FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TUGAS
RESUME SKENARIO 1
KELOMPOK 1
STAMBUK : 15120200114
STEP 7
1. Mahasiswa mampu menjelaskan standar pelayanan kefarmasiaan di apotek
Jawab:
Meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alkes, bmhp,
1. Perencanaaan,
2. Pengadaan,
3. Penerimaan,
4. Penyimpanan,
5. Pemusnahan,
6. Pengendalian,
7. Pencatatan dan pelaporan,.
Pelayanan farmasi klinik.
1. Pengkajian dan pelyanan resep,
2. Dispensing,
3. Pio,
4. Konseling,
5. Pelayanan kerfarmasiaan dirumah
6. Pemantauan terapi obat, dan
7. Meso
Persyaratan
Nama obat klinis Resep Literatur
Grafalin
(salbutamol) Bentuk sediaan Puyer Tablet (pionas)
Kekuatan
sediaan 2 mg 2 mg; 4 mg (pionas)
Lindungi dari cahaya,
simpan pada wadah
Stabilitas - tertutup baik
Diracik bersama
cetirizine dan
Kompatibilitas ambroxol hcl
Persyaratan
Nama obat klinis Resep Literatur
Cerini
(cetirizine
hcl) Bentuk sediaan Puyer Kaplet salut selaput (pionas)
Kekuatan
sediaan 10 mg (pionas)
Termasuk tablet selut selaput (pionas)
dimana tablet ini seharusnya tidak di
gerus karena dapat mengakibatkan
kestabilan dari zat aktifnya
Persyaratan
Nama obat klinis Resep Literatur
Epexol
(ambroxol hcl) Bentuk sediaan Puyer Tablet (pionas)
Kekuatan 30 mg/tab (iso)
sediaan - (pionas)
Lindungi dari
Stabilitas - cahaya
Diracik bersama salbutamol
Kompatibilitas dan cetirizine hcl
Persyaratan
Nama obat klinis Resep Literatur
Sporetik syr
(cefixime) Bentuk sediaan Sirup kering Tablet (pionas)
Kekuatan sediaan - 100 mg/5 ml (pionas)
Stabilitas - -
Kompatibilitas - -
Nama obat Persyaratan klinis Resep Literatur
Nymiko
(nystatin) Bentuk sediaan Drop Suspensi (pionas)
Kekuatan sediaan - 100.000 ui/ml (pionas)
Stabilitas -
Kompatibilitas - -
10. Mahasisma mampu melakukan pelayanan informasi obat terkait obat yang
terdapat pada scenario
Jawab:
Pelayanan Infromasi Obat (PIO) dilakukan oleh Apoteker dengan pemberian
informasi mengenai obat, baik itu obat resep, obat bebas, maupun obat herbal.
Informasi yang diberikan berupa dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metode pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternative, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat, dll. Adapun informasi
yang diberikan pada resep yaitu :
1. Grafalin (salbutamo) :
Indikasi : asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran nafas
yang reversibel
Efek samping : gemetar, gugup, mual dan muntah, takikardia, jantung
berdebar, nyeri dada, gemetar, pusing, sakit kepala, insomnia, sensasi tempat
terhirup, hiperaktif, hipertensi, hipotensi, peningkatan keringat, reaksi alergi,
dm, kram otot, sindrom mirip flu, konjungtivitis , isk, hypokalemia,
kontraindikasi : faktor risiko penyakit jantung iskemik, usia kehamilan <22
minggu.
Rotd : gemetar, gugup, mual dan muntah, takikardia, jantung berdebar,
insomnia, pusing, berpotensi fatal bronkospasme paradox.
