Akuntansi Dalam Perusahaan Dagang
Akuntansi Dalam Perusahaan Dagang
1. Pengantar
Dalam dunia usaha kita mengenal perusahaan jasa dan perusahaan dagang.Perusahaan jasa
adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa, sedangkan perusahaan dagang adalah
perusahaan yang bergerak dibidang pembelian dan penjualan.
Kegiatan perdagangan yang makin berkembang menuntut ketersediaan laporan keuangan
yang cepat dan akurat.Seorang akuntan memiliki tugas untuk membukukan transaksi yang terjadi
di perusahaan harus dapat memenuhi harapan tersebut.Hal ini dimulai dengan melakukan analisis
dan mencatat transaksi secara tepat.
Kas + - Debit
Kendaraan + - Debit
Piutang Dagang + - Debit
Barang Habis pakai + - Debit
Peralatan Kantor + - Debit
Gedung + - Debit
Tanah + - Debit
Perabotan + - Debit
Perlengkapan + - Debit
Asuransi di bayar dimuka + - Debit
Sewa dibayar dimuka + - Debit
Beban dibayar dimuka + - Debit
Biaya Sewa + - Debit
Macam-macam biaya + - Debit
Gaji Pegawai + - Debit
Biaya Bunga + - Debit
Biaya Promosi + - Debit
Prive + - Debit
Utang dagang - + Kredit
Utang Jangka Panjang - + Kredit
Utang Jangka Pendek - + Kredit
Pendapatan - + Kredit
Modal - + Kredit
Pendapatan lainnya - + Kredit
Pendapatan diterima - + Kredit
dimuka
Beban yang masih harus - + Kredit
dibayar
Sewa diterima dimuka - + Kredit
Persediaan barang + - Debit
dagangan
Penjualan - + Kredit
Retur penjualan dan + - Debit
pengurangan harga
Potongan penjualan + - Debit
Beban angkut penjualan + - Debit
Pembelian + - Debit
Retur pembelian dan - + Kredit
pengurangan harga
Potongan pembelian - + Kredit
Biaya angkut pembelian + - Debit
Contoh 2:
Pada tanggal 7 Mei PT. Andalas membeli barang dagangan secara kredit kepada PT. Royal
sebesar Rp. 200.000
Penyelesaian:
Transaksi diatas akan dicatat dalamjurnal umum sebagai berikut:
7/5 Pembelian Rp. 200.000 -
Utang Dagang - Rp. 200.000
Contoh 1:
Pada tanggal 12 Mei 2011 PT Andalas mengembalikan barang yang dibeli secara tunai pd
tanggal 5 Mei kepada PT Royal karena rusak sebesar Rp 50.000
Transaksi diatas akan dicatat PT Royal dalam jurnal umum sebagai berikut:
12/5 Kas Rp 50.000 - Retur
Pembelian - Rp 50.000
Contoh 2:
Pada tanggal 14 Mei 2011 PT Andalas mengembalikan barang yang dibeli secara kredit dari PT
Widya sebesar Rp 50.000
Transaksi diatas akan dicatat dalam jurnal umum sebagai berikut:
14/5 Utang Dagang Rp 50.000 -
Retur Pembelian - Rp 50.000
Contoh 2:
Pada tanggal 6 Juni 2011 PT Pesantren Baru menjual barang dagangannya kepada PT Ngadirejo
sebesar Rp 2.500.000 dengan syarat 3/10, n/30
Transaksi tersebut akan dicatat oleh PT Pesantren Baru dalam jurnal umum sebagai berikut:
6/6 Piutang Dagang Rp 2.500.000 -
Penjualan - Rp 2.500.000
Penyesuaian yang diperlukan pada akhir periode di dalam suatu perusahaan dagang, pada
umumnya tidak berbeda dengan penyesuian-penyesuaian yang dilakukan dalam perusahaan jasa.
Pada perusahaan dagang yang berbeda hanya penyusunan penyesuaian akun persediaan barang
dagang karena pada perusahaan jasa tidak terdapat persediaan barang dagang. penyesuaian akun
persediaan barang dagang dilakukan dua kali karena terdapat persediaan dagang awal dan
persediaan barang dagang akhir.
Pada akhir periode, perusahaan melakukan perhitungan atas jumlah fisik persediaan yang
ada di gudang. Dari perhitungan ini akan dapat diketahui jumlah unit barang yang ada di gudang
(belum terjual) pada akhir periode. Jumlah unit ini kemudian dikalikan dengan harga pokok
barang yang bersangkutan, sehingga dapat diketahui harga pokok persediaan yang ada pada akhir
periode. Melalui perhitungan fisik ini harus dimasukkan kedalam pembukuan perusahaa, agar
pembukuan dapat memberiakan informasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada aakhir
periode. Proses untuk memasukkan data persedian akhir ke dalam pembukuan dapat dilakukan
dengan membuat jurnal penyesuaian. Dengan jurnal penyesuaian ini akan dapat memberikan
informasi mengenai persediaan akhir sekaligus juga HPP selama periode yang bersangkutan.
