yang bebeda,
para ahli hukum, ilmuan, dan auditor semuanya menggunakan bukti guna membantu
mereka menarik kesimpulan.
Karateristik Bukti Untuk Eksperimen Ilmiah, Kasus Hukum, Dan Audit Atas Laporan
Keuangan :

Dasar Eksperimen Ilmiah Kasus Hukum Audit Atas


Perbandingan untuk Menguji Seseorang yang Laporan
Obat Dituduh Mencuri Keuangan
Penggunaan bukti Menentukan Memutuskan Menentukan
pengaruh obat bersalah atau tidak apakah laporan
si tertuduh keuangan telah
disajikan secara
wajar
Sifat bukti yang Hasil pengulangan Bukti dan Berbagai jenis
digunakan eksperimen kesaksian langsung bukti audit yang
dari para saksi dan dihasilkan oleh
piha-pihak yang auditor,pihak
terlibat ketiga, dan klien
Pihak yang Ilmuan Juri dan hakim Auditor
mengevaluasi
bukti
Kepastian Bervariasi dari yang Apablia bersalah Tingat assurance
kesimpulan yang tidak pasti sampai harus yang tinggi
diperoleh dari yang hampir pasti dipertimbangkan
bukti dengan layak
Sifat kesimpulan Merekomendasikan Bersalah atau tidak Menerbitkan salah
atau tidak bersalahnya pihak satu dari beberapa
merekomendasikan tersebut alternatif jenis
produk itu laporan audit
Konsekuensi Masyarakat akan Pihak yang Para pemakai
umum dari menggunakan obat bersalah tidak laporan
kesimpulan yang yang tidak efektif terkena hukuman mengambil
salah atau membahayakan atau pihak yang keputusan yang
tidak bersalah salah dan auditor
dinyatakan bersalah dapat dituntut

2.2 Keputusan Bukti Audit

Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan
jumlah bukti audit yang tepat, yang diperlukan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan telah disajikan secara wajar. Ada empat keputusan mengenai bukti apa
yang harus dikumpulkan dan berapa banyak :

1. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah rincian intruksi yang menjelaskan bukti audit yang
harus diperoleh selama audit. Perumusan prosedur tersebut dalam istilah yang
cukup spesifik agar auditor dapat mengikuti intruksi-intruksi ini selama audit
merupakan hal yang sudah umum. Sebagai contoh, berikut ini adalah prosedur
audit untuk verifikasi pengeluaran kas:
 Memeriksa jurnal pengeluaran kas dalam sistem akuntansi dan
membandingkan nama, pay, jumlah, dan tanggal dengan informasi
online yang diberikan oleh bank tentang cek yang diproses untuk
pembayaran.
2. Ukuran Sampel
Setelah memilih prosedur audit, auditor dapat mengubah ukuran sampel dari
hanya satu hingga semua item dalam populasi yang sedang diuji. Dalam
suatu prosedur audit untuk memverifikasi pengeluaran kas, anggaplah 6.600
cek telah tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor dapat memilih
ukuran sampel sebesar 50 cek untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran
kas. Keputusan tentang berapa banyak item yang akan diuji harus dibuat oleh
auditor pada setiap prosedur audit. Ukuran sampel untuk setiap prosedur
tertentu mungkin akan berbeda antara satu audit dengan audit lainnya,
tergantung pada karakteristik klien seperti luas pengendalian yang terotomasi
dan tingkat assurance yang diperlukan dari prosedur.

3. Item yang Dipilih


Setelah menentuan ukuran sampel untuk suatu prosedur audit, auditor harus
memutuskan item-item mana dalam populasi yang akan diuji. Sebagai
contoh, jika auditor memutuskan memlilih 50 cek yang akan dibatalkan dari
sebesar 6.600 cek untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas.
Beberapa metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek
tertentu yang akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih suatu minggu dan
memeriksa 50 cek pertama, (2) memilih 50 cek yang bernilai besar, (3)
memilih cek-cek tersebut secara acak, (4) memilih cek-cek yang menurut
auditor paling mungkin mengandung kekeliruan. Atau dapat menggunakan
kombinasi dari berbagai metode tersebut.
4. Penetapan Waktu
Waktu pelaksanaan prosedur audit bervariasi dari awal periode akuntansi
hingga berakhirnya periode akuntansi itu. Keputusan penetapan waktu audit,
sebagian dipengaruhi oleh kapan klien menginginkan audit itu diselesaikan.
Dalam audit atas laporan keuangan, umumnya klien menginginkan agar audit
diselesaikan antara 1 hingga 3 bulan setelah akhir tahun. Saat ini SEC
mengharuskan semua perusahaan publik untu menyerahan laporan keuangan
yang telah diaudit kepada SEC dalam waktu 60 sampai 90 hari sesudah akhir
tahun fiskal perusahaan, tergantung pada uuran perusahaan itu. Namun
demikian, penetapan waktu juga dipengaruhi oleh kapan auditor merasa
yakin bukti audit akan paling efektif dan kapan staf audit tersedia.
Prosedur audit sering kali memasukkan ukuran sampel, item-item yang
dipilih, dan penetapan waktu ke dalam prosedur itu. Berikut ini adalah
modifikasi atas prosedur audit yang sebelumnya digunakan untuk
menyertakan keempat keputusan bukti audit.
 Mengambil keputusan pengeluaran kas bulan Oktober dan
membandingan nama payee, jumlah uang dan tanggal cek yang
dibatalkan dengan jurnal pengeluaran kas untuk suatu sampel yang
dipilih secara acak dari 40 nomor cek.

Program Audit

Daftar prosedur audit untuk bidang audit tertentu atau untuk keseluruhan audit
disebut sebagai program audit. Program audit selalu memuat daftar prosedur audit,
dan biasanya mencakup ukuran sampel, item-item yang dipilih, dan penetapan waktu
pengujian. Umumnya, ada suatu program audit, termasuk beberapa prosedur audit,
untuk setiap komponen audit. Sisi kanan program audit itu juga mencantumkan
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo untuk setiap prosedur.

Sebagian besar auditor menggunakan paket perangkat lunak audit elektronik


untuk menghasilkan program audit. Program perangkat lunak tersebut tidak dapat
digunakan untuk menghasilkan program audit genetik atau terstandarisasi. Alih-alih,
program itu membantu auditor mengatasi risiko pertimbangan perencanaan audit
lainnya dan memilih prosedur audit yang tepat.

2.3 Persuasivitas Bukti

Persuasivitas bukti merupakan tingkat dimana auditor merasa yakin bahwa


bukti audit dapat mendukung pendapat audit, dan pennetunya adalah ketepatan dan
kecukupan bukti.

a. Ketepatan Bukti (Appropriateness of evidence)


Merupakan ukuran mutu bukti, yang bearti televansi dan reliabilitasnya
memenuhi tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
yang berkaitan. Ketepatan suatu bukti audit hanya dapat diperbaiki dengan
memilih prosedur audit yang lebih relevan atau yang memberikan bukti yang
lebih andal.
- Relevansi Bukti
Relevansi bukti bearti bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan
audit yang akan di uji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap benar.
Relevansi bukti dapat diperimbangkan dala tujuan audit khusus, Karena bukti
audit mungkin relevan untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan unutk
tujuan audit lainnya.
- Reliabilitas Bukti (Reliability of Evidence)
Reliabilitas bukti ini mengacu pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap
dapat dipercaya atau layak dipercaya. Terdapat enam karakteristik reliabilitas
dari bukti audit, yaitu :
1) Independensi penyedia bukti
Bukti yang diperoleh dari luar entitas lebih dapat diandalkan dibandingkan
dengan bukti yang diperoleh dari dalam entitas. Seperti komunikasi dari
Bank, pengacara, atau para pelanggan, dokumen yang berasal dari luar
organisasi seperti polis asuransi akan lebih dipercaya dibandingkan
komunikasi atau hasil wawancara yang diperoleh dari klien dan dokumen
yang berasal dari intern perusahaan bahkan yang tidak pernah dikirim ke
luar organisasi seperti permintaan pembelian.
2) Efektivitas pengendalian internal klien
Bukti audit lebih dapat diandalkan jika pengendalian internal klien efektif,
bukan lemah.
3) Pengetahuan langsung auditor
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pemeriksaan
fisik, observasi, penghitungan ulang, dan inspeksi akan lebih dapat
diandalkan ketimbang informasi yang diperoleh secara tidak langsung.