2. Cerini (cetirizine)
Indikasi : rinitis alergi musiman & urtikaria idiopatik kronik
Efek samping : mengantuk, pusing, sakit kepala, agitasi, mulut kering,
ketidaknyamanan gi, reaksi kulit, angioedema
Kontra indikasi : hati-hati dalam pemberian pada wanita hamil dan menyusui
Rotd : sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering, rasa tidak
nyaman diperut, reaksi hipersensitif dan angioudem
3. Epexol (ambroxol)
Indikasi : penyakit sal nafas akut & kronik terutama pada eksaserbasi
bronkitis kronik & bronkitis asma & asma bronkial pengobatan sebelum &
sesudah operasi & dalam perawatan intensif untuk menghindari komplikasi
paru
Efek samping : efek samping gi ringan; reaksi intoleransi, ruam kulit, edema
wajah, dispnea, demam
Kontra indikasi : hati-hati dalam penggunaan jangka panjang terutama untuk
wanita hamil dan menyusui
Rotd : reaksi intoleran setelah pemberian ambroxol pernah dilaporkan tetai
jarang, efek samping ringan pada saluran cerna, reaksi alergi pada kulit,
pembengkakan wajah, dispnea, dan demam
4. Sporetik (cefixime)
Indikasi : isk tanpa komplikasi yang disebabkan oleh e. Coli & proteus
mirabilis. Infeksi sal napas atas seperti otitis media, faringitis & tonsilitis.
Infeksi sal napas bawah misalnya bronkitis akut, eksaserbasi akut bronkitis
kronis.
Efek samping : diare, sakit perut, mual, muntah, dispepsia, perut kembung,
kolitis pseudomembran, anoreksia, mulas, sembelit. Ruam kulit, urtikaria,
eritema, pruritus. Trombositopenia sementara, leukopenia & eosinofilia; sakit
kepala, pusing.
Kontra indikasi : hipersensitivitas
Rotd : konstipasi
5. Nymiko (nystatin)
Indikasi : infeksi rongga mulut akibat candida albicans. Kandidiasis usus.
Efek samping : gangguann gi, diare, muntah & mual.
Kontra indikasi : hipersensiivitas
Rotd : mual, muntah, diare pada dosis tinggi, iritasi oral dan sensitisasi,
ruam, dan dialporkan terjadi sindrom seven johnson
11. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait aturan penggunaan ab yang baik pada
resep
Jawab:
Apoteker memberikan informasi kepada dokter/perawat tentang antibiotik
Pemberian informasi meliputi :
Tujuan terapi
Cara penggunaan yang benar dan teratur
Tidak boleh berhenti minum antibiotik tanpa sepengetahuan dokter/apoteker
(harus diminum sampai habis kecuali jika terjadi reaksi obat yang tidak
diinginkan)
Penggunaan antibiotik bijak
1. Penggunaan antibiotik bijak yaitu dengan spektrum sempit pada indikasi yang
ketat dengan dosis adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.
2. Kebijakan penggunaan antibiotik ditandai dengan pembatasan penggunaan
antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik lini pertama.
3. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan
pedoman penggunaan antibiotik secara terbatas.
4. Rute pemberian antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk
terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan
menggunakan antibiotik parenteral.
A. Puyer/kapsul
Cek ed masing-masing obat
Ed < 6 bulan maka bud maksimal = ed
Ed > 6 bulan maka hitungan 25% dari sisa waktu penggunaan obat sebelum od.
Jika hasilnya <6 bulan maka ud maksimal dalam perhitungan tersebut . Jika > 6
bulan maka bud maksimal= 6 bulan.
B. Larutan oral (oral solution) suspensi oral, emulsi oral.
Larutan yang mengandung air,bud maksimal=14 hari
Larutan yang tidak mengandumg air
Cek ed masing-masing obat
Ed <6 bulan maka bud maksimal =ed
Ed> 6 bulan maka hitunglah 25% dari sisa waktu penggunaan obat sebelum
ed,jika hasilnya <bulan maka bud maksimal = hasil
PERTANYAAN KELOMPOK
KLP 1
1. Apakah perbedaan skrinning resep di Apotek dengan Rumah Sakit?
Jawaban :
Menurut Permenkes No 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian
di Rumah sakit, pada skrinning administrasi selain identitas pasien, identitas dokter,
dan tanggal penulisan resep, ada juga persyaratan ruangan dan unit resep. Persyaratan
ruangan dan unit resep ini hanya ada di Rumah Sakit, sedangkan di Apotek tidak
diperlukan.
2. Apabila terjadi kesalahan pada resep dan Dokter sedang tidak dapat dihubungi,
apa solusi yang diberikan oleh Apoteker?
Jawaban :
Seorang apoteker harus mampu menganalisa dan menskrining resep tersebut,
dan seorang apoteker memiliki tanggung jawab penuh dalam pengelolaan resep
tersebut dengan menganalisa apakah resep tersebut dapat lanjutkan atau tidak dengan
melakukan perhitungan dan pertimbangan dengan mencari bahan obat racikan yang
akan digunakan.
3. Apakah pemberian zat makanan pada resep yang diracik dapat memberikan
interaksi?
Jawaban :
Tidak terjawab
4. Jelaskan proses compounding pada Resep 1 dan Resep 2!
Jawaban :
Resep 1
di pisahkan racikan dengan cerini, dimana di terus cerini dan di pisahkan
dengan selaputnya, kemudian meracik obat grafalin dan epexol di gerus dan di
campurkan dengan cerini di terus hingga homogen
Resep 2
Pada resep 2 berisi obat dengan bentuk sediaan dry syrup (sirup kering) yang
sebelum dikonsumsi harus direkonstitusi (ditambahkan pelarut) terlebih
dahulu, dengan cara menambahkan pelarut (misalnya air matang) sampai batas
tanda yang ada pada botol.
5. Apakah solusi yang diberikan jika antibiotik tidak tersedia di Apotek?
Jawaban : Tidak terjawab
KLP 2 :
1. Pada resep terdapat 3 sediaan obat yang diracik jadi otomatis stabilitas dari
sediaan akan berubah. Bagaimana stabilitas sediaan setelah diracik ?
Jawaban :
seperti yang kita ketahui bahwa permasalahan yang sering terjadi di masyarakat
mengenai obat racikan atau puyer diantaranya adalah lama penyimpanan yang dapat
mempengaruhi stabilitas suatu sediaan. Pada pasien anak sering kali penggunaan
puyer dihentikan apabila gejala penyakit sudah hilang atau sembuh, tetapi kemudian
puyer digunakan kembali saat anak mengalami gejala sakit yang sama seperti
sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan waktu kadaluarsa (Beyond use date) pada
racikan sediaan puyer, dapat dideteksi melalui perubahan sifat fisika, kimia serta
penampilan dari suatu sediaan farmasi, nah yang kami dapatkan pada perhitungan
BUD sediaan puyer yaitu 3 bulan.
Masalah lain yang ditimbulkan akibat pembuatan obat racikan antara lain adalah
efektifitas obat dapat berkurang karena sebagian obat akan menempel pada blender
atau mortir maupun pada kertas pembungkus, hal ini terutama terjadi pada obat-obat
yang dibutuhkan dalam jumlah kecil serta stabilitas obat tertentu dapat menurun bila
bentuk aslinya digerus, misalnya bentuk tablet salut selaput (film coated), tablet salut
enterik (enteric coated) atau obat yang tidak stabil dan obat higroskopis, seperti pada
penjelasan sebelumnya bahwa cerini merupakan salut selaput dan epexol sifatnya
higroskopis ini tidak dapat digerus bersamaan dapan terjadi kelembaban.
2. Bagaimana jika dokter penulis resep tetap pada pendiriaanya dan tidak mau
mengganti obat yang ada pada resep ?
Jawaban :
Peran apoteker dalam mengatasi permasalahan dalam resep yaitu apabila
apoteker menganggap ada kekeliruan pada penulisan resep maka apoteker harus
memberitahukan kepada dokter penulis resep, tapi setelah dikonfirmasi ulang dokter
tetap pada pendiriannya maka apoteker tetap memberi pelayanan sesuai dengan resep
dengan memberikan catatan dalam resep bahwa dokter tetap dengan pendiriannya.
KLP 3
1. Bagaimana cara compounding sirup kering antibiotik? Apakah sama dengan
teknik rekonstitusi sirup kering lainnya?
Jawab:
Sebagian besar sediaan dry sirup adalah antibiotik. Cara compounding antara dry
sirup dengan sirup biasa tetap sama. Hanya saja untuk dry sirup yang mengandung
antibiotik harus diberi informasi bahwa obat tersebut segera dihabiskan.
KLP 4
1. Apakah ada interaksi obat dengan makanan dari obat dalam resep?
Jawab :
Berdasarkan resep pada skenario ada obat yang berinteraksi dengan makanan yaitu
obat salbutamol dimana menurut PIONAS hindari atau batasi penggunaan salbutamol
dengan kafein.
2. Apakah berdasarkan skrining, obat bisa diberikan?
Jawab :
Setelah dilakukan skrining dan perhitungan dosis, menurut kelompok kami resep ini
boleh dilayani. Namun sebelumnya, perlu dilakulan konfirmasi ke dokter penulis resep
terkait dosis cerini yang kurang sesuai dengan memberikan 2 pertimbangan, yaitu obat
tetap diracik namun dilakukan penyesuaian dosis dan aturan pakai terlebih dahulu atau
pilihan keduanya adalah menyarankan untuk mengganti dengan sediaan sirup dengan
aturan pakai berdasarkan pionas adalah 1x sehari.
3. Apa terapi non farmakologik yang bisa disarankan sebagai seorang apoteker
kepada pasien?
Jawab :
Menghindari alergan penyebab kambuhnya asma, dan menyarankan pasien meminum
obat sesuai aturan pakai yg telah di jelaskan terutama pada antibiotik harus di habiskan
4. Bagaimana cara menyampaikan efek samping obat agar pasien tidak takut
untuk mengkonsumsi obat?
Jawab :
Untuk memberitahukan efek samping obat kepada pasien, dilakukan dengan bahasa
yang sederhana. Dan memberitahu hanya efek samping yang paling sering terjadi, agar
pasien tidak takut dalam menggunakan obatnya. Bila dalam menggunakan obat, ada efek
yang tidak menyenangkan maka dapat berkonsultasi dengan apoteker ataupun dokter
KLP 5
1. Bagaimana stabilitas penyimpanan dari obat yg telah diracik dan wadah model
seperti apa yg dapat digunakan berdasarkan berdasarkan stabilitasnya?
Jawab :
Serbuk terbagi setelah dilakukan peracikan dapat dibungkus dengan kertas perkamen
atau dapat juga kertas selafon atau sampul polietilena untuk melindungi serbuk dari
pengaruh lingkungan serbuk yang mengandung bahan obat yang mudah menguap dan
serbuk yang komponennya sensitif terhadap cahaya menggunakan gelas berwarna
hijau atau amber.
2. Di Dalam resep kan obat sporetik itu digunakan untuk 7 hari bagaimana jika
obat tersebut tidak diminum selama 7 hari, apakah akibatnya dan bagaimana
cara mengatasi akibat yang ditimbulkan?
Jawab :
Antibiotik harus diminum selama 7 hari atau sampai habis agr tidak terjadi resistensi.
Cara mengatasinya yaitu memberikan informasi yang jelas dan baik untuk minum
antibiotik sampai habis agar tidak terjadi resistensi
3. Apakah ada perbedaan antara BUD dan ED, jika ada jelaskan apa
perbedaannya?
Jawab :
Tidak terjawab
KLP 6
1. Jelaskan 4 teknik penyerbukkan
Jawab :
Spatulasi
Metode ini tidak cocok untuk serbuk dalam jumlah besar atau untuk serbuk
yang mengandung zat kuat, karena kehomogenitas pencampurannya tidak
sepasti metode lainnya.
Triturasi
Digunakan untuk menghaluskan dan mencampur serbuk dalam jumlah
kecil menggunakan mortal. Bila dalam jumlah kecil zat harus dicampur dengan
jumlah besar pengencer.
Pengayakan
Pengayakan dilakukan dengan cara melewatkannya melalui ayakan. Umumnya
proses ini tidak dapat mempersatukan obat-obat potensial dengan pembawa.
Tumbling
Merupakan metode pencampuran dengan cara mengguling-gulingkan serbuk
yang ditutup dalam suatu wadah besar, dengan mesin. Pencampuran dengan cara
ini merata tapi memerlukan waktu.
2. Apa tujuan dilakukan penyerbukan?
Jawab :
Tujuan dilakukan penyerbukan yaitu untuk memperoleh campuran serbuk yang
merata
3. Terkait skrinning klinis, apakah dlm resep tsb terdapat duplikasi dan polifarmasi
obat ?
Jawab:
Jika dilihat dari resep yang ada dalam skenario, tidak ditemukan duplikasi obat,
hanya saja terdapat polifarmasi. Akan tetapi polifarmasi yang ada dalam resep masih
mendapat toleransi menurut kelompok kami. Karena untuk 3 jenis obat yakni grafalin,
cerini dan ambroxol dibuat dalam bentuk racikan puyer. Dan setelah dilakukan
perhitungan dosis diperoleh hasil bahwa dosis yang dituliskan dokter tidak melebihi
dosis maksimal sekali minum maupun dosis maksimal perhari untuk An.poyizar yang
berumur 3,5 tahun
KLP 7
1. Masalah pada aturan pakai obat cerini, jadi bagaimana cara mengatasinya?
Jawab :
Pada aturan pakai Obat cerini yang mengandung cetirizine HCl, terdapat
perbedaan dalam aturan pakai pada resep dan literatur. Berdasarkan skenario, aturan
pakai cerini yaitu 3x1 sedangkan menurut literatur, aturan pakai cerini yaitu 2x1
sebanyak 2,5 mg sekali. Dan berdasarkan ketentuan obat yg aturan pakainya berbeda,
tidak disarankan untuk di racik (campur). Sehingga solusinya yaitu mengganti sediaan
cerini dengan bentuk sediaan lain seperti sediaan sirup atau bisa di konsultasikan
kembali kepada dokter.
2. Hal- hal apa yang perlu di perhatikan dalam meracik obat ?
Jawab :
Adapun hal-hal yg perlu di perhatikan dalam meracik obat salah satunya adalah
stabilitas, incompatibilitas dan aturan pakai kemudian dilanjutkan dengan memastikan
bahwa sediaan tersebut sesuai dengan resep yang diberikan, menimbang dan membagi
obat racikan dengan benar dikemas.
3. Apakah akan ada perubahan untuk suhu penyimpanan bagi sporetik sebelum di
rekonstitusi dan setelah direkonstitusi
Jawab :
kestabilan penyimpanan obat untuk sporetik baik setelah di rekonstitusi maupun
sebelum di rekonstitusi akan tetap sama, yakni berkisaran 2-8 C, jadi tidak ada
perubahan suhu penyimpanan.
4. Berdasarkan ketentuan peracikan, terdapat resep racikan dalam skenario,
bagaimana dalam peracikan dalam resep tersebut?
Jawab :
Untuk obat cerini dan ambroxol berdasarkan literatur tidak dapat dracik karena
sifatnya hidrat jika diracik maka kita konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
penulis resep, apakah dokternya tetap mau obat untuk tetap diracik (atas pertimbangan
yang matang oleh dokternya ) atau obatnya diganti dengan sediaan lain seperti syrup.
Jika dokternya ingin mengganti dengan syrup maka cukup obat grafalin saja yang
akan diracik dengan cara menggerus hingga homogen dan tambahkan laktosa
secukupnya lalu dikeluarkan untuk dibungkus menjadi 20 bungkus, setalah itu
masukkan dalam zak dan diberi etiket.
KLP 8
1. Bagaimana penggunaan antibiotik yang rasional dari sisi cost effectiveness?
Jawab :
Pemberian obat untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat,
jelas merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien. Disini termasuk pula
peresepan obat yang mahal padahal alternative obat yang lain dengan manfaat dan
keamanan sama dan harga lebih murah tersedia.
2. Bagaimana menurut kelompok anda terkait resep diskenario, bisa dilayanin oleh
asisten apotek atau harus apoteker?
Jawab :
Menurut kelompok kami . untuk resep pada skenario bisa dilayani oleh
Asisten Apoteker pada bagian peracikan dan penyiapan obatnyaa namun untuk
penyerahan dan PIO harus dilakukan oleh Apoteker
3. Pada perhitungan sporetik hasil nya 2,4 mL. jadi bagaimana cara penggunaannya
karena 5 mL untuk sendok teh dan 15 mL untuk sendok makan?
Jawab :
Cara pemberian sporetik 2,4mL dapat menggunakan pipet tetes yg ada pada
sediaan, ukuran pipet tetes pada sediaan yaitu 1mL, jdi dilalukan 3 kali pemipetan
pada saat pemberian obat
4. Terkait skenario yang ada konseling/PIO apa yng pnting untk disampaikan kepada
pasien/keluarga pasien?
Jawab :
Memberikan konseling mengenai penggunaan antibiotic yang harus di minum
sampai obatnya habis, BUD racikan obat dan penyimpanan/stabilitas masing-masing
obat.
KLP 9
Pertanyaan:
1. Pada obat Cerini, dosis obat sekali pakai tidak terjadi OD namun penggunaan
seharinya terjadi OD, bagaimana penyelesaiannya jika hanya salah satu dosis
mengalami OD?
Jawab :
Jika terdapat masalah pada resep seperti terdapat rasionalisasi dosis obat yang
tidak sesuai dengan standar, maka langkah yang harus diambil apoteker adalah
menghubungi kembali dokter yang menuliskan resep untuk memberikan info
sekaligus berdiskusi terkait penyelesaian masalah yang ada karena apoteker tidak
boleh mengambil keputusan mengganti dosis ataupun obat tanpa persetujuan dokter.
2. Jika di dalam resep terjadi kesalahan atau masalah, maka bagaimana solusi
untuk mencegah hal tersebut?
Jawab :
Solusi untuk menghindari medication error' pada resep dimana pada skrining
administrasi tidak ada jenis kelamin sehingga solusi yang dapat diberikan yaitu,
melihat nama pasien sehingga dapat diidentifikasi bahwa pasien tersebut berjenis
kelamin perempuan. Kemudian pada skrining farmaseutik terdapat obat cefixime dan
nysttain drops yang tidak memiliki kekuatan obat pada resep sehingga solusi yang
dapat kami berikan yaitu untuk obat yang tidak tertera kekuatan maka dapat melihat
rujukna literatur untuk melihat kekuatan sediaan yang beredar dipasaran
3. Bagaimana pemberian KIE dari masing-masing obat pada resep?
Jawab :
Cara pemberian KIE untuk obat" di resep, yaitu untuk resep pertama yaitu obat
puyer dimana jika resep telah dapat diracik, maka selanjutnya memberikan informasi
kepada pasien terkait BUD obat tersebut dan mengonsumsi tiap 8 jam. Untuk resep
kedua yg merupakan sirup kering sebaiknya digunakan maksimal 14 hari setelah
direkonstitusi dengan penggunaan tiap 12 jam. Untuk resep ketiga yg merupaka
suspensi diberikan informasi bahwa obat tersebut diminum tiap 8 jam sebanyak 1 mL
4. Apakah jenis kelamin pada skrining administrasi tidak mempengaruhi?
Jawab :
Pada skrining administrasi terdapat jenis kelamin dimana hal tersebut perlu
diketahui untuk menghindari terjadinya ketidak tepatan pasien, seperti adanya pasien
yang memiliki identitas seperti nama dan alamat yang sama.