HPP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Pembelian Bersih = Pembelian + Beban Angkut Pembelian – (retur pembelian + potongan
pembelian)
HPP = Persediaan barang dagang awal + pembelian bersih – persediaan barang dagang akhir
Sejalan dengan rumus tersebut maka jurnal penyesuaian untuk mencatat HPP dan Persediaan
Barang Dagang Akhir pada perusahaan adalah sebagai berikut:
1) HPP Rp xxx - Persediaan BD
Awal - Rp xxx
2) HPP Rp xxx -
Pembelian - Rp xxx
3) Persediaan BD Akhir Rp xxx -
HPP - Rp xxx
Apabila dalam buku besar terdapat akun-akunn yang berpengaruh atas pembelian seperti
beban angkut pembelian, retur dan potongan pembelian maka saldo-saldo rekening-rekening
tersebut harus dipindahkan kerekening HPP melalui jurnal penyesuaian sebagai berikut:
1) HPP Rp xxx -
Beban Angkut Pemb. - Rp xxx
Pada kolom rugi-laba, saldo akun Penjualan berada pada sisi kredit, sedangkan saldo akun
Retur dan Potongan Penjualan dan Potongan Penjualan dicantumkan pada sisi debit, karena
kedua akun tersebut akan mengurangi jumlah penjualan. Saldo akun Harga Pokok Penjualan
dicantumkan pada sisi debit kolom rugi-laba, karena harga pokok penjualan adalah biaya.
7. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses kegiatan akuntansi. Laporan keuangan
merupakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, hasil usaha (kinerja), dan
perubahan posisi keuangan suatu entitas bisinis (perusahaan) yang berguna bagi berbagai pihak
yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan dalam Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri atas laporan laba atau
rugi, laporan perubahan modal dan neraca.
Penjualan.................................................. Rp xxx
Rugi-Laba.............................................................. Rp xxx
Apabila perusahaan memiliki akun-akun pendapatan yang lain, seperti akun Pendapatan
Sewa, Pendapatan Bunga, dan pendapatan lainnya, maka akun-akun tersebut juga harus ditutup
ke akun Rugi-Laba dengan jurnal sebagai berikut :
Pendapatan sewa..................................... Rp xxx
Pendapatan bunga.................................... Rp xxx
Rugi-Laba.............................................................. Rp xxx
Rugi-Laba............................................................ Rp xxx
Harga pokok penjualan........................................................... Rp xxx
Biaya-biaya............................................................................. Rp xxx
Rugi-Laba................................................ Rp xxx
Modal, xxx............................................................. Rp xxx
Retur penjualan merupakan pembatalan atas penjualan yang telah dilakukan perusahaan. Pengaruh retur
ataupun potongan penjualan adalah berkurangnya pendapatan penjualan dan berkurangnya kas atau
piutang dagang. Bila retur penjualan atau potongan penjualan menyangkut penjualan kredit, biasanya
penjual menyampaikan nota kredit (Credit Memorandum) kepada pelanggan. Nota kredit menunjukkan
jumlah yang dikreditkan pada pelanggan serta alasan pengkreditan tersebut.
Bila perkiraan penjualan didebet, maka saldo perkiraan penjualan ini pada akhir periode menunjukkan
penjualan bersih (net sales), dan jumlah retur dan potongan penjualan tidak akan diungkapkan lagi.
Karena berkurangnya pendapatan disebabkan oleh potongan penjualan dan berbagai beban yang berkaitan
dengan pengembalian barang, disarankan agar jumlah transaksi seperti ini diketahui oleh manajemen.
Kebijakan semacam ini memungkinkan manajemen menentukan sebab-sebab retur dan potongan tersebut.
Seandainya jumlahnya besar, dilakukan untuk mengambil tindakan perbaikan. Kerena alasan inilah kita
cendrung mendebet perkiraan yang disebut Retur dan potongan penjualan (Sales Return and Allowances).
Bila penjualan semula dilakukan secara kredit, maka sisa transaksi tersebut dicatat sebagai kredit ke
piutang dagang. Misalnya diterima pengembalian barang karena rusak dari salah seorang pelanggan
senilai Rp 250.000 yang berasal dari transaksi penjualan kredit. maka pencatatan yang dilakukan untuk
pengembalian barang tersebut adalah:
Jika uang tunai yang dikembalikan karena barang yang cacat ataupun karena potongan harga, maka retur
dan potongan penjualan didebet dan kas dikredit.
Jika penjualan dilakukan secara kredit, maka syarat pembayaran harus ditetapkan
dengan jelas, sehingga kedua pihak mengetahui jumlah yang harus dibayar dan kapan
pembayaran dilakukan. Syarat penjualan biasanya dicantumkan dalam faktur penjualan dan
merupakan bagian dari perjanjian penjualan. Syarat perjanjian disebut juga dengan termin yang
biasa ditulis 2/10, n/30, artinya adalah akan diberikan potongan 2% jika pembayaran dilakukan
10 hari sesudah tanggal faktur, tapi tidak melewati 30 hari sejak tanggal faktur.
Syarat penjualan kadang juga ditulis dengan simbol n/30 (n adalah singkatan dari netto)
yang artinya harga faktur netto atau keseluruhan harga faktur harus dibayar dalam waktu 30 hari
sesudah tanggal faktur, cara lain menyatakan syarat penjualan adalah misal n,10/EOM (End of
Month) atau akhir bulan. Ini berarti faktur harus dibayar dalam waktu 10 hari sesudah akhir
bulan, dihitung dari bulan yang tertulis pada faktur.
Contoh:
Pada tanggal 20 Januari perusahaan Amazon menjual barang dagangan kepada seorang pembeli
seharga Rp 10.000.000 secara kredit, dengan syarat 2/10,n/30. Jurnal:
Syarat penjualan di atas mempunyai arti bahwa perusahaan Amazon akan memberikan
potongan 2% (2% x 10.000.000 = 200.000) jika pembeli melakukan pembayaran tidak melewati
tanggal 30 Januari atau jika melewati tanggal 30 Januari tapi tidak lebih dari tanggal 19 Februari
pembeli harus membayar penuh yaitu 10.000.000. Jurnal pencatatan transaksi tanggal 30 Januari
adalah: