oleh;
2017
2
1
I. Pengantar
Perubahan iklim adalah sesuatu yang nyata dan tidak terhindarkan. Para ahli yang tergabung
dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) sejak tahun 1992 telah
menghasilkan konsensus-konsensus mengenai bukti perubahan iklim yang diukur dari berbagai
elemen iklim yaitu perubahan rerata suhu udara, perubahan pola hujan, perubahan pola angin,
tingkat pencairan es di kutub utara dan selatan, dan konsentrasi gas-gas rumah kaca antara lain
CO2, CH4, NOx.
Setiap 3 tahun sekali, IPCC mengeluarkan laporan-laporan hasil sintesis sejumlah pengamatan
dan juga penelitian terkait dengan fenomena-fenomena cuaca dan iklim dari berbagai lembaga
penelitian. Laporan sintesis merangkum fakta-fakta tentang fenomena iklim selama kurun
waktu tertentu, dan memberikan kesimpulan-kesimpulan tentang bukti-bukti perubahan iklim.
Laporan-laporan ini kemudian menjadi dasar bagi anggota-anggota PBB yang menandatangani
dalam UN-FCCC (United Nations Framework Convetnion on Climate Change) untuk
memutuskan konsensus-konsensus tindakan terbaik dalam mengatasi penyebab perubahan
iklim dan mengatasi dampak perubahan iklim.
Dalam menyusun laporan sintesis, IPCC membagi anggota-anggotanya yang merupakan para
ahli iklim terkemuka di dunia dalam 3 kelompok kerja (working group). Kelompok kerja 1
adalah Kelompok Kerja yang membahas aspek-aspek saintifik fisik sistem iklim dan perubahan
iklim. Topik utama yang dibahas adalah; perubahan-perubahan gas-gas dan aerosol rumah kaca
di atmosfer; perubahan suhu pada udara, tanah, dan lautan, curah hujan, gletser dan permukaan
es, perubahan tinggi muka laut; perspektif historis dan paleoklimatik perubahan iklit;
biogeokimia, siklus karbon, gas dan aerosol; data satelit dan data-data lain; model-model iklim’
proyekisi iklim, penyebab, dan hubungan-hubungan dalam perubahan iklim.
Kelompok kerja II membahas kerentanan sistem sosial-ekonomi dan alam terhadap perubahan
iklim, termasuk konsekuensi positif dan negatif perubahan iklim, dan pilihan-pilihan
bagaimana beradaptasi pada perubahan iklim. Kelompok kerja ini juga mempertimbangkan
salingketerkaitan antara kerentanan, adaptasi, dan pembangunan berkelanjutan. Informasi yang
dibahas berlanaskan pada sektor (sumber daya air; ekosistem; pangan dan hutan; sistem pesisir;
industri; dan kesehatan manusia) dan juga region (Africa; Asia; Australia dan Selandia Baru;
Eropa; Amerika Latin, Amerika Utara, wilayah kutub, dan pulau-pulau kecil).
Kelompok kerja III membahas pilihan-pilihan untuk memitigasi perubahan iklim melalui
pembatasan atau pencegahan emisi gas rumah kaca, dan mengembangkan kegiatan-kegiatan
untuk menghilangkan GRK dari atmosfer. Dalam pembahasannya, kelompok kerja III sektor-
sektor utama eknomi menjadi pertimbangan baik dalam perspektif jangka pendek dan jangka
panjang. Sektor-sektor ekonomi yang jadi pertimbangan termasuk; energi, transportasi,
bangunan, industri, pertanian, kehutanan, dan pengelolaan sampah.
Dari tiga kelompok kerja ini, kelompok kerja I adalah kelompok kerja yang bertugas
mengumpulkan bukti-bukti tentang perubahan iklim. Sejak tahun 1992 hingga tahun hingga
tahun 2016, bukti-bukti tentang perubahan iklim semakin nyata dan tidak terbantahkan.
Makalah ini memberikan rangkuman tentang fakta-fakta perubahan iklim dari laporan-laporan
IPCC dari waktu ke waktu. Makalah ini menunjukkan bukti-bukti tentang perubahan iklim
yang semakin kuat berdasarkan laporan Kelompok Kerja (Working Group) I IPCC, berdasarkan
Assesment Report II tahun 1995, Assesment Report IV (2007) dan Assesment Report V (2016).
Selain itu makalah ini juga hendak memaparkan beberapa indikasi kuat tentang perubahan
iklim yang terjadi Nusa Tenggara Timur yang dilandaskan pada sebuah laporan berjudul
Keragaman dan Perubahan Iklim di Nusa Tenggara Timur (Faqih, D.J, & Geru, 2015). Laporan
ini menjelaskan bagaimana pola suhu, angin, dan hujan berubah dari waktu-waktu.
Padal Laporan Assesment ke 5 tahun 2013, bukti-bukti yang mengarah pada perubahan iklim
semakin tegas (IPCC, 2013). Menurut laporan tersebut; Pemanasan dari sistem iklim adalah
tegas, dan sejak tahun 1950, telah teramati perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya
Grafik 4: Perubahan tutupan salju di belahan bumi utara (AR V, 2016)
selama beberapa dekade untuk ribuan tahun. Atmosfer dan laut semakin menghangat, jumlah
salju dan es telah berkurang, permukaan laut telah meningkat, dan konsentrasi gas rumah kaca
telah meningkat. Masing-masing dari tiga dekade terakhir telah berturut-turut lebih hangat di
permukaan bumi daripada dekade sebelumnya sejak tahun 1850 . Di belahan bumi utara, 1983-
2012 kemungkinan periode 30-tahun terpanas dari 1400 tahun terakhir
Pemanasan laut mendominasi peningkatan energi yang tersimpan dalam sistem iklim, akuntansi
lebih dari 90% dari energi yang terakumulasi antara 1971 dan 2010. Hal ini hampir pasti
bahwa suhu permukaan laut (0-700 m) dihangatkan pada periode 1971-2010 dan
kemungkinan menghangat antara 1870-an dan tahun 1971.
Selama dua dekade terakhir, Greenland dan Antartika es telah kehilangan massa. Gletser terus
menyusut hampir di seluruh dunia, dan es laut Kutub Utara dan Utara. Belahan penutup musim
semi salju terus menurun sejauh pada tingkat keyakinan yang tinggi.
Laju kenaikan permukaan air laut sejak pertengahan abad ke-19 telah lebih besar dari tingkat
rata-rata selama sebelumnya dua milenium dengan tingkat keyakinan tinggi. Selama periode
1901-2010, permukaan laut global mean naik 0,19 [0,17-0,21] m.
Konsentrasi atmosfer karbon dioksida, metan, dan nitro oksida memiliki meningkat ke tingkat
belum pernah terjadi sebelumnya di setidaknya 800.000 tahun terakhir. Karbon dioksida
konsentrasi telah meningkat 40% sejak masa pra-industri, terutama dari bahan bakar fosil emisi
dan sekunder dari emisi perubahan penggunaan lahan bersih. Laut telah menyerap sekitar 30%
dari karbon dioksida antropogenik yang dipancarkan, menyebabkan pengasaman laut.
Pengaruh manusia pada sistem iklim jelas. Hal ini terlihat dari meningkatnya rumah kaca
konsentrasi gas di atmosfer, penguatan radiasi positif, pemanasan yang diamati, dan
pemahaman tentang sistem iklim. Model iklim telah membaik sejak AR4. Model mereproduksi
benua-diamati pola permukaan skala suhu dan tren selama beberapa dekade, termasuk lebih
cepat pemanasan sejak pertengahan abad ke-20 dan pendinginan segera setelah gunung berapi
besar letusan dengan kepercayaan kepercayaan yang sangat tinggi.
Perubahan suhu permukaan global untuk akhir abad ke-21 kemungkinan akan melebihi 1,5 ° C
relatif terhadap 1850-1900 untuk semua skenario RCP kecuali RCP2.6. Hal ini kemungkinan
akan melebihi 2 ° C pada beberapa model iklim dan lebih mungkin daripada tidak melebihi 2 °
C model iklim yang lain. Pemanasan akan terus berlanjut setelah 2100 pada hampir semua
skenario. Pemanasan akan terus menunjukkan variabilitas tahunan dan sepuluh tahunan tidak
seragam pada seluruh regio. Demikian Perubahan dalam siklus air global dalam akibat
pemanasan selama abad ke-21 tidak akan seragam. Kontras curah hujan antara daerah basah
dan kering dan basah antara dan musim kemarau akan meningkat, walaupun mungkin ada
pengecualian daerah.
Lautan global akan terus menghangat selama abad ke-21. Panas akan menembus dari
permukaan ke laut dalam dan mempengaruhi sirkulasi laut.Hal ini sangat mungkin bahwa
penutup es laut di arktik akan terus menyusut dan tipis. Di belahan utara penutup musim salju
akan menurun selama abad ke-21 sebagai akibat dari naiknya permukaan rata-rata suhu global.
