Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Devita
2. Tohir Rendra Pratama
3. Ni Putu Yulia Putri Wijayanti
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Akuntansi dalam sebuah perusahaan sebagai sumber informasi yang sangat penting
informasinya bagi seorang pengambil keputusan untuk membuat perusahaan itu maju,
berkembang dan lebih baik lagi untuk kedepannya. Informasi keuangan haruslah dikelola
dengan sangat baik dan informasinya harus bisa dipertanggungjawabkan oleh seorang akuntan.
Ilmu akuntansi berkembang seiring berjalannya waktu, seperti ilmu lain yang
berkembang mengikuti teknologi dan peradaban manusia yang pastinya saling menyesuaikan
satu sama lain.
Sama hal nya dengan Akuntansi juga memerlukan beberapa tahapan salah satunya
penyesuaian. Untuk memastikan kebenarannya, sebuah laporan keuangan memerlukan
penyesuaian jikalau ada penyusutan pada sebuah aset maupun beban terhadap sebuah
perlengkapan yang sudah terpakai pada periode tertentu yang belum dicatat dalam jurnal
sebelumnya.
1
1.3. Tujuan Pembelajaran
a. Untuk mengetahui pentingnya sebuah penyesuaian
b. Untuk mengetahui apa saja penyesuaian yang bisa saja terjadi pada saat pencatatan
akuntansi dan bagaimana cara penyelesaiannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pentingnya Penyesuaian
Jurnal Penyesuaian adalah jurnal akuntansi yang digunakan untuk melakukan proses
penyesuaian terhadap pos atau transaksi-transaksi tertentu dalam proses penyusunan laporan
keuangan. Jurnal penyesuaian digunakan oleh perusahaan dagang, jasa, manufaktur dan entitas
lainnya, termasuk yayasan, sekolah, NGO/LSM, dan lembaga pengelola zakat.
Pada akhir periode akuntansi, banyak saldo akun dalam buku besar yang dapat segera
dilaporkan dalam laporan keuangan tanpa mengalami perubahan. Tetapi ada beberapa akun
juga yang membutuhkan penyesuaian. Penyesuaian ini diperlukan dengan tujuan untuk
memperbaharui (updating) data laporan keuangan agar sesuai dengan konsep akrual dan
konsep penandingan yang berlaku dalam akuntansi.
Fungsi jurnal penyesuaian secara umum adalah menetapkan saldo catatan akun buku
besar pada akhir periode dan menghitung pendapatan dan beban yang sebenarnya selama
periode yang bersangkutan.
Ayat jurnal yang membuat saldo akun menjadi up to date pada akhir periode akuntansi
dinamakan sebagai adjusting journal entry. Setiap ayat jurnal penyesuaian sekurang –
kurangnnyaakan mempengaruhi satu akun laporan laba rugi dan satu akun neraca. Jadi dalam
jurnal penyesuaian selalu pasti melibatkan akun pendapatan atau akun beban dan akun aset
atau kewajiban.
Jika tidak membuat ayat jurnal penyesuaian maka akun – akun yang seharusnya
disesuaikan bisa jadi kebesaran jumlahnya (overstated) dan ada juga yang kekecilan
(understated), sehingga terjadilah yang namanya salah saji (misstatement) dalam laporan
keuangan.
2.2. Penyesuaian
3
Sebagai contoh, pendapatan dilaporkan saat jasa telah diberikan kepada pelanggan. Kas
yang telah atau belum diterima dari pelanggan selama periode itu.
Pada prinsipnya ada empat item yang memerlukan penyesuaian, yakni beban yang
masih harus dibayar/ beban akrual/ utang akrual (accrued expenses or accrued liabilities),
pendapatan yang masih harus diterima/ pendapatan akrual/ piutang akrual (accrued revenues
or accrued assets), beban yang ditangguhkan atau biaya dibayar di muka (deferred expenses or
prepaid expenses), dan pendapatan yang ditangguhkan atau pendapatan diterima di muka
(deferred revenues or unearned revenues).
Selain yang disebutkan diatas berikut penjelasan mengenai masing – masing akun yang
harus disesuaikan :
A. Piutang Pendapatan
Pendapatan yang masih harus diterima adalah keadaan jika suatu pendapatan sudah
menjadi hak suatu perusahaan namun pendapatan tersebut belum diterima.
Maka hak perusahaan tersebut harus dicatat sebagai pendapatan pada periode tersebut.
4
Contoh kasus:
Perusahaan telah menyelesaikan suatu pekerjaan berjumlah Rp550.000. Namun,
jumlah tersebut belum termasuk dalam neraca saldo sebesar Rp15.600.000 pada piutang
pendapatan perusahaan.
Jadi yang dicatat pada jurnal penyesuaian adalah piutang pendapatan pada debit dan
pendapatan jasa pada kredit sebesar Rp550.000. Sehingga, pada piutang pendapatan dan
pendapatan jasa akan menjadi Rp16.150.000.
Debet Kredit
Tanggal Keterangan Ref.
(Rp.) (Rp.)
Des Piutang Pendapatan 550.000,-
2017 Pendapatan jasa 550.000,-
B. Utang Biaya
Sepanjang Periode, beban – beban tertentu mungkin telah terjadi tetapi pembayarannya
belum dilakukan sampai pada periode berikutnya. Pada akhir periode akuntansi adalah
perlu untuk menentukan dan mencatat beban – beban yang telah terjadi ini meskipun belum
dibayarkan. Pada pencatatan beban/ utang akrual ini, akun beban di debet dan akun utang
di kredit.
Contoh kasus:
Gaji karyawan bulan Desember 2017, baru akan dibayarkan pada tanggal 3 Januari
2018 sebesar Rp3.500.000.
Maka jurnal penyesuaian pada Desember 2017 adalah beban gaji pada debit dan utang
gaji pada kredit sebesar Rp3.500.000.
Tanggal Keterangan Ref. Debet (Rp.) Kredit (Rp.)
Des Beban Gaji 3.500.000,-
2017 Utang Gaji 3.500.000,-
5
C. Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan diterima di muka adalah pendapatan yang diterima di muka tapi belum
diterima. Pendapatan harus dicatat dalam periode akuntansi dimana pendapatan tersebut
diperoleh. Oleh karena itu, pendapatan diterima di muka tidak boleh ditunjukkan sebagai
pendapatan pada periode akuntansi dimana pembayaran diterima. Namun, prepaid income
harus disajikan pada periode akuntansi dimana barang atau jasa sehubungan dengan
pendapatan dibayar dimuka telah dilakukan.
Pendapatan Diterima di Muka adalah konsep akuntansi yang mengacu pada
pembayaran yang telah diterima, namun aset tersebut belum sepenuhnya terkirim.
Perusahaan menerima pembayaran di masa depan, namun memberikan barang atau jasa
diberikan di masa depan. Pendapatan Dibayar di Muka diposisikan di neraca (balance
sheet) sebagai kewajiban (seperti utang). Pendapatan diterima di muka harus diubah dan
disesuaikan setiap akhir periode dengan dibuatkan jurnal penyesuaian. Penyesuaian
pendapatan diterima di muka sanggup dilakukan dengan dua cara, yaitu dicatat sebagai
utang (pendekatan neraca) dan dicatat sebagai pendapatan (pendapatan laba-rugi).
Penggunaan salah satu pendekatan dalam pembiasaan tersebut didasarkan pada catatan
pada ketika melaksanakan pencatatan dalam jurnal umum. Untuk memudahkan
pemahaman anda perihal pendekatan neraca dan pendekatan laba-rugi dalam pembiasaan
pendapatan diterima dimuka, simaklah ilustrasi berikut :
Contoh kasus :
Pada tanggal 01 Nopember 2017 diterima uang sewa sebesar Rp. 600.000 untuk jangka
waktu satu tahun dimulai pada tanggal 01 Nopember 2017. Karena jangka waktu satu tahun
itu yang dua bulan masuk dalam tahun 2017 dan yang 10 bulan masuk tahun 2018, maka
pendapatan sewanya juga harus dibagi untuk tahun 2017 dan 2018.
Pendapatan sewa tahun 2017 adalah sebagai berikut :
2/12 x Rp. 600.000 = Rp. 100.000
Pendapatan sewa tahun 2016 adalah sebagai berikut :
10/12 x Rp. 600.000 = Rp. 500.000
6
Bila penerimaan uang sewa pada tanggal 01 Nopember 2017 dicatat dalam rekening
Pendapatan Sewa maka jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2017 adalah sebagai
berikut :
Pada tanggal 2 Januari 2018 akan dibuat jurnal penyesuaian kembali untuk
mengembalikan sewa dibayar di muka Rp. 500.000 ke rekening Pendapatan Sewa. Hal ini
dilakukan karena penerimaan sewa tahun berikutnya akan dicatat dalam rekening
Pendapatan Sewa.
Jurnal penyesuaian kembali tanggal 02 Januari 2016 sebagai berikut :
Untuk urut-urutan pencatatan di atas bisa dilihat dalam rekening berikut ini :
Keterangan :
• Jurnal Penyesuaian
• Jurnal Penyesuaian Kembali
Bila penerimaan uang sewa pada tanggal 01 Nopember 2015 dicatat dalam rekening
Sewa Diterima Di Muka, maka jurnal penyesuaian yang dibuat pada tanggal 31 Desember
2015 adalah sebagai berikut :
7
Pada tanggal 02 Januari 2016 tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian kembali karena
penerimaan yang belum diakui sebagai pendapatan masih tercantum dalam rekening Sewa
Diterima di Muka. Hal ini akan berlaku juga untuk tahun 2016 di mana penerimaan uang
sewa berikutnya akan dicatat dalam rekening Sewa Diterima Di Muka.
Contoh kasus :
Biaya dibayar dimuka berupa sewa gedung kantor sebesar Rp.400.000.000,00 untuk
sewa selama 4 tahun sejak tahun 2019.
Maka pengakuan biaya sewa tersebut harus dibebankan selama 4 tahun, yaitu setiap
tahun sebesar Rp.100.000.000,00 (Rp.400.000.000,00 dibagi 4 tahun).
Tahun Pengakuan Biaya Sewa Besarnya Biaya Sewa
2019 100.000.000
2020 100.000.000
2021 100.000.000
2022 100.000.000
Total Biaya Sewa 400.000.000
8
Jenis-Jenis Biaya Dibayar Dimuka antara lain :
1. Biaya Sewa Dibayar Dimuka (Prepaid Rent) yaitu :
a. Sewa Gedung Kantor Dibayar Dimuka
b. Biaya Sewa Kendaraan Dibayar Dimuka
c. Biaya Sewa Alat Berat Dibayar Dimuka
d. Biaya Sewa Mesin Dibayar Dimuka
2. Biaya Asuransi Dibayar Dimuka (Prepaid Insurance).
3. Biaya Gaji Dibayar Dimuka (Prepaid Salaries).
4. Biaya Bunga Dibayar Dimuka (Prepaid Interest).
5. Pajak Penghasilan (PPh) dibayar dimuka yaitu :
a. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Dibayar dimuka.
b. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Dibayar dimuka.
c. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 Dibayar dimuka.
d. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24 Dibayar dimuka.
e. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Dibayar dimuka.
6. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dibayar Dimuka
E. Kerugian Piutang
Kerugian piutang dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan. Mengingat
bahwa timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan kredit, maka sebaiknya kerugian
piutang dihitung berdasarkan penjualan kredit. Tetapi pada praktiknya, dapat pula dihitung
dari jumlah penjualan kredit maupun tunai (penjualan bersih).
Jumlah taksiran kerugian piutang ditetapkan berdasarkan jumlah penjualan dikalikan
persentase tertentu. Besarnya persentase ditetapkan dengan cara membandingkan kerugian
piutang yang sebenarnya terjadi dengan total penjualan selama periode yang bersangkutan,
kemudian diadakan modifikasi dengan mempertimbangkan kemungkinan di masa yang
akan datang.
9
Metode cadangan digunakan apabila kerugian piutang yang biasa terjadi cukup besar
jumlahnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah sebagai berikut
:
1. Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan dibandingkan
(matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dan periode terjadinya
penjualan.
2. Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima, jika dicatat dengan mendebet
rekening kerugian piutang dan mengkredit rekening cadangan kerugian piutang.
3. Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening
cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang dagang pada saat suatu
piutang dihapus dari pembukuan.
4. Jumlah taksiran kerugian piutang ditetapkan berdasarkan jumlah saldo piutang dagang
akhir periode yang dikalikan dengan persentase tertentu tanpa memperhatikan periode
terjadinya piutang.
5. Jumlah taksiran kerugian piutang ditetapkan berdasarkan jumlah saldo piutang dagang
akhir periode yang dikalikan dengan persentase tertentu tanpa memperhatikan periode
terjadinya piutang.
F. Depresiasi
Depresiasi adalah alokasi yang dibuat secara sistematis untuk menyusutkan atau
mengurangi jumlah suatu aset selama umur manfaatnya.
Aktiva tetap tersebut adalah harta perusahaan guna menunjang aktivitas operasional.
Setiap tahun muncul biaya penyusutan terhadap aktiva tetap tersebut sebagai
penggunaanya dalam operasional perusahaan.
Secara umum penerapan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap pada keuangan
perusahaan dapat mempengaruhi laporan keuangannya dan juga perubahan pajak
penghasilan perusahaan. Depresiasi seringkali dianggap sebagai kerugian dalam
perhitungan nilai, namun bagi seorang akuntan yang memahami laporan keuangan dapat
memandang depresiasi sebagai alat untuk alokasi biaya.