4) Kualifikasi individu yang menyediakan informasi


Meskipun sumber informasi bersifat independen, bukti audit tidak dapat
diandalkan kecuali individu yang menyediakan informasi tersebut
memenuhi kualifikasi untuk itu. Selain itu bukti yang diperoleh langsung
oleh auditor tidak dapat diandalkan jika auditor tidak memenuhi
kualifikasi untuk mengevaluasi bukti tersebut.
5) Tingkat objektivitas
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan bukti subjektif.
Contoh bukti objektif adalah konfirmasi piutang usaha dan saldo bank,
perhitungan fisik sekuritas dan kas, sedangkan contoh bukti subjektif
adalah surat yang ditulis oleh pengacara klien yang membahas hasil yang
mungkin akan diperoleh dari gugatan hukum yang sedang dihadapi oleh
klien, tanya jawab dengan manajer, observasi atas persediaan yang usang
selama pemeriksaan fisik.
6) Ketepatan waktu
Bukti yang terkumpul tepat pada waktunya dapat diandalkan untuk akun-
akun neraca apabila diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
Sedangkan untuk akun-akun laba rugi, bukti yang diperoleh dapat
diandalkan jika ada sampel dari keseluruhan periode yang di audit seperti
sampel acak transaksi penjualan dari setahun penuh, bukan hanya dari
sebagian periode.

b. Kecukupan Bukti
Jumlah bukti yang diperoleh menentukan cukup tidaknya (sufficiency) bukti
tersebut. Jumlah ini diukur melalui ukuran sampel yang diambil oleh auditor.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor
mengenai cukup tidaknya suatu bukti yang diperlukan, antara lain:
- Tingkat Materialitas dan Resiko
Secara umum, bukti yang diperlukan bagi perkiraan-perkiraan yang materil
terhadap laporan keuangan akan lebih banyak dibandingkan bagi perkiraan-
perkiraan yang kurang atau tidak materiil. Jadi, dalam melakukan
pemeriksaan terhadap perusahaan industri, jumlah bukti yang diperlukan
untuk mendukung pemeriksaan persediaan akan lebih besar dibandingkan
dengan jumlah yang diperlukan dalam pemeriksaan biaya yang dibayar
dimuka.
Demikian juga sama halnya perkiraan-perkiraan yang kelihatannya diragukan
akan memerlukan bukti yang lebih banyak dibandingkan dengan perkiraan-
perkiraan yang kelihatannya benar. Misalnya, resiko terjadinya kesalahan
dalam penilaian persediaan biasanya lebih besar dibandingkan dengan
penilaian terhadap tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya bangunan.

2.4 Jenis-jenis Bukti Audit

Seorang auditor dalam memutuskan prosedur audit yang akan digunakan dapat
memilih prosedur auditnya dari delapan kategori bukti yang disebut jenis-jenis bukti,
yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Merupakan suatu inspeksi atau perhitungan dari asset berwujud (tangible
asset) misalnya pemeriksaan kas, inventory, fixed asset, dan lain sebagainya.
2. Konfirmasi
Menggambarkan penerimaan respon tertulis secara langsung dari pihak ketiga
untuk memverifikasi kebenaran dari suatu informasi yang diminta oleh
auditor.
3. Inspeksi
Pemeriksaan dari dokumen dan catatan klien yang termasuk dalam laporan
keuangan klien. Terdapat dua jenis dokumen, yaitu dokumen internal dan
dokumen eksternal.