Perubahan iklim akan mempengaruhi proses siklus karbon dengan cara yang akan
memperburuk peningkatan CO 2 di atmosfer (percaya diri yang tinggi). Serapan lanjut karbon
oleh laut akan meningkatkan pengasaman laut. Emisi kumulatif CO 2 sangat menentukan
pemanasan permukaan rata-rata global pada abad 21 dan seterusnya. Sebagian besar aspek
perubahan iklim akan bertahan selama bertahun abad bahkan jika emisi CO 2 dihentikan
Gambar 1: Peluang peningkatan curah hujan di NTT 2011-2040 (Faqih et al, 2015)
Sementara itu Pujiono (2013) dalam kajian Tingkat Kerentanan Air di DAS Kambaniru-
Sumba Timur, mengemukakan bahwa di sekitar DAS Kambaniru telah terjadi kenaikan
temperatur udara rata-rata dan penurunan curah hujan selama 40 tahun terakhir (1973 –
2012), dan berdasarkan pendekatan spasial, bagian tengah dan hilir DAS Kambaniru
termasuk kategori tingkat kerentanan tinggi, sedangkan di bagian hulu memiliki tingkat
kerentanan sedang.
Kemudian laporan tersebut juga menyebutkan:
Analisis data historis menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada berbagai unsur
iklim, salah satunya yaitu curah hujan. Selain adanya perubahan jangka panjang yang
ditunjukkan oleh tren, data curah hujan juga memiliki karakteristik pola siklus decadal
yang kuat.
Perubahan curah hujan dalam rentang waktu decadal dimana nilai tren curah hujan
setiap 30 tahun dengan rentang interval 10 tahunan menunjukkan tren yang berubah-
ubah. Selama lebih dari 100 tahun terkakhir, tren penurunan curah hujan paling besar
dan merata terjadi di hampir seluruh wilayah NTT. pada periode tahun 1941-1970.
Sementara untuk periode lainnya arah tren curah hujan cenderung menunjukkan
perbedaan antar wilayah di NTT. Dalam periode beberapa dasawarsa terakhir (periode
1971-2000 dan periode 1981-2010), tren curah hujan cenderung positif di sebagian
besar wilayah di Pulau Timor dan beberapa bagian di Pulau Sumba. Sementara itu, di
Pulau Flores cenderung menunjukkan tren penurunan curah hujan, khususnya pada
periode 1971-2000. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena pada periode yang sama
telah terjadi beberapa kali kejadian El Niño yang cukup kuat yang menyebabkan
penurunan penerimaan curah hujan, khususnya di Pulau Flores
Berkaitan dengan iklim ekstrem laporan Faqih dkk menyebutkan;
Gangguan iklim di wilayah NTT yang sering terjadi pada saat musim hujan adalah jeda
hujan ataupun deret hari kering. Sebagai contoh pada musim hujan 2013/2014 terjadi
deret hari kering yang panjang pada bulan Januari - Februari 2014 di beberapa wilayah
di NTT, antara lain Malaka, Timor Tengah Selatan, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende,
Nagekeo, Manggarai Timur, dan Sumba Timur. Pada rentang waktu musim hujan
tersebut tersebut hujan tidak turun sama sekali pada Januari hingga Februari 2014
sehingga berdampak pada kekeringan tanaman semusim dan gagal panen. Disamping
itu, pengaruh curah hujan ekstrim juga dapat mempengaruhi kegitatan masyarakat dan
berpotensi menyebabkan banjir.
III. Kesimpulan
Perubahan iklim global merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Sejak tahun 1990an
hingga tahun 2016 bukti-bukti ilmiah tentang perubahan pola musim, kenaikan suhu
permukaan dan lautan, pencairan es, kenaikan muka air laut, dan semakin seringnya cuaca
ekstrem tidak terbantahkan. Perubahan iklim pun terbukti merupakan sesuatu yang
antropogenik yang ditunjukkan dengan meningkatnya konsentrasi gas dan aerosol rumah kaca
yang memperkuat radiasi matahari sehingga meningkatkan suhu bumi.
Di NTT, meskipun penelitian tentang sains fisik perubahan iklim masih terbatas, namun bukti-
bukti yang ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Faqih dkk menunjukkan bahwa NTT
tidak terhindarkan dari perubahan iklim.
Faqih, A., D.J, J., & Geru. (2015). Keragaman dan Perubahan Iklim Nusa Tenggara Timur.
Jakarta.
IPCC. (n.d.). IPCC Fourth Assesment Report, Working Group III: Summary for Policy Makers.
IPCC. (1995). IPCC Second Assesment Climate Change 1995. Retrieved from
http://ipcc.ch/pdf/climate-changes-1995/ipcc-2nd-assessment/2nd-assessment-en.pdf
IPCC. (2013). IPCC Assesment Report V: Climate Change 2013. Retrieved from
http://ipcc.ch/pdf/assessment-report/ar5/wg1/WG1AR5_SPM_FINAL.pdf