10
Metode Depresiasi dalam Akuntansi Bisnis :
Dalam perusahaan terdapat beberapa metode depresiasi yang umum digunakan. Sesuai
dengan pengertian depresiasi diatas, dimana mengharuskan seorang akuntan untuk
menggunakan metode depresiasi yang rasional dan sistematis.
Misalnya dalam sebuah contoh studi kasus, perusahaan Anda ingin membeli mesin
produksi baru untuk tujuan tertentu maka dapat digambarkan sebagai berikut:
• Biaya Mesin Produksi Baru = Rp500 juta
• Estimasi Waktu Manfaat = 5 tahun
• Estimasi Nilai Sisa = Rp50 juta
• Umur Produktif = 30 ribu jam
Dari gambaran tersebut, maka ada beberapa metode depresiasi yang bisa Anda gunakan
untuk menghitung beban penyusutan keuangan perusahaan Anda, diantaranya:
1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
Metode ini disebut juga Straight-Line Method dan merupakan metode yang
paling sering digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Metode ini fokus
pada penyusutan sebagai fungsi dari waktu dan bukan dari fungsi penggunaan.
Rumus perhitungannya sebagai berikut:
a. Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) : (Masa Manfaat
Aset)
b. Beban penyusutan = (Rp500 juta – Rp50 juta) : 5 = Rp 90 juta
11
a. Metode Jumlah Angka Tahun
Perhitungan penyusutannya menggunakan pecahan dengan pembilang
angka tahun (5+4+3+2+1=15) dan jumlah tahunnya menjadi penyebut. Pada
metode ini, pembilang menurun tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan
(5/15, 4/15, 3/15, 2/15 dan 1/15). Berikut ilustrasinya:
12
Nilai Buku Nilai Buku
Harga Akumulasi
Awal Penyusutan Akhir
Tahun Perolehan Tarif Penyusutan
Tahun (Rp) Tahun
(Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
Beban penyusutan = [(Rp 500 juta – Rp 50 juta) x 4.000]: 30 ribu = Rp60 juta.
Namun metode ini memiliki keterbatasan karena tidak tepat digunakan pada
situasi penyusutan berdasarkan waktu dan bukan aktivitas.
13
aktiva yang terlibat memiliki karakteristik yang unik atau membutuhkan penerapa
khusus.
Ada dua metode khusus yang bisa Anda terapkan pada kasus tersebut yaitu:
a. Metode kelompok dan gabungan; sering digunakan pada aktiva yang cukup
homogen dan memiliki fungsi yang hampir sama.
b. Metode campuran dan kombinasi; diterapkan sesuai dengan keinginan
akuntan.
G. Pemakaian Perlengkapan
Perlengkapan adalah barang yang dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang habis
terpakai dalam jangka waktu satu tahun. Pada akhir periode akuntansi harus dihitung
berapa perlengkapan yang sudah terpakai dan berapa perlengkapan yang masih tersisa.
Contoh kasus:
Saldo akun perlengkapan di neraca saldo sebesar Rp4.400.000. Pada akhir periode
menunjukkan bahwa perlengkapan yang masih tersisa sebesar Rp2.700.000.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyesuaian perlu dilakukan oleh seorang akuntan dalam tahapan membuat laporan
keuangan. Tanpa adanya sebuah penyesuaian maka akan terjadi misstatement yang dimana
disebut juga sebagai salah saji, artinya sebuah laporan keuangan tidak sesuai dengan yang ada
sebenarnya mungkin jumlahnya lebih besar (overstated) ataupun lebih kecil (understated).
Pada prinsipnya penyesuaian biaya terjadi pada empat item akun yaitu beban yang masih
harus dibayar, pendapatan yang harus diterima, beban dibayar di muka, pendapatan dibayar
di muka dengan tambahan terdapat juga penyesuaian yang biasa terjadi pada aset tetap seperti
peralatan yang dimana menyusut untuk tiap periode tahun sehingga membutuhkan
penyesuaian untuk mengukur seberapa lama peralatan itu bisa digunakan.
3.2. Saran
Seorang akuntan harus teliti dan juga harus hati – hati terhadap pembuatan laporan
keuangan karena selain dari sebuah laporang yang bisa dipertanggungjawabkan sebuah
informasi laporan keuangan juga akan menjadi sumber pengambilan keputusan seseorang
untuk memajukan perusahaannya. Tahapan – tahapan ini haruslah dilalui dan di buat secara
hati – hati untuk menghasilkan laporan yang akurat.
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kami sebagai penyusun
dan bagi pembaca. Diharapkan pembaca dapat memberikan kritik sarannya yang membangun
dan menjadikan penyusun lebih baik lagi dalam membuat laporan makalah selanjutnya.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan karena kesempurnaan hanyalah milik pencipta
alam semesta.
15
DAFTAR PUSTAKA
16