4. Prosedur analitis
Prosedur analitis yaitu evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan
dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan
yang meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi
auditor.
Tujuan dari dilakukannya prosedur analitis adalah:
a. Memahami bidang usaha klien
b. Penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan
hidupnya
c. Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
d. Mengurangi pengujian audit yang terinci.
5. Wawancara dengan klien
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi baik tertulis maupun lisan dari
klien tentang pertanyaan yang diajukan oleh auditor. Terhadap informasi yang
didapat dari hasil wawancara dengan klien, auditor tidak dapat menjadikannya
sebagai kesimpulan dari suatu bukti audit dikarenakan sumber dari informasi
tersebut tidak independent. Untuk itu diperlukan audit prosedur lain dalam
penarikan kesimpulan.
6. Rekalkulasi
Memeriksa kembali suatu perhitungan sampel yang dibuat oleh klien. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah perhitungan yang dilakukan oleh
klien telah dilakukan dengan akurat atau belum.
7. Pelaksanaan ulang
Pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau pengendalian
akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem akuntansi
dan pengendalian internal klien.
8. Observasi
Melakukan pengamatan agar memahami aktifitas dari klien

2.5 Dokumentasi Audit

Menurut standar auditing, dokumentasi audit adalah catatan utama tentang


prosedur audit yang diterapkan bukti yang di peroleh,dan kesimpulan yang dihasilkan
auditor dalam melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit harus mencakup semua
informasi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara
memadai dan untuk mendukung laporan audit. Dokumentasi audit dapat juga
dianggap sebagai kertas kerja, meskipun akhir akhir ini semakin banyak dokumentasi
audit yang diselenggarakan dalam file komputer.
Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan adalah untuk membantu auditor
dalam memberikan kepastian yang layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan
sesuai dengan standar audit.
1. Dasar bagi perencanaan audit berikutnya.
Dalam merencanakan audit yang akan berlangsung, penting bagi auditor
untuk mempelajari kembali dan melihat sejenak terlebih dahulu informasi
deskriptif mengenai pengendalian internal klien bersangkutan, anggaran
waktu untuk masing masing area audit, program audit (kumpulan prosedur
audit),dan hasil audit tahun sebelumnya yang telah didokumentasikan dalam
kertas kerja atau dokumentasi (file) audit.
2. Catatan mengenai bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian.
Apabila sewaktu-waktu auditor diminta oleh lembaga pengadilan atau badan
berwenang lainnya untuk menunjukkan bahwa audit telah direncanakan
dengan baik dan diawasi secara memadai, bukti yang dikumpulkan telah
tepat dan mencukupi, serta laporan audit adalah tepat dengan
mempertimbangkan hasil audit, maka dengan adanya dokumentasi audit
yang berisi catatan mengenai bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian,
auditor dapat memperlihatkannya. Dokumentasi atau file audit harus
mengidentifikasi item-item yang diuji, serta mendokumentasikan hasil
temuan atau masalah audit yang signifikan, tindakan yang diambil untuk
menanganinya, dan dasar kesimpulan yang diperoleh.
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat.
File audit menyediakan sumber informasi yang penting untuk membantu
auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi telah
dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan kondisi tertentu.
Otomatis, berdasarkan bukti audit tersebut, data yang ada dalam file audit
juga kegunaan telah disajikan secara wajar.
4. Dasar bagi penelaahan oleh supervisor dan partner.
Dokumentasi audit menjadi acuan utama bagi supervisor untuk menelaah
pekerjaan asisten (junior auditor). Telaah secara cermat oleh supervisor juga
memberikan bukti bahwa audit telah diawasi sebagaimana mestinya.

a. Kepemilikan, Kerahasiaan, dan Persyaratan untuk Menyimpan Dokumentasi


Audit
Dokumentasi audit yang disiapkan selama penugasan merupakan milik
auditor. Pada setiap akhir penugasan, file audit ini akan disimpan dikantor
akuntan public untuk digunakan sebagai acuan audit dimasa penugasan
berikutnya. Auditor harus senantiasa melindungi file auditnya setiap waktu.
Selama pelaksanaan audit, auditor biasanya akan memperoleh sejumlah
besar informasi yang bersifat rahasia mengenai kliennya, seperti besarnya
gaji manajer dan direktur, harga pokok produksi, rencana pengembangan
bisnis, perancangan produk baru, dan rencana kegiatan promosi. Sesuai
dengan kode perilaku professional, auditor tidak boleh mengungkapkan setiap
informasi rahasia mengenai kliennya yang diperoleh selama penugasan audit
kecuali dengan persetujuan klien atau diminta oleh pengadilan. Ijin dari klien
tidak diperlukan jika dokumentasi audit diminta oleh pengadilan sebagai bukti
hukum, atau digunakan sebagai bagian dari program peer review di sini
adalah hasil pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan public lainnya.
Sarbanes Oxley Act mensyaratkan akuntan public untuk menyiapkan dan
menjaga file audit serta informasi lainnya yang berkaitan dengan setiap
laporan audit secara cukup rinci guna mendukung kesimpulan auditor, selama
periode yang tidak kurang dari tujuh tahun. Undang-undang ini menetapkan
bahwa tindakan pengrusakan atas dokumen audit yang dilakukan dengan
sadar dan sengaja dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut dapat dituduh
berbuat kriminal dan akan dikenakan denda keuangan serta hukuman penjara
maksimal 10 tahun.

b. Isi File Audit


Pada dasarnya, isi file audit dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
file permanen dan file tahun berjalan. File permanen berisi data historis
mengenai klien yang memiliki keterkaitan secara terus menerusdengan audit
saat ini.File ini dapat menjadi sumber informasi yang penting mengenai audit
dari tahun ketahun. Adapun file tahun berjalan mencakup semua informasi
dan data yang terkait secara khusus denganpenugasan audit dalam tahun
berjalan.
1) File permanen umumnya meliputi:
Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting
artinya, seperti akte pendirian perusahaan, anggaran rumah tangga,
bagan perkiraan, pedoman akuntansi, struktur organisasi, perjanjian
penerbitan obligasi, dan kontrak kontrak yang terkait dengan program
pensiun, sewa menyewa, opsi saham, kontrak tenaga kerja, dan lain
sebagainya.
Dokumentasi pengendalian internal, seperti flowcharts, yang
digunakan sebagai titik awal untuk mendokumentasikan pemahaman
auditor atas pengendalian internal, yang dimana sistem tersebut
seringkali tidak berubah dari tahun ketahun.
Hasil prosedur analitis tahun sebelumnya,yang berguna dalam
membantu auditor untuk memutuskan apakah ada perubahan tidak
biasa dalam saldo akun tahun berjalan yang harus diselidiki secara
ekstensif.

2) File tahun berjalan meliputi:


- Rencana dan program audit.
Rencana audit berisi tentang strategi yang akan dijalankan oleh
auditor dalam melakukan audit.Dokumen ini menguraikan
pemahaman auditor mengenai klien dan risiko audit potensial, yang
berisi kerangka kerjadasar tentang bagaimana sumber daya audit
(jam audit yang dianggarkan) akan dialokasikan ke berbagai bagian
penugasan. Program audit berisi prosedur audit yang akan
dilakukan oleh auditor. Biasanya setiap proses bisnis dan saldo akun
memiliki program audit yang terpisah.
- Neraca saldo periode berjalan.
Program perangkat lunak akan memungkinkan auditor untuk
mengunduh saldo akhir buku besar klien kedalam file neraca saldo
berjalan.Neraca saldo ini akan menghubungkan angka-angka yang
terdapat dalam laporan keuangan dengan kertas kerja
audit.Disamping kolom nama perkiraan, neraca saldo juga berisi
kolom referensi kertas kerja, saldo akun tahun sebelumnya, saldo
akun tahun berjalan sebelum penyesuaian, dan kolom untuk jurnal
penyesuaian serta reklasifikasi.Setiap saldo akun yang ada pada
neraca saldo berjalan akan didukung oleh lead schedule yang berisi
rinciannya dan supporting schedule.
- Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
Jurnal penyesuaian dibuat untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam catatan klien.Sebagai contoh,jika auditur menemukan bahwa
jenis persediaan tertentu telah dinilai secara tidak tepat,maka jurnal
penyesuaian akan diusulkan untuk memperbaiki jumlah yang salah
tersebut.Jurnal penyesuaian dibukukan baik dalan catatan klien
maupun neraca saldo berjalan.Jurnal rekalasifikasi dibuat untuk
menyajikan informasi secara tepat dalam laporan keuangan.Jurnal
reklasifikasi memengaruhi akun laporan laba rugi atau akun
neraca,tetapi tidak kedua-duanya.Sebagai contoh,jurnal reklasifikasi
diperlukan untuk menyajikan besarnya bagian dari kewajiban
jangka panjang yang bersifat lanca.Jurnal reklasifikasi tidak
dibukukan ke catatan klien.
- Skedul Pendukung.
Bagian terbesar dari dokumentasi audit meliputi skedul
pendukung,yang disiapkan oleh klien atau auditor untuk
mendukung jumlah tertentu dalam laporan keuangan. Auditor harus
memilih jenis skedul yang tepat untuk setiap aspek auditit tertentu
untuk mendokumentasi kecukupan audit dan memenuhi tujuan lain
dari dokumentasi audit.Sebagai contoh,total harga perolehan aktiva
tetap berikut total akumulasi penyusutannya yang ada dalam neraca
dirinci dalam skedul utama yang menunjukkan jenis aktiva tetap
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga membentuk total aktiva
tetap.Masing-masing jenis aktiva tetap tersebut kemudian diuraikan
lagi secara individu dalam skedul pendukung yang
menggambarkan harga perolehan, tahun perolehan, perhitungan
penyusutan, sampai pada nilai buku dari masing-masing jenis aktiva
tetap secara individu.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bukti audit didefinisikan sebagai setiap setiap informasi yang digunakan oleh
auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan.
Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan
jumlah bukti audit yang tepat, yang diperlukan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan telah disajikan secara wajar. Ada empat keputusan mengenai bukti apa
yang harus dikumpulkan dan berapa banyak yaitu prosedur audit, ukuran sampel,
item yang dipilih, dan penetapan waktu.
Persuasivitas bukti merupakan tingkat dimana auditor merasa yakin bahwa
bukti audit dapat mendukung pendapat audit, dan penentunya adalah ketepatan dan
kecukupan bukti.
Seorang auditor dalam memutuskan prosedur audit yang akan digunakan dapat
memilih prosedur auditnya dari delapan kategori bukti yang disebut jenis-jenis bukti,
yaitu : Pemeriksaan fisik, Konfirmasi, Inspeksi, Prosedur analitis, Wawancara dengan
klien, Rekalkulasi, Pelaksanaan ulang, Observasi
Dokumentasi audit adalah catatan utama tentang prosedur audit yang
diterapkan bukti yang di peroleh, dan kesimpulan yang dihasilkan auditor dalam
melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang
perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai dan untuk
mendukung laporan audit.
Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan adalah untuk membantu auditor
dalam memberikan kepastian yang layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan
sesuai dengan standar audit.
1.Dasar bagi perencanaan audit berikutnya.
2.Catatan mengenai bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian.
3.Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat.
4.Dasar bagi penelaahan oleh supervisor dan partner.

3.2 Saran
Adapun saran penulis sehubungan dengan pembahasan makalah ini, kepada
rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam
tentang pemahaman bukti audit.

Anda mungkin juga menyukai